You are on page 1of 19

MANAJEMEN LINTAS BUDAYA ANALISIS GLOBAL ORGANIZATION PADA NOKIA CORPORATION

Oleh: Ignasius Victor 3102008 Daniel Wijaya 3102009 Nanny Veronica D. 3102862 KP B

UNIVERSITAS SURABAYA FALKULTAS BISNIS DAN EKONOMIKA 2011

Daftar isi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di era perdagangan bebas ini, persaingan yang dialami oleh setiap perusahaan di berbagai negara semakin meningkat. Setiap perusahaan harus memiliki keunikan atau keunggulan kompetitif agar dapat bertahan dan mampu bersaing dengan kompetitor yang tidak lagi terbatas oleh ruang. Salah satu cara untuk dapat bersaing dan mendapatkan segmen pasar yang luas adalah dengan menjadikan perusahaan sebagai perusahaan multinasional yang mempunyai cabang atau subsidiaries di berbagai negara, namun perlu diketahui bahwa tidak mudah untuk bisa membangun suatu bisnis dalam skala bisnis Global. Bagaimana memulainya, bagaimana mengelolanya, apa aja yang harus di persiapkan oleh perusahaan, strategi-strategi apa yang harus dimiliki oleh perusahaan merupakan hal penting yang perlu diperhatikan oleh pihak manajemen sebelum merealisasikan bisnisnya. Nokia adalah salah satu dari beberapa perusahan global dalam industri peralatan komunikasi yang sukses mengembangkan bisnisnya di berbagai belahan dunia. Hampir di setiap negara di belahan dunia ini terdapat kantor milik Nokia dan produk Nokia. Oleh karena itu dalam makalah ini tim penyusun akan membahas mengenai strategi dan hubungan dengan kantor cabang yang dilakukan oleh Nokia hingga dapat bertahan menjadi perusahaan multinasional yang selalu terdepan.

1.2. Identifikasi Masalah Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah Nokia

Corporation sebagai perusahaan multinasional mempunyai kantor cabang yang tersebar di berbagai negara di dunia. Untuk mengelolanya Nokia perlu suatu metode atau manajemen yang baik, karena terdapat perbedaan budaya yang bisa menjadi masalah bila tidak dikelola dengan baik. Nokia harus menjalin hubungan kerja sama yang baik antara headquarters dan subsidiaries serta menyiapkan strategi untuk mengelola perbedaan budaya yang ada. 1.3. Perumusan Masalah Pola hubungan antara Headquaters dan Subsidiaries seperti apa yang diterapkan oleh Nokia Corporation sebagai organisasi global? Strategi apa yang diterapkan oleh Nokia Corporation untuk mengelola perbedaan budaya yang ada? 1.4. Tujuan dan Manfaat 1.4.1 Tujuan : 1. Mengetahui pola hubungan antara Headquaters dan Subsidiaries yang diterapkan oleh Nokia sebagai organisasi global. 2. Mengetahui strategi yang diterapkan oleh Nokia Corporation untuk mengelola perbedaan budaya yang ada. 1.4.2 Manfaat :
1.

Bagi perusahaan, dapat menjadi masukan dan bahan pertimbangan dalam memanfaatkan perbedaan budaya yang ada dalam perusahaan guna keberhasilan perusahaan.

2. Bagi pembaca dan penulis, untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai struktur dan penerapan organisasi global dalam perusahaan.

BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1. Landasan Teori Perusahaan multinasional atau PMN adalah perusahaan yang berusaha di banyak negara; perusahaan ini biasanya sangat besar. Perusahaan seperti ini memiliki kantor-kantor, pabrik atau kantor cabang (subsidiary) di banyak negara. Mereka biasanya memiliki sebuah kantor pusat (headquarter) di mana mereka mengkoordinasi manajemen global. Hubungan antara Headquaters dan Subsidiaries yang diklasifikasikan oleh Heenan dan Perlmutter : 1. Ethnocentric Semua kebijakan dan prosedur ditetapkan oleh Kantor Pusat. Jadi, Kantor Pusat yang memutuskan Apa dan Bagaimana yang harus dilakukan untuk menjalankan bisnisnya. 2. Polycentric Bagaimana kebijakan dan prosedur diimplementasikan ditentukan secara lokal. Kantor Pusat yang memutuskan Apa yang harus dilakukan, dan Kantor Cabang yang memutuskan Bagaimana menjalankan apa yang ditentukan oleh Pusat. 3. Regiocentric Kantor Pusat Regional berperan sebagai Buffer (Penghubung) yang melakukan negosiasi antara Kantor Pusat di Negara asal (Home Country) dengan cabang-cabang di berbagai Negara tuan rumah (Host Country) pada Wilayah (Region) tertentu, seperti Asia Tenggara, Amerika Latin, atau Eropa Timur. 4. Geocentric

Berbagai kebijakan dan prosedur tentang Apa dan Bagaimana dikembangkan berdasarkan masukan dari Kantor Pusat dan Kantor Cabang. Sebaimana pula antar Kantor Cabang. Strategi dasar organisasi untuk mengelola perbedaan budaya :
a.

Mengabaikan (Ignored)

Bussines is bussines and they assume convergence Ketika memilih untuk mengabaikan berbagai perbedaan budaya, maka asumsi yang dipakai yaitu bisnis adalah bisnis, dan bahwa para manajer, insinyur, atau bankir adalah sama saja di seluruh dunia. Mereka mengansumsikan konvergensi dalam praktik manajemen sebagai hasil dari perkembangan ekonomi dan teknologi, peningkatan minat universal akan modernisasi dan penyebaran profesionalisme melalui pendidikan manajemen dan konsultasi manajemen.

For these companies, policies and practices developed in the home country are considered to be readily transferable. Bagi perusahaan yang mengabaikan perbedaan budaya, berbagai kebijakan dan praktik di negara asal (home country) dianggap siap untuk ditransfer, dan cabang atau anak perusahaan di negara tuan rumah (host country) diharapkan untuk mengaplikasikannya secara tepat. Argumentasinya adalah untuk menjaga kualitas produk, untuk menjamin standar pelayanan pelanggan dan teknologi, serta memastikan bahwa budaya perusahaan telah dihayati oleh seluruh karyawan.

b.

Meminimalkan (Minimalized)

Strategi meminimalkan perbedaan budaya dapat dilakukan melalui : 1. Menciptakan budaya perusahaan Global dengan peleburan budaya Pendekatan ini berusaha melihat perbedaan budaya nasional dan mencoba mengasimilasikan perbedaan tersebut dalam menjalankan budaya organisasi. 2. Menciptakan pemisahan budaya Dilakukan untuk menghindari konflik. Pendekatan ini

mencerminkan pendekatan polisentris pada hubungan kantor pusat dengan cabang atau anak perusahaan. Disini perusahaan induk menentukan apa yang harus dilakukan, dan anak perusahaan lokal bebas untuk menentukan bagaimana menjalankannya. 3. Menciptakan penghubung Dalam rangka menyeimbangkan kebutuhan akan integrasi global namun pada saat yang sama tetap peka terhadap kondisi lokal, banyak perusahaan multinasional menciptakan kantor pusat regional (pendekatan regiosentris) yang berfungsi membantu memperbaiki koordinasi antara berbagai organisasi nasional dan mencari berbagai sinergi potensial yang muncul. Kantor pusat regional membantu rekonsiliasi lokal

reponsiveness dengan integrasi global melalui suatu penghubung (buffer) antara kondisi lokal dengan strategi global yang berasal dari kantor pusat. Ide tersebut dapat menyediakan suatu penghubung budaya antara unit-unit nasional dengan budaya kantor pusat. c. Memanfaatkan (Utilize) Strategi ini mencoba untuk meningkatkan integrasi antara perusahaan nasional melalui pengembangan lini produk atau area bisnis

secara global. Untuk mendapatkan keunggulan melalaui pemanfaatan perbedayaan budaya, para manager dari berbagai Negara yang berbeda perlu dibekali dengan berbagai keterampilan untuk mengatasi perbedaan yang ada dan memanfaatkannya, misalnya keterampilan bahasa, pengetahuan tentang infrastruktur, informasi, sistem akuntansi, dan lain sebagainya. Strategi ini bersifat menciptakan nilai tambah artinya perusahaan dapat menempatkan produksinya, kegiatan fungsionalnya dan unit bisnis dari kantor pusatnya pada Negara-negara yang memiliki sumberdaya terbaik sehingga mencapai keunggulan kompetitif. Keuntungan penggunaan strategi pemanfaatan perbedaan budaya antara lain adalah : 1. Menciptakan keunggulan bersaing terutama bila perusahaan dapat melakukan kompromi untuk menemukan solusi yang kreatif untuk mengatasi perbedaan
2.

Mendorong peningkatan profitabilitas dan persaingan karena adanya diversitas dalam ekspektasi, latar belakang dan tahap atau siklus hidup.

BAB III PEMBAHASAN 3. 1. Profil Perusahaan Nokia Corporation adalah perusahaan multinasional yang bergerak di bidang komunikasi yang berkantor pusat di Espoo, Finlandia. Perusahaan ini merupakan produsen peralatan telekomunikasi terbesar di dunia serta merupakan perusahaan terbesar di Finlandia. Nokia Corporation memiliki lebih dari 132.000 karyawan di 120 negara yang tersebar di berbagai belahan dunia seperti Amerika, Afrika, Asia dan Eropa. Perusahaan ini paling dikenal lewat produk-produk telepon genggamnya. Nokia memproduksi telepon genggam untuk seluruh pasar dan protokol utama, termasuk GSM, CDMA, and W-CDMA (UMTS). Misi dari Nokia adalah Connecting People dan goal dari Nokia adalah membuat produk mobile yang baik yang dapat memungkinkan orang di seluruh dunia untuk menikmati apa yang ditawarkan oleh kehidupan. Tantangan untuk mencapai hal tersebut adalah lingkungan yang semakin dinamis dan kompetitif. 3. 2. Pola Hubungan antara Headquaters dan Subsidiaries Nokia Corporation memiliki perkembangan dalam pola hubungannya, pola yang terjadi dalam perusahaan adalah sebagai berikut : Ethnocentric Kantor pusat dari Nokia Corporation yang terletak di Espoo, Finlandia menetapkan peraturan, nilai dan etika dasar yang digunakan untuk pengambilan keputusan sehari-hari agar dapat membangun perusahaan yang berstandar etika tinggi. Peraturan tersebut bernama Code of Conduct Nokia, dibuat pada tahun 1997 dan telah diperbaharui di tahun 2009. Penetapan standar dasar ini dibuat oleh kantor pusat dan kantor cabang hanya

menjalankan hal-hal yang telah ditetapkan oleh kantor pusat. Regiocentric Nokia Corporation membagi kantor cabang atau subsidiariesnya yang berada di 120 negara ke dalam 6 region, yaitu Afrika, Asia Pasifik, Eropa, Amerika Latin, Timur Tengah, dan Amerika Utara. Selain itu Nokia Corporation juga memilih kantor pusat dari tiap-tiap region untuk menjadi penghubung (buffer) negosiasi antara kantor pusat Nokia di Espoo, Finlandia dengan kantor cabang di berbagai negara dalam region tersebut. Kantor region Eropa berada di Moscow, Rusia; kantor region Amerika Latin berada di Miami, USA; region Afrika dan Timur Tengah berkantor di Dubai. Untuk region Asia Pasifik, kantor region berada di Alexandra Technopark, Singapura. Fungsi kantor region selain untuk perantara negosiasi juga bertugas untuk melayani dan mendukung kantor cabang agar dapat mencapai pertumbuhan dalam jangka panjang. Serta mempererat hubungan antar kantor cabang dalam satu region agar dapat bekerja sama dengan baik. Geocentric Seiring dengan perkembangan teknologi dan kemajuan negara-negara di dunia Nokia juga memanfaatkan keadaan tersebut. Nokia mulai membangun pabrik dan research center di negara-negara yang dianggap memiliki keunggulan dalam bidang tersebut. 3. 3. Strategi Mengelola Perbedaan Budaya Nokia Corporation memanfaatkan perbedaan budaya yang ada dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari Top Manager Nokia Corporation yang berasal dari negara yang berbebeda-beda, bukan hanya berkebangsaan Finlandia. President, CEO dari Nokia Corporation berkebangsaan Kanada. Selain itu Top Manager lainnya berasal dari Amerika, Venezuela, India, Jerman, Perancis,

dan Swedia (keterangan lebih jelas dapat dilihat di lampiran). Dengan latar belakang budaya yang berbeda-beda diharapkan Top Manager dapat bekerja sama dan saling melengkapi agar dapat menghasilkan keputusan yang terbaik bagi perusahaan. Pemanfaatan budaya yang dilakukan juga terlihat dalam pemilihan lokasi kantor dan pabrik. Nokia juga membuat Nokia Research Centre - unit penelitian perusahaan di Asia yang berkantor di Jepang dan Cina. Nokia melakukan penelitian-penelitiannya di Cina karena cost yang dikeluarkan oleh nokia dapat dipangkas, hal ini disebabkan oleh sumber daya manusia di Cina sangat murah. di Jepang hanya sebagai tempat pengembangan teknologi terbaru karena orang-orang Jepang mahir dalam pengembangan teknologi dan memiliki alat-alat dan teknologi yang canggih. Pemilihan kantor regional Asia Pasifik di Singapore juga merupakan strategi Nokia karena singapore dianggap negara di asia pasifik yang memiliki struktur negara yang tertata rapi dalam managementnya dan Singapore memiliki networking yang kuat ke negara-negara lainnya serta sistem telekomunikasinya yang baik.

BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 4.1. Kesimpulan Sebagai organisasi atau perusahaan global yang memiliki banyak kantor cabang di berbagai negara, Nokia Corporation juga mempunyai karyawan terdiri dari berbagai latar belakang budaya yang berbeda. Nokia memanfaatkan perbedaan budaya yang ada sebagai salah satu strategi dan menjadi keunggulan kompetitif bagi perusahaan. Nokia Corporation selalu berusaha untuk menjaga hubungan yang baik antara kantor pusat dan kantor cabang yaitu dengan pola ethnocentric, regiocentric dan geocentric sebagai tanggapan atas kebutuhan untuk dapat mengkoordinasi perusahaan dengan lebih baik. 4.2. Rekomendasi Sebaiknya Nokia Corporation tidak mengabaikan perbedaan budaya yang ada atau melakukan diskriminasi melainkan tetap memanfaatkan perbedaan budaya yang ada dalam perusahaan. Selain itu sebaiknya Nokia Corporation terus menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi agar dapat tetap bersaing.

DAFTAR PUSTAKA Schein Edgar H, 2004, Organizational Culture & Leadership, second edition, Jossey-Bass Publishers San Fransisco. Schneider, S. C. & Barsoux, J-L., 2004, Managing Across Culture, Hertfordshire : Prentice Hall Europe. Tim Dosen Manajemen Lintas Budaya, 2011, Handout Manajemen Lintas Budaya, Universitas Surabaya. http://id.wikipedia.org/wiki/Perusahaan_multinasional http://www.nokia.com/global/wayfinder/ http://ncomprod.nokia.com/corporate-responsibility/overview/code-of-conduct http://www.nokia.co.id/tentang-nokia/perusahaan

Lampiran KODE ETIK NOKIA Menetapkan standar tertinggi Nokia selalu mengakui bahwa kepentingan jangka panjangnya serta kepentingan pemilik sahamnya tergantung pada kepatuhan Nokia terhadap peraturan dan Ketentuan Hukum yang berlaku serta standar etika tertinggi. Bagi Nokia, pelaksanaan bisnis yang beretika bukan sekedar mematuhi hukum. Namun sebagai pemimpin industri, kami ingin menjadi salah satu yang terbaik di dunia dalam hal tanggungjawab perusahaan, mempromosikan secara aktif hak asasi manusia dan perlindungan lingkungan hidup melalui produk-produk dan solusi kami. Di Nokia, hal ini merupakan tanggung-jawab semua orang dan bagian yang tak terpisahkan dari pengelolaan bisnis dan merek Nokia. Dewan Eksekutif Grup Nokia telah menyetujui dan menerbitkan Kode Etik ini, serta akan diperkenalkan dan diterapkan oleh perusahaan secara keseluruhan. Dewan Eksekutif akan mengkaji Kode Etik ini dari waktu ke waktu dan memantau pelaksanaannya secara seksama. Norma-norma Nokia sudah dimasukkan dalam Kode Etik ini. Setiap karyawan Nokia diharapkan dapat membawa diri dan memelihara bisnisnya, sesuai Kode Etik ini tanpa kecuali. Di beberapa kawasan, negara, atau fungsi tertentu, mungkin ada peraturan yang lebih ketat atau instruksi yang lebih rinci yang mungkin dianggap lebih sesuai, namun peraturan-peraturan tersebut tidak boleh bertentangan dengan Kode Etik ini. Komunikasi yang lebih baik untuk kehidupan yang lebih baik Nokia menghormati dan menjunjung tinggi hak asasi manusia. Nokia mengakui, bersama masyarakat internasional, bahwa ada beberapa hak asasi tertentu yang harus dianggap sebagai hak fundamental dan universal, berdasarkan hukum dan praktek internasional yang berlaku, seperti yang tercantum dalam Deklarasi Universal PBB tentang Hak Asasi Manusia. Hak-hak yang dianggap Nokia sebagai hak fundamental dan universal ini antara lain adalah: kebebasan dari diskriminasi atas alasan apapun; kebebasan dari penahanan sewenang-wenang, eksekusi atau penyiksaan; kebebasan berkumpul dan berserikat; kebebasan berpikir, bernurani dan beragama; serta kebebasan berpendapat dan berekspresi. Produk dan teknologi Nokia memberi kontribusi yang positif terhadap perlindungan hak asasi manusia, lingkungan hidup, serta dalam pengembangan berbagai aspek sosial. Nokia secara aktif mencari peluang bisnis yang menawarkan solusi inovatif untuk mengembangkan kehidupan dan meningkatkan kesejahteraan manusia.

Etika tinggi berarti kesuksesan Nokia memiliki komitmen yang kuat untuk memenuhi standar tertinggi kode etik ini serta mematuhi sepenuhnya semua hukum nasional dan internasional yang berlaku. Ini mencakup penyediaan lingkungan kerja yang baik, mematuhi undang-undang dan peraturan tentang anti-monopoli serta mempromosikan kompetisi yang adil, mencegah pungutan liar maupun korupsi, melaksanakan tata kelola perusahaan yang baik, serta memberikan perlindungan dan pengakuan atas hak cipta, aset perusahaan dan bentuk lain dari kekayaan intelektual. Nokia mengutamakan keselamatan dalam pemakaian produk dan layanannya serta hak-hak pelanggan, dan menjalankan strategi pemasarannya dengan cara yang bertanggung jawab. Nokia menghormati privasi dan integritas para pengguna produk dan layanannya, serta pemangku kepentingan (stakeholder) lain. Kami akan berupaya keras memenuhi standar-standar yang ketat saat mengolah data pribadi, informasi produk serta layanan pelanggan kami. Kami mengumpulkan data pribadi yang terkait dengan produk dan layanan kami secara terbuka dan transparan serta menyediakan pilihan yang adil dan masuk akal tentang pengumpulan dan penggunaan data tersebut. Semua data pribadi yang diperoleh dan disimpan Nokia akan diproses secara adil, sah dan seksama, serta dengan cara yang dapat melindungi privasi dan hak setiap individu. Ramah lingkungan dalam semua tindakan Target lingkungan Nokia bukan hanya sekedar mematuhi hukum. Kami mencapai target-target ini melalui strategi lingkungan berdasarkan standar, proses dan praktek global, yang terkait dengan produk dan layanan kami, serta pengelolaan atas fasilitas dan lokasi produksi kami. Kegiatan lingkungan Nokia didasari pada pertimbangan tentang usia pakai produk. Tujuannya adalah untuk mengurangi dampak lingkungan akibat produk, layanan, serta pengoperasian kami selama usia pakai produk kami secara keseluruhan. Pertimbangan lingkungan diintegrasikan ke dalam pengembangan, proses, dan desain layanan produk kami, pengoperasian kami sendiri, serta pengelolaan jaringan pemasok kami. Tindakan ini mencakup upaya untuk mengurangi pemakaian energi dan membantu proses pengembalian, dan daur ulang bahan dan produk bekas secara efektif. Nokia tidak menggunakan spesies yang terancam punah untuk tujuan bisnis apapun, serta meminta para pemasoknya agar menghindari pengadaan bahan mentah yang berasal dari sumber yang melibatkan penganiayaan terhadap hewan atau berpotensi menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan yang tidak ditangani dengan benar.

Karyawan kami membangun masa depan Karyawan Nokia harus menghormati serta menjunjung tinggi norma-norma Nokia yang berlaku di tempat kerja, meningkatkan kerjasama tim, tanggung-jawab pribadi, dan kekuatan yang muncul dari keanekaragaman. Nokia akan berusaha keras membayar kompensasi yang adil dan menyediakan tempat kerja yang aman dan sehat bagi karyawannya. Nokia berkomitmen untuk memberi kesempatan yang adil dalam semua kegiatan, kebijakan, dan prosedur pekerjaannya. Apabila persyaratan kerja terpenuhi, maka tidak ada karyawan atau calon karyawan yang akan menerima perlakuan kurang menyenangkan atas alasan apa pun. Nokia tidak akan menggunakan pekerja anak atau pekerja paksa. Nokia tidak akan mentolerir kondisi dan perilaku kerja yang bertentangan dengan konvensi serta praktek internasional. Nokia akan terus menanamkan investasinya untuk pembelajaran dan pengembangan pribadi maupun profesional bagi karyawan Nokia. Nokia akan mendorong karyawannya untuk menjalani kehidupan pribadi dan profesional yang seimbang. Tidak ada toleransi untuk korupsi Karyawan Nokia harus menghindari kegiatan apapun yang dapat menimbulkan konflik kepentingan. Upaya ini mencakup, namun tidak terbatas pada, penerimaan hadiah pribadi atau tanda terima kasih dan memberikannya kepada para pemangku kepentingan (stakeholder) Nokia, kecuali hadiah yang nilai nominalnya kurang dari 100 Euro atau tanda terima kasih yang pantas diberikan dalam proses bisnis biasa. Hukum setempat dan nasional akan didahulukan jika lebih ketat. Nokia dan karyawannya tidak akan membayar atau menawarkan untuk membayar uang suap ataupun pungutan liar kepada pegawai atau calon pegawai pemerintah, atau pihak-pihak lain, untuk mendapatkan atau mempertahankan bisnis Nokia. Nokia tidak akan memberikan bantuan keuangan kepada partai politik atau kelompok politik lainnya. Karyawan Nokia tidak boleh mengambil keuntungan atau membantu orang lain dalam mengambil keuntungan dari kesempatan yang diperoleh melalui pemakaian informasi perusahaan atau jabatan apapun. Karyawan Nokia tidak boleh menggunakan aset perusahaan untuk hal-hal lain, selain bisnis sah atau tujuan-tujuan lain yang sah. Karyawan Nokia juga tidak boleh terlibat dalam kegiatan apapun yang akan bersaing dengan bisnis perusahaan. Kami dan mitra kami Nokia mewajibkan semua mitra bisnis, subkontraktor, atau pemasoknya untuk mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku. Nokia mendorong mitra, subkontraktor, atau pemasoknya untuk melakukan yang terbaik dalam memenuhi

persyaratan yang berlaku di bidang-bidang seperti tata kelola, hak asasi manusia, dan lingkungan hidup. Nokia memasukkan kriteria etika, sosial, dan lingkungan dalam perjanjian kerjasamanya dan berkomitmen untuk memantau kinerja para mitranya serta mengambil langkah-langkah yang segera dan menyeluruh apabila kinerja etika para mitra bisnisnya diragukan. Pelaksanaan Komitmen untuk mematuhi Kode Etik ini berlaku dalam segala hal, termasuk keputusan yang terkait dengan perdagangan, investasi, subkontrak, pasokan, pengembangan usaha, dan di semua hubungan bisnis dan hubungan kerja lainnya. Pendekatan Nokia untuk melaksanakan Kode Etik ini bersifat aktif, terbuka, dan benar secara etika. Meskipun mungkin ada pertanyaan-pertanyaan sulit tentang interpretasi, Nokia akan melaksanakannya sebaik mungkin untuk menyelesaikan masalah etika, hukum, lingkungan, ketenagakerjaan, dan hak asasi manusia agar sesuai dengan Kode Etik ini. Setiap karyawan Nokia bertanggung-jawab untuk menjunjung tinggi Kode Etik ini. Kantor Etika Nokia (Nokia Ethics Office) didirikan untuk membantu karyawan dalam menjawab semua pertanyaan yang terkait dengan Kode Etik ini. Karyawan Nokia selalu dianjurkan, bila mungkin dan wajar, untuk mengajukan pertanyaan dan melaporkan masalah-masalah yang terkait dengan Kode Etik ini kepada atasan mereka. Semua atasan di Nokia bertanggung-jawab untuk membantu tim mereka dalam menangani masalah-masalah yang terkait dengan Kode Etik ini. Setiap karyawan Nokia bertanggung-jawab untuk melaporkan pelanggaran Kode Etik ini: - Karyawan Nokia dapat melaporkan pelanggaran Kode Etik ini kepada atasan mereka. Semua atasan di Nokia bertanggung-jawab untuk memberi nasehat mengenai prosedur yang benar jika terjadi pelanggaran. - Setiap masalah yang melibatkan pelanggaran potensial dari bagian Tidak ada toleransi untuk korupsi dalam Kode Etik ini, atau setiap ketentuan atau peraturan hukum yang berlaku, harus dilaporkan ke Bagian Legal (Legal Controller) atau Business Controller karyawan terkait, dengan mengirim salinannya ke Assistant General Counsel. Assistant General Counsel ini dapat dihubungi secara langsung. - Di samping itu, karyawan juga dapat melaporkan masalah secara langsung, rahasia dan tanpa nama ke Dewan Direksi Nokia, para anggota non-eksekutif, atau sub-komitenya melalui jalur elektronik dan alamat pos, kedua alamat tersebut dapat dilihat di situs web perusahaan. Secara khusus, masalah-masalah yang terkait dengan masalah akuntansi Nokia, kontrol internal, atau audit harus ditujukan ke Komite Audit (Audit Committee)/Dewan Direksi Nokia. Apapun jalur laporannya, semua pengaduan tentang potensi pelanggaran terhadap Kode Etik ini yang dilakukan dengan itikad baik, akan diselidiki secara adil dan komprehensif dengan dukungan internal dan/atau eksternal yang relevan. Tindakan yang tidak sesuai dengan Kode

Etik ini harus segera dikoreksi dan akan dikenakan sanksi disipliner, hingga dan termasuk pemutusan hubungan kerja. Nokia memastikan bahwa tidak akan ada konsekuensi merugikan yang terkait dengan pekerjaan terhadap setiap karyawan yang melaporkan adanya tindak pelanggaran terhadap Kode Etik ini.

Daftar Top Management Nokia Corporation Group Executive Board (January 2011) [131] Stephen Elop (Chairman), b. 1963
President, CEO and Group Executive Board Chairman of Nokia Corporation since September 21, 2010 Joined Nokia on September 21, 2010

Esko Aho, b. 1954


Executive Vice President, Corporate Relations and Responsibility Joined Nokia 2008, Group Executive Board member since 2009 Former Prime Minister of Finland (19911995)

Jerri DeVard, b. 1958


Executive Vice President, Chief Marketing Officer Joined Nokia 2011, Group Executive Board member since 2011

Timo Ihamuotila, b. 1966


Executive Vice President, Chief Financial Officer With Nokia 19931996, rejoined 1999, Group Executive Board member since 2007

Mary T. McDowell, b. 1964


Executive Vice President, Mobile Phones Joined Nokia 2004, Group Executive Board member since 2004

Dr. Tero Ojanper, b. 1966


Executive Vice President, Services, Mobile Solutions Joined Nokia 1990, Group Executive Board member since 2005

Niklas Savander, b. 1962


Executive Vice President, Markets Joined Nokia 1997, Group Executive Board member since 2006

Alberto Torres, b. 1965


Executive Vice President, MeeGo Computers, Mobile Solutions Joined Nokia 2004, Group Executive Board member since 2009

Juha krs, b. 1965


Executive Vice President, Human Resources Joined Nokia 1993, Group Executive Board member since 2010

Dr. Kai istm, b. 1964


Executive Vice President, Chief Development Officer Joined Nokia 1991, Group Executive Board member since 2005

Board of Directors [132] Jorma Ollila (Chairman), b. 1950


Board member since 1995, Chairman of the Board of Directors since 1999

Chairman of the Board of Directors of Royal Dutch Shell PLC

Dame Marjorie Scardino (Vice Chairman), b. 1947


Board member since 2001 Chairman of the Corporate Governance and Nomination Committee, Member of the Personnel Committee Chief Executive Officer and member of the Board of Directors of Pearson PLC

Lalita D. Gupte, b. 1948


Board member since 2007, Member of the Audit Committee Non-executive Chairman of the ICICI Venture Funds Management Co Ltd.

Dr. Bengt Holmstrm, b. 1949


Board member since 1999 Paul A. Samuelson Professor of Economics at Massachusetts Institute of Technology, joint appointment at the MIT Sloan School of Management

Dr. Henning Kagermann, b. 1947


Board member since 2007, Member of the Personnel Committee CEO and Chairman of the Executive Board of SAP AG

Per Karlsson, b. 1955


Board member since 2002, Independent Corporate Advisor Chairman of the Personnel Committee, Member of the Corporate Governance and Nomination Committee

Isabel Marey-Semper, b. 1967


Board member since 2009, Member of the Audit Committee Chief Financial Officer, EVP in charge of strategy of PSA Peugeot Citron

Risto Siilasmaa, b. 1966


Board member since 2008, Member of the Audit Committee Founder and Chairman of F-Secure

Keijo Suila, b. 1945


Board member since 2006, Member of the Audit Committee

You might also like