You are on page 1of 45

FILSAFAT HUKUM INDAH S.

UTARI RAMADHAN

PENDAHULUAN
Secara historis zaman terus berkembang melalui hierarkis perkembangan yang terus dibarengi pula dengan perubahan-perubahan sosial, dua hal ini selalu berjalan beriringan.

Keberadaan manusia yang dasar pertamanya bebas, menjadi hal yang problematis ketika ia hidup dalam komunitas sosial. Kemerdekaan dirinya mengalami benturan dengan kemerdekaan individu-individu lain atau bahkan dengan makhluk yang lain. Sehingga ia terus terikat dengan tata kosmik, bahwa bagaimana ia harus berhubungan dengan orang lain, dengan alam, dengan dirinya sendiri maupun dengan Tuhannya.

Maka muncullah tata aturan, norma atau nilai-nilai yang menjadi kesepakatan universal yang harus ditaati. Pada saat inilah peradaban manusia dimulai, dimana manusia harus selalu menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. la harus memegangi nilai-nilai aturan yang berlaku mengatur hidup manusia.

Manusia memiliki sifat ingin tahu terhadap segala sesuatu, sesuatu yang diketahui manusia tersebut disebut pengetahuan. Pengetahuan dibedakan menjadi 4 (empat)

1. 2. 3. 4.

Pengetahuan indera, Pengetahuan ilmiah, Pengetahuan filsafat, Pengetahuan agama.I

Istilah pengetahuan (knowledge) tidak sama dengan ilmu pengetahuan(science).


Pengetahuan seorang manusia dapat berasal dari pengalamannya atau dapat juga berasal dari orang lain sedangkan ilmu adalah pengetahuan yang memiliki obyek, metode, dan sistematika tertentu serta ilmu juga bersifat universal.

HUKUM YANG BERADA DI TENGAH TENGAH MASYARAKAT MAKA TIDAK LEPAS DARI PERENUNGAN NILAI- NILAI YG BERSIFAT MENDASAR DARI HUKUM ITU SENDIRI.

Menjawab pertanyaan: 1. Apa itu hukum 2. Mengapa kita mentaati hukum 3. Apakah keadilan mj ukuran baik buruknya hukum

FILSAFAT HUKUM

FILSAFAT HUKUM, APA ITU?


ARTI GRAMATIKAL: Filsafat Philein, to love. Sophia, wisdom: Cinta Kebijaksanaan Philosophy: Seeking of wisdom and the wisdom sight. Filsafat Hukum The wisdom sight about law Mengkaji nilai-nilai utama dari hukum (keadilan, ketertiban, dan kepastian)

KONSEP: The Presuppositions of ultimate reality of law Rational explanation of essence of law

What Is (?)Why (?)-What Ought (?)


What Is: Filsafat

Why: Ilmu

What Ought: Etika

What Is: Mencari Hakikat Why : Mencari Penjelasan apa adanya What Ought: Melakukan Refleksi bagaimana seharusnya

OBYEK: The Law, Hukum


Obyek Materia: Hukum dalam seluruh aspeknya Obyek Forma: Point of view, sudut pandang, cara melihat.

METODE:
Spekulatif: Koherensi logikal, bukan fakta empirik. Berpikir logis mengenai asumsi dasar tentang hukum, tanpa dikaitkan dengan keadaan empiris objek yang dipikirkan.

Kontemplatif: Perenungan mendalam mengenai apa yang benar, baik, dan tepat tentang hukum.
Deduktif: Menarik kesimpulan atas dasar asumsi umum, bukan atas dasar fakta-fakta khusus

CAKUPAN:

Philosophy of law includes: Ontology-epistemologyteleology/axiology (Brameld, 1955). Ontology: The Theory of being qua being. The science of the essense of things (Aristoteles) Epistemology: The branch of philosophy which investigates the origin, structure, methods, and validity of knowledge. Axiology: Theory of values (desired, prefered, good); investigation of its nature, criteria, and metaphysical status.

Ontologi merupakan landasan ilmu yang membicarakan hakikat dari obyek kajian suatu ilmu. Ia merupakan the theory of being qua being[. Atau the science of the essense of things (Aristoteles). Singkatnya, ontologi berbicara tentang hakikat obyek studi dari suatu ilmu.

Epistemologi adalah landasan ilmu tentang cara untuk memperoleh pengetahuan yang benar tentang obyek tadi. Atau the branch of philosophy which investigates the origin, structure, methods, and validity of knowledg
Teleologis ialah landasan ilmu tentang tujuan dari pengetahuan yang diperoleh, apakah hanya sekedar untuk keasyikan keilmuan (tipe Aristoteles), ataukah justru hendak dibhaktikan bagi kemaslahatan umat manusia (tipe Francis Bacon). Axiologi sendiri merupakan landasan ilmu yang berbicara tentang nilai-nilai dalam ilmu

FILSAFAT HUKUM
SOETIKNO : Filsafat Hukum mencari hakikat dari Hukum yang menyelidiki Kaidah Hukum sebagai pertimbangan Nilai-nilai L. BANDER O.P : De rechsphilosophie of Wisjs begerte van het

recht is een wetenschap, die deel uitmaakt van de philosopie

PURNADI PURBACARAKA DAN SOERJONO SUKANTO: Filsafat Hukum adalah perenungan perumusan nilai,nilai kecuali itu Filsafat Hukum juga mencakup penyerasian nilai-nilai misalonya: penyerasian antara ketertiban dan ketenteraman,aanatara kebendaan dan keakhlakan dan antara kelanggengan dan pembaharuan

Posisi Filsafat Hukum

Filsafat Hukum, berada di antara filsafat dan ideologi politik.


Filsafat: Ideologi politik: Refleksi tentang nilai-nilai utama (dari hukum) Gagasan tentang bentuk kehidupan politik yang baik (negara).

Itulah sebabnya, filsafat hukum mengambil kategori-kategori intelektualnya dari filsafat, dan cita-cita keadilannya dari ideologi politik.

Maka muncul tiga kelompok pemikir:

Filsafat hukum dari para filsuf klasik Jerman dan pengikut Neo-Kant: Bertolak dari filsafat, sedangkan ideologi politik sebagai pelengkap.

Filsafat hukum sosialisme dan fascisme: Bertolak dari ideologi politik, sedangkan filsafat sebagai pelengkap.
Filsafat hukum Skolastik dan Hegel: Pembauran filsafat dan ideologi politik.

Tujuan:
Melakukan refleksi tentang keterkaitan hukum, ideologi politik, dan faham filsafat. Memahami pemikiran-pemikiran filsafat hukum yang berkembang dari masa ke masa, berikut implikasi atau akibatnya.

Tugas Filsafat Hukum


Melakukan refleksi dan kritik terhadap cita-cita politik dan keadilan dalam (tata) hukum.

Materi hukum merupakan cita-cita sosial-politik yang diformalkan

Radbruch:
Filsafat hukum ada di awal, revolusi pada tahap akhir.
Semua perubahan politik yang besar, telah dipersiapkan sebelumnya oleh filsafat hukum.

NILAI-NILAI UTAMA HUKUM

Keadilan Ketertiban Kepastian

HAKIKAT HUKUM Dapat dilihat dari dua sisi


Dari sisi Format Perintah normatif Kedaulatan Kewajiban menaati Sanksi Dari sisi Isi

I. Perintah Normatif
Berisi penetapan hak dan kewajiban secara wajar (benar, baik, dan tepat). Benar, karena rasional dan obyektif. Baik, karena tujuannya adalah mendatangkan kebaikan bagi umum. Tepat, karena sesuai kebutuhan, proprsinal, dan tidak erlebihan. Tidak bertentangan dengan aturan yang lebih tinggi (Tuhan, alam, moral, grundnorm)

II. Kedaulatan Perintah legal: Legalitas dari otoritas yang sah (Filosofis, yuridis, dan sosiologis).

III. Kewajiban
Karena hukum bersifat normatif, maka ia berhakikat kewajiban, bukan paksaan. Ada kewajiban moral untuk menaati hukum, bukan karena takut dihukum. Seorang yang tidak menurut peraturan itu, dicela kelakuannya. Wibawa hukum bukan terletak pada kekuasaan pemerintah yang menciptakannya, tapi pada prinsip-prinsip yang dikandungnya (keadilan, keamanan, ketertiban, kepastian).

Contoh:

Larangan membunuh atau mencuri. Kita mematuhi peraturan seperti itu bukan karena takut, tetapi lebih sebagai kewajiban. Hukum hanya memaksa bagi mereka yang tidak mau taat hukum.

IV. Sanksi

Kaidah hukum selalu merupakan penggabungan antara peristiwa dan konsekuensi normatif menurut prinsip tanggungan. Contoh: Orang mencuri (peristiwa), harus dihukum sesuai sanksi yang ditentukan (konsekuensi normatif).

DARI SISI ISI


Hakikat hukum adalah keadilan

Hukum menunjuk pada suatu aturan hidup yang sesuai dengan cita-cita tentang hidup bersama, yakni keadilan. Isi kaidah hukum, harusnya adil. Tanpa keadilan, hukum hanya merupakan kekerasan yang diformalkan.

Hukum dirasakan penting ketika kita dihadapkan pada ketidakadilan Orang menuntut ke pengadilan, sebenarnya untuk meminta keadilan Pengadilan, sebenarnya untuk keadilan

Ko-eksistensi biologis-psikis yang berdasarkan kebutuhan. Dalam hal ini, Aku lebih utama Ko-eksistensi etis berdasarkan kesamaan hak. Dalam hal ini, Aku sama dengan orang lain.
Ko-eksistensi etis berdasarkan kewajiban. Dalam hal ini, orang lain lebih utama dari Aku.

Socrates, Adil: rasa tentang yang baik dan pantas bagi orang-orang yang hidup bersama Plato, Adil: adalah berbuat sesuai dengan kedudukan dan tugas masing-masing. Aristoteles, adil: kepada yang sama penting diberikan yang sama, kepada yang tidak sama penting diberikan yang tidak sama

KEADILAN: UNSUR KONSTITUTIF ATAU REGULATIF DALAM HUKUM?

Bagi mereka yang menganggap sebagai unsur konstitutif, aturan yang tidak adil bukan saja merupakan hukum yang buruk, tapi juga tidak layak disebut hukum. Sebaliknya, yang menganggap sebagai unsur regulatif, aturan yang tidak adil hanya merupakan hukum yang buruk, tapi tetap merupakan hukum.

IUS DAN LEGE/LEX

LEGE, menunjuk pada aturan-aturan hukum yang faktual ditetapkan, tanpa mempersoalkan mutunya

IUS menunjuk pada cita hukum yang harus tercermin dalam hukum sebagai hukum, yakni keadilan IUS tidak selalu bisa ditemukan dalam segala aturan hukum

Di Ramawi muncul adagium: Das Volk des Rechts ist nicht das volk des Gesetzes (Bangsa hukum, bukan bangsa UU)

Socrates: Aparat penegak hukum harus mengindahkan keadilan sebagai keutamaan tertinggi

FILSAFAT HUKUM: MASALAH KITA


Fil.Huk, bersifat imperatif: Harus, titik, bukan Harus, bila
Fil.Huk, membahas apa yang seharusnya tentang hukum. Tapi tidak semua masalah hukum adalah persoalan filsafat hukum.

Contoh: Di sebuah hotel, ada pengumuman begini: Bila mau berenang, Anda harus mengenakan pakaian renang. Apakah Anda harus pakai pakaian renang? Ya, bila Anda mau berenang di situ. Nah, bila tidak?
Bila Anda berenang di sungai misalnya, tentu saja Anda tidak harus mengenakan pakaian renang.

Dus keharusan itu hanya berlaku, bila


Ini namanya keharusan hipotetis. Penting Anda catat, bahwa fil.huk tidaksekali lagi tidak berbicara tentang keharusan hipotetis, tetapi keharusan kategoris. Harus, titik.

Jadi Dalam filsafat hukum, Anda tidak mengatakan bahwa: Jangan melacur, bila Anda tidak mau terserang penyakit kelamin. Dalam fil.huk, Anda harus katakan: Jangan melacur, titik. Ini tidak berarti, bahwa situasi dan kondisi tidak perlu diperhatikan lagi.

Yang ingin dikatakan bahwa, dalam fil.huk ada sesuatu yang lebih bermakna dari sekedar kondisi/situasi, yakni makna hidup kita sebagai manusia.

FILSAFAT HUKUM: PERSOALAN SEMUA ORANG 1

Kesadaran filsafat yang berorientasi pada hukuman. Mengapa si Ujang tidak mencuri? Oleh karena ia takut dihukum. Itu sebabnya ia patuh. (von Feuerbach). Jadi persoalannya, bukan mencuri itu baik atau jahat, tapi takut dihukum. Ini jenjang filsafat keanak-anakan.

Kesadaran filsafat yang berorientasi pada keuntungan. Pak Anu tahu kalau korupsi itu salah. Tapi mengapa ia tokh melakukan juga? Sebab, baginya, korupsi merupakan jalan pintas untuk kaya. Jadi, bukan persoalan korupsi itu baik atau jahat, tapi keinginan untuk kaya. Ini jenjang filsafat instrumental. Filsafat yang bertitik-pusat pada diri sendiri.

Kesadaran filsafat yang berorientasi pada konvensi. Mengapa si Monang, sopir bus kota itu, menghentikan bus-nya ketika lampu merah? Oleh karena ia tahu, itulah peraturannya. Ia berhenti, karena peraturan, bukan karena mutu peraturan itu. Di sini, kita berusaha lakukan apa yang menjadi kewajiban kita.

Kesadaran filsafat hati-nurani. Mengapa si Luther ngotot menghapus perjudian? Oleh karena itu sadar, bahwa perjudian merusak moral sosial. Ia menentang judi, karena ia berjuang dan memikirkan kepentingan dan kesejahteraan sesama umat manusia sebagai manusia.

FILSAFAT HUKUM DALAM BIDANG LAW ENFORCEMENT

FILSAFAT HUKUM DALAM BIDANG LAW ENFORCEMENT


BAGAIMANA PARA HAKIM MENGAMBIL KEPUTUSAN?
MANAKAH TEMPAT KAIDAH-KAIDAH HUKUM DALAM PROSES PENGADILAN?

BAGAIMANA KONSTRUKSI/ STRUKTUR BANGUNAN HP POSITIF (SUBSTANTIF) SAAT INI?

WvS

UU Luar KUHP

BAGAIMANA KONSTRUKSI/ STRUKTUR BANGUNAN HP POSITIF (SUBSTANTIF) SAAT INI?

WvS

UU Luar KUHP

TERIMA KASIH

You might also like