You are on page 1of 20

Konsep dan Definisi Istilah Statistik dalam Bidang Ketenagakerjaan Sumber: http://bogorkab.bps.go.id/index.php/artikel/76-konsep-dan-definisi-istilah-statistik-dalambidang-ketenagakerjaan.

html diakses pada 5 mei 2012 Berbicara tentang ketenagakerjaan, kita akan dihadapkan dengan istilah-istilah ketenagakerjaan yang mungkin bagi beberapa diantara kita masih belum familiar dengan istilah tersebut. Pemahaman akan konsep dan definisi istilah ketenagakerjaan akan memudahkan kita dalam menganalisis/mendalami lebih dalam tentang problematika ketenagakerjaan, khususnya di Indonesia. Konsep dan definisi yang digunakan dalam artikel ini adalah yang dipakai oleh Badan Pusat Statistik (BPS) sebagai Pelopor Data Statistik untuk Semua. Beberapa istilah dalam artikel ini adalah merupakan variabel-variabel yang dapat digunakan untuk keperluan analisis statistik ketenagakerjaan. Pada beberapa istilah dibawah ini, dilengkapi dengan formulasi untuk mendapatkan angka (Indikator ketenagakerjaan) tersebut. Berikut konsep dan definisi istilah statistik ketenagakerjaan : 1. Penduduk Usia Kerja Indonesia mendefinisikan penduduk usia kerja adalah penduduk yang berusia 15 tahun ke atas. 2. Angkatan Kerja Adalah penduduk usia kerja yang bekerja atau mempunyai pekerjaan namun sementara tidak bekerja dan pengangguran terbuka. 3. Bukan Angkatan Kerja Adalah penduduk usia kerja yang tidak aktif dalam kegiatan ekonomi, kegiatan utama mereka adalah sekolah, mengurus rumah tangga dan kelompok penerima pendapatan. 4. Bekerja Adalah kegiatan melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh penghasilan atau keuntungan paling sedikit selama satu jam dalam seminggu yang lalu. Bekerja selama satu jam tersebut harus dilakukan berturut-turut dan tidak terputus. Kegiatan bekerja ini mencakup: - sedang bekerja - punya pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja, misal karena : cuti, sakit,menunggu panen dan sejenisnya. 5. Pengangguran Adalah mereka yang tidak bekerja tetapi mencari pekerjaan, atau mempersiapkan usaha, merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan (discouraged worker) atau penduduk yang tidak mencari pekerjaan karena sudah diterima bekerja / mempunyai pekerjaan tetapi belum mulai bekerja (future starts). 6. Mencari Pekerjaan Adalah kegiatan seseorang yang tidak bekerja dan pada saat survei orang tersebut sedang mencari pekerjaan, baik mereka yang belum pernah bekerja dan sedang berusaha mendapatkan pekerjaan atau mereka yang sudah pernah bekerja, karena sesuatu hal berhenti atau diberhentikan dan sedang berusaha untuk mendapatkan pekerjaan. 7. Setengah pengangguran adalah mereka yang bekerja di bawah jam kerja normal (kurang dari 35 jam seminggu). Setengah pengangguran terbagi menjadi dua yaitu:

- Setengah Pengangguran Terpaksa adalah mereka yang bekerja di bawah jam kerja normal, masih mencari pekerjaan atau masih bersedia menerima pekerjaan. - Setengah Pengangguran Sukarela adalah mereka yang bekerja di bawah jam kerja normal, tidak mencari pekerjaan atau tidak bersedia menerima pekerjaan lain (sering disebut Part Time Worker). 8. Lapangan pekerjaan Adalah bidang kegiatan atau bidang usaha yang dilakukan perusahaan / usaha / lembaga tempat responden bekerja. Pengelompokkan lapangan pekerjaan merujuk pada Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) yang merujuk pada International Standard Industrial Classification of All Economic Activities (ISIC). 9. Jumlah Jam Kerja Adalah lama waktu bekerja yang digunakan untuk bekerja selama hari masuk kerja dalam semingga, termasuk jam kerja lembur. 10. Upah / Gaji Adalah penerimaan pekerja baik berupa uang ataupun barang selama sebulan yang dibayarkan oleh perusahaan kantor / majikan setelah dikurangi dengan potongan-potongan, iuran wajib, pajak penghasilan dan sebagainya. 11. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Indikator ketenagakerjaan yang memberikan gambaran tentang penduduk yang aktif secara ekonomi dalam kegiatan sehari-hari merujuk pada suatu waktu dalam periode survei. Indikator ini menunjukkan besaran relative dari pasokan tenaga kerja yang tersedia untuk bekerja. Diformulasikan dengan: TPAK = __Jumlah Angkatan Kerja x 100% Jumlah Penduduk Usia Kerja 12. Tingkat Kesempatan Kerja (TKK) TKK mengidentifikasikan besarnya penduduk usia kerja yang bekerja atau sementara tidak bekerja. TKK menggambarkan kesempatan seseorang untuk terserap pada pasar kerja. TKK dirumuskan dengan: TKK = Jumlah Penduduk yang Bekerja x 100 % Jumlah Angkatan Kerja 13. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) TPT mengidentifikasikan tentang penduduk usia kerja yang termasuk dalam kelompok pengangguran. TPT dirumuskan dengan: TPT = Jumlah Pengangguran x 100 % Jumlah Angkatan Kerja Tahun 1960-an suatu negara dianggap sudah mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh (full employment) atau pengangguran normal, jika tingkat penganggurannya < 4,0 persen. Sedangkan tahun 1980-an tingkat pengangguran normal dipercaya sekitar 6-7 persen (Borjas, 2008). Hubungan antara TKK dengan TPT adalah: TPT = (100% - TKK) 14. Kontribusi Sektor Menggambarkan andil setiap sektor dalam menyerap tenaga kerja. Perubahan kontribusi sektor dalam penyerapan tenaga kerja dalam suatu kurun waktu merupakan indikasi perubahan struktur perekonomian suatu daerah. 15. Tingkat Inflasi

Inflasi merupakan gejala yang menunjukkan tingkat harga secara umum mengalami kenaikan secara terus menerus. Kebalikan dari inflasi adalah Deflasi. Sedangkan tingkat perubahan harga secara umum disebut laju inflasi. Tingkat inflasi juga menggambarkan perubahan indeks harga konsumen. 16. Pertumbuhan Ekonomi Menggambarkan persentase perubahan tingkat pendapatan atau Produk Domestik Bruto (PDB). Perumbuhan ekonomi dirumuskan dengan: Pertumbuhan Ekonomi = PDB tahun (t) - PDB tahun (t-1) x 100% PDB tahun (t-1) 17. Upah Nominal Merupakan rata-rata upah bersih yang diterima selama sebulan (S). 18. Upah Riil Merupakan rasio antara nilai Upah Nominal (S) dengan Indeks Harga Konsumen (IHK). Upah Riil = S / IHK 19. Investasi Merupakan penjumlahan Pertumbuhan Model Tetap Domestik Bruto (PMTDB) dikurangi perubahan stock barang inventori. Nilai Investasi = PMTDB - Perubahan Stock Daftar Pustaka Badan Pusat Statistik, Peningkatan Kemampuan Statistik (Statistical Capacity Building) bagi Pejabat BPS Kabupaten/Kota, Jakarta.2004. _____________________, Analisis Penggangguran Terdidik, Jakarta.2006. ________________________, Workshop Hasil Olah Cepat SP2010 di Bandung, 11-19 Oktober 2010. Jakarta.2010.

Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Tenaga_kerja diakses pada 5 mei 2012

Tenaga kerja merupakan penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut UU No. 13 tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun unTeks miringtuk masyarakat. Secara garis besar penduduk suatu negara dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Penduduk tergolong tenaga kerja jika penduduk tersebut telah memasuki usia kerja. Batas usia kerja yang berlaku di Indonesia adalah berumur 15 tahun 64 tahun. Menurut pengertian ini, setiap orang yang mampu bekerja disebut sebagai tenaga kerja. Ada banyak pendapat mengenai usia dari para tenaga kerja ini, ada yang menyebutkan di atas 17 tahun ada pula yang menyebutkan di atas 20 tahun, bahkan ada yang menyebutkan di atas 7 tahun karena anak-anak jalanan sudah termasuk tenaga kerja. Daftar isi [sembunyikan]

1 Klasifikasi Tenaga Kerja o 1.1 Berdasarkan penduduknya o 1.2 Berdasarkan batas kerja o 1.3 Berdasarkan kualitasnya 2 Masalah Ketenagakerjaan 3 Lihat pula 4 Pranala Luar

[sunting] Klasifikasi Tenaga Kerja [sunting] Berdasarkan penduduknya

Tenaga kerja

Tenaga kerja adalah seluruh jumlah penduduk yang dianggap dapat bekerja dan sanggup bekerja jika tidak ada permintaan kerja. Menurut Undang-Undang Tenaga Kerja, mereka yang dikelompokkan sebagai tenaga kerja yaitu mereka yang berusia antara 15 tahun sampai dengan 64 tahun.

Bukan tenaga kerja

Bukan tenaga kerja adalah mereka yang dianggap tidak mampu dan tidak mau bekerja, meskipun ada permintaan bekerja. Menurut Undang-Undang Tenaga Kerja No. 13 Tahun 2003, mereka adalah penduduk di luar usia, yaitu mereka yang berusia di bawah 15 tahun dan berusia di atas 64 tahun. Contoh kelompok ini adalah para pensiunan, para lansia (lanjut usia) dan anak-anak. [sunting] Berdasarkan batas kerja

Angkatan kerja

Angkatan kerja adalah penduduk usia produktif yang berusia 15-64 tahun yang sudah mempunyai pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja, maupun yang sedang aktif mencari pekerjaan.

Bukan angkatan kerja

Bukan angkatan kerja adalah mereka yang berumur 10 tahun ke atas yang kegiatannya hanya bersekolah, mengurus rumah tangga dan sebagainya. Contoh kelompok ini adalah:
1. anak sekolah dan mahasiswa 2. para ibu rumah tangga dan orang cacat, dan 3. para pengangguran sukarela

[sunting] Berdasarkan kualitasnya

Tenaga kerja terdidik

Tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang memiliki suatu keahlian atau kemahiran dalam bidang tertentu dengan cara sekolah atau pendidikan formal dan nonformal. Contohnya: pengacara, dokter, guru, dan lain-lain.

Tenaga kerja terampil

Tenaga kerja terampil adalah tenaga kerjayang memiliki keahlian dalam bidang tertentudengan melalui pengalaman kerja. Tenaga kerja terampil ini dibutuhkan latihan secara berulang-ulang sehingga mampu menguasai pekerjaan tersebut. Contohnya: apoteker, ahli bedah, mekanik, dan lain-lain.

Tenaga kerja tidak terdidik

Tenaga kerja tidak terdidik adalah tenaga kerja kasar yang hanya mengandalkan tenaga saja. Contoh: kuli, buruh angkut, pembantu rumah tangga, dan sebagainya. [sunting] Masalah Ketenagakerjaan Berikut ini beberapa masalah ketenagakerjaan di Indonesia.

Rendahnya kualitas tenaga kerja

Kualitas tenaga kerja dalam suatu negara dapat ditentukan denganmelihat tingkat pendidikan negara tersebut. Sebagian besar tenaga kerja di Indonesia, tingkat pendidikannya masih rendah. Hal ini menyebabkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi rendah. Minimnya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan rendahnya produktivitas tenaga kerja, sehingga hal ini akan berpengaruh terhadaprendahnya kualitas hasil produksi barang dan jasa.

Jumlah angkatan kerja yang tidak sebanding dengan kesempatan kerja

Meningkatnya jumlah angkatan kerja yang tidak diimbangi oleh perluasan lapangan kerja akan membawa beban tersendiri bagi perekonomian. Angkatan kerja yang tidak tertampung dalam lapangan kerja akan menyebabkan pengangguran. Padahal harapan pemerintah, semakin banyaknya jumlah angkatan kerja bisa menjadi pendorong pembangunan ekonomi.

Persebaran tenaga kerja yang tidak merata

Sebagian besar tenaga kerja di Indonesia berada di Pulau Jawa. Sementara di daerah lain masih kekurangan tenaga kerja, terutama untuk sektor pertanian, perkebunan, dan kehutanan.Dengan demikian di Pulau Jawa banyak terjadi pengangguran, sementara di daerah lain masih banyak sumber daya alam yang belum dikelola secara maksimal.

Pengangguran

Terjadinya krisis ekonomi di Indonesia banyak mengakibatkan industri di Indonesia mengalami gulung tikar. Akibatnya, banyak pula tenaga kerja yang berhenti bekerja. Selain itu, banyaknya perusahaan yang gulung tikar mengakibatkan semakin sempitnya lapangan kerja yang ada. Di sisi lain jumlah angkatan kerja terus meningkat. Dengan demikian pengangguran akan semakin banyak.

CARA MENGATASI KETENAGAKERJAAN

C.MENGATASI MASALAH KETENAGAKERJAAN DI INDONESIA Sumber: http://yafieconomic.blogspot.com/2010/11/cara-mengatasi-ketenagakerjaan.html diakses 5 mei 2012 1.Memperluas Kesempatan Kerja *Pengembangan industri terutama industri padat karya. *Penyelenggaraan proyek-proyek pekerjaan umum. 2.Mengurangi Tingkat Pengangguran *Pemberdayaan angkatan kerja. *Pengembangan usaha sektor formal dan usaha kecil. *Pembinaan generasi muda yang masuk angkatan krerja. *Mengadakan program transmigrasi. *Mendorong badan usaha untuk proaktif mengadakan kerja sama dengan lembaga pendidikan. *Mendirikan tempat latihan kerja. *Mendorong lembaga-lembaga pendidikan untuk meningkatkan life skill. *Mengefektifkan pemberian informasi ketenagakejaan. 3.Meningkatkan Kualitas Angkatatan Kerja dan Tenaga Kerja *Pelatihan untuk pengembangan keahlian dan ketrampilan kerja. *Pemagangan melalui latihan kerja di tempat kerja. *Perbaikan gizi dan kesehatan. *Meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat. 4.Meningkatkan Kesejahteraan Tenaga Kerja *Menetapkan upah munimum regional (UMR). *Mengikutkan setiap pekerja dalam asuransi jaminan sosial tenaga

kerja. *Menganjurkan kepada setiap perusahaan untuk meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja. *Mewajibkan kepada perusahaan untuk memenuhi hak-hak tenaga kerja. 5.Menurunkan Jumlah Angkatan Kerja *Program keluarga berenana. *Pembatasan usia kerja minimum. *Program wajib belajar.

1.Cara Mengatasi Pengangguran Musiman a.Memberikan informasi tentang lowongan pekerjaan. b.Memberikan pelatihan ketrampilan diluar bidang yang telah dikuasai. 2.Cara Mengatasi Pengangguran Struktural a.Menciptakan iklim investasi yang kondusif. b.Memberikan pelatihan ketrampilan tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan dalam pasar tenaga kerja. c.Menyediakan lapangan kerja. 3.Cara Mengatasi Pengangguran Friksional a.Memberikan deregulasi dan debirokratisasi dalam dunia usaha. b.Melaksanakan program padat karya. c.Mengembangkan program transmigrasi. 4.Cara Mengatasi Pengangguran Konjungtural

a.Meningkatkan daya beli masyarakat terhadap barang atau jasa. 5.Cara Mengatasi Pengangguran Deflasioner a.Menarik investor baru agar dapat menggairahkan dunia usaha. b.Memberikan pelatihan kepada tenaga kerja. 6.Cara Mengatasi Pengangguran Teknologi a.Memberikan pelatihan teknologi. b.Mengenalkan teknologi kepada anak sejak usia dini. c.Memasukkan materi kurikulum tentang teknologi.

Sumber: http://www.crayonpedia.org/mw/BSE:Angkatan_Kerja_dan_Tenaga_Kerja_Sebagai_Sumber_Day a_Dalam_Kegiatan_Ekonomi_8.2_%28BAB_14%29 diakses 15 mei 2012 BAB14. ANGKATAN KERJA DAN TENAGA KERJA SEBAGA SUMBER DAYA DALAM KEGIATAN EKONOMI Dari Crayonpedia (Dialihkan dari BSE:Angkatan Kerja dan Tenaga Kerja Sebagai Sumber Daya Dalam Kegiatan Ekonomi 8.2 (BAB 14)) Langsung ke: navigasi, cari Daftar isi [sembunyikan]

* 1 ANGKATAN KERJA DAN TENAGA KERJA SEBAGAI SUMBER DAYA DALAM KEGIATAN EKONOMI o 1.1 A. Ketenagakerjaan + 1.1.1 1. Tenaga Kerja + 1.1.2 2. Angkatan Kerja o 1.2 B. Masalah Angkatan Kerja dan Tenaga Kerja di Indonesia + 1.2.1 1. Tingkat Pengangguran yang Tinggi + 1.2.2 2. Meningkatnya Angkatan Kerja + 1.2.3 3. Mutu Tenaga Kerja yang Rendah

+ 1.2.4 4 . Persebaran Tenaga Kerja yang Tidak Merata o 1.3 C. Peran Pemerintah Menanggulangi Masalah Ketenagakerjaan + 1.3.1 1. Meningkatkan mutu tenaga kerja + 1.3.2 2. Memperluas kesempatan kerja + 1.3.3 3. Memperluas pemerataan lapangan kerja + 1.3.4 4. Memperbaiki sistem pengupahan

ANGKATAN KERJA DAN TENAGA KERJA SEBAGAI SUMBER DAYA DALAM KEGIATAN EKONOMI Pada saat kelas VII semester 2, kalian telah mempelajari berbagai macam faktor produksi, tenaga kerja termasuk dalam faktor produksi manusia. Tenaga kerja menjadi faktor yang sangat penting dalam proses produksi. Tanpa adanya tenaga kerja, proses produksi tidak bisa berjalan dengan lancar. Namun di sisi lain, tenaga kerja bisa menimbulkan berbagai masalah, antara lain jumlah pengangguran tinggi, jumlah angkatan kerja yang semakin meningkat, mutu tenaga kerja yang rendah, dan lain sebagainya. Masalah tersebut menjadi salah satu penghambat pembangunan nasional. Oleh karena itu perlu adanya peran pemerintah untuk mengatasi masalah-masalah tersebut. Untuk mengetahui lebih mendalam mengenai kondisi tenaga kerja beserta masalah dan upaya mengatasinya, kalian dapat membaca penjelasan berikut ini. A. Ketenagakerjaan 1. Tenaga Kerja

Setiap hari kalian melihat orang tuamu bekerja. Mereka bekerja untuk mendapatkan penghasilan guna memenuhi kebutuhan keluarga. Orang tua kalian yang bekerja disebut tenaga kerja. Lalu siapa saja yang termasuk dalam tenaga kerja? Menurut UU No. 13 Tahun 2003, tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat. Tenaga kerja dapat juga diartikan sebagai penduduk yang berada dalam batas usia kerja. Tenaga kerja disebut juga golongan produktif.

Tenaga kerja dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Penduduk yang termasuk angkatan kerja terdiri atas orang yang bekerja dan menganggur. Jika ada saudara kalian yang sedang mencari pekerjaan, maka ia termasuk dalam angkatan kerja. Sedangkan golongan bukan angkatan kerja terdiri atas anak sekolah, ibu rumah tangga, dan

pensiunan. Golongan bukan angkatan kerja ini jika mereka mendapatkan pekerjaan maka termasuk angkatan kerja. Sehingga golongan bukan angkatan kerja disebut juga angkatan kerja potensial. Pembagian tenaga kerja jika digambarkan dalam bentuk bagan akan tampak seperti berikut. Bagan 14.1 Pembagian Tenaga Kerja Bagan 14.1 Pembagian Tenaga Kerja Secara umum tenaga kerja dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu tenaga kerja rohani dan tenaga kerja jasmani.

a. Tenaga Kerja Rohani Tenaga kerja rohani adalah tenaga kerja yang dalam kegiatan kerjanya lebih banyak menggunakan pikiran yang produktif dalam proses produksi. Contohnya manager, direktur, dan jenisnya.

b . Tenaga Kerja Jasmani Tenaga kerja jasmani adalah tenaga kerja yang dalam kegiatannya lebih banyak mencakup kegiatan pelaksanaan yang produktif dalam produksi. Tenaga kerja jasmani terbagi dalam tiga jenis yaitu tenaga kerja terdidik, tenaga kerja terlatih, dan tenaga kerja tidak terdidik. 1) Tenaga kerja terdidik (skilled labour) Tenaga kerja terdidik (skilled labour) adalah tenaga kerja yang memerlukan pendidikan tinggi. Misalnya guru, dokter, dan sebagainya. 2) Tenaga kerja terlatih (trained labour) Tenaga kerja terlatih (trained labour) adalah tenaga kerja yang memerlukan pelatihan dan pengalaman terlebih dahulu. Misalnya sopir, montir, dan sebagainya. 3) Tenaga kerja tak terdidik (unskilled labour) Tenaga kerja tak terdidik (unskilled labour) adalah tenaga kerja yang tidak memerlukan pelatihan ataupun pendidikan khusus. Misalnya kuli bangunan dan buruh gendong.

2. Angkatan Kerja

Coba kalian bandingkan dua contoh berikut ini.

Berdasarkan contoh di atas, manakah yang termasuk angkatan kerja? Kedua contoh di atas termasuk angkatan kerja. Dengan demikian, angkatan kerja dapat didefinisikan sebagai penduduk yang berada dalam usia kerja yang bekerja ataupun belum bekerja namun siap untuk bekerja maupun sedang mencari pekerjaan. Angkatan kerja terdiri atas orang yang bekerja dan menganggur. Penduduk yang bekerja adalah penduduk yang melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa untuk memperoleh penghasilan. Adapun pengangguran adalah orang yang tidak bekerja dan sedang mencari pekerjaan. Pengangguran merupakan masalah yang sering dihadapi oleh pemerintah. Jenis-jenis pengangguran dapat dilihat berdasarkan penyebab dan sifatnya.

a. Jenis Pengangguran Berdasarkan Penyebabnya Berdasarkan penyebabnya, pengangguran dapat dibedakan menjadi pengangguran konjungtur, struktural, friksional, musiman, teknologi, dan voluntary. 1 ) Pengangguran konjungtur Pengangguran konjungtur (cyclical unemployment) adalah pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan-perubahan dalam tingkat kegiatan perekonomian. Pada waktu kegiatan ekonomi mengalami kemunduran, perusahaan-perusahaan harus mengurangi kegiatan produksi. Hal ini berarti jam kerja akan dikurangi, sebagian mesin produksi tidak digunakan, dan sebagian tenaga kerja diberhentikan. Akibatnya banyak tenaga kerja yang tidak dapat bekerja lagi. 2 ) Pengangguran struktural Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi selalu diikuti oleh perubahan struktur dan corak kegiatan ekonomi. Misalnya terjadi pergeseran dari sektor pertanian menjadi sektor industri. Akibatnya semakin banyak jumlah industri pengolahan, sedangkan kegiatan pertanian semakin berkurang. Bagi tenaga kerja di bidang pertanian yang tidak dapat bekerja di bidang industri karena keterbatasan keahlian akan menganggur. Pengangguran tersebut dinamakan pengangguran struktural. 3 ) Pengangguran friksional Pengangguran jenis ini bersifat sementara dan terjadi karena adanya kesenjangan antara pencari kerja dan lowongan kerja. Kesenjangan ini dapat berupa kesenjangan waktu, informasi maupun jarak. Pengangguran friksional bukanlah sebagai akibat dari ketidakmampuan memperoleh pekerjaan, melainkan sebagai akibat dari keinginan untuk mencari pekerjaan yang lebih baik. Di dalam proses mencari kerja yang lebih baik adakalanya mereka harus menganggur. Masa mencari kerja/menganggur disebut dengan pengangguran friksional. 4 ) Pengangguran musiman

Pengangguran musiman adalah jenis pengangguran yang terjadi secara berkala, misalnya pengangguran pada saat selang musim tanam dan musim panen. Di sektor pertanian pekerjaan yang paling padat adalah pada saat musim tanam dan musim panen, sehingga saat selang antara musim tanam dan panen banyak terjadi pengangguran. Pengangguran jenis ini disebut pengangguran musiman. 5 ) Pengangguran teknologi Pengangguran teknologi adalah pengangguran yang terjadi karena adanya perubahan tenaga manusia menjadi tenaga mesin. Misalnya dahulu petani mengolah sawah dengan tenaga manusia, namun sekarang diganti dengan tenaga traktor. Adanya penggantian tenaga manusia dengan tenaga mesin dapat menyebabkan pengangguran teknologi. 6 ) Pengangguran voluntary Pengangguran voluntary terjadi karena ada orang yang sebenarnya masih dapat bekerja, namun dengan sukarela ia berhenti bekerja. Hal ini dapat terjadi karena ia telah mendapatkan warisan atau hal-hal lain yang membuat seseorang tidak perlu bekerja.

b . Jenis Pengangguran Berdasarkan Sifatnya Pengangguran berdasarkan sifatnya terdiri atas pengangguran terbuka, setengah menganggur, dan pengangguran terselubung. 1 ) Pengangguran terbuka Pengangguran terbuka adalah angkatan kerja yang benar-benar tidak mempunyai pekerjaan. Pengangguran jenis ini terjadi karena kurangnya lapangan pekerjaan, tidak mau bekerja, atau adanya ketidakcocokan antara lowongan pekerjaan dengan latar belakang pendidikan. 2 ) Setengah menganggur Setengah menganggur adalah angkatan kerja yang bekerja di bawah jam kerja normal. Ada juga yang mendefinisikan setengah menganggur sebagai angkatan kerja yang kurang dari 35 jam seminggu. 3 ) Pengangguran terselubung Pengangguran terselubung adalah angkatan kerja yang bekerja tidak optimal sehingga terjadi kelebihan tenaga kerja. Misalnya Pak Nyoman membuka usaha bengkel sepeda motor. Pak Nyoman dibantu oleh 1 orang anaknya. Sebenarnya tenaga kerjanya sudah cukup. Namun ada anak pamannya belum bekerja, maka ia ikut membantunya. Anak pamannya Pak Nyoman disebut pengangguran terselubung.

c . Kesempatan Kerja Kesempatan kerja adalah jumlah lapangan kerja yang tersedia bagi masyarakat. Kesempatan kerja ini erat hubungannya dengan kemampuan perusahaan-perusahaan dalam menyediakan atau menyerap tenaga kerja. Semakin banyak jumlah kesempatan kerja yang tersedia semakin banyak tenaga kerja yang terserap (dipekerjakan). Di Indonesia masalah kesempatan kerja ini dijamin dalam UUD 1945 pasal 27 ayat (2) yang berbunyi Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak. Berdasarkan bunyi UUD 1945 pasal 27 ayat (2) di atas, jelas bahwa pemerintah Indonesia bertanggung jawab atas penciptaan kesempatan kerja serta perlindungan terhadap tenaga kerja. Hal ini dimaksudkan agar melalui pekerjaannya setiap warga negara dapat hidup layak. Kesempatan kerja disebut juga lowongan pekerjaan. Pernahkah kalian membaca koran atau informasi lain mengenai lowongan kerja/kesempatan kerja? Informasi mengenai tersedianya kesempatan kerja pada suatu sektor kegiatan ekonomi dapat diperoleh melalui orang per orang, melalui iklan di surat kabar atau majalah, atau dapat juga diperoleh melalui Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Meskipun jumlah lowongan kerja yang kalian lihat di koran atau majalah jumlahnya banyak, namun hal itu belum mampu menampung semua angkatan kerja yang membutuhkan pekerjaan. Hal itu disebabkan karena jumlah pencari kerja jauh lebih banyak dibanding lowongan pekerjaan yang tersedia. B. Masalah Angkatan Kerja dan Tenaga Kerja di Indonesia Tenaga kerja merupakan faktor penting dalam pembangunan ekonomi suatu negara. Akan tetapi tenaga kerja juga dapat menjadi faktor penghambat apabila tenaga kerja yang ada mendatangkan berbagai macam masalah. Ketenegakerjaan di Indonesia masih kurang optimal dalam mendorong pembangunan ekonominya. Masih banyak permasalahan dalam dunia ketenegakerjaan di Indonesia. Berikut ini berbagai bentuk masalah ketenagakerjaan yang sering dihadapi oleh pemerintah. 1. Tingkat Pengangguran yang Tinggi

Pengangguran merupakan salah satu masalah tenaga kerja yang berpengaruh besar bagi perekonomian Indonesia. Di Indonesia jumlah angka pengangguran selalu mengalami peningkatan. Hal ini karena disebabkan oleh beberapa faktor. Pengangguran dapat terjadi pada saat pertambahan jumlah penduduk lebih besar daripada pertambahan lapangan kerja. Akibatnya tidak semua penduduk produktif dapat ditampung oleh lapangan kerja yang ada. Orang-orang yang tidak bisa bekerja ini akan menjadi pengangguran. Terjadinya pengangguran juga disebabkan karena rendahnya kualitas tenaga kerja. Mereka tidak mampu bersaing dengan tenaga kerja yang memiliki kualitas yang lebih baik. Akibatnya orang-orang yang mempunyai kualitas rendah akan menganggur. Selain itu masalah pengangguran juga dapat disebabkan karena lowongan kerja yang ada tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan. Orang-orang yang mempunyai latar belakang

berbeda dengan yang diharapkan perusahaan, tidak dapat bekerja. Akibatnya pengangguran bertambah.

Kondisi perekonomian yang tidak baik juga dapat menjadi pemicu terjadinya pengangguran. Terjadinya krisis ekonomi menyebabkan banyak perusahaan-perusahaan atau industri yang gulung tikar (bangkrut). Banyak tenaga kerja yang diberhentikan dari pekerjaannya. Orang-orang inilah yang kemudian menambah jumlah angka pengangguran. Tingginya jumlah pengangguran di Indonesia dapat menimbulkan berbagai dampak negatif baik bagi masyarakat maupun bagi negara. Berikut ini beberapa dampak dari pengangguran. a. Tingkat kesejahteraan menurun. b. Angka kriminalitas (kejahatan) meningkat, misalnya pencurian, penjambretan, dan penodongan. c. Kualitas hidup menurun, dengan ditandai lingkungan yang kotor (tidak sehat). d. Produktivitas masyarakat menurun. e. Menurunnya tingkat kesehatan dan kekurangan pangan. f. Peningkatan jumlah anak jalanan, kaum gelandangan, pengamen di tempat-tempat umum, dan lain sebagainya. g. Menurunnya pendapatan negara dari penerimaan pajak penghasilan. h. Bertambahnya biaya sosial negara. 2. Meningkatnya Angkatan Kerja

Jumlah angkatan kerja di Indonesia terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk. Semakin besar jumlah penduduk maka angkatan kerja jadi semakin besar. Hal itu dapat menjadi beban tersendiri bagi perekonomian. Mengapa demikian? Karena jika meningkatnya angkatan kerja yang tidak diimbangi dengan bertambahnya lapangan kerja akan menyebabkan masalah pengangguran. Orang-orang yang menganggur ini secara otomatis tidak akan memperoleh penghasilan. Akibatnya untuk memenuhi kebutuhan pun mereka tidak bisa. Kondisi tersebut dapat menyebabkan kesejahteraannya menurun. Hal tersebut sangat berlawanan dengan harapan pemerintah, yaitu semakin banyaknya jumlah angkatan kerja diharapkan dapat menjadi pendorong pembangunan ekonomi. 3. Mutu Tenaga Kerja yang Rendah

Sebagian besar tenaga kerja di Indonesia berpendidikan rendah dengan keterampilan dan keahlian yang kurang memadai, sehingga belum memiliki keterampilan dan pengalaman untuk memasuki dunia kerja. Dengan demikian mutu tenaga kerja di Indonesia tergolong rendah. Mutu tenaga kerja yang rendah mengakibatkan kesempatan kerja semakin kecil dan terbatas. Keterampilan dan pendidikan yang terbatas akan membatasi ragam dan jumlah pekerjaan. 4 . Persebaran Tenaga Kerja yang Tidak Merata

Persebaran tenaga kerja di Indonesia tidak merata. Di daerah Pulau Jawa tenaga kerja menumpuk sementara di luar Pulau Jawa kekurangan tenaga kerja. Kondisi tersebut dapat menimbulkan dampak bahwa di Pulau Jawa banyak pengangguran, sedangkan di luar Pulau Jawa pembangunan akan terhambat karena kekurangan tenaga kerja untuk mengolah sumber daya alam yang ada. C. Peran Pemerintah Menanggulangi Masalah Ketenagakerjaan Masalah ketenagakerjaan di Indonesia cukup banyak dan menyangkut berbagai bidang kehidupan seperti ekonomi, sosial, budaya, politik, hukum, dan lain sebagainya. Hal ini perlu penanganan yang serius dari pemerintah ataupun swasta. Upaya pemerintah dalam mengatasi masalah ketenagakerjaan diwujudkan dalam bentuk kebijakan-kebijakan. 1. Meningkatkan mutu tenaga kerja

Pemerintah dalam rangka meningkatkan mutu tenaga kerja dengan cara memberikan pelatihanpelatihan bagi tenaga kerja. Pelatihan kerja diselenggarakan dan diarahkan untuk membekali, meningkatkan, dan mengembangkan kemampuan dan produktivitas tenaga kerja. Dengan adanya pelatihan kerja diharapkan dapat meningkatkan kualitas tenaga kerja sehingga mampu bersaing dengan tenaga kerja luar negeri. 2. Memperluas kesempatan kerja

Pemerintah berupaya untuk memperluas kesempatan kerja dengan cara berikut ini. a. Mendirikan industri atau pabrik yang bersifat padat karya. b. Mendorong usaha-usaha kecil menengah. c. Mengintensifkan pekerjaan di daerah pedesaan.

d. Meningkatkan investasi (penanaman modal) asing. 3. Memperluas pemerataan lapangan kerja

Pemerintah mengoptimalkan informasi pemberitahuan lowongan kerja kepada para pencari kerja melalui pasar kerja. Dengan cara ini diharapkan pencari kerja mudah mendapatkan informasi lowongan pekerjaan. 4. Memperbaiki sistem pengupahan Pemerintah harus memerhatikan penghasilan yang layak bagi pekerja. Untuk itu pemerintah menetapkan upah minimum regional (UMR). Dengan penetapan upah minimum berarti pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari upah minimum yang ditetapkan.

Sumber: http://pakar-lampung.blogspot.com/2010/11/permasalahan-tenaga-kerja-indonesiatki.html diakses 5 mei 2011. Persoalan pengiriman tenaga kerja Indonesia ke luar negeri rupanya tak luput dari carutmarutnya pengelolaan sejumlah perusahaan pengerah tenaga kerja. Perekonomian Indonesia mengalami surplus tenaga kerja. Jumlah penawaran tenaga kerja melampaui permintaannya. Pemerintah memperkirakan angka pengangguran turun dari 7,9 persen di tahun 2009 menjadi 7,6% pada 2010. Tetapi sebenarnya masih banyak orang dengan status bekerja, namun melakukan pekerjaan yang tidak layak. Sebelum krisis ekonomi 1997, angka elastisitas penyerapan tenaga kerja cukup tinggi. Setiap 1 persen pertumbuhan ekonomi menyerap lebih dari 400 ribu tenaga kerja baru. Sementara pada masa puncak krisis (1998-2000), penyerapan tenaga kerja menurun drastis hingga di bawah 200 ribu penyerapan untuk setiap persen pertumbuhan ekonomi. Meskipun saat ini sudah membaik, penyerapan tenaga kerja belum sebaik sebelum krisis. Pertumbuhan penawaran tenaga kerja jelas dipengaruhi pertumbuhan penduduk. Sensus Penduduk 2010 menunjukkan kecenderungan naiknya pertumbuhan penduduk Indonesia periode 2000-2010 dibanding 10 tahun sebelumnya. Ini akan membebani pasar kerja dalam beberapa tahun mendatang. Setiap tahun sekitar 2,5 juta tenaga kerja baru masuk ke pasar kerja. Jika angka penyerapan tenaga kerja saat ini sekitar 250 ribu untuk setiap 1% pertumbuhan ekonomi, setidaknya 10% pertumbuhan ekonomi dibutuhkan. Padahal kenyataannya, pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini jauh di bawah angka 10%.

Sulitnya memperoleh pekerjaan di dalam negeri mendorong sebagian pekerja "mengadu nasib" di luar negeri. Tekanan penduduk (population pressure) dalam beberapa tahun mendatang akan semakin besar. Sekitar 56% pekerja Indonesia hanya lulusan SD ke bawah. Semakin sedikit kesempatan kerja untuk para lulusan SD. Hal ini diperburuk tidak adanya sistem jaminan sosial. Setiap orang bertanggung jawab atas dirinya sendiri. Tidak ada pilihan lain, sehingga harus bekerja termasuk ke luar negeri. Aliran pekerja ke luar negeri menjadi salah satu solusi untuk mengatasi surplus tenaga kerja dalam negeri. Tetapi, jika tidak dikelola dengan baik, maka akan terus menimbulkan masalah. Data Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI (BNP2TKI) menunjukkan adanya tren kenaikan TKI bermasalah dari sekitar 14% pada 2008 menjadi lebih dari 20% pada 2009. Awal masalah Pemerintah mensyaratkan bahwa TKI harus legal, dikirim melalui agen resmi yang membantunya untuk membuat paspor dan visa, memperoleh surat keterangan kesehatan, membayar asuransi dan kewajiban lainnya, memiliki keterampilan dan kemampuan bahasa. Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans) memperkirakan pada 2010 terdapat sekitar 2,7 juta TKI bekerja di luar negeri. Namun jumlahnya dapat lebih besar mengingat banyak TKI ilegal tidak tercatat. Sekitar 45% TKI memilih bekerja di Malaysia karena kemudahan komunikasi. Sementara 35% TKI bekerja di Arab Saudi. TKI berperan besar bagi perekonomian Indonesia. Nilai remitansi TKI tahun 2008 mencapai sekitar Rp60 triliun per tahun (15% PDB Indonesia). Masalah TKI muncul sejak proses awal di Indonesia. Umumnya penyaluran TKI melalui agen tenaga kerja, baik yang legal maupun ilegal. Agen TKI mengontrol hampir seluruh proses awal, mulai dari rekrutmen, paspor dan aplikasi visa, pelatihan, transit, dan penempatan TKI. Banyak TKI baru pertama kali ke luar negeri, direkrut makelar yang datang ke desanya, dengan janji upah tertentu, pilihan pekerjaan yang banyak, dan menawarkan bantuan kemudahan proses. Rendahnya pendidikan calon TKI mengakibatkan mereka menghadapi risiko mudah ditipu pihak lain. Mereka tidak memahami aturan dan persyaratan untuk bekerja di luar negeri. Rendahnya laporan TKI yang mengalami kasus tertentu ke pihak berwenang juga didasarkan kekhawatiran mereka karena memiliki identitas palsu. Banyak TKI usianya masih terlalu muda, namun demi kelancaran proses, usia di dokumen dipalsukan. Pemalsuan tidak hanya usia, tetapi juga nama dan alamat. Oleh karena itu, tidak mudah melacak para TKI bermasalah di luar negeri. Langkah ke depan Pemerintah perlu menertibkan para agen TKI ilegal untuk menghindari permasalahan sejak proses awal. Kita semua perlu menyadari bahwa permasalahan TKI berawal dari dalam negeri,

meskipun akar masalah di luar negeri juga tidak bisa diabaikan. Rendahnya kesempatan kerja dan tingginya pertumbuhan penduduk sebagai akibat mengendurnya berbagai kebijakan kependudukan berdampak pada meningkatnya aliran pekerja dengan pendidikan rendah ke luar negeri. Selain itu, perlu koordinasi yang lebih baik antara BNP2TKI dan Kemenakertrans. Pemerintah harus lebih fokus untuk mengungkapkan solusi dan bukan sekadar mengungkapkan masalah. Semua pihak harus segera duduk bersama. Instrumen kebijakan untuk mengatasi masalah TKI tidak harus terkait langsung dengan urusan TKI itu sendiri. Karena pada dasarnya, Indonesia saat ini membutuhkan komitmen kebijakan kependudukan yang kuat dan secara tidak langsung akan mengatasi masalah TKI pada jangka panjang.

You might also like