You are on page 1of 6

USHUL FIQHI

A. Pengertian Ushul Fiqhi Pengertian ushul fiqhi dapat dilihat dari dua sisi. Pertama, sebagai rangkaian dari dua kata: ushul dan fiqhi. Kedua, sebagai satu bidang ilmu dari ilmu ilmu syariat. 1. Pengertian ushul secara bahasa merupakan jamak (bentuk plural/majemuk) dari kata ashl yang berarti dasar, pondasi atau akar. Allah SWT berfirman:

Artinya: Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit. (QS. Ibrahim [14]: 24) Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani rahimahullah di kitab beliau, asy-Syakhshiyah alIslamiyah Juz 3, menyatakan bahwa arti ashl secara bahasa adalah perkara yang menjadi dasar bagi yang lain, baik pada sesuatu yang bersifat indrawi seperti membangun dinding di atas pondasi, atau bersifat aqli, seperti membangun malul diatas illah dan madlul diatas dalil. 2. Pengertian fiqih secara bahasa berarti pemahaman. Allah SWT berfirman:

Artinya: Dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka memahami perkataanku (QS. Thaha [20]: 27-28) Menurut pengertian yang dipahami umat Islam saat ini, fiqh adalah:


Mengetahui hukum-hukum syari yang bersifat amaliyah (praktik) yang sarananya adalah ijtihada dari Alquran dan sunnah Atau sebagaimana dikatakan oleh Imam al-Baidhawi:


Mengetahui hukum-hukum syari yang bersifat amaliyah yang diperoleh dari dalil-dalilnya yang rinci 3. Pengertian ushul fiqih Menurut Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani rahimahullah: kaidah-kaidah yang dengannya bisa dicapai istinbath (penggalian hukum) terhadap hukum-hukum syari dari dalil-dalil yang terperinci. Menurut Syaikh Atha Abu ar-Rasytah hafizhahullah: kaidah-kaidah yang diatasnya dibangun ilmu tentang hukum-hukum syari yang bersifat aplikatif yang digali dari dalil-dalilnya yang terperinci. Menurut Syaikh Muhammad ibn Shalih al-Utsaimin rahimahullah: ilmu yang membahas tentang dalil-dalil fiqih yang bersifat ijmaliy (global/umum), tata cara mengambil faidah (hasil pemahaman) darinya dan keadaan mustafid (orang yang mengambil faidah). Yang dimaksud dengan mustafid pada definisi ini adalah mujtahid. Menurut Dr. Wahbah az-Zuhaili hafizhahullah: kaidah-kaidah yang dengannya seorang mujtahid bisa mencapai istinbath (penggalian hukum) terhadap hukumhukum syari dari dalil-dalilnya yang terperinci. Menurut Syaikh Abdul Wahhab Khallaf rahimahullah: ilmu tentang kaidahkaidah dan pembahasan-pembahasan yang dengannya bisa dicapai pengambilan faidah terhadap hukum-hukum syari yang bersifat aplikatif dari dalil-dalilnya yang terperinci. Menurut Abu Zahrah; ilmu yang menjelaskan kepada mujtahid tentang jalan jalan yang harus mereka tempuh dalam mengambil hukum hukum dari nash dan dari dalil dalil lain yang disandarkan kepada nash itu sendiri. Ushul fiqih juga dikatakan sebagai kumpulan kaidah atau metode yang menjelaskan kepada ahli hukum Islam tentang cara mengeluarkan hukum dari dalil dalil syara. B. Objek Ushul Fiqhi Berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh para ulama ushul fiqh di menyatakan bahwa yang menjadi objek kajian ushul fiqh yang membedakan dari kajian fiqh, antara lain adalah : a. Sumber hukum Islam atau dalil-dalil yang digunakan dalam menggali hukum syara baik yang disepakati (seperti kehujahan Al-Quran dan sunnah), maupun yang diperselisihkan (seperti kehujahan istihsan dan mashlahah al-mursalah) b. Mencarikan jalan keluar dari dalil-dalil yang secara zhahir dianggap bertentangan, baik melalui al-jamu wa al-taufiq (pengkompromian dalil), tarjih (menguatkan salah

satu dari dalil-dalil yang bertentangan), naskh, atau tasaqaut al-dalilain (pengguguran kedua dalil yang bertentangan). Misalnya, pertentangan ayat dengan ayat, ayat dengan hadist, atau pertentangan hadis dengan pendapat akal. c. Pembahasan ijtihad, syarat-syarat, dan sifat-sifat orang yang melakukannya (mujtahid), baik yang menyangkut syarat-syarat umum, maupun syarat-syarat khusu keilmuan yang harus dimiliki mujtahid. d. d. Pembahasan tentang hukum sayar, yang meliputi syarat-syarat dan macammacamnya, baik yang bersifat tuntutan untuk berbuat, tuntutan untuk meninggalkan suatu perbuatan, memilih anatar berbuat atau tidak, maupun yang berkaitan dengan sebab, syarat, mani, batal / fasad, azimah dan rukhsah. e. e. Pembahasan tentang kaidah-kaidah yang digunakan dan cara menggunakannya dalam meng-istinbath-kan hukum dari dalil-dalil, baik melalui kaidah bahasa maupun melalui pemahaman terhadap tujuan yang akan dicapai oleh suatu nash. C. Ruang Lingkup Ushul Fiqhi Bentuk-bentuk dan macam-macam hukum, seperti hukum taklifi dan hukum wadli. 1. Masalah perbuatan seseorang yang akan dikenal hukum (mahkum fihi). 2. Pelaku suatu perbuatan yang akan dikenai hukum (mahkum alaihi). 3. Keadaan atau sesuatu yang menghalangi berlakunya hukum ini meliputi keadaan yang disebabkan oleh usaha manusia, keadaan yang sudah terjadi tanpa usaha manusia. 4. Masalah istinbath dan istidlal meliputi makna zhahir nash, takwil dalalah lafazh, mantuq dan mafhum yang beraneka ragam, am dan khas, muthlaq dan muqayyad, nasikh dan mansukh, dan sebagainya. 5. Masalah rayu, ijtihad, ittiba dan taqlid; meliputi kedudukan rayu dan batas-batas penggunannya, fungsi dan kedudukan ijtihad, syarat-syarat mujtahid, bahaya taqlid dan sebagainya. 6. Masalah adillah syariyah, yang meliputi pembahasan Al-Quran, As-Sunnah, ijma, qiyas, istihsan, istishlah, istishhab, mazhabus shahabi, al-urf, syaru man qablana, baraatul ashliyah, sadduz zariah, maqashidus syariah/ususus syariah. 7. Masalah rayu dan qiyas; meliputi. ashal, faru, illat, masalikul illat, al-washful munasib, as-sabru wat taqsim, tanqihul manath, ad-dauran, as-syabhu, ilghaul fariq; dan selanjutnya dibicarakan masalah taarudl wat tarjih dengan berbagai bentuk dan penyelesaiannya.

D. Tujuan Ushul Fiqhi

1. Mengetahui kaidah-kaidah dan cara-cara yang digunakan mujtahid dalam memperoleh hukum melalui metode ijtihad yang mereka susun. 2. Memberikan gambaran mengenai syarat- syarat yang harus dimiliki seoramg mujtahid , sehingga dengan tepat dia dapat menggali hukum-hukum syara dan nash; Disamping itu, bagi masyarakat awam, melalui ushul fiqh mereka dapat mengerti bagaimana para mujtahid menetapkan hukum sehingga dengan mantap mereka dapat mempedomani dan mengamalkannya. 3. Menentukan hukum melalui berbagai metode yang dikembangkan para mujtahid, sehingga berbagai persoalan baru yang secara lahirbelum ada dalam nash; dan belum ada ketetapan hukumnya. 4. Memelihara agama dari penyalagunaan dalil yang mungkin terjadi.dalam pembahasan ushul fiqh, sekalipun suatu hukum diperoleh melalui hasil ijtihad, statusnya tetap mendapat pengakuan syara. Melalui usul fiqh juga para peminat hukum Islam mengetahui mana sumber hukum Islam yang asli yang hasrus dipedomani, dan mana yang merupakan sumber hukum islam yang bersifat sekunder dan berfungsi untuk mengembangkan syariat sesuai dengan kebutuhan masyarakat islam. 5. Menyusun kaidah-kaidah umum yang dapat diterapkan guna menetapkan hukum dari berbagai persoalan sosial yang terus berkembang. Mengetahui kekuatan dan kelemahan suatu pendapat sejalan dengan dalil yang digunakan dalam berijtihad, sehingga para peminat hukum islam dapat melakukan tarjih (penguatan) salah satu dalil atau pendapat tersebut dengan mengemukakan alasannya. 6. Ilmu ini pun juga memberikan metode penerapan hokum bagi peristiwa peristiwa atau tindakan yang secara pasti tidak ditemui nashnya, yaitu dengan jalan qiyas, istishab dan lain sebagainya. 7. Dengan ilmu ini, diharap umat Islam terhindar dari taqlid, ikut pendapat orang lain tanpa mengetahui alasan alasannya.

Resume

USHUL FIQHI

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Nilai Mata Kuliah Ushul Fiqhi pada Jurusan Tarbiyah Prodi PBI STAIN WATAMPONE

OLEH MUH. YUSRAN 02. 10. 4082 DAMAYANTI 02. 10. 4083

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)WATAMPONE 2011

You might also like