You are on page 1of 11

PENCEMARAN UDARA

KEDUDUKAN MONOTORING DALAM MANAJEMEN KUALITAS UDARA

Disusun Oleh:

FAJRI HARISH RULI TRIYANI

(NIM L2J 009 028) (NIM L2J 009 058)

UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2011

BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG Program monotoring kualitas udara merupakan suatu upaya yang dilakukan dalam pengendalian pencemaran udara. Hal yang penting diperhatikan dalam program monotoring kualitas udara adalah yang berhubungan dengan aspek pengambilan contoh udara (sampling) dan analisis di laboratoriumnya serta pengelolaan data dengan metode statistika. Keabsahan dan keterpercayaan data hasil pemantauan yang diperoleh sangat ditentukan oleh metode sampling dan analisis yang diterapkan.Seperti diketahui, program pemantauan kualitas udara, baik udara ambien maupun dari sumber pencemaran udara, bertujuan untuk memberikan masukan bagi pengambilan keputusan dalam program pengendalian pencemaran udara seperti halnya pemantauan kualitas udara yang diterapkan di suatu daerah, hanya akan dapat terukur dari hasil pemantauan yang dilakukan karena pemantauan kualitas udara perlu dilandasi dengan perangkat lunak dan keras yang sesuai, dengan beberapa pembakuan bila diperlukan.Dalam hali ini metode sampling dan analisis udara akan menjadi landasan pokok yang menjamin keterpercayaan dan keabsahan data yang diperoleh dari program monotoring yang dilaksanakan.

1.2 TUJUAN PENULISAN PAPER Dengan mengetahui konsep kedudukan monotoring dalam manajemen kualitas udara ini diharapkan mahasiswa mampu memahami aspek-aspek dalam pengendalian pencemaran udara.

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Umum Pencemaran udara di suatu daerah akan sangat ditentukan secara langsung oleh intensitas sumber emisi pencemarannya dan pola penyebarannya

(dispersi,difusi, dan pengenceran) di dalam atmosfer. Konsentrasi pencemar udara akan sangat berbeda dari satu tempat dengan waktu yang berbeda atau dengan tempat lainnya. Hubungan skala ruang dan waktu menjadi variabel penentu besaran konsentrasi zat pencemar yang diamati. Di lain pihak, pencemaran udara juga ditentukan oleh jenis pencemar yang diemisikan oleh sumbernya. Dua jenis pencemar dapat dibedakan di sini, yaitu pencemar indikatif dan spesifik. Zat Pencemar Indikatif merupakan zat pencemar yang telah dijadikan indikator pencemar udara secara umum, yang biasanya tercantum di dalam peraturan kualitas pencemar udara yang berlaku. Yang termasuk kelompok zat pencemar indikatif untuk daerah perkotaan dan pemukiman secara umum adalah suspended particulate matter (debu), karbon monoksida, total hidrokarbon (THC), oksida-oksida nitrogen (NOx), sulfur dioksida (SO2) dan oksidan fotokimia (Ozon). Kelompok pencemar spesifik merupakan zat pencemar udara yang bersifat spesifik yang diemisikan dari sumbernya, contohnya gas khlor

amonia,hidrogen sulfida, merkaptan, formaldehida, dan lain-lain. Dengan mempertimbangkan faktor-faktor sumber pencemar, medium tempat pencemaran berdispersi dan berdifusi, maupun jenis zat pencemar yang telah diuraikan di atas, pemantauan udara ambien. Pemantauan sumber emisi dilakukan terutama untuk mengetahui tingkat emisi dan unsur pencemar spesifik, sedangkan pemantauan udara ambien dilakukan untuk mengetahui indikatif umum. Adanya perbedaan sistem monotoring ini akan membedakan pula metode sampling.

Udara Masuk Peralatan Sampling Pengumpulan Sampel Pencatatan Data ANALYZER Peralatan Kalibrasi

Kontrol Aliran dan Pengukuran Pada Analyzer Udara Keluar Gambar 2.1 Komponen Stasiun Monotoring Kualitas Udara

2.2 Monotoring Kualitas Udara Ambien Dalam perencanaan monotoring kualitas udara harus dipertimbangkan beberapa hal, yaitu : Tujuan monotoring Kualitas Udara Ambien Parameter zat pencemar yang akan diukur Jumlah Stasiun pengamat, termasuk lokasi, durasi periode sampling serta metode sampling yang digunakan Metode pengukuran yang digunakan Beberapa tujuan dapat dicapai dalam pemantauan ini. Secara garis besar ada empat tujuan utama, yaitu: Untuk mengetahui tingkat pencemaran udara yang ada di suatu daerah dengan mengacu pada ketentuan dan peraturan mengenai kualitas udara yang berlaku dan baku Untuk menyediakan pengumpulan data (data base) yang diperlukan dalam evaluasi pengaruh pencemaran dan pertimbangan perencanaan, seperti pengembangan kota dan tata guna lahan, perencanaan transoprtasi, evaluasi

penerapan strategi pengendalian pencemaran yang telah dilakukan, validasi pengembangan model difusi dan dispersi pencemaran udara. Untuk mengamati kecenderungan tingkat pencemaran udara yang ada di daerah pengendalian pencemaran udara tertentu Untuk mengaktifkan dan menentukan prosedur pengendalian darurat untuk mencegah timbulnya episode pencemaran udara.

2.3 Jaringan Stasiun Pengamat Perencanaan jaringan pemantauan kualitas udara dilakukan berdasarkan tingkat konsentrasi pencemar,penyebaran pencemar dan inventori emisi. Selain itu diperlukan pertimbanganpertimbangan umum seperti: jaringan yang ideal memerlukan sumber daya yang besar, dan juga diperlukan pengetahuan mengenai tingkat dan pola penyebaran pencemaran udara.

Penetapan besarnya jaringan sangat ditentukan oleh faktor-faktor jumlah penduduk, tingkat pencemaran dan keragamannya serta kebijakankebijakan yang berlaku. Secara teknis, penetapan besar jaringan dapat ditentukan berdasarkan: Jumlah penduduk yaitu dengan membuat kurva aproksimasi (untuk pencemar CO2, CO, HC, NOx dan oksidan) Berdasarkan perhitungan.

2.3.1 Berdasarkan Populasi Penduduk Penentuan Jumlah stasiun monitoring di suatu wilayah dapat dilakukan berdasarkan jumlah penduduk yaitu menggunakan kurva pendekatan

(approksimasi) seperti diperlihatkan dalam gambar 7.2. Pada gambar tersebut diperlihatkan jumlah minimum dan maksimum monitoring untuk masing-masing zat pencemar. Total suspended solid (debu), SO2 , dan pencemar lainya untuk sistem pengukuran automatik maupun mekanik, untuk masing-masing kelas populasi yang tergantung pada penyebaran dan tingkat pencemaranya.

Sebagai contoh, untuk daerah yang berpenduduk 1 juta dengan masalah SO2 yang kritis diperlukan 20 stasiun pemantuan SO2, sedangkan untuk masalah yang tidak kritis minimum diperlukan hanya 10 stasiun pemantuan SO2. Untuk parameter SO2 dan NOX membutuhkan alat ukur mekanik dan otomatis, diperoleh alat pemantauan mekanis dan pemantau total. Perbedaan perkiraan antara jumlah sampler total (mekanis dan otomatis) dengan sampler otomatis adalah menunjukkan banyaknya sampler mekanis yang diperlukan. Meskipun kurva tersebut memberikan perkiraan yang tepat dan baik untuk pemantauan pencemar perkotaan dengan sumber emisi dari kendaraan bermotor seperti CO, HC, NOX, SO2 dan oksidan tetapi bisa diterapkan langsung untuk parameter SO2 dan partikulat, karena pencemar tersebut (SO2 dan partikulat) sangat dipengaruhi oleh kompleksitas sektor industri dan pola penggunaan bahan bakar di daerah tersebut, dengan demikian akan berpengaruh terhadap ukuran jaringan monitoring. Jumlah stasiun monitoring yang diperlukan berdasar jumlah penduduk di suatu area ditentukan berdasar tingkat konsentrasi parameter selama ini. Seperti terlihat dalam tabel 2.1 berikut bahwa semakin pekat konsentrasi parameter maka semakin banyak stasiun monitoring yang diperlukan. Tabel 2.1 Kriteria Stasiun Monitoring Kualitas Udara untuk PM10 (perkiraan jumlah stasiun per area) Kategori Populasi > 1000000 500000 1000000 250000 - 500000 100000 - 250000 4-8 3-4 1-2 2-4 1-2 0-1 1-2 0-1 0 Konsentrasi Tinggi 06 - 10 Konsentrasi Medium 4-8 Konsentrasi Rendah 2-4

Konsentrasi tinggi : konsentrasi data ambien PM10 melebihi 20% atau lebih diatas baku mutu udara ambien PM10 . Konsentrasi tinggi : konsentrasi data ambien PM10 kurang dari 80% dari nilai baku mutu udara ambien PM10.

Untuk kriteria stasiun monitoring kualitas udara parameter SO2 juga sama dengan kriteria untuk parameter PM10 hanya keterangan tabel dibawah untuk perlakuan konsentrasi adalah sebagai berikut : Konsentrasi tinggi : konsentrasi data ambien SO2 melebihi baku mutu udara ambien SO2, sedangkan konsentrasi medium : konsentrasi data ambien SO2 melebihi 60% dari nilai baku mutu udara ambien SO2 (primary) atau 100% dari nilai baku mutu udara sekunder. Konsentrasi Tinggi : konsentrasi data ambien SO2 kurang dari 60% dari nilai baku mutu udara ambien SO2 (primary) atau 100% dari nilai baku mutu udara sekunder 2.3.2 Berdasarkan perhitungan Penentuan jumlah stasiun pemantuan berdasarkan perhitungan hanya digunakan untuk stasiun pemantauan pencemar SO2 dan TSP. Rumus perhitungan tersebut sebagai berikut: N = Nx + Ny + Nz Nx = 0,0965 x Ny = 0,096 x Nz = 0,0004 Z Dimana: N = Jumlah stasiun pemantauan Cm = Nilai Isopleth Maksimum (ug/m3) Cs = Nilai standar kualitas udara ambien (ug/m3) Cb = Nilai Isopleth minimum, dengan nilai kontur 10 (ug/m3) X Y Z = Luas area dimana konsentrasi pencemar > baku mutu (km2) = Luas area dimana konsentrasi pencemar < baku mutu > = Luas area dimana konsentrasi pencemar background (km2)

2.4 Kriteria Penempatan Stasiun Pemantauan

Penempetan lokasi stasiun pemantauan perlu dilakukan pada titik-titik yang mewakili: pusat kota, pinggir kota, pedesaan, daerah sekitarnya (remote area), daerah industri, daerah pemukiman dan daerah komersial (perdagangan). 2.5 Periode dan Frekuensi Sampling Konsentrasi zat pencemaran di udara ambien berkaitan erat dengan waktu dan tempat, oleh karena itu maka penentuan periode dan frekuensi sampling harus memperhatikan hal-hal apakah sampling udara ambien dilakukan dengan sampling terus menerus (kontinu), semi kontinu dan sampling sesaat (grab sampling). Sampling kontinu merupakan metode yang paling ideal dalam suatu program pemantauan dan pengawasan kualitas udara, khususnya di daerah perkotaan. Sampling semi kontinu dapat diterapkan di daerah-daerah yang agak tercemar, yang tidak terlalu ditandai dengan fluktuasi episodik yang tinggi Sampling sesaat biasanya merupakan suatu metode yang hanya dilakukan untuk maksud tertentu, misal menguji keabsahan data yang diperoleh dari sampling kontinu dan sampling semi kontinu, atau suatu langkah awal penentuan titik-titik sampling yang diperlukan di dalam pemantauan dan pengawasan kualitas udara. Sampling sesaat merupakan metode sampling yang permanen.

Parameter

Sampler

Area dengan konsentrasi diatas standar

Area Urban

Area Non urban

Kontinu

Per 3 hari

Per 6 hari M M

Kontinu

Per 3 hari M M

Per 6 hari M M

Per 6 hari M M

TSP SO2 CO HC NO2 NOx Oksidan

M M/A A A M/A M/A M/A A A A A A A

A M M M M M A A A A M

Berikut ini pedoman untuk periode dan frekuensi sampling setiap parameter diberikan dalam tabel 2.2 Tabel 2.2 Frekuensi Sampling Kualitas Udara

2.6 Metode Sampling Udara Ambien Dalam pengukuran kualitas udara dengan menggunakan metode dan peralatan yang manual, terlebih dahulu dilakukan sampling yang dilanjutkan dengan analisa di laboratorium. Untuk mengumpulkan gas dari udara ambien diperlukan suatu teknik pengumpulan dan peralatan tertentu. Teknik pengumpulan gas yang umum digunakan untuk menangkap gas di udara ambien adalah teknik absorpsi, adsorpsi, pendinginan dan pengumpulan pada kantong udara (bag sampler atau tube sampler). Teknik absorpsi adalah teknik pengumpulan gas berdasarkan kemampuan gas pencemar bereaksi dengan pereaksi kimia (absorber). Pereaksi kimia yang digunakan harus spesifik artinya hanya dapat bereaksi dengan gas yang dianalisis dengan metode colorimetri, selalu menggunakan teknik absorpsi untuk mengumpulkan contoh gas, misalnya pengukuran gas SO2 dengan metode pararosaniline.

Teknik adsorpsi yaitu berdasarkan kemampuan gas teradsorpsi pada permukaan padat adsorbent (karbon aktif atau aluminium oksida), terutama untuk gas-gas hidrokarbon yang mampu terserap dalam permukaan karbon aktif. Teknik pendinginan yaitu teknik sampling dengan cara membekukan gas pada titik bekunya, sedangkan pengumpulan contoh dengan kantong udara sering digunakan untuk gas pencemar yang tidak memerlukan pemekatan contoh udara. Untuk pengumpulan contoh udara diperlukan peralatan pengambilan contoh udara yang pada umumnya terdiri dari collector, flowmeter dan pompa vacuum. Collector berfungsi untuk mengumpulkan gas yang tertangkap, dapat berupa impinger, fritted bubbler atau tube adsorber. Untuk mengetahui volume udara ambien yang terkumpul digunakan flowmeter baik berupa dry gas meter, wet gas meter atau rotameter. Pompa vacuum dihindari digunakan untuk menghisap udara kedalam collector. Kesalahan yang harus dihindari adalah kebocoran dari sistem pengambilan contoh. Susunan peralatan sampling udara ambien adalah sebagai berikut:

Collector

Flowmeter

Vacuum Pump

Gambar 2.2 Susunan Peralatan Sampling Udara Ambien

BAB III KESIMPULAN

2.1 Kesimpulan Dari pembahasan ini, kita dapat mengetahui bahwa dengan melakukan monitoring kualitas udara, kita dapat mengetahui dan menganalisa kandungan zat pencemar sehingga dapat kita ketahui tingkat kualitas udara yang ada di wilayah daerah sampling tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.klimatologibanjarbaru.com/artikel/ Buku Bahan Ajar Pencemaran Udara M. Arief Budiharjo,dkk http://www.scribd.com/doc/47721502/Buku-Ajar-Pencemaran-Udara http://www.menlh.go.id/i/art/pdf_1067454769.pdf

You might also like