You are on page 1of 30

TIGA GENERASI NOMOR 7 MANCHESTER UNITED

Siapa yang tidak kenal tim yang berjuluk The Reds Devils atau Setan Merah? Sedikit banyak pasti tahu, menggemari, membenci atau bahkan memuja tim sepakbola yang satu ini: Manchester United. Tim asal Inggris yang berasal dari kota Manchester yang bermarkas di Stadion Old Theater of Dream Trafford ini memang menjadi salah satu tim papan atas di Britania Raya setelah sukses merebut 11 gelar Premier League, 4 gelar Piala FA, 3 gelar Piala Liga, 8 Community Shield, 2 gelar Liga Champions, 1 gelar Piala Winners, 1 Piala Interkontinental, 1 Piala FIFA Club World Cup dan 1 Super Cup dalam dua dasawarsa terakhir. Di Liga Inggris sendiri, Manchester United atau biasa di singkat MU bersaing dengan anggota BIG FOUR lainnya. Mereka adalah Arsenal, Chelsea dan Liverpool. Dalam sejarah panjangnya, Manchester United selalu mencetak pemain-pemain berkelas. Nama-nama legendaris pun melenggang manis menebarkan pesona permainan yang begitu menawan di lapangan hijau, bak seniman yang begitu indah melukis keindahan alam. Dari seluruh pemain yang turun untuk MU, pemain dengan nomor punggung 7 selalu menjadi sorotan. Kenapa? Entahlah, padahal nomor sakral di sepak bola adalah 10. Nomor yang identik dengan pemain yang ciamik skill olah bolanya. Namun hal itu tidak berlaku di Manchester United. Pemain dengan nomor pungung 7 seperti ada daya magis berlebih bagi pemain yang mengenakannya. Mereka yang memakai nomor punggung ini menjadi pujaan fans dan legenda hidup yang selalu dikenang sebagai terbaik di jamannya. Dan bukanlah orang sembarangan yang berhak memakai nomor tersakral di Manchester United ini.

GEORGE BEST

Nama Lengkap : George Best Tempat Lahir : Cregagh,Irlandia Utara Tanggal Lahir : 22 Mei 1946 Nama Istri : Angela Macdonald-james Nama Anak : Calum Best Wafat : 25 Oktober 2005 Debut : 14 September 1963, Man Utd 1-0 WBA (Divisi 1) Partai Terakhir : 1 Januari 1974,QPR 3-0 Man Utd (Divisi 1) Musim Di MU : 1963-1974 Gelar bersama MU : 2 Divisi 1 (1964-65,1966-67), 1 Liga Champions (1967-68)

Genius, penyihir, seniman lapangan, pemain sayap super yang mampu mengkombinasikan kecepatan, akselerasi, keseimbangan, kemampuan mencetak gol, kegesitan melewati hadangan lawan serta secara natural mampu mengocek bola sama baik dengan kedua kakinya dan legenda itu semua melekat pada dirinya. George Best mungkin adalah pemain bola paling berbakat yang pernah ada diplanet bumi. Best adalah pemain sempurna. Pele, Cruyff, Maradona - semuanya hebat. Namun Best memiliki sedikit dari masing-masing skill mereka dan memiliki apa yang tidak mereka miliki. Saking hebatnya Best sehingga IFFHS (International Federation of Football History & Statistics) memilihnya di urutan 11 jajaran Pemain Terbaik Eropa Abad Ini dan peringkat 16 dalam pemilihan Pemain Terbaik Dunia Abad ini pada tahun 1999. Pele menyebutnya sebagai salah satu dari 125 Pemain Terbaik Dunia di peringkat 19 di belakang legenda Jerman Gerd Muller. Dia bisa mengalahkan lawan dengan trik keterampilan yang mempesona, melewati pertahanan seperti pemain ski yang meluncur deras dari atas gunung salju, atau melewati mereka dengan kecepatan dahsyat. Dia bisa melakukan semua dengan cemerlang, baik melalui kaki maupun melompat lebih tinggi untuk memenangkan bola di udara. George Best memiliki kepercayaan diri dan keangkuhan untuk mencoba sesuatu, dia tahu, dia genius dan tidak takut untuk menunjukkannya.

2 legenda, Pele dan Best

Masa Kecil
Best kecil yang lahir di Cregagh, berada di sebelah selatan kota Belfast, Irlandia Utara pada 22 mei 1946 dari pasangan Dickie & Anne, anak pertama dari enam bersaudara ini lahir dari keluarga golongan pekerja. Dickie bekerja di pelabuhan dan Anne bekerja disebuah pabrik rokok. Tempahan kehidupan keras di Cregagh membuat Best kecil memiliki sikap keras kepala dan angkuh. Dia sebenarnya diharapkan untuk lebih fokus ke pendidikan akademis oleh kedua orang tuanya. Best kecil memang sangat bandel, saat mengenyam pendidikan sekolah dasar, dia kerap mencuri waktu untuk bermain bola dengan teman-teman sebayanya, setiap kali Best

ditegur dan dimarahi, semakin sering ia mencuri waktu untuk bermain bola. Kedua orang tua Best pun akhirnya dipaksa untuk memutar otak guna menjaukannya dari sepak bola. Sampai akhirnya mereka memiliki cara jitu, pada umur 11 tahun Best mendapatkan beasiswa sekolah menengah di Grosvenor High. Secara akademis Best tergolong anak yang pintar, tak heran dia berhasil mendapatkan beasiswa. Kedua orang tua Best berpikiran dengan beasiswa tersebut, Best akan lebih fokus di akademis ketimbang sepak bola. Usaha kedua orang tua Best tak sia-sia, lambat laun Best melupakan sepak bola, kenapa bisa terjadi? Usut punya usut, ternyata tidak ada olah raga sepak bola di sekolahnya,disana hanya ada olahraga rugby, sehingga Best harus mengikutinya. Best sadar jika ia tidak melakukannya maka kedua orang tuanya akan marah, maklum Dickie dan Anne berharap besar ia bisa menyelesaikan sekolah menengah, karena tidak perlu membayar, sebab Best mendapatkan beasiswa. Namun semua itu kembali erasa sia-sia, setelah

beberapa lama tidak menyentuh bola dan hanya bermain rugby, dalam hati, Best sangat merindukan bermain bola, saat sudah tak tertahan lagi akhirnya Best membolos dari sekolah dan bermain bola di jalanan, perbuatan itu sampai sering dilakukan, imbasnya sekolah lantas memanggil kedua orang tua Best, dan menganjurkan Best untuk pindah sekolah. Kejadian inilah yang lantah membuat luluh Dickie dan Anne, mereka akhirnya tak lagi menahan keinginan Best bermain bola. Best akhirnya pindah ke Lisnasharragh, dia kembali berkumpul dengan teman-teman SD-nya, dan kedua kaki Best kembali akrab dengan sepakbola yang sangat dicintai.

Awal Karier Best


Selepas menyelesaikan sekolah menengah, Best dimasukan kedua orangtunya ke akademi sepak bola Glentoran, Glentoran adalah salah satu klub elite di IFA Premiership atau Liga Irlandia Utara, saat itu ia menginjak umur 14 tahun. Di Glentoran, Best mengembangkan skill sepak bolanya hanya setahun, sebenarnya dia masih ingin terus menimba ilmu di klub tersebut, hanya saja Glentoran enggan untuk memasukan Best ke tim junior kala itu dengan alasan postur tubuhnya terlalu kecil untuk jadi pebola, padahal dari segi olah bola, Best memiliki skill yang mumpuni. Best sedih dan kecewa, hasrat untuk meniti karier sebagai pesepak bola mendapat rintangan terjal karena alasan postur tubuh, tapi Best tak lantas begitu terpukul dengan kejadian tersebut.

Best akhirnya diberi jalan oleh Tuhan, aksi-aksi olah bola di Glentoran ternyata medapat perhatian dari pemandu bakat Manchester United, Bob Bishop, mengetahui bahwa Glentoran enggan memasukan Best kedalam tim junior, Bishop mengirimkan telegram ke manager MU saat itu Sir Matt Busby. Tanpa berpikir panjang lagi Busby lantas menyuruh Bishop mendatangi orang tua Best, singkat cerita pada 1961 atau pada saat menginjak umur 15 tahun, Best akhirnya dibawa ke Manchester. Best melakukan trial di Old Trafford pada beberapa waktu, akhirnya Best dimasukan ke tim Junior Red Devils. Setelah 2 tahun memperdalam olah bola di tim junior, Best akhirnya menandatangani kontrak sebagai pebola profesional pertama kali bagi Red Devils pada umur 17 tahun. Sejak

menanda tangani kontrak sebagai pesepakbola profesional pada wal musim 1963-1964, Best langsung memberikan efek yang luar biasa terhadap permainan MU, Best yang perposisi sebagai gelandang serang, membuat daya dobrak permainan MU semakin keras, kerjasamanya dengan Dennis Law terjalin sangat padu. Sebagai gelandang, Best diberi kostum bernomor 7, kala itu kostum nomor ini belum dianggap legendaris, inilah awal mengapa kostum no.7 menjadi legendaris bagi Red Devils. Debutnya untuk Red Devils pada 14 september 1963, menjadi titik awal kecemerlangan karier Best. Pada paruh musim pertamanya bersama Red Devils, Best masih jarang diturunkan sebagai starter, Busby menganggap Best masih terlalu muda untuk dijadikan pemain inti disetiap partai, hanya saja setelah Best mencetak gol untuk MU pada pertandingan melawan Burnley (28/12/1963), Busby mulai memberinya kesempatan menjadi pemain inti pada paruh kedua musim berjalan.Best langsung menyita perhatian publik Old Trafford, dengan rambut hitam yang agak panjang, sekilas dia lebih mirip model ketimbang pebola, dia bahkan disebut sebagai The Fifth Beatles, atau anggota The Beatles kelima.Toh bukan hanya ketampanan wajahnya saja, olah bola di atas lapangan juga berhasil memukau, ini juga yang menjadi alasan mengapa Best menjadi pujaan kala itu. kini aku bermain di salah satu klub besar di Inggris, setiap aku berada di lapangan, aku tak pernah ingin peluit pertanda pertandingan berakhir dibunyikan, aku ingin mengenakan kostum ini selama mungkin di lapangan Sebutnya kala itu.

Puncak Karier Best


Pada musim pertamanya, Best belum mampu memberikan gelar kepada MU, namun secara total, penampilannya sangat memukau, dari 26 laga yang ia mainkan, Best menghasilkan 6 gol, untuk ukuran pemain debutan dan berumur belia tentu saja ini adalah hasil yang cemerlang. Setelah memberinya kepercayaan penuh pada paruh kedua musim, Busby sadar bahwa Best sangat dibutuhkan Red Devils. Pada musim 1964-1965 Busby tak ragu lagi menempatkan Best sebagai starter. Duetnya dengan Dennis Law sangat menakutkan, pada musim itu total 49 gol dibukukan duet ini, dengan perincian Best 10 gol dan Law 39 gol, memang jumlah gol Best lebih sedikit, namun hal itu wajar mengingat posisi Best memang merupakan pelayan Law, tapi sebagian besar gol yang dibuat oleh Law, berawal dari umpan-umpan Best. Penampilan cemerlang pada musim itu diganjar dengan trofi liga Inggris (Divisi I kala itu), Red Devils kokoh di atas klasemen dengan 61 poin dari 42 partai, poin yang diraih sama dengan Leeds United, hanya saja MU unggul selisih gol. Inilah trofi pertama kali yang berhasil diraih Best sejak menjadi pebola profesional.

Pada musim berikutnya yaitu 1965-1966, perolehan gol best lebih sedikit dibandingkan dengan musim sebelumnya, hal ini dikarenakan cedera yang mengganggunya, dan ini berimbas pada gagalnya MU menjadi juara liga dan terperosok ke peringkat 4 pada musim itu, dan juara liga berhasil direbut oleh Liverpool. Namun Best mampu membayar kegagalan tersebut pada musim berikutnya 1966-1967, dengan 10 gol dari 42 pertandingan, Best berhasil membawa MU kembali menjuarai Liga, sepanjang musim tersebut Best tak pernah absen membela MU pada setiap pertandingan Divisi I, kerjasamanya dengan Dennis Law & Bobby Charlton total menghasilkan 47 gol disemua ajang.

Dua trofi Divisi I (1964-65 & 1966-67) belum membuat Best menurunkan sayapnya, dia terus terbang untuk menggapai kesuksesan lainnya. Pada musim berikutnya 1967-1968, Best benar-benar menggila, dalam 41 partai Divisi I dia berhasil mendulang 28 gol, itu menjadi jumlah gol terbanyak yang dicetaknya bersama Red Devils dalam semusim di Liga Inggris, dan 4 gol pada ajang lainnya, jadi total 32 gol dalam satu musim. Sayangnya ketajaman di Divisi I belum bisa membawa Red Devils kembali menjadi juara Liga, kalah 2 poin dari pimpinan klasemen skaligus juara Divisi I, yaitu rival sekota mereka Manchester City.

Best, skuad MU dan Pelatih Matt Busby membawa Piala Champions

Best memang gagal menghadirkan gelas Divisi I bagi Red Devils, namun di ajang Piala Champions (sekarang Liga Champions), dia mampu berjaya, untuk pertama kalinya dalam sejarah, MU berhasil menjadi juara Eropa mengalahkan jagoan dari Portugal, Benfica, 4-1 pada babak final. Dalam partai yang digelar di stadion Wembley (29/5/1968), Best menunjukan keajaibannya, memasuki babak perpanjangan setelah kedudukan 1-1 di waktu normal, Best muncul sebagai pahlawan, menerima umpan dari belakang, Best berhasil melewati penjagaan defender Benfica, dan kiper Henrique dikelabuinya sebelum menceploskanbola ke gawang yang sudah tak terkawal, skor 2-1 untuk MU. Gol inilah yang memicu motivasi para rekan-rekan timnya, berturut-turut

Brian Kidd & Charlton menambah keunggulan MU menjadi 4-1. Setelah memenangkan Piala Champions 1967-1968, Best dinobatkan sebagai Pemain Terbaik Eropa (Ballon dOr) 1968. Best menyisihkan rekannya sesama MU Bobby Charlton dan pemain Crvena Zvezda, Dragan Dzajic. Best menjadi pemin ketiga MU yang berhak atas Ballon dOr setelah Law (1964) dan Charlton (1966), tak hanya itu, Best juga menjadi peraih Ballon dOr termuda kala itu 22 tahun 7 bulan.

Stasitik Best besama MU Kompetisi Divisi I Piala FA Piala Liga Liga Champions Piala Winners Piala UEFA Pertandingan lain Total

Main 361 46 25 21 2 11 4 470

Gol 137 21 9 9 0 2 1 179

Sisi Lain Best

Sayang sekali, Best tidak bisa mengelola ketenarannya dengan baik. Ia suka "minum" dan hal ini mempengaruhi kebugaran dan kesehatannya. Begitu parahnya kecanduan, hingga pada suatu ketika Best mencuri dompet seorang wanita tidak dikenal ketika dia bermain di Amerika hanya untuk membeli minuman keras. Karirnya menurun, Best meninggalkan United pada usia 28

tahun, bermain untuk beberapa klub kecil, dan akhirnya tutup usia pada usia 59 tahun karena sakit. Ia dimakamkan di Belfast Timur, Irlandia. Orang-orang menyesali kepergiannya, namun hingga kini tetap mengenangnya sebagai salah satu pemain sepak bola terbaik sepanjang masa. Tanyakan kepada rakyat Irlandia Utara tentang siapa pemain terbaik di dunia, maka mereka akan menjawab Maradona good, Pele better, George Best, itulah bukti kecintaan mereka kepada Best.

Dan untuk penghormatan, pemerintah Irlandia Utara memberikan nama Bandara Internasional Belfast dengan nama George Best. Selain itu pemerintah juga mengeluarkan uang kertas lima pounds Irlandia Utara yang bergambar George Best. Rencana terbaru, saat ini sedang diusulkan untuk menempatkan patung Best di stadion baru yang tengah dibangun di dekat Lisburn. Disana akan dipajang patung Best besrta patung pemain rugby Willie John, McBride, peraih mendali emas olimpiade Mary Peters, mantan pembalap F1 Eddie Irvine, juara snooker Alex Higgins dan juara dunia balap motor Joey Dunlop.

George Bests Quote kini aku bermain di salah satu klub besar di Inggris, setiap aku berada di lapangan, aku tak pernah ingin peluit pertanda pertandingan berakhir dibunyikan, aku ingin mengenakan kostum ini selama mungkin di lapangan Sebutnya usai melakukan debutnya. When i die id lke to be remembered as the greatest footballer of all time George Best

I spent alot of money on booze, birds and fast cars. The rest I just Squandered.

Nama lengkap: Cristiano Ronaldo dos Santos Aveiro Tempat/Tanggal lahir: Funchal, Madeira (Portugal), 5 Februari 1985 Tinggi: 1,86 m Posisi: Gelandang/penyerang Nomor kostum: 7 Klub: Andorinha (19931995), Nacional (19951997), Sporting Lisbon (19972002) Karier Senior: Sporting Lisbon (20022003), Manchester United (20032009), Real Madrid (2009...)

Sebagai pebola, kehidupan Cristiano Ronaldo agaknya sudah cukup sempurna. Terkenal, harta berlimpah, dikelilingi perempuan-perempuan cantik. Dan status sebagai selebritas lapangan hijau pun sudah tersemat pada dirinya.

Namun, tak banyak yang mengetahui kalau Ronaldo mencapai semua itu dengan mengandalkan mimpi. Dan mimpi itu yang akhirnya membawa Ronaldo sampai ke tahap sekarang ini. Hingga bergabung dengan salah satu klub terbesar di dunia, Real Madrid dan menjadikannya menjadi salah satu dari dua pemain terbaik sepak bola saat ini bersama Lionel Messi.

Ronaldo, Kaka dan Messi

Masa Kecil

Dulu dia begitu culun, lugu, dan terkesan sederhana. Sebagai anak dari lingkungan orang miskin, naik pesawat pun tak pernah. Bahkan, dia belum pernah meninggalkan daerahnya, Madeira. Cristiano

Ronaldo kecil tumbuh di distrik kelas pekerja Santo Antnio, tiga mil dari pantai dan dunia yang jauh dari hotel besar yang menghiasi pantai berbatu, hanya pernah ke pulau disaat orang tua-nya berlibur.

Rumah masa kecilnya yang berada di bukit menghadap jalan utama, yang anginnya melalui interior perbukitan pulau itu. Dinding belakang rumah hampir runtuh. Bilah kayu yang berfungsi sebagai jendela ada lubang di dalamnya dan besi yang berada di atap bergelombang. Hal ini adalah ciri khas dari daerah Ronaldo kecil menetap. Ronaldo kecil tinggal bersama ketiga kakaknya Hugo, Elma dan Katia berbagi tempat tinggal dengan orang tua yang rendah hati Jos Dinis dan Maria Dolores. Cristiano sejak kecil merupakan kesayangan keluarganya, dia selalu mendapat dukungan dari keluarganya dalam segala hal. Dia dikenal anak yang selalu ingin menang. Di sekolahnya dia

menggemari sepak bola, dia selalu punya akal agar dapat bermain bola. Jika dia tidak menemukan bola, maka ia akan membuat bola dari gulungan kaos kaki teman-temannya. Cristiano pertama mulai menendang bola di teras ketika dia berusia dua atau tiga. Pada saat ia mulai di sekolah dasar setempat pada tahun 1997, ketika ia berusia enam tahun, semangat untuk permainan sudah jelas. Maria dos Santos, seorang guru di Escola Sao Joao, jelas mengingat karakteristik Ronaldo kecil "Dia sangat malas dan bodoh di kelas. Dia mengambil bagian dalam kegiatan lain, seni musik dipelajarinya dan melakukan pekerjaannya, tapi dia suka punya waktu untuk dirinya sendiri, dan tentu saja waktu untuk sepakbola." Dia akan selalu menemukan cara bermain sepak bola di taman bermain. Saya tidak tahu bagaimana dia berhasil." Lanjut guru ronaldo semasa kecil.

Awal Mula bermain sepak bola


Seperti anak-anak kecil lainnya, Ronaldo juga bandel. Ibunya, Maria Dolores dos Santos Aveiro, selalu menanyainya apakah ada PR sepulang sekolah. Tapi, Ronaldo kecil selalu bilang tidak ada! padahal, Ronaldo berbohong. Anak Portugal kelahiran Funchal, Madeira, 5 Februari 1985 ini ingin bermain sepakbola bersama teman-temannya. Bahkan, Ronaldo rela tak makan siang demi sepakbola. Saat ibunya mempersiapkan makan siang keluarga, Ronaldo hanya mengambil buah-buahan di meja, lalu kabur dari jendela.

Maria pun dibuat repot oleh Ronaldo. Si bungsu itu hampir tiap hari belum pulang sampai pukul 9 malam hari, hanya karena bermain sepakbola.

Klub Pertama dan Karir Junior


Klub amatir Andorinha jadi klub pertama Ronaldo di Funchal. Di Andorinha pula, ayah Ronaldo, Jose Dinis Aveiro, bekerja di bagian perlengkapan. Sesekali, klub profesional Maritimo mengadak an tanding persahabatan guna mencari bakat dari Funchal. Di Andorinha, Ronaldo kecil seringkali menangis. Itu jika ia gagal mengumpan atau menyelesaikan peluang emas. Itulah cikal bakal determinasi yang dimiliki Ronaldo kini. Dua musim di sana, bakat Ronaldo yang saat itu baru berusia 10 tahun mulai tercium dua klub. CS Maritimo dan CD Nacional memanggilnya. Seharusnya, Maritimo yang berhak mendapatkan Ronaldo. tapi, kubu Maritimo melewatkan beberapa pertemuan dengan keluarga Ronaldo, sehingga Si Anak Ajaib berlabuh di Nacional.

Setelah memenangkan trofi junior di musim kedua, Ronaldo mendapatkan panggilan dari Sporting Lisbon. Kubu Sporting ingin menguji bakat anak berusia 11 tahun itu. Saat itu, Maria tak ingin ditinggal si bungsu. Tapi, dengan pertimbangan karir, maka Ronaldo akhirnya hijrah ke Lisbon. Lalu, Fernao Sousa pelatih Nacional- bagaikan godfather baginya dan memberi jalan perubahan besar dalam hidupnya. Ia menemani Ronaldo ke Lisabon pada 1997 untuk menjalani ujian di klub Sporting Lisbon. Ketika itu usianya baru 12 tahun. Jika bisa memilih, dia memilih ke Benfica. Ini klub pujaan ayah dan saudara laki-lakinya. Tetapi, ibunya selalu memuja Sporting dan dia berharap anaknya akan sehebat Luis Figo. Selain itu, tak mungkin Ronaldo melewatkan kesempatan besar diuji di salah satu klub terbesar Portugal itu. Sporting memiliki akademi sepak bola yang telah melahirkan namanama besar, seperti Paolo Futre, Luis Figo, dan Simao.

Sporting tertarik kepada Ronaldo. Dia sendiri yakin bisa diterima klub itu karena merasa memiliki bakat yang baik. Dia berpikir bisa membuat klub itu menyukainya. Tetapi, umurnya baru 12 tahun. Dan, ketika dia datang dan terlibat dalam latihan, kegairahan muncul. Sang pelatih, Paulo Cardoso dan Osvaldo Silva, berada di sana mengamati permainan Ronaldo.

Mereka sebenarnya tak terlalu tertarik oleh postur Ronaldo yang terkesan ceking. Tapi, begitu melihat aksinya, mereka langsung jatuh cinta. Sang bocah dari Madeira itu begitu lengket membawa bola dan bisa melewati dua atau tiga pemain lawan. Dia juga tak berhenti bergerak, seperti penampil tunggal yang bisa memainkan bola ke mana pun suka. "Saya langsung menatap ke Osvaldo dan berkata, 'Anak ini berbeda. Dia memiliki sesuatu yang istimewa'," kata Cardoso. "Dan, ternyata bukan hanya kami yang berpikir begitu. Pada akhir sesi latihan, semua anak mengerubungi dirinya (Ronaldo). Mereka tahu dialah pemain terbaik," tambahnya. Para pelatih terkesan. Mereka ingin melihatnya bermain lagi pada hari berikutnya di Stadion Jose Alvalade. Kali ini, Direktur Akademi Sepak Bola Sporting, Aurelio Pereira, akan datang menyaksikan pertandingan. "Dia sangat berbakat. Dia bisa bermain dengan kedua kakinya. Ia juga sangat cepat. Ketika bermain, bola seolah melekat tubuhnya," puji Pereira. "Tapi, apa yang membuat saya terkesan adalah determinasinya. Kekuatan karakternya terpancar. Dia sangat bersemangat, tak takut, dan tak minder kepada pemain yang lebih tua. Dia punya nilai kepemimpinan yang hanya dimiliki pemain hebat. Ketika berada di ruang ganti, semua anak membicarakan dirinya dan ingin tahu dirinya. Dia memiliki semuanya. Sangat jelas dia lebih baik dari lainnya," puji Pereira lagi. Pada 17 April 1997, Paulo Cardoso dan Osvaldo Silva kemudian menulis rekomendasi yang berbunyi: "Pemain yang

memiliki bakat istimewa dan teknik luar biasa, terutama pintar mengelak dan membelokkan arah, juga punya gerakan hebat." Artinya, Cristiano Ronaldo dos Santos Aveiro sudah lulus ujian. Dia bisa bermain di Sporting Lisbon, tetapi harus mencapai kesepakatan dengan Nacional da Madeira dulu. Saat itu, Ronaldo memang milik klub Nacional da Madeira. Sementara klub itu telah berutang kepada Sporting sebesar 22.500 euro (sekitar Rp 268,4 juta) atas pembelian pemain muda, Franco. Maka, Ronaldo bisa diambil Sporting sebagai pelunasan utang. Harga 22.500 euro untuk anak usia 12 tahun jelas terlalu berlebihan. Namun, Sporting merasa tak keberatan karena bagian dari investasi, dan Ronaldo adalah investasi besar. Pada 28 Juni 1997, Pereira menyiapkan laporan baru, "Meski ini terkesan absurd untuk membayar anak 12 tahun sebesar itu, bakatnya sebanding dengan harga tersebut. Ini sudah

terbukti selama ujian dan disaksikan semua pelatih. Dia akan menjadi investasi besar di masa depan." Transfer Ronaldo ke Sporting berjalan lancar. Nacional da Madeira puas karena utangnya lunas. Sebaliknya, Sporting punya investasi besar.

Ronaldo saat bermain untuk sporting junior

Karir di Klub Senior


Cristiano pernah bermain untuk Sporting Lisboa pada 2001 2003 dengan nomor punggung 28. Ia bermain 25 kali dan mencetak 3 gol. Pada pertengahan musim panas 2003, Sporting Lisboa mengadakan pertandingan persahabatan melawan Manchester United dengan skor akhir Sporting 3-1 M.U., sebuah kekalahan yang mengejutkan bagi sebuah klub raksasa Inggris sekaliber Manchester United. Lebih jauh lagi kemenangan ini semua didalangi oleh permainan cemerlang dari Cristiano Ronaldo muda dari Sporting dengan mencetak 2 gol, membuat para pemain Manchester United mendesak Sir Alex Ferguson, pelatih mereka, untuk segera merekrut pemain muda brilian tersebut.

Ronaldo saat berbaju Sporting Lisbon

Kepindahan Ke Manchester United


Dan, benar apa yang di investasikan Sporting Lisbon terhadap bocah yang baru berusia 12 tahun kala itu. Pada 2003, Sir Alex Ferguson jatuh hati pada Ronaldo. Kemudian Manchester United mengkontraknya dan Sporting melepas Ronaldo seharga 15 juta euro (sekitar Rp 178,9 miliar untuk kurs saat ini). Dia menjadi pemain pertama asal Portugal di klub itu.

Karir di Manchester United

Ronaldo segera menyatu dan menjadi bintang. Dia p un bisa menggantikan posisi kebintangan David Beckham yang akhirnya pindah ke Real Madrid. Bahkan, publik seolah segera melupakan Beckham karena kebintangan Ronaldo. Bersama MU, dia ikut menghadirkan tiga gelar Premier League, satu Piala FA, dua Piala Liga, satu Community Shield, satu Liga Champions, dan satu Piala Dunia Klub. Sederet gelar yang cukup menghiasi kebesarannya.

Anak yang tadinya culun itu telah berubah menjadi superstar yang kemudian dijual ke Real Madrid dengan rekor transfer tertinggi dalam sejarah sepak bola, yakni sebesar 94 juta euro (sekitar Rp 1,1 triliun). Nilai yang mengalahkan rekor transfer Zinedine Zidane kala dibeli Madrid dari Juventus.

"Aku pernah melewati fase di mana aku hidup dalam mimpi menjadi pebola terkenal. Aku tahu perasaan anak-anak sekarang, karena aku pernah melaluinya. Mimpi mereka sama seperti mimpiku ketika itu," bilang Ronaldo.

"Aku cuma anak laki-laki biasa, yang suka bermain sepak bola dengan teman-teman di daerahku. Aku berhenti bermain jika ibu sudah memanggilku saat malam tiba. Masa-masa itu yang paling indah buatku. Karena aku berbuat sesuatu tanpa harus dipikirkan lebih dulu, berbicara tanpa berpikir juga, seolah tak ada hal buruk yang meggelayuti pikiran. Dengan masa kecil itu, aku akhirnya bisa merealisasikan impianku menjadi pebola terkenal,"

You might also like