You are on page 1of 141

Jum'at, 4 Mei 2012| Perempuan | Hidup Sehat | Otomotif | Travelista | Gadget | Cinema | Jendela Buku | Move

w w w .mediaindon ISO-8859-1 ISO-8859-1 w w w .mediaindon pub-1806562855 active GALT:#008000;G 1 in 3740804449

Google

Politik Ekonomi Olahraga Sepak Bola Megapolitan Tanah Air Mancanegara IPTEK Humaniora Selebritas Laga Dunia Laga Indonesia Sosok Lainnya Sains Teknologi Humanis Lingkungan

CITIZEN JOURNALISM
KIRIM ARTIKEL !! | KEMBALI KE INDEKS

Dilema Pendidikan di Indonesia PERINGATAN Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) yang jatuh pada 2 Mei 2012 adalah sebuah ritualitas rutin yang dilakukan masyarakat Indonesia tidak terkecuali Komite Aksi Mahasiswa Pemuda Anti Komersialisasi Pendidikan (KAMPAK Pendidikan) yang terdiri dari berbagai elemen di Yogyakarta.

Hilangnya kedaulatan pendidikan di Indonesia yang ditandai dengan tertutupnya akses pendidikan bagi masyarakat Indonesia menjadi bukti bahwa telah terjadi "komersialisasi pendidikan" di bangsa ini. Liberalisasi pendidikan sendiri sudah diawali dengan lahirnya Washington Consensus yang terdiri dari tiga lembaga internasional, yakni World Bank, WTO, dan IMF. Penegasan liberalisasi pendidikan itu sendiri tercantum di dalam perjanjian General Agreement on Trade and Services (GATS) yang memuat soal perdagangan jasa pendidikan. Konsepsi pendidikan lantas berubah dari public goods menjadi private goods. Perubahan konsep itu jelas menimbulkan beragam masalah bagi Indonesia pada geopolitik regional dan internasional. Permasalahan pertama ketika Indonesia melahirkan Undangundang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 yang di dalamnya memuat unsurunsur kehadiran peran asing untuk bisa menggerogoti kedaulatan pendidikan bangsa ini. Pada pasal 65 UU Sisdiknas disebutkan bahwa "Lembaga pendidikan asing yang terakreditasi atau yang diakui di negaranya dapat menyelenggarakan pendidikan di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku." Itulah salah satu pasal yang bermasalah karena membuka keran asing untuk bisa mengganggu stabilitas perguruan tinggi yang ada di domestik. Gambaran ini juga begitu mirip dengan gaya pendidikan pada zaman kolonial yang didirikan oleh Belanda pada saat itu. Modus operandinya adalah Belanda mendirikan sekolah-sekolah khusus bagi golongan tertentu untuk kemudian diperkerjakan atau mengabdi kepada Belanda. Tekanan asing kepada pendidikan tinggi di Indonesia jelas harus menjadi simbol perlawanan rakyat Indonesia di era ini. Permasalahan kedua adalah adanya praktik pemerintah Indonesia di dalam mendorong derasnya liberalisasi pendidikan di Indonesia. Kesalahan rezim Soeharto yang menandatangani ratifikasi GATS untuk liberalisasi pendidikan jelas menjadi ancaman domestik di Indonesia. Parahnya lagi, pemerintah saat ini tidak melakukan upaya mendesak WTO untuk bisa menggunakan haknya sebagai developing countries atau negara berkembang agar dapat lepas dari skema liberalisasi sektor jasa sampai dengan tahun 2015. Permisifnya pemerintah menunjukkan bahwa rezim SBY-Boediono telah mencederai preumble konstitusi 1945. Di samping itu pemerintah juga belum mampu memberikan akses pendidikan secara dasar bagi masyarakat Indonesia. Berbagai data statistik menyebutkan, capaian kinerja pemerintah di bidang pendidikan tak menunjukkan hasil yang signifikan. Hal yang seharusnya menjadi perhatian utama adalah masih tingginya angka putus sekolah. Mengutip data dari Kompas, bahwa terdapat 10,268 juta siswa usia wajib belajar (SD dan SMP) yang tidak menyelesaikan wajib belajar sembilan tahun. Di sisi lain, masih ada sekitar 3,8 juta siswa yang tidak dapat melanjutkan ke tingkat SMA. Tingginya alokasi APBN dalam sektor pendidikan, menjadi ironis karena berbagai kebijakan pemerintah justru turut berkontribusi terhadap tertutupnya akses pendidikan yang terjangkau dan pemerintah terkesan membiarkan berbagai komersialisasi dan pungutan yang marak terjadi. Salah satunya kebijakan mengenai rintisan sekolah berstandar internasional (RSBI).

Hal ini juga yang menjadi catatan bahwa rezim kapitalisme birokrat menjadi begitu besar kontribusinya dalam pembentengan hak-hak dasar atas pendidikan. Maka perlawanan terhadap rezim pemerintahan SBY-Boediono dan oligarki di dalamnya perlu dilakukan oleh rakyat Indonesia. Permasalahan ketiga adalah pendidikan di Indonesia belum mampu melahirkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang kompeten di tingkat global. Menurut laporan Organisasi Buruh Internasional (ILO), secara global jumlah pengangguran mencapai 1,1 milliar orang dan upaya membuka lapangan kerja merupakan tantangan bagi negara-negara di dunia. Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi menyebutkan sampai Januari 2012 jumlah pengangguran di Indonesia mencapai 7,5 juta orang. Kesalahan ini tidak hanya disebabkan oleh kurangnya lapangan pekerjaan di Indonesia, melainkan dikarenakan pendidikan kita belum memberikan bekal kuat agar SDM Indonesia mampu menjawab tantangan global. Minimnya akses pendidikan, serta kurangnya dana riset untuk mengembangkan keilmuan menjadi beberapa faktor yang mengutit bangsa ini. Dilansir di dalam vivanews.com bahwa dana riset Indonesia adalah terkecil di Asia. Permasalahan itu tentu jauh dari cita-cita besar Ki Hadjar Dewantara, mantan menteri pendidikan pertama Indonesia yang menginginkan bangsa ini bisa mencerdaskan warga negaranya. Oleh karena itu negara secara konstitusional harus mampu memberikan ruang dan kesempatan sebagai bentuk perhatian negara kepada bangsanya. (M.Reza S.Zaki, Menko Kebijakan Eksternal BEM KM UGM) ditulis oleh: m.reza s.zaki - pada tanggal Rabu, 02 Mei 2012 06:37 WIB Advertisement

Advertisement

MORE NEWS Jumat, 04 Mei 2012 17:35 WIB Banjir Bandang Terjang Hulu Sungai Tengah, Satu Tewas Jumat, 04 Mei 2012 17:28 WIB Penerapan Bea Keluar Barang Tambang tidak akan Gerus Surplus Perdagangan Jumat, 04 Mei 2012 17:20 WIB Demokrat Akui Popularitas JK Jumat, 04 Mei 2012 17:12 WIB Fantastis, Dugaan Korupsi Kehutanan di Riau Rp2,067 Triliun Jumat, 04 Mei 2012 17:05 WIB Pemerintah Larang Ekspor Lima Bahan Tambang Jumat, 04 Mei 2012 16:58 WIB Pria Bakar Diri di Depan Kantor Kedubes Belanda Jumat, 04 Mei 2012 16:51 WIB Dua Siswi SMA Berkelahi Jadi Tontonan Jumat, 04 Mei 2012 16:44 WIB Walubi Gelar Bakti Sosial di Pelataran Candi Borobudur Jumat, 04 Mei 2012 16:41 WIB Mendung Menggelayuti Pemakaman Ongen Jumat, 04 Mei 2012 16:37 WIB Remaja Australia Tewas saat Menyelam di Nusa Penida

Jumat, 04 Mei 2012 16:33 WIB Kematian Ongen tidak akan Ganggu Kasus Munir Jumat, 04 Mei 2012 16:30 WIB Kampung Ambon akan Direlokasi

Index Berita

FEATURES : Profil Perusahaan | Sejarah Singkat | Profil Pembaca | Karir KONTAK MEDIA : Iklan | Sirkulasi | Percetakkan | Production | Publishing

2004 - 2012 MediaIndonesia.com All rights reserved. Comments & suggestions please email micom@mediaindonesia.com kackdir linuxhacktivist.com

<-->

REDAKSI HARI INI EDITORIAL

O O O O O O O O O O O O O

DISKURSUS OPINI ANALISIS PENA PEMRED LAPSUS MIMBAR JUMAT PARIWISATA SUMUT KOMUNITAS WOL KLASIFIKA MOBIL SEPEDA MOTOR TELEKOMUNIKASI KOMPUTER/LAPTOP RUMAH JASA TANAH ELEKTRONIK DVD/VCD/CD DIREKTORI LOKAL

O O O O O O O

HOME MEDAN SUMUT ACEH WARTA WARTA FOKUS NASIONAL POLITIK EKONOMI & BISNIS NUSANTARA INTERNASIONAL PILKADA SUMUT SPORTS

O O O O O O O O O O O O O O O O O

PSMS LOKAL NASIONAL INTERNASIONAL GOSIP WAWANCARA RAGAM SEKS FILM KESEHATAN INFOTAINMENT GAYA HIDUP MUSIK TEKNOLOGI OTOMOTIF KREASI KULINER WAJAH FEMINA ANAK CITIZEN JOURNALISM

LOGIN

search...

SEARCH

search

com_search

FRIDAY, 04 MAY 2012 03:09

Menanti sinergi kemitraan pendidikan


Opini ALDWIN SURYA Jaminan lulusan berkualitas karena didukung infrastruktur yang baik, nampaknya menjadi persoalan serius pada semua jenjang pendidikan di Indonesia. Pelaksanaan Ujian Nasional (UN) pada jenjang pendidikan SMP dan jenjang pendidikan menengah (SMA/MAN/SMK) di seluruh pelosok nusantara sudah berakhir. Sambil menanti hasilnya, kalangan orangtua masih rada cemas karena belum memperoleh kepastian apakah anak mereka lulus. Rasa cemas orangtua patut dimaklumi mengingat keberhasilan UN menjadi indikator keberhasilan satu tahapan pendidikan sebelum akhirnya anak-anak mereka melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi.

Peluang menempuh pendidikan tinggi boleh jadi tidak ada pada orang tua yang keterbatasan dana meski anak mereka mampu secara akademik dan keterampilan. Keberhasilan UN di seluruh provinsi, kota/kabupaten dewasa ini menjadi indikator keberhasilan kepemimpinan di tingkat provinsi, kota/kabupaten hingga ke unit terkecil seperti kepala sekolah dan pelaku pendidikan. Di Sumatera Utara, Plt Gubernur Gatot Pujo Nugroho bersama bupati/wali kota, kepala dinas pendidikan dan kebudayaan, kepala dinas pemuda dan olahraga dan musyawarah pimpinan daerah terkait lainnya merasa berkepentingan terhadap keberhasilan UN. Indikator keberhasilan itu tercermin dari capaian kelulusan (100%), kejujuran peserta ujian dalam menjawab semua soal ujian, sterilisasi soal ujian--agar tidak bocor dan keamanan pelaksanaan sehingga bebas dari bocoran jawaban ujian yang cenderung spekulatif oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Semua perhatian untuk keberhasilan UN mengacu kepada keinginan untuk memajukan pendidikan di semua jenjang. Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan merupakan salah satu pilar mengukuran indeks pembangunan manusia (IPM). Selain aspek pendidikan, IPM diukur dari keberhasilan peningkatan kesejahteraan masyarakat dan kesehatan. Itu sebabnya banyak negara memberi perhatian besar terhadap kemajuan pendidikan bagi generasi muda. Di kawasan Asia Timur, Jepang adalah contoh bangsa yang sangat peduli terhadap kemajuan pendidikan. Sejak kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II. Pasca PD II, sejumlah anak muda belajar industri otomotif dan elektronika di sejumlah negara sekutu. Hasilnya industri otomotif dan elektronika Jepang tumbuh pesat dalam waktu relatif singkat. Kini, produk industri otomotif dan elektronika bersaing ketat dengan produk dari Eropa dan Amerika Serikat. Di sektor perdagangan beberapa komoditi unggulan, Jepang justru menjadi pemimpin pasar (market leader) di pasar dunia. Keberhasilan Jepang menjadi masukan berarti bagi bangsa lain di Asia. Intinya bermuara kepada kemampuan membentuk sinergi kemitraan yang berorientasi invensi (penemuan produk baru) dan inovasi (modifikasi dari produk yang pernah ada). Bukan kepada imitasi (mencontek/meniru secara utuh atau malah memalsukan produk). Sinergi kemitraan pendidikan sudah dimulai pemerintah melalui komitmen tinggi kepada pentingnya pendidikan. Wujudnya dilakukan dengan memberi alokasi dana memadai bagi implementasi pembangunan infrastruktur fisik (gedung, kantor, laboratorium) dan bukan fisik (kualitas guru dan dosen, kurikulum, koleksi buku cetak dan digital) sekolah dan perguruan tinggi pendidikan, pengajaran, penelitian serta pengabdian kepada masyarakat. Komitmen pemerintah terhadap pentingnya pendidikan sejalan peran serta elemen masyarakat seperti industri, jasa, dan organisasi yang merupakan pengguna lulusan. Lembaga pendidikan milik pemerintah dan swasta, terbukti mampu memenuhi keinginan pasar kerja. Inilah wujud sinergi kemitraan pendidikan sehingga setiap generasi lahir dan dibentuk untuk menghadapi perubahan global, bersaing dan inovatif. Pentingnya pendidikan bagi satu generasi diikuti Korea dan China. Bahkan produk industri China sudah merambah dan laku di pasaran dunia. Kemajuan Korea dan China dewasa ini mencengangkan dunia Barat dan dianggap sebagai kekuatan baru di sektor ekonomi dan perdagangan. Di belahan Selatan Asia, kemajuan teknologi dan kesehatan telah diwujudkan India. Negeri yang termasuk memiliki populasi penduduk besar di dunia ini dikenal dengan kualitas pendidikan tinggi bidang informasi dan telekomunikasi (IT), serta kesehatan. Hasilnya nampak pada kemampuan memasok

tenaga profesional bidang IT ke benua Amerika dan Eropa. Di Asia Tenggara beberapa negara seperti Singapura, Malaysia, Thailand dan Indonesia bersaing ketat agar unggul dalam disiplin ilmu tertentu. Wujudnya antara lain tercermin dari jumlah pelajar dan mahasiswa yang masuk ke satu negara atau malah keluar dari negaranya untuk belajar disiplin ilmu tertentu di negara lain. Berbagai tawaran fasilitas pendidikan dan bukti kualitas hasil pendidikan, membuat banyak calon pelajar dan mahasiswa yang berminat. Sejumlah negara menawarkan beasiswa kepada calon pelajar dan mahasiswa yang lolos seleksi ketat. Bukan hanya beasiswa, tawaran bekerja di perusahaan ternama setelah lulus kuliah dengan imbalan menggiurkan, telah menanti lulusan terpilih. Inilah wujud dari sinergi kemitraan yang mampu digalang pemerintah. Secara singkat, proses belajar dengan orientasi kepada kemajuan ilmu dan teknologi serta jaminan kemudahan untuk berkarier justru menjadi pelengkap ketertarikan orang belajar di satu negara. Banyak orang yang memutuskan belajar di luar negeri karena kualitas hasil pendidikan di satu jenjang pendidikan terbukti memudahkan lulusannya untuk masuk ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan mendapat pekerjaan dengan imbalan menggiurkan. Mutu Lulusan Jaminan lulusan berkualitas karena didukung infrastruktur yang baik, nampaknya menjadi persoalan serius pada semua jenjang pendidikan di Indonesia. Kualitas lulusan cenderung belum merata antara lulusan di kawasan kota, pinggiran kota dan pedesaan. Sejumlah peserta didik di kawasan pedesaan berjalan kaki beberapa kilometer bahkan belasan kilometer sebelum tiba di sekolah. Sejumlah peserta didik lain harus menempuh bebukitan dan menyeberang sungai digendong orangtua mereka. Namun, semua peserta didik tetap semangat belajar, sama seperti gurunya yang harus mengajar di kelas berbeda karena jumlah guru terbatas. Dengan contoh seperti ini, bagaimana kita akan berharap mutu lulusan semakin baik? Malah ada lulusan yang belum mampu memenuhi kualifikasi keahlian dan keterampilan yang diinginkan pengguna tenaga kerja. Akibatnya, banyak lulusan jejnang pendidikan menengah dan tinggi yang kalah bersaing dalam proses rekrutmen. Ikutan dari masalah ini adalah peningkatan angka pengangguran terdidik. Jika bilangan angka pengangguran terdidik ini ditambah dengan pengangguran tenaga tidak terdidik, maka jumlah pengangguran di Indonesia terus meningkat. Dalam situasi inilah sering dijumpai pekerja yang memiliki kekuatan tawar menawar (bargaining power) rendah dan terpaksa bekerja mengandalkan otot (bukan otak) dengan gaji rendah. Belajar dari pengalaman sejumlah negara yang memiliki kualitas pendidikan sangat baik, kita dapat menyimpulkan bahwa komitmen pemerintah membangun sinergi kemitraan dengan berbagai elemen masyarakat menjadi kunci sukses. Komitmen ini mestinya dihayati agar setiap warga memiliki kepedulian kepada pendidikan. Keberhasilan mobil esemka karya siswa sekolah menengah kejuruan (SMK) menjalin kemitraan dengan perusahaan otomotif untuk diproduksi secara massal merupakan bentuk nyata dari sinergi kemitraan pendidikan. Karena itu, potensi tenaga terdidik dan terampil yang dimiliki siswa SMK melalui karya mobil Esemka tetap dilindungi regulasi. Kita berharap tenaga terdidik dan terampil ini akan diberdayakan dan menjadi bagian dari kebangkitan mobil nasional. Semoga bentuk-bentuk lain dari sinergi kemitraan pendidikan akan wujud di Indonesia.

(dat03/wol/waspada)

| HOME | ABOUT US | PROFILE | CONTACT US | CAREER | AD RATES |

Developed by; Emiriana.Net

o o

Home Artikel Kekuatan Karakter Bagi Masa Depan Anak Pentingnya Memahami Kebutuhan Emosional Anak Proses Pembentukan Karakter Pada Anak Cara Terbaik Memahami Anak Cara Jitu Menumbuhkan Semangat Belajar Pada Anak Wajah Sistem Pendidikan Di Indonesia Membangun Karakter Sejak Pendidikan Anak Usia Dini Macam Macam Kepribadian Anak Belajar Pendidikan Karakter Dari Sepak Bola Peran Pola Asuh Dalam Membentuk Karakter Anak Cara Ampuh Mengatasi Persaingan Antar Saudara Bisakah Hypnosis Mengubah Karakter Anak? Karakter Anak Adalah Karakter Turunan Bagaimana Membentuk Karakter Mandiri Pada Anak Pendidikan Karakter Dari Seorang Ayah Pentingnya Pendidikan Karakter Dalam Dunia Pendidikan Enam Ciri Karakter Anak Bermasalah Siapakah Guru Pendidikan Karakter? Peran Pendidikan Karakter Dalam Melengkapi Kepribadian Peduli Pendidikan Karakter It Never Ends Kurikulum Ebook About Us

o o o

Pentingnya Pendidikan Karakter Dalam Dunia Pendidikan

Pendidikan karakter adalah pendidikan untuk 275 juta penduduk Indonesia Sebelum kita membahas topik ini lebih jauh lagi saya akan memberikan data dan fakta berikut:

158 kepala daerah tersangkut korupsi sepanjang 2004-2011 42 anggota DPR terseret korupsi pada kurun waktu 2008-2011 30 anggota DPR periode 1999-2004 terlibat kasus suap pemilihan DGS BI Kasus korupsi terjadi diberbagai lembaga seperti KPU,KY, KPPU, Ditjen Pajak, BI, dan BKPM

Sumber : Litbang Kompas Kini setelah membaca fakta diatas, apa yang ada dipikran anda? Cobalah melihat lebih ke atas sedikit, lebih tepatnya judul artikel ini. Yah, itu adalah usulan saya untuk beberapa kasus yang membuat hati di dada kita terhentak membaca kelakuan para pejabat Negara. Pendidikan karakter, sekarang ini mutlak diperlukan bukan hanya di sekolah saja, tapi dirumah dan di lingkungan sosial. Bahkan sekarang ini peserta pendidikan karakter bukan lagi anak usia dini hingga remaja, tetapi juga usia dewasa. Mutlak perlu untuk kelangsungan hidup Bangsa ini.

Bayangkan apa persaingan yang muncul ditahun 2021? Yang jelas itu akan menjadi beban kita dan orangtua masa kini. Saat itu, anak-anak masa kini akan menghadapi persaingan dengan rekan-rekannya dari berbagai belahan Negara di Dunia. Bahkan kita yang masih akan berkarya ditahun tersebut akan merasakan perasaan yang sama. Tuntutan kualitas sumber daya manusia pada tahun 2021 tentunya membutuhkan good character. Bagaimanapun juga, karakter adalah kunci keberhasilan individu. Dari sebuah penelitian di Amerika, 90 persen kasus pemecatan disebabkan oleh perilaku buruk seperti tidak bertanggung jawab, tidak jujur, dan hubungan interpersonal yang buruk. Selain itu, terdapat penelitian lain yang mengindikasikan bahwa 80 persen keberhasilan seseorang di masyarakat ditentukan oleh emotional quotient. Bagaimana dengan bangsa kita? Bagaimana dengan penerus orang-orang yang sekarang sedang duduk dikursi penting pemerintahan negara ini dan yang duduk di kursi penting yang mengelola roda perekonomian negara ini? Apakah mereka sudah menunjukan kualitas karakter yang baik dan melegakan hati kita? Bisakah kita percaya, kelak tongkat estafet kita serahkan pada mereka, maka mereka mampu menjalankan dengan baik atau justru sebaliknya? Dari sudut pandang psikologis, saya melihat terjadi penurunan kulaitas usia psikologis pada anak yang berusia 21 tahun pada tahun 20011, dengan anak yang berumur 21 pada tahun 2001. Maksud usia psikologis adalah usia kedewasaan, usia kelayakan dan kepantasan yang berbanding lurus dengan usia biologis. Jika anak sekarang usia 21 tahun seakan mereka seperti berumur 12 atau 11 tahun. Maaf jika ini mengejutkan dan menyakitkan. Walau tidak semua, tetapi kebanyakan saya temui memiliki kecenderungan seperti itu. Saya berulangkali bekerjasama dengan anak usia tersebut dan hasilnya kurang maksimal. Saya tidak kapok ber ulang-ulang bekerja sama dengan mereka. Dan secara tidak sengaja saya menemukan pola ini cenderung berulang, saya amati dan evaluasi perilaku dan karakter mereka. Kembali lagi ingat, disekolah pada umumnya tidak diberikan pendidikan untuk mengatasi persaingan pada dunia kerja. Sehingga ada survey yang mengatakan rata-rata setelah sekolah seorang anak perlu 5-7 tahun beradaptasi dengan dunia kerja dan rata-rata dalam 5-7 tahun tersebut pindah kerja sampai 3-5 kali. Hmm.. dan proses seperti ini sering disebut dengan proses mencari jati diri. Pertanyaan saya mencari diri itu didalam diri atau diluar diri? saya cocoknya kerja apa ya? Coba kerjain ini lah lalu kalau tidak cocok pindah ke lainnya. Kenapa tidak diajarkan disekolah, agar proses anak menjalani kehidupan di dunia yang sesungguhnya tidak mengalami hambatan bahkan tidak jarang yang putus asa karena tumbuh perasaan tidak mampu didalam dirinya dan seumur hidup terpenjara oleh keyakinannya yang salah. Baiklah kembali lagi ke topik, Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya dan adat istiadat. Bagi Indonesia sekarang ini, pendidikan karakter juga berarti melakukan usaha sungguhsungguh, sitematik dan berkelanjutan untuk membangkitkan dan menguatkan kesadaran serta keyakinan semua orang Indonesia bahwa tidak akan ada masa depan yang lebih baik tanpa membangun dan menguatkan karakter rakyat Indonesia. Dengan kata lain, tidak ada masa depan yang lebih baik yang bisa diwujudkan tanpa kejujuran, tanpa meningkatkan disiplin

diri, tanpa kegigihan, tanpa semangat belajar yang tinggi, tanpa mengembangkan rasa tanggung jawab, tanpa memupuk persatuan di tengah-tengah kebinekaan, tanpa semangat berkontribusi bagi kemajuan bersama, serta tanpa rasa percaya diri dan optimisme. Inilah tantangan kita bangsa Indonesia, sanggup? Theodore Roosevelt mengatakan: To educate a person in mind and not in morals is to educate a menace to society (Mendidik seseorang dalam aspek kecerdasan otak dan bukan aspek moral adalah ancaman mara-bahaya kepada masyarakat) Salam Timothy Wibowo

Mau Tau Cara Mudah Membentuk Karakter Anak? Klik Disini!


Rating: 8.1/10 (182 votes cast)

Berbagi Itu Indah Jika Anda menyukai artikel saya ini, Anda bisa klik tombol Share di bawah agar temanteman Anda juga bisa mendapatkan manfaat yang sama dari artikel ini.

Artikel Yang Lain


Karakter Anak adalah Karakter Turunan

Proses Pembentukan Karakter Pada Anak

Pentingnya Pendidikan Karakter Dalam Dunia Pendidikan, 8.1 out of 10 based on 182 ratings

Comments are closed.

Follow Us On Twitter Join Us On Facebook Artikel


o o o o o o o o o o o o o o o o o

Kekuatan Karakter Bagi Masa Depan Anak Pentingnya Memahami Kebutuhan Emosional Anak Proses Pembentukan Karakter Pada Anak Cara Terbaik Memahami Anak Cara Jitu Menumbuhkan Semangat Belajar Pada Anak Wajah Sistem Pendidikan di Indonesia Membangun Karakter Sejak Pendidikan Anak Usia Dini Macam Macam Kepribadian Anak Belajar Pendidikan Karakter Dari Sepak Bola Peran Pola Asuh Dalam Membentuk Karakter Anak Cara Ampuh Mengatasi Persaingan Antar Saudara Bisakah Hypnosis Mengubah Karakter Anak? Karakter Anak adalah Karakter Turunan Bagaimana Membentuk Karakter Mandiri Pada Anak Pendidikan Karakter Dari Seorang Ayah Pentingnya Pendidikan Karakter Dalam Dunia Pendidikan Enam Ciri Karakter Anak Bermasalah

Miliki Ebook Best Seller

Download Ebook Gratis


s

Name Email
Subscribe Now !

Who's Online 28 visitors online now 28 guests, 0 bots, 0 members Copyright 2011 - Kurikulum Pendidikan Karatker Anak Developed by: momendix

Home About Diskusi Kontak Konten Link Referensi Subscribe: Posts Comments Email

belajarpsikologi.com
Media belajar ilmu psikologi dan bimbingan konseling

Search in t

Bimbingan Konseling Ilmu Psikologi Jurnal Psikologi Klinis Organisasi Industri Pendidikan Perkembangan

Informasi

Home Informasi Pendidikan Pentingnya Pendidikan Bagi Kehidupan

Pentingnya Pendidikan Bagi Kehidupan


Posted by' Admin on January 15, 2012
3

Pentingnya Pendidikan
Pentingnya Pendidikan Bagi Kehidupan

Berbicara tentangt pendidikan kita semua pasti sudah tahu bahwa betapa pentingnya pendidikan tersebut. Pendidikan, kemampuan, pengetahuan merupakan salah satu modal yang kita miliki untuk hidup di zaman yang serba sulit ini. Mengapa dikatakan demikian? Kita tentu sudah bisa menjawabnya, apa hal pertama yang dilihat bila kita ingin mengajukan surat lamaran perkerjaan? Apa yang kita butuhkan ketika ingin memulai suatu bisnis atau usaha? Tentu saja pendidikan, kemampuan, wawasan dan pengetahuanlah yang kita butuhkan. Di dalam bangku pendidikan banyak sekali hal yang kita dapatkan.Tetapi entah mengapa banyak sekali warga di Indonesia ini yang tidak mengenyam bangku pendidikan sebagaimana

mestinya, khususnya di daerah-daerah terpencil di sekitar wilayah Indonesia ini. Sepertinya kesadaran mereka tetang pentingnya pendidikan perlu ditingkatkan. Sebagaimana yang diungkapkan Daoed Joesoef tentang pentingnya pendidikan : Pendidikan merupakan segala bidang penghidupan, dalam memilih dan membina hidup yang baik, yang sesuai dengan martabat manusia Dan tentulah dari pernyataan tersebut kita bisa mengambil kesimpulan bahwa Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan tidak bisa lepas dari kehidupan. Menjadi bangsa yang maju tentu merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh setiap negara di dunia. Sudah menjadi suatu rahasia umum bahwa maju atau tidaknya suatu negara di pengaruhi oleh faktor pendidikan. Begitu pentingnya pendidikan, sehingga suatu bangsa dapat diukur apakah bangsa itu maju atau mundur, karna seperti yang kita ketahui bahwa suatu Pendidikan tentunya akan mencetak Sumber Daya Manusia yang berkualitas baik dari segi spritual, intelegensi dan skill dan pendidikan merupakan proses mencetak generasi penerus bangsa. Apabila output dari proses pendidikan ini gagal maka sulit dibayangkan bagaimana dapat mencapai kemajuan. Bagi suatu bangsa yang ingin maju, pendidik harus dipandang sebagai sebuah kebutuhan sama halnya dengan kebutuhan-kebutuhan lainnya. Maka tentunya peningkatan mutu pendidikan juga berpengaruh terhadap perkembangan suatu bangsa. Kita ambil contoh Amerika, mereka takkan bisa jadi seperti sekarang ini apabila maaf pendidikan mereka setarap dengan kita. Lalu bagaimana dengan Jepang? si ahli Teknologi itu? Jepang sangat menghargai Pendidikan, mereka rela mengeluarkan dana yang sangat besar hanya untuk pendidikan bukan untuk kampanye atau hal lain tentang kedudukan seperti yangmaaf Indonesia lakukan. Tak ubahnya negara lain, seperti Malaysia dan Singapura yang menjadi negara tetangga kita.

Pentingnya Pendidikan Bagi Kehidupan


Mungkin sedikit demi sedikit Indonesia juga sadar akan pentingnya pendidikan. Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) yang jatuh pada tanggal 2 Mei menitikberatkan atau mengambil tema pendidikan karakter untuk membangun peradaban bangsa dan seperti yang diberitakan bahwa Kementrian Pendidikan Nasional telah menyediakan infrastruktur terkait akses informasi bekerja sama dengan MNC Group, melalui TV berbayarnya, Indovision menyiarkan siaran televisi untuk pendidikan.Dan juga penyediaan taman bacaan di pusat perbelanjaan. Namun apakah pendidikan karakter ini bisa mengubah masalah-masalah yang sering kita hadapi dalam dunia pendidikan? Didalam UU No.20/2003 tentang sistem pendidikan Nasional, tercantum pengertian pendidikan: pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, banga dan negara Namun satu pertanyaan, sudahkah pendidikan kita seperti yang tercantum dalam UU tersebut? Referensi :

http://smkn1yogyakarta.org/news/2-pentingnya-pendidikan.html http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/12/pentingnya-pendidikan-bagi-kehidupan/ Kata Kunci :

Pentingnya Pendidikan Bagi Kehidupan


Rating: 9.8/10 (4 votes cast) Pentingnya Pendidikan Bagi Kehidupan, 9.8 out of 10 based on 4 ratings

Tags: Artikel Pendidikan, Makalah Pendidikan, Pengertian Pendidikan, Pentingnya Pendidikan, Sistem Pendidikan, Tujuan Pendidikan

Previous
Macam-Macam Gaya Belajar

Next
Pengertian Media Pembelajaran Artikel terkait:

Dampak Penyalahgunaan Narkoba Tips Memilih Jurusan Kuliah Memilih Jurusan Psikologi Pendidikan Budi Pekerti Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini Pengertian Media Pembelajaran Pentingnya Media Dalam Pembelajaran Kurikulum Pendidikan Jangan Sering Berubah

Dapatkan update terbaru via Twitter @belajarpsikolog, atau ikuti komunitasnya di Facebook
3 Responses 1. John says: 01/18/2012 at 5:43 pm

Pendidikan bagi kehidupan suatu artikel yg sangat bagus dan inspiratif. Trims untuk artikelnya.

Reply 2. website pendidikan anak says: 01/24/2012 at 5:31 pm

Pendidikan emang sangat penting dikuatkan lagi dengan artikel ini sukses selalu !!
Reply 3. Pgtk Darunnajah says: 03/23/2012 at 12:12 am

artikelnya sngat menarik gan,,,slam sukses selalu


Reply Leave a Reply

Name (Required) Mail (will not be published) (Required) Website

Submit Comment

6399

6399

RSS Feed LinkedIn Google Plus

Masukkan e belajarpsikologi

en_US

Subscribe
Back to Belajar Psikologi

Latest Popular Comments Tags

Pengertian Remaja Menurut Para Ahli 76 Comments

Psikologi Lansia 33 Comments

Kenakalan Remaja 33 Comments

Pengertian Interaksi Sosial 26 Comments

Cara Belajar yang Baik 24 Comments 2012 belajarpsikologi.com. All rights reserved. Proudly designed by Theme Junkie. SEO services

Read more: PENDIDIKAN >> Pentingnya Pendidikan Bagi Kehidupan | belajarpsikologi.com

Selamat Datang Register | Login


Gwjuallobeli mengomentari artikel Massa Ormas vs Warga Tawuran di Solo - KOMPAS.com Angga Wibisono mengomentari artikel Tawuran Warga Kembali Terjadi di Solo - KOMPAS.com bakt noorseta mengomentari artikel KOMPAS bola - Mou: Mereka Cuma Tahu Sepak Bola dari

Google London Barat mengomentari artikel KOMPAS bola - City Kalahkan Newcastle, Fergie Putus Harapan steve haris mengomentari artikel Adele Gantikan Posisi Michael Jackson - KOMPAS.com Himawan Gegana mengomentari artikel Tawuran Warga Kembali Terjadi di Solo - KOMPAS.com Dipta Manusubhaga mengomentari artikel "Koboy Palmerah" Jadi Pembicaraan - KOMPAS.com Sari Bunga mengomentari artikel Ayah Cabuli Anak, Potret Masyarakat "Sakit" - KOMPAS.com

Gwjuallobeli mengomentari artikel Massa Ormas vs Warga Tawuran di Solo KOMPAS.com sekitar 1 menit yang lalu Angga Wibisono mengomentari artikel Tawuran Warga Kembali Terjadi di Solo KOMPAS.com sekitar 1 menit yang lalu

bakt noorseta mengomentari artikel KOMPAS bola - Mou: Mereka Cuma Tahu Sepak Bola dari Google 2 menit yang lalu London Barat mengomentari artikel KOMPAS bola - City Kalahkan Newcastle, Fergie Putus Harapan 2 menit yang lalu steve haris mengomentari artikel Adele Gantikan Posisi Michael Jackson - KOMPAS.com 3 menit yang lalu Himawan Gegana mengomentari artikel Tawuran Warga Kembali Terjadi di Solo KOMPAS.com 3 menit yang lalu Dipta Manusubhaga mengomentari artikel "Koboy Palmerah" Jadi Pembicaraan KOMPAS.com 4 menit yang lalu Sari Bunga mengomentari artikel Ayah Cabuli Anak, Potret Masyarakat "Sakit" KOMPAS.com 4 menit yang lalu
4fa3b28f77a7bc8

<a href='http://ads3.kompasads.com/new/www/delivery/ck.php?n=a0c78bfb&amp;cb=INSERT_RAND OM_NUMBER_HERE' target='_blank'><img src='http://ads3.kompasads.com/new/www/delivery/avw.php?zoneid=92&amp;cb=INSERT_RANDO M_NUMBER_HERE&amp;n=a0c78bfb' border='0' alt='' /></a>

HealthKOMPAS.comCetakePaperKompas TVBolaEntertainmentTeknoOtomotifFemalePropertiKompasianaUrban SerpongImages More

HOME DIREKTORI NEWS & FEATURES o Hot Topics o Health Concerns OBAT & VITAMIN LIFESTYLE o Food o Seks o Fitnes ALTERNATIF PSIKOLOGI KONSULTASI o Anak o Kandungan & Kehamilan o Kesehatan Umum o Seks o Kesehatan Jiwa o Nutrisi Anak BLOG EXPERT

LIFESTYLE / SEKS - ARTIKEL

Pentingnya Pendidikan Seks pada Anak Autis


Bramirus Mikail | Asep Candra | Senin, 16 April 2012 | 07:31 WIB

Dibaca: 2900

Komentar: 0 |

Share:

shutterstock TERKAIT:

Kenali Bakat Anak Autis Sejak Dini Sekolah Inklusi Belum Siap Menampung ABK Anak Autisme di Sekitar Kita Tenaga Ahli Autisme Terbatas Gejala Autisme Terdeteksi Sejak Usia 6 Bulan

JAKARTA, KOMPAS.com - Memasuki usia remaja, hasrat dorongan seksual pada anak biasanya akan mulai muncul, begitu pula pada anak autis. Oleh karena itu, orangtua sebagai

figur panutan harus mampu membimbing dan memberikan pemahaman yang tepat kepada anak terutama dalam hal seksual. Koordinator Klinik Terpadu, Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Dr. Adriana S. Ginanjar, M.S mengatakan, sebelum memasuki usia remaja, orang tua dari anak autis seharusnya sudah membekali anak mereka mengenai pendidikan seksual. "Bisa mulai dari menjaga kebersihan tubuh sendiri, hal-hal yang privasi, dan kemandirian," katanya, saat ditemui dalam acara Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi The London School of Public Relations, dengan tema Autism Awareness Festival, Sabtu, (14/4/2012). Apabila anak autis sudah mulai mengenal konsep cinta, maka orangtua perlu mengarahkan anak mereka mana yang boleh dan tidak. Adriana mengatakan, seorang ayah sebaiknya mengajarkan edukasi seks kepada anak lakilaki, sedangkan ibu mengajarkan kepada anak perempuan. Tetapi permasalahannya, orangtua selama ini seringkali merasa kesulitan jika tiba-tiba harus bicara tentang seks kepada mereka, apalagi pada anak dengan berkebutuhan khusus, seperti autis. Menurut Adriana, ada banyak cara yang bisa dilakukan supaya orang tua bisa menyampaikan informasi yang benar tentang seks kepada anak mereka. Misalnya, dengan memasukkan anak ke sekolah yang memberikan pendidikan seks atau apabila belum cukup bisa memanggil guru agama. Tapi untuk anak-anak yang bisa membaca, orangtua bisa membelikan anak mereka buku tentang pendidikan seksual. "Pilih mana buku yang cocok bahasanya untuk anak," paparnya. Pada masa puber, anak autis seringkali tidak memiliki perasaan malu saat berjalan telanjang, memperlihatkan alat kelamin, membuka celana, dan masturbasi di tempat umum. Untuk melepaskan hasrat seksualnya tersebut, Adriana menyampaikan, masturbasi memang dibutuhkan oleh anak autis. Karena menurutnya, kalau hal ini tidak dilakukan, anak akan menjadi tertekan. Namun orangtua harus mengajarkan kepada anak mereka agar tidak melakukan hal tersebut di tempat-tempat yang terbuka dan umum. "Itu seperti kebutuhan dasar. Sama seperti makan dan minum. Cuma hal ini menjadi sesuatu yang memalukan karena dianggap tabu," jelasnya. Untuk menangani dorongan seksual pada anak autis, orang tua sebaiknya harus bijaksana. Bagaimanapun, dorongan seksual merupakan kebutuhan biologis yang harus dapat tersalurkan namun harus tetap sesuai dengan norma supaya tidak merugikan orang lain. Adriana menuturkan, beberapa kegitan seperti olahraga biasanya dapat mengalihkan pikiran anak untuk tidak melakukan masturbasi. "Tetapi kalau keinginan itu tetap terus ada, kita harus memperbolehkannya tapi harus ditempat yang privat," tutupnya.

Share27


802403

Ada 0 Komentar Untuk Artikel Ini.

Kirim Komentar Anda Pembaca dapat mengirimkan komentar terkait artikel yang ditayangkan. Isi komentar bukan merupakan pandangan, pendapat ataupun kebijakan KOMPAS.com dan sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca dapat melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. KOMPAS.com akan menimbang setiap laporan yang masuk dan dapat memutuskan untuk tetap menayangkan atau menghapus komentar tersebut. KOMPAS.com berhak untuk memberi peringatan dan atau menutup akses bagi pembaca yang melanggar ketentuan ini.

Silakan login atau register untuk kirim komentar Anda

<a href='http://ads3.kompasads.com/new/www/delivery/ck.php?n=a2663e31&amp;cb=INSERT_RAND OM_NUMBER_HERE' target='_blank'><img

src='http://ads3.kompasads.com/new/www/delivery/avw.php?zoneid=97&amp;cb=INSERT_RANDO M_NUMBER_HERE&amp;n=a2663e31' border='0' alt='' /></a> Top Article



Pacar tak Perawan Lagi, Lanjut... Sunat dan Kenikmatan Seksual Gangguan Ereksi akibat Onani... Inilah Pesan Terakhir Endang... Waspadai 5 Gejala Kanker Paru...

Terpopuler KOMPAS.com Terkomentari Terekomendasi Kabar Palmerah


INDEX +

Pemahaman Ibu Menyusui Pentingnya ASI untuk Mau Pintar Menyusui ASI Mengandung Zat Antikanker
Ketahui semuanya tentang Laktasi di sini

CARI RUMAH SAKIT OBAT & VITAMIN PENYAKIT

Nama Ruma Jenis Ruma Kota

CARI

IDEALKAH
BODY MASS INDEX ANDA?

Berat Badan Tinggi Badan

Isi Dengan

Kg

Isi Dengan

Cm

Usia Jenis Kelamin Level Aktivitas

Isi Dengan

Tahun

Perempuan

Laki-laki

KIRIM

RESET

*Ukuran ini tidak bisa diterapkan pada ibu hamil dan menyusui

Hii.. you are not login to Facebook

HOME NEWS & FEATURES OBAT & VITAMIN LIFESTYLE ALTERNATIF PSIKOLOGI KONSULTASI LAKTASI BLOG EXPERT

Copyright 2010 - KOMPAS.com - All Rights reserved

Home Pendidikan o Syiar o Teknologi o Perguruan Tinggi o Umum Pemerintahan Gaya Hidup Sosok

Hukum & Kriminalitas Ekonomi Persib Serba-serbi Peristiwa Foto Indeks

00119574383184

FORID:11

UTF-8

cari

berita utama

Bahasa Sunda Diajarkan di Cilacap Barat

SDN Panyindangan versus Hardiknas

2012, 9.468 Ruang Kelas di Jabar Akan Direhab

PMII Nilai Janji Hade di Bidang Pendidikan Gagal

Khawatir, Siswa SD Tasik Kirim Surat ke Presiden

PPDB 2012 di Kota Sukabumi Gunakan Sistem Online

Hardiknas, Disdik Garut Diberi Rapor Merah

Ruang Kelas SDN Panyindangan Hampir Ambruk

Hardiknas, Disdik Subang Dinilai Gagal

Hardiknas, KM ITB Bagi-bagikan Bunga

Pentingnya Pendidikan Berbasis Kejujuran

Setiap tahun, setiap kali menghadapi ujian nasional, dunia pendidikan selalu hiruk-pikuk. Beragam persoalan mencuat. Mengawasi ujian pun harus menggunakan CCTV. - inilah.com/Syamsuddin Nasoetion

Oleh: Zulfirman Tanjung Jabar - Selasa, 24 April 2012 | 08:30 WIB Share on facebook Share on twitter Share on google Share on email More Sharing Services berita terkait

110 Penyelenggara Pilkada Ikut P... PMII Nilai Janji Hade di Bidang ... Pola Pendidikan di Cirebon Perlu... Khawatir, Siswa SD Tasik Kirim S... Kritisi RUU Pendidikan Tinggi, G...

INILAH.COM, Bandung - Setiap tahun, setiap kali menghadapi ujian nasional, dunia pendidikan selalu hiruk-pikuk. Beragam persoalan mencuat. Mengawasi ujian pun harus menggunakan CCTV. Ini bukti kejujuran masih jauh dari dunia pendidikan. Setidaknya itulah yang terasa sejak pekan lalu, hari-hari ini, dan dua pekan ke depan, ketika ujian nasional (UN) digelar dari tingkat SMU, SMP, dan SD. Selalu yang muncul ke permukaan adalah hal-hal yang merisaukan tentang tiadanya kejujuran dalam pendidikan. Saat ini pun, misalnya, dari berbagai wilayah di Jabar, potret buram pendidikan itu masih terlihat. Di Kabupaten Garut, misalnya, penyelenggara UN bahkan harus menggunakan closed circuit television (CCTV). Ini sesuatu yang beberapa tahun lalu, ketika kejujuran, budi pekerti, keakhlakan, masih menjadi warna penting proses belajar-mengajar. Pendidikan semestinyalah berlandaskan kejujuran. Sebab, kejujuran itulah sebenarnya yang menjadi moral dasar proses belajar-mengajar. Tanpa moral semacam itu, maka pendidikan hanya ada pada angka-angka evaluasi anak didik; tanpa mempersoalkan apakah hakikat dari pendidikan berhasil atau tidak. Padahal, angka-angka itu bisa dibuat. Ironisnya, kadang-kadang bisa dipesan. Itulah sebabnya, setiap penyelenggaraan UN, kita selalu berkutat pada persoalan yang menjadi lingkaran setan: sebuah proses evaluasi yang telah ternoda, berapa pun kadarnya. Sebab apa? Sebab, kita lebih percaya pada angka-angka. Kita mengabaikan proses dasar sebenarnya. Kita tidak konsentrasi penuh pada proses pendidikan, pengajaran, atau pengasahan. Sebuah sekolah begitu bangga bisa meluluskan siswanya 100%. Juga kabupaten/kota atau provinsi. Kebanyakan targetnya adalah kelulusan 100%, tetapi tidak diimbangi dengan upaya sejak awal bagaimana mencapai target tersebut. Hal serupa juga merasuk kepada kalangan orang tua siswa. Bagi mereka, kelulusan adalah hal terpenting. Tak peduli bagaimana cara mencapainya. Yang penting adalah secarik kertas bernama tanda kelulusan, bukan hakikat dari kelulusan itu sendiri. Maka, setiap kali penyelenggaraan UN, yang lebih mencuat adalah keculasan-keculasan. Ihwal kebocoran soal UN lah. Soal beredarnya jawaban lah. Soal pesan SMS berisikan jawaban yang entah dikirim dari mana lah.

Kebijakan pendidikan kita, melalui proses perbaikan yang dilakukan secara berkala, kita akui mengalami kemajuan yang signifikan. Adanya political will pemerintah memberikan anggaran terbesar untuk pendidikan, patut kita syukuri. Sekolah, terutama dari tingkat pendidikan dasar, sudah mencapai ke pelosok-pelosok desa. Tetapi, tetap harus ada yang kita sarankan kepada pemerintah. Yakni, bagaimana pemerintah bersama stakeholder lainnya, mengembalikan kejujuran ke pendidikan. Bahwa pendidikan bukanlah semata-mata untuk mengejar angka pada kertas hasil evaluasi, melainkan adalah transformasi ilmu dari pendidik kepada anak didik. Itu lebih penting ketimbang angka evaluasi yang tinggi, tetapi dicapai dengan cara-cara yang tidak elok. Jika paradigma pendidikan seperti itu, terutama berbasiskan kejujuran, sudah diterapkan dari hulu hingga hilir, kita yakin persoalan-persoalan yang selalu ramai setiap penyelenggaraan UN ini, takkan terjadi lagi. Kalaupun terjadi, yakinlah, tidak akan seriuh seperti saat ini. Maka, anak didik pun tak perlu lagi stres menghadapi UN. Mereka cukup konsentrasi pada kertas-kertas soal. Tidak lagi terganggu pada pengawasan dari polisi atau kamera CCTV.
berita lainnya

Rp142,7 M Disiapkan Rehab 1.639 RKB di Kab Bogor Indramayu Tertinggi Buta Aksara di Jabar Pelaksanaan UN SMP Dinilai Lebih Siap dari SMA Uang Pangkal PPDB SMA Diserahkan ke Pihak Sekolah Siswa Baru Wajib Sertakan Sertifikat Diniyah

berita sebelumnya 0 Komentar More Sharing ServicesShare Belum ada komentar untuk berita ini. Kirim Komentar
1853960

Nama :

Email :

Komentar :

Silahkan isi kode keamanan berikut

Ketik dua kata ini:Ketik yang Anda dengar:Salah. Coba lagi.

manual_challenge

SUBMIT Komentar akan ditampilkan di halaman ini, diharapkan sopan dan bertanggung jawab. INILAHJABAR.COM berhak menghapus komentar yang tidak layak ditampilkan. Gunakan layanan untuk menampilkan foto anda.

Facebook

Twitter

RSS

warta terkini

18:22 Sejak Pergub Terbit, 1.200 Jemaa... 12:05 Kolaborasi Seni Flash Mob Warnai... 11:29 Wow..Siswa SMKN 13 Bandung Direk... 10:45 Hardiknas KM ITB Gelar Upacara S... 23:50 Milad ke-41, FH Unisba Gelar Ber...

terpopuler

Wow..Siswa SMKN 13 Bandung Direk... PMII Nilai Janji Hade di Bidang ... Ijazah S1 Unpak Guru SD di Garut... Mahasiswa Bandung Tolak RUU Pend... 505.583 Warga Jabar Masih Buta A...

foto hari ini

Retweet @inilahjabarcom atau tambahkan @inilahjabarcom pada twit mu.!! FOLLOW @inilahjabarcom

restuaf Tik Tuk ala pilus mereun :p RT @inilahjabarcom: Persiwa Siap Bermain Dengan Tiki Taka Ala Barca http://t.co/rQIUr9RA 20 minutes ago reply
Join the conversation

Home Pendidikan Pemerintahan Gaya Hidup Sosok Hukum & Kriminalitas Ekonomi Persib Serba-serbi Peristiwa Foto Indeks

| RSS | Layanan Mobile | Tentang Kami | Disclaimer Copyright 2010 - 2012 inilahjabar.com. All rights reserved inilahjabar.com.

Beranda Profil
o o o o o o o o o o o o

Sejarah Sambutan Rektor Visi Misi Pimpinan Universitas Renstra Kontak Tim Redaksi Peta Unila Struktur Organisasi Guru Besar

Pendaftaran

o o o o

Beasiswa Pendaftaran Mahasiswa Baru

Statistik
o o o o o o o o o o o

Luas Dan Lokasi Jumlah Mahasiswa Dosen Dan Karyawan Daya Tampung dan Peminat Alumni Penelitian Dan Pengabdian Kerjasama Pusat Studi Data Kelulusan

Akademik
o o o o o o o o

Fakultas dan Program Studi Fakultas Kalender Akademik Jurnal Elektronik Akreditasi Program Studi Sarana Akademik

Kemahasiswaan
o o o o o o o

Lembaga Mahasiswa Unit Kegiatan Kehidupan Kampus Himpunan Mahasiswa Prestasi

Administrasi
o o o o o

Kantor Administrasi Kode Etik Pegawai Kode Etik Unila

Pidato Rektor
o o o o

Pidato Rektor 2009 Pidato Rektor 2010

Kumpulan Foto

Pentingnya Pendidikan Politik Masyarakat dalam Pemilukada Written by Hisna Cahaya, S.I.Kom

Friday, 27 April 2012 07:34

(Unila): Masih kuatnya keinginan masyarakat untuk melaksanakan Pemilihan Kepala Daerah (Pemilukada) secara langsung melahirkan keinginan untuk mampu memformulasi sistem Pemilukada yang ideal dalam rangka penguatan demokrasi di Indonesia. Proses formulasi yang penuh dialektika ini terjadi dalam sesi II diskusi pada Seminar Nasional (Semnas) yang bertajuk Tinjauan terhadap Pemilihan Umum Kepala Daerah secara Langsung dalam Rangka Penguatan Sistem Demokrasi dan Otonomi Daerah pada Kamis (26/4) di Ruang Pertemuan Hotel Sheraton Bandar Lampung. Hadir sebagai pembicara anggota DPD RI, Muhammad Asri Anas dan dua akademisi Unila Ari Darmastuti dan Armen Yasir. Setelah pada sesi I, diskusi dalam Semnas ini lebih mengeksplorasi tentang berbagai pemikiran mengenai pelaksanaan pemilihan secara langsung dan perwakilan, maka sesi II dari semnas ini mencoba memformulasikan gagasan ideal untuk pemilihan yang berkualitas dalam rangka penguatan sistem demokrasi dan otonomi daerah di Indonesia. Dalam diskusi ini, Asri Anas yang juga merupakan Koordinator DPD RI Sulawesi Barat mengatakan bahwa permasalahan yang lebih krusial bukan lagi soal Pemilukada langsung ataupun oleh perwakilan. Namun menurutnya, hal yang lebih penting justru terkait regulasi tentang partai politik (parpol) yang masih belum tegas. Pondasi dari demokrasi ialah adanya partisipasi, maka masyarakat sangat penting untuk terlibat. Namun parpol yang bertugas melakukan pendidikan politik terhadap masyarakat ia nilai belum menjalankan tugas tersebut. Maka menurut Asri Anas, harus ada regulasi yang lebih jelas tentang hal tersebut, termasuk sanksi kepada parpol yang tidak menjalankan tugasnya dengan baik. Namun menurut Ari Darmastuti, bahwa soal pendidikan politik atau yang lebih dikenal dengan voter education tidak semata-mata dapat dilimpahkan kepada parpol saja. Akademisi dan seluruh lapisan masyarakatpun sebenarnya memiliki tanggung jawab tersebut. Menurut Ari, KPU lah yang dapat berperan sebagai perekatnya untuk mampu melaksanakan voter education ini. Karena KPU bukan hanya pelaksana teknis Pemilu, tegas Ari. Tentang pelaksanaan otonomi daerah yang merupakan bagian tak terpisahkan dari demokrasi, Asri Anas menjelaskan bahwa masih diperlukannya amandemen V UUD 1945, sebab saat ini UUD 1945 sendiri sebenarnya tidak mengamanatkan secara rinci tentang otonomi daerah ini. Ari Darmastuti juga menjelaskan tentang peran penting parpol dalam melahirkan calon pemimpin. Ari sangat mengritik keras terhadap fenomena kutu loncat yang semakin marak terjadi di berbagai parpol. Menurut Ari, proses pencalonan pemimpin dari parpol seharusnya telah melewati serangkaian proses kaderisasi yang telah memiliki regulasi tersendiri dan dipatuhi oleh kadernya. Selain persoalan korupsi, ternyata persoalan transaksi politik yang sangat mengedepankan untung-rugi atau yang disebut oleh Asri Anas sebagai kapitalisasi politik, menjadi permasalahan yang sangat krusial. Armen Yasir membahasakan penyimpangan-penyimpangan tersebut sebagai politik yang tidak berdasar pada aturan agama. Dalam diskusi ini, Armen lebih banyak mendasarkan argumen pada aturan-aturan dalam Islam. Hal tersebut lantaran terdapat beberapa pertanyaan dan tanggapan dari peserta diskusi yang menganggap bahwa agama sebagai suatu landasan penting dalam membangun sistem politik di suatu negara. Menurut Armen, jika berbicara demokrasi dalam Islam maka demokrasi ialah dimana pemimpin tetap menanyakan pendapat

dari semua konstituen dalam suatu sistem politik namun keputusan akhir kembali berada di tangan sang pemimpin. Dengan gaya candanya, Armen juga mengatakan bahwa Indonesia tidak dapat mengaplikasikan petikan dari teks lagu Indonesia Raya yang berbunyi bangunlah jiwanya, bangunlah raganya. Menurutnya, masyarakat Indonesia justru kurang membangun jiwanya, sehingga muncul lah pemimpin-pemimpin yang cerdas namun tidak memiliki jiwa yang bersih. Maka lahirlah para pelaku-pelaku kejahatan politik. Diskusi ini sempat pula menyinggung tentang calon independen yang dinilai oleh salah seorang peserta diskusi sebagai sesuatu yang tidak diperlukan. Sebab calon independen justru semakin menambah ketidakpercayaan publik terhadap parpol. Mengenai hal tersebut, Asri Anas tidak sepakat. Menurutnya, calon independen tetap dibutuhkan sebagai penyeimbang, dan sebagai salah satu cara untuk menyadarkan parpol akan tugas-tugas parpol yang belum dapat dilaksanakan dengan baik. Senada dengan hal tersebut, Ari Darmastuti juga mengatakan bahwa calon independen tetap dibutuhkan sebagai pelengkap dalam suatu negara yang masih membangun tatanan demokrasi. Pada akhirnya diskusi ini merekomendasikan pentingnya aturan yang tegas tentang pelaksanaan pendidikan politik sebagai hal mendasar dari terlaksananya pemilihan secara langsung yang berkualitas. Pemilih harus lebih dulu cerdas politik untuk dapat memilih pemimpin yang berkualitas. Selain itu, perbaikan dalam Pemilukada harus melibatkan keempat aspek yaitu penyelenggara, peserta, pemilih dan regulasinya. Sejumlah rekomendasi ini akan dibawa sebagai bahan masukan untuk para anggota legislatif di Senayan, sebagaimana dijanjikan oleh Asri Anas. [Atika]
Add comment

Name (required) E-mail (required, but will not display) Website

1000 symbols left

Notify me of follow-up comments

Refresh

SendTentang IKIP Features News The Community

Home Tentang IKIP Main Menu


Home Yayasan Rektorat Fakultas UKM Berita Akademik LP4M Jurnal

Download Area Download Area Berita Terbaru


Pengabdian Kepada Masyarakat Kegiatan Mahasiswa PAUD Pengumuman LP4M ASEAN European School Network In Singapore (1) Selamat & Sukses

Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini

Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini dalam Konteks Pendidikan Nasional Oleh : Drs. H. Syamsul Hidayat, M.Pd (Dosen PAUD FIP IKIP PGRI JEMBER) Pendahuluan Pendidikan adalah merupakan aset penting bagi kemajuan sebuah bangsa.oleh karena itu setiap warga Negara harus dan wajib mengikuti jenjang pendidikan, baik jenjang pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah maupun tinggi.

Kebanyakan anak-anak Indonesia dalam memulai proses masuk ke lembaga pendidikan, mengabaikan pendidikan anak usia dini, padahal untuk membiasakan diri

dan mengembangkan pola pikir anak pendidikan sejak usia dini mutlak diperlukan. Saat ini sudah ada kesadaran kearah sana, namun dengan luas dan jumlah penduduk Indonesia yang besar dan lembaga pendidikan anak usia dini masih bersifat seadanya dan banyak yang belum memenui keriteria pendidikan anak usia dini, apalagi pos PAUD yang merupakan perkembangan dari posyandu terintegrasi, dimana awalnya lembaga ini diarahkan untuk mengadakan timbangan badan dan memberikan makanan sehat, yang ahirnya difungsikan untuk memberi stimulasi pendidikan.

Peran ganda ini akan menjadi masalah karena para pengajar tidak dipersiapkan sebelumnya, dimana para kader di pos PAUD adalah berasal dari kader posyandu yang notabene tidak memiliki latar belakang pendidikan yang memadai, sehingga seiring dengan pesatnya perkembangan PAUD maka sudah menjadi tuntutan bagi kader untuk terus mengembangkan pendidikan masing-masing. Secara krusial perhatian pemerintah adalah tercermin didalam undang-undang sistem pendidikan nasional khususnya yang tertera didalam UU no 20 tahun 2003. khususnya yang terdapat di dalam pasal 28. Dalam salah satu ayat dalam pasal 28 tersebut dikatakan bahwa pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan sebelum pendidikan dasar, dan dalam ayat yang lain dikatakan bahwa pendidikan anak usia dini bukan merupakan prasarat untuk masuk pendidikan dasar. Dan dalam pasal yang lain disebutkan bahwa pendidikan dimulai dari pendidikan dasar,menengah dan pendidikan tinggi.Dengan pasal ini jelas bahwa pendidikandikan di Indonesia tidak dimulai dari pendidikan anak usia dini(PAUD),sehingga banyak kebijakan pemerintah sampai dengan sekarang tidak menyentuh pada PAUD,misalnya tentang ketentuan tentang wajib belajar,dan bantuan yang sifatnya financial;padahal dari aspek lain kita mengakui tentang pentinya pendidikan anak usia dini yang disebut masa mas,bukan masa perak. Dengan adanya beberapa pasal dan ayat didalam UU no 20 tahun 2003, maka perkembangan dari pendidikan anak usia dini baik dalam bentuk formal maupun non formal secara yuridis tidak mendukung

perkembangan PAUD.Bahkan banyak pasal dalam undang undang No 20 tahun 2003 yang saling bertentangan terutama yang terkait dengan PAUD(yang masa terdahulu disebut dengan pendidikan pra sekolah) Padahal masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan anak untuk memperoleh proses pndidikan yang optimal Masalah Bagaimanakah pendidkan anak usia dini dalam konteks pendidkan nasional ? Pembahasan Periode emas bagi perkembangan anak adalah dimaksudkan untuk memperoleh proses pendidikan, dan periode ini adalah tahun-tahun yang sangat berharga bagi seorang anak untuk mengenali berbagai macam fakta di lingkungannnya sebagai stimulus terhadap perkembangan kepribadian , psikomotor, kognitif maupun sosialnya. Berdasarkan hasil penelitian sekitar 50% kapabilitaas kecerdasan orang dewasa telah terjadi ketika anak berumur 4 tahun,8 0% telah terjadi perkembangan yang pesat tentang jaringan otak ketika anak berumur 8 tahun dan mencapai puncaknya ketika anak berumur 18 tahun, dan setelah itu walaupun dilakukan perbaikan nutrisi tidak akan berpengaruh terhadap perkembangan kognitif. Hal ini berarti bahwa perkembangan yang terjadi dalam kurun waktu 4 tahun pertama sama besarnya dengan perkembangan yang terjadi pada kurun waktu 14 tahun berikutnya. Sehingga periode ini merupakan periode kritis bagi anak, dimana perkembangan yang diperoleh pada periode ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan periode berikutnya hingga masa dewasa. Sementara masa emas ini hanya datang sekali, sehingga apabila terlewatkan berarti habislah peluangnya. Untuk itu pendidikan anak usia dini seharusnya memberikan rangsangan (stimulasi) dari lingkungan terdekat adalah sangat diperlukan untuk mengoptimalkan kemampuan anak.Pemerintah dalam hal jangan sekai-kali melakukan pendekatan yang sangat diskriminatif terutama dalam pengambilan kebijakan terhadap PAUD (baik paud forma,non formal mupun paud informal) terutama pada pos paud,karena UU No 20 tahun 2003 tidak mengenal istilah pos paud (secara tersurat),sekali lagi pemerintah tidak boleh berlaku deskriminatif. Pemerintah Indonesia telah memperkenalkan panduan stimulasi dalam program Bina Keluarga Balita (BKB) sjak tahun 1980, namun implementasinya belum memasyarakat. Hasil penelitian Herawati ( 2002) di Bogor menemukan bahwa dari 265 keluarga yang diteliti hanya 15% yang mengetahui program BKB, factor lain adalah rendahnya partisipasi orang tua dalam program BKB. Berbagai satuan pendidikan anak usia dini yang merupakan pendidikan PAUD yang memberikan layanan pendidikan bagi anak usia lahir sampai dengan 6 tahun, terdapat berbagai lembaga PAUD yang selama ini telah dikenal oleh masyarakat luas : 1. TAMAN KANAK- KANAK DAN RAUDATUL ATFAL (RA) Pengerian : TK / RA adalah asalah satu bentuk satuan pendidikan bagi anak usia dini pada jalur pendidikan fprmal yng menyeleggelarakan program pendidikan bagi anak usia 4 tahun sampai 6 tahun .

Sasaran, pendidikan TK adalah anak usia 4-6 tahun ,yang dibagi kedalam dua kelompok belajar berdasarkan usia yaitu kelompok A untuk anak usia 4-5 tahun dan kelompok B untuk anak didik usia 5-6 tahun . Layanan program : TK minimal dilaksanakan 6 hari dalam seminggu dengan jam layanan minimal 2,5 jam per hari.jumlah layanan dalam satu tahun mnimal 160 hari atau 34 minggu Tenaga pendidik : guru Persyaratan tenaga pendidik di TK sebagi berikut : - Memiliki tenaga pendidik dengan kualifikasi akademik sekurang-kurangnya D-IV atau sarjana (S-1) di bidang Pendidikan Anak Usia Dini, Kependidikan lain atau psikologi dan memiliki sertifikasi profesi guru PAUD. - Memiliki tenaga kependidikan meliputi sekurang-kurangnya minimal satu kepala Taman kanak-kanak, tenaga administrasi dan tenaga kebersihan. - Menyediakan tenaga kesehatan dan atau psikolog yang telah memiliki izin praktek. Rasio, antara pendidik dan anak dalam standar pelayanan minimal (SPM) adalah 1:25, sedangkan rasio ideal satu orang pendidik melayani 10/12 anak. Persyaratan administrasi : - Memiliki lembaga yang berbadan hukum dan terdaftar di Dinas Sosial - Memiliki izin penyelenggaraan dari Suku Dinas Kotamadya - Memiliki kurikulum TK dan perangkatnya - Memiliki sarana bermain, meliputi Outdoor dan Indoor. - Memiliki prasarana dan sarana sesuai dengan SPM dan SK Gubernur tentang penyelenggaraan PAUD - Memiliki sumber pembiayaan sekurang-kurangnya untuk jangka waktu lima tahun. Struktur Kurikulum, TK dan RA memiliki dua bidang pengembangan, yaitu 1. Pembiasaan (pengembangan diri), yang terdiri : moral dan nilai-nilai agama, sosial emosional dan kemandirian 2. Pengembangan kemampuan dasar, yang terdiri dari bidang pengembangan berbahasa, kognitif, fisik/motorik dan seni. 2. KELOMPOK BERMAIN Pengertian, kelompok Bermain (KB) adalah salah satu bentuk PAUD pada jalur pendidikan non formal yang menyelenggarakan program pendidikan sekaligus program kesejahteraan bagi anak usia 2 sampai dengan 4 tahun. Tujuan, penyelenggaraan KB bertujuan untuk menyediakan pelayanan pendidikan, gizi dan kesehatan anak secara holistic dan mengoptimalkan tumbuh kembang anak sesuai dengan potensi anak yang dilaksanakan sambil bermain.

Peserta didik, di KB diprioritaskan bagi anak usia 2 s.d 4 tahun dengan jumlah anak sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) anak. Selain itu anak usia 5 s.d 6 tahun yang karena sesuatu hal (terpaksa) tidak mendapat kesempatan terlayani di lembaga PAUD formal dapat dilayani di Kelompok Bermain dengan jumlah minimal 10 anak. Tenaga pendidik, KB dipersyaratkan memenuhi kualifikasi, yaitu : berpendidikan minimal SLTA/ sederajat, sehat jasmani dan rohani, mendapatkan pelatihan PAUD, memiliki kemampuan mengelola kegiatan / proses pembelajaran PAUD, memahami dan menyayangi anak, memahami tahapan tumbuh kembang anak, memahami prinsip-prinsip PAUD dan diangkat secara sah oleh Pengelola Kelompok Bermain. Hak dan kewajiban, Hak : Pendidik KB berhak mendapat insentif baik dalam bentuk materi, penghargaan maupun peningkatan kinerja sesuai dengan kemampuan dan kondisi setempat (baik melalui APBN, APBD I dan II serta melalui masyarakat ; Kewajiban : pendidik KB berkewajiban untuk membimbing anak, menyiapkan lingkungan belajar yang mendukung pengembangan semua potensi anak dan pembentukan sikap serta perilaku anak. Tenaga Pengelola, KB hendaknya memiliki kualifikasi sebagai berikut : pendidikan minimal SLTA/sederajat, memiliki kemampuan dalam mengelola dalam mengelola program KB secara professional, memiliki kemampuan dalam melakukan koordinasi dengan tenaga pendidik, instansi terkait dan masyarakat, memiliki kemampuan berkomunikasi dengan masyarakat dan anak didik serta orang tuanya, memiliki tanggung jawab moral untuk mempertahankan dan meningkatkan keberlangsungan KB yang dikelolanya. Hak dan Kewajiban, Hak : mendapat pengakuan tentang pengelolaan KB dari Pemerintah Daerah setempat, mendapat kesempatan untuk meningkatkan mutu Pengelola kelompok bermain, mendapat insentif baik dalam bentuk materi, penghargaan maupun peningkatan kinerja sesuai dengan kemampuan dan kondisi setempat, Kewajiban : melakukan pendataan, mengajukan perizinan, menyiapkan sarana dan prasarana, melakukan koordinasi dengan lintas sector terkait, melakukan fungsi manajemen terkait. Teknis Penyelenggaraan, secara umum dapat diselenggarakan tanpa terkait waktu, tempat, sarana dan prasarana dengan mengutamakan potensi yang ada di lingkungan AUD serta adanya kepedulian lingkungan terhadap pendidikan anak usia 2-6 tahun, khususnya anak usia 2-4 tahun. Persyaratan Pendirian, setiap pendirian/penyelenggaraan baik perorangan, lembaga maupun organisasi ataupun lembaga swadaya masyarakat harus memenuhi syarat penyelenggaraan sebagai berikut : 1. Memiliki temapat yang layak untuk menyelengarakan kegiatan KB 2. Memiliki anak didik 3. Memiliki tenaga pendidik 4. Memiliki tenaga pengelola 5. Memiliki sarana dan prasarana 6. Memiliki sarana dan prasarana 7. Memilki alat permainan Edukatif (APE) 8. Memiliki program pembelajaran

Prosedur Perizinan, setiap pendiri/penyelenggaraan program KB baik perorangan, lembaga, maupun organisasi ataupun lembaga swadaya masyarakat mengajukan permohonan izin penyelenggaraan ke Dinas Pendidikan kabupaten/Kota yang membidangi PAUD dijalur pendidikan nonformal. - Prosedur, setelah 6 (enam) bulan kegiatan KB berjalan, penyelenggara/pengelola mendaftar untuk minta izin operasional KB ke Dinas Pendidikan Kabupaten /Kota dengan membawa laporan tertulis yang berisi tentang gambaran KB dalam memenuhi syarat minimal penyelengggaraan. - Penetapan, paling lambat 3 (tiga) bulan setelah laporan diterima, Dinas Pendidikan setempat menilai kelayakan penyelenggaraan program KB, dan apabila dinilai telah layak menyelenggarakan program maka KB dimaksud berhak mendapt izin pendirian. Apabila dinilai belum layak, maka harus diadakan perbaikan-perbaikan terlebih dahulu sampai dinilai layak mendapat izin pendirian. 3. TAMAN PENITIPAN ANAK Pengertian, TPA adlah salah satu bentuk PAUD ini jalur pendidikan non-formal yang menyelenggaran program pendidikan sekaligus pengasuhan dan kesejahteraan anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun. Atau dengan perkataan lain, TPA adalah wahana pendidikan dan pembinaan kesejahteraan anak yang berfungsi sebagai pengganti keluarga untuk jangka waktu tertentu selama orang tuanya berhalangan atau tidak memiliki waktu yang cukup dalam mengasuh anaknya karena bekerja atau sebab lain, (Depdiknas, Program Belajar TPA, Depdiknas, Jakarta 2001). Bentuk TPA, beragam kondisi masyarakat dengan cirri khas masing-masing di daerah, menjadikan bentuk TPA bervariasi sesuai dengan kebutuhan masyarakat, ada 5 pengelompkkan TPA, yaitu TPA Perkantoran, TPA Pasar, TPA Lingkungan (perumahan), TPA perkebunan dan TPA rumah sakit. Peserta didik, adalah : 1. anak usia 0-4 tahun yang orang tuanya bekerja (prioritas) 2. anak usia 0-6 tahun yang tidak mendaptkan layanan pendidikan AUD 3. peserta didik yang sekurang-kurangnya berusia 3 bln-6 th dan berjumlah 5 orang atau lebih (kecuali anak yang berkebutuhan khusus). Pendidik, dengan kualifikasi-kualifikasi dasar sebagai berikut : - memiliki kualifikasi akademik minimal SLTA sederajat - mendapat pelatihan PAUD - memahami dan menyayangi anak - memahami tahapan tumbuh kembang anak - memahami prinsip-prinsip PAUD - memiliki kemampuan mengelola (merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi, membuat laporan ) kegiatan / proses pembelajaran pendidikan AUD. - Diangkat secara sah oleh pengelola TPA. - Sehat jasmani dan rohani

Hak dan kewajiban pendidik, kewajiban : pendidik di TPA berkewajiban untuk membimbing anak dan menyiapkan lingkungan belajar yang mendukung pengembangan semua potensi anak dan pembentukan sikap serta perilaku anak yang : 1. Sesuai dengan nilai agama dan budaya setempat 2. Berdisiplin mematuhi aturan yang berlaku 3. Bertanggung jawab dalam memelihara lingkungan san sarana bermain 4. Saling mneghirmati antar teman dan kepada orang yang lebih tua 5. Saling menyayangi teman, keluarga dan masyarakat 6. Mencintai dan memelihara lingkungan 7. Membuat laporan berkala tentang tumbuh-kembang anak. Hak, pendidik TPA berhak mendapat : 1. Insentif, baik dalam bentuk materi maupun penghargaan 2. Pelatihan untuk peningkatan kinerja sesuai dengan kemampuan dan kondisi setempat. 3. Magang untuk meningkatkan wawasan dan pengalaman dalam mengasuh dan membelajarkan anak-anak yang tergabung dalam TPA. 4. Workshop, semiloka atau kegiatan sejenis untuk menambah pengetahuan yang berhubungan dengan kemajuan PAUD di bidang IPTEK. Pengelola, dengan kualifikasi dasar sebagai berikut : Lulusan SLTA dan atau sederajat, sehat jasmani dan rohani, memiliki ketrampilan tentang dasar-dasar manajemen, memiliki wawasan tentang pendidikan anak usia dini, memiliki pengalaman dalam mengelola suatu lembaga, diangkat secara sah oleh pengurus Yayasan dan atau Pemilik TPA. Hak dan kewajiban Pengelola TPA, kewajiban : pengelola berkewajiban mendukung kegiatan proses pembelajaran dengan memfasilitasi sarana dan prasarana di TPA dalam meletakkan dasar-dasar kepribadian, kecerdasan, lingkungan sosial anak dan menjaga kesehatan, serta memberikan rasa aman agar anak mampu mengikuti pendidikan labih lanjut ; Hak : pengelola TPA berhak mendapat insentif baik dalam bentuk materi, penghargaan maupun peningkatan kinerja sesuai dengan kemapuan dan kondisi setempat. Pengasuh / perawat, dengan kualitas dasar sebagai berikut : lulusan SLTA sederajat yang telah mendapat pelatihan PAUD, sehat jasmani dan rohani, memiliki ketrampilan di bidang perawatan dan pengasuhan anak (pramubalita), diangkat secara sah oleh pengelola TPA. Hak dan Kewajiban Pengasuh TPA, kewajiban : pengasuh berkewajiban mendukung kegiatan proses pembelajaran di TPA dalam meletakkan dasar-dasar kepribadian, kecerdasan, lingkungan sosial anak dan menjaga kesehatan, serta memberikan rasa aman agar anak mampu mengikuti pendidikan lebih lanjut ; hak : pengasuh di TPA berhak mendapat insentif baim dalam bnetuk materi, penghargaan maupun peningkatan kinerja sesuai dengan kemampuan dan kondisi setempat. Rasio pendidik/ pengasuh : peserta didik, yang tergabung dalam TPA dibagi menurut usia :

- 0-12 bulan = 1 orang : 2 bayi - 13-36 bulan = 1 orang : 4 anak - 37-60 bulan = 1 orang : 8 anak - 61-72 bulan =1 0rang : 10 anak Teknis penyelenggaraan, persyaratan : - Lingkungan TPA - Tempat Belajar - Ruangan - Perabot - Sarana belajar. Perizinan TPA, merupakan suatu ketetapan pemerintah yang diberikan kepada setiap TPA, setelah memenuhi persyaratan administrasi dan dinilai kelayakannya untuk menyelenggarakan program pembelajaran bagi anak usia dini yang dititipkan pada TPA tersebut. Izin ini berlaku pada kurun waktu tertentu dan dapat diperpanjang kembali. Izin ini dikeluarkan oleh Dinas yang ditunjuk oleh pemerintah Daerah (PEMDA) setempat dalam hal ini Dinas Pendidikan (bidang pendidikan non formal dan informal/subdin PNFI) dan atau Dinas Sosial di tingkat kabupaten / kota dan atau lembaga lain yang ditunjuk pemerintah kabupaten / kota. Pembiayaan, yayasan /badan/perorangan penyelenggara TPA bertanggung jawab atas pembiayaan yang diperlukan bagi pengelolaan program di TPA bersangkutan; Pemerintah Daerah /Pusat agar member bantuan kepada TPA yang diselenggrakan oleh yayasan/ perorangan dalam bentuk dana dan atau sarana pendidikan. Pendidik dan bantuan lain disesuaikan dengan anggran yang diperuntukkan bagi pengembangan PAUD. POS PAUD Peserta didik, di pos PAUD adalah anak usia 0-6 tahun yang tidak terlayani PAUD lainnya. Orang tua wajib memperhatikan kegiatan anak selama di pos PAUD agar dapat melanjutkan di rumah. Pendidik pos PAUD, dapat disebut kader atau sebutan lain yang sesuai dengan kebiasaan setempat ; jumlah kader paud sesuai dengan jumlah usia anak yang terlayani. Persyaratan kader pos PAUD ; latar belakang pendidikan SLTA atau sederajat, menyayangi anak kecil, bersedia berkerja secara sukarela, memilki waktu untuk melaksanakan tugasnya, dapat bekerja sama dengan sesame kader. Tugas kader kelopok anak usia 0-2 tahun : - Menyiapkan administrasi kelompok, yaitu : daftar Hadir, buku Rencana kegiatan anak, buku catatan perkembangan anak, dan kartu deteksi dini tumbuh kembang anak (DDTK). - Menyiapkan kegiatan anak sesuai dengan rencana hari ini. - Menyiapkan tempat dan APE untuk pengasuhan bersama.

- Menyambut kedatangan anak dan orang tua. - Mengisi daftar hadir - Mendampingi orang tua dalam pengasuhan bersama. - Mencatat perkembangan anak yang terjadi hari itu (bila ada). - Melakukan deteksi dini dengan menggunakan kartu DDTK kepada anak yang saatnya dideteksi. Tugas kader kelompok anak usia 2-6 tahun : - Menyiapkan adminstrasi kelompok : Daftar hadir anak, buku rencana kegiatan anak, buku catatan perkembangan anak, buku-buku panduan pos PAUD, dan kartu deteksi dini tumbuh kembang anak (DDTK). - Menyiapkan kegiatan anak sesuai rencanan hari itu. - Menata kegiatan untuk main bebas sebelum kegiatan dimulai. - Menyambut kedatangan anak. - Bersama kader lain memandu anak-anak dalam kegiatan pembukaan (main gerakan kasar) di halaman. - Mengisi daftar hadir anak. - Memandu kegiatan anak di kelompok yang dibinanya. - Mencatat perkembangan anak. - Melakukan deteksi dini dengan menggunakan kartu DDTK kepada anak yang saatnya dideteksi) KEBIJAKAN NASIONAL TERKAIT DENGAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) Berbagai kebijakan terkait dengan keberadaan PAUD di Indonesia telah ditetapkan dalam dokumen resmi Negara, seperti : Dalam pembukan UUD 1945 khususnya dalam alenia ke-4, kemudian dari pada kitu untuk membentuk suatu persatuan Negara Indonesia yang berkedaulatan rakyat, mencerdaskan kehidupan banbsa,dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial . Dari bunyi alinea ke 4 ini jelaslah bahwa mencerdaskan anak berarti membangun kwalitas SDM , yang berarti membangun kualitas SDM Negara. Amandemen UUD 1945 khususnya pada pasal 28 C ayat 2 bahwa setiap anak berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapatkan pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia. Sedangkan menurut UU perlindungan anak Nomor 23 tahun 2002, setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh dan berkembang dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta dapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi (pasal 4); setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai minat

dan bakatnya (pasal 9 ayat 1) dan selain hak anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1). Khususnya bagi anak yang menyandang cacat juga berhak memperoleh pendidikan luar biasa, sedangkan anak yang memiliki keunggulan juga mendapatkan pendidikan khusus (pasal 9 ayat 2). (Departemen Sosial RI, 2005 : 5). Selanjutnya dalam Undang-undang no 20 tahun 2003 dikatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya yang dituukan bagi anak sejak lahir samapi dengan usia 6 tahun yang dialukan melalui pemberian rangsangan pendidikan membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani & rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Beberapa komitmen lain dari pemerintah Indonesia terhadap pengembangan anak usia dini dengan dikeluarkannya keputusan Menteri Pendidikan Nasional No.051/0/2001 tentang didirikannya Direktorat PADU (Pandidikan Anak Dini Usia) di lingkungan Departemen Nasional yang selanjutnya direktorat ini berubah menjadi Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini (Direktorat PAUD). Selanjutnya Presiden mengeluarkan peraturan presiden No.14 th 2010 dimana dengan peraturan presiden ini Direktorat PAUD yang awalnya mngurusi PAUD non formal berubah menjadi Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Non Formal dan Informal (dimana salah satu fungsinya menyelenggarakan pendidikan anak usia dini formal, non formal, dan informal). Demikianlah berbagai ketentuan konstitusi negara republic Indonesia yang dimulai dari ketentuan UUD 1945, sampai dengan peraturan presiden,masihkah kita tidak mau untuk melaksanakan ketentun tersebut dengan murni dan konsekwen?kalau demikian berarti kita telah melakukan pelanggaran terhdap konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

ind the Best Web Hosting which offers reliable service and top quality support
search...

search

com_search

28

Informasi No Iframes Web links


o o o o o

Peta Ikip PGRI Jember AAK PGRI JEMBER Sisfokampus IKIP PGR... Kopertis 7 Dirjen Dikti

Kalendar Ikip May 2012 S M T W T F S 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 Facebook/Twitter

By A Web Design

Copyright 2012 www.ikip-jember.org. All Rights Reserved. Joomla! is Free Software released under the GNU/GPL License.

Joomla Templates by PWC, ipage reviews by WebHostingTop


Home About ARTIKEL o Peranan ICT dalam Dunia Pendidikan Hiburan

octo's Blog
proyekmasadepan

December 15, 2011

MANFAAT PENDIDIKAN
By 1octo

Manfaat Pendidikan Pembahasan tentang pengawasan pendidikan harus diawali dengan dua pengamatan dasar, pertama bahwa orang-orang dengan pendidikan yang lebih tinggi berbeda dengan orang yang kurang berpendidikan. Pengamatan kedua adalah perubahan individu yang terjadi setelah mereka mendapatkan yang lebih tinggi. Dimensi Manfaat Pendidikan Orang yang akan mendapat beberapa keuntungan atau manfaat pendidikan yang pertama dan yang paling nyata adalah siswa. Setiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda-beda sehingga setiap karakteristik tersebut harus dapat dipahami agar mereka dapat mencapai manfaat dalam pendidikan. Sebagai tambahan pengaruh orang lain dalam masyarakat dapat mempengaruhi pendidikan siswa, baik secara langsung maupun tidak langsung (keluarga dan teman-teman atau guru). Manfaat yang akan diperoleh siswa mudah sekali untuk dijelaskan, siswa yang belajar membaca disekolah lebih baik dari pada mereka yang tidak dapat membaca. Dalam ekonomi hal ini disebut manfaat pribadi. Para ekonom membedakan manfaat pribadi dengan manfaat sosial. Manfaat sosial adalah sesuatu yang dapat mengembangkan orang selain pendidikan. Masyarakat dikatakan lebih baik karena pendidikan mereka. Karakteristik dan pembawaan umum tertentu dapat dianggap sebagai hasil dari sekolah, termasuk pemahaman tentang nilai demokrasi sebagai upaya untuk memerangi segala bentukkediktatoran dalam suatu pemerintahan dan kemampuan untuk berpikir kritis dan yang pantas. Keahlian tersebut mungkin menjadi pengaruh tidak langsung dari bidang studi kewarganegaraan, ilmu sosial, sejarah, filsafat, bahasa, dan pengajaran lain. Perubahan yang dipengaruhi oleh pengalaman pendidikan. Secara metodologis hal ini berarti bahwa pengukuran pretest dan protest pada individu diperlukan untuk mengidentifikasi perubahan yang disebabkan oleh pendidikan. Hal ini dikenal sebagai pendekatan penambahan nilai. Terdapat lima cara yang berbeda untuk membuat fakulasi (penghitungan) dan mengaplikasikan metode yang spesifik pada pendidikan yang lebih tinggi. Yang pertama adalah dalam mengevaluasi perubahan individu, segala yang dihabiskan dalam pendidikan (tingkat biaya) adalah ukuran kelebihannya. Kedua yaitu menyelidiki reaksi klien terhadap pendidikan universitas. Ketiga adalah mempertimbangkan peningkatan dalam nilai kapita dari manusia yang merupakan hasil dari pendidikan yang lebih tinggi. Keempat melihat seberapa besar pendidikan yang lebih tinggi bertanggung jawab atau berperan dalam pertumbuahn. Kelima dalam memperkirakan nilai pendidikan universitas dengan melihat pada tingkat pengembalian investasi pada pendidikan universitas. Manfaat pendidikan diperoleh selama pengalaman dari pendidikan itu sendiri, manfaat pendidikan dapat ditanyakan pada siswa setelah mereka melaksanakan pendidikan. Persamaannya seperti manfaat sosial dari mengikuti permainan sepak bola di SMA terjadi selama pengalaman pendidikan. Fungsinya Memahami Manfaat Pendidikan Penting sekali untuk mengetahui apa manfaat yang meluas dari pendidikan agar dalam mengalokasi sumber tidak hanya antara berbagai macam dan tingkat sekolah tetapi juga antara pendidikan dan juga program sosial. Manfaat pendidikan juga harus dihargai untuk memutuskan bagaimana membiayai pendidikan pada tingkat yang berbeda. Jika manfaat meluas pada masyarakat yang bersekolah, terdapat alas an untuk memajukan pembiayaan sendiri bagi proses pendidikan, bahkan bias dari pinjaman. Manfaat pendidikan juga harus diidentifikasi untuk menginterpretasikan motivasi pendidik. Secara mendasar pengetahuan

diperlukan sebagai manfaat pendidikan sehingga proses pendidikan dapat dievaluasi melalui analisis harga manfaat yang berhubungan dengan alokasi dana dan dalam penetapan manajemen.
Share this:

Facebook Twitter Tumblr

Like this: Like One blogger likes this post.

About 1octo

Islam Oye View all posts by 1octo This entry was posted on Thursday, December 15th, 2011 at 9:36 am and posted in Uncategorized. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed.

PERANAN ICT DALAM DUNIA PENDIDIKAN Next Post Leave a Reply


guest

Enter your comment here...

1336128415

Pages
o o o

About ARTIKEL Peranan ICT dalam Dunia Pendidikan Hiburan February 2012 December 2011 October 2009 September 2009

Archives
o o o o

Subscribe RSS Blog at WordPress.com. Theme: Elegant Grunge by Michael Tyson. Follow Follow octo's Blog

Get every new post delivered to your Inbox. Join 246 other followers
Enter your email a

subscribe

9658638

http://1octo.w ord

loggedout-follow

9e270c2a6a

/2011/12/15/manf

Sign me up

Powered by WordPress.com

Lewati untuk mencari.

Pengguna Baru? Daftar Sign In Bantuan Dapatkan Firefox Terbaru Mail Yahoo! Yahoo! Indonesia Answers

Cari
ush-ans

Cari di Web

Awal Kategori o Berita & Peristiwa

Bisnis & Keuangan Bisnis Lokal Elektronik Konsumen Game & Rekreasi Hewan Piaraan Hiburan dan Musik Ilmu Sosial Jalan-jalan Kecantikan & Gaya Kehamilan & Peran Orangtua Keluarga & Hubungan Kesehatan Komputer & Internet Kuliner Lingkungan Makanan & Minuman Masyarakat & Budaya Mobil & Transportasi Olahraga Pendidikan & Referensi Politik & Pemerintahan Produk Yahoo! Rumah & Kebun Sains & Matematika Seni & Insani Tentang o Cara Kerja Answers o Poin & Tingkat o Pedoman Komunitas o Leaderboard o Papan Saran o Blog Answers

o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o

Tanya
Apa yang ingin Anda tanyakan?

Apa yang i

Lanjutkan

Jawab Temukan
Apa yang Anda cari

Apa yang Anda cari

Cari Y! Answers Pencarian Tingkat Lanjut

Thya

Anggota sejak: 11 Januari 2011 Total poin: 101 (Tingkat 1)


Tambah Kontak Blokir

Apa manfaat pendidikan bagi manusia?


1 tahun lalu Lapor Penyalahgunaan

by mincha Anggota sejak: 06 September 2010 Total poin: 14,254 (Tingkat 6)


Tambah Kontak Blokir

Jawaban Terbaik - Dipilih oleh Suara Terbanyak


1. memenuhi kebutuhan akan ilmu dan pengetahuan 2. mewujudkan cita cita manusia 3. mempermudah pekerjaan manusia

1 tahun lalu Lapor Penyalahgunaan

100% 1 Suara

Bukan jawaban yang benar? Coba Yahoo! Search


ans_qp_1

Cari di Yahoo! untuk

manfaat pe

Cari

Saat ini tidak ada komentar untuk pertanyaan ini. * Anda harus sign in ke Yahoo! Answers untuk memberikan komentar. Sign in or Daftar.

Jawaban Lain (2)

by soeharso...

Anggota sejak: 22 Juli 2008 Total poin: 106,231 (Tingkat 7) Gambar Badge:

o o

Tambah Kontak Blokir

Manfaat Pendidikan Ada beberapa manfaat pendidikan yang kita peroleh : 1. Mendapatkan ilmu yang akan kita butuhkan untuk masa depan 2. Dengan belajar diluar sekolah bisa menambah wawasan yang lebih luas sehingga pengetahuan kita bertambah 3. Dengan mendapatkan ilmu dan wawasan yang lebih luas kita dapat meraih cita-cita yang kita impikan materi referensi: asrofudin weblog
o o

1 tahun lalu Lapor Penyalahgunaan

0% 0 Suara

by Reni Anggota sejak: 03 Januari 2011 Total poin: 1,529 (Tingkat 3)

o o

Tambah Kontak Blokir

Setiap manusia memerlukan pendidikan, baik pendidikan formal yang didapat dari bangku sekolah maupun pendidikan informal yang didapat dari keluarga dan lingkungan sekitar. Pendidikan, yang dalam hal ini pendidikan formal di sekolah mempunyai manfaat yang begitu besar bagi manusia, di antaranya adalah untuk menjadikan manusia cerdas dan terampil, menjadikan manusia memiliki budi pekerti yang luhur dan berakhlak mulia, meningkatkan kualitas dan tingkatan hidup manusia, meningkatkan taraf hidup dan derajad hidup manusia,dsb. Semakin tinggi tingkat pendidikan manusia maka manusia tersebut akan semakin tangguh dalam mengarungi arus kemajuan jaman dan menjalani kehidupan. Pendidikan informal sangat bermanfaat untuk membentuk seorang manusia menjadi pribadi yang beragama kuat, berbudi pekerti luhur, dan berakhlak mulia. Jadi, pendidikan sangat besar manfaatnya bagi kehidupan seseorang yaitu untuk menjadikan seseorang cerdas, terampil, beragama dan bermoral luhur, dan tangguh dalam menjalani kehidupan. materi referensi: Dari berbagai sumber.
o o

1 tahun lalu Lapor Penyalahgunaan

0% 0 Suara

Temukan di Pendidikan Tinggi (Universitas)


Tentang nasip kuliah ku nich ? Bagaimana nich solusinya aku pengen banget ngelanjutin buat kuliah setelah lulus sma tp keuangan gak memungkin? Apakah pilihanku benar? Yang udah kuliah silahkan masuk *5?

ADVERTISEMENT

Hari ini di Yahoo!

Aksi singa yang ingin memakan bayi

Untung ada kaca pengaman. Jika tidak, mungkin bayi ini benar-benar jadi santapan si singa.

11 tren mode terburuk sepanjang masa

5 yang tak boleh diucapkan pada anak

Anang tak mengundang Syahrini

Answers Internasional

Amerika Serikat Argentina Australia Berbahasa Spanyol Brasil China Filipina Hong Kong India Indonesia Inggris Italia Jepang Jerman Kanada Korea Selatan Malaysia Meksiko Prancis Quebec Selandia Baru Singapura Spanyol

Taiwan Thailand Vietnam

Yahoo! tidak mengevaluasi atau menjamin keakuratan segala konten Yahoo! Answers. Klik di sini untuk Sanggahan lengkap. Hak Cipta 2012 Yahoo! Southeast Asia Pte Ltd. (Co. Reg. No. 199700735D). Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.

Kebijakan HKI Kebijakan Privasi Ketentuan Layanan Pedoman Komunitas

SlideShare
header

Search

Upload Login or Signup Go Pro


Email Favorite Download Embed Private Content 382 x 408 477 x 510 572 x 612 668 x 714 inShare0

Related

Tujuan dan social_studies

Mualif power

Karya ilmiah3

Presentasi PENDIDIKAN BUDAYA DAN KARAKTE

Pendidikan karakter-di SMA N 1 Kemabang

Kuliah ke 4 (problema dan tantangan pemb

Kuliah ke 4 (problema dan tantangan pemb

Social Studies

Pengembangan Ilmu Manajemen Pendidikan

Pentingnya supervisi pendidikan sebagai

Rio ktii

Manajemen pendidikan

Konsep Sekolah yang Baik: Tinjauan Filos

KTSP SMP

T pkn 0808102_chapter1

1. konsep dari ki hajar dewatara

Peningkatan Kinerja Profesi Tenaga Pend

Penerapan lessan study dlm pembentukan p

Panduan penyelengg sdsn

Resume Buku

+ Follow

Pendidikan karakter

by penggawa on Nov 12, 2010

19,618 views

Pendidikan karakter
More

Pendidikan karakter
Less Accessibility

View text version

Categories

Business & Mgmt

Upload Details

Uploaded via SlideShare as Adobe PDF


Usage Rights

All Rights Reserved


Flag as inappropriate

File a copyright complaint 3 Embeds 74 http://iqra-abqary.blogspot.com 56

http://www.iqra-abqary.blogspot.com 17 http://www.slideshare.net 1

Statistics Favorites 10 Downloads 735 Comments 2 Embed Views 74 Views on SlideShare 19,544 Total Views 19,618

2 comments

12 of 2 comments

DELEGASI CAH A 1 CITY at DELEGASI CAH A 1 CITY bisa tidak ya untuk strategi manajemen pendidikan karakter ini dikirim ke email saya ' lilik_1922@yahoo.co.id'. sebagai bahan referensi skripsi saya. terima kasih. 4 months ago Reply Are you sure you want to Yes No

Ribudi Yanto , Mantri Gr at untung terus Saya acungkan jempol untuk anda 4 months ago Reply Are you sure you want to Yes No

Subscribe to comments Post Comment

Edit your comment


Update

Cancel

10 Favorites

aneedafiz 1 month ago

Rahma Ryanti , Staff Accounting at EINSTREND 3 months ago

anna1986oke 4 months ago

gruntoro 4 months ago

nanankfauzy 4 months ago

45254 4 months ago

Jhon Aba at yapis 5 months ago

Usman Abbas at SDN UJUNG 7 5 months ago

Agnes Aroy 6 months ago

awankz 1 year ago

Pendidikan karakter Document Transcript

1. Proceedings of The 4th International Conference on Teacher Education; Join Conference UPI & UPSI Bandung, Indonesia, 8-10 November 2010 STRATEGI MANAJEMEN PENDIDIKAN KARAKTER (Membangun Peradaban Berbasis Ahlaqul Kharimah) Oleh: DR. H. Yoyon Bahtiar Irianto, M.Pd. (Adpend-FIP-UPI, email: abah_jbi@hotmail.com) Abstrak Sudah sepuluh tahun reformasi pendidikan dilakukan, dan hampir seluruh kebijakan pembaharuan pendidikan telah diupayakan, namun sepertinya seluruh tatanan hidup dan kehidupan masyarakat malah berubah ke arah yang tidak menentu. Secara tidak disadari, kehidupan masyarakat malah melunturkan sendi-sendi keimanan yang nya turut mempengaruhi kualitas kelangsungan peradaban bangsa. Penyebab utamanya tidak lain pendidikan karakter bangsa yang amburadul. Karena itu, sejalan dengan Renstra Kemendiknas 2010-2014 yang telah mencanangkan penerapan pendidikan karakter, maka diperlukan kerja keras semua pihak, terutama terhadap program-program yang memiliki kontribusi besar terhadap peradaban bangsa harus benar-benar dioptimalkan. Namun, penerapan pendidikan karakter di sekolah memerlukan pemahaman tentang konsep, teori, metodologi dan aplikasi yang relevan dengan pembentukan karakter (character building) dan pendidikan karakter (character education). Permasalahan yang perlu diungkap antara lain: Bagaimana kiprah pendidikan dalam peradaban bangsa? Apa makna pendidikan moral-nilai-ahlaq dan karakter? Bagaimana peranan yang perlu dilakukan sekolah? Bagaimana strategi implementasinya dalam konteks pembelajaran di persekolahan? Dari pengalaman ada dua pendekatan dalam pendidikan karakter, yaitu: (1) Karakter yang diposisikan sebagai mata pelajaran tersendiri; dan (2) Karakter yang built- in dalam setiap mata pelajaran. Sampai saat ini, pendekatan pertama ternyata lebih efektif dibandingkan pendekatan kedua. Salah satu alasannya ialah karena para guru mengajarkan masih seputar teori dan konsep, belum sampai ke ranah metodologi dan aplikasinya dalam kehidupan. Idealnya, dalam setiap proses pembelajaran mencakup aspek konsep (hakekat), teori (syareat), metode (tharekat) dan aplikasi (marifat). Jika para guru sudah mengajarkan kurikulum secara komprehensif melalui konsep, teori, metodologi dan aplikasi setiap bidang studi, maka kebermaknaan yang diajarkannya akan lebih efektifi dalam menunjang pendidikan karakter. Strategi pembelajaran yang berkenaan dengan moral knowing akan lebih banyak belajar melalui sumber belajar dan nara sumber. Pembelajaran moral loving akan terjadi pola saling membelajarkan secara seimbang di antara siswa. Sedangkan pembelajaran moral doing akan lebih banyak menggunakan pendekatan individual melalui pendampingan pemanfaatan potensi dan peluang yang sesuai dengan kondisi lingkungan siswa. Ketiga strategi pembelajaran tersebut sebaiknya dirancang dengan sistematis agar para siswa dan guru dapat memanfaatkan segenap nilai-nilai dan moral yang sesuai dengan potensi dan peluang yang tersedia di lingkungannya. Dengan demikian, hasil pembelajarannya ialah terbentuknya tabiat reflektif dalam arti para siswa memiliki pengetahuan, kemauan dan keterampilan dalam berbuat kebaikan. Melalui pemahaman yang komprehensif ini diharapkan dapat menyiapkan pola- pola manajemen pembelajaran yang dapat menghasilkan anak didik yang memiliki karakter yang kuat dalam arti memiliki ketangguhan dalam keilmuan, keimanan, dan perilaku shaleh, baik secara pribadi maupun sosial. Kata kunci: moral, value, ahlaq, character building, character education, tabiat reflektif. Yoyon Bahtiar Irianto/Strategi Manajemen Pendidikan Karakter/2010 Page 1 2. Proceedings of The 4th International Conference on Teacher Education; Join Conference UPI & UPSI Bandung, Indonesia, 8-10 November 2010 A. Permasalahan Nelengnengkung-

nelengnengkung, geura gede geura jangkung, geura sakola sing jucung, sangkan bisa makayakeun Indung (Nelengnengkung-nelengnengkung, cepatlah besar cepatlah tinggi, cepatlah selesaikan sekolah, agar dapat memuliakan Sang Ibu) Ku lihat Ibu Pertiwi, sedang bersusah hati, air matanya berlinang..hutan gunung sawah lautan, simpanan kekayaan, kini Ibu sedang lara.. Itulah penggalan-penggalan dangding (syair) pada saat Sang Ibu mengayun saya (anak). Dengan segenap kasih sayang, harapan, dan doa, Sang Ibu berusaha membesarkan saya agar menjadi gede dan tinggi, dan berharap kembali memuliakan Sang Ibu yang mengadung, membesarkan dan mendidiknya, serta sang Ibu Pertiwi yang telah memberi saya lahan kehidupan. Sekarang, sang Ibu sedang bersedih karena anak-anaknya walaupun telah besar dan tinggi namun hasil dari sekolah tidak sesuai dengan harapan dan cita-cita Sang Ibu. Apa yang dilakukan sekolah terhadap anak-anaknya sehingga tidak semua cita- cita dan harapan Sang Ibu dapat dipenuhi oleh sekolah? Padahal, hampir seluruh kebijakan yang terkait dengan pembaharuan pendidikan diarahkan sesuai dengan standar pendidikan yang telah ditetapkan. Namun, sepertinya seluruh tatanan hidup dan kehidupan masyarakat malah berubah ke arah yang tidak menentu. Ketidakmenentuan yang paling berbahaya ialah lunturnya keimanan sebagai masyarakat yang agamis. Penurunan budi pekerti, maraknya penyalahgunaan narkoba, kriminalitas, sex bebas dan tuna-susila, meningkatnya pengangguran, kemiskinan dan derajat kesehatan masyarakat yang buruk, turut mempengaruhi kualitas kelangsungan peradaban masyarakat di masa depan. Penyebab utamanya tidak lain adalah pendidikan karakter bangsa yang amburadul. Walaupun visi, misi, prinsip, tujuan, strategi, program pembangunan pendidikan dirumuskan dengan sangat hebat, namun tidak ada maknanya manakala hasil-hasil pendidikan tidak dapat meningkatkan kualitas hidup bermasyarakat dan berbangsa. Apabila pembangunan pendidikan dilaksanakan seperti itu terus-menerus, maka bangsa ini selamanya tidak akan mendapat hidayah untuk bangkit menuju kehidupan yang lebih baik. Gambaran di atas bukan hanya sekedar cerita, bahwa permasalahan mendasar bagi pendidikan ialah bagaimana menyiapkan generasi yang cerdas dan memiliki karakter yang kuat untuk membangun bangsanya ke arah yang lebih baik. Oleh karena itu, sejalan dengan Rencana Strategis Kemendiknas 2010-2014 yang telah mencanangkan visi penerapan pendidikan karakter,1 maka diperlukan kerja keras semua pihak, terutama terhadap program-program yang memiliki kontribusi besar terhadap peradaban bangsa harus benar- benar dioptimalkan. Namun demikian, visi penerapan pendidikan karakter di lingkungan satuansatuan pendidikan memerlukan pemahaman yang jelas tentang konsep, teori, metodologi dan aplikasi yang relevan dengan pembentukan karakter (character building) dan pendidikan karakter (character education). Bagaimana kiprah pendidikan dalam peradaban bangsa? Apa makna pendidikan moral-nilai-ahlaq dan karakter? Bagaimana peranan yang perlu dilakukan sekolah? Bagaimana strategi implementasinya dalam konteks pembelajaran di persekolahan? Melalui pemahaman yang komprehensif ini diharapkan dapat menyiapkan pola-pola pembelajaran untuk menghasilkan anak didik Yoyon Bahtiar Irianto/Strategi Manajemen Pendidikan Karakter/2010 Page 2 3. Proceedings of The 4th International Conference on Teacher Education; Join Conference UPI & UPSI Bandung, Indonesia, 8-10 November 2010 yang memiliki ketangguhan keilmuan, keimanan, dan keshalehan pribadi maupun sosial. Insan-insan yang shaleh ini sangat diperlukan untuk menjadi kader yang siap berjihad membangun kembali bangsanya agar bangkit dari keterpurukan. Tanpa pijakan dan pemahaman tentang konsep, teori, metode yang jelas dan komprehensif tentang pendidikan karakter, maka misi pendidikan karakter pada sekolah-sekolah akan menjadi sia-sia. B. Pendidikan dan Peradaban Bangsa Menengok sejarah peradaban manusia, telah begitu banyak upaya untuk mewariskan pengetahuan dan keterampilan kepada generasinya. Bahkan pada akhirnya para orang tua menunjukkan ketidaksanggupan lagi untuk mengajarkan semua pengetahuan dan keterampilan kepada anak-anaknya. Sejak saat itu, mulailah ada upaya pembelajaran yang tidak formal sesuai

pengetahuan yang diinginkan anaknya. Selanjutnya, seiring pengetahuan dan keterampilan yang harus dipelajari semakin kompleks, upaya pembelajaran tersebut mulai diformalkan dalam bentuk persekolahan. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan mempunyai nilai-nilai yang hakiki tentang harkat dan martabat kemanusiaan. Namun, belakangan lembaga pendidikan yang namanya 'sekolah' ini cenderung menganggap sebagai satu-satunya lembaga pendidikan. Ahirnya, manakala membicarakan pendidikan cenderung yang dibahas adalah sekolah; Akibatnya, paradigma pendidikan yang begitu universal hanya dipandang secara adaptif daripada inisiatif. Ivan Illich2 telah mengkritik persekolahan ini dengan pertanyaan: Apakah sekolah itu sesuatu yang perlu dalam pendidikan? Bahkan, Everet Reimer3 pun menganggap bahwa pendidikan persekolahan telah mati (school is dead). Tentu saja, saya tidak akan terperangkap dalam konsep yang ekstrim seperti Reimer. Tetapi kritikan Illich dan Reimer setidaknya mengingatkan kita bahwa pendidikan persekolahan bukanlah satu-satunya lembaga pendidikan. Idealnya, pendidikan seharusnya merupakan gambaran kondisi masyarakat seperti yang pernah diungkapkan Nicolas Hans bahwa pendidikan adalah watak nasional suatu bangsa. Bahkan dalam kelakarnya dia berkata: ceritakan sekolahmu, maka akan dapat kuceritakan keadaan masyarakat dan negaramu.4 Padangan tersebut menunjukkan bahwa nilai-nilai pendidikan bukan saja hanya sekedar etika dalam arti 'baik' atau 'tidak baik', namun lebih ditekankan pada tujuan mengapa perlu ada pendidikan. Kemajuan iptek seharusnya dapat membimbing manusia untuk mempunyai tujuan. Seperti yang manusia yang diibaratkan penumpang kapal yang bernama Bumi, berputar di jagat kosmos, melancong ke seberang lautan waktu yang tidak terbatas. Mereka bersenang dengan riang gembira dan makan layaknya binatang5 Mereka punya hati, tetapi tidak bisa memahami; mereka punya mata, tetapi tidak melihat; mereka punya telinga, tetapi tidak mendengar. Benar-benar mereka mirip binatang peliharaan, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang lalai.6 Dengan kemajuan iptek manusia menjadi terserang kebingungan serta tidak tahu lagi identitasnya, sehingga muncullah absurdisme, nihilisme, dan hipiisme menyerang pikiran dan ruh manusia beradab hingga menghancurkan nilai-nilai kemanusiaan yang beradab. Saya yakin bahwa nilai dan tujuan pendidikan hanya akan ada apabila pendidikan itu dapat menciptakan sesuatu yang memberikan manfaat bagi kehidupan masa kini dan Yoyon Bahtiar Irianto/Strategi Manajemen Pendidikan Karakter/2010 Page 3 4. Proceedings of The 4th International Conference on Teacher Education; Join Conference UPI & UPSI Bandung, Indonesia, 8-10 November 2010 masa mendatang. Jika kebijakan dalam pendidikan harus dibuat, menunjukkan bahwa dalam praktek-praktek pendidikan ada sesuatu yang salah atau kurang bermanfaat. Dengan kata lain, kesalahan atau dalam pelaksanaan pendidikan harus dapat ditemukan, dianalisis, disintesa, kemudian dipraktekkan kembali sampai menunjukan hasil yang lebih bermanfaat. Berdasarkan amanat undang-undang,7 pendidikan harus dilihat sebagai human investment dalam bidang sosialbudaya, ekonomi dan politik. Dalam perspektif sosial- budaya, pendidikan menjadi faktor determinan dalam mendorong percepatan mobilitas vertikal dan horisontal masyarakat yang mengarah pada pembentukan konstruksi sosial baru yang terdiri atas lapisan masyarakat kelas menengah terdidik, yang menjadi elemen penting dalam memperkuat daya rekat sosial (social cohesion). Pendidikan dapat menjadi wahana strategis untuk membangun kesadaran kolektif (collective conscience) sebagai warga mengukuhkan ikatan-ikatan sosial, dengan tetap menghargai keragaman budaya, ras, suku-bangsa, dan agama, sehingga dapat memantapkan keutuhan nasional.8 Dalam perspektif ekonomi, pendidikan mutlak diperlukan guna menopang pengembangan education for the knowledge economy (EKE).9 Satuan pendidikan harus pula berfungsi sebagai pusat penelitian dan pengembangan yang menghasilkan produk-produk unggulan yang mendukung knowledge based ekonomy (KBE). Oleh karena itu, pendidikan harus mampu melahirkan lulusan-lulusan yang memiliki pengetahuan, teknologi, dan keterampilan teknis yang memadai, serta memiliki kapasitas

dan kapabilitas kemampuan berwirausaha untuk meningkatkan daya saing nasional dan membangun kemandirian bangsa. Sedangkan dalam perspektif politik, pendidikan harus mampu mengembangkan kapasitas dan kapabilitas individu untuk menjadi warganegara yang baik (good citizens), yang memiliki tingkat kesadaran tinggi terhadap hak, kewajiban, tugas dan tanggung jawab dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Alfred & Carter10 menegaskan bahwa visi dan idealisme itu haruslah merujuk dan bersumber pada paham ideologi nasional, yang dianut oleh seluruh komponen bangsa. Dengan demikian, pendidikan dalam dimensi yang integratif merupakan usaha seluruh komponen masyarakat dan bangsa untuk menumbuhkembangkan kekuatann kolektif (collective power) dengan meletakkan landasan sosial-budaya, ekonomi dan politik yang kokoh bagi terciptanya masyarakat sipil (civil society) yang memiliki kekokohan budaya dan karakter tanpa menutup diri dari perkembangan jaman. C. Pendidikan Moral, Nilai, Ahlaq, dan Karakter Pendidikan moral (moral education) dalam keseharian sering dipakai untuk menjelaskan aspek-aspek yang berkaitan dengan etika. Pembelajarannya lebih banyak disampaikan dalam bentuk konsep dan teori tentang nilai benar (right) dan salah (wrong). Sedangkan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari tidak menyentuh ranah afektif (apresiatif) dan psikomotorik (tidak menjadi kebiasaan) dalam perilaku siswa. Pendidikan ahlaq lebih ditekankan pada pembentukan sikap batiniyah agar memiliki spontanitas dalam berbuat kebaikan. Nilai benar dan salah diukur oleh nilai-nilai agamawi. Dalam Islam, nilainilai itu harus merujuk pada Al-Quran dan Sunnah. Itulah moralitas yang dijungjung Yoyon Bahtiar Irianto/Strategi Manajemen Pendidikan Karakter/2010 Page 4 5. Proceedings of The 4th International Conference on Teacher Education; Join Conference UPI & UPSI Bandung, Indonesia, 8-10 November 2010 tinggi oleh kaum Muslim. Jika perilaku kaum Muslim sudah tidak merujuk lagi pada Al- Quran dan Sunnah, dapat dikatagorikan kaum yang tidak berahlaq sekaligus dapat disebut kaum yang tidak bermoral. Dalam terminologi tasawuf, pendidikan ahlaq bertujuan menanamkan karakter-karakter yang melekat pada zat, sifat, asma dan afal Tuhan YME pada perilaku siswa.11 Namun dalam implementasinya masih sama halnya dengan pendidikan moral. Walaupun beberapa lembaga pendidikan sudah menyatakan berbasis moral dan ahlaq, tetapi masih berbanding lurus dengan naiknya angka kriminalitas dan denkadensi moral di kalangan anak sekolah. Sedangkan pendidikan karakter merupakan upaya pembimbingan perilaku siswa agar mengetauhi, mencintai dan melakukan kebaikan. Fokusnya pada tujuan-tujuan etika melalui proses pendalaman apresiasi dan pembiasaan. Secara teoritis, karakter seseorang dapat diamati dari tiga aspek, yaitu: mengetahui kebaikan (knowing the good), mencintai kebaikan (loving the good), dan melakukan kebaikan (doing the good).12 Pendidikan karakter sesungguhnya bukan sekedar mendidik benar dan salah, tetapi mencakup proses pembiasaan (habituation) tentang perilaku yang baik sehingga siswa dapat memahami, merasakan, dan mau berperilaku baik. Sehingga tebentuklah tabiat yang baik. Menurut ajaran Islam, pendidikan karakter identik dengan pendidikan ahlaq. Walaupun pendidikan ahlaq sering disebut tidak ilmiah karena terkesan bukan sekuler, namun sesungguhnya anatara karakter dengan spiritualitas memiliki keterkaitan yang erat. Dalam prakteknya, pendidikan ahlaq berkenaan dengan kriteria ideal dan sumber karakter yang baik dan buruk, sedangkan pendidikan karakter berkaitan dengan metode, strategi, dan teknik pengajaran secara operasional. Unsur-unsur ideal dalam pendidikan karakter berkenaan dengan moral knowing, moral loving dan moral doing (acting).13 Moral knowing berkenaan dengan kesadaran (awareness), nilai-nilai (values), sudut pandang (perspective taking), logika (reasoning), menentukan sikap (decision making), dan pengenalan diri (self knowledge). Moral loving berkenaan dengan kepercayaan diri (self esteem), kepekaan terhadap orang lain (emphaty), mencintai kebenaran (loving the good), pengendalian diri (self control), dan kerendahan hati (humility). Moral doing berkenaan dengan perwujudan dari moral knowing dan moral loving yang berbentuk tabiat reflektif dalam perilaku keseharian. Prinsip-prinisip

dalam penerapan pendidikan karakter, Character Education Quality Standards merekomendasikan sebelas prinsip untuk dijadikan panduan masyarakat dunia untuk dijadikan landasan pendidikan karakter yang efektif.14 Unsur-unsur dan prinsip-prinsip tersebut sebetulnya dalam ajaran Islam berkenaan dengan nilai-nilai dan moral mengenai mukasyafah, musyahadah, dan muqarabah, dalam bentuk tahaqquq, taalluq, dan takhalluq.15 Jadi, tidak ada bedanya dengan konsep dan teori yang dikembangkan di dunia barat. Mengapa kita tidak kembali ke nilai-nilai dan moral yang diajarkan agama? Bukankah ajaran agama sudah tidak diragukan lagi kebenarannya? D. Peranan Pendidikan Sekolah Tujuan utama pendidikan adalah untuk membentuk manusia yang good and 16 smart. Atau dalam Islam mengupayakan agar manusia memiliki karakter yang baik (good Yoyon Bahtiar Irianto/Strategi Manajemen Pendidikan Karakter/2010 Page 5 6. Proceedings of The 4th International Conference on Teacher Education; Join Conference UPI & UPSI Bandung, Indonesia, 8-10 November 2010 character).17 Dengan bahasa sederhana adalah merubah manusia menjadi lebih baik dalam pengetahun, sikap dan keterampilan. Namun, pada prakteknya lebih ditekankan pada aspek prestasi akademik (academic achievement), sehingga mengabaikan pembentukan karakter siswa. Walaupun dalam teori sosiologi menyebutkan bahwa pembentukan karakter menjadi tugas utama keluarga, namun sekolah pun ikut bertanggung terhadap kegagalan pembentukan karakter di kalangan para siswanya, karena proses pembudayaan menjadi tanggungjawab sekolah. Pendidikan karakter bagi sekolah bukan lagi sebagai sebuah opsi, tetapi suatu keharusan yang tak terhindarkan.18 Saya setuju dengan pandangan itu, karena pendidikan di mana pun akan berkenaan dengan tugas olah pikir (pengetahuan), olah rasa (apresiasi), dan olah raga (keterampilan) dalam konteks kehidupan psikologis, sosial dan kultural. Dari konteks inilah nilai-nilai (value), lingkungan, dan spiritual akan menjadi bahan untuk membentuk karakter anak didik. Perhatikan Gambar-1 berikut. Gambar-1 Posisi Karakter dalam Ranah Pendidikan Berdasarkan gambar di atas, maka pembangunan pendidikan mempunyai tanggung jawab dalam memprioritaskan pendidikan nilai, lingkungan dan spiritual yang sesuai dengan jalur, jenjang dan jenis kelembagaan satuan pendidikan. Artinya, proses pengenalan diri, aprsiasi diri dan pembiasaan diri tentang nilai dan moral harus berlanjut di lingkungan sekolah setelah lingkungan keluarga. Lingkungan sekolah harus menjadi tempat untuk pertumbuhan nilai dan moralnya sehingga terjadi proses pembiasaan yang membudaya. Kehidupan berbangsa dan bernegara yang diperjuangkan di Indonesia sebetulnya tidak harus meniru kehidupan negara lain, karena nilai-nilai, lingkungan dan spiritualitasnya pun berbeda. Dalam konteks ini, sistem persekolahan di Indonesia dituntut untuk dapat berkontribusi secara signifikan dalam pembentukan karakter warga negaranya agar memiliki jati diri dan harga diri bangsanya, serta dapat tetap bisa hidup sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia. E. Kerangka dan Strategi Manajemen Pembelajaran Untuk sampai kepada bentuk tabiat reflektif diperlukan strategi manajemen pembelajaran yang logis dan sistematis. Berdasarkan pengamatan saya pada sekolah- Yoyon Bahtiar Irianto/Strategi Manajemen Pendidikan Karakter/2010 Page 6 7. Proceedings of The 4th International Conference on Teacher Education; Join Conference UPI & UPSI Bandung, Indonesia, 8-10 November 2010 sekolah berbasis ahlaq,19 terdapat dua pendekatan dalam proses pendidikan karakter, yaitu: (1) Ahlaq yang diposisikan sebagai mata pelajaran tersendiri; dan (2) Ahlaq yang built-in dalam setiap mata pelajaran. Sampai saat ini, pendekatan pertama ternyata lebih efektivitas dibandingkan pendekatan kedua. Salah satu alasan pendekatan kedua kurang efektif, karena para guru mengajarkan masih seputar teori dan konsep, belum sampai ke ranah metodologi dan aplikasinya dalam kehidupan. Idealnya, dalam setiap proses pembelajaran mencakup aspek konsep, teori, metode dan aplikasi. Sama halnya dalam pengajaran dalam ajaran Islam yang mensyaratkan unttuk memahami hakekat, syareat, tharekat, dan marifat dari setiap aspek yang dipelajarinya. Atau dalam pandangan nilai dan moral tentang kepribadian harus memahami

zat, sifat, asma dan afal-nya. Jika para guru sudah mengajarkan kurikulum secara komprehensif melalui konsep, teori, metodologi dan aplikasi setiap mata pelajaran atau bidang studi, maka kebermaknaan yang diajarkannya akan lebih efektifi dalam menunjang pendidikan karakter. Perhatikan Gambar-2 berikut. Gambar-2 Pendekatan dan Muatan Kurikulum Pendidikan Karakter Berdasarkan ilustrasi di muka, maka siswa pada dasarnya teu harta...teu harti, mung gitek nu rupi-rupi dalam arti miskin dari sisi pendapatan (harta) dan pengetahuan (harti), namun memiliki potensi (gitek) yang beraneka-ragam (rupi-rupi). Merujuk karakteristik ini maka kegiatan memotivasi siswa menggunakan pendekatan kelompok. Pembelajaran yang berkenaan dengan moral knowing akan lebih banyak belajar melalui sumber belajar dan nara sumber. Pembelajaran yang berkenaan dengan moral loving akan terjadi pola saling membelajarkan secara seimbang di antara siswa. Sedangkan pembelajaran yang berkenaan dengan moral doing akan lebih banyak menggunakan pendekatan individual melalui pendampingan pemanfaatan potensi dan peluang yang sesuai dengan kondisi lingkungan siswa. Ketiga pola pembelajaran tersebut sebaiknya dirancang dengan sistematis agar para siswa dan guru/tutor/pendamping dapat memanfaatkan segenap nilai-nilai dan moral yang sesuai dengan potensi dan peluang yang tersedia di lingkungannya. Dengan demikian, hasil pembelajarannya ialah terbentuknya tabiat reflektif dalam arti para siswa memiliki pengetahuan, kemauan dan keterampilan dalam berbuat kebaikan. Keterkaitan antara kondisi peserta didik, pola pembelajaran, dan hasil pembelajaran dapat diilustrasikan pada Gambar-3 berikut. Yoyon Bahtiar Irianto/Strategi Manajemen Pendidikan Karakter/2010 Page 7 8. Proceedings of The 4th International Conference on Teacher Education; Join Conference UPI & UPSI Bandung, Indonesia, 8-10 November 2010 MURID/SISWA/MAHASISWA (dengan segala potensinya) POLA POSES PEMBELAJARAN (Memanfaatkan potensi diri dan alam, serta peluang yang ada di lingkungan) Moral Knowing Moral Loving Moral Doing (Belajar dari Orang Lain) (Belajar Bersama Orang Lain) (Belajar dari Diri Sendiri) TABIAT REFLEKTIF (Tahu, Mau dan Terampil Berbuat Kebaikan) Gambar-3 Pola Pembelajaran Pendidikan Karakter Merujuk kepada pendekatan dan kerangka pembelajaran di atas maka strategi pembelajaran dalam pendidikan karakter cukup dilakukan dengan tiga langkah, yaitu: (1) membekali siswa dengan alat dan media untuk memiliki pengetahuan, kemauan dan keterampilan; (2) membekali siswa pemahaman tentang berbagai kompetensi tentang nilai dan moral; (3) membiasakan siswa untuk selalu melakukan keterampilan-keterampilan berperilaku baik. Secara sederhana, keterkaitan setiap langkah pembelajaran tersebut dapat diilustrasikan pada Gambar-4 berikut. Langkah ke-1 Langkah ke-2 Langkah ke-3 (Membekali alat dan media untuk (Membekali pemahaman tentang (Membiasakan untuk melakukan tahu dan mau) kompetensi nilai dan moral) keterampilan berperilaku baik) Mengenal, mengetahui dan Apresiatif terhadap nilai- Mampu mecari peluang untuk memahami nilainilai dan nilai dan moral yang baik melakukan dan mengamalkan moral yang baik dan buruk perilaku yang baik Gambar-4 Strategi Manajemen Pembelajaran Pendidikan Karakter Langkah ke-1, dimaksudkan agar siswa memahami secara benar dan menyeluruh tentang potensi diri dan peluang yang ada di lingkungan sekitarnya. Potensi diri difokuskan kepada nilai dan moral yang dapat didayagunakan untuk belajar, berhubungan dan berusaha. Sedangkan peluang yang ada di lingkungan dijadikan sumber motivasi agar siswa mau melibatkan diri secara aktif dalam proses pembelajaran atau merekayasa sendiri proses pembelajaran yang dibutuhkannya. Potensi diri dan peluang yang ada di lingkungan sekitar meliputi segenap nilai dan moral yang ada dan diperkirakan dapat dicapai dan didayagunakan untuk pembelajaran dan penerapan hasil pembelajaran yang diikutinya. Berdasarkan pemahaman ini, peserta didik difasilitasi untuk memiliki dan mengembangkan kerangka atau pola pikir yang komprehensif tentang pendayagunaan dan pengembangan potensi diri dan peluang yang ada di lingkungan sekitarnya bagi perilakunya kesehariannya. Dalam tahapan ini tujuan pembelajaran di arahkan pada kompetensi dalam membedakan

nilai-nilai ahlaq mulia dan ahlaq tercela, memahami secara logis tentang Yoyon Bahtiar Irianto/Strategi Manajemen Pendidikan Karakter/2010 Page 8 9. Proceedings of The 4th International Conference on Teacher Education; Join Conference UPI & UPSI Bandung, Indonesia, 8-10 November 2010 pentingnya ahlaq mulia dan bahayanya ahlaq tercela dalam kehidupan, mengenal sosok manusia yang berahlaq mulia untuk diteladai dalam kehidupan. Kegiatan utama guru pada tahap ini adalah: (1) merancang proses pembelajaran yang diarahkan pada pemahaman tentang klarifikasi nilai (value clarification), dan (2) membekalinya berbagai alat (instrument) dan media yang dapat digunakan secara mandiri baik secara individual ataupun kelompok. Langkah ke-2, diarahkan pada kepemilikan kepekaan kemampuan dalam mendayagunakan dan mengembangkan potensi diri dan peluang yang ada di lingkungan sekitarnya. Kompetensi dalam arti nilai-nilai dan moral yang dituntut untuk dimiliki oleh para siswa yang sesuai dengan kondisi dan peluang yang dihadapinya. Berbagai kompetensi itu perlu dikaji dan diapresiasi oleh para siswa sampai mereka memiliki cukup pilihan dalam menetapkan keputusan kompetensi mana yang paling dibutuhkan sesuai kondisi potensi dan peluang yang sedang dihadapinya. Tahapan ini dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa cinta dan rasa butuh terhadap nilai-nilai ahlaq mulia. Sasarannya ialah dimensi-dimensi emosional siswa yaitu qolbu dan jiwa, sehingga tumbuh kesadaran, keinginan, kebutuhan dan kemauan untuk memiliki dan mempraktekan nilai-nilai ahlaq tersebut. Melalui tahap ini pun siswa diharapkan mampu menilai dirinya sendiri (muhasabah), semakin tahu kekurangan-kekurangannya. Proses pembelajaran yang perlu dikembangkan oleh guru ialah belajar menemukan (learning discovery) sehingga nilai-nilai dan moral yang dipelajari itu dapat dihayati. Proses penemuan dan penghayatan itu akan membentuk kedalaman apresiasi, sehingga nilai-nilai dan moral yang dimilikinya itu benar-benar dibutuhkan dalam kehidupannya. Langkah ke-3, merupakan muara penerapan kompetensi-kompetensi yang telah dimiliki para siswa melalui proses pembelajaran pada tahapan sebelumnya. Arah pembelajaran pada tahap ini adalah pendampingan kemandirian siswa agar memiliki kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai dan moral dalam perilaku keseharian sampai berbentuk tabiat reflektif pribadi. Ruang lingkup nilai dan moral yang perlu dikuasai murid pada tahap ini erat kaitannya dengan instrumen pendukung dalam berperilaku bagi para siswa. Pendampingan terutama diarahkan untuk menguatkan kemampuan mereka tentang nilai dan moral dalam berperilaku sehingga berdampak positif terhadap sikap dan kemandiriannya di lingkungan hidup dan kehidupannya. F. Kesimpulan Pada bagian ahir tulisan ini, saya ingin menegaskan kembali sekolah memiliki tanggungjawab dalam membentuk karakter bangsa, memiliki tugas dalam menyiapkan potensi diri dan peluang lingkungan agar siswa memiliki pengetahuan yang luas, memiliki kedalaman apresiasi, dan terampil dalam membiasakan perilaku-perilaku yang sesuai nengan nilai-nilai, moral dan ahlaq yang dianut masyarakat dan bangsanya yang beradab. Pembangunan pendidikan yang sedang kita lakukan seharusnya menyentuh paradigma sistem pendidikan yang universal. Pembangunan pendidikan yang tidak berbasis pendidikan karakter telah terbukti hanya menghasilkan SDM yang bersifat mekanis dan kurang kreatif. Oleh karena itu, tidak ada pilihan lain untuk secepatnya mempersiapkan Yoyon Bahtiar Irianto/Strategi Manajemen Pendidikan Karakter/2010 Page 9 10. Proceedings of The 4th International Conference on Teacher Education; Join Conference UPI & UPSI Bandung, Indonesia, 8-10 November 2010 generasi yang sesuai dengan peradaban yang diinginkan, yaitu generasi yang serba siap dalam menghadapi segala tantangan kehidupan di masa depan. Generasi yang serba siap tersebut, harus diupayakan secara sistematis, terutama dalam membentuk tabiat reflektif yang bercirikan: (1) Besarnya rasa memiliki warga negara (termasuk kelembagaannya) terhadap nilai-nilai, moral dan ahlaq yang dianut masyarakat dan bangsa yang beradab; (2) Kepercayaan diri warga negara terhadap potensi diri, sumber daya dan kemampuan untuk menerapkan nilai-nilai, moral dan ahlaq dalam membangun pribadi, masyarakat, bangsa dan negaranya; (3) Besarnya

kemandirian atau keswadayaan warga negara baik sebagai penggagas, pelaksana maupun pemanfaat dari hasil-hasil dalam menerapkan nilai-nilai, moral dan ahlaknya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Melalui pola-pola manajemen pembelajaran yang dirancang secara komprehensif dan sistematis di lingkungan sekolah diharapkan dapat menghasilkan generasi-generasi yang memiliki ketangguhan dalam keilmuan, keimanan, dan perilaku shaleh, baik secara pribadi maupun sosial. Insan-insan yang shaleh ini sangat diperlukan untuk menjadi kader-kader tenaga pembangunan yang siap berjihad membangun kembali masyarakat dan bangsanya agar bangkit dari keterpurukan. G. Referensi 1. Kementrian Pendidikan Nasional, Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2010- 2014: Rancangan RPJMN tahun 2010-2014, (Jakarta: Biro Perencanaan Setjen Kemendiknas, 2010). 2. Ivan Illich, dalam INFED (IdeasThinking-Practice): http://www.infed.org/thinkers/et-illic.htm 3. Everet Reimer dalam Amazon.co.uk: http://www.amazon.co.uk/Books/s?ie=UTF8&rh=n%3A266239%2Cp_27%3AEverett+Reimer &field- author=Everett+Reimer&page=1 4. Nicolas Hans, dalam Plaxo: http://www.plaxo.com/profile/show/8590144815?pk=e3a7ac34e0206b1388c4a0970d7e14 821dface93 5. Al-Quran Surat (QS) Muhammad:12 6. Al-Quran Surat (QS) Al-Araf:179) 7. Lihat UU.No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal (l) 8. Yoyon Bahtiar Irianto, Perencanaan Pendidikan Tingkat Kabupaten/Kota: Studi Evaluatif Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Pendidikan di Kabupaten Bandung Menuju Tahun 2025, Disertasi, (Bandung: SPS UPI, 2009), hal.58. 9. Yoyon Bahtiar Irianto, ibid, hal.60 dan dapat pula dilihat pada: www.amazon.com/Leading-Learning- Organization-CommunicationCompetencies/dp/0791443671 10. Alfred & Carter dalam: www.smc.edu/policies/pdf/EduPlan.7_04.pdf 11. Yoyon Bahtiar Irianto, Pembangunan Manusia dan Pembaharuan Pendidikan, (Bandung: Laboratorium Administrasi Pendidikan UPI, 2006), hal.143 12. Thomas Lickona, The Return of Character Education, (Journal of Educational Leadership, Vol.3/No.3/November 1993, hal.6-11), dalam: http://www.ascd.org/publications/educational- leadership/nov93/vol51/num03/TheReturn-of-Character-Education.aspx 13. Thomas Lickona, ibid. 14. Tom Lickona; Eric Schaps & Catherine Lewis, Eleven Principles of Effective Character Education, The Character Education Partnership, dalam: http://www.cortland.edu/character/articles/prin_iii.htm 15. Muhammad Taqi Mishbah Yazdi, Buku Daras Filsafat Islam, (Bandung: Mizan, 2003). 16. Aristotles dalam Edward J. Power, Philosophy of Education: Studies in Philosophies, Schooling, and Educational Policies, (New Jersey: Prentice-Hall, Inc. 1982), atau dapat dilihat pada: http://en.wikipedia.org/wiki/Aristotle Yoyon Bahtiar Irianto/Strategi Manajemen Pendidikan Karakter/2010 Page 10 11. Proceedings of The 4th International Conference on Teacher Education; Join Conference UPI & UPSI Bandung, Indonesia, 8-10 November 2010 17. Muhammad Taqi Mishbah Yazdi, opcit. 18. Lihat: http://pendidikankarakter.org/ 19. Yoyon Bahtiar Irianto, Perencanaan Pendidikan Tingkat Kabupaten/Kota: Studi Evaluatif Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Pendidikan di Kabupaten Bandung Menuju Tahun 2025, Disertasi, (Bandung: SPS UPI, 2009), hal.416-417 dan Pengembangan Model SMK Berbasis Potensi Wilayah, Laporan Penelitian, (Bandung: Bappeda Kabupaten Bandung, 2009). Yoyon Bahtiar Irianto/Strategi Manajemen Pendidikan Karakter/2010 Page 11

footer

Search

SlideShare on mobile Follow us on Twitter Find us on Facebook Connect on LinkedIn Learn About Us About Careers Our Blog Press Contact us Help & Support Using SlideShare SlideShare 101 Terms of Use Privacy Policy Copyright & DMCA Community Guidelines Pro & more Go PRO New Business Solutions Advertise on SlideShare Developers & API Developers Section Developers Group Engineering Blog Blog Widgets

2012 SlideShare Inc. All rights reserved.


RSS Feed

Organisasi.Org Komunitas & Perpustakaan Online Indonesia

Navigation

halaman depan forum komunitas ilmu pengetahuan

artikel bebas o cinta o karir dan pekerjaan o karya kita o modus kejahatan o profil tokoh o resep masakan o televisi dan video o tips umum o transportasi o lain lain o english direktori web lirik lagu teknologi informasi produk

Login Pengguna
Username: * Password: *
Log in

Create new account Request new password

user_login_block

Cari di Organsasi.Org
organisasi.org

Masukkan istilah pencarian Anda

Web

Organisasi.Org

Kirim formulir pencarian


ISO-8859-1

Pencarian Google

pub-6716034343 in

1547922152

ISO-8859-1

GALT:#008000;G

Topik Forum Aktif


Benarkah Agama Islam Sudah Ada Sejak Manusia Pertama Adam Diciptakan? cara mengatasi/mengobati cinta sesama jenis lesbi atau homo seks?

Jual Ijazah, KTP, Surat Nikah, Cerai, STNK, Sertifikat Rumah, Toefl, PBB, Dll Tips cara menaklukan perempuan berkerudung / berjilbab? Isi Sumpah Pemuda (Yang Terlupakan) - Satu Tanah Air, Bangsa dan Bahasa Cara Blokir Pengganggu Melalui Ponsel dengan Miss Call / Miskol?

more Home artikel bebas lain lain

Kegunaan/Manfaat/Fungsi Sekolah Dan Kuliah (Pendidikan Formal) Di Indonesia


Fri, 13/06/2008 - 12:10am godam64

Mengenyam pendidikan pada institusi pendidikan formal yang diakui oleh lembaga pendidikan negara adalah sesuatu yang wajib dilakukan di Indonesia. Mulai dari anak tukang sapu jalan, anak tukang dagang martabak mesir, anak tukang jambret, anak pak tani, anak bisnismen, anak pejabat tinggi negara, dan sebagainya harus bersekolah minimal selama 9 tahun lamanya hingga lulus SMP. Mungkin banyak dari kita yang mempertanyakan apakah sebenarnya fungsi pendidikan formal tersebut. Situs organisasi.org ini akan membantu memberikan sedikit jawaban sesuai dengan kondisi yang ada. Kenapa kita harus sekolah dan mengapa semakin tinggi jenjang pendidikan kita maka semakin baik? Manfaat dan Fungsi Belajar di Sekolah dan di Perguruan Tinggi : 1. Melatih Kemampuan Kemampuan Akademis Anak (Biar Pintar) Dengan melatih serta mengasah kemampuan menghafal, menganalisa, memecahkan masalah, logika, dan lain sebagainya maka diharapkan seseorang akan memiliki kemampuan akademis yang baik. Orang yang tidak sekolah biasanya tidak memiliki kemampuan akademis yang baik sehingga dapat dibedakan dengan orang yang bersekolah. Kehidupan yang ada di masa depan tidaklah semudah dan seindah saat ini karena dibutuhkan perjuangan dan kerja keras serta banyak ilmu pengetahuan. 2. Menggembleng dan Memperkuat Mental, Fisik dan Disiplin Dengan mengharuskan seorang siswa atau mahasiswa datang dan pulang sesuai dengan aturan yang berlaku maka secara tidak langsung dapat meningkatkan kedisiplinan seseorang. Dengan begitu padatnya jadwal sekolah yang memaksa seorang siswa untuk belajar secara terus-menerus akan menguatkan mental dan fisik seseorang menjadi lebih baik. 3. Memperkenalkan Tanggung Jawab Tanggung jawab seorang anak adalah belajar di mana orangtua atau wali yang memberi nafkah. Seorang anak yang menjalankan tugas dan kewajibannya dengan baik dengan bersekolah yang rajin akan membuat bangga orang tua, guru, saudara, famili, dan lain-lain. 4. Membangun Jiwa Sosial dan Jaringan Pertemanan

Banyaknya teman yang bersekolah bersama akan memperluas hubungan sosial seorang siswa. Tidak menutup kemungkinan di masa depan akan membentuk jaringan bisnis dengan sesama teman di mana di antara sesamanya sudah saling kenal dan percaya. Dengan memiliki teman maka kebutuhan sosial yang merupakan kebutuhan dasar manusia dapat terpenuhi dengan baik. 5. Sebagai Identitas Diri Lulus dari sebuah institusi pendidikan biasanya akan menerima suatu sertifikat atau ijazah khusus yang mengakui bahwa kita adalah orang yang terpelajar, memiliki kualitas yang baik dan dapat diandalkan. Jika disandingkan dengan orang yang tidak berpendidikan dalam suatu lowongan pekerjaan kantor, maka rata-rata yang terpelajarlah yang akam mendapatkan pekerjaan tersebut. 6. Sarana Mengembangkan Diri dan Berkreativitas Seorang siswa dapat mengikuti berbagai program ekstrakurikuler sebagai pelengkap kegiatan akademis belajar mengajar agar dapat mengembangkan bakat dan minat dalam diri seseorang. Semakin banyak memiliki keahlian dan daya kreativitas maka akan semakin baik pula kualitas seseorang. Sekolah dan kuliah hanyalah sebagai suatu mediator atau perangkat pengembangan diri. Yang mengubah diri seseorang adalah hanyalah orang itu sendiri. ---Memang proses belajar manusia sangat lama dan panjang. Bayangkan saja jika sekolah dasar (SD) memakan waktu 6 tahun, sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas selama 6 tahun, di perguruan tinggi selama 4 tahun makan waktu yang diperlukan untuk meraih gelar sarjana yaitu sekitar kurang lebih 16 tahun.

lain lain Add new comment

Comments
Tue, 17/06/2008 - 12:21pm Tamu Artikel yang bagus, cuman

Artikel yang bagus, cuman dalam kenyataannya sekolah formal seringkali hanya mengajari menghapal. Kalau begitu apakah masih relevan semakin tinggi tingkat pendidikan semakin baik bagi manusia?

reply

Wed, 24/09/2008 - 9:39pm Tamu

Teman

Fungsi utama sekolah atau kuliah adalah membangun jaringan pertemanan. Silahkan Anda hitung berapa banyak orang yang bekerja karena pertemanan/kenalan. Kian banyak teman yang mengenal Anda, kian baik buat kehidupan Anda. Apalagi jika Anda punya keahlian yang memadai. Yang lain yang diperoleh di kuliah/sekolah hanya BONUS.

reply

Fri, 17/10/2008 - 3:44pm Tamu PENDIDIKAN JUGA PERBAIKI NEGARA

Tidak memnutup kemungkinan kalau pendidikan juga sarana untuk pebaiki negara semakin tinggi sekolah semakin kuat dasar ,ketika dia berada pada lembaga apapun. Begeitu juga dengan kerja ,kalau dasar sudah kuat baik lah pekrjaan yang di lakukannya.. semakin banyak sarjana dan master atau doktor di negara ini semakin maju lah dasar kita sebagai manusia..kalau semua sudah memiliki dasar yang kuat baik lah lembaga yang ada dalam sebuah negara bobby umroh

reply

Sun, 01/03/2009 - 10:27am Tamu Sekolah Sebagai Rumah Belajar

Sekolah maupun kampus sebenarnya sebagai rumah belajar yang sifatnya formal,ada aturanaturan khusus yang ditetapkan oleh pemerintah, namun tujuan utamanya tidak lain adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. http://rumahbelajar.com

reply

Thu, 05/03/2009 - 11:22am Tamu Mengubah Keraguan Jadi Keputusan

Banyak yg beranggapan skolah hanya formalitas yg didalamnya hanya hal yg membosankan. Tapi tanpa disadari adalah merasakan hal yg membosankan itu yg mempengaruhi perkembangan otak kita. Saat kita merasa jenuh ato bosan, kita mencari hal2 yg membuat kita bisa hilangkan perasaan itu. Agar bisa tetap ikuti tuntutan disiplin dari skolah dan karena ingat nasihat, atau merasa iba dengan orang tua. Tapi saat-saat tertentu kita menjadi ragu, karna bimbang dan jenuh terhadap tugas2 yg diembankan dari skolah.

Namun kalo kita bisa renungkan dan sadari, kedewasaan lah yg kita dapatkan dari formalitas yg menjenuhkan menurut kita. Karna kedewasaan ini yg memupuskan rasa ragu, bimbang dan jenuh. Jadi, saya pribadi menganggap Pendidikan Formal adalah hal terpenting dalam merubah sikap, pemikiran dan kualitas hidup kita.

reply

Thu, 15/10/2009 - 6:43pm Tamu tahank's

Artikel yg bagus..., tp saya butuh paparan tentang peraturan resmi dari pendidikan formal. Bisa tolong di upload dong.... >,<

reply

Tue, 16/03/2010 - 1:57am Tamu mencerdaskan kehidupan bangsa

apa itu definisi cerdas???? konsep pemahaman ilmu dari yang kita peroleh dalam pendidikan formal adalah mempelajari apa yang sudah di temukan manusia... namun seringkali atau hampir keseluruhan tak berguna sama sekali pada fakta hidup yang kita jalani... mengapa demikian coba kita renungkan... kita sebagai peserta didik selalu di tuntut memahami pola pikir dari penemu metode pembelajaran dari bahan ajar yang sudah tersaji...berdasarkan devinisi dan pemikiran dari orang yang kita anggap cerdas... kesimpulanya pendidikan formal hanya menyajikan apa yang sudah ada dan sudah di teliti maka mau tidak mau peserta didik hanya akan menelan pengetahuan saja bukan kedewasaan dari ilmu yang mereka pelajari.... jadi sudah jelas akan tertinggal dengan individu yang mampu menciptakan ilmu itu sendiri... maka yang di hasilkan dari pendidikan formal adalah... pengekor atau calon buruh sejati....seperti yang sekarang terjadi kita hanya menjadi buruh di negara kita sendiri.....

reply

Tue, 28/09/2010 - 11:44am Tamu Ijin Copy Paste pak ke

Ijin Copy Paste pak ke erp-pendidikan.com sumber tetap di-cantum-kan dari posting bapak.. terima kasih..

reply

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang / Copyright 2005-2012 Organisasi.Org - Dilarang Mempublikasi Sebagian/Seluruh Isi Situs Ini Tanpa Izin Masing-Masing penulis Artikel

Beranda

Twitter Facebook Friendfeed Tumblr GOOGLE+ Tentang SEKOLAH DASAR

Subscribe to RSS Feed

The Demo Site


Home Blogger Blogdetik Wordpress Tumblr Multiply Kompasiana Posterous Twitter Facebook Plurk Koprol Google+

Prediksi Soal Ujian Nasional (UN) SD 2011-2012 Kisi-Kisi Ujian Nasional (UN) SD/MI 2012 Download Soal Ujian Sekolah SD 2011-2012 Teori Belajar Behavioristik, Kognitif, dan Konstruktivisme

Berita Pendidikan
Memuat...

Arsip SD

Daftar Blog

http://kurniasepta

Belajar Ngeblog di BLOG Membuat Recent Comment Avatar

http://kurniasepta

PHOTO BLOG Kurnia Septa Segarnya @MelOnIndonesia

http://kurniasepta

beralih ke kurniasepta.com Aku Bagian Dari Warga Dunia

http://kurniasepta

kurniasepta.com Bukan Hanya Penikmat Tetapi Juga Pembuat Konten di Internet

http://kurniasepta

satu untuk semua @Ngonoocom: Bagikan Informasinya dan Dapatkan Hadiahnya

http://w w w .komp

Kompasiana Setelah Posterous Diakuisisi oleh Twitter

Manfaat Pendidikan Pancasila Dalam Membangun Karakter Bangsa

Pancasila adalah jati diri bangsa Indonesia, sebagai falsafah, ideologi, dan alat pemersatu bangsa Indonesia. Pancasila merupakan pandangan hidup, dasar negara, dan pemersatu bangsa Indonesia yang majemuk. Mengapa begitu besar pengaruh Pancasila terhadap bangsa dan negara Indonesia? Kondisi ini dapat terjadi karena perjalanan sejarah dan kompleksitas keberadaan bangsa Indonesia seperti keragaman suku, agama, bahasa daerah, pulau, adat istiadat, kebiasaan budaya, serta warna kulit jauh berbeda satu sama lain tetapi mutlak harus dipersatukan. Sila pertama dari Pancasila yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa merupakan landasan berbangsa dan bernegara yang implementasinya mewajibkan semua manusia Indonesia harus ber-ketuhanan. Karena keberadaan Tuhan melingkupi semua wujud dan sifat dari alam semesta ini, diharapkan manusia Indonesia dapat menyelaraskan diri dengan dirinya sendiri, dirinya dengan manusia-manusia lain di sekitarnya, dirinya dengan alam, dan dirinya dengan Tuhan. Keselarasan ini menjadi tanda dari manusia yang telah meningkat kesadarannya dari kesadaran rendah menjadi kesadaran manusia yang manusiawi.Tingkat kesadaran manusia dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yang pembagiannya adalah sebagai berikut: Kelompok 1 yaitu manusia yang berkesadaran rendah, dimana segala perilakunya hanya mementingkan diri sendiri, dirinya selalu dikuasai oleh nafsu atau perilaku hewani dan iblis. Mereka tidak bisa bekerja berorientasi ke luar dirinya, semuanya serba keakuan atau berorientasi kepada kepuasan dirinya. Kelompok 2 yaitu manusia yang sudah meningkat kualitas dirinya dari kualitas manusia rendah kepada manusia yang manusiawi. Sifat dari orang yang sudah manusiawi ini pada setiap pekerjaan berorientasi ke luar, tidak mementingkan dirinya sendiri, melainkan berorientasi kepada masyarakat atau dunia sekelilingnya. Manusia yang manusiawi ini, berwujud manusia, berpikir manusia, berhati manusia, berucap manusia, berpandangan manusia, dan berbuat manusia. Mereka telah dapat menyelaraskan antara pikiran, ucapan, suara hatinya, dan perbuatannya di dalam segala tindakannya. Kelompok 3 yaitu manusia yang berkesadaran ketuhanan. Manusia yang berada kelompok ini adalah kelompok eksklusif atau kelompok yang langka, di mana kesadaran mereka sudah sampai pada peleburan dengan kesadaran Tuhan. Mereka sudah tidak ada tujuan, pandangannya sudah tidak mengandung dualisme lagi mereka telah menyatu dengan Yang Maha Kuasa. Mereka telah mencapai tujuannya, mereka telah menjadi manusia yang sempurna. Dari tiga kelompok kesadaran manusia ini dapat ditarik kesimpulan bahwa berdasarkan sila pertama Pancasila, yaitu tentang Ketuhanan Yang Maha Esa, implikasinya manusia Indonesia secara ideal harus mencapai tingkatan manusia yang sempurna, manusia yang dapat meleburkan dirinya dengan Tuhan di dalam kehidupannya sekarang di dunia, atau dengan kata lain Insan Kamil. Dalam rangka mewujudkan manusia yang sempurna ini harus melalui jalan yang terjal, jalan ini memang benar-benar ada bukan semata-mata hanya khayalan saja. Ada nama atau sebutannya pasti ada wujudnya, dan ada manusia yang sudah pernah

mencapainya. Siapa mereka ? Mereka merupakan manusia yang suci yang kalau di Islam biasa disebut Wali Yullah, atau dalam agama lain disebut Budha atau Dewa dan lain sebagainya. Sebelum mencapainya kita terlebih dahulu harus mengetahui karakter manusia yang berkesadaran rendah atau binatang. Pada manusia yang berkesadaran rendah setiap kualitas kerjanya akan berorientasi kepada kepentingan pribadi dan egonya, mereka itu selalu dikuasai oleh segala sesuatu yang ada di muka bumi atau segala sesuatu dari hasil kerjanya. Mereka tidak bisa memerdekakan dirinya dari segala perbudakan, mereka adalah tipe budak, mereka egois, serakah, tamak, jahil, jahat, berpikiran sempit dan lain-lain. Segala perbuatannya berorientasi keuntungan untuk diri sendiri. Tidak ada kesadaran akan ketuhanan, yang ada kelekatan akan segala sesuatu. Karena begitu liarnya sifat kebinatangan dan keiblisan di dalam dirinya maka mereka itu sangat memerlukan suatu koridor hukum agar mereka dapat tertib dan terkendali. Yang harus ditertibkan yaitu sifat atau perilaku liarnya. Ajaran agama dan hukumhukum yang lainnya sangat diperlukan untuk pengendalian diri. Gunanya agar sifat liar tersebut menjadi tertib. Kalau sudah tertib sifat liarnya maka mereka akan mudah mengendalikan diri dan dapat mengoptimalkan kemampuan dirinya, dan mereka dapat meningkat ke tingkat kesadaran yang lebih tinggi yaitu manusia yang manusiawi. Yang tercantum sebagai sila pertama Pancasila ialah Ketuhanan Yang Maha Esa, bukan agama. Jika agama dicantumkan sebagai sila pertama, pasti keadaan menjadi kacau karena banyak penganut agama dan penganut kepercayaan yang menjadi ribut menginginkan agama atau kepercayaannya dijadikan sebagai landasannya sehingga menimbulkan pandangan yang sempit. Akibatnya, kekacauan terjadi di mana-mana dan tidak ada kesatuan. Semua agama di mata Tuhan adalah sama adanya, tetapi di dalam pandangan manusia tidak sama karena agama adalah aturan atau sarana pengendalian yang di dalamnya mengandung hak dan kewajiban yang harus ditaati dan dilaksanakan di dalam kehidupan masing-masing penganutnya. Karena itu, manusia harus memilih dari sekian banyak agama sebagai aturan yang harus ditaati dan dijalankan dalam kehidupannya sendiri. Tidak boleh mengimani semua agama karena tidak akan dapat melaksanakan semua ajarannya. Harus memilih salah satu dari agama dan kepercayaan yang ada. Semua agama baik dan benar jika para penganutnya dapat meningkatkan kesadarannya dari manusia yang berkesadaran rendah, naik menjadi manusia yang manusiawi atau kesadaran manusia, lalu naik ke tingkat "Kesadaran Ketuhanan". Apabila manusia meyakini suatu ajaran agama, tetapi ternyata mereka tidak meningkat kesadarannya malahan mereka tetap berada dalam kesadaran rendah, bahkan lebih rendah lagi maka yang salah bukan ajaran agamanya, melainkan para penganutnya yang salah kaprah atau salah dalam pemahamannya sehingga tidak ada perubahan kebaikan dalam kehidupannya, mereka itu merupakan manusia yang sesat. Pada kondisi saat ini perilaku para pengikut ajaran agama memperlihatkan rendahnya kondisi kesadaran mereka. Mereka menyempitkan ruang lingkup agama itu sendiri dan mereka mengkotak-kotakkannya. Itu semua menjadikan mereka lebih buas dan sadis, mereka berpandangan sempit, kadang-kadang menyesatkan. Karena adanya

kedangkalan akan ketuhanan maka mereka mudah sekali dipengaruhi oleh pandangan-pandangan dari luar dan mereka mudah sekali diadu domba dan diperdaya oleh orang lain. Zaman dahulu orang jahiliyah berperilaku kejam dan sadis karena belum ada agama yang masuk ke dalam dirinya. Sekarang meskipun agama masuk dan sudah ribuan tahun usia agama, kualitas dirinya bukannya lebih baik melainkan sebaliknya lebih jahiliyah dari sebelumnya. Ini menandakan bahwa setiap penganut agama memerlukan pembimbing yang sudah menyatu dengan Tuhan agar mereka mendapatkan pencerahan dari apa yang mereka anut. Terlalu panjangnya rentang waktu antara kita dan penyebar agama menjadikan pandangan terhadap agama pun berubah. Untuk menghindari agar ajaran agama tidak menyimpang, kita memerlukan pembimbing yang sempurna. Apakah ada ? Ya, pasti ada. Hanya, bagaimana kita dapat mengetahui keberadaan mereka bila hati kita buta, dan kita masih tertidur lelap dalam kebodohan dan ketidaksadaran. Biarpun mereka ada di depan kita, kita tidak dapat mengetahuinya, kecuali kalau kita sudah terbangun dari kesadaran rendah, hati yang buta dapat melihat kembali. Dengan sendirinya kita dapat menyaksikan pembimbing sempurna tadi di dalam hidupnya. Mengapa dalam sila pertama Pancasila harus berketuhanan dulu ? Tanpa ketuhanan semua menjadi mati tidak hidup karena Tuhan merupakan hidup itu sendiri ! Sekarang orang beragama tanpa ketuhanan maka agamanya menjadi mati tidak berjiwa, dan mereka akan berubah menyembah agama bukan menyembah Tuhan, atau primodial sempit. Kalau semua pemeluk agama sudah menyadari tentang ketuhanan masingmasing, tidak ada lagi pertentangan karena pertentangan itu hanya ada di kelompok bawah atau kesadaran rendah, dalam tataran kelompok "Kesadaran Ilahi" sudah tidak ada pertentangan dalam segala sesuatunya. Dengan Sila Ketuhanan sebagai sila pertama maka tidak ada lagi pertentangan antara satu dengan yang lain mengenai Tuhan yang melingkupi seluruh alam semesta ini. Kalau sudah banyak jumlah penduduk Indonesia yang sudah ber-ketuhanan dalam tataran manusia yang manusiawi maka Pancasila sudah bisa menjadi pemersatu seluruh bangsa Indonesia, dan Indonesia sudah masuk dalam keadaan pencerahan dan kemakmuran. Kalau kesadaran rendah yang menguasai rakyat Indonesia dan pemimpinnya maka keadaan Indonesia seperti hutan rimba. Rakyat dan pemimpin semua binatang (badannya manusia tetapi di dalamnya berisi sifat binatang) maka tidak akan ada kemakmuran atau kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu, pembangunan Indonesia harus mengarah kepada kesempurnaan manusia dan harus dapat memanusiakan manusia, bukan membangun secara fisiknya saja tetapi juga harus berdampak pada kualitas manusia dan merubah peradaban manusianya maka bumi Indonesia menjadi layak sebagai tempat tinggal manusia (surga dunia), bukan tempat bagi manusia jadi-jadian. Pada saat ini pembangunan fisik, teknologi, dan ilmu pengetahuan di dunia telah maju pesat, tetapi kondisi manusia menjadi jauh sekali dari kondisi manusia yang sempurna kemanusiaanya. Kita sekarang menjadi robot-robot hidup yang penuh dengan ketakutan-ketakutan yang diakibatkan oleh penemuan manusia itu sendiri, tidak

mengarah kepada kedamaian dan ketenangan yang dibutuhkan dan diinginkan oleh manusia yang sudah sadar. Mereka tidak tahu arah hidupnya, mereka menjadi budakbudak konsumsi dari apa yang mereka ciptakan sendiri, yang akhirnya hati mereka mati. Mereka terlalu mempertuhankan apa yang mereka ciptakan, mereka terlalu diperbudak oleh otak kiri (akalnya) mereka. Mereka tidak mempergunakan kemampuan otaknya secara sempurna, yaitu menggunakan otak kiri, otak kanan dan bawah sadar, serta kekuatan hati nurani. Karena kebimbangan serta stress yang berkepanjangan, mereka tidak dapat menemukan jati dirinya. Diri mereka selalu dihubungkan dan dilekatkan dengan dunia luar. Semua yang ada di luar dirinya menjadi melekat dan memperbudak mereka, mereka menjadi budak dan terpenjara selama-lamanya. Oleh karena, itu kita harus berani merubah tatanan yang sudah mapan dalam kegelapan dan kebodohan ini. Bangun dan sadar dari apa yang mereka sadari, bangkitkan kemampuan mereka, cukup dengan satu orang yang sudah sampai ke dalam kesadaran ketuhanan, dia dapat menggunakan kekuatannya untuk membangunkan manusia yang terlena dalam kegelapan. Jadi, sila pertama dalam Pancasila merupakan pengikat dan pemersatu bangsa serta harus diresapi dan dijalankan serta diraih dalam kehidupan manusia sekarang ini. Baik secara pribadi, kemasyarakatan maupun dalam bernegara. Jika semua kehidupan manusia Indonesia dijiwai dan dilandasi oleh sifat ketuhanan maka negara pun akhirnya menjadi berlandaskan ketuhanan. Kalau semua lini kehidupan berdasarkan ketuhanan maka kemakmuran dan keharmonisan dengan alam sudah menjadi milik bangsa Indonesia, dengan sendirinya bangsa Indonesia akan adil dan makmur serta menjadi mercu suar dunia. Untuk menjalankan sila kedua Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, sila ketiga Persatuan Indonesia, sila keempat Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan / Perwakilan, serta sila kelima Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, semua ini dapat dilakukan jika manusia Indonesia meningkat sampai ke tingkat kesadaran manusia yang manusiawi. Jika manusia Indonesia masih belum berketuhanan maka sila-sila tersebut tidak dapat di jalankan karena mereka masih dalam kesadaran rendah dengan sendirinya mereka masih terpenjara oleh nafsu, ego, dan sifat-sifat rendah lainnya, tidak mungkin memikirkan orang lain, yang dipikir hanya dirinya sendiri saja. Hanya manusia yang sudah berketuhananlah yang dapat melaksanakan sila-sila Pancasila dengan sebenar-benarnya. Inilah yang terpenting dalam bermasyarakat dan bernegara di Republik Indonesia, sebagai azas yang melandasi segala sendi kehidupan masyarakat Indonesia. Pancasila diharapkan sebagai jalan hidup yang akan dapat mengatasi masalah yang paling mendasar dihadapi bangsa Indonesia, di samping Pancasila itu sendiri digunakan untuk menjawab persoalan-persoalan pembangunan, ketertiban dan keamanan. Dengan begitu Pancasila akan dapat pula tetap menjadi falsafah dan ideologi bagi masyarakat Indonesia yang moderen. Secara kreatif dan dinamis, Pancasila mampu memadukan antara aspirasi masa depan,

menyelesaikan masa kini dan memberi harga pada masa lalu. Perjalanan sejarah membuktikan Pancasila mampu memberikan dasar yang kokoh bagi kesatuan dan persatuan bangsa.
Email Untuk Langganan Artikel: Ikuti @sekolahdasar
SekolahDasar en_US

Langganan

ARTIKEL TERKAIT Pancasila


o o o o o

Pengertian Nilai dan Moral dalam PKn Hakekat Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Membentuk Karakter Bangsa Lewat Pendidikan Manifestasi Krisis Karakter di Indonesia Pendidikan Pancasila dan Karakter Bangsa

Tweet

1 komentar:
1. Anonim says: 28 Desember 2011 19:13

thx kaaaakk... artikelnyaaaa...

Beri Komentar
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Cari Artikel
partner-pub-7316 ISO-8859-1

Search

w w w .sekolahda

w w w .google.co.

Klik salah satu untuk mendengarkan

TULISAN TERBARU
Memuat...

Tulisan Random

Kondisi dan Situasi Belajar Mengajar Peran Orang Tua Agar Anak Berprestasi di Sekolah Semangat Nurul untuk Memintarkan Anak-anak Gunung Cerita Lain di Balik Ujian Nasional Sekolah Dasar Mendaftarkan Blog Ke Google Search Engine

Adv
Suara Terbaru
Search...

Search

Umum Bisnis Gaya Hidup Kesehatan Pendidikan o Bahasa Olahraga Hiburan o Game o Peliharaan TV Online RSS Feed Twitter Facebook
o o

Fungsi Pendidikan Di Indonesia


Fungsi Pendidikan Dalam membahas fungsi pendidikan ini akan difokuskan pada tiga fungsi pokok dari pendidikan, yakni : pendidikan sebagai penegak nilai, pendidikan sebagai sarana pengembang masyarakat, dan pendidikan sebagai upaya pengembangan potensi manusia. Penjelasan dari tiga fungsi pendidikan adalah sebagai berikut :

Pendidikan sebagai penegak nilai Pendidikan mempunyai peran yang amat penting dalam kaitan dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Pendidikan merupakan penegak nilai dalam masyarakat. Hal tersebut berarti bahwa pendidikan memelihara serta menjaga tetap lestarinya nilai-nilai tersebut dalam masyarrakat. Untuk memelihara dan menjaga nilai-nilai ini dengan sendirinya dunia pendidikan harus selektif sehingga tidak menimbulkan gejolak dalam masyarakat. Masyarakat dapa melaksanakan kehidupannya secara tenang sesuai dengan keyakinan masing-masing. Dengan demikian nilai-nilai yang ada dalam masyarakat tetap menjadi landasan bagi setiap anggota masyarakat. Pendidikan sebagai sarana pengembang masyarakat Pendidikan dalam suatu masyarakat akan sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan masyarakat yang bersangkutan. Kiprah pendidikan tersebut sangat tergantung pada seberapa aktif dan kreatif para pendidik dalam masyarakat tersebut. Dalam hal ini biasanya para tokoh masyarakat, para guru dan para pendidik lain merupakan motor penggerak serta kemajuan masyarakat yang bersangkutan. Pendidikan sebagai upaya pengembangan potensi manusia Melalui pendidikan, diharapkan dalam potensi dalam diri individu akan lebih berkembang. Sehingga dengan hal ini perkembangan dalam masyarakat akan terus mengarah yang lebih baik dan tercipta generasi-generasi penerus yang lebih handal. Pengembangan kemampuan anggota masyarakat dalam menyiapkan generasi penerus merupakan tugas dan fungsi pendidikan yang paling menonjol.

Incoming search terms:


fungsi pendidikan pendidikan gambar pendidikan fungsi pendidikan di indonesia FUNGSI PENDIDIKA fungsi-fungsi pendidikan Fungsipendidikan fungsi dari pendidikan fungsi PENDIDIK fungsi pengembangan pendidikan

Info Terkait :

Contoh Kata Pengantar

Pedoman Penulisan Skripsi

Pembelajaran Kontekstual (CTL)

Pembelajaran Kooperatif Model STAD

Cara Mendaftar Bidikmisi

SK Inpassing GBPNS

Komentari :

Suara Terbaru on Facebook


Tags: Fungsi Pendidikan Trackbacks / Pings 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Contoh Surat Izin Tidak Masuk Sekolah | Suara Terbaru Fungsi pendidikan artipendidikan www.bursakerja-jateng.com | Info Kerja Hari Ini | Suara Terbaru Panduan Pengembangan RPP | Suara Terbaru Tujuan Pendidikan Jasmani | Suara Terbaru Manfaat Musik Klasik Bagi Ibu dan Janin | Suara Terbaru Pembelajaran Pada Anak Tuna Netra | Suara Terbaru

Comments Closed

Comments are closed. You will not be able to post a comment in this post.

V. PENDIDIKAN DAN MASYARAKAT


2. FUNGSI DAN PERANAN PENDIDIKAN DALAM MASYARAKAT PENGEMBANGAN MASYARAKAT MELALUI PENDIDIKAN SECARA SISTEMIK Pendekatan sistemik terbadap pengembangan melalui pendidikan adalah pendekatan di mana masyarakat tradisional sebagai input dan pendidikan sebagai suatu lembaga pendidikan masyarakat sebagai pelaksana proses pengembangan dan masyarakat yang dicita-citakan sebagai outputnya yang dicita-citakan. Menurut Ki Hajar Dewantoro ada tiga lingkungan pendidikan yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Dari ketetapan MPR No. 1!/MPR/1988 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara kita mengetahui bahwa pendidikan itu merupakan tanggung jawab bersama antara orang tua, pemerintah dan masyarakat. Dari dua penjelasan tersebut di atas maka bentuk pendidikan dibagi menjadi tiga bentuk yaitu pendidikan formal, pendidikan informal dan pendidikan non formal (Undang-Undang nomor 2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional).

Pelaksanaan ketiga bentuk pendidikan adalah lembaga pemerintah, lembaga keluarga, lembaga keagamaan dan lembaga pendidikan lain. Lembaga keluarga menyelenggarakan pendidikan informal, lembaga pemerintah, lembaga keagamaan, lembaga pendidikan yang lain menyelenggarakan pendidikan formal maupun pendidikan nonfonnal. Bentuk-bentuk pendidikan nonformal cukup banyak jenisnya, seperti berbagai macam kursus kcterampilan yang mempersiapkan tenaga terampil. Seperti kursus menjahit, kursus komputer, kursus montir, kursus bahasa-bahasa asing dan sebagainya. Bentuk pendidikan formal yang bejalan ini terdiri dari empat jenjang yaitu SD, SLTP, SLTA dan Perguruan Tinggi. Menurut Undang Undang Nomor : 2/1989, tentang jenjang pendidikan dibagi menjadi tiga jenjang yaitu Pendidikan Dasar, Pendidikan Menengah dan Pendidikan Tinggi. Pendidikan Dasar terdiri dari Sekolah Dasar dan Sekolab Menengah Tingkat Pertama. Proses pendidikan dari tiga bentuk pendidikan itu dipengaruhi oleh sistem politik dan ekonomi. (Muhammad Dimyati, 1988 p, 163). Dengan adanya bermacam-macam jenis politik dan bermacammacam kondisi ekonomi maka arah proses pendidikan akan bermacam-macam untuk masing-masing bentuk pendidikan yang diselenggarakan oleh keluarga, pemerintah, lembaga keagamaan dan lembaga-lembaga non-agama. PERANAN PENDIDIKAN DALAM MASYARAKAT Sebagian besar masyarakat modern memandang lembaga-lembaga pendidikan sebagai peranan kunci dalam mencapai tujuan sosial Pemerintah bersama orang tua telah menyediakan anggaran pendidikan yang diperlukan sceara besar-besaran untuk kemajuan sosial dan pembangunan bangsa, untuk mempertahankan nilai-nilai tradisional yang berupa nilai-nilai luhur yang harus dilestarikan seperti rasa hormat kepada orang tua, kepada pemimpin kewajiban untuk mematuhi hukum-hukum dan norma-norma yang berlaku, jiwa patriotisme dan sebagainya. Pendidikan juga diharapkan untuk memupuk rasa takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, meningkatkan kemajuan-kemajuan dan pembangunan politik, ekonomi, sosial dan pertahanan keamanan. Pendek kata pendidikan dapat diharapkan untuk mengembangkan wawasan anak terhadap ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan keamanan secara tepat dan benar, sehingga membawa kemajuan pada individu masyarakat dan negara untuk mencapai tujuan pembangunan nasional. Berbicara tentang fungsi dan peranan pendidikan dalam masyarakat ada bermacam-macam pendapat, di bawah ini disajikan tiga pendapat tentang fungsi pendidikan dalam masyarakat. Wuradji (1988) menyatakan bahwa pendidikan sebagai lembaga konservatif mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut: (1) Fungsi sosialisasi, (2) Fungsi kontrol sosial, (3) Fungsi pelestarian budaya Masyarakat, (4) Fungsi latihan dan pengembangan tenaga kerja, (5) Fungsi seleksi dan alokasi, (6) Fungsi pendidikan dan perubahan sosial, (7) Fungsi reproduksi budaya, (8) Fungsi difusi kultural, (9) Fungsi peningkatan sosial, dan (10) Fungsi modifikasi sosial. ( Wuradji, 1988, p. 31-42). Jeane H. Ballantine (1983) menyatakan bahwa fungsi pendidikan dalam masyarakat itu sebagai berikut: (1) fungsi sosialisasi, (2) fungsi seleksi, latihan dan alokasi, (3) fungsi inovasi dan perubahan sosial, (4) fungsi pengembangan pribadi dan sosial (Jeanne H. Ballantine, 1983, p. 5-7). Meta Spencer dan Alec Inkeles (1982) menyatakan bahwa fungsi pendidikan dalam masyarakat itu sebagai berikut: (1) memindahkan nilai-nilai budaya, (2) nilai-nilai pengajaran, (3) peningkatan mobilitas sosial, (4) fungsi stratifikasi, (5) latihan jabatan, (6) mengembangkan dan memantapkan hubungan hubungan sosial (7) membentuk semangat kebangsaan, (8) pengasuh bayi. Dari tiga pendapat tersebut di atas, tidak ada perbedaan tetapi saling melengkapi antara pendapat yang satu dengan pendapat yang lain. 1) Fungsi Sosialisasi. Di dalam masyarakat pra industri, generasi baru belajar mengikuti pola perilaku generasi sebelumnya tidak melalui lembaga-lembaga sekolah seperti sekarang ini. Pada masyarakat pra industri tersebut anak belajar dengan jalan mengikuti atau melibatkan diri dalam aktivitas orang-orang yang telah lebih dewasa. Anak-anak mengamati apa yang mereka lakukan, kemudian menirunya dan anak-anak belajar dengan berbuat atau melakukan sesuatu sebagaimana dilakukan oleh orang-orang yang telah dewasa. Untuk keperluan tersebut anak-anak belajar bahasa atau simbol-simbol yang berlaku pada

generasi tua, menyesuai kan diri dengan nilai-nilai yang berlaku, mengikuti pandangannya dan memperoleh keterampilan-keterampilan tertentu yang semuanya diperoleh lewat budaya masyarakatnya. Di dalam situasi seperti itu semua orang dewasa adalah guru, tempat di mana anakanak meniru, mengikuti dan berbuat seperti apa yang dilakukan oleh orang-orang yang lebih dewasa. Mulai dari permulaan, anak-anak telah dibiasakan berbuat sebagaimana dilakukan oleh generasi yang lebih tua. Hal itu merupakan bagian dari perjuangan hidupnya. Segala sesuatu yang dipelajari adalah berguna dan berefek langsung bagi kehidupannya sehari-hari. Hal ini semua bisa terjadi oleh karena budaya yang berlaku di dalam masyarakat, di mana anak menjadi anggotanya, adalah bersifat stabil, tidak berubah dan waktu ke waktu, dan statis. Dengan semakin majunya masyarakat, pola budaya menjadi lebih kompleks dan memiliki diferensiasi antara kelompok masyarakat yang satu dengan yang lain, antara yang dianut oleh individu yang satu dengan individu yang lain. Dengan perkataan lain masyarakat tersebut telah mengalami perubahanperubahan sosial. Ketentuan-ketentuan untuk berubah ini sebagaimana telah disinggung di halamanhalaman situs web ini sebelumnya, mengakibatkan terjadinya setiap transmisi budaya dan satu generasi ke generasi berikutnya selalu menjumpai permasalahan-permasalahan. Di dalam suatu masyarakat sekolah telah melembaga demikian kuat, maka sekolah menjadi sangat diperlukan bagi upaya menciptakan/melahirkan nilai-nilai budaya baru (cultural reproduction). Dengan berdasarkan pada proses reproduksi budaya tersebut, upaya mendidik anak-anak untuk mencintai dan menghormati tatanan lembaga sosial dan tradisi yang sudah mapan adalah menjadi tugas dari sekolah. Termasuk di dalam lembaga-lembaga sosial tersebut diantaranya adalah keluarga, lembaga keagamaan, lembaga pemerintahan dan lembaga-lembaga ekonomi. Di dalam permulaan masa-masa pendidikannya, merupakan masa yang sangat penting bagi pembentukan dan pengembangan pengadopsian nilai-nilai ini. Masa-rnasa pembentukan dan pembangunan upaya pengadopsian ini dilakukan sebelum anak-anak mampu memiliki kemampuan kritik dan evaluasi secara rasional. Sekolah-sekolah menjanjikan kepada anak-anak gambaran tentang apa yang dicita-citakan oleh lembaga-lembaga sosialnya. Anak-anak didorong, dibimbing dan diarahkan untuk mengikuti pola-pola prilaku orang-orang dewasa melalui cara-cara ritual tertentu, melalui drama, tarian, nyanyian dan sebagainya, yang semuanya itu merupakan ujud nyata dari budaya masyarakat yang berlaku. Melalui cara-cara seperti itu anak. anak dibiasakan untuk berlaku sopan terhadap orang tua, hormat dan patuh terhadap norma-norma yang berlaku. Lembaga-lembaga agama mengajarkan bagaimana penganutnya berbakti kepada Tuhannya berdasarkan tata cara tertentu. Lembaga-lembaga pemerintahan mengajarkan bagaimana anak kelak apabila telah menjadi warga negara penuh, memenuhi kewajiban-kewajiban negara, memiliki jiwa patriotik dan memiliki kesadaran berwarga negara. Semua ajaran dan pembiasaan tersebut pada permulaannya berlangsung melalui proses emosional, bukan proses kognitif. Dalam proses belajar untuk mengikuti pola acuan bagi tatanan masyarakat yang telah mapan dan melembaga, anak-anak belajar untuk menyesuaikan dengan nilai-nilai tradisional di mana institusi tradisional tersebut dibangun. Keseluruhan proses di mana anak-anak belajar mengikuti pola-pola dan nilai-nilai budaya yang berlaku tersebut dinamakan proses sosialisasi. Proses sosialisasi tersebut harus beijalan dengan wajar dan mulus oleh karena kita semua mengetahui betapa pentingnya masamasa permulaan proses sosialisasi. Orang tua dan keluarga berharap sekolah dapat melaksanakan proses sosialisasi tersebut dengan baik. Dalam lembaga-lembaga ini guru-guru di sekolah dipandang sebagai model dan dianggap dapat mengemban amanat orang tua (keluarga dan masyarakat) agar anak-anak- memahami dan kemudian mengadopsi nilai-nilai budaya masyarakatnya. Willard Waller dalam hubungan ini menganggap sekolah, terutama di daerah-daerah pedesaan sebagai museum yang menyimpan tentang nilai-nilai kebajikan (mnuseum of virture) (Pardius and Parelius, 1978; p. 24). Dengan anggapan tersebut, masyarakat menginginkan sekolah beserta staf pengajarnya harus mampu mengajarkan nilai-nilai kebajikan dari masyarakatnya (the old viture), atau keseluruhan nilainilai yang diyakini dan menjadi anutan dan pandangan masyarakatnya. Untuk memberikan pendidikan mengenai kedisiplinan, rasa hormat dan patuh kepada pemimpin, kemauan kerja keras, kehidupan bernegara dan kehidupan demokrasi, menghormati, nilai-nilai perjuangan bangsa, rasa keadilan dan persamaan, aturan-aturan hukum dan perundang-undangan dan sebagainya, kiranya lembaga utama yang paling berkompeten adalah lembaga pendidikan.

Sekolah mengemban tugas untuk melaksanakan upaya-upaya mengalihkan nilai-nilai budaya masyarakat dengan mengajarkan nilai-nilai yang menjadi way of life masyarakat dan bangsanya. Untuk memenuhi fungsi dan tugasnya tersebut sekolah menetapkan program dan kurikulum pendidikan, beserta metode dan tekniknya secara paedagogis, agar proses transmisi nilai-nilai tersebut berjalan lancar dan mulus. Dalam hubungannya dengan transmisi nilai-nilai, terdapat beragam budaya antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain, dan antara negara yang satu dengan negara yang lain. Sebagai contoh sekolah-sekolah keguruan di Uni Soviet dan Amerika. Di Uni Soviet guru-guru harus mengajarkan rasa solidaritas dan rasa tanggung jawab untuk menyatu dengan kelompoknya dengan mengembangkan sistem kompetisi di antara mereka. Sementara di Amerika Serikat guru harus mengembangkan kemampuan untuk hidup mandiri dan kemampuan bersaing dengan melakukan upaya-upaya kompetisi penuh di antara siswa-siswa. 2) Fungsi kontrol sosial Sekolah dalam menanamkan nilai-nilai dan loyalitas terhadap tatanan tradisional masyarakat harus juga berfungsi sebagai lembaga pelayanan sekolah untuk melakukan mekanisme kontrol sosial. Durheim menjelaskan bahwa petididikan moral dapat dipergunakan untuk menahan atau mengurangi sifat-sifat egoisme pada anak-anak menjadi pribadi yang merupakan bagian masyarakat yang integral di mana anak harus memiliki kesadaran dan tanggung jawab sosial. (Jeane H. Bellatine, 1983, p.8). Melalui pendidikan semacam ini individu mengadopsi nilai-nilai sosial dan melakukan interaksi nilainiiai tersebut dalam kehidupannya sehari-hari Selanjutnya sebagai individu sebagai anggota masyarakat ia juga dituntut untuk memberi dukungan dan berusaha untuk mempertahankan tatanan sosial yang berlaku. Sekolah sebagai lembaga yang berfungsi untuk mempertahankan dan mengembangkan tatanantatanan sosial serta kontrol sosial mempergunakan program-program asimilasi dan nilai-nilai subgrup beraneka ragam, ke dalam nilai-nilai yang dominan yang memiliki dan menjadi pola anutan bagi sebagiai masyarakat. Sekolah berfungsi untuk mempersatukan nilai-nilai dan pandangan hidup etnik yang beraneka ragam menjadi satu pandangan yang dapat diterima seluruh etnik. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa sekolah berfungsi sebagai alat pemersatu dan segala aliran dan pandangan hidup yang dianut oleh para siswa. Sebagai contoh sekolah di Indonesia, sekolah harus menanamkan nilai-nilai Pancasila yang dianut oleh bangsa dan negara Indonesia kepada anak-anak di sekolah. 3) Fungsi pelestarian budaya masyarakat. Sekolah di samping mempunyai tugas untuk mempersatu budaya-budaya etnik yang beraneka ragam juga harus melestanikan nilai-nilai budaya daerah yang masih layak dipertahankan seperti bahasa daerah, kesenian daerah, budi pekerti dan suatu upaya mendayagunakan sumber daya lokal bagi kepentingan sekolah dan sebagainya. Fungsi sekolah berkaitan dengan konservasi nilai-nilai budaya daerah ini ada dua fungsi sekolah yaitu pertama sekolah digunakan sebagai salah satu lembaga masyarakat untuk mempertahankan nilai-nilai tradisional masyarakat dari suatu masyarakat pada suatu daerah tertentu umpama sekolah di Jawa Tengah, digunakan untuk mempertahankan nilai-nilai budaya Jawa Tengah, sekolah di Jawa Barat untuk mempertahankan nilai-nilai budaya Sunda, sekolah di Sumatera Barat untuk mempertahankan nilai-nilai budaya Minangkabau dan sebagainya dan kedua sekolah mempunyai tugas untuk mempertahankan nilai-nilai budaya bangsa dengan mempersatukan nilai-nilai yang ada yang beragam demi kepentingan nasional. Untuk memenuhi dua tuntutan itu maka perlu disusun kurikulum yang baku yang berlaku untuk semua daerah dan kurikulum yang disesuaikan dengan kondisi dan nilai-nilai daerah tertentu. Oleh karena itu sekolah harus menanamkan nilai-nilai yang dapat menjadikan anak itu menjadi yang mencintai daerahnya dan mencintai bangsa dan tanah airnya.

4) Fungsi seleksi, latihan dan pengembangan tenaga kerja. Jika kita amati apa yang terjadi dalam masyarakat dalam rangka menyiapkan tenaga kerja untuk suatu jabatan tertentu, maka di sana akan terjadi tiga kegiatan yaitu kegiatan, latihan untuk suatu jabatan dan pengembangan tenaga kerja tertentu. Proses seleksi ini terjadi di segala bidang baik mau masuk sekolah maupun mau masuk pada jabatan tertentu. Untuk masuk sekolah tertentu harus mengikuti ujian tertentu, untuk masuk suatu jabatan tertentu harus mengikuti testing kecakapan tertentu. Sebagai contoh untuk dapat masuk pada suatu sekolah menengah tertentu harus menyerahkan nllai EBTA Murni (NEM). Dan nilai NEM yang masuk dipilih nilai NEM yang tinggi dari nilai tertentu sampai nilai yang terendah. Jika bukan nilai yang menjadi persyaratan yang ketat tetapi biaya sekolah yang tak terjangkau untuk masuk sekolah tertentu. Oleh karena itu anak yang nilainya rendah dan ekonominya lemah tidak kebagian sekolah yang mutunya tinggi. Demikian pula untuk memangku jabatan pada pekerjaan tertentu, mereka yang diharuskan mengikuti seleksi dengan berbagai cara yang tujuannya untuk memperoleh tenaga kerja yang cakap dan terampil sesuai dengan jabatan yang akan dipangkunya. Sekolah sebagai lembaga yang berfungsi untuk latihan dan pengembangan tenaga kerja mempunyai dua hal. Pertama sekolah digunakan untuk menyiapkan tenaga kera profesional dalam bidang spesialisasi tertentu. Untuk memenuhi ini berbagai bidang studi dibuka untuk menyiapkan tenaga ahli dan terampil dan berkemampuan yang tinggi dalam bidangnya. Kedua dapat digunakan untuk memotivasi para pekerja agar memiliki tanggung jawab terhadap kanier dan pekerjaan yang dipangkunya. Sekolah mengajarkan bagaimanan menjadi seorang yang akan memangku jabatan tertentu, patuh terhadap pimpinan, rasa tanggung jawab akan tugas, disiplin mengerjakan tugas sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Sekolah juga mendidik agar seseorang dapat menghargai harkat dan martabat manusia, memperlakukan manusia sebagai manusia, dengan memperhatikan segala bakat yang dimilikinya demi keberhasilan dalam tugasnya. Sekolah mempunyai fungsi pengajaran, latihan dan pendidikan. Fungsi pengajaran untuk menyiapkan tenaga yang cakap dalam bidang keahlian yang ditekuninya. Fungsi latihan untuk mendapatkan tenaga yang terampil sesuai dengan bidangnya, sedang fungsi pendidikan untuk menyiapkan seorang pribadi yang baik untuk menjadi seorang pekerja sesuai dengan bidangnya. Jadi fungsi pendidikan ini merupakan pengembangan pribadi sosial. 5) Fungsi pendidikan dan perubahan sosial. Pendidikan mempunyai fungsi untuk mengadakan perubahan sosial mempunyai fungsi (1) melakukan reproduksi budaya, (2) difusi budaya, (3) mengembangkan analisis kultural terhadap kelembagaankelembagaan tradisional, (4) melakukan perubahan-perubahan atau modifikasi tingkat ekonomi sosial tradisional, dan (5) melakukan perubahan-perubahan yang lebih mendasar terhadap institusi-institusi tradisional yang telah ketinggalan. Sekolah berfungsi sebagai reproduksi budaya menempatkan sekolah sebagai pusat penelitian dan pengembangan. Fungsi semacam ini merupakan fungsi pada perguruan tinggi. Pada sekolah-sekolah yang lebih rendah, fungsi ini tidak setinggi pada tingkat pendidikan tinggi. Pada masa-masa proses industrialisasi dan modernisasi pendidikan telah mengajarkan nilai-nilai serta kebiasaan-kebiasaan baru, seperti orientasi ekonomi, orientasi kemandirian, mekanisme kompetisi sehat, sikap kerja keras, kesadaran akan kehidupan keluarga kecil, di mana nilai-nilai tersebut semuanya sangat diperlukan bagi pembangunan ekonomi sosial suatu bangsa. Usahausaha sekolah untuk mengajarkan sistem nilai dan perspektif ilmiah dan rasional sebagai lawan dan nilai-nilai dan pandangan hidup lama, pasrah dan menyerah pada nasib, ketiadaan keberanian menanggung resiko, semua itu telah diajarkan oleh sekolah sekolah sejak proses modernisasi dari perubahan sosial Dengan menggunakan cara-cara berpikir ilmiah, cara-cara analisis dan pertimbangan-pertimbangan rasional serta kemampuan evaluasi yang kritis orang akan cenderung berpikir objektif dan lebih berhasil dalam menguasai alam sekitarnya.

Lembaga-lembaga pendidikan disamping berfungsi sebagai penghasil nilai-nilai budaya baru juga berfungsi penghasil nilai-nilai budaya baru juga berfungsi sebagai difusi budaya (cultural diffission). Kebijaksanaan-kebijaksanaan sosial yang kemudian diambil tentu berdasarkan pada hasil budaya dan difusi budaya. Sekolah-sekolah tersebut bukan hanya menyebarkan penemuan-penemuan dan informasi-informasi baru tetapi juga menanamkan sikap-sikap, nilai-nilai dan pandangan hidup baru yang semuanya itu dapat memberikan kemudahan-kemudahan serta memberikan dorongan bagi terjadinya perubahan sosial yang berkelanjutan. Fungsi pendidikan dalam perubahan sosial dalam rangka meningkatkan kemampuan analisis kritis berperan untuk menanamkan keyakinan-keyakinan dan nilai-nilai baru tentang cara berpikir manusia. Pendidikan dalam era abad modern telah berhasil menciptakan generasi baru dengan daya kreasi dan kemampuan berpikir kritis, sikap tidak mudah menyerah pada situasi yang ada dan diganti dengan sikap yang tanggap terhadap perubahan. Cara-cara berpikir dan sikap-sikap tersebut akan melepaskan diri dari ketergantungan dan kebiasaan berlindung pada orang lain, terutama pada mereka yang berkuasa. Pendidikan ini terutama diarahkan untuk mempenoleh kemerdekaan politik, sosial dan ekonomi, seperti yang diajukan oleh Paulo Friere. Dalam banyak negara terutama negaranegara yang sudah maju, pendidikan orang dewasa telah dikembangkan sedemikian rupa sehingga masalah kemampuan kritis ini telah berlangsung dengan sangat intensif. Pendidikan semacam itu telah berhasil membuka mata masyarakat terutama didaerah pedesaan dalam penerapan teknologi maju dan penyebaran penemuan baru lainnya. Pengaruh dan upaya pengembangan berpikir kritis dapat memberikan modifikasi (perubahan) hierarki sosial ekonomi. Oleh karena itu pengembangan berpikir knitis bukan saja efektif dalam pengembangan pnibadi seperti sikap berpikir kritis, juga berpengaruh terhadap penghargaan masyarakat akan nilai-nilai manusiawi, perjuangan ke arah persamaan hak-hak baik politik, sosial maupun ekonomi. Bila dalam masyarakat tradisional lembaga-lembaga ekonomi dan sosial didominasi oleh kaum bangsawan dan golongan elite yang berkuasa, maka dengan semakin pesatnya proses modernisasi tatanan-tatanan sosial ekonomi dan politik tersebut diatur dengan pertimbangan dan penalaran-penalaran yang rasional. Oleh karena itu timbullah lembaga-lembaga ekonomi, sosial dan politik yang berasaskan keadilan, pemerataan dan persamaan. Adanya strata sosial dapat terjadi sepanjang diperoleh melalui cara-cara objektif dan keterbukaan, misalnya dalam bentuk mobilitas vertikal yang kompetitif. 6) Fungsi Sekolah dalam Masyarakat DI muka telah dibicarakan tentang adanya tiga bentuk pendidikan yaitu pendidikan formal, pendidikan informal dan pendidikan nonformal. Pendidikan formal disebut juga sekolah. Oleh karena itu sekolah bukan satu-satunya lembaga yang menyelenggarakan pendidikan tetapi masih ada lembaga-lembaga lain yang juga menyelenggarakan pendidikan. Sekolah sebagai penyelenggara pendidikan mempunyai dua fungsi yaitu (1) sebagai partner masyarakat dan (2) sebagai penghasil tenaga kerja. Sekolah sebagai partner masyarakat akan dipengaruhi oleh corak pengalaman seseorang di dalam lingkungan masyarakat. Pengalarnan pada berbagai kelompok masyarakat, jenis bacaan, tontonan serta aktivitas-aktivitas lainnya dalam masyarakat dapat mempengaruhi fungsi pendidikan yang dimainkan oleh sekolah. Sekolah juga berkepentingan terhadap perubahan lingkungan seseorang di dalam masyarakat. Perubahan lingkungan itu antara lain dapat dilakukan melalui fungsi layanan bimbingan, penyediaan forum komunikasi antara sekolah dengan lembaga sosial lain dalam masyarakat. Sebaliknya partisipasi sadar seseorang untuk selalu belajar dari lingkungan masyarakat, sedikit banyak juga dipengaruhi oleh tugas-tugas belajar serta pengarahan belajar yang dilaksanakan di sekolah. Fungsi sekolah sebagai partner masyarakat akan dipengaruhi pula oleh sedikit banyaknya serta fungsional tidaknya pendayagunaan sumber-sumber belajar di masyarakat. Kekayaan sumber belajar dalam masyarakat seperti adanya orang-orang sumber, perpustakaan, museum, surat kabar, majalah dan sebagainya dapat digunakan oleh sekolah dalam menunaikan fungsi pendidikan. Sebagai produser kebutuhan pendidikan masyarakat sekolah dan masyarakat memiliki ikatan hubungan rasional di antara keduanya. Pertama, adanya kesesuaian antara fungsi pendidikan yang dimainkan oleh sekolah dengan apa yang dibutuhkan masyarakat. Kedua, ketepatan sasaran atau target pendidikan yang ditangani oleh lembaga persekolahan akan ditentukan pula o!eh kejelasan

perumusan kontrak antara sekolah selaku pelayan dengan masyarakat selaku pemesan. Ketiga, keberhasilan penunaian fungsi sekolah sebagai layanan pesanan masyarakat sebagian akan dipengaruhi oleh ikatan objektif di antara keduanya. Ikatan objektif ini dapat berupa perhatian, penghargaan dan tunjangan tertentu seperti dana, fasilitas dan jaminan objektif lainnya yang memberikan makna penting eksistensi dan produk sekolahan.

>

Home Tukar Link About

Pentingnya karakter positif pendidikan


May 23rd, 2010 by dedekusn | 142 Comments | Filed in Pendidikan

[Menerjemahkan]

Pentingnya karakter positif pendidikan. Fungsi dan tujuan pendidikan nasional tertuang dalam Undang-Undang Nomor : 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 yaitu : Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, sehat, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Secara yuridis bunyi UU tersebut mengisyaratkan bahwa pendidikan kita harus memiliki karakter positif yang kuat, artinya praktik pendidikan tidak semata berorientasi pada aspek kognitif, melainkan secara terpadu menyangkut tiga dimensi taksonomi pendidikan, yakni (more
Incoming search terms for the article:

karakter positif pentingnya karakter Manfaat pendidikan nasional manfaat pendidikan taksonomi dalam pendidikan Tujuan Pendidikan Nasional terbaru tujuan dan fungsi pendidikan

fungsi tujuan pendidikan pengertian pendidikan karakter manfaat pendidikan karakter

Tags: afektif, fungsi pendidikan nasional, karakter positif, karakter positif pendidikan, kognitif, Pendidikan, pendidikan berkarakter, pendidikan karakter, Pentingnya karakter positif pendidikan, psikomotor, taksonomi pendidikan, tujuan pendidikan nasional

Search

Search for: Pilih tulisan bulan :

8 Tulisan Terbaru
o o o o o o o o

Mengalah untuk menang atau Pecundang? Niche blog Tak pernah menyesal jadi guru Profesional? Keranjingan Musik Salam dan Selamat Idul Fitri 1432 H Dirgahayu ke-66 Negeriku Solusi mengatasi PIN Google yang tak sampai ke alamat kita

8 Komentar terakhir 9. saiful ihsan on Mengalah untuk menang atau Pecundang? 10. badar on Cara cepat membuat dokumen PDF dari MS. Office 2007 11. Anggita on (Download) Video Editing Lengkap & Gratis 12. merdeka on (Download) Video Editing Lengkap & Gratis 13. Dini Triyama on Tukar Link 14. niezzamellia on Penabrak sepedaku adalah 15. devan on (Download) Video Editing Lengkap & Gratis 16. devan on (Download) Video Editing Lengkap & Gratis Kategori tulisan

Langganan Postingan

Enter your email address:

PissOnTheWebs

en_US

Subscribe

Delivered by FeedBurner

Link Sahabat
o o o o o o o o o o o o o o o o o

Aneka Berita Amink Abdulcholik Abulamedia Abdul Aziz Agung Budidoyo Agoenk70 alamendah Amriawan annunaki andipeace Anggara Afiliasi Bersama Chokey Arkasala Arkan Asop Aydin

--o o o o o o o o o o o o

Bang Ngangan Batjoe Bang Zero Biruselalu blog keluarga BuABe bluethunderheart Bolaboo Bolehngeblog Brigaek Budi Nurhikmat Bundadontworry

---o o o o o o o

CahayaIslam Cah Ndeso Cahyo Setyanto Casdiraku Casrudi Casrudi(dot)com Celetukansegar

o o o o

Chandra Citomduro Citrosblog CitroSerbaunik

---o o o o o o o o o

Daun Daun Muda Dasista Definda Desain Lansekap dinoyudha Dikma Coba diklik Dykapede

--o o o o

elmubarok embun77 EmbunSembara Eka Jahe

--o o o o o o

Fadhilatul Muharram Farhansyaddad Fauzikun Fietria Fisika-Ceria Followbux

--o o o o o o o

Habibie Hadi Halamanputih Haniifa Hadi Setyo Hariez Hakim

--o o o o o o

Idah Ceris Ian Abuhanzhalah indra1082 infoaja Intan isro-m

IT Informasi

--o o o o

jalandakwahbersama jangkrik Julianusginting Julicavero

--o o o o o o o o o o

Kabar Sport KangBoed kangboed (dot) com Karduskubus Kompikita Kopral Cepot Nyunda Kopral Cepot Sejarah Kolojengking Kupatahu28 Kutubacabuku

--o o

Leysbook Lets Share Together

--o o o o o o o o o

Mamahaline Media Online News Mascholik Mas A'an Mayasari Merliza moeddasier metrolisa[dot]info muhammad zakariah

--o o o

Nanang Totalh Nutaryuk Nothingwrongwithmylongblackhair

--o o o

Oyen Ouhmaigoat Orangefloat

--o o o

Pangandaran Info Pakulangit Pejuangkata

--o

qarrobindjuti

--o o o o o o o o o o

rahasiaotak Ralarash Riza Aditya riy4nti Riyani(dot)web(dot)id Rock ruanghatiberbagi rumah mimpi RyChan rykers

--o o o o o o o o o o o

Sangsaka Sapta06 Sauthetroublemaker Sedjatee shekhotz Sesri Silfianaelfa Sitifatimah Skydrugz Situsonline Syahroyni

--o o o o o

Tanaman Obat Keluarga Sehat TKB Tomipurba Tupaitambun Tutorial Heaven

--o

Usup Supriyadi

---

o o

Vulkanisir(dot)info Vulkanisirbog

--o o

webeginners Wulan

--o o

yosbeda Yayats Blog

--o o o

Zhoya zipoer7 zulhaq

--

2012 dedekusn.com WPsimpy Theme by Downhub Log in

bahasa Indonesia Afrikaans catal esky Cymraeg dansk Deutsch English espaol eesti suomi franais Gaeilge

galego hrvatski

romn slovenina slovenina shqipe magyar slenska italiano svenska Kiswahili lietuvi latvieu Filipino Trke ting bahasa Melayu Vit () Malti Nederlands norsk polski () powered by portugus

Artikel
o o o o o o o o o

Devosional Health Humor Internet Marketing Keluarga Pelayanan Pemuda Remaja Tips Menarik TrueStory Ambar Catur Dwi

Crew
o o o

Iben mbah Mardi Theo Tike Yahya Yuan Download Firman Hari Ini Galeri Lirik Lagu News Flash Program Acara o Acara on program o Acara Reguler Cahaya Harmoni Gayeng Harmoni Harmoni Fresh Harmoni Malam Harmoni Story Harmoni Weekend Pelangi Harmoni Spirit Harmoni Words
Submit

o o o o o o

Sign Up he

Home Streaming Media Kualitas Tinggi Profil Radio Harmoni Hubungi Kami Donasi

REQUEST ONLINE
Gunakan Yahoo Messenger Untuk Menghubungi langsung penyiar harmoni fm. sobat dapat Request pujian atau mengirimkan salam kepada pendengar lain. Bila ingin menambahkan kami sebagai teman, silahkan add: harmoniradio@yahoo.com

STREAMING VIA

Terbaru
o o o o o

PERAN OBAT DAN VITAMIN PADA BATUK DAN PILEK GIZI DAN KECERDASAN ANAK STREAMING via CORE PLAYER (mobile player) PENCEGAHAN DAN PENGATURAN GIZI PADA ANEMIA About Diabetes Mellitus

Shoutbox
THEO Crew harmoni fm 12:36

semangat siang bersama Harmoni Fm,,,,,,

David_Ferdinand

11:25

Syalom radio harmoni,, David_Ferdinand 11:23

Syalom radio harmoni,,, corlida(jemaat GPDI Wlingi) .syhalom radio harmoni!!!. theo ganteng 05:58 13:59

halooo dunia...join with us yoo.. Mey Mey 05:56

selamat pagi sobat harmoni, semangat semangat ya... VENSONE maju terussss kang mas theo 11:56 10:40

gabung yukk bareng harmoni fm,,makin semangat,,makin rruuuarrrrrr biasaaaa,,,bersama Tuhan dan bersukacita senantiasa heru 16:43

sore harmoni Alva 08:16

Selamat Jalan ke Surga rumah Bapa yang Kekal Pdt H. O. H. Awuy Ketua Majelis Daerah GPdI Sulawesi Utara DJ HARMONI 05:53

Selamat pagi dunia....mari bergabung dengan Harmoni..bersukacita bersama di harmoni weekend sekarang.. Dina 12:17

selamat siang harmonifm..saya dari blitar simpang sumatra apa kabar VEDLY ROBERTH 13:04

fungsi hemoglobin theokerygma 17:10

smangat all di sore ini,,,,, rahgans 17:25

boleh minta nama nama band rohani jepang,korea ,,, rahgans keep on fire theokerygma 10:52 17:23

siang All,,,,Nice day with God yelowFl4sh 18:15

semangat all........ BIG BEN 07:45

MET PAGEEE!!! dENGERIN haRMONI YUuuuk!! Ingrid 19:05

Hai saya dr Manado, saya senang skali akhirnya dpt juga siaran radio streaming utk lagu2 rohani. Salam kenal. Tuhan Yesus Memberkati Name Website Message
Add

Reloading..

Recent Comments

o o o o o

muhlis on MAKANAN SEHAT UNTUK PENDERITA DIABETES MELLITUS Bintang leo love'sweety on Selamat datang di radio Harmoni 107,1 fm Admin on Resensi: Gereja di tengah-tengah perubahan dunia Admin on Selamat datang di radio Harmoni 107,1 fm Bintang leo love'sweety on Selamat datang di radio Harmoni 107,1 fm

FACEBOOK

TEROPONG EDUKASI PENDIDIK KREATIF (talkshow)


Posted by Admin On November - 10 - 20101 COMMENT 9 Sudah dibaca :4022 TEROPONG EDUKASI PENDIDIK KREATIF Oleh: Johana R Nirmala

Guru yang biasa-biasa, berbicara Guru yang bagus, menerangkan Guru yang hebat, mendemonstrasikan Guru yang agung, member inspirasi (William Arthur Ward) Fakta persoalan klise tentang guru Salah satu hal yang sangat memprihatinkan dalam dunia pendidikan kita saat ini ialah masalah sumber daya manusia, terutama guru. Di satu sisi, guru merupakan ujung tombak keberhasilan pendidikan. Akan tetapi di sisi lain tingkat kesejahteraan dan pembinaan terhadap guru masih jauh dari cukup untuk mengemban tugas yang mahaberat sebagai orang yang patut digugu dan ditiru dan selalu harus berkembang secara dinamis. Kenyataan ini merupakan persoalan klise yang dari tahun ke tahun kurang mendapatkan perhatian secara serius. Padahal di tangan para guru., masa depan bangsa dan negeri ini ditentukan (Sukadi, 2010). Read the rest of this entry Share on facebookShare on twitterShare on googleShare on favoritesMore Sharing Services

Artikel, Pelangi Harmoni, Pelayanan Natural health theme developed by the cranial osteopath clinic Chelsea Natural Health of London

Dalz Neutrons Blog

Sarat akan Manfaat


Home Tentang DaLzNeutron

Masalah dalam Pendidikan Kita


1. Rendahnya Kualitas Sarana Fisik Untuk sarana fisik misalnya, banyak sekali sekolah dan perguruan tinggi kita yang gedungnya rusak, kepemilikan dan penggunaan media belajar rendah, buku perpustakaan tidak lengkap. Sementara laboratorium tidak standar, pemakaian teknologi informasi tidak memadai dan sebagainya. Bahkan masih banyak sekolah yang tidak memiliki gedung sendiri, tidak memiliki perpustakaan, tidak memiliki laboratorium dan sebagainya. Data Balitbang Depdiknas (2003) menyebutkan untuk satuan SD terdapat 146.052 lembaga yang menampung 25.918.898 siswa serta memiliki 865.258 ruang kelas. Dari seluruh ruang kelas tersebut sebanyak 364.440 atau 42,12% berkondisi baik, 299.581 atau 34,62% mengalami kerusakan ringan dan sebanyak 201.237 atau 23,26% mengalami kerusakan berat. Kalau kondisi MI diperhitungkan angka kerusakannya lebih tinggi karena kondisi MI lebih buruk daripada SD pada umumnya. Keadaan ini juga terjadi di SMP, MTs, SMA, MA, dan SMK meskipun dengan persentase yang tidak sama. 2. Rendahnya Kualitas Guru Keadaan guru di Indonesia juga amat memprihatinkan. Kebanyakan guru belum memiliki profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasnya sebagaimana disebut dalam pasal 39 UU No 20/2003 yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan, melakukan pelatihan, melakukan penelitian dan melakukan pengabdian masyarakat. Bukan itu saja, sebagian guru di Indonesia bahkan dinyatakan tidak layak mengajar. Persentase guru menurut kelayakan mengajar dalam tahun 2002-2003 di berbagai satuan pendidikan sbb: untuk SD yang layak mengajar hanya 21,07% (negeri) dan 28,94% (swasta), untuk SMP 54,12% (negeri) dan 60,99% (swasta), untuk SMA 65,29% (negeri) dan 64,73% (swasta), serta untuk SMK yang layak mengajar 55,49% (negeri) dan 58,26% (swasta).

Kelayakan mengajar itu jelas berhubungan dengan tingkat pendidikan guru itu sendiri. Data Balitbang Depdiknas (1998) menunjukkan dari sekitar 1,2 juta guru SD/MI hanya 13,8% yang berpendidikan diploma D2-Kependidikan ke atas. Selain itu, dari sekitar 680.000 guru SLTP/MTs baru 38,8% yang berpendidikan diploma D3-Kependidikan ke atas. Di tingkat sekolah menengah, dari 337.503 guru, baru 57,8% yang memiliki pendidikan S1 ke atas. Di tingkat pendidikan tinggi, dari 181.544 dosen, baru 18,86% yang berpendidikan S2 ke atas (3,48% berpendidikan S3). Walaupun guru dan pengajar bukan satu-satunya faktor penentu keberhasilan pendidikan tetapi, pengajaran merupakan titik sentral pendidikan dan kualifikasi, sebagai cermin kualitas, tenaga pengajar memberikan andil sangat besar pada kualitas pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya. Kualitas guru dan pengajar yang rendah juga dipengaruhi oleh masih rendahnya tingkat kesejahteraan guru. 3. Rendahnya Kesejahteraan Guru

Rendahnya kesejahteraan guru mempunyai peran dalam membuat rendahnya kualitas pendidikan Indonesia. Berdasarkan survei FGII (Federasi Guru Independen Indonesia) pada pertengahan tahun 2005, idealnya seorang guru menerima gaji bulanan serbesar Rp 3 juta rupiah. Sekarang, pendapatan rata-rata guru PNS per bulan sebesar Rp 1,5 juta. guru bantu Rp, 460 ribu, dan guru honorer di sekolah swasta rata-rata Rp 10 ribu per jam. Dengan pendapatan seperti itu, terang saja, banyak guru terpaksa melakukan pekerjaan sampingan. Ada yang mengajar lagi di sekolah lain, memberi les pada sore hari, menjadi tukang ojek, pedagang mie rebus, pedagang buku/LKS, pedagang pulsa ponsel, dan sebagainya (Republika, 13 Juli, 2005). Dengan adanya UU Guru dan Dosen, barangkali kesejahteraan guru dan dosen (PNS) agak lumayan. Pasal 10 UU itu sudah memberikan jaminan kelayakan hidup. Di dalam pasal itu disebutkan guru dan dosen akan mendapat penghasilan yang pantas dan memadai, antara lain meliputi gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji, tunjangan profesi, dan/atau tunjangan khusus serta penghasilan lain yang berkaitan dengan tugasnya. Mereka yang diangkat pemkot/pemkab bagi daerah khusus juga berhak atas rumah dinas. Tapi, kesenjangan kesejahteraan guru swasta dan negeri menjadi masalah lain yang muncul. Di lingkungan pendidikan swasta, masalah kesejahteraan masih sulit mencapai taraf ideal. Diberitakan Pikiran Rakyat 9 Januari 2006, sebanyak 70 persen dari 403 PTS di Jawa Barat dan Banten tidak sanggup untuk menyesuaikan kesejahteraan dosen sesuai dengan amanat UU Guru dan Dosen (Pikiran Rakyat 9 Januari 2006). 4. Rendahnya Prestasi Siswa Dengan keadaan yang demikian itu (rendahnya sarana fisik, kualitas guru, dan kesejahteraan guru) pencapaian prestasi siswa pun menjadi tidak memuaskan. Sebagai misal pencapaian prestasi fisika dan matematika siswa Indonesia di dunia internasional sangat rendah. Menurut Trends in Mathematic and Science Study (TIMSS) 2003 (2004), siswa Indonesia hanya berada di ranking ke-35 dari 44 negara dalam hal prestasi matematika dan di ranking ke-37 dari 44 negara dalam hal prestasi sains. Dalam hal ini prestasi siswa kita jauh di bawah siswa Malaysia dan Singapura sebagai negara tetangga yang terdekat.

Dalam hal prestasi, 15 September 2004 lalu United Nations for Development Programme (UNDP) juga telah mengumumkan hasil studi tentang kualitas manusia secara serentak di seluruh dunia melalui laporannya yang berjudul Human Development Report 2004. Di dalam laporan tahunan ini Indonesia hanya menduduki posisi ke-111 dari 177 negara. Apabila dibanding dengan negara-negara tetangga saja, posisi Indonesia berada jauh di bawahnya. Dalam skala internasional, menurut Laporan Bank Dunia (Greaney,1992), studi IEA (Internasional Association for the Evaluation of Educational Achievement) di Asia Timur menunjukan bahwa keterampilan membaca siswa kelas IV SD berada pada peringkat terendah. Rata-rata skor tes membaca untuk siswa SD: 75,5 (Hongkong), 74,0 (Singapura), 65,1 (Thailand), 52,6 (Filipina), dan 51,7 (Indonesia). Anak-anak Indonesia ternyata hanya mampu menguasai 30% dari materi bacaan dan ternyata mereka sulit sekali menjawab soal-soal berbentuk uraian yang memerlukan penalaran. Hal ini mungkin karena mereka sangat terbiasa menghafal dan mengerjakan soal pilihan ganda. Selain itu, hasil studi The Third International Mathematic and Science Study-Repeat-TIMSSR, 1999 (IEA, 1999) memperlihatkan bahwa, diantara 38 negara peserta, prestasi siswa SLTP kelas 2 Indonesia berada pada urutan ke-32 untuk IPA, ke-34 untuk Matematika. Dalam dunia pendidikan tinggi menurut majalah Asia Week dari 77 universitas yang disurvai di asia pasifik ternyata 4 universitas terbaik di Indonesia hanya mampu menempati peringkat ke-61, ke-68, ke-73 dan ke-75. 5. Kurangnya Pemerataan Kesempatan Pendidikan. Kesempatan memperoleh pendidikan masih terbatas pada tingkat Sekolah Dasar. Data Balitbang Departemen Pendidikan Nasional dan Direktorat Jenderal Binbaga Departemen Agama tahun 2000 menunjukan Angka Partisipasi Murni (APM) untuk anak usia SD pada tahun 1999 mencapai 94,4% (28,3 juta siswa). Pencapaian APM ini termasuk kategori tinggi. Angka Partisipasi Murni Pendidikan di SLTP masih rendah yaitu 54, 8% (9,4 juta siswa). Sementara itu layanan pendidikan usia dini masih sangat terbatas. Kegagalan pembinaan dalam usia dini nantinya tentu akan menghambat pengembangan sumber daya manusia secara keseluruhan. Oleh karena itu diperlukan kebijakan dan strategi pemerataan pendidikan yang tepat untuk mengatasi masalah ketidakmerataan tersebut 6. Rendahnya Relevansi Pendidikan Dengan Kebutuhan Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya lulusan yang menganggur. Data BAPPENAS (1996) yang dikumpulkan sejak tahun 1990 menunjukan angka pengangguran terbuka yang dihadapi oleh lulusan SMU sebesar 25,47%, Diploma/S0 sebesar 27,5% dan PT sebesar 36,6%, sedangkan pada periode yang sama pertumbuhan kesempatan kerja cukup tinggi untuk masing-masing tingkat pendidikan yaitu 13,4%, 14,21%, dan 15,07%. Menurut data Balitbang Depdiknas 1999, setiap tahunnya sekitar 3 juta anak putus sekolah dan tidak memiliki keterampilan hidup sehingga menimbulkan masalah ketenagakerjaan tersendiri. Adanya ketidakserasian antara hasil pendidikan dan kebutuhan dunia kerja ini disebabkan kurikulum yang materinya kurang funsional terhadap keterampilan yang dibutuhkan ketika peserta didik memasuki dunia kerja. 7. Mahalnya Biaya Pendidikan

Pendidikan bermutu itu mahal. Kalimat ini sering muncul untuk menjustifikasi mahalnya biaya yang harus dikeluarkan masyarakat untuk mengenyam bangku pendidikan. Mahalnya biaya pendidikan dari Taman Kanak-Kanak (TK) hingga Perguruan Tinggi (PT) membuat masyarakat miskin tidak memiliki pilihan lain kecuali tidak bersekolah. Orang miskin tidak boleh sekolah. Untuk masuk TK dan SDN saja saat ini dibutuhkan biaya Rp 500.000, sampai Rp 1.000.000. Bahkan ada yang memungut di atas Rp 1 juta. Masuk SLTP/SLTA bisa mencapai Rp 1 juta sampai Rp 5 juta. Makin mahalnya biaya pendidikan sekarang ini tidak lepas dari kebijakan pemerintah yang menerapkan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah). MBS di Indonesia pada realitanya lebih dimaknai sebagai upaya untuk melakukan mobilisasi dana. Karena itu, Komite Sekolah/Dewan Pendidikan yang merupakan organ MBS selalu disyaratkan adanya unsur pengusaha. Asumsinya, pengusaha memiliki akses atas modal yang lebih luas. Hasilnya, setelah Komite Sekolah terbentuk, segala pungutan uang selalu berkedok, sesuai keputusan Komite Sekolah. Namun, pada tingkat implementasinya, ia tidak transparan, karena yang dipilih menjadi pengurus dan anggota Komite Sekolah adalah orang-orang dekat dengan Kepala Sekolah. Akibatnya, Komite Sekolah hanya menjadi legitimator kebijakan Kepala Sekolah, dan MBS pun hanya menjadi legitimasi dari pelepasan tanggung jawab negara terhadap permasalahan pendidikan rakyatnya. Kondisi ini akan lebih buruk dengan adanya RUU tentang Badan Hukum Pendidikan (RUU BHP). Berubahnya status pendidikan dari milik publik ke bentuk Badan Hukum jelas memiliki konsekuensi ekonomis dan politis amat besar. Dengan perubahan status itu Pemerintah secara mudah dapat melemparkan tanggung jawabnya atas pendidikan warganya kepada pemilik badan hukum yang sosoknya tidak jelas. Perguruan Tinggi Negeri pun berubah menjadi Badan Hukum Milik Negara (BHMN). Munculnya BHMN dan MBS adalah beberapa contoh kebijakan pendidikan yang kontroversial. BHMN sendiri berdampak pada melambungnya biaya pendidikan di beberapa Perguruan Tinggi favorit. Privatisasi atau semakin melemahnya peran negara dalam sektor pelayanan publik tak lepas dari tekanan utang dan kebijakan untuk memastikan pembayaran utang. Utang luar negeri Indonesia sebesar 35-40 persen dari APBN setiap tahunnya merupakan faktor pendorong privatisasi pendidikan. Akibatnya, sektor yang menyerap pendanaan besar seperti pendidikan menjadi korban. Dana pendidikan terpotong hingga tinggal 8 persen (Kompas, 10/5/2005). Dari APBN 2005 hanya 5,82% yang dialokasikan untuk pendidikan. Bandingkan dengan dana untuk membayar hutang yang menguras 25% belanja dalam APBN (www.kau.or.id). Rencana Pemerintah memprivatisasi pendidikan dilegitimasi melalui sejumlah peraturan, seperti Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, RUU Badan Hukum Pendidikan, Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Pendidikan Dasar dan Menengah, dan RPP tentang Wajib Belajar. Penguatan pada privatisasi pendidikan itu, misalnya, terlihat dalam Pasal 53 (1) UU No 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas). Dalam pasal itu disebutkan, penyelenggara dan/atau satuan pendidikan formal yang didirikan oleh Pemerintah atau masyarakat berbentuk badan hukum pendidikan.

Seperti halnya perusahaan, sekolah dibebaskan mencari modal untuk diinvestasikan dalam operasional pendidikan. Koordinator LSM Education Network for Justice (ENJ), Yanti Mukhtar (Republika, 10/5/2005) menilai bahwa dengan privatisasi pendidikan berarti Pemerintah telah melegitimasi komersialisasi pendidikan dengan menyerahkan tanggung jawab penyelenggaraan pendidikan ke pasar. Dengan begitu, nantinya sekolah memiliki otonomi untuk menentukan sendiri biaya penyelenggaraan pendidikan. Sekolah tentu saja akan mematok biaya setinggi-tingginya untuk meningkatkan dan mempertahankan mutu. Akibatnya, akses rakyat yang kurang mampu untuk menikmati pendidikan berkualitas akan terbatasi dan masyarakat semakin terkotak-kotak berdasarkan status sosial, antara yang kaya dan miskin. Hal senada dituturkan pengamat ekonomi Revrisond Bawsir. Menurut dia, privatisasi pendidikan merupakan agenda Kapitalisme global yang telah dirancang sejak lama oleh negara-negara donor lewat Bank Dunia. Melalui Rancangan Undang-Undang Badan Hukum Pendidikan (RUU BHP), Pemerintah berencana memprivatisasi pendidikan. Semua satuan pendidikan kelak akan menjadi badan hukum pendidikan (BHP) yang wajib mencari sumber dananya sendiri. Hal ini berlaku untuk seluruh sekolah negeri, dari SD hingga perguruan tinggi. Bagi masyarakat tertentu, beberapa PTN yang sekarang berubah status menjadi Badan Hukum Milik Negara (BHMN) itu menjadi momok. Jika alasannya bahwa pendidikan bermutu itu harus mahal, maka argumen ini hanya berlaku di Indonesia. Di Jerman, Prancis, Belanda, dan di beberapa negara berkembang lainnya, banyak perguruan tinggi yang bermutu namun biaya pendidikannya rendah. Bahkan beberapa negara ada yang menggratiskan biaya pendidikan. Pendidikan berkualitas memang tidak mungkin murah, atau tepatnya, tidak harus murah atau gratis. Tetapi persoalannya siapa yang seharusnya membayarnya? Pemerintahlah sebenarnya yang berkewajiban untuk menjamin setiap warganya memperoleh pendidikan dan menjamin akses masyarakat bawah untuk mendapatkan pendidikan bermutu. Akan tetapi, kenyataannya Pemerintah justru ingin berkilah dari tanggung jawab. Padahal keterbatasan dana tidak dapat dijadikan alasan bagi Pemerintah untuk cuci tangan.
Like this: Like Be the first to like this post. January 12, 2009 - Posted by lautanaksara | Uncategorized

No comments yet.
Leave a Reply
guest

Enter your comment here...

1336128849

Previous | Next

Tentang DaLzNeutron
Dally Ash ShidieQy (Petunjuk Kebenaran), nama yang sangat mulia ini dianugerahkan kepada seorang bayi merah yang lucu, yang lahir tepat tanggal 29 April 1990. Berharap namanya dapat direalisasikan dalam kehidupan yang nyata, seorang dally sangat bercita-cita untuk menjadi penyelamat bangsa, maka dari itu, di mulailah jihad yang berangkat dari hati yang sangat tulus ini untuk berkuliah di Teknologi Pendidikan Satu yang unik dia mengaku sebagai seorang Backboner yg tobsesi menjadi Jimmy Neutron,,, sOrang Bocah nakal yg mMiliqi KmampuaN melebihi Kehebatan Albert EinStein bHarap dapat MenYeLamatkaN iNdonesiA dr KeterpuruKan Istana: Jl. Pembangunan blk dinas pendidikan Tarogong kidul Garut 44151 Sarang: Jl. Cipaku II no 4b Ledeng Bandung PEREKAYASA PEMBELAJARAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN UPI
Like this: Like Be the first to like this page.

January 2009 M T W T F S S Dec 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

January 2009 M T W T F S S 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31

Pages
o o o

Tentang DaLzNeutron None 6,837 hits

Top Clicks Blog Stats Spam Blocked


1,362 spam comments blocked by Akismet

Category Cloud
Uncategorized

Archives
o o

January 2009 (6) December 2008 (1) Uncategorized

Categories
o

RSS
Entries RSS Comments RSS

Site info
Dalz Neutrons Blog Theme: Andreas04 by Andreas Viklund. Blog at WordPress.com. Follow

Follow Dalz Neutron's Blog

Get every new post delivered to your Inbox.


Enter your email a

subscribe

5868656

http://lautanaksar

loggedout-follow

c565b5d818

/2009/01/12/masa

Sign me up

Powered by WordPress.com


Search

Emzeth Islam World Inspirasi Hidup HD Images PTN Online


search

Antara Dunia Nyata dan Dunia Pendidikan


| dunia kerja, dunia nyata, dunia pendidikan, emzethcreativewords, integritas, jaringan, kemahasiswaan, motivasi, pendidikan, problem solving | 2 comments

Idealnya, pendidikan dapat meningkatkan taraf hidup seseorang. Secara logika sederhanapun, masyarakat terdidik seharusnya memiliki kesempatan hidup yang lebih cerah untuk masa depannya. Namun, apa yang terjadi sekarang? Di libya sana, berdasar penelitian Carnegie Moyen Orient, jumlah penganggur terbesar adalah para anak muda bergelar sarjana. Secara statistik, dari 13,3 persen populasi, 21,1 persen merupakan anak muda lulusan perguruan tinggi yang tak memiliki pekerjaan. Dari sini, jelaslah bahwa dunia kerja (real life) memiliki sebuah perbedaan dengan dunia pendidikan kita yang tentunya dalam masa peralihan itu, kita membutuhkan adaptasi cerdas sehingga dapat memanfaatkan pendidikan yang telah kita kenyam menjadi modal besar untuk hidup kita kedepannya. Dalam kuliah umum di ITB beberapa hari lalu, direktur utama bank mandiri, Zulkifli Zaini, mengungkapkan beberapa perbedaan antara dunia nyata dengan dunia pendidikan, diantaranya:

Masalah (problem)

Dalam dunia pendidikan, masalah2 yang kita hadapi ada masalah yang dapat terdifinisi dengan baik inti dari masalah tersebut (problem: well defined). Sehingga kita dapat mencari jawaban pasti dari masalah-masalah yang ada. Namun, dalam dunia nyata (real life), masalah2 yang akan kita hadapi adalah masalah baru yang sangat kompleks sehingga sangat sulit mencari inti dari masalah tersebut. Sebagai contoh dalam dunia pendidikan, jika sedang menghadapi ujian, soal-soal yang diberikan pengajar kita pasti(atau anggaplah seperti itu) memiliki jawaban yang sudah ditentukan, tapi dalam dunia nyata, masalah banjir saja sangat sulit dicari inti masalahny,a sehingga tidak dapat dibuat sebuah solusi solutifnya.

Informasi

Yang dimaksud informasi disini adalah banyaknya data yang kita dapatkan untuk membuat sesuatu. Dalam dunia pendidikan, data2 yang disajikan hanyalah data sesuai kebutuhan kita. Namun, dalam dunia nyata, sebuah informasi yang ada bisa jadi terlalu banyak(information overflow) untuk bisa kita olah ataupun terlalu sedikit untuk bisa kita analisa. Sehingga, dalam menganalisis sebuah informasi dalam dunia nyata diri, kita butuh kecakapan lebih untuk dapat menyortir variabel-variabel yang sebenarnya tidak diperlukan.

Faktor manusia (human factor)

Salah satu perbedaan yang signifikan antara dunia pendidikan dengan dunia nyata adalah faktor manusia, dimana ketika kita ada suatu masalah baru, masalah itu tidak akan berubah karena sikap salah seorang teman kita. Sebagai contoh: nilai ulangan kita tidak akan berubah hanya karena teman kita mendapatkan nilai 0 sekalipun. Artinya, setiap hasil yang kita dapatkan sesuai dengan apa yang kita kerjakan. Hal ini sangat berbeda dengan dunia nyata dimana human factor merupakan critical issue(masalah penting) yang harus diperhitungkan dalam dunia nyata.

Itulah kira2 perbedaan antara dunia pendidikan -yang sedang saya alami sekarang- dengan tantangan di dunia nyata yang jauh lebih besar. Mungkin, jika seorang amatir ini boleh memberikan solusi, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh para pelajar sekarang ini, diantaranya:

Mulailah berorganisasi

Organisasi menjadi wadah penting bagi seorang pelajar untuk bisa survive dalam kehidupan nyata. Banyak yang bisa kita dapatkan dari organisasi, salah satunya adalah dapat memahami karakter setiap orang dan dapat melatih kemampuan kita dalam memecahkan masalah(problem solving).

Buatlah jaringan

Sudah kita pahami bersama bahwa link/jaringan merupakan potensi besar seorang masyarakat sipil terpelajar. Ada anekdot berbunyi "Tidak pernah ada superman, yang ada adalah super team" artinya, setiap kita pasti membutuhkan orang lain dan dengan membuat jaringan, maka kita sudah memenuhi kebutuhan sebelum masalah "kebutuhan akan orang lain" itu datang.

Bangun integritas

Ya, mungkin hal inilah yang mayoritas hilang dari generasi bangsa kita. Sebesar apapun jabatan yang kita miliki, sehebat apapun kemampuan kita, tetap integritas menjadi poin utama bagi seorang manusia. Bagaimana bisa kita bicara integritas sedang pelajar kita adalah seorang plagiator, seorang penganut anarkisme, seorang penggila asmara. Integritas adalah masalah konsistensi, kejujuran, kewibawaan yang dapat menentukan keberhasilan kita. Seorang pepatah barat mengatakan "Ilmu hanyalah alat, yang menentukan adalah tabiat". Oleh karena itu, watak kita akan sangat menentukan seberapa besar ilmu yang kita pelajari dalam dunia pendidikan memiliki daya guna dalam dunia nyata kita. Wallahu'alam. .: Orginally written by Emzeth :.

Emzeth akan sangat berterimakasih apabila anda bersedia meninggalkan jejak pada halaman Sahabat Emzeth dan mengikuti blog ini di Facebook

...mohon sebar informasi ini agar berguna bagi orang lain...

Related Articles 2 comments 1. Edo Damara Reply Comment

bagus kan artikel nya By: Red Line


2. Naya Reply Comment

Siip... :) Post a Comment


Post a Comment Newer Post Older Post Home Subscribe to: Post Comments (Atom)

Islam Quotes
Tidak ada (pahala) bagi seorang hamba dari shalatnya, kecuali apa yang ia mengerti dari shalat itu. Az-Zubaidi (hadits no. 3/112)

Subscribe!
Enter your email address:

Emzeth

en_US

Subscribe

Delivered by FeedEmzeth

Popular Posts

SNMPTN SNMPTN Undangan SNMPTN Tertulis Pengumuman Hasil SNMPTN 2011 Jalur Tertulis Download Kumpulan Soal SIMAK UI Kunci Jawaban SNMPTN 2011 TPA dan Kemampuan Dasar Simak UI 2011 - Penerimaan Mahasiswa Baru Universitas Indonesia Kunci Jawaban SNMPTN 2011 Kemampuan IPA Kunci Jawaban SIMAK UI 2011 versi NF Kriteria Seorang Pemimpin Sejati Kisah-Kisah Keajaiban Perang di Gaza, Palestina Kunci Jawaban SNMPTN 2011 TPA dan Kemampuan Dasar vers. NF Kunci Jawaban SNMPTN 2011 Kemampuan IPA vers. NF

Friend List

Amateur Person Ditter's Blog Medical and Health Information by Shaman My Home Life rachmat blog RADJA BONTANG Reza's blog Stop Global Warming ! ! ! Save Our Earth ! ! ! TWAIN DOLL useless- but amazing .:Other Link Exchange:.

The Parts of Emzeth

Emzeth Company Website : WebEmzeth Mobile Web : MobileZ Facebook : www.mzeth.tk Twiter : @emzeth E-mail : admin@emzeth.com

Original design by Blogging Secret modified by EmzethCreativeDesign

Sumber http://www.emzeth.com/2011/08/antara-dunia-nyata-dan-duniapendidikan.html#ixzz1tth1oMS4 by: Emzeth

Rektorat Universitas Negeri Bangka Belitung Jl. Merdeka No. 4 Pangkalpinang Kep. Bangka Belitung Indonesia Telp. +62 717 422145 Fax +62 717 421303 Email : info@ubb.ac.id

partner-pub-7898

FORID:10

ISO-8859-1

Ca r i

PENGUMUMAN PENERIMAAN MAHASISWA BARU UBB TAHUN AKADEMIK 2012/2013


JALUR UNDANGAN 2012 JALUR SNMPTN 2012 JALUR PMB UBB 2012 PROFIL FAKULTAS DOWNLOAD PENGUMUMAN

Panitia Lokal SNMPTN - Panlok 33 / Sub-Panlok Wilayah 5 Pangkalpinang

Selamat mengikuti Ujian Nasional Tahun Ajaran 2011/2012 bagi para Siswa/Siswi SMA/MA/SMK Selamat belajar dan berjuang, semoga mendapatkan hasil yang terbaik...

pengumuman spesifik VI 001.pdf

pengumuman spesifik VI 002.pdf

pengumuman spesifik VI 003.pdf

o o o
Sambutan Rektor Universitas Bangka Belitung Kolom Rektor Universitas Bangka Belitung Profile Rektor Universitas Bangka Belitung

Masalah Pendidikan di Indonesia

Home

Kembali Ke Halaman index Website Universitas Bangka Belitung

Peran Pendidikan dalam Pembangunan


Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia unuk pembangunan. Derap langkah pembangunan selalu diupayakan seirama dengan tuntutan zaman. Perkembangan zaman selalu memunculkan persoalan-persoalan baru yang tidak pernah

o o o o o

Tentang UBB

Profile Universitas Bangka Belitung Visi, Misi & Tujuan Universitas Bangka Belitung Logo Universitas Bangka Belitung Struktur Organisasi Universitas Bangka Belitung Lokasi Kampus Universitas Bangka Belitung

Rencana Strategis Universitas Bangka Belitung 2011

o o o o o

PMB UBB Fakultas

Fakultas Teknik Fakultas Pertanian, Perikanan dan Biologi Fakultas Hukum Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Fakultas Ekonomi

terpikirkan sebelumnya. Bab ini akan mengkaji mengenai permasalahan pokok pendidikan, dan saling keterkaitan antara pokok tersbut, faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangannya dan masalah-masalah aktual beserta cara penanggulangannya. Apa jadinya bila pembangunan di Indonesia tidak dibarengi dengan pembangunan di bidang pendidikan?. Walaupun pembangunan fisiknya baik, tetapi apa gunanya bila moral bangsa terpuruk. Jika hal tersebut terjadi, bidang ekonomi akan bermasalah, karena tiap orang akan korupsi. Sehingga lambat laun akan datang hari dimana negara dan bangsa ini hancur. Oleh karena itu, untuk pencegahannya, pendidikan harus dijadikan salah satu prioritas dalam pembangunan negeri ini.

o o o o o o

Akademik

Kalender Akademik UBB 2011 - 2012 (PDF File) Pendaftaran Mahasiswa Baru Universitas Bangka Belitung Jenis & Jenjang Pendidikan di Universitas Bangka Belitung Dosen & Tenaga Pengajar Universitas Bangka Belitung Prestasi Mahasiswa Universitas Bangka Belitung Program Beasiswa di Universitas Bangka Belitung

SCoLE UBB Fasilitas Pusat Sistem Informasi LP3M LPPM UBB Website LPPM UBB CARSIS UBB

Pemerintah dan Solusi Permasalahan Pendidikan


Mengenai masalah pedidikan, perhatian pemerintah kita masih terasa sangat minim. Gambaran ini tercermin dari beragamnya masalah pendidikan yang makin rumit. Kualitas siswa masih rendah, pengajar kurang profesional, biaya pendidikan yang mahal, bahkan aturan UU Pendidikan kacau. Dampak dari pendidikan yang buruk itu, negeri kita kedepannya makin terpuruk. Keterpurukan ini dapat juga akibat dari kecilnya rata-rata alokasi anggaran pendidikan baik di tingkat nasional, propinsi, maupun kota dan kabupaten. Penyelesaian masalah pendidikan tidak semestinya dilakukan secara terpisah-pisah, tetapi harus ditempuh langkah atau tindakan yang sifatnya menyeluruh. Artinya, kita tidak hanya memperhatikan kepada kenaikkan anggaran saja. Sebab percuma saja, jika kualitas Sumber Daya Manusia dan mutu pendidikan di Indonesia masih rendah.

o o

UBB Press

Tentang Universitas Bangka Belitung Press (UBB Press)

o o o o

UPT Bahasa UBB

Tentang UPT Bahasa Universitas Bangka Belitung Visi, Misi & Tujuan UPT Bahasa Universitas Bangka Belitung SDM & Fasilitas UPT Bahasa Universitas Bangka Belitung Official Website UPT Bahasa UBB

o o

Perpustakaan UBB

Sejarah Perpustakaan Universitas Bangka Belitung Visi, Misi & Tujuan Perpustakaan Universitas Bangka

o o o

Belitung Organisasi Perpustakaan Universitas Bangka Belitung Kebijakan dan Program kerja Perpustakaan Universitas Bangka Belitung Layanan, Aktivitas, Koleksi dan Kemitraan Perpustakaan Universitas Bangka Belitung

o o

Buku Tamu

Lihat Buku Tamu Universitas Bangka Belitung Isi Buku Tamu Universitas Bangka Belitung

o o o o

Kemahasiswaan

Profile Mahasiswa Universitas Bangka Belitung Aktivitas Mahasiswa Universitas Bangka Belitung Organisasional Mahasiswa Universitas Bangka Belitung Beasiswa Mahasiswa Universitas Bangka Belitung

Masalah penyelenggaraan Wajib Belajar Sembilan tahun sejatinya masih menjadi PR besar bagi kita. Kenyataan yang dapat kita lihat bahwa banyak di daerah-daerah pinggiran yang tidak memiliki sarana pendidikan yang memadai. Dengan terbengkalainya program wajib belajar sembilan tahun mengakibatkan anak-anak Indonesia masih banyak yang putus sekolah sebelum mereka menyelesaikan wajib belajar sembilan tahun. Dengan kondisi tersebut, bila tidak ada perubahan kebijakan yang signifikan, sulit bagi bangsa ini keluar dari masalah-masalah pendidikan yang ada, apalagi bertahan pada kompetisi di era global. Kondisi ideal dalam bidang pendidikan di Indonesia adalah tiap anak bisa sekolah minimal hingga tingkat SMA tanpa membedakan status karena itulah hak mereka. Namun hal tersebut sangat sulit untuk direalisasikan pada saat ini. Oleh karena itu, setidaknya setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk mengenyam dunia pendidikan. Jika mencermati permasalahan di atas, terjadi sebuah ketidakadilan antara si kaya dan si miskin. Seolah sekolah hanya milik orang kaya saja sehingga orang yang kekurangan merasa minder untuk bersekolah dan bergaul dengan mereka. Ditambah lagi publikasi dari sekolah mengenai beasiswa sangatlah minim. Sekolah-sekolah gratis di Indonesia seharusnya memiliki fasilitas yang memadai, staf pengajar yang berkompetensi, kurikulum yang tepat, dan memiliki sistem administrasi dan birokrasi yang baik dan tidak berbelitbelit. Akan tetapi, pada kenyataannya, sekolah-sekolah gratis adalah sekolah yang terdapat di daerah terpencil yang kumuh dan segala sesuatunya tidak dapat menunjang bangku persekolahan sehingga timbul pertanyaan ,Benarkah sekolah tersebut gratis? Kalaupun iya, ya wajar karena sangat memprihatinkan.

Saran Untuk UBB UBB Journal Explorasi Terumbu Karang

ARTIKEL & OPINI Berita & Feature

o o

Berita Feature

Foto dan Peristiwa

Bursa Kerja Oasis UBB Journal English Version CARSIS UBB SiteMap/Peta Situs

o
Masuk Ke Halaman E-Learning Universitas Bangka Belitung

o
Hanya Dapat Di Akses Lewat Jaringan Intranet Universitas Bangka Belitung Saja

Penyelenggaraan

o
Masuk Ke Halaman Download Kumpulan Peraturan & Ketetapan di Universitas Bangka Belitung (Khusus Jaringan Intranet UBB)

Pendidikan yang Berkualitas


Pendidikan bermutu itu mahal. Kalimat ini sering muncul untuk menjustifikasi mahalnya biaya yang harus dikeluarkan masyarakat untuk mengenyam bangku pendidikan. Mahalnya biaya pendidikan dari Taman Kanak-Kanak (TK) hingga Perguruan Tinggi (PT) membuat masyarakat miskin tidak memiliki pilihan lain kecuali tidak bersekolah. Orang miskin tidak boleh sekolah.Untuk masuk TK dan SDN saja saat ini dibutuhkan biaya Rp 500.000, sampai Rp 1.000.000. Bahkan ada yang memungut di atas Rp 1 juta. Masuk SLTP/SLTA bisa mencapai Rp 1 juta sampai Rp 5 juta. Makin mahalnya biaya pendidikan sekarang ini tidak lepas dari kebijakan pemerintah yang menerapkan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). MBS di Indonesia pada realitanya lebih dimaknai sebagai upaya untuk melakukan mobilisasi dana. Karena itu, Komite Sekolah/Dewan Pendidikan yang merupakan organ MBS selalu disyaratkan adanya unsur pengusaha. Asumsinya, pengusaha memiliki akses atas modal yang lebih luas. Hasilnya, setelah Komite Sekolah terbentuk, segala pungutan uang kadang berkedok, sesuai keputusan Komite Sekolah. Namun, pada tingkat implementasinya, ia tidak transparan, karena yang dipilih menjadi pengurus dan anggota Komite Sekolah adalah orang-orang dekat dengan Kepala Sekolah. Akibatnya, Komite Sekolah hanya menjadi legitimator kebijakan Kepala Sekolah, dan MBS pun hanya menjadi legitimasi dari pelepasan tanggung jawab negara terhadap permasalahan pendidikan rakyatnya. Kondisi ini akan lebih buruk dengan adanya RUU tentang Badan Hukum Pendidikan (RUU BHP). Berubahnya status pendidikan dari milik publik ke bentuk Badan Hukum jelas

o
Masuk Ke Halaman Download Panduan Akademik Universitas Bangka Belitung (Khusus Jaringan Intranet Universitas Bangka Belitung)

o
Masuk Ke Halaman Daftar E-mail Di Universitas Bangka Belitung (Khusus Jaringan Intranet Universitas Bangka Belitung)

o
Masuk Ke Halaman E-Catalog, Koleksi Buku Di Perpustakaan Universitas Bangka Belitung (Khusus Jaringan Intranet Universitas Bangka Belitung)

o
Masuk Ke Halaman Download Naskah Tips & Trik Menerbitkan Buku Universitas Bangka Belitung (Khusus Jaringan Intranet Universitas Bangka Belitung)

o
Masuk Ke Halaman Download Naskah Artikel Pelatihan Penulisan Karya Ilmiah Universitas Bangka Belitung (Khusus Jaringan Intranet Universitas Bangka Belitung)

memiliki konsekuensi ekonomis dan politis amat besar. Dengan perubahan status itu pemerintah secara mudah dapat melemparkan tanggung jawabnya atas pendidikan warganya kepada pemilik badan hukum yang sosoknya tidak jelas. Perguruan Tinggi Negeri pun berubah menjadi Badan Hukum Milik Negara (BHMN). Munculnya BHMN dan MBS adalah beberapa contoh kebijakan pendidikan yang kontroversial. BHMN sendiri berdampak pada melambungnya biaya pendidikan di beberapa Perguruan Tinggi favorit.

Privatisasi dan Swastanisasi Sektor Pendidikan


Privatisasi atau semakin melemahnya peran negara dalam sektor pelayanan publik tak lepas dari tekanan utang dan kebijakan untuk memastikan pembayaran utang. Utang luar negeri Indonesia sebesar 35-40 persen dari APBN setiap tahunnya merupakan faktor pendorong privatisasi pendidikan. Akibatnya, sektor yang menyerap pendanaan besar seperti pendidikan menjadi korban. Dana pendidikan terpotong hingga tinggal 8 persen (Kompas, 10/5/2005). Dalam APBN 2005 hanya 5,82% yang dialokasikan untuk pendidikan. Bandingkan dengan dana untuk membayar hutang yang menguras 25% belanja dalam APBN (www.kau.or.id). Rencana Pemerintah memprivatisasi pendidikan dilegitimasi melalui sejumlah peraturan, seperti UndangUndang Sistem Pendidikan Nasional, RUU Badan Hukum Pendidikan, Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Pendidikan Dasar dan Menengah, dan RPP tentang Wajib Belajar. Penguatan pada privatisasi pendidikan itu, misalnya, terlihat dalam Pasal 53 (1) UU No 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas). Dalam pasal itu disebutkan, penyelenggara dan/atau satuan pendidikan formal yang

didirikan oleh Pemerintah atau masyarakat berbentuk badan hukum pendidikan. Seperti halnya perusahaan, sekolah dibebaskan mencari modal untuk diinvestasikan dalam operasional pendidikan. Koordinator LSM Education Network for Justice (ENJ), Yanti Mukhtar (Republika, 10/5/2005) menilai bahwa dengan privatisasi pendidikan berarti Pemerintah telah melegitimasi komersialisasi pendidikan dengan menyerahkan tanggung jawab penyelenggaraan pendidikan ke pasar. Dengan begitu, nantinya sekolah memiliki otonomi untuk menentukan sendiri biaya penyelenggaraan pendidikan. Sekolah tentu saja akan mematok biaya setinggi-tingginya untuk meningkatkan dan mempertahankan mutu. Akibatnya, akses rakyat yang kurang mampu untuk menikmati pendidikan berkualitas akan terbatasi dan masyarakat semakin terkotak-kotak berdasarkan status sosial, antara yang kaya dan miskin. Hal senada dituturkan pengamat ekonomi Revrisond Bawsir. Menurut dia, privatisasi pendidikan merupakan agenda kapitalisme global yang telah dirancang sejak lama oleh negara-negara donor lewat Bank Dunia. Melalui Rancangan Undang-Undang Badan Hukum Pendidikan (RUU BHP), pemerintah berencana memprivatisasi pendidikan. Semua satuan pendidikan kelak akan menjadi badan hukum pendidikan (BHP) yang wajib mencari sumber dananya sendiri. Hal ini berlaku untuk seluruh sekolah negeri, dari SD hingga perguruan tinggi. Bagi masyarakat tertentu, beberapa PTN yang sekarang berubah status menjadi Badan Hukum Milik Negara (BHMN) itu menjadi momok. Jika alasannya bahwa pendidikan bermutu itu harus mahal, maka argumen ini hanya berlaku di Indonesia. Di Jerman, Perancis, Belanda, dan di beberapa negara berkembang lainnya, banyak perguruan tinggi yang bermutu namun biaya pendidikannya rendah. Bahkan beberapa negara ada yang menggratiskan biaya pendidikan.

Pendidikan berkualitas memang tidak mungkin murah, atau tepatnya, tidak harus murah atau gratis. Tetapi persoalannya siapa yang seharusnya membayarnya? Pemerintahlah sebenarnya yang berkewajiban untuk menjamin setiap warganya memperoleh pendidikan dan menjamin akses masyarakat bawah untuk mendapatkan pendidikan bermutu. Akan tetapi, kenyataannya Pemerintah justru ingin berkilah dari tanggung jawab. Padahal keterbatasan dana tidak dapat dijadikan alasan bagi Pemerintah untuk cuci tangan.***

Penulis : Muliani
Program Studi Biologi Fakultas Pertanian, Perikanan, dan Biologi Universitas Negeri Bangka Belitung

Dikirim oleh Admin Tanggal 2009-07-13 Jam 12:14:15

Baca Juga Artikel Tentang Pendidikan dan Sekolah Gratis Indonesia SD SMP SMA Perguruan Tinggi Universitas Lainnya : INTERNET : MEDIA PENDIDIKAN ATAU MEDIA PORNOGRAFI ? Kurangnya Pembinaan Terhadap Guru SMA Kegelisahan Para Guru - Pahlawan Tanpa Tanda Jasa Wahai Dosen, Berbicaralah dengan

Bahasa Manusia! Belajar Dari Jepang Membentuk Komunitas Terdidik Apa yang Kita Dapatkan dari Universitas ? Cerdas Bagi Pendidikan Anak Sejarah Perkembangan Mikrobiologi Mempersempit Gap antara Akademi dan Industri Sarjana dan Intelektualitas Guru (Oemar Bakri, Orang tua dan Lingkungan ku) - Pahlawan Tanpa Tanda Jasa Sistem Pembelajaran Abad 21 dengan Project Based Learning (PBL) Belajar sains dan teknologi dengan Teori Belajar Ala Konstruktivis Mewujudkan Babel Cerdas 2010 Masalah Pendidikan di Indonesia PENDIDIKAN GRATIS Remaja dan Narkoba Tingkatkan Kualitas Guru dan Pendidikan ! Ujian Nasional Dan Kondisi Psikis Siswa Defragmentasi Otak : Cara Cerdas Menjadi Cerdas MATEMATIKA DAN CARA MENGAJARKANNYA World Class University: Impian atau Tantangan? RELASI PENDIDIKAN DENGAN MODERNISASI PENDIDIKAN DAN KESADARAN TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP KEKERASAN SISWA DAN PENEGAKAN HUKUM PERPUSTAKAAN DAN MASYARAKAT INFORMASI

Ujian (Nasional) Kejujuran

Silahkan Ketik Keyword untuk mencari Artikel, Feature, atau berita yang diinginkan
partner-pub-7898 FORID:10 ISO-8859-1

Ca r i

Baca Artikel Lainnya :

Baca Berita :

Baca Feature :

Lihat Foto :

:: Beberapa Grafik Menggunakan Format SWF, Untuk Tampilan Terbaik Aktifkan/install Active-x Plugin flash di Browser Anda Tampilan Terbaik Dengan Resolusi Monitor 1024 x 768 Pixels :: Rektorat Universitas Negeri Bangka Belitung Jl. Merdeka No. 4 Pangkalpinang Kep. Bangka Belitung Indonesia Telp. +62 717 422145 Fax +62 717 421303 http://www.ubb.ac.id Email : info@ubb.ac.id Copyright 2008 Universitas Bangka Belitung Sitemap - Peta situs

Search Open Directory

Site Search..

powered by

Socialbar


2797 com_content

JComments Kontak Unila

Gedung Rektorat Universitas Lampung Jl.Prof.Sumantri Brojonegoro No.1, Gedong Meneng Bandarlampung 35145 Telepon : +62-721-701609, +62-721-702673, +62-721-702971 Faksimile: +62-721-702767
Copyright 2012. University Of Lampung. Designed by ICT Team Development www.unila.ac.id Your IP is 125.162.229.158 And You're using : IPv4

<a href='http://openx.detik.com/delivery/ck.php?n=a2c66012&cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE' target='_blank'><img src='http://openx.detik.com/delivery/avw.php?zoneid=266&cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE &n=a2c66012' border='0' alt='' /></a>

Home Forum Forum Food Forum Health Panduan

forum.detik.com

detik.searchforum

Sub-Forum Pilihan Beranda Pictures & Videos Gosip Sosial Budaya Liga Inggris Politik Jokes Events & Activities Motor Diskusi IT Family Televisi bursa: fashion FAQ Social Group Pictures Member List Award

Atau Sign in with Facebook

Threads: 344,125; Posts: 16,997,585; Members: 661,379


User Name: Password:

User Name

Remember Me?

8f3a94e6cfb069c guest

login

DetikForum > Politik & Peristiwa > Pendidikan


Masalah-masalah pendidikan di Indonesia

dismissnotice

guest

/show thread.php

Notices Diskusi Ngopi "Personal Branding & Social Media"

PendidikanDi sini tempat berdiskusi tentang pendidikan dan ilmu pengetahuan...

Community Links Social Groups Pictures & Albums Members List Go to Page...

Page 1 of 5 1 2 3 > Last Thread Tools Share 13th April 2008, 18:23 liamjonas #1 Masalah-masalah pendidikan di Indonesia Display Modes

Addict Member - Negara belum mampu melaksanakan amanat UUD yaitu 20% APBN untuk pendidikan -sarana dan prasarana pendidikan yang tidak mendukung -keprofesionalan guru yang rendah -kesejahteraan guru yang rendah (terkait dengan keprofesionalan) Join Date: Sep 2007 Location: Jatibening Posts: 135 -belum meratanya pendidikan yang layak bagi seluruh daerah diIndonesia -belum sesuainya pendidikan dengan karakter daearah-daerah dan karakter Indonesia ada ynag mau tambahin atao kasih solusi, monggo . . . -pendidikan dijadikan komoditas politik dalam pilkada-pilkada ,dengan kampanye pendidikan gratis

pendidikan, solusi bagi masalah bangsa

DetikForum Ads

liamjonas View Public Profile Send a private message to liamjonas Visit liamjonas's homepage! Find all posts by liamjonas 15th April 2008, 13:15 KLIP_KLOP Mania Member #2

moral para pendidik banyak yg rendah. gua ampe bosan baca koran mengenai kasus para guru!!!!!

Join Date: Mar 2008 Posts: 1,317

I LOVE MY SELF

KLIP_KLOP View Public Profile Send a private message to KLIP_KLOP Find all posts by KLIP_KLOP 18th April 2008, 18:58 siMbah Mania Member fasilitas pendidikan yang kurang sekali (di desa desa ya... kebanyakan gitu..) #3

Join Date: Nov 2007 Location: gunung sindoro Posts: 8,979

Ajari aku mencintai Indonesia yang sebenarnya secara benar !!!

siMbah View Public Profile Send a private message to siMbah Find all posts by siMbah 18th April 2008, 21:38 qyqeys Addict Member SDM bidang pendidikan alias pengajar2 nya harus ditingkat kan kwalitasnya jgn menuntut gaji naek tapi kuliah milih yg cepet lu2s ..gimana nih Lgan yg pada jadi guru tu skarang ni kebykan karna terpaksa gak dapet kerjaan laen yaaa jadi guru aja dehhh. (byk temen gw seperti itu)....gimana mo loyal then professional kalo sebagai pelarian aja.... Join Date: Apr 2008 Posts: 314 #4

u get what u believe in

qyqeys View Public Profile Send a private message to qyqeys Find all posts by qyqeys 19th April 2008, 08:36 maseko Mania Member masalah utama ; - sekolah jadi ajang MLM perdagangan buku.. guru2 jadi downline dari para penerbit buku.. "agen2nya" yaa orang2 di Diknas itu yang sudah dapet komisi dari penerbit - Kurikulum cm jadi ajang trial & error ... bola bali ganti kurikulum ... capeeek deeeh.. Join Date: Sep 2007 Location: Gunung Slamet Posts: 7,201 - link antara sekolah dan dunia nyata yang gak matching ... trtm sekolah2 umum... lulus sekolah mao kemana? apalagi kalo cm lulusan SMP/ SMU - fasilitas timpang antara sekolah2 di kota dan di pelosok - gaji guru yang kecil ( terutama untuk yang tugas di pelosok ) - infrastruktur yang buruk ( saya jadi inget poto di KOMPAS, yang untuk menuju ke sekolahan, harus berenang menyebrang sungai lebar .. bahkan katanya pernah ada yang jadi korban .... padahal itu anak2 SD... ) #5

duh para birokrat di Diknas kerjanya apa siiih??

Blog DF Backpacker & Traveller Blog DF Fotografer My FOTOGRAFI

maseko View Public Profile Send a private message to maseko Visit maseko's homepage! Find all posts by maseko 20th April 2008, 10:05 kapiten_de Addict Member begitu ada sekolah dengan mutu pendidikan yg bagus harganya selangit.. ndak terjangkau #6

Join Date: Dec 2007 Posts: 266

www.susu-kambing.com

kapiten_de View Public Profile Send a private message to kapiten_de Find all posts by kapiten_de 20th April 2008, 10:17 hellene Mania Member Quote: Originally Posted by kapiten_de Join Date: Oct 2007 Location: under the blanket... Posts: 4,231 begitu ada sekolah dengan mutu pendidikan yg bagus harganya selangit.. ndak terjangkau Sebenernya sekolah2 yang professional developmentnya bagus dan intens mau aja berbagi.....tapi sayang ini gak ditangkep oleh orang kita dengan baik.

#7

Birokrasi yang berbelit (kalo bicara Dik Nas) Gak nyambung visi and misinya Negatif thinking duluan atau rejection duluan...karena takut brainwashlah inilah itulah.... Antar orang Indonesia sendiri yang sikut2an untuk ngejadiin ini proyek...atau saling ngejatohin jadi menghambat program yang ditawarkan pihak luar...

Satu lagi yang bikin kaget adalah pernah saya dan teman saya seorang guru expat yang berpengalaman ingin berbagi, ketika saya bicara menawarkan ini ke sekolah negri (kami memberikan ini dengan gratis)....si guru nanya peserta guru-guru yang ikut pelatihanan dibayar berapa?? Mekanisme seperti ini yang bikin terkaget2....apalagi buat orang yang bekerja dengan system yang

berbeda dalam hal ini system international.

booooorrriiiiing...........

hellene View Public Profile Send a private message to hellene Find all posts by hellene 23rd April 2008, 13:43 KuciangGaroang Mania Member Menurut saya, tidak adanya pemerataan infrastruktur untuk semua daerah. Harusnya ini menjadi tanggung jawab pemerintah dengan membangun keseragaman fasilitas2 tsb. atau paling tidak mendekatilah. Baru kemudian membuat keseragaman kualitas SDM/pengajarnya. sehingga masalah2 yang kemudian timbul masih bisa diselaraskan solusinya. Join Date: Mar 2008 Posts: 1,899 #8

KuciangGaroang View Public Profile Send a private message to KuciangGaroang

Find all posts by KuciangGaroang 24th April 2008, 05:29 guni Registered Member Quote: Originally Posted by liamjonas - Negara belum mampu melaksanakan amanat UUD yaitu 20% APBN untuk pendidikan -sarana dan prasarana pendidikan yang tidak mendukung Join Date: Apr 2008 Location: Di mana-mana hatiku senang Posts: 58 -kesejahteraan guru yang rendah (terkait dengan keprofesionalan) -pendidikan dijadikan komoditas politik dalam pilkada-pilkada ,dengan kampanye pendidikan gratis -belum meratanya pendidikan yang layak bagi seluruh daerah diIndonesia -belum sesuainya pendidikan dengan karakter daearah-daerah dan karakter Indonesia ada ynag mau tambahin atao kasih solusi, monggo . . . __Pendidikan di Indonesia__ Karena pendidikan begitu penting untuk......, maka pemerintah mendirikan sekolah-sekolah untuk tingkat SD,SMP,SMA dan Perguruan tinggi di Indonesia, tp anggaran untuk pendidikan kok di bawah 20% APBD, karena kurangnya dana untuk pendidikan maka dilibatkan juga pihak swasta untuk mendirikan sekolah-sekolah dan perguruan tinggi (pendidikan dikomersilkan).Melihat kejadian nyata di Diknas, maka pendidikan kita lambat-keprofesionalan guru yang rendah #9 pendidikan di Indonesia

laun akan menjadi Pendidikan Swasta Nasional.Ntah lah....dah cape mungkin pemerintah untuk membahasnya.Kemana semua wakil-wakil rakyat kita itu?apakah dibuat UU baru ngomong?

You might also like