You are on page 1of 3

Sahabatku Berandal, Aku pun juga

Allahuakbar, Allahuakbar.......... Sayup sayup adzan telah berkumandang di Desa Dekombongan. Serentak muda-mudi muslim menuju masjid untuk shalat maghrib berjamaah. Namun lain halnya dengan Slamet, Tami, dan Nia. 3 sahabat ini terkenal berandal. Meskipun mereka tidak pernah mengganggu warganya, namun perilaku mereka yang tidak jauh dari judi dan miras yang membat warga sekitar merasa risih. Dan seperti biasanya, suasana maghrib kali ini pun digunakan mereka untuk sekedar bermain remi. Slamet Tami Slamet Nia Tami Nia Slamet : (mengocok kartu). Siap belum ? : Jangan banyak omong deh. Bagiin saja ! : (membagikan kartu) : Buah bagus ni. Menang lagi pasti aku : Udah aku bilang gak usah banyak omong kamu Nia ! : Biasa aja dong mi ! : Mau main atau mau ribut ni ? (sambil membanting kartu)

Permainan pun kembali berlanjut dengan alotnya dengan sejumlah uang taruhan di tengah-tengah mereka. Disisi lain, Dira, Ana, dan Reni yang datang dari kampung sebelah telah keluar dari masjid yang tanpa sengaja lewat di depan mereka (Slamet, Tami, dan Nia) yang lagi asik bermain kartu. Terjadi percakapan kecil antara mereka. Ana Reni Dira Ana : Ckckck. Mau jadi apa mereka ini ? : Entah. Tapi banyak tu duit mereka : Asyik kali ya kalau kita ikut gabung. : Iya juga ya. Lho ?? Mau jadi apa kita ini. Ayo pulang

Keesokan harinya, mereka (Ana, Reni,dan Dira) yang tinggal disatu rumah sedang bersihbersih dan menemukan album foto lama. Reni Dira Reni Ana Dira : (menunjuk suatu foto). Eh lihat, ini kan foto mu Dira waktu SD dulu : Iya. Itu waktu aku masih berempat dengan sahabatku : Hufth masa lalu kamu itu : Empat ? Siapa-siapa ? : Empat tu kita aku plus tiga yang lainnya. Hhaa :D

Lagi-lagi maghrib lagi-lagi maghrib, lagi-lagi mereka ke masjid lagi-lagi mereka ke masjid. Dan lewat di depan berandalan judi itu lagi. Seperti biasa mereka hanya mengabaikannya. Slamet Nia : Hha. Gak bosen apa mereka tiap hari ke masjid : Shalat itu kan tiang agama met. Kalo gak shalat ya dosa

Tami Slamet

: Aku bilang apa kemaren Nia ? Jangan banyak omong la. Kita main aja. : Iya ayo lanjut.

Sepulang shalat, mereka (Dira, Reni dan Ana) kembalib lewat depan berandal tadi. Merasa risih dan terganggu, para berandal pun menegur mereka. Tami Reni Tami Nia Dira Ana Dira Slamet : Hei !!! Tidak ada jalan lain apa ?! : Kami kan cuma numpang lewat disini. Emang ini jalan kalian apa ? : Gak usah banyak omong la ! Kami merasa terganggu disini. : Istighfar mi istighfar (memegang pundak tami). : Iya mi, istighfar. : Eh !! di pihak mana sih kamu ?? : Hhee. Maaf maaf kan cuma nyuruh sabar : (menjauh dari kerumunan). Ini ni kalau wanita lagi cekcok, laki-laki pasti terpinggirkan Nia : Aduuuh kok ngajak ribut semua sih ? (sambil mengambil uang taruhan) Tami : Niaaaaa ! Gak usah banyak tingkah, taruh lagi tu duit. Nia : menaruh lagi duitnya. (adu mulut pun terus terjadi) Slamet : Hei para wanita. Gak usah adu mulut tak jelas kayak ini. Tu kan ada kartu. Main kartu sana. Kalu kami menang kalian tidak usah lewat sini lagi. Kalau kami yang kalah, kami akan mengikuti jejak soleha kalian. Setuju ? Ana Reni Dira : Stuju Nia & Tami : Stuju Tak disangka mereka malah bermain remi bersama. Slamet duduk agak jauh dari mereka membiarkan mereka menyelesaikan permainannya. Namun Slamet tertuju pada sebuah tas dan dia menemukan sebuah foto yang ada empat orang difoto itu dan Slamet pun teringat sesuatu. Slamet Dira Nia Tami Dira Nia Tami Dira Ana & Reni Slamet Ana Reni Dira Tami Ana : (menuju tempat bermain remi sambil membawa foto tadi). Hei milik siapa ini ? : (menunjuk tangan). Itu punyaku. Kembalikan ! : Eh itu kan foto kita SD dulu mi : Gak usah banyak omong ya ! Tapi benar juga ya : Tunggu. Siapa nama kalian bertiga ? : Aku Nia, ini Tami dan ini Slamet : Kamu dira ya ? : Lama tak ketemu mi (berpelukkan dengan Tami) : (bengong melihat pertemuan mereka) : Ckckck. Bisa ketemu lagi dengan cara kayak ini. : Waduuuh sudah malam ini. Ayo pulang : Ayolah. Sudah larut ni. : Maap ya. Mereka sahabat lamaku dulu. Kami pernah berjanji dulu : (menyambung omongan) Kalau kita berpisah dan tiba-tiba bertemu lagi maka kita tidak akan berpisah lagi apapun yang terjadi : Tapi mereka ini berandalan. Kamu mau ikut mereka jadi?

Dira Reni Ana Reni

: Siapapun mereka. Aku ikut mereka. : Apa boleh buat. Jalan kita sudah berbeda. Aku dan Ana akan tetap pada jalan kami yang benar! : Ok dir. Semoga kau sukses bersama mereka. Senang bisa mengenalmu. : Ayo kita pulang.

Akhir kisah, Dira meninggalkan Ana & Reni demi janji nya dimasa lalu. Kini Dira berada dijalan yang terbilang salah bersama Slamet, Tami, dan Nia. Kini hari-hari mereka dijalani dengan kartu remi dan kehidupan berandal mereka. Tidak ada yang tahu apakah mereka akan mengubah jalan mereka ke jalan yang benar. Tapi setidaknya mereka bersama.

SELESAI

You might also like