You are on page 1of 16

ADMINISTRASI PEMBANGUNAN BAB X BAGAIMANA MENGELOLA PARTISIPASI MASYARAKAT MAKALAH

Oleh: Kelompok 4
1.EKA TRI WAHYUNI 2. FERY VIDYA. W 3. DERI PRADANA P.A 4.ILYASA SURYANINGPRAJA 5.RIRIN ANGGRAINI 6.ALFAN RAHMATULLAH 115030613111002 115030607111002 115030607111014 115030600111013 0610313153 105030607111010

PERENCANAAN PEMBANGUNAN ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan pertolonganNya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Dalam makalah ini kami juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak dosen yang telah membimbing kami dalam menulis makalah ini. Dalam makalah ini kami membahas tentang. makalah ini akan menjelaskan bagaimana mengelola peranserta dalam proses pembangunan administrasi. Semoga makalah yang kami buat ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat memberi wawasan yang lebih luas bagi pembaca. kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini memiliki banyak kekurangan maka dari itu kami sebagai penyusun membutuhkan kritik dan saran dari pembaca.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sebagai proses peningkatan kemampuan manusia untuk menentukan masa depannya ini berarti bahwa masyarakat perlu dilibatkan dan berperan dalam proses pembangunan tersebut. peranserta atau empowerment merupakan bagian proses dan definisi dari pembangunan. Partisipasi oleh masyarakat atau partisipasi oleh pemanfaatan proyek dalam pembuatan rancangan dan pelaksanaan proyek. Mengelola peranserta bukanlah semata-mata melibatkan masyarakat dalam tahap perencanaan atau dalam evaluasi proyek,dalam peranserta tersirat makna atau integritas keseluruhan proyek. Peranserta merupakan sikap keterbukaan terhadap persepsi dan perasaan pihak lain, peranserta berarti perhatian mendalam mengenai perbedaan atau perubahan yang akan dihasilkan suatu proyek sehubungan dengan kehidupan masyarakat. Peranserta adalah kesadaran mengenai kontribusi yang diberikan pihak-pihak lain untuk suatu kegiatan. Disini kami akan membahas berbagai pendekatan terhadap peranserta, kemudian kita akan mengamati peranserta dari sudut pandang masyarakat. Pandangan masyarakat terhadap partisipasi, hal-hal apa yang tersaran dari hubungan pengorganisasian perencanaan dan pengelolaan proses peranserta, dan juga peningkatan daya guna proses-proses itu.

BAB II PEMBAHASAN

Jenis-jenis Peranserta
Peranserta dalam Proses Andministrasi dan Politis Peranserta selama ini didefinisikan dengan perilaku yang bersifat partisipan atau politis seperti pemungutan suara, kampanye, kegiatan kelompok kepentingan, dan lobbiying. Kegiatankegiatan itu oleh John Nelson disebut sebagai bentuk-bentuk peranserta horisontal yang dilibatkan secara kolektif dalam upaya untuk mempengaruhi keputusan-keputusan kebijakan. selanjutnya Nelson menyebutkan peranserata vertikal. Peranserta vertikal ini mencakup segala kesempatan ketika anggota masyarakat mengembangkan hubungan tertentu dengan kelompok elit dan pejabat, dan hubungan itu bermanfaan bagi keduanya. Contohnya antara lain jaringan patron-kline dan wahana politik (political machines). Dalam kedua hal tersebut letak perhatian masyarakat bukan terletak pada bagaimana mempengaruhi pemerintah melainkan lebih pada pengembangan hubungan tertentu yang dapat memberikan manfaat. Peranserta dalam proses administrasi merupakan sarana ketiga dalam peranserta, yaitu berbentuk kegiatan-kegiatan kelompok kepentingan untuk mengolah keputusan administrasi, atau pertukaran (exchange) tertentu antara patron dan klien, namun peran serta ini biasanya lebih luas cakupannya dari pada peranserta bentuk lain. Perubahan-Perubahan Arti Peranserta Perspektif yang berbeda mengenai peranserta menimbulkan perdebatan,yang menjadi perhatian utama dalam perbedaan pengertian atau pendeskripsian yaitu 1950an dan 1960 ialah bagaimana mengontrol peranserta dari segi besar dan jenisnya.dalam periode ini peranserta di definisikan secara politis sepenuhnya ,diartikan sebagai pemungutan suara, keanggotaan dalam partai, kegiatan dalam perkumpulan sukarela ,gerakan-gerakan protes, dan sebagainya. Dalam masa tahun 1970an, arti peranserta dalam konteks pembangunan mualai diberi definisi baru.dalam periode ini peranserta sudah tidak di definisikan lagi sebagai proses politik dan electoral, melainkan mulai dihubungkan dengan proses administratife. Menurut Jhon Coen dan Norman Uphoff, perubahan sikap ini pada mulanya di pacu oleh oleh politisi dan pemikiran yang kuat tentang penanggulangan pemberontakan. Peranserta dinilai sebagai alternatife bagi gerakan-gerakan revolusioner. Proses pelaksanaan (implementasi) mempunyai kemungkinan menjadi arena utama tempat individu dan kelompok dapat mengejar kepentingan-kepentingan yang bertentangan dan bersaing memperebutkan sumber-sumber daya yang langka. Bahkan proses pelaksanaan ini mungkin merupakan mata rantai utama dalam interaksi antara pemerintah dan warganegara.

Peranserta dalam perencanaan dan pelaksanaan program-program dapat mengembangkan kemandirian (self-reliance) yang dibutuhkan oleh para anggota masyarakat pedesaan demi akselerasi pembangunan.hal baik untuk meramalkan keberhasilan adalah banyak nya atau besar nya aksi lokal dalam proyek.Peran serta ternyata berarti ikut dalam proses perencanaan dan pelaksanaan proyek. Peran serta bukannya disamakan dengan politik pemilihan umum (electorial politics) melainkan di beri arti yanglebih pragmatis, yakni melibatkan masyarakat dalam tindakan-tindakan administrative yang yang mempunyai pengaruh langsung terhadap masyarakat. Masyarakat dapat menghasilkan informasi yang berguna dan sering dapat memperbaiki rancangan proyek. Model pengembangan masyarakat Makna yang diberikan pada peranserta juga tersirat dalam pendekatan yang dinamakan Pengembangan Masyarakat (comunity development). Pengaruh pendekatan ini terutama terasa pada tahun 1950an ketika ia menyebar luas meliputi enam puluh negara, kendati Indialah yang mengintroduksikannya secara sistematik. Inti gerakan dan metoda pengembangan masyarakat ialah membantu orang untuk menolong dirinya sendiri dalam memperbaiki kondisi materiil dan nin materiil dalam kehidupannya, karena diasumsikan bahwa dalam jangka panjang, di bidang inilah terletak keselamatan masyarakat itu. Ideologi pengembangan masyarakat ini jarang terwujud dalam kenyataan. Oleh beberapa pihak ia dipandang sebagai suatu cara untuk meningkatkan hasil pertanian, dan bukan dipandang sebagai tujuan itu sendiri. Menjelang tahun 1965 model pengenmbangan masyarakat ini kebanyakan ditinggalkan orang, karena hasilnya tidak sepadan, mudahnya manfaat melenceng ke jurusan pihak yang lebih kaya, dan konflik-konfliknya dengan birokrasi yang ada. Suatu studi mencatat beberapa hal berikut ini : 1. Peranserta janganlah dijadikan suatu program yang terpisah, ia merupakan suatu proses dan oleh sebab itu hendaknya dipadukan dengan kegiatan-kegiatan lain, 2. Peranserta harus didasarkan pada organisasi lokal, 3. Distribusi yang lebih adil akan mendorong lebih banyak partisipasi, 4. Perlu diciptakan mata rantai antara berbagai tingkat, dan hendaknya pembangunan tidak didasarkan pada upaya-upaya yang terpisah-pisah. Penerimaan Manfaat Peranserta umunya didefinisikan dalam arti pengruh atau menjadi bagian suatu proses, peranserta terkadang didefinisikan dengan manfaat yang diterima masyarakat dari pembangunan. Perspektif ini didasarkan pada kontribusi para ekonom dan telah digunakan oleh para analis pembangunan lainnya.

Kekuasaan Versus Ko-optasi Peranserta harus dipahami dalam hubungannya dengan kekuasaan. Hal yang mendasar ialah bahwa jika masyarakat tidak memiliki kekuasaan untuk mendukung preferensi dan permintaannya, permintaan itu tidak akan mungkin dipenuhi. Dengan demikian peranserta merupakan suatu cara yang dapat digunakan untuk menciptakan maupun mengungkapkan kekuasaan melalui pemilihan dan kelompok kepentinganm atau melalui koperasi dan kelompok penyewa (tenant). Peranserta dalam proses administratif memiliki kelemahan khusus terhadap ko-optasi ini, dan cukup mudah dimanfaatkan untuk mengukuhkan pengaruh para manajer. Ralf Dahrendorf, ahli teori konflik itu mengungkapkan bahwa dalam kenyataannya kooptasi bukanlah suatu penyimpangan, ko-optasi adalah sesuatu penyimpangan melibatkan interaksi antara pihak yang berpengaruh dengan yang tidak memiliki pengaruh itu. Ada beberapa strategi peranserta yang lebih sesuai dengan kemandirian basis otoritas itu, dan tidak demikian mudah termakan ko-optasi jika dibandingkan dengan setrategi lain. Mary Hollnsteiner mendaftar berbagai setrategi yang didasarkan pada pekerjaannya di Filipina. Memikirkan peluang untuk kelompok, miskin perkotaan, dia mencatat enam sarana peranserta, yakni : 1. Perwakilan oleh kelompok warga yang mantap, 2. Penunjukan pemuka-pemuka lokal untuk menduduki posisi resmi, 3. Memberikan kemungkinan bagi masyarakat untuk memilih satu di antara beberapa rencana, 4. Konsultasi sepanjang proses perencanaan, 5. Memasukkan wakil masyarakat dalam dewan pembuat keputusan, 6. Kontrol masyarakat terhadap dana dan pengeluaran biaya. Pihak-pihak yang prihatin tentang mudahnya terjadi ko-optasi sering mengatrahkan perhatian mereka pada protes. Menurut pandangan mereka, protes bukan setrategi alamiah atau yang lebih disukai, proses mulai muncul manakala saluran-saluran formal macet. Nilai Peranserta sebagai Peranserta Sebagian arti Penumbuhan Kekuasaan ialah peningkatan keinsafan dan pengetahuan mengenai kemampuan untuk menghasilkan hal yang diinginkan. Kemampuan ini khususnya penting bagi rakyat yang pernah mengalami kolonisasi, ia menjadi semacam obat penawar kenyerian psikologis yang diakibatkan oleh kolonisasi. Seperti ditulis oleh Goulet, Saya memasukkan peranserta optimum sebagai salah satu kaidah strategi pembangunan karena jika upaya-upaya untuk memperluas peranserta tidak dilaksanakan, pembangunan justru akan mengganggu manusia dalam upayanya untuk memperoleh martabat dan kemerdekaan dari manupulasi. Dilema dalam administrasi pembangunan Dalam paparan-paparan tersebut tampak bahwa kendati ada berbagai kemungkinan dalam mendefisinikan peranserta, prespektif dominan yang terdapat dalam literature ialah

memperlakukan peranserta secara pragmatik ; peran serta dipandang sebagai suatu strategi untuk memperbaiki proses pembangunan. berikut ini kita akan mencoba memperhatikan soal kekuasaan dan masalah pengembangan diri. Dalam administratif peranserta tetap suatu proses yang bersifat politis, karena masyarakat dapat mempengaruhi organisasi.masyarakat dapat memudahkan dalam pengambilan keputusan dengan mengajukan informasi yang bermanfaat atau mereka dapat pula melambankan proses tersebut. Suatu kajian tentang empat proyek partisipatif menyimpulkan bahwa sumbangan pokok dari peranserta bersifat politis dan bukannya teknis; artinya, sumbangan peranserta dalam meningkatkan keefektifan proyek mungkin tidak sebesar sumbangannya untuk memungkinkan para partisipan turut menentukan batasan arti keefektifan itu. Peranserta adalah suatu cara bagi kelompok miskin untuk memberikan sumbangan dalam penetapan suatu definisi mengenai daya guna proyek yang melayani kepentingan mereka. Beberapa dilema-dilema khas yang menghadang para administrator ketika mereka menangani proyek-proyek partisipatif ialah : 1. Akses. Kelompok kelompok atau anggota-anggota masyarakat manakah yang harus dicakup ? 2. Daya Tanggap. Terhadap siapakah para administrator harus tanggap? Terhadap masyarakat yang terorganisir atau masyarakat yang tak terorganisasi dan lebih sulit diamati ? 3. Profesionalisme. cara apakah yang terbaik untuk mengevaluasi preferensi warga masyarakat bila hal itu berlawanan dengan pertimbangan, penilaian, dan disiplin profesional? 4. Keefektifan. Apa yang dapat dikerjakan seorang administrator jika masyarakat yang terorganisir memveto atau merong-rong suatu proyek sehingga hanya sedikit yang terlaksanakan?

Implikasi pertanyaan tersebut ialah bahwa nilai peranserta tidak hanya terletak pada ada tiadanya peranserta tersebut. Nilai peranserta bervariasi, brgantung pada siapa yang akan berperanserta, pada tahap administratif yang mana, dan apa jenis kegiatan yang di lakukan oleh partisipan atau pemeranserta itu. peranserta yang lebih banyak tidak selalu lebih baik karena nilainya bergantung pada jenis partisipan, keadaan dan lingkungan, pelaku partisipasi, dan kepentingan yang di layani oleh partisipasi itu. Masalah masyarakat adalah mendapatkan pegangan bahwa para administrator itu dapat mereka andalkan, dan bagaimana menemukan berbagai cara tertentu untuk mempengaruhi administrator.Warga suatu Negara sedang berkembang dengan demikian memandang masalahmasalah yang sama itu secara berbeda-beda.

Akses. Dengan asumsi para birokrat mencoba membentuk koalisi koalisi dengan para pendukung, hak suara atau akses apakah yang dapat di miliki oleh pihak yang tidak mendukung Daya Tanggap. Para administrator sering mendapatkan manfaat dari proses administratif. Tetapi bagaimana hal nya bila yang terjadi tidak demikian, dan oposisi mengancam mereka? Bagaimana konsep oposisi-loyal secara berangsur-angsur dapat ditanamkan? Andalan pelindungan apakah yang dimiliki oleh kelompok miskin, para buruh tani, agar mereka mendapatkan perhatian yang serius? Profesionalisme. Berdasarkan profesionalisme mereka, para administrator mungkin cepat-cepat mengasumsikan bahwa mereka tahu apa yang terbaik untuk para pemanfaat proyek dan pihak-pihaklain dalam komunitas. Anggapan semacam ini khususnya popular di mana sering terdapat jarak sosial yang besar antar birokrat dan masyarakat umum. Sementra itumasyarakat mudah merasa terancam oleh keahlian dan kehadiran administrator. Persoalan yang dihadapi warga masyarakat ialah mengembangkan sumber otoritas yang mandiri bagi masyarakat itu sendiri. Keefektifan. Masyarakat mungkin mendefisinikan keefektifan (daya guna ) secara berbeda dengan para administrator. Karna itulah administrator dan warga masyarakat biasa memiliki prespektif berbeda mengenai proses partisipatif itu.suatu cara untuk menggabungkannya ialah memandang peran serta sebagai proses belajar, sebagai interaksi mutual. Para administrator perlu berbagi penilaian dan pandangan dengan warga masyarakat banyak dan perlu melenturkan penilaian professional mereka mengenai prefensi-prefansi masyarakat. Yang penting ialah, bahwa proses itu jangan hanya menguntungkan para administrator melainkan uaga memudahkan masyarakat untuk mencapai dan melindungi kepentingankepentingannya.

Kalkulus peranserta Manfaat dan biaya Manfaat dan biaya sejauh ini telah kita pikirkan letak peranserta dalam proses administratif dengan mengansumsi bahwa jika ada peranserta maka masyarakat akan ingin melibatkan diri. Prespektif sosiologinatau mengamati pengaruh pengaruh sosio ekonomi terhadap masyarakat, sedangkan prespektif ekonomi memusatkan perhatian pada pilihanpilihan yang di buat masyarakat untuk mencapai tujuan-tujuannya. Model- model ekonomi memprediksi bahwa individu akan mengejar tujuantujuannya dengan cara demikian rupa hingga manfaat yang di harapkannya akan seimbang

dengan biaya yang akan dibayarkannya. Ciri cirri kultural dan sosial ikut menentukan caracara masyarakat mendefisinikan tujuan-tujuannya. Variasi variasi tersebut dapat dimasukan dalam model model piliahan dengan mengacu pada konsep utilitas (kegunaan) dan bukannya hasil ekonomi belaka. Penelitian mengenai validitas model ini dalam pembangunan pedesaan telah meneambahkan dua sumber kualifikasi yang penting, yaitu biaya risiko dan biaya oportunitas (risk and opportunity costs). Hal penting yang hendak di kemukakan analisis ini ialah bahwa petani tidak mengadopsi inovasi atau tidak memberikan sumbangan pada suatu proyek, masalahnya tidaklah senantiasa dan niscaya timbul dari apati atau tradisionalisme. Soalnya ialah, semakin rendah pendapatan mereka semakin kecil resiko yang sanggup mereka tanggung, dan makin lemah insentif mereka untuk melibatkan diri dalam suatu proyek atau mencoba cara pemupukan baru. Kualifikasi kedua ialah bahwa petani akan memasukkan biaya oportunitas dalam perhitungan mereka. Dalam memperkirakan manfaat yang akan di petiknya dari suatu kegiatan petani mempertimbangkan juga manfaat-manfaat alternatif yang akan diperolehnya andaikata dia menggunakan waktunya untuk berbuat sesuatu yang lain. Jika petani menghadiri pertemuan atau rapatperwujudan biaya yang dikeluarkannya bukan hanya hilangnya waktu melainkan juga hilangnya hikmah beristirahat. Dari sini kita bisa menuliskan rumus berikut: P= [(B x Pr ) (DC + OC)] R Partisipasi (P) adalah sebuah fungsi dari manfaat (benefits-B) yang akan di peroleh, dikalikan dengan probabilitas atau kemungkinan untuk benar-benar memetik manfaat itu (probability-Pr), dikurangi dengan dua jenis biaya yakni biaya langsung (directcosts-DC), dan biaya oportunitas (opportunity costs-OC), semuanya itu dikalikan dengan besarnya resiko yang sanggup di tanggung (risks-R). kelompok miskin mempunyai kemungkinan yang jauh lebih kecil untuk berperanserta jika dibandingkan dengan kelompok yang mempunyai sumber-sumber daya yang lebih besar. Petani sebagai pengelola/manajer Rumus diatas menyatakan bahwa perhitungan mengenai resiko yang bervariasi menurut pendapatan petani dan menurut peran petani dalam menyusun rencana. Menurut Allen Jadlicka, petani sendiri adalah seorang manajer, seorang yang mempunyai kendali atas usaha produksinya (seberapapun kecil kendalinya) serta berupaya untuk memperoleh hasil dari usahanya tersebut.

Masalah masalah khusus mengenai wanita Wanita juga mempunyai peran dalam proses pembangunan, persoalannya bagaimana peran dan pemikiran mereka tentang perannya tersebut. Apakah berfikir berdasar jenis kelamin atau berdasar pada kelas (kedudukan) mereka. Jika berdasar pada jenis kelamin mereka maka pembangunan akan diarahkan untuk membantu mereka, dan jika berdasar pada kelas (kedudukan) mereka pembangunan akan diarahkan untuk membantu kedudukan mereka dalam kelas sosial. Karena dalam berbagai kasus, para wanita dalam kehidupan sosial ditempatkan pada kedudukan yang paling miskin diantara pihak lain yang tidak memiliki kekuasaan. Dalam banyak hal, wanita di pedesaan bukan hanya diupah lebih rendah dari laki-laki terkadang mungkin lebih buruk lagi bahkan di era modernisasi saat ini berlangsung masih diterapkan pemikiran seperti itu. Para perencana barat memandang wanita hanya untuk tinggal dirumah bukan untuk bekerja di sawah, akibatnya penyuluhan pertanian tidak ditujukan untuk membantu wanita dalam melakukan pekerjaannya di luar rumah. Dengan adanya ciri diatas, berarti untuk wanita di sisi biaya pada persamaan itu akan lebih tinggi. Oleh karena mereka lebih sering kerja di rumah dan di sawah , maka biaya oportunitas mereka lebih tinggi, dan karena pengalaman dan sumber daya mereka lebih kecil, maka lebih tinggi jugalah biaya langung mereka untuk berperanserta. Disini membuktikan bahwa ketiadaan kekuasaan (powerlessness) sama dengan peran kecil dalam manfaat dan pengaruh. Tindakan kolektif Kalkulus ekonomi juga berguna untuk memehami keputusan masyarakat untuk berperanserta atau tidak dalam kegiatan kolektif.pengertian ekonomi, tindakan kolektif merupakan sesuatu yang esensial untuk menghasilkan sarana kesejahteraan umum (pubic good). Public good ini dapat dinikmati oleh orang-orang dalam komunitas, tidak mempedulikan mereka menyumbangkan eksistensinya atau tidak. Dalam berbagai kejadian seseorang akan memilih untuk tidak berturut serta dalam melakukan tindakan kolektif apabila tanpa berturut sertapun mereka tetap mendapatkan manfaat yang sama. Sebagai contoh, seseorang berfikir untuk tidak mengikuti kerja bakti dalam kegiatan pembersihan saluran irigasi karena tanpa mengikutipun dia akan memperoleh manfaat yang sama dengan orang yang turut serta dalam kegiatan tersebut. Dengan demikian untuk mengatasi permasalahan tersebut perlu menerapkan program dengan desain proyek partisipatif. Berikut strategi dalam menerapkan strategi partisipatif : 1. Administrator harus memahami bagaimana pandangan komunitas mengenai manfaat dan biaya, dan bagaimana mereka menaksir resiko pada programnya. 2. Administrator harus menemukan cara untuk menekan biaya-biaya peranserta.mereka dapat mengusahakan benar agar proyeknya tetap sederhana dan mudah ikelola. 3. administrator harus menemukan cara untuk menekan resiko peranserta dalam upayaupaya baru.

Serta administrator harus menemukan cara untuk menjamin bahwa hanya pihak yang memberikan kontribusi yang mendapatkan manfaat nantinya, atau mendapatkan imbalan khusus untuk pihak-pihak yang berkontribusi. Strategi Mobilisasi Peran Serta dan Meningkatkan Keefektifannya Merancang Proyek agar Sederhana dan Mudah Dikelola Di dalam kelompok strategi memusatkan perhatian pada jenis proyek yang dirancang. Penyediaan Manfaat Langsung, Seperti sasaran dari model yang diajukan di atas, masyarakat banyak lebih cenderung berperanserta bila manfaat itu dapat langsung mereka petik. Ukuran kecil, Adakalanya suatu proyek melibatkan komunitas kecil, Bila proyek-proyek kecil diperluas secara regional, yang diraih sebelumnya seringkali menjadi merosot. Satu diantara alasannya ialah jika proyek diperluas maka organisasinyapun memanjang dan cenderung lebih bersifat dari atas kebawah serta institusional. Kesederhanaan Tugas Dalam studinya tentang organisasi-organisasi petani di Ekuador dan Honduras, Judy Tendler menekankan nilai organisasi sederhana dengan tugas sederhana yang tidak menuntut ketrampilan-ketrampilan yang rumit. Robert chambers mencatat cirri-ciri berikut: proyeknya harus kecil, lebih bersifat padat-administrasi dan bukannya padat modal, dan sangat memencar, cirri-ciri inilah yang menyebabkan proyek akan sulit dipantau, lambat dilaksanakan, dan tidak cocok untuk dikenakan teknik-teknik yang rumit dalam penelitian dan penaksiran proyek. Swadaya (Self-help) Proyek swadaya merupakan suatu cara untuk menggandakan sumber-sumber daya disamping menjamin bahwa orang akan melakukan investasi dalam bentuk kerja mereka. Pendekatan-pendekatan swadaya ini dapat digunakan karena alasan-alasan yang sangat pragmatik: cara ini meningkatkan sumber-sumber daya yang tersedia dan masyarakat biasanya mendapatkan barang atau jasa yang termasuk prefensi mereka. Adapula pemikiran bahwa pendekatan swadaya penting bagi rasa kedirian seseorang (sense of self). Seperti contoh rumah sangat penting bagi kehidupan keluarga sehingga keluarga itu sendiri perlu memegang peranan sentral dalam memilih dan membangunnya.

Sistem Kupon Suatu versi proyek swadaya ialah penyelenggaraan sistem kupon formal. Pemerintah pusat menyediakan kupon-kupon untuk suatu komunitas yang dapat dipakai untuk membeli proyek-proyek pembangunan. Peranan pemerintah pusat menyediakan kupon-kupon untuk suatu komunitas yang dapat dipakai untuk membeli proyek-proyek pembangunan. Dalam memutuskan proyek mana yang hendak dibeli, anggota-anggota komunitas mungkin memilih memeras sumber daya mereka dengan menyumbangkan tenaga kerja tertentu. Yang penting disini ialah bahwa mereka memilih proyek yang sesuai dengan preferensi mereka. Hal yang penting dalam setiap dan segala strategi diatas adalah perhatian yang mendalam untuk memberikan motivasi pada masyarakat supaya mereka melibatkan diri dalam kehidupan suatu proyek. Memetik Faedah Organisasi Kelompok strategi yang kedua menitikberatkan pentingnya organisasi dalam memobilisasi masyarakat dan merancang peranserta. Organisasi Asli Setempat (Indigenous) Disini Saunders menemukan bahwa di Indonesia kelompok-kelompok dan pemukapemuka tradisional telah dilibatkan sebagai basis untuk mengorganisasi masyarakat dalam hubungan dengan sistem-sistem irigasi, dan terbukti sangat efektif dalam pembagian air secara efisien dan pemeliharaan saluran-saluran air. Saunders menyimpulkan bahwa pelajaran yang dapat diambil dari kenyataan itu bukanlah agar kelompol-kelompok semacam itu diabaikan, melainkan diintegrasikan secara bertahap dan peka. Saunders menambahkan suatu alasan mengapa orang mengabaikan nilai kelompok semacam ini ialah kerena penekanan yang diberikan pada pembentukan lembaga yang sering berarti memulai sesuatu yang sama sekali baru dan membentuk organisasi-orgasnisasi formal, bukannya mengandalkan pemanfaatan organisasi-organisasi informal. Barrio Magsaysay Project di Filipina yang dimulai tahun 1966 merupakan upaya pengembangan masyarakat. Proyek ini mengandalkan pemanfaatan kelompok yang telah ada dalam masyarakat, yang tumbuh beberapa tahun sebelumnya ketika penduduk bersatu untuk melawan ancaman-ancaman pergusuran. Inti proyek ini ialah merangsang perbaikan-perbaikan kemasyarakatan yang imajinatif, berlingkup sempit, dan segera. Membangun Organisasi Berdasarkan kelompok organisasi memegang peranan menetukan dalam memungkinkan peran serta yang efektif, dan umumnya memang menentukan keberhasilan

proyek. Elemen yang sama dalam organisasi-organisasi tersebut ialah bahwa masing-masing telah mengembangkan pengorganisasian yang tepat dan sesuai untuk pekerjaan yang hendak ditangani. Keberhasilan masing-masing adalah karena telah menyusun suatu program yang tanggap terhadap kebutuhan para pemanfaat pada waktu dan tempat ertentu, dan telah membina suatu organisasi yang mampu membuat program itu berjalan. Dengan kata lain, telah dicapai suatu taraf kecocokan yang tinggi antara design program, kebutuhan pemanfaat, dan kapasitas organisasi. Menurut Norman Uphoff, organisasi dapat meluas basis peranserta, meningkatkan akses terhadap sumberdaya, dan mendorong perubahan. Kegunaan organisasi-organisasi yang ada dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah di tingkat lokal, dan memungkinkan kelestarian proyek-proyek. Menggunakan Kelompok Kecil Beberapa analis menekankan nilai kelompok kecil sebagai cara untuk memobilisasi usahawantani dan petani kecil/buruh. Dari perspektif masyarakat, kelompok-kelompok semacam itu dapat juga menjadi mekanisme yang efisien. Disamping lebih efisien, kelompok kecil dapat juga mendorong peranserta dan perilaku inovatif. Menurut Jedlicka, kelompok-kelompok kecil dapat memberikan sumbangan pada pemenuhan kebutuhan orang untuk menjadi bagian suatu kelompok, kebutuhannya akan status, dan kebutuhan aktualisasi diri. Akelompok-kelompok kecil dapat merangsang peranserta dan keterlibatan yang dilukiskannya sebagai gejala kemerdekaan untuk berperanserta. Peranan positif yang dapat dimainkan oleh kelompok dalam pemenuhan kebutuhan para buruh dan dalam menggalakkan partisipasi dijelaskan dengan pembicaraan mengenai diperkenalkannya alat tenun otomatik dalam suatu pabrik tekstil di India. Berdasarkan pengalamannya, bekerja dengan kelompok-kelompok kecil sebagai bagian pragai bagian Proyek Puebla di Mexico, Jedlicka mengemukakan bahwa disamping merangsang peranserta, kelompok memungkinkan orang untuk berani mengambil resiko yang tidak akan mereka lakukan sebagai individu. Mengubah kapasitas masyarakat Kelompok strategi ketiga berkaitan dengan berbagai cara untuk membekali anggota-anggota masyarakat agar mengambil peran yang bermanfaat, sadar, dan terlatih, dalam kegiatan-kegiatan pembangunan. dengan cara mendidik dan melatihnya kea rah wawasan baru dan kapasitas baru. Penyadaran diri (conscienzacione). Menurut Paulo freire, keprihatinan utama ialah kesempitan pandangan dan cakrawala rakyat yang terjebak dalam kemiskinan dan sering

menghayati kehidupan mereka dalam keterpencilan (isolasi) dan kekumuhan. Menurut freire yang mereka butuhkan adalah mengganti kesadaran mereka, dengan cara mereka memandang diri sendiri serta cara mereka memandang dunia. Hal yang pokok ialah memberikan kepada mereka suatu keinsyafan, perasaan, pemikiran, gagasan, bahwa hal itu dapat menjadi lebih baik.maksud dan tujuan ini adalah mengarahkan petani agar membuat refleksi mengenai perbedaan-perbedaan antara hal-hal yang kita lakukan karena pilihan dan hal-hal yang kita lakukan karena keharusan. Pelatihan (training). Pelatihan dirancang untuk membekali masyarakat dalam kegiatan pembangunan, yang mencakup kegiatan mengembangkan ketrampilan interpersonal mereka serta kemampuan mereka untuk bekerjasama dengan orang lain.inti pemikiran ini ialah bahwa pelatihan penting untuk anggota-anggota masyarakat umum maupun staf.

BAB III PENUTUP 3.1 CRITIKAL REVIEW

Pemerintah saat ini dalam pengelolaan peranserta sudah cukup baik, baik di bidang politik nya maupun administrasinya, tapi masih banyak juga masyarakat golongan menengah kebawah yang kurang bisa atau kurang mampu dalam memanfaatkan peranserta tersebut, itu smua mungkin di karenakan masyarakat yang masih memandang administrator sebagai seorang yang lebih mementingkan kepentingannya sendiri. Sebagai Negara demokratis kekuasaan terbesar ada di tangan rakyat, maka pemerintah sebagai administrator dalam proses pembangunan harus lebih mengutamakan kepentingan rakyat bersama, dan lebih menggugah munculnya peranserta masyarakat yang lebih banyak. Untuk saat ini kami melihat bahwa pemerintah lebih banyak peduli pada masyarakat saat mereka akan memeperebutkan jabatan administrator. Dengan janji-janji manis nya pada rakyat kecil, agar mau ikut berperanserta untuk mendukung nya. Tapi setelah para administrator menduduki jabatan yang mereka inginkan, mereka akan melupakan janji-janji manisnya tersebut, itulah yang menyebabkan masyarakat tidak dapat lagi percaya pada administrator atau pemerintah. Seringkali pembangunan tidak mencapai sasaran karena tidak melibatkan rakyat. Hal tesebut terjadi karena: Pembangunan hanya menguntungkan segolongan kecil masyarakat, Masyarakat tidak memahami maksud pembangunan, Pelaksanaan pembangunan tidak sesuai dengan pemahaman masyarakat, Pembangunan dipahami akan menguntungkan rakyat tapi rakyat tidak dilibatkan, Oleh karena itu dalam administrasi pembangunan harus:Melibatkan rakyat, Harus dipahami maksudnya oleh rakyat, Haru mengikutsertaka rakyat dalam pelaksanaannya, dan dilaksanakan sesuai dengan maksudnya, secara jujur, terbuka, dan dapat dipertanggungjawabkan. Kini partisipasi masyarakat dalam pembangunan diwujudkan dalam musyawarah perencanaan pembangunan. Terlibatnya rakyat dalam proses politik untuk arah, strategi, dan kebijaksanaan pembangunan,Meningkatkan artikulasi(kemampuan) masyarakat dalam pembangunan. Partisipasi masyarakat dalam kegiatan nyata yang konsisten dengan arah, strategi dan kebijaksanaan pembangunan.Adanya perumusan dan pelaksanaan program-program partisipatif dalam pembangunan, merupakan aspek penting dalam proses pembangunan.

3.2 KESIMPULAN Peranserta atau partisipasi mudah mudah menjadi klise di kalangan para penyelenggara pembangunan. orang terlalu mudah mengakuinilai peranserta. Tetapi pada kenyataannya tidak banyak yang berbuat berbuat untuk menjadikannya realitas. Biasanya pihakpihak yang mencurahkan perhatian pada peransera meekankan peran politik peranserta itu. Kini peranserta meningkat untuk lebih memandang proses administratif sebagai tempat masyarakat yang banyak ditingkatkan daya guna nya dan lebih mudah dilibatkan. Jika proses pelaksanaan di jadikan hal yang penting dalam berlangsung nya peranserta itu, administrator mempunyai tugas dan tanggung jawab yang lebih besar. Seberapan pun peran serta dalam komitmen mereka terhadap peranserta, selalu muncul pengaruh untuk berkooptasi (mencaplok) para partisipan demi memenuhi kebutuhan para administrator sendiri. Pengaruh itu semakin besar bila mengingat kelangkaan sumber daya yang dihadapi oleh hamper semua administrator. Namun bagaimanapun juga peruses pembangunan memang menuntut keterlibatan masyarakat dalam meneentuka masa depan mereka sendiri yang lebih baik. Oleh sebab itu tidak salah bila masyarakat berperang untuk menghadapi dilema-dilema yang di timbulkan oleh peranserta tersebut. Dalam menciptakan pembangunan yang maksimal pemerintah harus dapat mengerti mau rakyat dan untuk kesejahteraan rakyat, selain itu dapat menjadi panutan rakyat dengan nilai sikap yang positif dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya.

You might also like