You are on page 1of 8

Reaksi Silang (Crossmatch) Reaksi silang (Crossmatch = Compatibility-test) perlu dilakukan sebelum melakukan transfusi darah untuk melihat

apakah darah penderita sesuai dengan darah donor. Pengertian Crossmatch adalah reaksi silang in vitro antara darah pasien dengan darah donornya yang akan di transfusikan. Reaksi ini dimaksudnkan untuk mencari tahu atau apakah darah donor akan ditranfusikan itu nantinya akan dilawan oleh serum pasien didalam tubuhnya, atau adakah plasma donor yang turut ditransfudikan akan melawan sel pasien didalam tubuhnya hingga akan memperberat anemia, disamping kemungkinan adanya reaksi hemolytic transfusi yang biasanya membahayakan pasien. Maka dapat disimpulkan tujuan Crossmacth sendiri yaitu mencegah reaksi hemolitik tranfusidarah bila darah didonorkan dan supaya darah yang ditrafusikan itu benar-benar ada manfaatnya bagi kesembuhan pasien. Prinsip crossmatch ada dua yaitu Mayor dan Minor, yang penjelasnya sebagai berikut :

Mayor crossmatch adalah serum penerima dicampur dengan sel donor. Maksudnya apakah sel donor itu akan dihancurkan oleh antibody dalam serum pasien. Minor crossmatch adalah serum donor dicampur dengan sel penerima. Yang dengan maksud apakah sel pasien akan dihancurkan oleh plasma donor.

Jika pada raksi tersebut golongan darah A,B dan O penerima dan donor sama, baik mayor maupun minor test tidak bereaksi berarti cocok. Jika berlainan, misalnya donor golongan darah O dan penerima golongan darah A maka pada test minor akan terjadi aglutinasi atau juga bisa sebaliknya berarti tidak cocok. Mayor Crossmatch merupakan tindakan terakhir untuk melindungi keselamatan penerima darah dan sebaiknya dilakukan demikian sehingga Complete Antibodies maupun incomplete Antibodies dapat ditemukan dengan cara tabung saja. Cara dengan objek glass kurang menjaminkan hasil percobaan. Reaksi silang yang dilakukan hanya pada suhu kamar saja tidak dapat mengesampingkan aglutinin Rh yang hanya bereaksi pada suhu 37 derajat Celcius. Lagi pula untuk menentukan anti Rh sebaiknya digunakan cara Crossmatch dengan high protein methode. Ada beberapa cara untuk menentukan reaksi silang yaitu reaksi silang dalam larutan garam faal dan reaksi silang pada objek glass. Serum antiglobulin meningkatkan sensitivitas pengujian in vitro. Antibody kelas IgM yang kuat biasanya menggumpalkan erythrosit yang mengandung antigen yang relevam secara nyata, tetapi antibody yang lemah sulit dideteksi. Banyak antibodi kelas IgG yang tak mampu menggumpalkan eryhtrosit walaupun antibody itu kuat. Semua pengujian antibodi termasuk uji silang tahap pertama menggunakan cara sentrifugasi serum dengan eryhtrosit. Sel dan serum kemudian diinkubasi selama 15-30 menit untuk memberi kesempatan antibodi melekat pada permukaan sel, lalu ditambahkan serum antiglobulin dan bila pendertita mengandung

antibodi dengan eryhtrosit donor maka terjadi gumpalan. Uji saring terhadap antibodi penting bukan hanya pada transfusi tetapi juga ibu hamil yang kemungkinan terkena penyakit hemolitik pada bayi baru lahir.

Tujuan Jenis darah dan crossmatching yang paling sering dilakukan untuk memastikan bahwa orang yang membutuhkan transfusi akan menerima darah yang cocok (kompatibel dengan) sendiri. Orang harus menerima darah dari golongan darah yang sama, jika tidak, serius, bahkan fatal, reaksi transfusi dapat terjadi. Orang tua yang sedang hamil memiliki darah mereka diketik untuk mendiagnosa dan mencegah penyakit hemolitik dari jenis (HDN) baru lahir, sebuah anemia juga dikenal sebagai eritroblastosis fetalis. Bayi yang memiliki golongan darah berbeda dengan ibu mereka pada risiko mengalami penyakit ini. Penyakit ini serius dengan perbedaan golongan darah tertentu, tetapi lebih ringan dengan orang lain. Seorang anak mewarisi faktor atau gen dari setiap orang tua yang menentukan jenis darahnya. Fakta ini membuat mengetik darah berguna dalam pengujian ayah. Untuk menentukan apakah atau tidak ayah yang diduga bisa menjadi ayah sejati, jenis darah dari anak, ibu, dan ayah dugaan dibandingkan. Penyelidikan hukum mungkin memerlukan mengetik darah atau cairan tubuh lainnya, seperti air mani atau air liur, untuk mengidentifikasi orang yang terlibat dalam kejahatan atau masalah hukum lainnya. Deskripsi Pengujian penggolongan darah dan crossmatching dilakukan di laboratorium bank darah oleh teknologi terlatih dalam bank darah dan pelayanan transfusi. Pengujian dilakukan pada darah, setelah itu telah dipisahkan ke dalam sel dan Biaya serum (serum cairan kuning tersisa setelah pembekuan darah.) Untuk kedua tes diasuransikan ketika tes tersebut tidak dapat secara medis diperlukan. Darah laboratorium bank biasanya terletak di fasilitas, seperti yang dioperasikan oleh Palang Merah Amerika, yang mengumpulkan, mengolah, dan suplai darah yang disumbangkan, serta di fasilitas, seperti kebanyakan rumah sakit, yang mempersiapkan darah untuk transfusi. Ini laboratorium diatur oleh Amerika Serikat Food and Drug Administration (FDA) dan sering diperiksa dan terakreditasi oleh asosiasi profesional seperti American Association of Blood Bank (AABB). Crossmatching tes didasarkan pada reaksi antara antigen dan antibodi. Antigen bisa apa saja yang menyebabkan tubuh untuk melancarkan serangan, yang dikenal sebagai respon imun,

menentangnya. Serangan itu dimulai ketika tubuh membangun sebuah protein khusus, yang disebut antibodi, yang secara unik dirancang untuk menyerang dan membuat tidak efektif (menetralisir) antigen spesifik yang menyebabkan serangan tersebut. Tubuh seseorang biasanya tidak membuat anti bodi terhadap antigen sendiri, hanya terhadap antigen yang asing untuk itu. Tubuh seseorang mengandung antigen banyak. Antigen ditemukan di permukaan sel darah merah adalah penting karena mereka menentukan golongan darah seseorang. Ketika sel darah merah memiliki antigen golongan darah tertentu dicampur dengan antibodi yang mengandung serum terhadap antigen itu, antibodi menyerang dan menempel pada antigen. Dalam tabung reaksi, reaksi ini diamati sebagai pembentukan gumpalan sel (penggumpalan). Ketika darah yang diketik, sel seseorang dan serum dicampur dalam tabung reaksi dengan komersial siap serum dan sel. Menggumpal memberitahu yang antigen atau antibodi yang hadir dan mengungkapkan jenis darah orang tersebut. Ketika darah menjadi crossmatched, serum pasien dicampur dengan sel dari darah yang disumbangkan yang dapat digunakan untuk transfusi. Menggumpal atau kurangnya menggumpal dalam tabung tes memberitahu apakah darah tersebut kompatibel. Meskipun ada lebih dari 600 antigen yang dikenal sel darah merah, disusun dalam 22 sistem golongan darah, darah rutin dan mengetik crossmatching biasanya bersangkutan dengan hanya dua sistem: sistem darah ABO dan golongan rhesus.

Crossmatch Crossmatch (Ing.). Pemeriksaan serologis untuk menetapkan sesuai/tidak sesuainya darah donor dengan darah resipien. Dilakukan sebelum transfusi darah dan bila terjadi reaksi transfusi darah. Terdapat dua cara pemeniksaan, yaitu: 1.mencampur enitrosit donor (aglutinongen donor) dengan serum resipien (aglutinin resipien); percobaan ini disebut crossmatch mayor; 2. mencampun eritrosit resipien (aglutinongen resipien) dengan serum donor (aglutinin donor); percobaan mi disebut crossmatch minor. Cara menilai basil pemeriksaan adalah sebagai berikut: a) bila kedua pemeriksaan (crossmatch mayor dan minor tidak mengakibatkan aglutinasi eritrosit, maka diartikan bahwa darah donor sesual dengan darah resipien sehingga transfusidarah boleh dilakukan. b) bila crossmatch mayor menghasilkan aglutinasi, tanpa memperhatikan hasil crossmatch minor, diartikan bahwa darah donor tidak sesuai dengan darah resipien sehingga transfusi darah tidak dapat dilakukan dengan menggunakan darah donor itu. c) bila crossmatch mayor tidak menghasilkan aglutinasi, sedangkan dengan crossmatch minor terjadi aglutinasi, maka crossmatch minor harus diulangi dengan menggunakan serum donor yang diencerkan. Bila pemeriksaan terakhir mi ternyata tidak menghasilkan aglutinasi, maka transfusidarah masih dapat dilakukan dengan menggunacan darah donor tersebut, hal ini

disesuaikan dengan keadaan pada waktu transfusi dilakukan, yaitu serum darah donor akan mengalami pengaan dalam aliran darah resipien. Bila pemeriksaan dengan serum donor yang diencerkan menghasilkan aglutinasi, maka darah donor itu tidak dapat ditransfusikan. Macam dari reaksi silang : 1. Reaksi silang mayor : eritrosit donor + serum resipien Memeriksa ada tidaknya aglutinin resipien yang mungkin dapat merusak eritrosit donor yang masuk pada saat pelaksanaan transfusi 2. Reaksi silang minor : serum donor + eritrosit resipien Memeriksa ada tidaknya aglutinin donor yang mungkin dapat merusak eritrosit resipien. Reaksi ini dianggap kurang penting dibanding reaksi silang mayor, karena agglutinin donor akan sangat diencerkan oleh plasma di dalam sirkulasi darah resipien. Tahapan Reaksi Silang : 1. Reaksi silang salin Tes ini untuk menilai kecocokan antibody alami dengan antigen eritrosit antara donor dan resipien, sehingga reaksi transfusi hemolitik yang fatal bisa dihindari. Tes ini juga dapat menilai golongan darah.

2. Reaksi silang albumin Tes ini untuk mendeteksi antibody anti-Rh dan meningkatkan sensitivitas tes antiglobulin dengan menggunakan media albumin bovine. 3. Reaksi silang antiglobulin Untuk mendeteksi IgG yang dapat menimbulkan masalah dalam transfusi yang tidak dapat terdeteksi pada kedua tes sebelumnya. Terutama dikerjakan pada resipien yang pernah menerima transfusi darah atau wanita yang pernah hamil.

Cross Matching (Rutin) Tujuan untuk menentukan apakah golongan darah tertentu dapat menerima darahdari pendonor lain. Tinjauan Pustaka : Seseorang yang membutuhkan sejumlah besar darah dalam waktu yang segera (misalnya karena perdarahan hebat), bisa menerima darah lengkap untuk membantu memperbaiki volume cairan dan sirkulasinya. Darah lengkap juga bisa diberikan jika komponen darah yang diperlukan tidak dapat diberikansecara terpisah. Komponen darah yang paling sering ditransfusikan adalah packed red blood cells (PRC), yang bisa memperbaiki kapasitas pengangkutoksigen dalam darah. Komponen ini bisa diberikan kepada seseorang yang mengalami perdarahan atau penderita anemia berat yang jauh lebih mahal daripada PRC adalah frozen-thawed red blood cells, yang biasanya dicadangkan untuk transfusi golongan darah yang jarang. Beberapa orang yang membutuhkandarah mengalami alergi terhadap darah donor. Jika obat tidak dapat mencegahreaksi alergi ini, maka harus diberikan sel darah merah yang sudah dicuci. Jumlah trombosit yang terlalu sedikit (trombositopenia) bisa menyebabkan perdarahan spontan dan hebat. Transfusi trombosit bisa memperbaikikemampuan pembekuan darah. Faktor pembekuan darah adalah protein plasma yang secara normal bekerja dengan trombosit untuk membantu membekunya darah. Tanpa pembekuan, perdarahan karena suatu cedera tidak akan berhenti. Faktor pembekuan darah yang pekat bisa diberikan kepada penderita kelainan perdarahan bawaan, seperti hemofilia atau penyakit vonWillebrand.Plasma juga merupakan sumber dari faktro pembekuan darah. Plasma segar yang dibekukan digunakan pada kelainan perdarahan, dimana tidak diketahui faktor pembekuan mana yang hilang atau jika tidak dapat diberikanfaktor pembekuan darah yang pekat. Plasma segar yang dibekukan jugadigunakan pada perdarahan yang disebabkan oleh pembentukan protein faktor pembekuan yang tidak memadai, yang merupakan akibat dari kegagalan hati.Meskipun jarang, sel darah putih ditransfusikan untuk mengobati infeksi yangmengancam nyawa penderita yang jumlah sel darah putihnya sangat berkurang atau penderita yang sel darah putihnya tidak berfungsi secaranormal. Pada keadaan ini biasanya digunakan antibiotik. Antibodi(imunoglobulin), yang merupakan komponen darah untuk melawan penyakit, juga kadang diberikan untuk membangun kekebalan pada orang-orang yangtelah terpapar oleh penyakit infeksi (misalnya cacar air atau hepatitis) atau pada orang yang kadar antibodinya rendah. Golongan Darah Golongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darahmerah. Dua jenis penggolongan darah yang paling penting adalah penggolongan ABO dan Rhesus (faktor Rh). Di dunia ini sebenarnya dikenalsekitar 46 jenis antigen selain antigen ABO dan Rh, hanya saja lebih jarangdijumpai. Transfusi darah dari golongan yang tidak kompatibel dapatmenyebabkan reaksi transfusi imunologis yang berakibat anemia hemolisis,gagal ginjal, syok, dan kematian.Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan jenis antigen danantibodi yang terkandung dalam darahnya, sebagai berikut:

Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah denganantigen A di permukaan membran selnya dan menghasilkan antiboditerhadap antigen B dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengangolongan darah A-negatif hanya dapat menerima darah dari orangdengan golongan darah A-negatif atau O-negatif. Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel darah merahnya dan menghasilkan antibodi terhadapantigen A dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongandarah B-negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengandolongan darah B-negatif atau O-negatif Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah denganantigen A dan B serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen Amaupun B. Sehingga, orang dengan golongan darah AB-positif dapatmenerima darah dari orang dengan golongan darah ABO apapun dandisebut resipien universal. Namun, orang dengan golongan darah AB- positif tidak dapat mendonorkan darah kecuali pada sesama AB- positif. Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen,tapi memproduksi antibodi terhadap antigen A dan B. Sehingga, orangdengan golongan darah O-negatif dapat mendonorkan darahnyakepada orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut donor universal. Namun, orang dengan golongan darah O-negatif hanyadapat menerima darah dari sesama O-negatif.Secara umum, golongan darah O adalah yang paling umum dijumpai didunia, meskipun di beberapa negara seperti Swedia dan Norwegia, golongandarah A lebih dominan. Antigen A lebih umum dijumpai dibanding antigen B. Karena golongan darah AB memerlukan keberadaan dua antigen, A dan B,golongan darah ini adalah jenis yang paling jarang dijumpai di dunia. Transfusi diberikan untuk:

meningkatkan kemampuan darah dalam mengangkut oksigen memperbaiki volume darah tubuh memperbaiki kekebalan memperbaiki masalah pembekuan.

Tergantung kepada alasan dilakukannya transfusi, bisa diberikan darahlengkap atau komponen darah (misalnya sel darah merah, trombosit, faktor pembekuan, plasma segar yang dibekukan/bagian cairan dari darah atau sel darah putih). Jika memungkinkan, akan lebih baik jika transfusi yang diberikan hanyaterdiri dari komponen darah yang diperlukan oleh resipien. Memberikankomponen tertentu lebih aman dan tidak boros. Teknik penyaringan darahsekarang ini sudah jauh lebih baik, sehingga transfusi lebih aman dibandingkansebelumnya. Tetapi masih ditemukan adanya resiko untuk resipien, seperti reaksialergi dan infeksi.

Meskipun kemungkinan terkena AIDS atau hepatitis melalui transfusi sudah kecil, tetapi harus tetap waspada akan resiko ini dan sebaiknyatransfusi hanya dilakukan jika tidak ada pilihan lain.Pada transfusi tradisional, seorang donor menyumbangkan darah lengkap danseorang resipien menerimanya. Tetapi konsep ini menjadi luas. Tergantungkepada keadaan, resipien bisa hanya menerima sel dari darah, atau hanyamenerima faktor pembekuan atau hanya menerima beberapa komponen darahlainnya. Transfusi dari komponen darah tertentu memungkinkan dilakukannya pengobatan yang khusus, mengurangi resiko terjadinya efek samping dan bisasecara efisien menggunakan komponen yang berbeda dari 1 unit darah untuk mengobati beberapa penderita. Pada keadaan tertentu, resipien bisa menerimadarah lengkapnya sendiri (transfusi autolog). Cross matching Suatu crossmatch transfusi: sel donor dicampur dengan serum penerima.Crossmatch mempunyai tiga fungsi: Konfirmasi jenis ABO dan Rh (kurang dari 5 menit) mendeteksi antibodi pada golongan darah lain mendeteksi antibody dengan titer rendah atau tidak terjadi aglutinasi mudah yang dua terakhir memerlukan sedikitnya 45 menit.

Tindakan pencegahan dan reaksi Untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya reaksi selama transfusi,dilakukan beberapa tindakan pencegahan. Setelah diperiksa ulang bahwa darahyang akan diberikan memang ditujukan untuk resipien yang akan menerima darahtersebut, petugas secara perlahan memberikan darah kepada resipien, biasanyaselama 2 jam atau lebih untuk setiap unit darah. Karena sebagian besar reaksiketidakcocokan terjadi dalam15 menit pertama, maka pada awal prosedur,resipien harus diawasi secara ketat. Setelah itu, petugas dapat memeriksa setiap 30- 45 menit dan jika terjadireaksi ketidakcocokan, maka transfusi harus dihentikan. Sebagian besar transfusiadalah aman dan berhasil; tetapi reaksi ringan kadang bisa terjadi, sedangkanreaksi yang berat dan fatal jarang terjadi. Reaksi yang paling sering terjadi adalahdemam dan reaksi alergi ( hipersensitivitas), yang terjadi sekitar 1-2% pada setiap transfusi. Gejalanya berupa: 1. gatal-gatal 2. kemerahan 3. pembengkakan 4. pusing 5. demam 6. sakit kepala.

Gejala yang jarang terjadi adalah kesulitan pernafasan, bunyi mengi dankejang otot. Yang lebih jarang lagi adalah reaksi alergi yang cukup berat.Walaupun dilakukan penggolongan dan crossmatching secara teliti, tetapikesalahan masih mungkin terjadi sehingga sel darah merah yang didonorkansegera dihancurkan setelah ditransfusikan (reaksi hemolitik).Biasanya reaksi inidimulai sebagai rasa tidak nyaman atau kecemasan selama atau segera setelahdilakukannya transfusi. Kadang terjadi kesulitan bernafas, dada terasa sesak,kemerahan di wajah dan nyeri punggung yang hebat. Meskipun sangat jarang terjadi, reaksi ini bisa menjadi lebih hebat dan bahkan bisa berakibat fatal. Untuk memperkuat dugaan terjadinya reaksi hemolitik ini, dilakukan pemeriksaan untuk melihat apakah terdapat hemoglogin dalam darah dan air kemih penderita. Resipien bisa mengalami kelebihan cairan. Yang paling peka akan hal ini adalah resipien penderita penyakit jantung, sehingga transfusi dilakukan lebih lambat dan dipantau secara ketat.

You might also like