You are on page 1of 10

Bersih desA

Indonesia adalah sebuah negara yang mempunyai keragaman etnisitas yang tinggi. Setiap etnik memiliki barbagai macam tradisi dan kesenian yang sangat memperkaya keanekaragaman budaya Indonesia. Suku Jawa merupakan salah satu suku yang memiliki kekayaan tradisi dan kesenian itu. Salah satu tradisi yang menarik dalam budaya orang Jawa adalah tradisi Bersih Desa.

Dalam tulisan ini, kita akan melihat apa yang dimaksud dengan Bersih Desa. Apakah tradisi Bersih Desa hanya sekedar tradisi pengisi kekosongan saja? Ataukah, memang memiliki makna yang penting bagi orang Jawa?. Pada bagian lain, kita juga akan melihat bagaimana praktek Bersih Desa diadakan. Pertanyaan yang dapat diungkapkan pada bagian ini adalah; Apakah praktek Bersih Desa hanya berhenti pada rangkaian acara tanpa arti dan konteks? Seberapa jauhkah hal itu dipersiapkan dan dilakukan? Selanjutnya, kita dapat juga bertanya apakah Bersih Desa itu masih relevan pada jaman ini? Apakah ada sisi positif yang dapat kita ambil darinya?

Tulisan dibawah ini mencoba menguraikan dan sedikit banyak menjawab berbagai pertanyaan yang terungkap di atas. Oleh karena itu, secara berurutan kita akan menelaah apakah makna dari Bersih Desa, bagaimana dilakukan, proses dan unsur-unsur lain yang berkaitan. makna Bersih desa

Bersih Desa adalah salah satu tradisi Jawa yang sampai saat ini masih terus dipertahankan. Ada banyak hal yang dapat dipahami dari tradisi Bersih Desa. Sebagian orang Jawa meyakini apabila tradisi Bersih Desa tidak diadakan, akan terjadi berbagai macam bala

seperti musim kering yang panjang, wabah penyakit, gagal panen, bajir dan berbagai macam bentuk bencana yang lain[2].

Dari arti katanya, Bersih Desa degan mudah dapat dipahami. Bersih adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penduduk desa untuk membersihkan rumah, kebun, halaman, jalan raya, dan tempat-tempat umum dari berbagai bentuk kotoran. Kegiatan pembersihan, tidak hanya dilakukan sebatas membersihkan kotoran yang ada dalam wujud fisik saja. Akan tetapi, kegiatan pembersihan juga berlaku untuk membersihkan komunitas warga dan desa dari roh-roh jahat yang dapat mengganggu.[3]

Sedangkan kata Desa, bagi orang Jawa diartikan sebagai sebuah jagad[4]. Jagad itu berisikan manusia, hewan, tumbuhan, sungai, gunung, sawah, dan roh-roh yang tinggal dalam keseimbangan dan keselarasan. Oleh karena itu, setiap orang dan unsur-unsur lain di dalam jagad harus mengusahakan keseimbangan dan keselarasan terus-menerus. Jika suatu ketika, manusia tidak hidup sesuai dengan aturan, sistem nilai dan perilaku sehari-hari di dalam jagad, mereka bisa mendapatkan bala dan bencana[5]. Hal yang sama akan terjadi juga apabila roh-roh di dalam jagad dan berbagai unsur alam tidak diperhatikan dengan baik.

Dari pemahaman di atas, Bersih Desa dapat dipahami sebagai suatu cara untuk menjaga kehidupan yang seimbang dan selaras antara manusia, alam dan roh-roh dengan cara membersihkan desa atau jagad dari berbagai kotoran yang bersifat fisik dan roh-roh jahat yang mengganggu.
Bersih Desa dan Dewi Sri

Bersih Desa sering juga dikaitkan dengan ucapan rasan syukur dari para warga desa atas panen yang melimpah. Ucapan rasa syukur itu sering dihubungankan dengan hasil panen padi yang mereka peroleh[6]. Orang Jawa memahami bahwa hasil panen itu diperoleh karena

kemurahan hati dan peran Dewi Sri yang dianggap sebagai dewi padi. Oleh karena itu, Dewi Sri menjadi pusat pemujaan dan rasa syukur dari kegiatan Bersih Desa. Dewi Sri diyakini juga oleh para petani sebagai penjaga dan pengendali perputaran musim. Dalam mitos, Dewi Sri yang sering juga disebut Sri Sadana, dianggap sebagai orang pertama yang menanam padi, kelapa, jagung, cabe, dan terung di Jawa. Oleh karena itu, Dewi Sri begitu sangat dihormati oleh orang Jawa. Dengan keterangan itu, kita tentunya semakin mudah memahami bahwa Bersih Desa adalah suatu perayaan yang sangat penting artinya bagi orang Jawa. Apalagi, kita mengetahui bahwa sebagian besar orang Jawa bermatapencaharian sebagai petani. Mereka tidak seperti suku-suku lain di luar Jawa yang lebih bayak berpencahariaan sebagai peladang. Dengan kata lain, orang Jawa menganggap bahwa sawah adalah bagian dari kehidupan mereka.

Pada jaman dahulu, penghormatan kepada Dewi Sri merambah sampai kerumahrumah orang Jawa. Oleh karena itu, pada setiap rumah petani, hampir selalu ada ruangan khusus yang digunakan untuk meletakkan seikat padi, tebu dan kelapa sebagai tanda penghormatan kepada Dewi Sri. Barang-barang itu mereka yakini sebagai simbol agar mereka mendapatkan kemakmuran dan rezeki yang melimpah dalam kehidupan dan pekerjaan[7].

Apabila kita mengamati tradisi Bersih Desa lebih jauh, kita akan menemukan banyak hal yang menarik. Bersih Desa seringkali merupakan ungkapan akan penghayatan agama asli orang Jawa. Dalam kehidupan orang Jawa, kita masih dapat menemukan kepercayaan animisme dan dinamisme yang menjadi keyakinan asli mereka. Yang lebih mengherankan, seringkali orang Jawa juga beragama Muslim entah sebagai abangan, santri atau bahkan beragama sebagai priyayi[8]. Namun demikian, tradisi Bersih Desa tetap mendapat tempat khusus bagi orang Jawa tersebut tanpa memperhitungkan sungguh bentuk agamanya.

Dalam konteks yang lebih luas, penghayatan Bersih Desa pada prinsipnya juga terdapat di luar Indonesia. Hal itu khususnya terjadi di daerah-daerah Asia Tenggara yang telah menerima unsur-unsur agama Budha seperti Thailand, Burma, Vietnam dan Kamboja . Kejadian ini tidak mengherankan, karena tradisi Bersih Desa pada dasarnya adalah ritual penyucian. Berdasarkan penelitian para ahli yang berkompeten mengenai hal itu, dikatakan bahwa tradisi tersebut sesungguhnya bersifat universal. Artinya, semua orang dan daerah kemungkinan besar melakukanya, hanya saja bentuknyalah yang berbeda[9]. Praktek Bersih Desa

Dalam peta tradisi orang Jawa, praktek Bersih Desa menjadi salah satu bagian dari tradisi slametan. Slametan bagi orang Jawa berarti sebagai sebuah upacara inti yang mencakup seluruh aspek kehidupan baik yang sederhana atau pun yang penting. Di dalam slametan, setiap orang berada dalam keselarasan. Mereka tidak lagi dibedakan antara satu dengan yang lain. Mereka tidak dipandang lebih rendah atau lebih tinggi dari yang lain. Dengan kata lain, mereka tidak mau dipisahkan antara satu dengan yang lain. Bagi orang Jawa, slametan juga menjadi sarana komunikasi antara manusia dengan roh-roh halus di sekitar mereka. Mereka meyakini bahwa dengan mengadakan slametan, mereka dapat menjauhkan diri dari roh-roh jahat yang mengganggu dan sekaligus bersyukur atas kebaikan roh-roh lain yang berbuat baik.

Dalam slametan, bentuk komunikasi antara manusia dengan roh-roh halus dilakukan melalui berbagai sarana seperti makanan, jajanan[10], kemenyan dan sarana-sarana lain yang mendukung. Orang Jawa meyakini, bahwa dengan menyediakan berbagai sesaji itu, roh-roh halus akan duduk bersama untuk menikmati apa saja yang telah disediakan. Cara roh-roh halus menikmati berbagai sesaji itu digambarkan hanya dengan membauinya. Sedangkan

bagi roh-roh jahat, bau kemenyan dengan sendirinya menjadikan mereka pasif dan tidak akan mengganggu manusia[11].

Menurut kategorinya, slametan dapat dibedakan dalam beberapa kelompok. Dalam salah satu kelompok itu, Bersih Desa mendapat tempat yang khusus sebagai salah satu bentuk slametan komunal-sosial.

Jenis slametan yang pertama adalah slametan yang diadakan seturut dinamika krisis kehidupan orang Jawa seperti kematian, kelahiran, perkawinan dan khitanan. Yang ke dua, slametan diadakan seturut dengan hari-hari raya Islam seperti Maulud Nabi, Idul Fitri, Idul Adha dan sebagainya. Yang ke tiga, slametan diadakan berkaitan dengan integrasi sosial desa. Slametan dalam kelompok ini mempunyai dimensi yang cukup luas karena mencakup peran serta seluruh warga desa, contohnya adalah Bersih Desa. Dan jenis slametan yang ke empat diadakan sesuai dengan kebutuhan atau kejadian luar biasa tertentu misalkan, ganti nama, saat seseorang sakit, pindah rumah, terkena tenung dan lain sebagainya[12].

Bersih Desa sebagai salah satu bentuk dari slametan, mempunyai ciri khasnya sendiri dibandingkan dengan bentuk slametan yang lain. Seperti telah dikatakan di atas, Bersih Desa mempunyai dimensi yang cukup luas. Bersih Desa berkaitan erat dengan dimensi sosial dalam suatu desa tertentu. Maka dari itu, pentingnya untuk mengadakan Bersih Desa kadangkala tidak mudah ditawar-tawar. Bersih Desa adalah sebuah wadah dimana orang Jawa dapat berinteraksi sosial secara lebih intensif.

Di dalam praktenya, Bersih Desa memiliki aturan dan rotasi tersendiri yang tidak begitu saja dapat diubah. Bersih Desa pada umumnya diadakan pada bulan Sela, yaitu bulan ke sebelas dalam penanggalan Jawa, di dalam tahun Kumariah atau bulan Sawal pada penanggalan orang Arab. Namun, tanggal pelaksanaan dan juga tempat diadakannya

dibedakan dari satu desa ke desa yang lain[13]. Perbedaan itu disesuaikan dengan keinginan dan karakter dari masing-masing danyang[14] desa.
Proses Bersih Desa

Dalam proses slametan Besih Desa, biasanya dipersiapkan berbagai kelengkapan atau uba rampe sebagaimana lazimnya dalam bentuk slametan yang lain. Jenis uba rampe itu berupa, Nasi, sayuran yang di urap, ikan asin, telur rebus dan lain-lain[15]. Disamping berbagai uba rampe di atas, dalam slametan Bersih Desa juga disediakan berbagai macam sajen atau sesaji. Sajen ini sangat beragam dan biasanya mempunyai makna khusus seturut dengan danyang yang diberi sesajian. Berikut ini adalah beberapa contoh bentuk sesajen dalam salah satu kegiatan slametan Bersih Desa;

1. Sajen Gedhang Raja 2.


Sajen ini diwujudkan dalam bentuk pisang raja dua sisir, kinang komplit, kembang setaman (mawar, melati, kenanga, dan kantil), dan uang wajib lima ratus. Sajen Jajan Pasar Sajen kedua diwujudkan dalam bentuk pisang raja dan pulut, kendi umpluk-umpluk di atas daun dadap srep, kremukan, cerutu, sambel gepeng, nasi putih, jenang abang putih, jajan pasar (srabi setangkep, getuk, wajik, jadah, arem-arem, geplak, lempeng, rengginang, alen-alen, jambu, jeruk, salak, kacang godhog, nangka, blimbing, ketela pohon, dan ketela rambat) Sajen Kembang Telon Sajen ketiga diwujudkan dalam bentuk kembang telon (mawar, kenanga, dan kantil), boreh, irisan pandan, irisan jengkol, kedele, dan irisan kol. Sajen Sega Ambengan Sajen keempat diwujudkan dalam bentuk nasi putih, krupuk, peyek, telur dadar, tempe dan tahu goreng/bacem, sayur tempe pedas, dan bihun. Sajen Sega Gurih Sajen terakhir diwujudkan dalam bentuk nasi gurih dan ingkung ayam jago. Nasi dan ingkung ditempatkan dalam maron atau kwali[16]

3. 4. 5.

Semua makanan, uba rampe dan sesajian slametan Bersih Desa ditata dengan rapi dan apik pada nampan yang terbuat dari anyaman bambu. Nampan itu kemudian diletakkan di tengah ruangan atau tempat dimana akan diadakan kegiatan slametan Bersih Desa[17]. Kemudian, kepala desa akan memimpin acara pembukaan slametan Bersih Desa. Biasanya, kepala desa tidak hanya sendirian memimpin acara Bersih Desa. Di sampingnya hampir selalu ada modin[18] yang siap untuk membacakan doa-doa dari Quran dan sumber-sumber

Jawa dimana pujaan ditujukan kepada Allah, Nabi Mohamad, Dewi Sri dan Danyang desa. Setelah doa-doa itu selesai didoakan, para tamu akan dipersilakan untuk makan bersama dan membawa pulang sisa makanan yang telah mereka nikmati. Dalam kegiatan slametan Bersih Desa ini, hampir seluruh lapisan masyarakat desa ikut ambil bagian entah itu yang tua, muda atau bahkan anak-anak.

Ritual slametan Bersih Desa tidaklah sesingkat seperti bentuk slametan yang lain. Paling tidak, ritual Bersih Desa membutuhkan waktu kurang lebih satu hari satu malam. Hal ini tidak salalu persis sama antara satu desa dengan desa yang lain. Langkah-langkah Bersih Desa biasanya diawali dengan pertemuan para pini sepuh[19]desa yang akan mengadakan Bersih Desa. Setelah diadakan pertemuan itu, para warga desa akan mendapatkan pengumuman kapan dan hari apa Bersih Desa akan diadakan. Sehari sebelum Bersih Desa diadakan, setiap warga akan mengadakan kerja bhakti dan gotong-royong untuk membersihkan tempat-tempat umum seperti, jalan raya, sendang umum, rumah-rumah penduduk setempat secara pribadi dan tempat dimana akan diadakan slametan Bersih Desa. Selain kegiatan bersih-bersih, banyak juga biasanya warga desa yang pergi nyekar[20] ke makam leluhur dan kerabat mereka yang telah meniggal dunia. Ada kalanya, mereka juga membawa beberapa jenis bunga dan sesajian seperlunya.

Pada siang hari di saat Bersih Desa akan diadakan, semua warga berkumpul dengan membawa makanan, jajanan dan sesajian dari rumah masing-masing. Di tempat Bersih Desa, semua makanam ditata rapi ditengah dan dikelilingi oleh semua warga. Pada umumnya, sebelum doa slametan didoakan oleh modin, kepala desa terlebih dahulu akan memberikan kata sambutan, ucapan syukur dan rangkaian acara Bersih Desa. Kemudian, acara baru dilanjutkan dengan doa dan makan bersama. Setiap orang yang hadir boleh menikmati hidangan yang telah dikumpulkan di tempat itu. Setelah mereka menikmati makanan

secukupnya, mereka membawanya pulang. Segera setelah itu, para warga secepatnya kembali ke tempat diadakan Bersih Desa untuk menonton pertunjukan hiburan yang telah dipersiapkan. Hiburan itu biasanya akan berlangsung hingga sore hari dan dilanjutkan pada malam harinya.

Mengenai pembagian waktu dalam pementasan hiburan Bersih Desa sangat ditentukan oleh bentuk hiburan yang ditanggap. Misalkan yang ditanggap adalah kledek, maka pembagian waktunya akan berbeda dengan tanggapan wayang.
Varia Bersih Desa

Dalam praktek Bersih Desa, jenis danyang berpengaruh pada bentuk hiburan yang akan ditampilkan. Orang Jawa menyakini bahwa jika bentuk hiburan yang ditampilkan tidak sesuai dengan keinginan danyang, akan terjadi sesuatu yang tidak baik di desa[21].

Dalam kategorinya, danyang dibagi dalam 3 kelompok. Yang pertama adalah danyang abangan. Danyang jenis ini biasanya memiliki karakter yang agak kasar. Danyang abangan biasanya lebih menyukai bentuk hiburan kledek dan tayuban dalam peringatan Bersih Desa. Yang ke dua adalah danyang Santri. Danyang ini lebih suka dengan hiburan jenis terbangan atau salawatan. Dan yang ke tiga adalah danyang halus atau priyayi. Biasanya danyang ini lebih suka dengan jenis hiburan wayang kulit, sebab ada anggapan bahwa wayang kulit adalah hiburan yang mempunyai nilai seni tinggi[22].

Berikut ini kita akan melihat beberapa contoh dari aneka danyang yang telah dikelompokkan di atas: di suatu desa dekat Mojokuto, Kediri, Jawa Timur ada sosok danyang dengan nama Mbah Jenggot. Danyang itu memiliki karakter seperti bajingan. Oleh karena itu, danyang ini lebih suka meminta tanggapan tayub dan bakaran candu dalam acara Bersih Desa. Sedangkan di desa Wukirsari, Imogiri, Jawa Tengah, yang memiliki danyang bernama

Panembahan Juminah, lebih suka dihibur dengan nyanyian yang bersifat keagamaan, seperti terbangan dan salawatan. Lain lagi dengan desa Penggung, Boyolali, Jawa Tengah, di sana terdapat danyang dengan nama Mbah Simbar Joyo. Danyang ini lebih suka hiburan wayang dan kerawitan[23]. Dengan begitu jelaslah bahwa jenis danyang memang menentukan betuk hiburan apa yang cocok untuk Bersih Desa.

Adanya kegiatan hiburan dalam tradisi Bersih Desa, ternyata mengundang perhatian banyak orang. Pada umumnya, ketika suatu desa mengadakan peringatan Bersih Desa, ada banyak orang dari luar desa dan bahkan para wisatawan datang untuk menyaksikanya entah karena tertarik oleh hiburanya atau karena merasa ada sesuatu yang unik dari tradisi itu. Keadaan semacam itu paling tidak justru membawa dua keuntungan. Pertama, dalam bidang pariwisata, Bersih Desa dapat mengundang wisatawan dengan berbagai kontribusi ekonominya. Ke dua, dengan adanya peringatan Bersih Desa, sebenarnya tradisi itu justru semakin mendapat pengakuan umum. Setiap orang secara langsung atau tidak diajak untuk berfikir dan menimbang bahwa tradisi Bersih Desa merupakan sebuah kekayaan budaya yang kelangsunganya perlu dijaga. Catatan akhir Bersih Desa Bersih Desa adalah sebuah pesta tradisi orang Jawa yang sepenuhnya sadar bahwa hidup adalah sebuah kemanunggalan. Kemanunggalan atau kesatuan tidak hanya perlu bagi manusia yang hidup di dunia ini saja. Kemanunggalan juga perlu diwujudkan dengan kosmos dan roh-roh, entah yang baik atau pun yang jahat. Dengan mengadakan Bersih Desa orang Jawa mau meyatakan bahwa keselarasan dan keseimbangan antara berbagai unsur jagad perlu dilakukan terus-menerus.

Dalam usaha menjaga keselarasan itu, orang Jawa atau orang-orang desa lebih tepatnya diajak untuk mengungkapkan kesungguhan mereka dalam wujud nyata melalui berbagai simbol dan ungkapan dalam acara Bersih Desa. Oleh karena itu, dalam tradisi Bersih Desa, setiap orang diajak untuk memberikan kontribusinya, entah dalam praktek kebersihan kongkrit, mempersiapkan uba rampe untuk slametan dan hiburan sebagai salah satu bagian yang memang tidak dapat dipisahkan.

Sampai saat ini, ternyata Bersih Desa masih menjadi suatu tradisi penting bagi orang Jawa. Maka, tidak mengherankan apabila di beberapa tempat, tradisi Bersih Desa masih terus dilakukan. Tradisi itu bukan hanya berharga bagi orang Jawa saja. Bersih Desa juga telah menjadi ajang budaya yang menarik banyak orang. Oleh sebab itu, seringkali tradisi Bersih Desa dapat juga menarik perhatian para wisatawan. Dengan sendirinya, Bersih Desa sebenarnya mendapatkan dukungan dan pengakuan yang sangat berarti dan tetap layak untuk diadakan.

You might also like