You are on page 1of 8

senang berbagi dengan kawan-kawan di http://mukhlason.wordpress.

com 0inShare Share

Persiapan Masuk Kuliah di ITB, Sejak Kapan?


OPINI | 08 February 2012 | 16:04 Dibaca: 134 Komentar: 0 Nihil Mungkin tulisan ini bisa sedikit menarik bagi adik2 yang ngebet kepingin kuliah di manapun, maupun bahan cerita untuk menggali kisah unik kawan2 yang sudah pernah mengalami masamasa perkuliahan, tentang bagaimana kiat mempersiapkan dunia kuliah sedari awal, khususnya di tingkat Strata 1 (S-1). Mungkin bahasanya agak berlebihan, namun dari niatan, bukanlah untuk berlebihan apalagi menyombongkan diri. Berikut ini ceritanya : Latar Belakang Ndeso Pool Pengalaman pribadi saya, saya bukanlah orang yang memiliki prestasi akademik yang menonjol khususnya di tingkat SMP dan SMU. Apalagi latar belakang saya yang ndeso, dari pelosok pedalaman Pacitan yang bahkan listrik saja baru masuk tahun 96 ketika saya hampir lulus SMP. Otomatis selama masa belajar SD di Pacitan, tiap malam ditemani lampu teplok atau paling mewah dengan petromax. Maklum, saingan datang dari seluruh Indonesia mengingat latar belakang asal daerah kawan2 SMP dan SMU yang cukup merata. Latar belakang yang ada tersebut, menjadikan belajar menjadi sebuah kebutuhan. Saya sendiri merasa, tidak terlalu ngoyo, atau bahasa lainnya matimatian belajar, seperti teman2 yang lain. Hanya sekedarnya. Selama SMP, upaya belajar ya hanya begitu-begitu saja. Alhamdulillah selama 3 tahun masuk terus di kelas yang katanya favorit, meskipun itu bukan tujuan saya. Ketika lulus MTs pun, manakala ada bukaan sekolah baru di Serpong, saya bersama banyak teman2 mendaftar, dengan jumlah pesaing yang sangat banyak dan cukup berkualitas. Termasuk teman2 MTs yang prestasinya jauh di atas saya. Alhamdulillah, Allah menuntun saya ke sekolah ini yang di Serpong. Masuk SMU, jumlah siswa kelas 1 sebanyak 48 orang. Ini dibagi dalam 4 kelas sehingga masing-masing berjumlah 12 orang tiap kelas. Kelas satu ini adalah very intensive class. Saking kelewat intensifnya, bahkan hanya untuk sekedar mengantuk saja tidak bisa karena sudah keburu dibangunkan oleh guru. Maklum, jelas terlihat :) Di cawu 1, dengan usaha belajar yang seikhlasnya, Alhamdulillah masuk urutan pertama dari 12 siswa. Tapi setelah itu turun terus, deep sinking, nggak pernah muncul-muncul lagi ke permukaan. hahaha.

Mencuri Start Di kelas 1 ini bisa dikatakan saya mencuri start. Mumpung masih semangat untuk belajar, saya habiskan buku kumpulan soal-soal UMPTN, Sipenmaru dan SKALU yang bersampul merah dan setebal bantal untuk menemani kehidupan, minimal selama 2 cawu di kelas satu. Hanya materimateri yang belum diajarkan yang saya tidak tahu jawabannya. Lainnya kan bisa sambil dilogika :). Pada tahapan ini, saya merasa (belum tentu benar perasaan saya ini), bahwa 60 % lebih isi buku sudah saya pahami dan saya pelajari. Jadi sudah PD untuk menghadapi ujian 2 tahun mendatang. Kelas 2, saya semakin tenggelam dalam lumpur anak2 muda. Belajar jadi males, senangnya kumpul sama teman2, main bola, dan segala kegiatan yang bukan belajar. Urutan rangking, sudah pasti tidak masuk hitungan lagi karena sudah lewat dari sepuluh. Lain halnya dengan teman2, malah mulai menemukan jati dirinya dengan belajar mempeng, serius, dan sungguhsungguh. Sementara saya semakin jauh dari belajar, karena merasa sudah belajar di kelas 1. Penentuannya di akhir cawu 3 di mana semua siswa diseleksi untuk masuk IPA atau IPS. Batas nilainya adalah 6.5 pada mata pelajaran matematika, fisika, kimia dan biologi. Nilai saya pun pas-pasan, hanya 6.75, sedikit berada di batas aman. Kelas 3, teman2 sudah semakin semangat belajar, sementara saya hanya sekedarnya. Kalopun membuka2 buku soal SKALU merah, hanya dibaca sekedarnya. Terlebih pada soal yang sudah pernah saya kerjakan, ooh, wis pernah tak garap, kiro-kiro ngono jawabane. Hehe. Di awal cawu di kelas tiga, saya sudah menentukan pingin kuliah di mana, sehingga getol banget ngebetnya. Bahkan di sekitar tiga bulan terakhir kelas 3, saya rutin tahajjud sambil meminta pada Allah agar dimasukkan ke jurusan yang saya pilih tersebut. Sisi isengnya, bahkan jam 2 pagi saya setel murattal ngaji di loudspeaker masjid sekolah, membangunkan teman2 satu sekolahan yang masih asyik tidur. Selain tahajjud, beberapa kali juga puasa Daud, sehari puasa, sehari tidak, hingga karena kurang asupan gizi sampai dihinggapi wabah beri-beri :) Begitu ebtanas, hingga umptn, Alhamdulillah semua berjalan lancar. Tapi ada sedikit kekeliruan yang hampir fatal. Ketika jam tangan saya mati pada waktu hari ke-dua (materi ipa terpadu), saya merasa belum waktunya habis dan masih sejam lagi. Ternyata waktu sudah habis. Pokoknya sudah deg-deg-an. Khawatir nggak lulus. Ternyata Allah masih Maha Penyayang pada saya. Alhamdulillah lulus. Trik Belajar Dari pengalaman saya pribadi tersebut, inti yang bisa dipelajari adalah sbb : 1. temukan cara belajar yang paling cocok dengan diri kita. Tidak semua orang bisa belajar dengan cara yang sama. Belum tentu cara yang cocok saya pakai, bisa cocok dan nyaman untuk si Andi. Cara tersebut misalkan dengan menuliskan kata-kata kunci (nama lainnya jembatan keledai) untuk hal-hal yang perlu dihapalkan. Pahami juga logikanya, sehingga kita tidak melulu menghapalkan rumus / formula. Akan lebih mengena manakala kita mengetahui cara penurunan rumus daripada sekedar hapal. Dunia perkuliahan di teknik menuntut hal ini. Bahkan yang sering saya alami, produk2 bimbel yang instan, banyak dicela oleh dosen2 :D

2. Curi waktu belajar sedini mungkin. Kalo saya sudah mencuri start di kelas 1, saya harap adik2 bisa lebih awal lagi mendahuluinya. Terlebih materi pelajaran sekarang, beberapa tahun lebih awal diajarkan dibanding kurikulum pada saat saya sekolah. Wong namanya deret aritmetika saja sudah diajarkan di SD, padahal saya baru belajar di SMU. Khususnya level SMU, utamanya di kelas 2 dan kelas 3, adalah masa hura2nya remaja, di mana kegiatan belajar sudah bukan menjadi hal yang menarik lagi. Maka harus ada strategi mengalihkan waktu belajar selain di klas 2 dan 3. Lagian tidak mungkin kita mengalihkan kegiatan hura2 di kelas 2 dan 3 kan ? Nggak gaul gitu :D 3. Banyak2 berdoa. Allah tidak tidur dan senantiasa dekat dengan hamba-Nya. Perbanyak Tahajjud, Puasa, dan ibadah2 sunnah lainnya. Selain itu yang wajib jangan lupa dikerjakan, jangan tertinggal dan bolong2. 4. Banyak diskusi dengan Senior (termasuk orang tua) Alhamdulillah sekarang sudah banyak media online untuk berdiskusi. Melalui media ini bisa banyak ditanyakan seluk-beluk jurusan / bidang yang akan dimasuki kelak. Jangan segan untuk bertanya, meskipun menurut kita adalah hal yang bodoh untuk ditanyakan (stupid question). Jika ragu-ragu akan memilih jurusan, sambil lakukan sholat istikhoroh, memohon bimbingan Allah agar kita diyakinkan pada pilihan yang sudah kita tetapkan. 5. Tinggalkan hal-hal yang mengganggu konsentrasi Bagi yang pacaran atau berniat pacaran, tinggalkan saja dulu, daripada mengganggu konsentrasi, malah buyar tujuan utamanya. Nikah juga belum dan masih lama, rencana kuliah terbengkelai. Nanti baru setelah berpenghidupan yang matang dan layak, Insya Allah semakin memperkuat daya tawar kita di depan calon dan keluarga calon pendamping :) Ingat, masa perkuliahan adalah masa-2 paling menantang, dan dapat dikatakan sebagai waktu mengeksplorasi apapun yang kita mau dan kita bisa. (SON)

PERSIAPAN MASUK PERGURUAN TINGGI: PENGALAMAN ZULKIFLI TAHER


PERSIAPAN MASUK PERGURUAN TINGGI: PENGALAMAN ZULKIFLI TAHER Tulisan yang akan anda baca berikut ini, judul semula adalah Persiapan Masuk Perguruan Tinggi (pengalaman pribadi) pada Lintas Limapuluh Tahun SMA I Landbouw Bukittinggi, ditulis oleh Zulkifli Taher. Diedit seperlunya dan diubah judul, tapi maksud utama tulisan tidak berubah. Bagus dibaca oleh siapapun, khusus siswa SMA ataupun pelajar SMP, bahkan tidak ada salahnya dibaca oleh mahasiswa. Mudah-mudahan bermanfaat, dapat menjadi pendorong, memacu untuk belajar lebih giat dan bersemangat mencapai cita-cita. Pada tulisan asli, Zulkifli Taher mengucapan terima kasih kepada Pak Azwar atas amanat beliau, kakak kelas Agusnadi, teman sekolah Hasbullah, Yazid Bindar, Andi Mulia, Maramis, Fauzi Muluk, Ondri atas kerjasamanya dan Pak Syafri atas segala bimbingan selama belajar. Semoga Allah swt memberikan balasan berlipat ganda. Juga ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada para guru-guru yang telah memberikan ilmu, kepada pagawai tata usaha, petugas kantin, petugas kebersihan, petugas lonceng, dan seterusnya. Semoga Allah swt memberikan balasan berlipat ganda. Selamat membaca dan menikmati. Haslizen Hoesin Tulisan ini adalah melengkapi tulisan Pesan Pak Sjaiful Jazan Di Tahun 73, pada kategori Jejak Masa Lalu. Ayo. Ca-Lis-Tung, Belajar Dan Meneliti, pada kategori Yok!, Baca, Tulis, Hitung Eeeeeeuuy. Silakan Baca juga. Persiapan Masuk Perguruan Tinggi: Pengalaman Zulkifli Taher Pendahuluan Saat mengikuti upacara penyambutan siswa baru angkatan kami di lapangan upacara halaman depan SMA, kepala sekolah waktu itu, Pak Drs. Azwar menyampaikan amanatnya yang sangat berkesan bagi saya. Amanatnya tersebut menjadi suatu tonggak bersejarah dalam kehidupan saya selanjutnya. Begini kira-kira inti amanat Pak Azwar yang saya tangkap: Bahwa bersekolah di SMA bercita cita untuk melanjutkanya ke perguruan tinggi. Begitu kalian mulai belajar di SMA, saat itu juga kalian harus mulai berpikir dan merencanakan tentang kuliah. Bagi saya sebagai anak orang kampung yang baru masuk kota Bukittinggi, tentu pesan itu terasa aneh dan asing. Aneh karena baru saja memulai belajar di SMA tapi sudah disuruh memikirkan tentang kuliah. Masuk SMA saja rasanya sudah merupakan anugerah yang besar apalagi sekarang mulai disuruh memikirkan kuliah. Terus terang saat itu saya belum pernah memikirkan tentang kuliah dan belum mengenal perguruan tinggi. Maklum di kampung saya tidak banyak orang yang belajar sampai perguruan tinggi. Ada beberapa orang yang kuliah di IAIN dan UNAND Padang sehingga sebatas itu jugalah pengetahuan saya saat itu tentang perguruan tinggi. Tapi sekalipun itu terasa aneh dan asing, amanat Pak Azwar ini saya simpan dalam ingatan sampai sekarang. Ternyata dalam perjalanan proses belajar dan setelah jam-jam pelajaran, amanat beliau ini memang terbukti benar dan tidak aneh. Lihat dan bacalah uraian berikut ini sebagai bukti.

Pengalaman Tinggal Serumah Dengan Kakak Kelas Semasa sekolah di SMA, saya jauh dari orang tua. Orang tua saya tinggal di Pakandangan, negeri kecil di daerah Padangpariaman yang terletak antara Parikmalintang dan Pauahkamba. Untuk sampai ke Bukittinggi, pertama saya harus naik kendaraan kecil dulu ke Parikmalintang. Kadang-kadang bila tidak ada kendaraan yang lewat terpaksa jalan kaki sekitar 1 jam. Setelah itu dari Parikmalintang baru disambung naik bus ke Bukittinggi. Di Bukittinggi saya mengontrak paviliun dua kamar yang di isi enam orang. Dalam kamar tersebut hanya ada tempat tidur kayu dengan kasur dan meja besar beserta kursi tempat belajar bersama. Tidak ada lemari karena pakaian cukup disusun pada bagian yang lowong di tempat tidur. Di antara enam orang tersebut di atas, seorang sudah kelas 3, dua orang berada di kelas 2 dan kami sisanya kelas satu yang baru masuk. Semuanya sama-sama satu sekolah. Inilah pengalaman bergarga saya melihat kegiatan kakak kelas dalam kegiatan belajar. Satu orang yang kelas tiga di samping giat belajar pelajaran sehari-hari juga asik membuat semacam karya tulis. Karya tulis tersebut di tulis tangan di atas kertas double folio bergaris. Setelah kami tanyakan, ternyata di kelas tiga diwajibkan membuat makalah yang merupakan tugas dari pelajaran Bahasa Indonesia. Melihat aktifitas tersebut kami mulai mencari-cari topik apa yang akan kami jadikan tugas serupa nantinya, walaupun masih dua tahun lagi. Sementara kakak kelas, kelas dua, lebih sering membolak balik buku-buku diantaranya ada yang setebal 5 cm dari kertas stensilan. Karena panasaran, disaat buku tersebut tidak dipakai, kami coba melihat dan membacanya. Ternyata buku tersebut adalah kumpulan ujian masuk perguruan tinggi. Kami menjadi ciut melihat buku itu karena soal-soal ujian di dalamnya bukan hanya berasal dari dua atau tiga tahun sebelumnya tapi mulai dari dua puluh tahun yang lalu. Ada yang namanya soal ujian Skalu, Sipenmaru dan seterusnya. Sebagian besar, terutama yang berasal dari tahun jadul bentuk soalnya adalah esai, yang untuk memperoleh jawaban harus diuraikan penyelesaianya. Soal-soal yang berasal dari beberapa tahun sebelumnya berbentuk pilihan ganda. Buku-buku tebal itu setiap hari dikutak-katik terus oleh kakak kelas. Bila dia temui ada soal yang belum dipelajari di sekolah cukup sekedar dibaca dan kemudian dilewatkan saja sambil diberi tanda. Suatu saat setelah dipelajari di kelas, barulah kembali ke soal tersebut. Bila ada hal-hal yang baru ditemukan yang belum pernah dipelajari di kelas, maka mereka membuat catatan berbentuk resume pada buku catatan khusus. Setelah kami naik kelas dua, buku-buku tersebut kami pinjam dan kami mengikuti cara-cara belajar yang dilihat selama ini. Kakak kelas tersebut adalah Agusnadi alumni Teknik Industri ITB. Belajar Bersama Enak punya teman yang baik. Beberapa kali saya di ajak belajar bersama oleh seorang teman ke rumahnya. Teman pertama yang mengajak belajar bersama masih saya ingat sampai sekarang, namanya Hasbullah. Sejak tamat sekolah sampai sekarang belum pernah ketemu lagi. Saya pergi kerumahnya belajar beberapa kali. Saya masih ingat suasana rumahnya sangat tenang dan bangunanya dari kayu yang rapih dikelilingi beberapa kolam ikan. Kami belajar kimia dengan mengerjakan soal-soal pada buku pelajaran dari sekolah. Pada awalnya masing-masing

kami sama-sama tidak mengerti dan tidak dapat menyelesaikan soal-soal tersebut. Tapi setelah diskusi dan tukar pendapat, ternyata beberapa soal mulai dapat diselesaikan dengan benar. Tidak semua soal yang ada dapat diselesaikan tapi kami mulai merasakan betapa dahsyatnya belajar bersama. Kami merasakan ada proses saling memberi dan saling menerima. Ada saatnya kita diterangkan atau diajarkan dan ada juga saatnya kita harus menerangkan atau mengajar. Pengetahuan yang tersebar pada masing-masing peserta dikumpulkan menjadi pengetahuan bersama sehingga masing-masing peserta menjadi lebih kaya pengetahuanya. Kami makin bersemangat untuk tetap melakukan belajar bersama secara rutin. Gabung Dengan Grup Belajar Lain Semasa sekolah suasana di SMA kalau sore hari banyak siswa-siswa yang datang belajar berkelompok. Ruang kelas tetap terbuka dan kami bebas masuk untuk belajar. Semua fasilitas di dalam kelas dapat kami gunakan. Belajar di kelas tingkat atas siang hari sangat enak. Angin berembus sepoi sangat sejuk dari celah-celah jendela kaca. Beberapa kali kami gabung dengan grup belajar yang lain saling berbagi pengetahuan. Beberapa kenangan yang masih saya ingat adalah tatkala mengikuti penjelasan dari seorang teman di depan kelas. Teman tersebut menerangkan di depan kelas dengan menggunakan kapur dan papan tulis. Layaknya seorang guru tanpa ada rasa ragu dan canggung. Kami yang diajarinya sangat menikmati. Walaupun kami berasal dari grup belajar yang lain dan juga kelas yang berbeda, tapi teman tersebut tidak pelit berbagi ilmu. Satu soal yang dia ajarkan saat itu adalah cara penyelesaikan soal yaitu pada suhu berapa antara celcius dan Fahrenheit bernilai sama. Jawabanya adalah 40, atau 40 oC = 40 oF. Pada saat saya mengikuti ujian masuk perguruan tinggi, soal yang persis sama dengan ini ada terdapat dalam soal yang saya hadapi. Sehingga tanpa buang waktu dan tenaga saya sudah bisa menjawabnya dengan benar dan cepat karena telah dibahas dan mengetahui jawaban sebelumnya. Teman yang mengajar kami tersebut adalah Yazid Bindar yang saat ini telah bergelar DR. Ir. dan mengajar di Jurusan Teknik Kimia ITB. Belajar Dengan Guru Berkat jasa baik dari seorang teman sekelas, saya diajak belajar bersama ke rumah Pak Syarfi. Pak Syarfi adalah guru yang sangat baik dan popular di SMA. Mungkin tidak ada siswa SMA disekolah saat itu yang tidak mengenal beliau. Di samping itu kami pada umumnya mendambakan untuk bisa belajar dengan beliau. Ajakan tersebut saya anggap suatu anugerah dan langsung saya terima. Jadilah kami tiga hari dalam sepekan pada sore hari bersama-sama sekitar sepuluh orang datang dan belajar ke rumah Pak Syarfi. Pak Syarfi mengajar kami dengan sangat terarah dan sistimatis. Tidak hanya mata pelajaran kimia tapi juga fisika dan matematika. Setelah memberikan ringkasan teori, pelajaran dipusatkan ke penyelesaian soal-soal. Terutama soal-soal yang berasal dari ujian saringan masuk perguruan tinggi.

Di kemudian hari, banyak sekali contoh soal-soal sejenis yang telah kami kerjakan disini ditemui saat kami mengikuti ujian saring masuk perguruan tinggi. Tentunya berbekal pengalaman belajar dengan Pak Syarfi, kami tidak perlu banyak menghabiskan waktu menyelesaikan soa-soal sejenis. Kami sangat terbantu dengan adanya proses belajar ini. Teman yang mengajak saya belajar dengan Pak Syarfi adalah Andi Mulya yang sekarang menjadi pengusaha terkenal di kota Padang. Teman-teman lain yang ikut belajar bersama yang masih saya ingat adalah Fauzi Muluk, Maramis, Ondri, dll. Menimba Pengalaman Alumni Beberapa kali alumni yang berhasil datang ke sekolah. Kami dikumpulkan bersama di aula (lantai 3) dan mereka memberikan semacam ceramah atau pidato tentang pengalaman dan perjalanan hidupnya yang berkaitan dengan sekolah di SMA. Ceramah yang diberikan sangat menarik penuh dengan motivasi untuk membangkitkan semangat serta trik-trik menuju keberhasilan. Walaupun ruangan penuh sesak sehingga terasa lebih panas, tapi waktu tiga jam tidak terasa. Selesai mengikuti ceramah, semangat belajar kembali menjadi bergelora. Penutup Akhirnya Zulkifli Taher mengatakan, bahwa tulisan yang sedang anda baca ini sangatlah sederhana. Perbedaan zaman dan keadaan serta perubahan peraturan-peraturan sekitar penerimaan mahasiswa baru membuat pengalaman pribadi ini mungkin tidak aktual untuk diikuti. Namun ada beberapa hal perlu digaris bawahi dan menurut saya (Tarmizi Taher) tetap actual sampai sekarang yaitu: Pertama, pesan yang disampaikan oleh Pak Azwar, kepala sekolah saat itu supaya memikirkan tentang persiapan ke perguruan tinggi sejak dini. Pasang niat sejak dini dan mulai melakukan persiapan-persiapan sejak dini juga. Kedua, kerjasama atau belajar bersama sangat membantu proses belajar dan pemahaman. Jangan pernah merasa pelit untuk berbagi pengetahuan. Bila seseorang bisa mengajari orang lain, pada saat itu tingkat pemahamanya juga meningkat. Begitu juga jangan pernah merasa malu atau segan untuk bertanya kepada teman yang lain. Setiap orang mempunyai kelebihan dan kekurangan. Belajar bersama dapat mengurangi kekurangan masing-masing karena saling memberi dan saling menerima. Ketiga, belajar dari orang lain yang telah berpengalaman dapat membuka dan memperluas wawasan serta fokus kepada tujuan. Banyak berhubungan dengan alumni untuk minta pendapat dan nasehat adalah tindakan yang sangat positif. Alumni mempunyai latar belakang serta pengalaman yang sangat beragam baik dalam hal pendidikan maupun pengalaman kerjanya. Berhubungan dengan alumni pada saat ini sangat mudah dengan menghubungi alumni atau masuk ke website alumni. Empat, Dalam proses belajar, bahwa di kelas adalah kerangka utama pelajaran SMA didapatkan dan pengetahuan ini menjadi dasar utama baik dalam menempuh ujian saringan masuk perguruan tinggi bahkan juga cara belajar di perguruan tinggi.

Lima,Pengalaman jalan hidup yang dipaparkan di atas tentunya merupakan kegiatan penunjang dalam belajar. Kegiatan utamanya tetap pada proses pengajaran di dalam kelas mulai kelas satu sampai kelas tiga selama tiga setengah tahun, sejak awal tahun 1976 sampai pertengahan tahun 1980. Pengalaman cara belajar yang dijalani Tarmizi Taher ini, dapat juga digunakan untuk mempersiapkan diri masuk Sekolah Lanjutan Menengah Atas SLTA (SMA, SMK atau yang sederajat) bagi pelajar yang sedang berada di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama SLTP (SMP atau yang sederajat), bahkan dari S1 ke S2 dll.

Rp 50.000,- belum masuk ongkos kirim Setelah transfer ke Rekening Bank Mandiri No rek . 1370005420274 atas nama Yuli Prasetya N Sms konfirmasi ke no 085643434455 Format sms: jumlah_buku-tanggal_transfer-Bank_Jumlah_transfer-Nama-Alamat_Lengkap-Telp/HP Bukti Transfer di foto dan di email bukti transfer ke Ypnugraha.info@yahoo.co.id Buku dikirikan dengan TIKI JNE Contoh sms pengaduan : buku belum diterima#Tanggal_transfer#joko#jakarta Simpan buti transfer/slipsetoran sampai anda terima Setelah buku terima mengirim informasi lewat sms Contoh sms: buku telah saya terima tanggal 11 januari dimas-magelang

You might also like