You are on page 1of 18

PEMBELAJARAN TEKNOLOGI DENGAN PENGGUNAAN MEDIA CHARTA DAN PERMODELAN ALAT UKUR PADA MATERI BESARAN DAN SATUAN

KELAS X SEMESTER 1 DI SMA NEGERI 1 PELALAWAN


BAB I PENDAHULUAN A. Pembelajaran Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan , penguasaan kemahiran dan tabiat , serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun. Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda.

Dalam konteks pendidikan , guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan ( aspek

kognitif ), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap ( aspek afektif ), serta keterampilan ( aspek psikomotor ) seseorang peserta didik. Pengajaran memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan guru saja. Sedangkan pembelajaran juga menyiratkan adanya interaksi antara guru dengan peserta didik. Pembelajaran yang diidentikkan dengan kata mengajar berasal dari kata dasar ajar yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui ( diturut ) ditambah dengan awalan pe dan akhiran an menjadi pembelajaran, yang berarti proses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan sehingga anak didik mau belajar.

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, 1

pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.

Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun. Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan ( aspek kognitif ), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan ( aspek psikomotor) seseorang peserta didik. Pengajaran memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan guru saja. Sedangkan pembelajaran juga menyiratkan adanya interaksi antara guru dengan peserta didik. Oleh sebab itu salah satu media yang dipilih dalam penyampaian materi pada mata pelajaran Fisika adalah media Charta/Model yang diproyeksikan yaitu menggunakan media gambar atau model demonstrasi. Strategi pembelajaran yang dapat digunakan adalah belajar kolaboratif (belajar kelompok) dan strategi diskusi. Metode Belajar Kelompok Johnson dan Johnson (1999) menyarankan beberapa aspek berikut untuk belajar berkelompok yang efektif : a. b. c. d. e. Anggota kelompok yang benar-benar memiliki peranan dalam kelompok. Interaksi dan keikutsertaan setiap anggota kelompok. Tanggung jawab individu dan kelompok. Anggota yang memiliki keterampilan pribadi dan sikap kepemimpinan. Kemampuan untuk merefleksikan pembelajaran individu dan fungsi kelompok.

Belajar kelompok sangatlah efektif dalam penerapan pembelajaran dikelas, apalagi dengan tipikal dan karakter siswa yang berbeda. Selain bisa share dalam materi ajar, merka juga bisa berbagi dalam pengetahuan. Dan peran guru disini adalah dengan menjadi fasilitator di kelas, di mana guru bisa membagi peserta didik dengan cara, mengelompokkan siswa mana yang kurang di kelompokkan dengan siswa yang mempunyai kemampuan lebih. Dengan metode ini, maka siswa bisa mengkur diri masing-masing dengan kemampuan yang telah dia punyai sebelumnya. 2

Metode Diskusi Metode ini dibilang cukup bagus, kalau penerapan dan aplikasi, baik materi, sarana pengelolaan serta fasilitas yang digunakan mendukung. Salah satu contoh adalah pada pemelajaran fisika, dengan materi besaran dan satuan, dengan fasilitas komputer dengan visualisasi proyektor, dengan menggunakkan piranti lunak powerpoint, setelah itu, guru sebagai fasilitator bisa mengaplikasikan kepada peserta didik, baik dengan tugas, kelompok, penugasan terstruktur, maka metode yang paling cocok digunakan adalah medtode diskusi, dalam hal ini, guru bisa memotivasi siswa dengan materi yang telah disajikan. Pertanyaan yang dimulai dengan bagaimana dan mengapa biasanya sangat tepat untuk memulai sebuah diskusi. Jangan lupa untuk memberikan waktu kepada siswa untuk memikirkan jawaban mereka. B. Sarana Pembelajaran Dalam dunia pendidikan, terdapat beberapa standar kebutuhan yang harus dipenuhi salah satunya adalah sarana pembelajaran dan media pembelajaran, dimana pengertian dari sarana pendidikan adalah Sarana pendidikan adalah seluruh perangkat alat, bahan, dan perabot yang secara langsung digunakan dalam proses pendidikan. Meja dan kursi anak, papan tulis, alat peraga, almari, buku-buku, media pendidikan (jika diperlukan

merupakan contoh sarana pendidikan. Sedangkan pengertian sarana pendidikan menurut (Tim Penyusun Pedoman Media Pendidikan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan) adalah semua fasilitas yang diperlukan dalam proses belajar mengajar, baik yang bergerak, maupun tidak bergerak, agar pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan dengan lancar, teratur, efektif dan efisien Kata media pengajaran terdiri dari kata media dan pengajaran. Media atau medium berasal dari kata latin Medius yang berarti Tengah. Degan demikian dapat diketahui bahwa media adalah sesuatu yang menjadi perantara dengan yang lainnya. Dalam bahasa Arab media berarti perantara (Washaail) atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Gerlach menyebutkan bahwa media jika dipahami dalam garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa 3

mampu mmeperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap (Arsyad (2002). Terkadang istilah media pembelajaran sering diartikan bergantian dengan istilah alat bantu atau media komunikasi. Seperti yang dikemukakan oleh Gagne dan Briggs bahwa secara implisit media pengajaran meliputi alat yang berupa fisik yang digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran yang terdiri dari antara lain buku, tape recorder, kaset, video camera, grafi, televisi, film, slide foto, gambar, dan komputer (Arsyad, 2002). Dari beberapa definisi dan batasan tentang media pedidikan dan pembelajaran tersebut diatas dapat diketahui bahwa salah satu hal yang mempengaruhi efektifitas proses belajar mengajar baik di dalam kelas maupun di luar kelas adalah penggunaan media pembelajaran baik visual maupun oudio visual. C. Fungsi dan manfaat media pembelajaran Hamalik (1990) mengemukakan bahwa media pembelajaran yang digunakan sebagai alat bantu dalam peroses belajar mengajar berfungsi untuk membangkitkan keinginan dan minat baru, membangkitkan motivasi dan ransangan kegiatan belajar dan bahkan membawa pengaruh psikologis terhadap siswa. Dengan demikian penggunaan media pengajaran dapat membawa manfaat besar terhasap keberhasilan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas. Pentingnya media pengajaran juga dikemukakan oleh Sudjana (2002), bahwa dengan penggunaan media pembelajaran dapat mempertinggi proses belajar mengajar siswa dalam pengajaran yang pada gilirannya diharapkan dpat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya. Penggunaan media pembelajaran pada saat terjadinya proses belajar mengajar dalam kelas diharapkan dapat mempertinggi minat dan perhatian siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar yang sedang berlangsung. Hal tersebut dapat mempertinggi motivasi siswa untuk mengikuti proses belajar mengajar. Selain hal tersebut dengan penggunaan media pembelajaran maka siswa dapat melihat secara langsung, tidak hanya dengan kata-kata sehingga diharapkan siswa dapat lebih mudah memahami apa yang disampaikan oleh guru dalam kelas. Levie dan Lentz mengemukkan empat fungsi media pengajaran khususnya media visual adalah (1) fungsi atensi yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk

berkonsentrasi kepada isi pengajaran yang berkaitan dengan makna visual yang 4

ditampilkan, (2) fungsi afektif yang dapat mengubah emosi dan sikap siswa, (3) fungsi kognitif yang memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar, dan (4) kompensatoris yaitu memberikan konteks untuk memahami teks dan memabantu siswa yang lemah dalam membaca dan mengorganisasikan informasi (Arsyad, 2002). Dari keempat fungsi tersebut, maka dapat diketahui bahwa sesungguhnya penggunaan media pengajaran dapat meningkatkan kualitas hasil belajar mengajar yang diperoleh oleh siswa karena ketiga komponen kognitif, afektif dan psikomotorik dalam proses belajar mengajar dapat dIPAcu. Hal tersebut daat mempertinggi hasil dan prestasi belajar siswa dan sekaligus dapat mendukung dan mendorong siswa yang memeiliki kemampuan yang terbatas dalam menerima informasi dan pesan dalam proses belajar mengajar yang berlansung. Efektifitas penggunaan media terhadap proses belajar bengajar tersebut terjadi karena dalam proses pengugunaannya siswa dilibatkan tidak hanya dalam benak ataupun mentalnya saja akan tetapi dapat memperhatikan merapa dan menyaksikan secara langsung informasi yang disampaikan dalam proses belajar mengajar tersebut. D. Jenis-jenis media pembelajaran Terdapat beberapa jenis media pembelajaran yang biasa digunakan dalam proses pengajaran yaitu media foto, grafik, globe, atlas, film dan sebagainya. Jenis media pegajaran yang sering digunakan dalam kegiatan pembelajaran adalah: (1) media Grafis seperti gambar, foto, grafik, bagan atau diagram, poster, kartun, komik dan sebagainya, (2) media tiga dimensi yaitu model padat, model penampang, model susun, model kerja, mock up, diorama, (3) media proyeksi seperti slide, film strips, film, OHP dan (4) penggunaan lingkungan sebagai media (Sudjana, 2002). Media tersebut baik media pembelajaran grafis, media pembelajaran tiga dimensi, media pembelajaran proyeksi dan pembelajaran lingkungan dapat digunakan dalam proses belajar mengajar. Kriteria dalam memilih media pembelajaran Fungsi media pembelajaran sebagai alat bantu untuk dapat meningkatkan dan mempertinggi hasil belajar siswa harus didukung oleh ketepatan seorang guru dalam memeilih media yang akan dipergunakan dalam suatu kegiatan proses belajar mengajar. Oleh karena itu seorang guru sebelum memilih media pengajaran tertentu harus 5

menegetahui betul materi yang akan diajarkan, metode yang dipilih, kemudian menentukan jenis alat bantu atau media pengjaran yang akan digunakan. Secara khusus beberapa hal yang perlu diperhatikan guru dalam menggunakan media pembelajaran untuk mempertingi kualitas pengajaran adalah : Pertama, guru perlu memiliki pemahaman media pengajaran antara lain jenis dan manfaat media pembelajaran , kriteria memilih dan menggunakan media pengajaran,menggunakan media sebagai alat bantu mengajar dan tindak lanjut penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar siswa. Kedua, Guru terampil menggunakan dan membuat media pengajaran sederhana untuk keperluan pengajaran terutama media dua dimensi atau gambar atau foto serta penggunaan media proyeksi. Ketiga, keefektifan dalam menilai penggunaan media pembelajaran dalam proses pengajaran. Nana Sudjana menjelaskan beberapa kriteria dalam memilih media untuk kepentingan pengajaran yaitu; (1) Ketepatannya dengan tujuan pengajaran, (2) dukungannya terhadap isi bahan pelajaran, (3) kemudahan memperoleh media, (4) keterampilan guru menggunakannya, (5) tersedia waktu untuk menggunakannya, dan (6) sesuai dengan taraf pikir siswa(Sudjana, 2002). Berdasarkan penjelasan tersebut di atas dapat diketahui bahwa pemilihan media pembelajaran harus memperhatikan beberapa pertimbangan diantaranya adalah ketepatan dengan tujuan pengajaran. Hal tersebut berarti bahwa media pengajaran yang dipilih harus didasarkan atas tujuan-tujuan instruksional yang telah ditetapkan oleh guru sebelumnya. Selain itu juga media pengajaran yang telah dipilih harus disesuaikan engan si bahan atau materi pengajaran yang akan disampaikan. Dengan demikian bahan pengajaran yang disampaikan harus diklasifikasikan dan disesuaikan dengan media yang dipilih bedasarkan sifat bahan pelajaran apakah fakta, konsep atau generalisasi yang memerlukan bantuan media untuk dpat dipahami dengan mudah oleh siswa. Selain beberapa hal tersebut, juga yang perlu dipertimbangkan seorang guru dalam memilih media pengajaran adalah kemampuan guru itu sendiri menggunakan media pengajaran yang dipilihnya. Apapun jenis media yang dipilih harus disesuaikan dengan kemampuan guru untuk menggunakan media pembelajaran tersebut. Dan selain itu juga

harus disesuaikan dengan kemampuan berfikir siswa sehingga makna yang terkandung didalamnya dapat dipahami dengan mudah oleh siswa. Selain kriteria tersebut di atas Arsyad (2002) mengemukakan bahwa kriteria memilih media pengajaran juga harus mempertimbangkan beberapa hal yaitu: media tersebut praktis, luwes dan bertahan serta memiliki mutu tekhnis. Media yang digunakan dlam proses belajar mengajajar haruslah memiliki kualitas dan mutu yang baik meskipun media tersebut adalah merupakan hasil karya guru sendir, nilainya tidak mahal, sederhana dan seterusnya. Karena dalam pemilihan media pembelajaran tidak perlu dipaksakan, karena media pembelajaran yang mahal dan memebutuhkan waktu lama dalam pembuatannya belum tentu menajdi jaminan sebagai media pembelajaran yang terbaik. Media yang dpiilih seharusya dapat bersifat fleksibel dan dapat digunakan dimana-mana dengan peralatan yang tersedia disekitar kita. Dapat disimpulkan dari beberapa pendapat di atas, bahwa pengertian sarana pendidikan adalah segala fasilitas bisa berupa peralatan, bahan dan perabot yang langsung dipergunakan dalam proses belajar di sekolah. Tentunya semua prasarana dan sarana pendidikan harus dikelola dengan baik, hal ini dinamakan manajemen sarana pendidikan. Sementara itu media pembelajaran adalah Media pembelajaran secara umum adalah alat bantu proses belajar mengajar. Segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau ketrampilan pebelajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar. Batasan ini cukup luas dan mendalam mencakup pengertian sumber, lingkungan, manusia dan metode yang dimanfaatkan untuk tujuan pembelajaran / pelatihan. Sedangkan menurut Briggs (1977) media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti : buku, film, video dan sebagainya. Kemudian menurut National Education Associaton(1969) mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras. Posisi media pembelajaran. Oleh karena proses pembelajaran merupakan

proses komunikasi dan berlangsung dalam suatu sistem, maka media pembelajaran menempati posisi yang cukup penting sebagai salah satu komponen sistem pembelajaran. 7

Tanpa media, komunikasi tidak akan terjadi dan proses pembelajaran sebagai proses komunikasi juga tidak akan bisa berlangsung secara optimal. Media pembelajaran adalah komponen integral dari sistem pembelajaran. Dari pendapat di atas disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik. Menurut Edgar Dale, dalam dunia pendidikan, penggunaan media pembelajaran seringkali menggunakan prinsip Kerucut Pengalaman, yang membutuhkan media seperti buku teks, bahan belajar yang dibuat oleh guru dan audio-visual.

BAB II ANALISIS SITUASI

A. KONDISI NYATA SEKOLAH 1. Karakteristik Umum Semenjak awal tahun berdirinya SMA Negeri 1 Pelalawan, yaitu sejalan dengan berlakunya Otonomi Daerah, program pendidikan yang dilaksanakan telah menemui berbagai rintangan dan tantangan, namun berkat kerjasama dari semua pihak program pendidikan yang ada pada sekolah ini dapat berjalan dengan lancar hal itu terbukti dengan adanya prestasi yang diraih baik dalam bidang akademik maupun ekstrakurikuler. Sekolah tersebut berdiri pada tahun 2004, dimana penduduk yang terdapat di Desa tersebut hanya berikisar 200 Kepala Keluarga, kebanyakan yang mendaftar ke sekolah tersebut siswa tempatan yang berjarak sekitar 10 sampai 20 km dengan menggunakan transportasi darat dan air. Kondisi daerah yang terletak 30 Km dari Pusat Pemerintahan, tidak membuat sekolah tersebut mengalami kendala yang berarti dalam melaksanakan proses pembelajaran, selain itu kondisi geografis Kecamatan yang menjadi muara dari sungai Kampar, menjadikan matapencaharian penduduk setempat adalah berprofesi sebagai nelayan. 2. ANALISIS SISWA Yang akan menjadi objek dalam perancangan media pada penulisan makalah ini adalah siswa kelas Xa, dan Xb, dimana Penulis memang mengajar pada bidang pelajaran Fisika dan Matematika. Jumlah siswa pada kelas tersebut hanya 12 orang untuk kelas Xa dan 13 orang untuk Xb. Dimana jumlah alokasi murid keseluruhan terdapat pada tabel berikut : Keadaan Siswa Kelas X Kelas XI Kelas XII Jumlah Jml Ruangan belajar 1 2 3 5 Jumlah Rombongan Belajar 2 2 1 5 Jumlah Siswa 25 26 19 69

Dengan minimnya fasilitas di sekolah tersebut, maka penulis hanya menggunakan media pembelajaran dengan apa yang terdapat di lingkungan sekolah tersebut, karena hal ini penulis rasakan bahwa prasarana kurang mendukung dan memadai. Pada dasarnya mereka antusias dengan adanya tugas-tugas yang diberikan oleh guru, akan tetapi hanya 9

tugas yang bersifat pengumpulan bahan, dengan jenis evaluasi pembahasan soal (problem solving) dan diskusi interaktif. Sebenarnya banyak media yang bisa digunakan dalam pembelajaran fisika, seperti, penggunaan labor alam sebagai sarana, akan tetapi penulis tidak melakukan hal itu secara berkesinambungan. Hanya beberapa media saja yang bisa digunakan, seperti charta, media cetak, dan replika sebuah alat. Dengan jumlah populasi siswa yang rendah, maka sistem penggunaan media dalam pembelajaran cenderung berjalan dengan baik, cukup kooperatif dan siswa bisa mengerti dengan pengajuan konsep yang Penulis berikan. Dalam pembelajaran fisika, sebenarnya banyak yang bisa dilakukan dengan media pembelajaran, akan tetapi akan lebih menarik apabila media yang digunakan berupa media non cetak, seperti perangkat komputer, proyektor dan animasi slide powerpint yang sangat variatif. Akan tetapi keaadaan disekolah sangat berbeda, yaitu distribusi listrik yang kurang. Hal tersebut diatas memang suatu kendala, akan tetapi penulis bisa mengganti dengan alat bantu pembelajaran yang lain, seperti pada pelajaran semester 1 dengan materi alat ukur, Penulis bisa menggunakan mistar sebagai contoh, dan permisalan yang terdapat di lingkungan sekitar. Dengan struktur sosial yang homogen, siswa cenderung mempunyai karakteristik yang hampir sama, akan tetapi pengelolaan kelas akan bisa mengatasi hal tersebut. Dengan banyaknya kendala yang ada, hal mendasar yang bisa penulis lakukan adalah membuat kondusif keadaan kelas dengan media audio, atau bertutur mengenai pengalaman penulis langsung. Hal itu juga akan memotivasi siswa untuk lebih tertarik pada pembelajaran eksakta seperti fisika. 3. PENERAPAN MODEL ASSURE DALAM PERANCANGAN MEDIA A : ANALYZE LEARNER (Menganalisis Peserta Didik) Sebelum melaksanakan sebuah pembelajaran menganalisis karakteristik siswa adalah hal yang wajib dilakukan. Dalam hal ini menurut Smaldino, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu : 1. Karakteristik Umum Siswa di SMA Negeri 1 Pelalawan didominasi oleh penduduk dari Desa setempat, cukup mampu beraktifitas dalam bidang akademik dan non akademik, terbukti dengan diraihnya prestasi yang bahkan sampai mampu bersaing di tingkat Propinsi, 10

akan tetapi fasilitas yang dimiliki sekolah tersebut cenderung kurang, karena pasokan listrik disekolah tersebut kurang memadai. Kebanyakan siswa di SMA Negeri 1 Pelalawan, bekerja paruh waktu, baik sebagai buruh tani, maupun sebagai nelayan, hal itu merupakan salah satu nilai plus dari siswa-siswa di sekolah tersebut. Dan siswa yang terdaftar di sekolah tersebut adalah mayoritas penduduk setempat (homogen), dalam kata lain mereka mempunyai struktur budaya yang sama, dengan pola pikir pendidikan yang rata-rata serupa, yaitu tertarik dengan adanya pembelajaran yang menggunakan media elektronik, karena diwilayah tersebut listrik menyala pada pukul 5 sore sampai dengan jam 1 dini hari. 2. Spesifikasi Kemampuan Awal Dalam teori konstruktivisme yang dikemukakan Piaget dan Vygotsky, Konstruktivisme adalah satu paham bahwa siswa membina sendiri pengetahuan atau konsep secara aktif berasaskan pengetahuan dan pengalaman yang telah ada. Dalam Proses ini, siswa akan menyesuaikan pengetahuan yang diterima dengan pengetahuan yang telah ada untuk membina pengetahuan baru, Mengikut Briner (1999). Dalam

pembelajaran yang penulis lakukan, bahwa perlunya tes awal untuk membangun pemahaman yang berkaitan dengan materi serta kaitannya yang dimiliki oleh siswa, dari pengalaman yang diperoleh. Hal itu bisa kejadian yang dialaminya, melihat, bahkan pengalaman dari membaca. Seperti penulis lakukan, bahwa dalam pembelajaran fisika pada materi besaran dan satuan, sebagai contoh entry test, siswa pasti akan menempuh perjalanan dari rumah menuju sekolah, atau mereka pernah mengukur sesuatu dengan penggaris atau meteran, dengan adanya motivasi awal mereka akan merespon, dengan pengalaman yang pernah mereka lakukan. Pentingnya entry test adalah siswa bisa melakukan pengulangan pengalaman, dengan guru sebagai motivator dan pembimbing. Contoh Entry Test : a) b) Berapa jauh jarak antara rumah dengan sekolah? Pernahkan kamu mengukur luar kelas ini?

3. Gaya Belajar 11

Untuk kelas besar yaitu berkisar lebih kurang 40 orang, tentulah mempunyai gaya belajar yang beragam, ada siswa yang suka gaya belajar visual, aduio dan gaya belajar kinestetik. Oleh sebab itu variasi dan kreatifitas guru dalam pembelajaran sangat diperlukan. S : STATE STANDARDS AND OBJECTIVES (Merumuskan Tujuan Pembelajaran) Tahap kedua adalah merumuskan standar dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Standar diambil dari Standar Kompetensi yang sudah ditetapkan. Penulis memilih materi pembelajaran Fisika dengan materi ajar pada Kelas X semester 1 di SMA Negeri 1 Pelalawan, dan Dalam merumuskan tujuan pembelajaran, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah : a. Instruksi kepada peserta didik (Audiens) Sebagai motivator, guru diharapkan secara rinci menyampaikan tujuan pembelajaran, apa yang akan dilakukan pada audiens, dan pada sesi ini yang menjadi objek adalah siswa, dalam hal ini siswa bisa diberikan entry test atau motivasi awal yang berorinetasi pada pengalaman yang telah dipunyai. Hal ini juga harus berkaitan dengan materi yang telah lalu atau bisa pada pengkaitan dengan pengetahuan yang peserta didik mudah meresponnya. b. Behavior (perilaku) Dimana pada fase ini guru bisa mendeskripsikan perilaku baru yang harus dimiliki pembelajar setelah melalui proses pembelajaran dan harus dapat diukur. Dengan kata lain, siswa diberikan pre test atau stimulus dengan materi yang relevan, baik materi pada minggu lalu atau permasalahan yang berkaitan. c. Conditions (kondisi peserta didik) Sebagai guru, kita wajib mengetahui, bagaimana kondisi pebelajar pada

keeluruhannya, dari situ bisa dilihat, bahwa bagaimana performa pebelajar, karena banyak faktor nanti yang akan mempengaruhi disaat kita sedang melangsungkan pembelajaran. Seperti kita ketahui, bahwa tiap pembelajaran, berbeda waktunya dengan pelajaran yang lain. Maka dari itu, penting rasanya melihat performa pebelajar, agar pembelajaran bisa berjalan dengan optimal.

12

S : SELECT METHODS, MEDIA AND MATERIAL (Memilih metode, media dan bahan ajar) Dalam merencanakan pembelajaran yang efektif adalah memilih strategi, teknologi, media dan materi pembelajaran yang sesuai. Strategi pembelajaran harus dipilih apakah yang berpusat pada siswa atau berpusat pada guru sekaligus menentukan metode yang akan digunakan. Yang perlu digarisbawahi dalam point ini adalah bahwa tidak ada satu metode yang paling baik dari metode yang lain dan tidak ada satu metode yang dapat menyenangkan/menjawab kebutuhan pembelajar secara seimbang dan menyeluruh, sehingga harus dipertimbangkan mensinergikan beberapa metode. Memilih teknologi dan media yang akan digunakan tidak harus diidentikkan dengan barang yang mahal. Yang jelas sebelum memilih teknologi dan media kita harus mempertimbangkan terlebih dahulu kelebihan dan kekurangannya. Jangan sampai media yang kita gunakan menjadi bumerang atau mempersulit kita dalam pentransferan pengetahuan kepada pembelajar.

Ketika kita telah memilih strategi, teknologi dan media yang akan digunakan, selanjutnya menentukan materi pembelajaran yang akan digunakan. Langkah ini melibatkan tiga pilihan : (1) Memilih materi yang sudah tersedia dan siap pakai, (2) Mengubah/ modifikasi materi yang ada, atau (3) Merancang materi dengan desain baru. Bagaimanapun caranya kita mengembangkan materi, yang terpenting materi tersebut sesuai dengan tujuan dan karakteristik si pembelajar. Pemilihan Media Pemilihan media ini sudah Penulis rencanakan adalah materi besaran dan Satuan dengan menggunakan media gambar, dan pemodelan nyata seperti penggunaan penggaris, meteran dan alat ukur seperti jangka sorong dan termometer bisa menjadi permodelan yang efektif. Dengan menggunakan media tersebut, maka siswa bisa mengerti dengan apa yang telah guru sampaikan pada awal pembelajaran. Disini Penulis mengajar bidang fisika, maka metode yang Penulis ambil adalah metode Demonstrasi, karena metode ini sangat efektif bagi pebelajar, metode ini sendiri merupakan metode pembelajaran yang sangat efektif untuk menolong siswa mencari 13

jawaban atas pertanyaan-pertanyaan seperti : Bagaimana cara mengaturnya? Bagaimana proses bekerjanya? Bagaimana proses mengerjakannya. Demonstrasi sebagai metode pembelajaran adalah bilamana seorang guru atau seorang

demonstrator (orang luar yang sengaja diminta) atau seorang siswa memperlihatkan kepada seluruh kelas sesuatau proses. U : UTILIZE MEDIA AND MATERIALS (Memanfaatkan media dan bahan ajar) Tahap keempat adalah menggunakan teknologi, media dan material. Pada tahap

ini melibatkan perencanaan peran kita sebagai guru/dosen dalam menggunakan teknologi, media dan materi. Untuk melakukan tahap ini ikuti proses 5P, yaitu: 1. Pratinjau (preview), mengecek teknologi, media dan bahan yang akan digunakan untuk pembelajaran sesuai dengan tujuannya dan masih layak pakai atau tidak. Pemeriksaan teknologi sebenarnya kondisonal, karena SMA Negeri 1 Pelalawan dengan kontur geografis yang berada pada wilayah perairan, dan pasokan listrik juga kurang memadai, maka pemeriksaan teknologi yang dijadikan media lebih banyak menggunakan media permodelan dan demontrasi, atau membawa media yang lebih banyak bahannya di wilayah kecamatan Pelalawan, seperti pembuatan charta, gambar yang dilukis sesuai dengan materi, penugasan individu, seperti, membuat kertas yang dilukis yang membentuk spektrum warna. 2. Menyiapkan (prepare) teknologi, media dan materi yang mendukung pembelajaran kita. Penyiapan teknologi yang mendukung materi, adalah dengan menyiapkan kertas karton, atau bahan yang sesuai, hal ini bisa Penulis lakukan persiapan di rumah, karena dengan kesiapan yang matang, akan memperlancar membelajaran yang akan disajikan. 3. Mempersiapkan (prepare) lingkungan belajar sehingga mendukung

penggunaan teknologi, media dan materi dalam proses pembelajaran. Penyiapan lingkungan, dalam hal ini adalah guru lebih berkonsentrasi pada kesiapan dan pengelolaan kelas, karena performa siswa tidak semua sama,
14

karena kondisi mereka juga sudah menerima materi dari mata pelajaran lain. Jadi mungkin ada faktor jenuh, kelelahan, dan kendala lain yang membuat siswa merasa kurang nyaman dengan keadaannya. 4. Menyediakan (provide) pengalaman belajar (terpusat pada pengajar atau pembelajar), sehingga siswa memperoleh pengalaman belajar dengan maksimal. Pengeloaan kelas yang telah siap menerima materi pembelajaran, maka materi bisa kita kenalkan dengan mempergakana secara audio, yang guru bisa dengan menyiapkan materi dengan memotivasi atau memberi stimulus, tentang pengelaman apa yang telah ia dapatkan, baik di luar lingkungan sekolah dan mungkin mereka juga pernah mengalami dengan apa yang telah guru sampaikan.
R : REQUIRE LEARNER PARTICIPATION (Mengembangkan peran peserta didik) Dalam mengaktifkan pebelajar di proses pembelajaran tentulah memerlukan sentuhan psikologis. Pada mata Fisika pada materi Besaran dan Satuan, teori yang digunakan dalam pembelajaran adalah pendekatan dengan Contextual Teacher Learning (CTL) dan Konstruktivisme. Dimana dengan pendekatan konstruktivis siswa dapat mengkonstruk sendiri materi yang dipelajari, sehingga dapat bertahan lama dikepala mereka. Hal ini Penulis ambil, karena memang dalam pembelajaran Fisika pembelajaran terpusat pada guru, guru sebagai fasilitator, sebagai pembimbing bahkan sebagai manajer dalam kelas, harus bisa mengelola, memenej pembelajaran yang akan disampaikan.

: EVALUATE AND REVIEW (Menilai dan Memperbaiki) Tahapan akhir dari pendekatan ASSURE adalah Evaluated and Prepaired, mengevaluasi, menilai dan memperbaiki, tentang apa yang telah kita sampaikan, dimana setelah terjadi interaksi antara guru dan pebelajar, dan telah diberikan materi, maka hal terakhir yang kita lakukan adalah dengan memberikan tes, atau penugasan, baik secara individu, maupun pekerjaan secara kelompok. Dengan adanya evaluasi ini apa yang telah kita sampaikan bisa terukur, baik umpan balik, respon siswa terhadap materi kita, maupun perkembangan pengetahuan, dan 15

keterampilan pebelajar. Dan yang diukur disini adalah bagaimana penggunaan media terhadap materi tersebut, apakah berhasil, apakah media yang kita gunakan sudah tepat, apakah media dan teknologi yang kita gunakan perlu diperbaiki dan dievaluasi, baik dari segi penampilan dan kreativitasnya

Selain

dalam

proses

pembelajaran

adalah

mengevaluasi

serta

merevisi

pembelajaran yang diadakan, ketercapaian materi dilihat dari pencapaian siswa maupun dari keefektifan penggunaan media, akan bisa diketahui. Mengukur pencapaian siswa biasanya dilakukan dengan menggunakan test atau ujian, dan dari portofolio mereka secara individu. Evaluasi dan revisi dilakukan untuk

melihat seberapa jauh teknologi, media dan materi yang kita pilih/gunakan dapat mencapai tujuan yang telah kita tetapkan sebelumnya. Dari hasil evaluasi akan diperoleh kesimpulan: apakah teknologi, media dan materi yang kita pilih sudah baik, atau harus diperbaiki lagi.

16

BAB III PENUTUP Setelah terurai diatas bagaimana langkah perancangan media belajar yang baku menurut Smaldino, maka langkah akhir dari perancangan media pembelajaran ini adalah dengan menenutkan pilihan dengan memntukan media yang tepat untuk materi Besaran dan Satuan pada siswa kelas X di SMA Negeri 1 Pelalawan. Jadi Penulis berkesimpulan bahwa, media yang digunakan di kelas X pada materi Besaran dan Satuan pada pembelajaran Fisika, adalah tepat pada sasaran, pembangunan afektif, kognitif dan psikomotornya sudah mengena. Begitu juga strategi pembelajaran yang digunakan, dengan adanya variasi dan kreatifitas guru dalam merancang pembelajaran maka pelajaran Fisika lebih diminati lagi dan dapat menarik perhatian siswa sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai sesuai dengan yang diharapkan.

17

PEMBELAJARAN TEKNOLOGI DENGAN PENGGUNAAN MEDIA CHARTA DAN PERMODELAN ALAT UKUR PADA MATERI BESARAN DAN SATUAN KELAS X SEMESTER 1 DI SMA NEGERI 1 PELALAWAN

Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah MEDIA DAN PENDIDIKAN
Dosen Pengampu : Dr. Indriyati Kusumaningrum, M.pd

Disusun Oleh :

PRIYO HARIADI NIM. 1109872

KELAS A SEMESTER 2

PROGARAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN PASCA SARJANA FKIP UNRI kerjasama PPs UNP
PEKANBARU 2012 18

You might also like