You are on page 1of 15

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

(CLASSROOM ACTION RESEARCH) Oleh : I Wayan Widana, S.Pd.,M.Pd.1

A. PENDAHULUAN Berbagai pelatihan telah diikuti, berbagai seminar telah dihadiri, banyak literatur telah dibaca tetapi guru tetap belum bisa melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Kiranya ada benarnya juga ungkapan yang mengatakan bahwa, kalau kita ingin bisa berenang, tidak cukup hanya dengan membaca berbagai literatur tentang berenang atau hanya dengan mengagumi prestasi perenang lainnya. Tetapi kita harus mau terjun ke air untuk melakukan aktivitas berenang itu sendiri. Berkaca pada ungkapan di atas, kiranya kita patut merenungkan kembali dengan melontarkan beberapa pertanyaan kepada diri kita sendiri. Setelah mengikuti berbagai pelatihan, seminar, membaca teori tentang PTK sudahkah saya pernah mencoba untuk melakukan PTK ? Maukah saya berusaha mencoba menulis ? Bagaimana saya harus memulainya ? dst. Bila jawabannya belum sempat, masih sibuk mengurus pekerjaan lain, nanti saja kalau sudah mau naik pangkat/sertifikasi atau saya sudah tua, maka dapat dipastikan kita tidak akan bisa melakukannya. Untuk dapat melakukan PTK, tidak ada cara lain selain kita harus mau mencoba dan berusaha melakukannya. Memang, tidak mudah bagi sebagian orang untuk melakukan pekerjaan ini. Pekerjaan melakukan penelitian memerlukan wawasan keilmuan yang cukup. Oleh karena itu seorang peneliti juga dituntut untuk gemar membaca. Berikut ini akan dipaparkan secara singkat tentang apa dan bagaimana melakukan PTK, sasaran atau objek PTK dan teknik penulisan laporan PTK.

B. Apa dan bagaimana itu PTK ?

Guru SMA Negeri 1 Kerambitan 1

Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang sering disingkat PTK terdiri dari 3 kata. Selanjutnya Suharsimi Arikunto (2008, 2-3) mengemukakan bahwa kata PENELITIAN dalam PTK menunjuk pada sebuah kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara atau metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam peningkatan mutu suatu hal yang menarik perhatian peneliti. Selanjutnya kata TINDAKAN menunjuk pada suatu gerak kegiatan yang disengaja dilakukan untuk tujuan tertentu. Sedangkan kata KELAS menunjuk pada sekelompok peserta didik yang sedang belajar. Kelas tidak diterjemahkan sebagai suatu ruangan (makna sempit). Sehingga penelitian itu dapat dilakukan di laboratorium, perpustakaan, lapangan olah raga atau dimana saja sepanjang di tempat itu terdapat sekelompok peserta didik yang sedang belajar. Jadi Penelitian Tindakan Kelas merupakan pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam kelas secara bersama. Berbicara tentang PTK, kita pahami bahwa tindakan yang diberikan bukan hanya dapat dilakukan oleh guru, tetapi juga oleh Kepala Sekolah, Pengawas, bahkan siapa saja yang berkepentingan melakukan tindakan dalam rangka memperbaiki hasil kinerjanya. Penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru disebut PTK, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Pengawas disebut Penelitian Tindakan Sekolah (PTS), Depdiknas (2009:11). Sebelum mulai melaksanakan tindakan, peneliti perlu menyusun rencana tindakan. Dalam menyusun rencana tersebut, sebaiknya peneliti menerapkan prinsip yang tepat untuk perencanaan yang sudah banyak dikenal dengan singkatan SMART, sebuah kata bahasa Inggris yang artinya cerdas. SMART ini berupa sebuah singkatan dari singkatan berikut. S = specific, artinya khusus, tertentu. Misalnya mata pelajaran Bahasa Indonesia, yang diteliti hanya satu aspek saja misalnya menulis. M = managable, artinya dapat dilaksanakan. Tidak sulit mencari lokasi, mengumpulkan data, mengoreksi. A = acceptable, dapat diterima oleh pihak subjek tindakan artinya peserta didik tidak mengeluh akibat guru memberi tindakan dan lingkungannya juga tidak terganggu atau achievable, dapat dicapai. R = realistic, kegiatan nyata, terdukung sumber daya. 2

T = time-bound, dilaksanakan dalam batas waktu tertentu Selanjutnya, karena penelitian tindakan merupakan salah satu dari kegiatan

ilmiah yang dilaporkan dalam bentuk karya tulis ilmiah berbentuk laporan PTK, maka alur pemikirannya harus mengikuti alur penalaran yang runtut dan benar dan didukung oleh teori-teori yang relevan, hasil penelitian yang relevan (kajian empirik), ide atau gagasan yang asli dari penulisnya, dituliskan secara jelas, karena bagian itulah yang merupakan sesuatu yang harus ditonjolkan. Ada beberapa model penelitian tindakan yang dikembangkan oleh para ahli penelitian. Beberapa model penelitian tindakan tersebut adalah : a) Model Ebbut (1985), b) Model Kemmis & Taggart (1988), c) Model Elliot (1991) dan d) Model Mc. Kernan (1991). Model yang paling umum dan paling sering dipakai dalam melaksanakan penelitian tindakan, adalah model PTK Kemmis & Taggart yang dapat digambarkan dalam skema berikut (Surata, 2009).

Perencanaan
Refleksi

SIKLUS I
Pengamatan Perencanaan

Pelaksanaan

Refleksi

SIKLUS II
Pengamatan

Pelaksanaan

?
Siklus artinya putaran. Satu siklus terdiri dari empat langkah, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. PTK dilaksanakan paling sedikit dalam dua siklus. Namun kalau mau dilanjutkan, juga boleh saja. PERENCANAAN : 3

Beberapa hal yang dapat dilakukan guru dalam perencanaan adalah : 1. Menulis jadwal penelitian dan tempat pelaksanaan. 2. Menulis tentang apa yang akan dilakukan. 3. Menulis tentang mengapa itu dilakukan. 4. Siapa saja yang akan melakukan, sendiri atau berkolaborasi ? 5. Mengidentifikasi dan menganalisis masalah. 6. Menyusun instrumen pengumpulan data. 7. Menulis cara apa yang akan dipakai memecahkan 8. Menyusun RPP, materi pembelajaran, dll. 9. Merancang skenario penerapan pembelajaran. 10. Menentukan indikator keberhasilan tindakan. PELAKSANAAN : Pada tahap pelaksanaan, beberapa hal yang dapat dilaksanakan oleh guru adalah sebagai berikut. 1. Cara menerapkan metode/model dalam perencanaan (RPP),tugas-tugas. 2. Apa saja yang dilakukan siswa, misalnya: kerja kelompok, dll. 3. Apa saja yang dilakukan guru di kelas, misalnya : berkeliling memberi bantuan individual, memotivasi siswa, dll 4. Tulis alat bantu apa saja yang dipakai guru. 5. Jenis instrumen, cara pemberian instrumen. PENGAMATAN : Pada tahapan ini peneliti melakukan proses mencermati jalannya pelaksanaan tindakan. Hal-hal yang diamati adalah hal-hal yang sudah disebutkan dalam pelaksanaan. Antara pelaksanaan dengan pengamatan sebetulnya bukan merupakan urutan karena waktu atau saat terjadinya bersamaan. Dalam PTK, pengamatan ini dilakukan dengan menggunakan format pengamatan. Keberadaan format pengamatan merupakan hal yang sangat penting dan mutlak harus ada. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahap pengamatan adalah sebagai berikut. 1. Mencatat kelebihan-kelebihan dan kekurangan-kekurangan yang ada. 2. Apakah ada dampak tertentu ? 3. Bagaimana aktivitas siswa ? 4. Apakah ada reaksi siswa ? 4

5. Adakah kolaborasi atara siswa ? 6. Bagaimana situasi saat siswa diberi tindakan ? Siapakah yang melakukan pengamatan ? Dalam hal ini ada dua kemungkinan: a. Pengamatan dilakukan oleh orang lain, yaitu pengamat yang diminta oleh peneliti untuk mengamati proses pelaksanaan tindakan, yaitu mengamati apa yang dilakukan oleh guru, siswa, maupun peristiwanya (Penelitian Kolaborasi). b. Pengamatan dilakukan oleh guru yang melaksanakan PTK. Dalam hal ini guru tersebut harus sanggup mengamati dirinya, apa yang sedang dilakukan, sekaligus mengamati apa yang dilakukan oleh siswa, dan bagaimana proses berlangsung. Bagi peneliti pemula sangat dianjurkan melakukan penelitian kolaborasi. Meskipun dilakukan secara bersama, tetapi karena kelasnya berbeda tentu saja peristiwanya berbeda, hasilnyapun dapat berbeda pula. Jika hasilnya dilaporkan sebagai KTI, masing-masing guru akan memperoleh nilai yang sama yaitu 4,0. Guru tidak perlu ragu melakukan penelitian kolaborasi, takut bila nilainya dibagi dua seperti dalam penelitian yang dilakukan secara berkelompok. Dalam penelitian tindakan masing-masing guru berdiri sebagai peneliti meskipun persiapannya dilakukan bersama-sama (Suharsimi Arikunto, 2008 : 17). REFLEKSI : Refleksi juga dikenal dengan peristiwa perenungan. Dalam perenungan ini, jika tidak ada pengamat luar, peneliti harus membayangkan kembali peristiwa yang sudah terjadi, yaitu ketika tindakan berlangsung. Hal yang sangat penting diperhatikan oleh peneliti dalam PTK adalah bahwa seluruh subjek tindakan harus dilibatkan dalam refleksi ini. Mereka diminta untuk mengingat kembali peristiwa yang terjadi ketika pelaksanaan tindakan berlangsung, mengemukakan perasaannya senang atau tidak, mengemukakan pendapat dan usul-usul untuk perbaikan siklus berikutnya. Dalam penilaian laporan PTK, uraian refleksi ini sangat diperhatikan oleh penilai, dicermati bagaimana peneliti melakukannya, dan bagaimana tindak lanjut dari refleksi tersebut. Hal yang sangat diperhatikan oleh penilai KTI adalah, apakah hasil refleksi ini digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki perencanaan untuk siklus berikutnya atau tidak. Hal yang perlu diingat adalah bahwa tindakan ini adalah untuk subjek tindakan,

oleh karena itu pendapat mereka sangat penting untuk dijadikan masukan perbaikan bagi perencanaan siklus berikutnya. Jika penelitian tindakan dilaksanakan dalam beberapa siklus, maka dalam refleksi terakhir peneliti menyampaikan rencana yang disarankan kepada peneliti lain bila ia menghentikan kegiatannya atau kepada dirinya sendiri bila penelitian itu akan dilanjutkan sendiri pada kesempatan lain. Catatan-catatan penting sebaiknya dibuat dengan rinci, sehingga siapapun yang akan melanjutkan penelitian lanjutan tidak menjumpai kesulitan. C. Sasaran Atau Objek Penelitian Kelas Penelitian tindakan kelas merupakan upaya nyata guru untuk memperbaiki kualitas pembelajaran sehingga prestasi belajar peserta didik diharapkan meningkat. Kalau kita perhatikan komponen-komponen dari suatu kelas (baca : sekelompok peserta didik belajar), maka secara garis besar akan terdapat : 1) peserta didik, 2) guru yang sedang mengajar, 3) materi pembelajaran, 4) media pembelajaran yang digunakan, 5) hasil pembelajaran, 6) lingkungan pembelajaran dan 7) pengelolaan/pengaturan oleh kepala sekolah. Berdasarkan uraian di atas, maka Cohen & Manion (1980 : 24) mengemukakan bahwa hal-hal yang dapat dijadikan sasaran atau objek penelitian tindakan adalah sebagai berikut. 1) Komponen Siswa (aktivitas, motivasi, sikap, tata nilai) 2) Komponen Guru (metode/strategi/model pembelajaran) 3) Materi pembelajaran (pengorganisasian, urutan penyajian) 4) Media pembelajaran 5) Prosedur evaluasi (ditinjau dari 3 aspek : kognitif, afektif, psikomotor) 6) Pengelolaan dan pengendalian mutu pendidikan 7) Administrasi pendidikan 8) Lingkungan belajar D. Teknik Penulisan Laporan Penelitian Tindakan 6

Meskipun model laporan penelitian dapat dikatakan beraneka ragam, namun yang disarankan dalam buku pedoman karya tulis ilmiah bagi guru, kepala sekolah, dan pengawas yang menyusun laporan penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut. Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekeliruan yang banyak dilakukan oleh guru adalah keinginan untuk mulai dari konsep yang sangat luas, yaitu undang-undang, lalu kebijakan yang juga masih luas, dan seterusnya. Sebaiknya latar belakang tidak bertele-tele, tetapi lekas menukik ke permasalahan. Yang lebih penting adalah menggambarkan adanya kesenjangan yang menarik perhatian untuk diteliti, karena antara hal yang ada dalam kenyataan (das sein) tidak sama dengan yang semestinya (das sollen). Pada bagian ini, peneliti perlu juga mengungkapkan tindakan yang akan dilakukan terhadap subjek penelitian serta menjelaskan secara singkat mengapa tindakan itu paling tepat dilakukan terhadap subjek penelitian. Untuk meyakinkan penilai bahwa PTK yang dilaporkan oleh guru atau pengawas betul-betul merupakan hasil karya yang dilaksanakan sendiri, masih perlu kiranya dalam bagian ini dikemukakan pengalaman yang terkait dengan kegagalan menggunakan metode atau cara tertentu, kemudian mungkin sudah pernah membaca tulisan orang lain yang telah berhasil meningkatkan prestasi setelah menggunakan metode lain, maka dalam bagian ini guru atau pengawas baru mengemukakan keinginan untuk mencoba melakukan melalui PTK. 1.2 Identifikasi Masalah Hal-hal yang dapat diperhatikan dalam penulisan identifikasi masalah adalah : a. Merupakan hal-hal spesifik yang berkaitan dengan permasalahan. Meskipun rumusan identifikasi yang ditulis boleh sebanyak-banyaknya, namun jika dapat ditemukan yang sudah spefisik lebih baik. Permasalahannya digali dari kegiatan sehari-hari yang termasuk profesional guru. b. Identifikasi masalah tidak harus dalam bentuk kalimat pertanyaan, tetapi menyebutkan apa saja yang merupakan rincian masalah atau dengan kata lain

unsur-unsur yang merupakan rincian dari permasalahan yang menjadi ganjalan peneliti dan sudah tertera di dalam judul. 1.3 Rumusan Masalah (Pertanyaan Penelitian) Rumusan masalah seringkali diartikan sama dengan pertanyaan penelitian. Rumusan masalah biasanya berupa kalimat pertanyaan. Disusun secara singkat, padat, jelas, tampak variabel-variabel yang mau diteliti, jenis variabelnya, sifat hubungannya, subjek penelitiannya. Rumusan masalah harus dapat diuji secara empirik (berdasarkan pengalaman dan pengamatan) 1.4 Tujuan penelitian Apa yang harus dituliskan dalam tujuan penelitian harus sejajar dengan rumusan masalahnya. Yang banyak dibuat salah oleh guru adalah bahwa tujuan penelitian itu adalah apa yang diharapkan sebagai pemanfaatan hasil. Contoh salah : tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan prestasi belajar. Contoh benar : tujuan penelitian adalah untuk mengetahui seberapa besar siswa bersungguh-sungguh dalam mengikuti pembelajaran, seberapa tinggi hasil yang diperoleh siswa dengan metode A, bagaimana kesan siswa terhadap metode pembelajaran yang digunakan, dan sebagainya menyangkut hal-hal yang disebutkan dalam rumusan masalah. 1.5 Manfaat penelitian Kekeliruan yang banyak terjadi dalam merumuskan manfaat penelitian antara lain adalah: a) Menyebutkan manfaat yang terlalu ambisius, untuk pihak atasan yang terlalu banyak, seolah-olah penelitiannya merupakan hal yang sangat penting yang akan dibaca oleh para pejabat. b) Menyebutkan pihak yang dapat memanfaatkan hasil penelitiannya adalah pihak yang tidak mungkin atau sulit dicapai. Sebagai contoh, mengharapkan masyarakat di daerah terpencil memanfaatkan hasil penelitiannya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Banyak peneliti yang mengeluh dan kebingungan, karena merasa susah mencari kajian pustaka dengan berbagai alasan. Alasan yang paling banyak dikemukakan adalah bahwa di sekolah tidak tersedia literatur yang mendukung objek penelitiannya. Hal-hal yang perlu ditulis dalam bab II ini, yaitu : 2.1 Landasan Teori Pada bagian ini peneliti hendaknya menguraikan teori-teori yang terkait langsung dengan variabel yang diteliti. Kesalahan yang sering terjadi adalah banyak peneliti yang menguraikan teori yang tidak ada sangkut pautnya dengan variabel penelitian, sehingga kesannya bertele-tele. 2.2 Penelitian Yang Relevan Kemukakan beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian anda, kaji pustakanya dengan menuturkan masalahnya, teori yang digunakannya, metodologinya, temuan-temuannya dan berikan komentar-komentar, kritik-kritik, evaluasi, refleksi, aspek-aspek yang berhubungan atau yang tidak berhubungan. Jadi bukan terlihat sebagai tumpukan-tumpukan hasil penelitian. 2.3 Kerangka Berpikir Berdasarkan landasan teori (kajian teoretik) dan penelitian yang relevan (kajian empirik) yang telah diungkapkan di atas, kemukakan alur pemikiran anda sehingga terlihat adanya hubungan sebab akibat yang logis sehingga sampai pada jawaban sementara atas pertanyaan penelitian/rumusan masalah. 2.4 Hipotesis Tuliskan secara singkat, padat dan jelas jawaban sementara terhadap pertanyaan penelitian/rumusan masalah berdasarkan kerangka berpikir yang diungkapkan.

BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab III ini peneliti dituntut untuk mengemukakan semua hal yang terkait dengan kegiatan tindakan yang dilakukan. Jika dalam proposal penelitian masih digunakan kata-kata akan, maka dalam laporan penelitian ini kata-kata akan harus dihapus karena penelitiannya sudah dilakukan. Kesalahan umum yang banyak diperbuat 9

oleh guru adalah tidak lagi menjelaskan tindakan yang dilakukan karena merasa sudah menjelaskan dalam bab II. Laporan seperti ini tidak benar, karena justru disinilah penilai mencermati model tindakan yang dilakukan oleh guru, bagaimana guru memberi pengarahan kepada siswa, dan bagaimana siswa melaksanakan arahan tersebut. Yang dikemukakan dalam bab II baru dasar teori yang dipilih, sedangkan dalam bab III adalah penerapan teori tersebut dalam bentuk tindakan nyata yang sudah ditentukan untuk dilaksanakan. Hal-hal yang harus dilaporkan dalam bab III metode penelitian menyangkut semua hal yang terkait dengan tindakan yang akan dilakukan, yaitu: 3.1 Setting, jelaskan gambaran tentang lokasi penelitian. 3.2 Subjek dan objek tindakan. Subjek penelitian adalah peserta didik atau guru atau kepala sekolah yang dikenai tindakan, sedangkan objek penelitian adalah variabel yang ingin diteliti pada subjek penelitian misalnya aktivitas, motivasi, hasil belajar, dan lain-lain. 3.3 Teknik dan instrumen pengumpulan data. Pada bagian ini, jelaskan cara yang digunakan peneliti untuk pengambilan data serta instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data misalnya lembar observasi, wawancara atau tes prestasi belajar. 3.4 Teknik analisis data, menjelaskan bagaimana data yang diperoleh tersebut dianalisis untuk mengetahui hasil akhir. 3.5 Indikator keberhasilan, menjelaskan tentang ciri-ciri penelitian itu dikatakan berhasil. Hal ini merupakan pedoman atau acuan apakah penelitian tindakan itu harus dilanjutkan pada siklus berikutnya atau dapat diakhiri karena telah memenuhi indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. 3.6 Prosedur penelitian, pada bagian ini uraikan dengan lengkap dan jelas tentang bagaimana penelitian itu dilakukan pada masing-masing siklus mulai dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi. Apabila PTK dilakukan dengan model kolaborasi, yaitu PTK yang dilakukan dalam kelompok 2 (dua) orang, peneliti harus menjelaskan dalam bab III ini bagaimana kolaborasi dilaksanakan. Bagi peneliti pemula yang mungkin masih merasa canggung, takut atau ragu untuk melaksanakan sendiri, disarankan untuk menggunakan model kolaborasi ini. Dalam hal ini penelitiannya dilakukan oleh dua orang guru sejenis, 10

misalnya guru IPS di kelas A dan kelas B. Adapun langkah-langkah PTK kolaborasi adalah sebagai berikut. 1. Dua orang guru yang sudah sepakat melaksanakan PTK kolaborasi menyusun perencanaan bersama, meliputi: (a) model tindakan yang akan digunakan terhadap siswa di kelasnya masing-masing, (b) panduan yang akan diberikan kepada siswa, (c) prosedur dan jadwal pelaksanaannya, (d) model pengamatan yang akan dipilih dan instrumen atau lembar pengamatannya, serta (e) bagaimana model refleksi yang akan dilakukan. 2. Guru kelas A masuk ke kelasnya untuk menjelaskan kepada siswanya bahwa akan dilakukan pembelajaran dengan model tindakan tertentu. Penjelasan ini diikuti dengan tanya jawab, sehingga siswa-siswa memahami betul apa yang dimaksudkan oleh guru. Pada waktu penjelasan tersebut, guru kelas B sebagai kolaboratornya ikut hadir di kelas tersebut untuk mengamati bagaimana cara guru kelas A menjelaskan dan mengamati bagaimana kelancaran informasi di kelas itu. Data hasil keikutasertaan guru kelas B disimpan dan akan dilaporkan kalau PTK sudah selesai. Dalam kesempatan itu juga dibicarakan seluruh proses tindakan sampai semua langkah dalam siklus, dan bagaimana refleksi akan dilakukan. Sesudah selesai acara informasi dan guru kelas A sudah mendapat gambaran tentang penerimaan siswanya, juga mungkin menerima usul-usul dari mereka, maka perencanaan guru kelas A disempurnakan. Panduan untuk siswa juga ikut didiskusikan dan disempurnakan. 3. Kini bergantian guru kelas B masuk kelasnya untuk memberikan informasi sebagaimana dilakukan oleh guru kelas A di kelasnya. Pada waktu itu guru kelas A ikut hadir dan melakukan pengamatan, bertindak seperti ketika guru kelas B hadir di kelasnya. Sama dengan guru kelas A, setelah ada kesepakatan dengan siswanya, guru kelas B mengadakan revisi terhadap rencana PTK yang akan dilakukan. 4. Setelah tahap perencanaan selesai dan beres, artinya langkah tindakan serta panduan untuk siswa tidak ada masalah, peralatan sarana sudah disiapkan, lembar pengamatan juga sudah siap digunakan, guru kelas A atau guru kelas B mana yang jadwalnya datang duluan, melaksanakan tindakannya. Ketika PTK di kelas kelas A berlangsung guru kelas B melakukan pengamatan, demikian juga sebaliknya.

11

5. Agar diperoleh kesatuan persepsi dan pemahaman antar guru kelas A dan kelas B yang berkolaborasi, sesudah satu pertemuan berlalu, mengadakan

diskusi/membicarakan hasil pengamatannya. Dalam pembicaraan ini tidak berarti hasil proses di kelas B harus sama dengan di kelas kelas A, karena memang keadaan kelasnya berbeda. Demikian selanjutnya, setelah berlangsung 3 atau 4 kali pertemuan dan model tindakan dipandang mantap, kedua guru bersepakat untuk mengakhiri siklus I dengan mengadakan refleksi. Tujuan utama dari refleksi adalah memperoleh informasi dari siswa tentang pelaksanaan tindakan siklus I, dan mengumpulkan bahan terkait dengan apa yang diinginkan oleh siswa dalam tindakan yang sudah mereka laksanakan. Oleh karena situasi di kelas kelas A dan B berbeda, mungkin sekali banyaknya pertemuan untuk mengakhiri siklus I juga berbeda. Jika terjadi seperti itu, kedua guru tidak perlu risau. Sebagai konsekuensi, kelanjutan tindakan siklus II di kedua kelas itu juga mungkin tidak sama. Itupun tidak mengapa. 6. Setelah refleksi selesai dilaksanakan, kedua guru membicarakan hasil refleksi masing-masing, mencermati data dari hasil pengamatan dan (mungkin angket dari siswa), untuk kemudian diambil simpulan tentang masukan yang diterima untuk menyempurnakan tindakan bagi siklus II. Demikianlah maka siklus II di kelas A dan kelas B dilaksanakan sesuai dengan revisi perencanaan setelah memperhatikan masukan refleksi siklus I. 7. Setelah siklus II berakhir dengan refleksi bersama seperti yang dilakukan pada akhir siklus I, guru kelas A dan guru kelas B menyusun laporan hasil pelaksanan PTK di kelas masing-masing. Jika laporan sudah selesai, sebaiknya dipertukarkan untuk dibaca oleh guru kolaborasinya. Sesudah itu laporan diserahkan kepada kepala sekolah untuk ditandatangani dan diberi cap sekolah, kemudian dapat langsung diserahkan ke LPMP setempat (baik melalui Dinas Pendidikan maupun tidak). Sesudah dilakukan penilaian dan dinyatakan bahwa laporannya baik dan benar, guru kelas A dan kelas B akan memperoleh nilai masing-masing 4,0.

12

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam laporan penelitian termasuk PTK, bab IV adalah merupakan bagian inti. Hal-hal yang harus dipaparkan dalam bab IV adalah sebagai berikut. 4.1 Hasil Penelitian Pada bagian awal, dijelaskan gambaran umum penelitian, yaitu uraian pelaksanaan penelitian secara urut dan runtut mulai dari kondisi awal (sebelum diberikan tindakan). Pada bagian ini diuraikan tentang setting penelitian, subjek dan objek penelitian serta ringkasan data yang diperoleh pada masing-masing siklus (data hasil penelitian selengkapnya disajikan dalam bentuk lampiran). Data dapat disajikan dalam bentuk tabel, grafik, gambar atau foto. Selanjutnya tuliskan data hasil penelitian pada masing-masing siklus secara jelas, berikut hasil analisis yang dilakukan peneliti menggunakan teknik analisis yang telah ditetapkan di bab III. Dari hasil analisis yang dilakukan, kemudian hasilnya dibandingkan dengan indikator keberhasilan. Apabila hasil yang diperoleh pada siklus I belum mencapai kriteria yang telah ditetapkan, berarti penelitian akan dilanjutkan pada siklus II dengan melakukan revisi/penyempurnaan dan seterusnya. Penelitian dapat dihentikan apabila indikator keberhasilan sudah dicapai. 4.2 Pembahasan Pada bagian pembahasan, uraikan hal-hal mulai dari proses pelaksanaan dan hasil penelitian pada masing-masing siklus secara lengkap dan rinci berdasarkan hasil pengamatan selama tindakan dilakukan. Ungkapkan pula secara jelas kendala-kendala yang dijumpai pada masing-masing siklus dan alternatif pemecahannya (hasil refleksi) yang dijadikan dasar penyempurnaan pada siklus berikutnya. Demikian pula tuliskan keberhasilan-keberhasilan yang dicapai selama pelaksanaan tindakan yang perlu diberikan penguatan dalam pelaksanaan siklus berikutnya. Dalam bagian ini peneliti harus dapat menjelaskan keterkaitan antara peristiwa yang terjadi siklus demi siklus untuk memperoleh simpulan dari penelitiannya. Akan sangat baik apabila peneliti dapat mengkaitkan dengan teori yang sudah dipilih untuk mendukung tindakannya kemudian juga dikaitkan dengan masalah awal dan lain-lain, termasuk bagaimana hasil yang diperoleh (dan sebetulnya juga diharapkan) sebagai 13

dampak adanya tindakan. Dengan kata lain, pembahasan yang disusun oleh peneliti harus komprehensif, dalam bentuk kait-kaitan antara praktek dengan teori, antara data dengan teori, dan antara hasil dengan teori. Perbedaan antara yang dijelaskan di bab III dengan bab IV adalah bahwa di bab III masih menjelaskan setting dan model tindakan secara selintas menurut perencanaan penelitian, sedangkan apa yang disajikan di bab IV adalah apa yang terjadi dalam kenyataan. Di sinilah letak nilai laporan PTK, karena jika guru tidak melakukan sendiri PTK-nya, laporan yang dibuat tidak akan dapat rinci seperti kalau benar-benar melaksanakan PTK. BAB V SIMPULAN DAN SARAN Dalam bab V ini peneliti menyampaikan simpulan dari pelaksanaan PTK yang dilaksanakan. Dalam menuliskan simpulan peneliti tidak boleh lepas dari dari rumusan masalah, karena deretan simpulan merupakan jawaban terhadap deretan rumusan masalah, serta merupakan gambaran target yang tertuang dalam tujuan di bab I. Dengan kata lain, isi simpulan hendaknya runtut dan searah dengan rumusan masalah penelitian serta menggambarkan target yang ditetapkan dalam indikator keberhasilan. Saran-saran yang dikemukakan dalam bab V juga harus didasarkan pada simpulan yang tertuang dalam simpulan. Rumusan masalah, tujuan penelitian, simpulan, dan saran hendaknya dapat dimaknai sebagai suatu rangkaian yang saling terkait. Saran-saran dapat ditujukan kepada guru-guru mata pelajaran sejenis, kepala sekolah dan peneliti lain yang mempunyai perhatian serius tentang hasil penelitian terkait.

***** 14

DAFTAR PUSTAKA Burns,A. 1999. Collaborative Action Research for English Language Teachers. Cambridge: University Press. Depdiknas. 2009. Melaksanakan Penelitian Tindakan Sekolah Sebagai Kegiatan Pengembangan Profesi Pengawas Sekolah. Jakarta : Dirjen PMPTK Elliott, J. 1992. Action Research for Educational Change. Philadephia, USA: Open University Press. Gall, M.D., Gall, J. P., and Borg W.R. 2003. Educational Research: An Introduction. 7th edition. Boston: Omegatype typography Inc. Kemmis, and Mc. Taggart, R. 1988. The Action Research Planner. Victoria:Deakin University. McNiff, J. 1992. Action Research: Principles and Practice. London: Routledge Publication. Nuraga. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Makalah. Denpasar : LPMP Bali Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT. Bumi Aksara Surata. 2009. Penelitian Tindakan Kelas (Beberapa Kekeliruan dan Solusinya). Makalah. Denpasar : LPMP Bali

15

You might also like