Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dimana kita ketahui angka kematian ibu (AKI) masih sangat tinggi,, khususnya di
Indonesia. Berbagai penyebab utama nya seperti perdarahan, infeksi dan eklampsi. Berbagai
upaya terus diusahakan dalam rangka menurunkan angka kematian ibu. Salah satunya adalah
mengimplementasikan program Safe Motherhood. Dimana safe motherhood merupakan
upaya untuk menyelamatkan wanita agar kehamilan dan persalinannya sehat dan aman, serta
melahirkan bayi yang sehat.
Tujuan upaya Safe Motherhood adalah menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu
hamil, bersalin, nifas, dan menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi baru lahir. Upaya
ini terutama ditunjukan pada negara yang sedang berkembang karena 99% kematian ibu di
dunia terjadi di negara-negara tersebut.
WHO mengembangkan konsep Four Pillars of Safe Motherhood untuk
menggambarkan ruang lingkup upaya penyelamatan ibu dan bayi (WHO, 1994). Empat pilar
upaya Safe Motherhood tersebut adalah keluarga berencana, asuhan antenatal, pelayanan
bersih dan aman dan pelayanan obstetri esensial.
1.2 Rumusan Masalah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Safe Motherhood
Berbagai upaya terus diusahakan dalam rangka menurunkan angka kematian ibu. Salah
satunya adalah mengimplementasikan program Safe Motherhood. Safe Motherhood adalah
usaha-usaha yang dilakukan agar seluruh perempuan menerima perawatan yang mereka
butuhkan selama hamil dan bersalin. Program itu terdiri dari empat pilar yaitu:
keluarga berencana,
pelayanan antenatal,
persalinan yang aman, dan
pelayanan obstetri esensial.
Menurut the International Classification of Diseases and Related Health Problems,
Tenth Revision, 1992 (ICD-10) WHO mendefinisikan kematian ibu sebagai kematian wanita
hamil atau dalam 42 hari setelah persalinan, tanpa memandang lama dan tempat terjadinya
kehamilan yang disebabkan oleh atau dipicu oleh kehamilannya atau penanganan
kehamilannya, tetapi bukan karena kecelakaan. Menurut pengertian ini penyebab kematian
ibu dapat dibagi menjadi penyebab langsung maupun tak langsung.
Penyebab
kematian langsung yaitu setiap komplikasi persalinan disetiap fase
kehamilan (kehamilan, persalinan dan pasca persalinan), akibat tindakan, kesalahan
pengobatan atau dari kesalahan yang terjadi disetiap rangkaian kejadian diatas. Contohnya
seperti perdarahan, pre-eklamsia/eklamsia, akibat komplikasi anestesi atau bedah kaisar,
perdarahan, sepsis, kelahiran prematur akibat hipertensi, lahir mati, dan komplikasi akibat
aborsi yang tidak aman menjadi penyebab langsung yang berkontribusi pada 80% kematian.
Penyebab kematian tak langsung yaitu akibat penyakit lain yang telah ada sebelumnya
atau berkembang selama kehamilan dan yang tidak berhubungan dengan penyebab langsung
tetapi dipicu secara fisiologis oleh kehamilan. Contohnya seperti kematian akibat penyakit
ginjal atau jantung.
2.2 Epidemiologi
Menurut data yang dikeluarkan oleh UNFPA, WHO, UNICEF dan Bank Dunia
menunjukkan bahwa satu wanita meninggal dunia tiap menitnya akibat masalah kehamilan.
Rasio kematian ibu (jumlah kematian tiap 100,000 kelahiran hidup) telah menurun secara
global pada laju kurang dari 1%. Jumlah kematian wanita hamil atau akibat persalinan secara
keseluruhan juga menunjukkan penurunan yang cukup berarti antara tahun 1990-2005. pada
tahun 2005, 536,000 wanita hamil meninggal dunia dibandingkan dengan tahun 1990 yang
sebanyak 576,000.
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002/2003, angka
kematian ibu (AKI) di Indonesia masih berada pada angka 307 per 100.000 kelahiran hidup
atau setiap jam terdapat 2 orang ibu bersalin meninggal dunia karena berbagai sebab.
2
Demikian pula angka kematian bayi (AKB), khususnya angka kematian bayi baru lahir
(neonatal) masih berada pada kisaran 20 per 1.000 kelahiran hidup. Keadaan ini
menempatkan upaya kesehatan ibu dan bayi baru lahir menjadi upaya prioritas dalam bidang
kesehatan.
Hasil survey kesehatan rumahtangga (SKRT) tahun 1995 menunjukkan angka kematian
ibu sebesar 373 per 100.000 kelahiran hidup dengan penyebab utama adalah perdarahan,
infeksi dan eklampsia.
1.
2.
3.
4.
1) Keluarga berencana
KB adalah singkatan dari Keluarga Berencana. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (1997), maksud daripada ini adalah: "Gerakan untuk membentuk keluargayang
sehat dan sejahtera dengan membatasi kelahiran."
Dengan kata lain KB adalah perencanaan jumlah keluarga. Pembatasan bisa dilakukan
dengan
penggunaan alat-alat kontrasepsi atau
penanggulangan
kelahiran
seperti kondom, spiral, IUD dan sebagainya.
Jumlah anak dalam sebuah keluarga yang dianggap ideal adalah dua. Gerakan ini mulai
dicanangkan pada tahun akhir 1970'an.
Tujuan Program KB
3
Tujuan umum
adalah
membentuk keluarga kecil
sesuai
dengan
kekutan
sosialekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan kelahiran anak, agar diperoleh
suatukeluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
Tujuan lain meliputi pengaturan kelahiran, pendewasaan usia perkawinan, peningkatan
ketahanan dan kesejahteraan keluarga.
Kesimpulan dari tujuan program KB adalah: Memperbaiki kesehatan dan kesejahteraan
ibu, anak, keluarga dan bangsa; Mengurangi angka kelahiran untuk menaikkan taraf hidup
rakyat dan bangsa; Memenuhi permintaan masyarakat akanpelayanan KB dan KR yang
berkualitas, termasuk upaya-upaya menurunkan angkakematian ibu, bayi, dan anak serta
penanggulangan masalah kesehatan reproduksi.
KB dapat menurunkan angka kematian ibu karena dapat merencanakan waktu yang tepat
untuk hamil, mengatur jarak kehamilan, menentukan jumlah anak. Sehingga tidak ada
kehamilan yang tidak diinginkan, 4 terlalu, yaitu terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering
hamil, dan terlalu banyak anak.
Konseling dan pelayanan keluarga berencana harus tersedia untuk semua pasangan dan
individu. Dengan demikian, pelayanan keluarga berencana harus menyediakan informasi dan
konseling yang lengkap dan juga pilihan metode kontrasepsi yang memadai, termasuk
kontrasepsi darurat. Pelayanan ini harus merupakan bagian dari program komprehensif
pelayanan kesehatan reproduksi. Program keluarga berencana memiliki peranan dalam
menurunkan risiko kematian ibu melalui pencegahan kehamilan, penundaan usia kehamilan,
dan menjarangkan kehamilan.
Konsep KB pertama kali diperkenalkan di Matlab, Bangladesh pada tahun 1976. KB
bertujuan merencanakan waktu yang tepat untuk hamil, mengatur jarak kehamilan, dan
menentukan jumlah anak. Dengan demikian, diharapkan tidak ada lagi kehamilan yang tidak
diinginkan sehingga angka aborsi akan berkurang. Pelayanan KB harus menjangkau siapa
saja, baik ibu/calon ibu maupun perempuan remaja. Dalam memberi pelayanan KB, perlu
diadakan konseling yang terpusat pada kebutuhan ibu dan berbagai pilihan metode KB
termasuk kontrasepsi darurat. Angka kebutuhan tak terpenuhi (unmet need) dalam pemakaian
kontrasepsi masih tinggi. Angka pemakaian kontrasepsi (contraceptive prevalence rate) di
Indonesia baru mencapai 54,2% pada tahun 2006. Bila KB ini terlaksana dengan baik maka
dapat menurunkan diperlukannya intervensi obstetri khusus.
2) Pelayanan Antenatal
Pelayanan antenatal sangat penting untuk mendeteksi lebih dini komplikasi kehamilan.
Selain itu, juga menjadi sarana edukasi bagi perempuan tentang kehamilan. Komponen
penting pelayanan antenatal meliputi:
1. Skrining dan pengobatan anemia, malaria, dan penyakit menular seksual.
2. Deteksi dan penanganan komplikasi seperti kelainan letak, hipertensi, edema, dan preeklampsia.
3. Penyuluhan tentang komplikasi yang potensial, serta kapan dan bagaimana cara memperoleh
pelayanan rujukan.
Dalam
masa kehamilan:
Petugas kesehatan harus memberi pendidikan pada ibu hamil tentang cara menjaga
diri
agar tetap sehat dalam masa tersebut.
4
Tujuan utama ANC adalah menurunakn/mencegah kesakitan dan kematian maternal dan
perinatal. Adapun tujuan khususnya adalah :
a. Memonitor kemajuan kehamilan guna memastikan kesehatan ibu & perkembangan bayi yang
normal.
b. Mengenali secara dini penyimpangan dari normal dan memberikan penatalaksanaan yang
diperlukan.
c. Membina hubungan saling percaya antara ibu dan bidan dalam rangka mempersiapkan ibu
dan keluarga secara fisik, emosional, dan logis untuk menghadapi kelahiran serta
kemungkinan adanya komplikasi.
d. bidan memiliki peran penting dalam mencegah dan atau menangani setiap kondisi yang
mengancam jiwa ini melalui beberapa intervensi yang merupakan komponen penting dalam
ANC seperti : mengukur tekanan darah, memeriksa kadar proteinuria, mendeteksi tandatanda awal perdarahan/infeksi, maupun deteksi & penanganan awal terhadap anemia. Namun
ternyata banyak komponen ANC yang rutin dilaksanakan tersebut tidak efektif untuk
menurunkan angka kematian maternal & perinatal.
Fokus lama ANC :
1. Mengumpulkan data dalam upaya mengidentifikasi ibu yang beresiko tinggi dan merujuknya
untuk mendapatkan asuhan khusus.
2. Temuan-temuan fisik (TB, BB, ukuran pelvik, edema kaki, posisi & presentasi janin di bawah
usia 36 minggu dsb) yang memperkirakan kategori resiko ibu.
3. Pengajaran /pendidikan kesehatan yang ditujukan untuk mencegah resiko/komplikasi
STANDARD ASUHAN KEHAMILAN
Sebagai profesional bidan, dalam melaksanakan prakteknya harus sesuai dengan
standard pelayanan kebidanan yang berlaku. Standard mencerminkan norma, pengetahuan
dan tingkat kinerja yang telah disepakati oleh profesi. Penerapan standard pelayanan akan
sekaligus melindungi masyarakat karena penilaian terhadap proses dan hasil pelayanan dapat
dilakukan atas dasar yang jelas. Kelalaian dalam praktek terjadi bila pelayanan yang
diberikan
tidak
memenuhi
standard
dan
terbukti
membahayakan.
Terdapat 6 standar dalam standar pelayanan antenatal seperti sebagai berikut:
1. Standar3;Identifikasi ibu hamil
Bidan melakukan kunjungan rumah dengan berinteraksi dengan masyarakat secara berkala
untuk memberikan penyuluhan dan memotivasi ibu, suami dan anggota keluarganya agar
mendorong ibu untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini dan secara teratur.
2. Standar 4: Pemeriksaan dan pemantauan antenatal
Bidan memberikan sedikitnya 4 x pelayanan antenatal. Pemeriksaan meliputi anamnesa
dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk menilai apakah perkembangan
berlangsung normal. Bidan juga harus mengenal kehamilan risti/ kelainan, khususnya
anemia, kurang gizi, hipertensi, PMS/ infeksi HIV; memberikan pelayanan imunisasi, nasehat
dan penyuluhan kesehtan serta tugas terkait lainnya yang diberikan oleh puskesmas. Mereka
harus mencatat data yang tepat pada setiap kunjungan. Bila ditemukan kelainan, mereka
harus mampu mengambil tindakan yang diperlukan dan merujuknya untuk tindakan
selanjutnya.
3. Standar 5: Palpasi Abdominal
Bidan melakukan pemeriksaan abdominal secara seksama dan melakukan plapasi untuk
memperkirakan usia kehamilan, serta bila umur kehamilan bertambah, memeriksa posisi,
bagian terendah janin dan masuknya kepala janin ke dalam rongga panggul, untuk mencari
kelainan serta melakukan rujukan tepat waktu.
4. Standar 6: pengelolaan anemia pada kehamilan
Bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan, penanganan dan / atau rujukan semua
kasus anemia pada kehamilan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
5. Standar 7: Pengelolaan Dini Hipertensi pada Kehamilan
Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan dan
mengenali tanda tanda serta gejala preeklamsia lainnya, seta mengambil tindakan yang tepat
dan merujuknya.
6. Standar 8: Persiapan Persalinan
Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami serta keluarganya pada
trimester ketiga, untuk memastikan bahwa persiapan persalinan yang bersih dan aman serta
suasana yang menyenangkan akan direncanakan dengan baik, disamping persiapan
transportasi dan biaya untuk merujuk, bila tiba tiba terjadi keadaan gawat darurat. Bidan
hendaknya melakukan kunjungan rumah untuk hal ini.
(Standard Pelayanan Kebidanan, IBI, 2002).
HAK-HAK IBU DALAM LAYANAN ANC
Hak-hak ibu ketika menerima layanan asuhan kehamilan (Saifuddin, 2002), yaitu :
1. Mendapatkan keterangan mengenai kondisi kesehatannya. Informasi harus diberikan
langsung kepada klien (dan keluarganya).
2. Mendiskusikan keprihatinannya, kondisinya, harapannya terhadap sistem pelayanan, dalam
lingkungan yang dapat ia percaya. Proses ini berlangsung secara pribadi dan didasari rasa
saling percaya.
3. Mengetahui sebelumnya jenis prosedur yang akan dilakukan terhadapnya.
4. Mendapatkan pelayanan secara pribadi / dihormati privasinya dalam setiap pelaksanaan
prosedur.
5. Menerima layanan senyaman mungkin.
6. Menyatakan pandangan dan pilihannya mengenai pelayanan yang diterimanya.
TENAGA PROFESSIONAL ASUHAN KEHAMILAN
Bidan/ midwives
Dokter umum
4)
Membantu mempersiapkan ibu untuk memnyususi bayi, melalui masa nifas yang normal
serta menjaga kesehatan anak secara fisik, psikologis dan social.
Pemberian selama 90 hari (3 bulan). Ibu harus dinasehati agar tidak meminumnya bersama
teh / kopi agar tidak mengganggu penyerapannya.
Imunisasi TT 0,5 cc Interval Lama perlindungan % perlindungan
TT 1 Pada kunjungan ANC pertama
TT 2 4 mgg setelah TT 1 3 tahun 80%
TT 3 6 bln setelah TT 2 5 tahun 95%
TT 4 1 tahun setelah TT 3 10 tahun 99%
TT 5 1 tahun setelah TT 4 25 th/ seumur hidup 99%
3) Persalinan yang bersih dan aman
Focus asuhan persalinan normal adalah persalinan bersih dan aman serta mencagah
terjadinya komplikasi. Hal ini merupakan pergeseran paradigma dari menunggu terjadinya
dan kemudian menangani komplikasi , menjadi pencegahan komplikasi. Persalinan bersih
dan aman serta pencegahan komplikasi selama dan pasca persalinan terbukti mampu
mengurangi kesakitan atau kematian ibu dan bayi baru lahir.
Persalinan yang bersih dan aman memiliki tujuan memastikan setiap penolong
kelahiran/persalinan mempunyai kemampuan, ketrampilan, dan alat untuk memberikan
pertolongan yang bersih dan aman, serta memberikan pelayanan nifas pada ibu dan bayi.
Dalam persalinan:
a. Wanita harus ditolong oleh tenaga kesehatan profesional yang memahami cara menolong
persalinan secara bersih dan aman.
b. Tenaga kesehatan juga harus mampu mengenali secara dini gejala dan tanda komplikasi
persalinan serta mampu melakukan penatalaksanaan dasar terhadap gejala dan tanda tersebut.
c. Tenaga kesehatan harus siap untuk melakukan rujukan kom
plikasi persalinan yang tidak dapat diatasi ke tingkat pelayanan
yang lebih mampu.
Sebagian besar komplikasi obstetri yang berkaitan dengan kematian ibu tidak dapat
dicegah dan diramalkan, tetapi dapat ditangani bila ada pelayanan yang memadai.
Kebanyakan pelayanan obstetri esensial dapat diberikan pada tingkat pelayanan dasar oleh
bidan atau dokter umum. Akan tetapi, bila komplikasi yang dialami ibu tidak dapat ditangani
di tingkat pelayanan dasar, maka bidan atau dokter harus segera merujuk dengan terlebih dahulu melakukan pertolongan pertama. Dengan memperluas berbagai pelayanan kesehatan ibu
sampai ke tingkat masyarakat dengan jalur efektif ke fasilitas rujukan, keadaan tersebut
memastikan bahwa setiap wanita yang mengalami komplikasi obstetri mendapat pelayanan
gawat darurat secara cepat dan tepat waktu.
4) Pelayanan obstetri esensial
Memastikan bahwa tempat pelayanan kesehatan dapat memberikan pelayanan obstetri
untuk risiko tinggi dan komplikasi tersedia bagi ibu hamil yang membutuhkan.
Pelayanan obstetri esensial bagi ibu yang mengalami kehamilan risiko tinggi atau
komplikasi diupayakan agar berada dalam jangkauan setiap ibu hamil. Pelayanan obstetri
Departemen Kesehatan pada tahun 2000 telah menyusun Rencana Strategis (Renstra)
jangka panjang upaya penurunan angka kematian ibu dan kematian bayi baru lahir. Dalam
Renstra ini difokuskan pada kegiatan yang dibangun atas dasar sistem kesehatan yang mantap
untuk menjamin pelaksanaan intervensi dengan biaya yang efektif berdasarkan bukti ilmiah
yang dikenal dengan sebutan "Making Pregnancy Safer (MPS)" melalui tiga pesan kunci.
Tiga pesan kunci MPS itu adalah
1.
Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih,
Setiap komplikasi obstetri dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat akses
terhadap pencegahan kehamilan yang
2.
Setiap wanita usia subur mempunyai tidak diinginkan dan penanganan komplikasi
keguguran.
3.
Dari pelaksanaan MPS, target yang diharapkan dapat dicapai pada tahun 2010 adalah
angka kematian ibu menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi baru
lahir menjadi 15 per 1.000 kelahiran hidup. Dalam kerangka inilah Departemen Kesehatan
bersama Program Maternal & Neonatal Health (MNH) sejak tahun 1999 mengembangkan
berbagai pendekatan baru yang didasarkan pada praktek-praktek terbaik (best practices) yang
diakui dunia untuk membantu memperbaiki kondisi kesehatan ibu melahirkan dan bayi baru
lahir di beberapa daerah intervensi di Indonesia.
Peranan Puskesmas
Puskesmas telah dikenal masyarakat sebagai tempat memperoleh layanan kesehatan
secara umum yang murah, sederhana, dan mudah terjangkau terutama bagi kalangan kurang
mampu. Sejak pertama kali dicetuskan, puskesmas ditargetkan menjadi unit pelaksana teknis
pelayanan tingkat pertama/terdepan dalam sistem kesehatan nasional. Maka dari itu,
puskesmas juga menjadi salah satu mata rantai pelayanan kesehatan dalam upaya
menurunkan angka kematian ibu melalui program-programnya yang mengacu pada empat
pilar Safe Motherhood. Dalam pilar pelayanan obstetri esensial, puskesmas menekankan
kebijakan berupa:
10
perempuan sebagai ibu dan dan bayinya selama hamil, persalinan dan masa setelah
persalinan. Suami memainkan banyak peran kunci selama masa kehamilan dan persalinan
istri serta setelah bayi lahir. Keputusan dan tindakan mereka berpengaruh terhadap kesakitan
dan kesehatan, kehidupan dan kematian ibu dan bayinya.
Langkah awal yang dapat dilakukan oleh laki-laki dalam mempromosikan
keselamatan ibu adalah merencanakan keluarganya. Pembatasan kelahiran dan membuat
jarak kelahiran paling sedikit 2 tahun, baik untuk menjaga kesehatan ibu dan anak, mengingat
setiap kehamilan membawa risiko kesehatan yang potensial untuk ibu, walaupun ibu tersebut
terlihat sehat dan berrisiko rendah. Kehamilan yang tidak direncanakan seringkali menjadi
berisiko karena akan membawa mereka untuk melakukan aborsi. Komplikasi aborsi yang
tidak aman menyebabkan 50.000 hingga 100.000 kematian setiap tahun.
Mendukung Penggunaan Kontrasepsi.
Suami sebaiknya ikut menemani istrinya menemui konselor keluarga berencana atau
petugas kesehatan. sehingga mereka bisa bersama-sama mengetahui metode kontrasepsi yang
tersedia dan memilih salah satu metode yang tepat. Seorang suami juga dapat mendukung
pasangannya dalam menggunakan metode modern secara benar (seperti, membantu istrinya
mengingatkan kapan harus meminum pil KB setiap harinya), suami juga dapat menggunakan
metode kontrasepsi untuk dirinya sendiri, atau mendukung istri untuk mempraktekkan
metode pantang berkala. Suami seharusnya memotivasi istrinya untuk meminta pertolongan
kepada petugas kesehatan bila merasakan efek samping akibat pemakaian alat kontrasepsi.
Ketika istrinya hamil, suami dapat mendukung istri agar mendapatkan pelayanan
antenatal yang baik, menyediakan transportasi atau dana untuk biaya konsultasi. Suami
seharusnya menemani istrinya konsultasi, sehingga suami juga dapat belajar mengenai gejala
dan tanda-tanda komplikasi kehamilan. Gizi yang baik serta istirahat cukup penting bagi ibu
selama masa kehamilan. Suami ikut berperan agar istrinya dapat melahirkan bayi yang sehat
dengan menjamin istrinya mendapatkan makanan yang bergizi, terutama makanan yang
banyak mengandung zat besi dan vitamin A. Anemia, walaupun bukan merupakan penyebab
langsung kematian ibu, namun merupakan faktor penyebab kematian. Ibu yang anemi
berisiko lima kali lebih besar untuk meninggal dibandingkan dengan ibu yang tidak anemi.23
Vitamin A penting untuk kesehatan ibu dan janin. Seorang ibu membutuhkan vitamin A yang
cukup untuk menunjang per-kembangan kesehatan bayi dan untuk kesehatannya sendiri,
khususnya untuk kesehatan mata dan sistem kekebalan tubuh. Rabun malam pada ibu hamil
adalah gejala kekurangan vitamin A. Suplemen pil vitamin A dalam masa kehamilan, dapat
menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Sebuah studi tentang kesehatan ibu di bagian
selatan Nepal menemukan bahwa vitamin A dosis rendah atau beta-carotene tambahan dan
bahan pangan yang banyak mengandung vitamin A dapat menurunkan persentase kematian
ibu rata-rata 44%.
Mempersiapkan perawatan yang terlatih selama persalinan.
Pada negara-negara berkembang, kebanyakan ibu-ibu yang akan melahirkan tidak
dibantu oleh tenaga yang terlatih, melainkan ditolong oleh dukun beranak atau anggota
keluarga. Kehadiran tenaga terlatih selama proses kelahiran dapat membuat suatu perbedaan
antara kehidupan dan kematian. Suami berperan dalam mempersiapkan tenaga terlatih agar
hadir pada saat persalinan dan membiayai pelayanan yang diberikan. Suami juga harus
mempersiapkan transportasi serta mencukupi perlengkapan yang dibutuhkan.
12
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dimana kita ketahui angka kematian ibu (AKI) masih sangat tinggi,, khususnya di
Indonesia. Berbagai penyebab utama nya seperti perdarahan, infeksi dan eklampsi. Berbagai
upaya terus diusahakan dalam rangka menurunkan angka kematian ibu. Salah satunya adalah
mengimplementasikan program Safe Motherhood. Dimana safe motherhood merupakan
upaya untuk menyelamatkan wanita agar kehamilan dan persalinannya sehat dan aman, serta
melahirkan bayi yang sehat.
Tujuan upaya Safe Motherhood adalah menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu
hamil, bersalin, nifas, dan menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi baru lahir.Program
itu terdiri dari empat pilar yaitu:
keluarga berencana,
pelayanan antenatal,
persalinan yang aman, dan
pelayanan obstetri esensial.
3.2 Saran
Hendaknya seorang bidan dalam memberikan asuhan kebidanan harus mengacu pada
evidence based. Yaitu asuhan kebidanan yang berdasarkan bukti dan hasil penilitian. Salah
satunya adalah melakukan program safe motherhood yaitu upaya untuk menurunkan angka
kematian dan kesakitan ibu. Diharapkan angka kematian ibu setiap tahunya akan menurun.
14
DAFTAR PUSTAKA
1.
WHO, UNICEF, UNFPA, The World Bank, Maternal Mortality in 2005 Estimates developed
by WHO, UNICEF, UNFPA, The World Bank
2.
Departemen Kesehatan RI,Setiap Jam 2 Orang Ibu Bersalin Meninggal Dunia [1 screen] http:
//www.depkes.go.id/index.php?option =news&task= viewarticle&sid=448&Itemid=2, diakses
pada 17 Desember 2007
3.
Purnomo W,prsentasi Safe motherhood (Upaya Penurunan Kematian Ibu dan Bayi Baru
Lahir),FKM Unair; 2006
15