You are on page 1of 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar dan Pembelajaran Belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku, akibat interaksi individu dengan lingkungan (Ali, 1987). Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap, tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kemampuan, daya reaksi, dan daya penerimaan dan lain-lain. Sedangkan menurut Sardiman (2001), belajar merupakan serangkian kegiatan jiwaraga, psiko-fisik, untuk menuju ke perkembangan pribadi manusia seutuhnya yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Belajar bukan proses menghafal dan bukan mengingat, tetapi belajar adalah sebuah proses yang ditandai dengan adanya perubahan akibat adanya pengalaman. Hal ini sesuai dengan salah satu prinsip belajar yaitu mengalami sendiri artinya siswa yang belajar dengan melakukan sendiri akan memberikan hasil belajar yang lebih cepat dan pemahaman yang lebih mendalam. Belajar tidak hanya semata-mata sebagai suatu upaya dalam merespon suatu stimulus tetapi belajar dilakukan melalui berbagai kegiatan seperti mengalami, mengamati, mengerjakan, dan memahami melalui proses.

Menurut

teori

kognitif,

pembelajaran

adalah

cara

guru

memberikankesempatan kepada siswa untuk berpikir agar dapat mengenal dan memahami apa yang sedang dipelajari (Darsono dkk, 2000), jadi siswa yang melakukan kegiatan belajar secara aktif. Menurut Lie (2002) para guru hendaknya menyusun dan melaksanakan pembelajaran berdasarkan beberapa pokok pikiran sebagai berikut. a. Pengetahuan ditemukan, dibentuk, dan dikembangkan oleh siswa. b. Siswa membangun pengetahuan secara aktif, berarti belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan siswa, bukan sesuatu yang dilakukan terhadap siswa. c. Pengajaran perlu mengembangkan kompetensi dan kemampuan siswa, berarti kegiatan pembelajaran harus lebih menekankan proses daripada hasil. d. Pendidikan adalah interaksi pribadi di antara para siswa dan interaksi antara siswa dan guru. Berdasarkan uraian di atas yang perlu diperhatikan para guru adalah bahwa sasaran proses pembelajaran adalah siswa, oleh karena itu proses pembelajaran harus melibatkan siswa sehingga meningkatkan minat dan motivasi siswa untuk belajar. Oleh karena itu, guru harus memilih strategi dan pendekatan pembelajaran yang melibatkan siswa, memanfaatkan media pembelajaran baik teksbook atau kontekstual. Paradigma pendidikan modern menyatakan bahwa dalam proses pembelajaran guru bukanlah satu-satunya sumber belajar di sekolah tetapi sebagai motivator dan fasilitator.

2. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Sudjana (2000) mengemukakan bahwa hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor dalam diri siswa dan faktor yang datang dari luar diri siswa (faktor lingkungan). a. Faktor dari dalam diri siswa Faktor yang datang dari dalam diri siswa terutama adalah kemampuan yang dimiliki siswa. Kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai siswa. Menurut Carlk bahwa hasil belajar siswa di sekolah, 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan (Tim MKDK,1990). Faktor lain yaitu motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis. Motivasi adalah dorongan dari dalam diri siswa atau seseorang untuk melakukan sesuatu dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Motivasi memegang peranan penting dalam belajar karena makin kuat motivasi seseorang dalam belajar maka makin optimal seseorang dalam melakukan aktivitas belajar (Tim MKDK, 1990). Perhatian seseorang akan meningkatkan konsentrasi, yang pada gilirannya akan meningkatkan hasil belajar dan tidak lekas lupa. Faktor fisik dan psikis merupakan kondisi awal suatu kegiatan belajar. Kondisi fisik yang tidak kondusif, misalnya sakit, pasti akan mempengaruhi faktor-faktor lain yang dibutuhkan untuk belajar. Demikian pula kondisi psikis yang kurang baik, misalkan gelisah,

tertekan, dan lainnya merupakan kondisi awal yang tidak menguntungkan seseorang untuk belajar sehingga belajar menjadi tidak optimal. b. Faktor lingkungan Faktor lingkungan merupakan faktor dari luar diri siswa yang menentukan atau mempengaruhi hasil belajar siswa. Salah satu lingkungan belajar yang dominan mempengaruhi hasil belajar siswa di sekolah adalah kualitas pembelajaran yaitu tinggi-rendahnya atau efektif tidaknya proses pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran. Setidaknya ada tiga unsur dalam pembelajaran yang akan mempengaruhi hasil belajar siswa, yaitu: 1). Kompetensi guru Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas pembelajaran adalah guru, sebab guru adalah sutradara dan sekaligus aktor dalam proses pembelajaran di samping buku pelajaran, dan media pembelajaran atau alat bantu. Dari variable guru yang paling dominan mempengaruhi kualitas pembelajaran adalah kompetensi profesional yang dimilikinya, artinya kemampuan dasar yang dimiliki guru baik di bidang kognitif (intelektual), seperti penguasaan bahan ajar, bidang sikap seperti mencintai profesinya, dan bidang perilaku seperti ketrampilan mengajar, menilai hasil belajar siswa, dan lainnya.

2). Karakteristik kelas Variabel karakteristik kelas yang mempengaruhi hasil belajar siswa antara lain: a) besarnya kelas (class size), b) suasana belajar, c) fasilitas dan sumber belajar yang tersedia. 3). Karakteristik sekolah Karakteristik sekolah berkaitan dengan disiplin sekolah,

perpustakaan yang ada di sekolah, letak geografis sekolah, lingkungan sekolah, estetika dalam arti memberikan perasaan nyaman dan kepuasan belajar, bersih, rapih dan teratur (Sudjana, 2000).

B. Pembelajaran JAS (Jelajah Alam Sekitar) JAS adalah Jelajah Alam Sekitar merupakan sebuah pendekatan baru dalam pendidikan yang dikembangkan melalui program hibah kompetitif A2. Menurut Ridlo (2005), JAS merupakan suatu strategi alternatif dalam pembelajaran IPA dengan mengajak subjek didik mengekplorasi lingkungan untuk mencapai kecakapan kognitif, afektif, dan psikomotorik sehingga memiliki penguasaan ilmu dan keterampilan, penguasaan berkarya, penguasaan mensikapi dan penguasaan bermasyarakat. Lingkungan sekitar dalam hai ini bukan saja sebagai sumber belajar tetapi menjadi objek yang harus diuntungkan sebagai akibat adanya kegiatan pembelajaran. Pembelajaran JAS berbasis pada akar budaya, dikembangkan sesuai dengan metode ilmiah dan dievaluasi dengan berbagi cara.

Kartijono dan Mariyanti (2005) berpendapat, JAS adalah suatu pendekatan pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan alam sekitar kehidupan peserta didik baik lingkungan fisik, sosial, budaya sebagai objek belajar IPS dengan mempelajari fenomenanya melalui kerja ilmiah. Pendekatan ini menekankan pada kegiatan pembelajaran yang dikaitkan dengan situasi dunia nyata, sehingga dapat membuat wawasan berpikir yang beragam dari seluruh peserta didik. Pendekatan ini memungkinkan peserta didik dapat mempelajari berbagai konsep dan cara mengkaitkannya dengan kehidupan nyata, sehingga hasil belajarnya lebih berdaya guna bagi kehidupannya. Adapun Santoso (2005) menjelaskan pembelajaran JAS sebagai berikut: 1) selalu dikaitkan dengan alam sekitar secara langsung, tidak langsung, maupun menggunakan media; 2) selalu ada kegiatan berupa peramalan, pengamatan, dan penjelasan; 3) ada laporan untuk dikomunikasikan baik secara lisan, tulisan, gambar, foto atau audiovisual. Sedangkan, Andreas (Santoso, 2005) menyatakan JAS merupakan contextual teaching and learning (CTL)-nya IPS. Dalam implementasi JAS, penjelajahan merupakan penciri kegiatan dan alam sekitar merupakan objek yang bisa di ekplorasi fungi dan strukturnya. Untuk lebih jelasnya diuraikan di bawah ini yaitu: 1) Kegiatan penjelajahan merupakan suatu strategi alternatif dalam

pembelajaran IPS dengan mengajak subjek didik aktif mengekplorasi lingkungan untuk mencapai kecakapan kognitif, afektif, dan psikomotoriknya sehingga memiliki penguasaan ilmu dan keterampilan, penguasaan berkarya,

penguasaan mensikapi dan penguasaan bermasyarakat. Lingkungan sekitar dalam hal ini bukan saja sebagai sumber belajar tetapi menjadi objek yang harus diuntungkan sebagai akibat adanya kegiatan pembelajaran.

Pembelajaran JAS berbasis pada akar budaya, dikembangkan sesuai dengan metode ilmiah dan dievaluasi dengan berbagi cara. 2) Penciri dalam kegiatan pembelajaran JAS adalah: a. Selalu dikaitkan dengan alam sekitar secara langsung, tidak langsung, maupun menggunakan media. b Selalu ada kegiatan berupa peramalan, pengamatan, dan penjelasan. c. Ada laporan untuk dikomunikasikan baik secara lisan, tulisan, gambar, foto atau audiovisual. 3) Model-model pembelajaran yang bisa dikembangkan adalah model yang lebih bersifat student centered, lebih memaknakan sosial, lebih

memanfaatkan multiresources dan assesment yang berbasis mastery learning. Menurut Kartijono dan Mariyanti (2005) ciri-ciri pembelajaran dengan pendekatan JAS adalah sebagai berikut: a) constructivisme, b) proses IPS, c) inquiri, d) ekplorasi lingkungan alam sekitar, e) alternative assessment. Sedangkan hakekat pendekatan pembelajaran JAS adalah 1) siswa belajar dengan melakukan secara nyata dan alamiah; 2) bentuk kegiatan lebih utama daripada hasil; 3) terbentuknya masyarakat belajar; 4) berpikir tingkat tinggi; 5) memecahkan masalah; 6) menanamkan sikap ilmiah; 7) hasil belajar diukur dengan berbagai cara ( tidak hanya dengan tes).

C. Penilaian Autentik dalam Proses Pembelajaran. Terdapat empat komponen dalam KTSP yaitu (1) kurikulum dan hasil belajar, (2) penilaian berbasis kelas, (3) kegiatan belajar mengajar, dan (4) pengelolaan kurikulum berbasis sekolah. Asesmen adalah proses mengumpulkan informasi dan membuat keputusan berdasarkan informasi itu (Blaustein dalam Ibrahim, 2003). Puckett dan Black dalam Rosidin (2004) menjelaskan bahwa teknik dan strategi asesmen dapat dilakukan dengan formal dan informal. Dalam asesmen formal biasanya menggunakan tes-tes standar, sedangkan asesmen informal menekankan pada asesmen autentik 4P, yaitu performance, proses, produk, dan portofolio. Arends (1997) mengartikan asesmen autentik sebagai proses asesmen performance siswa dalam melaksanakan tugas-tugas tertentu dalam situasi nyata. Mc. Tighe dalam Rosidin (2004) juga menegaskan bahwa asesmen autentik mencari dan mengumpulkan serta mensintesis informasi kemampuan siswa dalam memahami dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan proses dalam situasi nyata. Asesmen autentik merupakan metode asesmen alternatif yang memungkinkan siswa untuk mendemonstrasikan kemampuannya dalam menyelesaikan tugas-tugas, menyelesaikan masalah, atau mengekplorasikan pengetahuannya dengan cara mensimulasikan situasi yang dapat ditemui di dalam dunia nyata. Asesmen autentik juga sering dikenal dengan istilah asesmen alternative atau asesmen lembar kerja yang kesemuanya ini merupakan upaya mendeskripsikan bentuk-bentuk asesmen yang lebih bermakna. Melalui cara ini

fokus asesmen bergeser dari peserta didik beraktivitas untuk mendapatkan nilai dengan menjawab atau memilih jawaban menjadi beraktivitas untuk menunjukan apa yang diketahui dan apa yang dapat dilakukan. Wiggins dalam Rosidin (2004) menyatakan bahwa asesmen yang tidak kontekstual kurang validitasnya. Dalam pengembangan asesmen yang kontekstual diperlukan asesmen autentik, yakni suatu asesmen yang valid dan autentik terhadap hal yang telah dipahami siswa. Stiggins dalam Rosidin (2004) menyatakan dalam salah satu prinsip penilaian assessment as instruction bahwa assessment and teaching can be one and the same. Dengan demikian asesmen autentik harus dipahami dan dilakukan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran. Dalam konteks tersebut, asesmen dilakukan untuk mendukung upaya peningkatan mutu proses pembelajaran. Menurut Ibrahim (2003), asesmen autentik dilakukan untuk mengevaluasi tugas-tugas autentik yang telah dilakukan oleh siswa, sehingga guru dapat memiliki informasi yang lengkap tentang siswa. Sedangkan, Rosidin (2004) menyatakan bahwa asesmen autentik bertujuan untuk menyediakan informasi yang absah/valid dan akurat mengenai hal yang benar-benar diketahui dan dapat dilakukan oleh siswa. Aktivitas siswa terdiri dari aktivitas yang dapat meliputi baik nyata maupun tersembunyi, yang pada dasarnya meliputi tiga aspek: kognitif, yaitu proses mengetahui dan berpikir; afektif atau perasaan dan emosi; dan psikomotorik, yaitu keterampilan. Menurut Nur dalam Ibrahim (2003), asesmen autentik memiliki cirri sebagai berikut: 1) mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa. 2)

10

mempersyaratkan penerapan pengetahuan dan keterampilan. 3) penilaian terhadap produk atau kinerja. 4) tugas-tugas konstekstual dan relevan. 5) proses dan produk, dua-duanya dapat diukur. Karakteristik asesmen autentik menurut Mulyani (2003) adalah asesmen autentik dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran, bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif, yang diukur keterampilan dan performansi, berkesinambungan, terintegrasi, dan dapat digunakan sebagai feed back. Asesmen autentik menurut Nur (2005) meliputi asesmen kinerja, portofolio, dan asesmen-diri siswa, penjelasan lebih lanjut sebagai berikut. a. Asesmen kinerja Asesmen kinerja terdiri dari setiap bentuk asesmen dimana siswa menunjukan atau mendemonstrasikan suatu respons secara lisan, tertulis, atau menciptakan suatu karya. Dalam asesmen kinerja siswa diminta untuk menyelesaikan tugas-tugas kompleks dan nyata, dengan mengerahkan pengetahuan awal, pembelajaran yang baru diperoleh, dan

keterampilanketerampilan yang relevan untuk memecahkan masalah-masalah realistik atau autentik. Siswa mungkin diminta untuk menggunakan bahanbahan atau melakukan kegiatan hands-on dalam mencapai pemecahan masalah. Beberapa karakteristik asesmen kinerja adalah: 1) menyusun respons, 2) pemikiran tingkat tinggi, 3) keautentikan, 4) keterpaduan, 5) proses dan produk, 6) kedalaman vs luas namun dangkal. b. Asesmen portofolio

11

Asesmen portofolio merupakan suatu kumpulan sistematik karya siswa yang dianalisis untuk menunjukkan kemajuan siswa dari waktu ke waktu ditinjau dari pencapaian tujuan-tujuan pembelajaran. Salah satu figur penting dari asesmen portofolio adalah keterlibatan siswa dalam pemilihan contohcontoh karya mereka sendiri untuk menunjukan perkembangan atau pembelajaran dari waktu ke waktu Dalam penerapan asesmen portofolio sangat berpusat pada siswa dan siswa memiliki peran dalam pengasesan kemajuan mereka sendiri di dalam kelas. Keuntungan portofolio (Nur, 2005) yaitu menghubungkan asesmen dengan pembelajaran, portofolio memiliki validitas, portofolio meningkatkan jumlah di samping mutu tulisan dan menyumbang terhadap perkembangan kognitif, penggunaan portofolio mendorong siswa untuk melakukan refleksi atas karyanya, menganalisis kemajuan dan menetapkan tujuan perbaikan, dan hasil-hasil portofolio dapat digunakan untuk merencanakan pengajaran. c. Asesmen diri (self assessment) Asesmen-diri siswa merupakan elemen kunci dala asesmen autentik. Asesmen diri menggalakkan keterlibatan langsung siswa dalam pembelajaran. Siswa memiliki kebebasan untuk memilih kegiatan-kegiatan menantang, berani mengambil resiko, dan menyelesaikan tujuan-tujuan yang diinginkan. Siswa yang mengatur diri sendiri pembelajaran mereka tersebut (selfregulated learners) bekerja sama dengan siswa lain dalam bertukar ide, mencari bantuan bila diperlukan, dan memberikan dukungan kepada teman sebaya mereka. Akhirnya, self-regulated learners atau pembelajar mandiri

12

memonitor kinerja mereka sendiri dan mengevaluasi kemajuan dan hasil belajar mereka sendiri. Dalam penerapan asesmen autentik dalam pembalajaran diawali dengan perencanaan dan pengembangan asesmen autentik terdiri dari delapan langkah: 1) membentuk tim, 2) menentukan tujuan-tujuan asesmen autentik, 3) menetapkan tujuan-tujuan pembelajaran khusus atau indikator, 4) melakukan pengembanga asesmen autentik secara profesional, 5)

mengkumpulkan contoh-contoh asesmen autentik, 6) mengadaptasi asesmen yang ada atau mengembangkan yang baru, 7) menguji coba asesmen autentik, 8) menelaah tugas autentik.

D. Motivasi Belajar

E. Hasil belajar IPS

F. Kerangka Berfikir
Untuk mengetahui masalah yang akan dibahas, perlu adanya kerangka konseptual yang merupakan landasan dalam meneliti masalah yang bertujuan untuk

13

menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu penelitian dapat digambarkan sebagai berikut :

(X1) Sertifikasi

Hasil Belajar IPS (Y) (X2) Lingkungan

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual

G. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka teoritik di atas maka hipotesis penelitian ini adalah:
1. Ada pengaruh persepsi tentang pembelajaran JAS dan motivasi belajar secara simultan terhadap hasil belajar IPS siswa kelas VI SDN Plumbon 2 Kecamatan Porong Sidoarjo 2. Aada pengaruh persepsi tentang pembelajaran JAS dan motivasi belajar secara parsial terhadap hasil belajar IPS siswa kelas VI SDN Plumbon 2 Kecamatan Porong Sidoarjo?

14

3. Pembelajaran JAS mempunyai pengaruh dominan terhadap hasil belajar IPS siswa kelas VI SDN Plumbon 2 Kecamatan Porong Sidoarjo

You might also like