You are on page 1of 17

Kebudayaan, Stress, dan Cardiovascular William W.

Dressler

Pendahuluan
Sejak setengah abad yang lalu, antropologi telah merujuk pada berbagai orientasi teoritis, antara lain (tapi tidak terbatas pada) orientasi interpretive, politikekonomi, dan orientasi biocultural. Pendekatan penelitan yang terakhir (biocultural), yang dihubungkan dengan perspektif ekologi dan adaptasi, terbukti produktif bagi bidangnya melalui usaha nyata untuk menghubungkan biologi dan budaya (culture). Penelitian dalam beberapa area antropologi medis bisa berproses dengan referensi biologi manusia yang minim (misalnya interaksi antara pasien dan doketer). Meskipun demikian, ada beberapa pertanyaan mengenai signifikansi budaya yang memerlukan pertimbangan variasi biologi dalam dan antar populasi. Dalam orientasi biocultural terdapat teori dan metode untuk menyelesaikan masalah ini dan memecahkan interaksi kompleks antara biologi dan budaya. Penyakit Cardiovascular, sebagai istilah umum, mengacu pada berbagai macam penyakit sistem cardiovascular, yang juga meliputi penyakit jantung dan pembuluh darah yang mempengaruhi bagian tubuh yang lain (misalnya stroke). Ahli antropologi medis sudah meneliti kategori penyakit yang lua ini dalam berbagai cata, tapi penelitian kali ini hanya berfokus pada kondisi yang sedikit penyakit di dalamnya tapi lebih oada sejenis barometer sistem secara keseluruhan: tekanan darah. Siklus tekanan darah regular pada sitem cardiocascular sangat penting bagi nutrisi jaringan. Oksigen dan nutrisi harus didistribusikan ke seluruh membrane sel. Biasanya tekanan darah yang rendah diperlukan untuk perfusi jaringan; tapi, tidak jarang orang yang tekanan darahnya lebih tinggi daripada yang diperlukan untuk perawatan sistem. Bahkan pada tekanan darah rata-rata (misalnya yang dianggap normal dalam dunia medis adalah 130/80 mmHg) resiko penyakit cardiovascular semisal serangan jantung meningkay secara signifikan.

Penelitian lintas budaya tentang tekanan darah sudah dilakukan lebih dari 30 tahun, kadang oleh ahli antropolgi medis, kadang oleh ahli epidemiologis dan ilmuwan-ilmuwan lainnya. Satu alasan yang membuat banyaknya studi tentang tekanan darah adalah kemudahan dalam mengukurnya. Tidak ada alat tambahan lain yang diperlukan kecuali sebuah sphygmomanometer dan stetoskop. Memang benar bahwa tekanan darah bisa diukur dengan mudah; tapi sejumlah kondisi harus distandarkan terlebih dulu. Oleh karena pengukurannya yang mudah dan hubungan pentingnya dengan penyakit lain, kajian lintas budaya pada distribusi tekanan darah akan memberikan sumber data yang banyak guna memahami proses biocultural.

Perbedaan Tekanan Darah Yang Ada di masyarakat

Henry dan Casel ( 1969 ) pengamatan yang dicatat bahwa ada perbedaan berarti pada tekanan darah pada masyarakat sedikitnya kembali kepada 1930s. Ada sejumlah dokumen yang muncul literatul yang medis di dalam 1950s dan1960s itu menyediakan data deskriptif pada atas berarti tekanan darah dan distribusi tekanan darah dengan umur dan jenis kelamin di dalam masyarakat yang secara dramastis berbeda dari masyarakat industi rumah bagi peneliti itu.Yang secara implisit dan bahkan kadang kadang explicas perbandingan secara tanpa kritik di buat sebagai contoh foragers seperti hadza afrika dan data dari amerika serika dan eropa yang secara khas peneliti telah di kejutkan oleh dua hasil.Pertama arti tekanan darah pada umumnya di temukan untuk menjadi banyak lebih rendah yang tradisional masyarakat di banding modern suka masyarakat amerika serikat.Kedua jarang tekanan darah di amati incrense dg umur atau untuk berbeda antara jenis kelamin di dalam masyarakat yang trdisional , sedang masyarakt modern yang meningkatkan tekanan darah dengan perbedaan umur antara para laki laki dan perempuan itu berubah dengan umur adalah normal. Dengan mengumpulkan studi tentang yang baik hati ini , almarhum 1970s ingrid waldron dan rekannya ( waldron etnal 1987 ) bisa membandingkan di atas 80 studi perbedaan tekanan darah berbeda diatas masyarakat. Tekanan darah menghubungkan karakterstik masyarakat belajar dengan data dari area hubungan antar manusia. Sejumlah hasil menarik muncul dari latihan ini. Pertama, masyarakat berarti sesuatu rangkaian sociocultural kompleksitas dengan masyarakat yang menurut kesatuan urutan yang umum dikenal dengan mecari makan, kepastoran ,holticoltural, agrikultur, dan gaya adaptasi industri. Kedua, peningkatan masyarakat berarti ketidaklinear tekanan darah dan sepanjang rangkaian ini melainkan ada peningkatan tajam / jelas di dalam tekanan darah berarti antar masyarakat agrikultur dan mengenai ilmu perkebunan, yang kemudian tinggal masyarakat industri tinggi.Dan ketiga, mengendalikan untuk masyarakat rata rata tinggal tidak mengubah pola teladan itu,yang mana diantaranya konsisten dihitung dengan umur dan jenis kelamin. Itu tidak mungkin bahwa pola ini adalah artifacs perbedaan antara peninjau di

dalam pengukuran tekanan darah. Seperti itu perbedaan akan lebih mungkin untuk mengabulkan pola teladan di banding menghasilkan mereka. Lebih lanjut, perbedaan ini bukanlah suatu artifact dari kasus di berlakukan,karena sejak pengukuran telah di laksanakan terpasang ( sedikitnya dengan kasar ) contoh yang mewakili masyarakat. Perkejaan waldron dan rekan yang mungkin menghadirkan paling meyakinkan bukti untuk perbedaan masyarakat di dalam resiko penyakit.

Perbedaan Tekanan Darah Dengan Pikiran

Sebagian catatan bebas dari dalam data diperiksa oleh Waldron dan pikirannya, di sana telah dikumpulkan rata-rata kenaikan tekanan darah diantara masyarakat mempraktekkan makanan hewan dan konektikultura model dari adaptasi, dan beberapa masyarakat dasar dari sistem pertanian luas dan ekonomi industri. Itu mendadak digunakan dalam kondisi baik pada jangka waktu yang panjang dianjuran bahwa sesuatu dipikir dengan kenaikan ilmu masyarakat yang rumit dari itu masyarakat adalah pikiran dengan kegunaan biologi manusia. Jangka waktu kulit ari transitif telah digunakan untuk melukiskan bentuk ini. Kulit ari transitif menunjukkan pada penggeseran bentuk dari abnormal dan makhluk hidup dengan sebuah populasi dari satu kekuasaan infeksi dan penyakit parasit (memahami dari kekurangan gizi) untuk kekuasaan penyakit kronis (memahami dari ketidakseimbangan gizi dan kelebihan kalori yang diterima). Bukti yang tepat dengan penelitian ini berasal dari mempelajari perbedaan pada tekanan darah dari masyarakat. Banyak dari pelajaran ini telah dibimbing oleh modernisasi hipotesa. Dalam riset penelitian ini, komunitas pemesanan dari tradisional untuk modern. Komunitas tradisional itu salah satu ekonomi lokal yang masih ada pada produksi untuk hubungan lokal; itu adalah pendidikan formal kecil; bahasa nasional tidak sering digunakan; struktur sosial keluarga diperluas tegas dan itu adalah penembusan kecil oleh seluruh kepercayaan sistem gaib. Komunitas modern itu yang mana gaji buruh mempunyai pengganti produksi lokal; pendidikan formal sebagai hadiah; bahasa nasional menggantikan dialog lokal; keluarga menjadi beberapa unit penting dari struktur sosial; dan manusia mengambil satu dari seluruh kepercayaan sistem gaib. Di sana sebuah gradien kenaikan bahaya dari penyakit kronis sebagai penunjuk dari kenaikan tekanan darah (seperti kenaikan air gula darah, kolesterol, kegemukan dan gejala penyakkit jiwa) yang dipikir dengan gradien dari kenaikan modernisasi. Hipotesis modernisasi sudah diinvestigasi dalam dua cara. Pertama dengan aggregate (mislnya proporsi orang yang dikerjakan dalam pertanian untuk menyambung hidup; proporsi rumah tangga keluarga inti) telah digunakan untuk menandai seluruh komunitas dalam continuum. Kemudian, perbedaan nilai tengah (mean) dalam tekanan darah dihitung dalam setiap kelompok dan variasi di dalam

dan antar kelompok yang diamati. Kedua, Modernisasi diukur pada tingkat individu, dalam hal pekerjaan individu atau tempat tinggalnya. Kemudian hubungan antara karakteristik modern dan tekanan darah tersebut dihitung. Hasilnya merupakan perbedaan tekanan darah yang terpercara dan konsisten antara kelompok yang disusun dalam sebuah rangkaian kesatuan modernisasi. Kumpulan tekanan darah dan varibel level individual kurang lebih konsisten. Setelah diteliti, perubahan pola makan merupakan contributor utama dalam pola ini. Hipotesis tersebut tebentuk dalam dua bentuk. Pertama, peningkatan asupan kalori dan penurunan aktivitas fisik identik dengan modernisasi yang bisa membawa pada obesitas dengan level yang lebih tinggi dan resiko serangan jantung. Penjelasan ini sangat mudah dipahami dengan mengatur pengukuran komposisi badan seperti indeks berat badan. Hal ini biasanya rutin dilakuakan dalam penelitian semacam ini, dan efek modernisasi pada tekanan darah tergantung pada berat badan. Kedua, perubahan asupan pola makan ditemukan identik dengan modernisasi, yang terdiri dari asupan sodium, dan lemat jenuh, keduanya dianggap berhubungan dengan peningkatan tekanan darah. Tapi sekali lagi, saat dicermati secara medetail, perubahan pola makn tidak sepenuhnya menjadi penyebab peningkatan level tekanan darah. Perhatian kemudian tertuju pada faktor sosial, psikologi, dan budaya yang bisa jadi memiliki andil dalam perbedaan yang sudah disebutkan di muka. Pada akhir tahun 1950an dan awal 1960an, ledakan aktivitas yang luar biasa tentang isu ini, dan puncaknya pada artikel tulisan Cassel, Patrick, dan Jenkins (1960). Pengamat-pengamat tersebut tertarik utamanya pada apa yang terjadi pada kaum migrant dari daerah pedesaan ke wilayah kota, meskpin alasan yang sama bisa diberikan pada perubahan budaya yang terjadi dalam komunitas manapun. Mereka menawrkan hipotesis berikut ini: orang yang pindah ke daerah baru (migrant) membawa pemahaman tertentu tentang bagaimana dunia bekerja, menurut akal sehat (misalnya yang apa dimaksud dengan bekerja, bagaimana pernikahan dilangsungkan, bagaiman sebuah keluarga memperlakukan diri mereka sendiri dan tetangganya, bagaimana cara beribadah dan lain-lain). Dia kemudia dihadapkan, bagaimanapun, dengan sebuah sistem yang bisa jadi tidak sesuai dengan

pemahamannya. Budaya sebuah tempat yang dominan dan baru harus dipelajari supaya seseorang bisa mengerti perilaku setiap orang, dan supaya dia tindakannya dilakukan dengan cara yang bisa dimengerti orang lain. Dengan kata lain, dia harus beradaptasi secara budaya dengan tempat barunya. Bahkan jika dia sukses, adaptasi semacam itu bisa jadi menelan biaya. Hal ini persis seperti apa yang disebut Hars Selye sebagai General Adaptation Syndrome (Sindrom Adaptasi Umum) saat dia menerangkan konsep stress dari kaca mata ilmiah untuk pertama kalinya pada tahun 1930an. Adaptasi membutuhkan biaya, dan biaya adaptasi tertulsi dalam tubuh kita yang kita sebut dengan kesehatan. Jadi, Cassel dkk. berargumentasi bahwa semakin tidak suksen seorang migrant beradaptasi dengan budaya barunya, semakin tinggi level sterssnya dan semakin tinggi pula tekanan darahnya. Hal inilah yang mengenalkan konsep stress, dan ide stress perubahan budaya, dalam literature modernisasi dan penyakit. Bagaimanapun, ada kesulitan teoritis dan metodis yang membatasi ranah penelitian di bidang ini. Pertama, adanya peningkatan kekecewaan dalam antropologi, khususnya antropologi budaya, dengan ide modernisasi secara keseluruhan. Orientasi teoritis yang memandu penelitian ini berasal dari model pembangunan ekonomi linier yang menuntun pemikiran paska Perang Dunia II. Seluruh masyarakat terlihat bergerak di sepanjang lintasan pembangunan yang akan berpuncak pada model produksi industri, ditemani dengan serangkaian perubahan sosil dan budaya yang sudah bisa diprediksi sebelumnya. Dramatisnya, hal ini sudah terbukti salah; tetapi teori sistem dunia menunjukkan fakta kondisi ketetrtinggalan yang terus berlanjut dalam sebuah masyarakat, karena hal ini menempati posisi luar/pinggiran dalam sistem dunia. Tanpa terpengaruh akan variasi spesifik teori yang mana yang digunakan, beberapa pandangan sistem dunia tampak mendeskripsikan dengan lebih akurat apa yang terjadi dengan pembangunan ekonomi (atau ketertinggalan pembangunan yang terus berlanjut) bukan perspektif modernisasi. Oleh karena itu, diperlukanlah beberapa cara berpikir lain tentang transisi epidemiologis. Kedua, sementara Cassel et al. mengembangkan teori yang sangat berguna efek kesehatan dari perubahan budaya, itu terbukti sangat sulit untuk benar-benar diuji. kelompok riset ini sangat produktif, tapi logika pengujian ide-ide ini tetap

merupakan logika epidemiologi. di epidemiologi logika membuat kesimpulan mengenai cara kerja proses penyakit umumnya melibatkan kelompok populasi perbandingan, salah satu yang diduga telah terkena faktor risiko tertentu, sedangkan yang satu tidak. dalam karya Cassel et al. logika ini melibatkan kelompokkelompok membandingkan diduga telah terkena satu set sosiokultural stres (misalnya, migran untuk sebuah novel pengaturan budaya) terhadap orang-orang yang belum terkena preted dalam bentuk kontradiksi sistem budaya yang digambarkan oleh teori. tidak pernah ada, bagaimanapun, dan bukti langsung bahwa kontradiksi budaya ini sebenarnya accurred. dalam kata lain, perkembangan metodologis untuk menilai dalam cara yang tepat dan ketat perbedaan budaya bersama antara kelompok-kelompok, dan bagaimana perbedaan-perbedaan ini dapat masuk ke dalam perilaku individu, yang pada gilirannya berhubungan dengan tekanan darah tinggi, tidak datang. Oleh karena itu teori dasarnya tetap belum teruji. Ketiga, anthropologis semakin mengalihkan perhatian untuk kemajuan terjadi dalam bidang serumpun (psikologi, socyology, dan epidemiologi, princcipally) sehubungan dengan model stres. periode 1960-an dan 1970-an adalah salah satu yang sangat subur dalam pengertian kedua teori dan metode dalam evolusi model stres. Enthnographers menarik pada perkembangan ini dan terpadu konsep dan metode ini dengan keprihatinan antropologi untuk menurunkan model stres relevan dalam rangka membangun masyarakat. ed enab ini para peneliti ini untuk menghindari perangkap konsep modernisasi, sementara pada saat yang sama menggunakan langkah-langkah yang bisa langsung dikaitkan dengan perilaku individu dan kesehatan cutcomes. ini berfungsi sebagai arah utama di reseanch seluruh period ini.

digambarkan pada bagian India Barat. Tidaklah wajar bagi seseorang untuk menikah sebelum memulai sebuah keluarga, dan seringnya individu akan mempunyai dua atau tiga anak. Praktik ini, berbarengan dengan solidaritas tinggi diantara saudara tua, menghubungkan individu-individu kedalam jaringan keluarga

besar. Karena individu diharapkan untuk mencukupi saudara mereka, baik itu di luar ataupun di dalam rumah, dan karena solidaritas saudara tua, ada aliran sumbersumber materi diantara keluarga. Dressler menyusun hipotesis bahwa hal ini terdiri dari sistem pendukung yang akan menyaring efek stress dari ketidak kongruen dari gaya hidup dan hipotesis ini sudah terbukti. Kelompok faktor-faktor sosial kedua dapat ditunjukkan sebagai resistant resources (sumber daya yang menentang). Resistant resources merupakan faktor yang memungkinkan individu untuk menghindari, bertahan, atau mengubah kejadian-kejadian yang membuat stress dan kenyataan di mana ia berada. Hal ini kemudian dapat dibagi menjadi 2 kategori. Dukungan sosial merujuk pada bantuan yang dapat diantisipasi atau diterima oleh individu dengan menunjukkan keanggotaannya dalam suatu jaringan hubungan sosial. meniru gaya merujuk pada penempatan individu dalam mendekati kedaan stress pada beberapa cara. Pada sisi lain, individu dapat secara aktif mencari cara menyadur kejadian pemicu stress (stressor); di lain sisi, individu bisa secara pasif ditarik dari keadaan stress dan berusaha secara emosional untuk mengubah pemahaman mengenai stressor. Salah satu model yang lebih berpengaruh di mana faktor-faktor ini mempengaruhi resiko penyakit dalam model penahan stress. Dijelaskan bahwa stress dalam hidup kurang lebih merupakan bagian yang selalu ada di mana-mana dalam keberadaan manusia, dan lagi tidak setiap orang mengalah pada dampak stressor. Lebih jauh, individu, meskipun mereka dihadapkan pada pemicu stress, bisa jadi tidak terserang dampak dari stressor tersebut karena ketersediaan sumber sumber sosial dan psikologi. Stressor kemudian akan memiliki 2 pola hubungan yang berbeda dengan resiko penyakit. di lain sisi, di mana sumber daya rendah, stressor akan mempunyai dampak penting pada resiko penyakit. Di sisi lain, jika sumber daya tinggi, individu dapat dijauhkan dari dampak stressor. Yang mana, sumber daya penolak dapat menahan dampak stressor. Sebenarnya, salah satu makalah yang paling berpengaruh dalam wilayah ini juga ditulis oleh Cassel (1976), yang turun menjadi model stress pada jenis ini dalam pencarian cara yang lebih spesifik secara operasional dalam menentukan proses stress.

Pertanyaannya kemudian menjadi bagaimana model umum ini dapat diaplikasikan dalam berbagai keadaan entografik. Scotch (1963) merupakan salah satu anthropologis awal yang melihat tekanan darah dari sebuah model stress eksplisit. Ia membandingkan sampel dari Zulu di Afrika Selatan, satu sampel hidup di tanah tradisional, yang lain hidup di wilayah perkotaan. Ia menemukan berbagai faktor yang berkaitan yang akan berkaitan secara berbeda dengan tekanan darah tinggi di setiap wilayah. Sebagai contoh, wanita yang telah malampaui masa mempunyai anak cenderung lebih memiliki tekanan darah tinggi di daerah pedesaan, sementara mereka yang tinggal di wilayah perkotaan cenderung memiliki tekanan darah rendah. Sama dengan individu yang menjadi anggota Gereja Kristen cenderung memiliki tekanan darah tinggi di wilayah pedesaan, dan tekanan darah rendah untuk wilayah perkotaaan. Scotch menerjemahkan pola hubungannya sebagai bukti dari stress, sesuai dengan ketidaksesuaian antara perilaku dengan konteks. Wanita yang telah melampui masa melahirkan mengalami kehilangan status sosial yang berharga di daerah pedesaan, sementara bagi yang tinggal di perkotaan terganti dengan beban ekonomi yang berat. Sama halnya dengan anggota Gereja Kristen yang melihat dengan kecurigaan tertentu pada daerah yang lebih tradisional dan konservatif, sementara di perkotaan hal ini membuka kemungkinan partisipasi sosial yang lebih besar. Sementara penelitian Scotch masih diterjemahkan secara luas (misal, ada sedikit ketegasan operasional untuk mendukung argumennya), penelitiannnya termasuk paling awal (groundbreaking) dan membuat suatu tahapan untuk penelitian berikutnya mengenai tekanan darah. Dressler (1982) mengembangkan sebuah model spesifik stres dan perubahan budaya di pulau St Lucia, di bagian timur Karibia, menggunakan sintesis teoritis yang digambarkan di atas, dan membangun kerja Scotch. Pada pertengahan 1970an, St Lucia telah mengalami sekitar 20 tahun yang sangat sederhana, tapi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan sebagai hasil dari inovasi dalam industri pisang, yang pada gilirannya memacu pembangunan di daerah-daerah lain. Peningkatan eksposur orang untuk media representasi Amerika Utara dan Eropa gaya hidup kelas menengah disertai pertumbuhan ini. Pelanggan akumulasi barang (misalnya, radio, stereo, impor furnitur) telah muncul sebagai definisi utama status sosial lokal. Kecepatan yang sama, potensi yang sebenarnya untuk meningkatkan

pendapatan untuk mendukung aspirasi gaya hidup seperti itu tidak tumbuh dengan kecepatan yang sama (pertumbuhan ekonomi dapat menetes ke bawah, tapi ia melakukannya dengan sangat lambat dan sangat tidak sempurna). Ini berarti bahwa untuk sebagian besar populasi sumber daya ekonomi yang diperlukan untuk bahan bakar gaya hidup status tinggi tidak hadir, meskipun ini hampir tidak berubah aspirasi gaya hidup. Menggambar pada teori-teori inkonsistensi status, Dressler berpendapat bahwa individu-individu yang mempresentasikan diri dalam interaksi sosial duniawi sebagai telah mencapai gaya hidup yang bernilai, tetapi yang tidak memiliki ekonomi yang berdiri konsisten dengan klaim, tidak akan menerima konfirmasi tentang status mereka klaim oleh lain. Ketidakkonsistenan dalam status sosial, yang disebut sebagai "gaya hidup ketidaksesuaian," diperkirakan menjadi stres kronis keadaan yang akan dikaitkan dengan tekanan darah tinggi, dan Hipotesis ini dikonfirmasi (setelah disesuaikan untuk usia, jenis kelamin, dan indeks massa tubuh). Pada saat yang sama, sosial dan psikologis dukungan sumber daya yang dapat mengatasi situasi stres diteliti. Di St Lucia, dukungan sosial alat bentuk yang sangat spesifik, relatif terhadap pola-pola pembentukan keluarga dan rumah tangga yang telah digambarkan dengan baik untuk Hindia Barat. Tidak biasa bagi orangorang untuk menikah sebelum memulai sebuah keluarga, dan sering individu akan memiliki anak dengan dua atau lebih orang lain. Praktek ini, bersama dengan solidaritas yang tinggi di antara saudara dewasa, link individu ke dalam jaringan besar rumah tangga. Karena individu diharapkan untuk mendukung anak-anak mereka, baik "di dalam" dan "di luar" rumah tangga, dan karena solidaritas saudara kandung dewasa, ada aliran sumber daya material di antara rumah tangga dengan link tersebut. Dressler hipotesis bahwa ini terdiri dari suatu sistem dukungan sosial yang akan menetralkan efek stres ketidaksesuaian gaya hidup, dan hipotesis ini juga didukung. Hasil-hasil ini di replikasi di berbagai pengaturan ( Bidon, Knight Dressler ,& Crews, 1997 : Dressler, 1993 : McGravey, 1999 ). Perlu notinjg namun, apa yang bervariasi, lebih dan kurang, di konteks budaya . Secara umum, gaya hidup dapat operationalized keganjilan dalam cara yang sangat mirip di konteks

yang berbeda, dan mempunyai efek yang sangat mirip. Hal ini karena proses kemudian menuju status incongruence semacang ini adalah fungsi dari bagaimana pasar kapitalis membuat jalan masuk ke pengaturan lokal. Pasar untuk producet mas-barang dan jasa, di alam global, karena umumnya memperlambat pertumbuhan ekonomi lokal. Oleh karena itu, aspek ini terlihat sangat banyak proses yang sama di tempat yang berbeda. Sistem dukungan sosial, bagaimanpun berakar dalam stuktur sosial dalam setiap pengaturan lokal, dan karena itu jauh lebih bervariasi. Dalam arti, kemudian, status incongruence / model dukungan sosial mewakili suatu pemeriksaan tentang bagaimana proses globalisasi berpotingan dengan struktur sosial lokal dalam hal hasil kesehatan jantung. Namun ada, cara-cara di mana budaya stres dapat diubah. Contoh baik ini dapat ditemikan dalam Janess (1990 ) studi tentang migran Samoa tekanan darah ke utara California. Perubahan budaya di Samoa dengan munculnya kata perang I I, dan mengawali proses migrasi dari Samoa ke Hawaii dan daratan Amerika menyatakan bisa, di bagian, kehidupan desa dalam konteks pusat-pusat kota San meneruskan aspirasi mereka untuk status sepanjang demensi, tradisional, terutama mencari status (matai ) dan peran kepemimpinan dalam keluarga. Di sis lain, ada yang mencari status Samoa sepanjang lebih tradisional menengah Amerika dimensi, terutama dalam hal kerah putih mencapai status pekerjaan. Dalam kasus yang pertama ada yang relatif berat investasi keuangan untuk mencapai status. Dalam kasus yang pertama ada yang relatif berat investasi keuangan untuk mencapai status. Dalam kasus terakhir investasi lebih dalam bentuk peningkatan kualifikasi pendidikan. Janes menciptakan dua ukuran status incongruence, satuinternal berorentasi ke arah masyarakat Samoa, dan yang lain berorentasi eksternal masyarakat Amerika. Masing-masing dikaitkan dengan peningkatan risiko tekanan darah tinggi. Sehubungan dengan sup sosial (orts, di samoa keluarga besar akan bersatu yang tepat untuk memeriksa dukungan sosial. Tetapi migrasi ke Amerika Serikat membuat unit keluarga sumber kesulitan juga, terutama dari tuntutan ekonomi yang memimpin orang-orang untuk lebih berfokus pada keluarga inti sebagai unit social yang relevan ada di pusat-pusat perkotaan Amerika. Oleh karena itu, Janes argud

bahwa itu hanya bagian dari dukungan pada saat mrasa perlu. Konsisten sedikit pun pengamatan etnografi ini,dukungan dari saudara yang lebih tinggi buffered stresors efek pada tekanan darah . Penelitian ini, incorparating wawasan dari model stres, prived sangat efektif dalam menggerakkan anthrologists medis beyont paradigma modernisasi dalam mempelajari risiko penyakit eardiovascular. Hal in penting untuk menekankan bahwa semua studi tersebut tertanam dalam penelitian etnografi pada masyarakat ini. Tanpa perhatian makna lokal dan pemahaman lokal, itu tidak mungkin untuk mengidentifikasi variabel yang relevan dalam setiap pengaturan dan mengembangkan langkah-langkah yang tepat budaya variabel-variabel tersebut untuk dimasukkan ke dalam variate multi model. Ethonography menyediakan konteks bagi penelitian. Pada saat yang sama, penelitian ini agak terbatas dalam penyelidikan influesces budaya dalam proses ini. seperti banyak penelitian antropologi, konsep kebudayaan interpretatif umum menyediakan konteks bagi penelitian, peneliti terkemuka untuk mengidentifikasi jenis-jenis tertentu dari perilaku sosial dan faktor-faktor penting karena makna yang melekat pada faktor-faktor tersebut yang khusus dalam pengaturan. Tapi bagaimana dengan efek lebih langsung budaya? Ini adalah apa yang Cassel dan rekan-rekannya sedang berdebat untuk dalam suratsurat sebelumnya, tapi alat-alat metodologis dan konseptual tidak tersedia untuk membuat ide-ide tersebut beroperasi. Dalam pekerjaan lebih baru, menggunakan budaya inovasi dalam teori dan metode, peneliti telah kembali ke pertanyaanpertanyaan ini.

Konsonansi Budaya, Stres dan Tekanan Darah


Salah satu tantangan dalam meneliti secara langsung (dan bukan kontekstual) pengaruh budaya terhadap resiko terkena penyakit terdapat dalam menemukan definisi budaya yang baiks ecara teoritis tepat dan dapat digunakan

untuk emmahami bagaimana individu sampai memperoleh resiko semacam itu. Masalah dalam menghubungkan budaya dengan individu adalah masalah yang dipandnag penting selam,a sejarah teori antropologi. Meskipun demikian menerapkan definisi kognitif budaya diharapkan dapat memberikan solusinya (Dressler & Bindon 2000). Pendekatan kognitif mendefenisikan budaya sebagai pengethauan yang orang harus miliki untuk dapat berfungsi sebagai anggota masyarakat. Budaya terdirid ari sekumpulan model skematis dan representasional dari wilayah-wilayah budaya yang seseorang pelajari. Model-model ini terdirid ari elemen-elemen didalam wilayah-wilayah dan hubungan-hubungan antar elemenelemen tersebut.Dari hubungan sosial biasa sampai ke ritual yang memiliki simbolsimbol didalamnya, kita sebagai individu dan kelompok belajar dan berbagi modelmodel budaya tentang bagaimana konteks sosial tertentu terbentuk, arti dari kejadian dan kondisi, dan kemampuan untuk menafsirkan perilaku orang lain dan penafsiran untuk mengarahkan perilaku kita sendiri. Selain itu, budaya tidak dapat dikurangi menjadi apa yang diketahui oleh individu tetapi harus dipahami sebagai sekumpulan pengetahuan yang tersebar didalam pikiran orang. Secara umum, ahli antropologi berusaha mencari jawaban masalah tentang hubungan pengetahuan budaya dengan perilaku individu dengan asumsi bahwa terdapat hubungan yang erat antara keduanya. pada saat bersamaan, literatur etnografi dipenuhi dengan contoh-contoh bagaimana orang mengklaim sekumpulan prinsip sebagai budaya mereka dan menggunakannya sebagai pedoman untuk perilaku mereka yang berbeda. Hubungan antara budaya dan perilaku memunculkan dilema. Dan mungkin terdapat banyak alasan mengapa individu tidak atau mungkin yang lebih tepat tidak dapat memunculkan perilaku yang sesuai dengan model budaya masyarakat. Dresssler dan teman sejawatnya (Dressler & Bindon 2000; Dressler & Santos 2000) menggunakan ide-ide ini untuk melakukan penelitian terhadap tekanan darah di Brazil dan di komunitas warga keturunan Afrika di bagian selatan Amerika Serikat. Mereka menyatakan bahwa tingkatan hubungan antara perilaku mereka sebagai perwujudan hubungan mereka dengan model budaya atau apa yang disebut dengan konsonansi budaya memiliki hubungan dengan tekanan darah.

Model konsensus kultural menggunakan respon dari serangkaian informan kunci untuk menstandarisasi serangkaian pertanyaan mengenai beberapa ranah kultural untuk menguji tingkat sharing antar informan, dengan asumsi bahwa pengetahuan harus dibagi untuk dianggap sebagai kultural. Jika sharing cukup, selanjutnya ini dapat disimpulkan bahwa semua informan menarik sebuah model kultural tunggal dalam merespon pertanyaan (perbedaan antarbudaya dalam respon dapat juga dideteksi menggunakan teknik tersebut). Kemudian, memeberikan bobot yang lebih besar kepada informan yang lebih utama dalam ruang pemahaman kultural, rangkaian respon terbaik secara kultural untuk pertanyaan dapat ditaksir. Dressler dan rekan menerapkan model ini pada ranah kultural gaya hidup dan dukungan sosial. Informan diminta untuk merangking serangkaian item gaya hidup dan perilaku dalam hal pentingnya dalam mendefinisikan kehidupan yang baik. Mereka juga diminta untuk merangking sejumlah dukungan sosial potensial seperti alternatif dalam merespon kondisi krisis. Data ini kemudian dianalisa menggunakan analisa konsensuskultural, dan, pada setiap masyarakat, ditemukan konsensus penting, menunjukkan model gaya hidup dan dukungan sosial yang terbagi secara luas (yang tentunya berbeda antar masyarakat). Penting untuk dicatat bahwa kejadian yang dinilai oleh informan dan keadaan sekitar dalam hal budaya, tidak individu, dan menonjol. Kemudian, survey penelitian epidemiologi lanjutan dilakukan dengan responden bertanya mengenai perilaku pribadinya dalam ranah gaya hidup dan dukungan sosial, dan di mana data mengenai tekanan darah, diet, aktivitas fisik, dan faktor lain didapatkan. kecocokan budaya dihitung sebagai derajat di mana respons individu sesuai dengan respon prototype secara kultural sebagaimana diperoleh dari analisa konsensus. Baik di Brazil maupun Amerika Selatan ditemukan bahwa semakin tinggi derajat konsensus kultural pada kedua ranah, semakin rendah tekanan darah (mengendalikan kovariat umum, diet, dan berbagai variabel psikologi). Investigator berpendapat bahwa kecocokan kultural yang rendah merupakan pengalaman penuh tekanan yang kronis dan besar. Individu yang pada tingkat yang sama mengetahui dan memahami model kultural yang yang tersebar secara luas untuk perilaku pada beberapa ranah menemukan diri mereka tidak

cukup pada perilaku mereka sendiri. Hampir bisa dipastikan, perasaan menjadi orang asing konvensi yang diterima diperkuat sebagaimana interaksi sosial biasa. hasil akhirnya adalah meningkatnya resiko penyakit jantung. Mengapa individu kurang cocok secara kultural? Bukti yang menunjuk pada faktor-faktor ekonomi sebagai faktor batasan utama (meskipun bukan satu-satunya). Pada masyarakat kapitalis yang lebih lanjut, tanpa sumber-sumber ekonomi yang cukup, biasanya menerima konvensi bagaimana hidup harus dijalani sangat tidak mungkin untuk dicapai dan dijaga. tetapi, hasilnya benar-benar menunjukkan bahwa dampak kesehatan pada sebuah posisi struktural tertentu dalam masyarakat ditengahi oleh proses-proses kultural.

RINGKASAN Penelitian antar-budaya mengenai resiko penyakit jantung telah sangat produktif untuk membangun teori dalam antropologi medis dan antropologi secara luas. sebagaimana ditunjukkan oleh Caudill (1958) beberapa tahun yang lalu, penyakit dapat digunakan untuk melacak garis kesalahan dalam sistem sosial budaya.

Demikian juga, penelitian mengenai tekanan darah lintas-budaya telah memberikan wawasan mengenai bagaimana budaya dan struktur sosial bersama-sama menghasilkan rintangan dan hambatan, dan untuk menciptakan dukungan dan sumber daya, untuk orang-orang dalam kehidupan sehari-hari mereka. Lebih jauh lagi, anthropologis medis yang mempelajari penyakit jantung menjadi sensitif pada sistem dunia dan bagaimana perubahan level-makro bisa memiliki konsekuensi yang terukur pada tingkat individu dan kondisi kesehatan mereka. Pada satu pengertian, penelitian dalam bidang ini memiliki sikuls penuh. Peneliti awal seperti Scotch dan Cassel menerjemahkan hasilnya pada batas teori budaya yang menekankan pemahaman berbagi, dan bagaimana inkonsistensi atau inkongruitis pada pemahaman dapat memicu stress dan penyakit. Peneliti berikutnya, dalam menerapkan model stress, dapat mengidantifikasi faktor-faktor pada tingkat individu dan untuk lebih cepat menguji pentingnya faktor-faktor tersebut. pentingnya budaya dalam proses tidak hilang, tetapi berlanjut suatu peran seperti konteks yang ditetapkan dan sebuah kerangka kerja terjemahan untuk penemuan yang lebih spesifik. Penelitian terkini, mengambil manfaat dari dari inovasi pada teori budaya dan metode penelitian, dapat menunjukkan secara empiris bagaimana budaya berkaitan dengan individu, yang pada gilirannya berkaitan secara biologis. Arah penelitian ini kemungkinan produktif baik dalam hal membangun teori budaya, maupun dalam hal menyingkap dimensi baru kesehatan manusia.

You might also like