You are on page 1of 8

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG Proses menua pada manusia merupakan fenomena yang tidak dapat dihindarkan. Semakin baik pelayanan kesehatan sebuah bangsa makin tinggi pula jumlah penduduknya yang berusia lanjut, demikian pula di Indonesia (Kusuma Putro, 2002). Kemajuan dan keberhasilan pembangunan di Indonesia memperpanjang usia, kualitas, dinamika serta kesiapan penduduk. Kemajuan meningkatkan kecepatan pertumbuhan dan jumlah penduduk lanjut usia (Chamsyah, 2004). Namun, disisi lain pembangunan secara tidak langsung juga berdampak negatif melalui perubahan nilai-nilai dalam keluarga yang berpengaruh kurang baik terhadap kesejahteraan lansia. Lansia sering kehilangan pertalian keluarga yang selama ini diharapkan. Perubahan yang terjadi juga menyebabkan berkurangnya peran dan status lansia dalam keluarga. Selain itu juga mulai terlihat hilangnya bentuk-bentuk dukungan keluarga terhadap lansia ( Junaidi, 2007 ). Pertumbuhan jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia tercatat sebagai paling pesat di dunia dalam kurun waktu 1990-2025 karena keberhasilan pelayanan kesehatan (Darmojo, 2002). Menurut data BPS pada tahun 2000, populasi lanjut usia adalah 17.767.709 jiwa atau 9,77 % dari total jumlah penduduk. Sedangkan pada tahun 2010 diperkirakan populasi lanjut usia berkisar 23.992.552 jiwa atau 9,97 %. Diprediksi tahun 2020 jumlah lansia

mencapai 28.822.879 jiwa (11,34%), kenaikan pesat itu berkait dengan usia harapan hidup penduduk Indonesia. Dengan peningkatan usia harapan hidup tentunya mempunyai dampak lebih banyak terjadi penyakit pada lansia, terbesar adalah gangguan depresi sehingga lansia merasa kurang dihargai, tersisih dari kehidupan masyarakat dan tidak jarang mereka menjadi terlantar. Fenomena ini terjadi karena adanya pergeseran nilai budaya tradisional, yaitu mereka menganut norma yang menganggap orangtua bagian dari kehidupan keluarga yang tidak dapat dipisahkan dan didasarkan pada suatu ikatan kekerabatan yang kuat dan orangtua dihormati serta dihargai, sehingga anak-anak mempunyai kewajiban untuk mengurus orangtua, norma ini menjadi berkurang dengan adanya kemajuan zaman. Di pihak lain, sebagian dari orang yang lebih muda masih beranggapan para lansia tidak perlu aktif dalam urusan kehidupan sehari-hari. Semua hal-hal yang diuraikan di atas akan memperburuk fungsi integrasi sosial dari para lansia dengan lingkungannya, sehingga terjadi kesenjangan antara lansia dengan mereka yang lebih muda. Akibatnya, lansia hidup dalam keterasingan (alienasi) dan merasa sepi yang dapat menyebabkan tekanan jiwa (depresi) serta menurunnya daya tahan tubuh dengan segala manifestasi penyakit yang dapat ditimbulkannya. Sehingga dalam hal ini perlu adanya peran serta yang besar dari keluarga dalam memberikan dukungan sosial dan pemenuhan kebutuhannya. Dalam menghadapi stressor kehidupan penting untuk memberikan dukungan sosial kepada individu yang bersangkutan. Dukungan sosial merupakan salah

satu sumber penanggulangan terhadap stress yang penting yang mempunyai pengaruh terhadap kondisi kesehatan seseorang. H. Norman Wright, 2005 menyebutkan bahwa depresi muncul baik dalam keadaan krisis maupun tidak. Depresi tidak pilih kasih, depresi bisa menimpa anak berusia 6 tahun, maupun orangtua berusia 70 tahun, orang kaya maupun orang miskin, orang hitam maupun orang putih. Menurut para ahli di bidang kesehatan, depresi terjadi 10 kali lebih banyak pada usia lanjut yang menderita sakit daripada usia lanjut pada umumnya. Akibat lanjut dari depresi yang tidak terdiagnosis dapat mengakibatkan kematian. Keadaan depresi mempunyai resiko yang tinggi terhadap terjadinya bunuh diri. Rencana bunuh diri dapat terjadi langsung atau terselubung, misalnya dengan cara tidak makan atau berhenti meminum obat-obatan. Usia bukan merupakan faktor resiko terjadinya depresi, tapi kehilangan pasangan hidup atau menderita penyakit kronik dihubungkan dengan bertambahnya kerentanan terhadap terjadinya depresi. Usila yang mengalami kehilangan (misalnya kehilangan pasangan hidup, setelah operasi pengangkatan payudara), tinggal seorang diri, memiliki penyakit penyerta (misalnya darah tinggi, stroke, gangguan daya ingat) dan adanya interaksi obat beresiko mengalami depresi ( Nugroho, 2000). Keadaan depresi sering terlupakan jika tidak diperhatikan dengan seksama karena orang yang berusia lanjut (usila) sering tidak mengeluhkan perasaan depresinya. Depresi yang terjadi pada usila dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain penurunan fungsi dari organ-organ tubuh yang disebabkan oleh proses penuaan, ketidakberdayaan, kehilangan sumber nafkah,

perubahan gaya hidup dan karena menderita penyakit tertentu (misalnya kanker). Sehingga dalam hal ini perlu adanya peran serta yang besar dari keluarga dalam memberikan dukungan sosial dan pemenuhan kebutuhannya. Dalam menghadapi stressor kehidupan penting untuk memberikan dukungan sosial kepada individu yang bersangkutan. Dukungan sosial merupakan salah satu sumber penanggulangan terhadap stress yang penting yang mempunyai pengaruh sebagai penyokong atau penopang kehidupannya. Namun, dalam kenyataannya ada lansia yang mampu memahami dan memanfaatkan dukungan dari keluarga dan ada pula yang kurang mampu memahami dan memanfaatkan dukungan dari keluarga ataupun dari tetangga atau teman, sehingga meskipun telah menerima dukungan keluarga yang baik tetapi masih menunjukkan ketidakpuasan (Kuntjoro, 2002). Pada studi pendahuluan penulis mendapatkan data penduduk di Kecamatan Sukoharjo pada tahun 2008 berjumlah 82545 orang, dengan jumlah lansia 8071 orang (9,78%). Desa Ngabean RW I terdiri dari 376 kepala

keluarga dan sebanyak 78 kepala keluarga (20,75%) mempunyai anggota keluarga lansia dengan luas wilayah 11.221 m2. Batas wilayah utara Desa Ngabean adalah desa Madyorejo, sebelah timur Desa Randulawang, dan sebelah barat adalah Desa Sanggrahan, sedangkan sebelah selatannya adalah sawah. Berdasarkan uraian diatas, diperkirakan bahwa lansia yang mendapat dukungan sosial dari keluarga tingkat depresinya rendah dibanding lansia yang tidak mendapatkan dukungan sosial dari keluarga, karena keluarga merupakan

kelompok sosial yang pertama kali dalam kehidupan manusia. Melalui keluarga individu dapat berinteraksi dengan lingkungan. Keluarga bisa dijadikan sistem pendukung utama bagi lansia, tempat untuk mengeluh dan berbagi rasa apabila terjadi kesulitan yang sedang dihadapi dan diharapkan bisa membantu menyelesaikan masalahnya. Berdasarkan fakta diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Pengaruh Dukungan Sosial Keluarga terhadap Tingkat Depresi pada Lansia di Desa Ngabean RW I Sukoharjo .

B. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian latar belakang tersebut diatas, maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah Apakah ada pengaruh dukungan sosial keluarga dengan tingkat depresi pada lansia di Desa Ngabean RW 01 Tahun 2010

C. TUJUAN 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh dukungan sosial keluarga terhadap tingkat depresi pada lansia di Desa Ngabean RW 01 tahun 2010.

2. Tujuan Khusus Tujuan penelitian ini secara khusus untuk mendeskripsikan: a. Untuk mengetahui tentang dukungan keluarga pada lansia di Desa Ngabean RW 01 tahun 2010

b. Untuk mengetahui tingkat depresi pada lansia di Desa Ngabean RW 01 tahun 2010.

D. MANFAAT PENELITIAN Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1. Keluarga Lansia Untuk memberikan masukan dan sebagai pengetahuan bagi anggota keluarga bahwa dukungan sosial keluarga perlu diberikan pada lansia. 2. Institusi a. sebagai bahan masukan dalam kegiatan proses belajar mengajar terhadap mata ajaran yang berhubungan dengan keperawatan jiwa, keperawatan komunitas dan gerontologi. b. sebagai bahan informasi, menambah kepustakaan dan wawasan bagi mahasiswa, tenaga kesehatan khususnya keperawatan dalam memahami dukungan keluarga sebagai salah satu faktor penyembuh atau penyebab depresi pada lansia dalam proses keperawatan 3. Peneliti a. memahami secara langsung dalam penerapan ilmu yang diperoleh tentang keperawatan komunitas dan geontologi khususnya dukungan keluarga sebagai salah satu faktor penyembuh atau penyebab depresi dalam proses keperawatan b. menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman khususnya dalam bidang komunitas dan gerontologi di lapangan

4. Lansia Menjelaskan bahwa dukungan sosial keluarga diperlukan untuk mengurangi gejala depresi.

E. KEASLIAN PENELITIAN Sepengetahuan peneliti belum pernah dilakukan penelitian secara langsung tentang pengaruh dukungan keluarga terhadap tingkat depresi pada lansia. Akan tetapi, hal ini merupakan penelitian pertama dilakukan di Desa Ngabean RW 01 Sukoharjo. Penelitian yang pernah dilakukan adalah Bondan Palestin, dkk (2010) tentang Pengaruh Umur, Depresi dan Demensia terhadap Disabilitas Fungsional Lansia di PSTW Abiyoso dan PSTW Budi Dharma Provinsi D.I. Yogyakarta ( Adaptasi Model Sistem Neuman ). Penelitian Bondan Palestin, dkk, menggunakan metode desain potong lintang dengan 70 responden di dua panti wredha. Dalam penelitian Bondan Palestin, dkk dapat disimpulkan bahwa kombinasi umur, status depresi dan status demensia dapat digunakan untuk memprediksi disabilitas fungsioanl lansia, kontribusi terbesar variabel bebas terhadap variasi disabilitas fungsional lansia berturut-turut adalah demensia, umur dan depresi, dalam perspektif MSN, penyebab penurunan disabilitas fungsional : status demensia, umur dan status depresi dapat dijelaskan sebagai stresor. Persamaan dengan penelitian ini adalah meneliti tingkat depresi lansia dengan menggunakan instrumen skala depresi geriatrik.

Perbedaan dengan penelitian ini adalah Bondan Palestin, dkk, meneliti mengenai pengaruh umur, depresi dan demensia terhadap fungsi disabilitas fungsional lansia. Sedangkan penelitian ini meneliti mengenai pengaruh dukungan keluarga terhadap tingkat depresi pada lansia. Selain itu juga, dalam penelitian Bondan Palestin, dkk menggunakan objek di panti Wredha. Sedangkan dalam penelitian ini obyek penelitian adalah lansia yang tinggal di Ngabean RW 01 Sukoharjo, yang tinggal bersama keluarga.

You might also like