You are on page 1of 23

Rumah Sehat

Rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan terkait erat dengan penyakit berbasis lingkungan, dimana kecenderungannya semakin meningkat akhir-akhir ini Dari sisi epidemiologis, telah terjadi pula transisi yang cukup cepat terhadap beberapa penyakit menular, seperti penyakit SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome), Flu Burung, Leptospirosis. Demikian pula dengan penyakit demam berdarah, keracunan makanan dan diare yang mulai mewabah kembali di beberapa daerah di Tanah Air dan bahkan sampai menyebabkan kematian.

Penyakit-penyakit berbasis lingkungan masih merupakan penyebab utama kematian di Indonesia. Bahkan pada kelompok bayi dan balita, penyakitpenyakit berbasis lingkungan menyumbangkan lebih 80% dari penyakit yang diderita oleh bayi dan balita. Keadaan tersebut mengindikasikan masih rendahnya cakupan dan kualitas intervensi kesehatan lingkungan (Data Susenas 2001)

Munculnya kembali beberapa penyakit menular sebagai akibat dari semakin besarnya tekanan bahaya kesehatan lingkungan yang berkaitan dengan cakupan air bersih dan jamban keluarga yang masih rendah, perumahan yang tidak sehat, pencemaran makanan oleh mikroba, telur cacing dan bahan kimia, penanganan sampah dan limbah yang belum memenuhi syarat kesehatan, vektor penyakit yang tidak terkendali (nyamuk, lalat, kecoa, ginjal, tikus dan lain-lain), pemaparan akibat kerja (penggunaan pestisida di bidang pertanian, industri kecil dan sektor informal lainnya), bencana alam, serta perilaku masyarakat yang belum mendukung ke arah pola hidup bersih dan sehat.

Para ahli kesehatan masyarakat sangat sepakat dengan kesimpulan Bloom yang mengatakan bahwa kontribusi terbesar terhadap terciptanya

peningkatan derajat kesehatan seseorang berasal dari kualitas kesehatan All About Rumah Sehat/Munif Arifin/Dinkes Lumajang/http://www.inspeksisanitasi.blogspot.com 1

lingkungan dibandingkan faktor yang lain. Bahkan, lebih jauh menurut hasil penelitian para ahli, ada korelasi yang sangat bermakna antara kualitas kesehatan lingkungan dengan kejadian penyakit menular maupun penurunan produktivitas kerja. Pendapat ini menunjukkan bahwa demikian pentingnya peranan kesehatan lingkungan bagi manusia atau kualitas sumber daya manusia.

Rumah sehat merupakan salah satu sarana untuk mencapai derajat kesehatan yang optimum. Untuk memperoleh rumah yang sehat

ditentukan oleh tersedianya sarana sanitasi perumahan. Sanitasi rumah adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada

pengawasan terhadap struktur fisik dimana orang menggunakannya untuk tempat tinggal berlindung yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia. Rumah juga merupakan salah satu bangunan tempat tinggal yang harus memenuhi kriteria kenyamanan, keamanan dan kesehatan guna mendukung penghuninya agar dapat bekerja dengan produktif.

A. INSTRUMEN PENILAIAN RUMAH SEHAT

Dalam menentukan kriteria dan pembobotan instruman penilaian rumah sehat ini digunakan metode Professional Adjustment, dengan tetap mengacu pada beberapa teori yang ada seperti Derajat Kesehatannya Blum. Namun pada dasarnya pemberian bobot ini tetap mengacu pada asumsi dasar berupa tingkat signifikansi suatu Komponen pada besar kecilnya peran dalam

menimbulkan masalah sanitasi serta kemungkinan peluang intervensi perbaikan sebagai tindak lanjut pengawasan. Instrument tersebut juga sesuai dengan Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat Depkes RI Tahun 2007.

Penentuan nilai Nilai pada setiap parameter ditentukan sesuai jumlah kriteria yang ada, dengan range sesuai blangko SSD1.

All About Rumah Sehat/Munif Arifin/Dinkes Lumajang/http://www.inspeksisanitasi.blogspot.com

Pembobotan terhadap kelompok komponen rumah, kelompok sarana sanitasi, dan kelompok perilaku didasarkan pada teori Blum, yang diinterpetasikan terhadap: 1. Lingkungan (45%) 2. Perilaku (35%) 3. Pelayanan Kesehatan (15%) 4. Keturunan (5%)

Dalam hal rumah sehat , prosentase pelayanan kesehatan dan keturunan diabaikan, sedangkan sebagai berikut : 1 Bobot komponen rumah (25/80 x 100%) 2 Bobot sarana sanitasi (20/80 x 100%) 3 Bobot perilaku (35/80 x 100%) : 44 : 25 : 31 untuk penilaian lingkungan dan perilaku ditentukan

Penentuan kriteria rumah berdasarkan pada hasil penilaian rumah yang merupakan hasil perkalian antara nilai dengan bobot, dengan kriteria sebagai berikut : 1. Memenuhi Syarat 2. Tidak memenuhi syarat : : 80 100% dari total skor < 80% dari total skor

All About Rumah Sehat/Munif Arifin/Dinkes Lumajang/http://www.inspeksisanitasi.blogspot.com

B.

KRITERIA RUMAH SEHAT

Rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia, disamping kebutuhan sandang dan pangan. Rumah berfungsi sebagai tempat tinggal serta digunakan untuk berlindung dari gangguan iklim dan makhluk hidup lainnya. Rumah juga merupakan tempat berkumpulnya anggota keluarga untuk menghabiskan sebagian besar waktunya. Bahkan bayi, anak-anak, orang tua, dan orang sakit menghabiskan hampir seluruh waktunya di rumah. Pengertian Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992, rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Sedangkan yang dimaksud dengan Sehat menurut World Health Organization (WHO) Sehat adalah suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental, maupun Sosial Budaya, bukan hanya keadaan yang bebas dari penyakit dan kelemahan (kecacatan).

Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Rumah Sehat sebagai tempat berlindung atau bernaung dan tempat untuk beristirahat sehingga menumbuhkan kehidupan yang sempurna baik fisik, rohani maupun sosial budaya. Persyaratan

Secara umum rumah dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria sebagai berikut : (Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat, Depkes RI, 2007) 1. Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain privacy yang cukup, komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah, adanya ruangan khusus untuk istirahat (ruang tidur), bagi masing-maing penghuni; 2. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni rumah dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga, bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar matahari pagi, terlindungnya makanan dan All About Rumah Sehat/Munif Arifin/Dinkes Lumajang/http://www.inspeksisanitasi.blogspot.com 4

minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan dan penghawaan yang cukup; 3. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul karena pengaruh luar dan dalam rumah, antara lain persyaratan garis sempadan jalan, konstruksi bangunan rumah, bahaya kebakaran dan kecelakaan di dalam rumah;

Rumah yang sehat harus dapat mencegah atau mengurangi resiko kecelakaanseperti terjatuh, keracunan dan kebakaran (Winslow dan APHA). Beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam kaitan dengan hal tersebut antara lain : a. Membuat konstruksi rumah yang kokoh dan kuat; b. Bahan rumah terbuat dari bahan tahan api; c. Pertukaran udara dalam rumah baik sehingga terhindar dari bahaya racun dan gas; d. Lantai terbuat dari bahan yang tidak licin sehingga bahaya jatuh dan kecelakaan mekanis dapat dihindari;

4. Memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan, penghawaan dan ruang mengganggu; gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang

Beberapa aspek yang berkaitan dengan rumah sehat dapat dijelaskan sebagai berikut : A. Ventilasi

Ventilasi adalah proses penyediaan udara segar ke dalam dan pengeluaran udara kotor dari suatu ruangan tertutup secara alamiah maupun mekanis. Tersedianya udara segar dalam rumah atau ruangan amat dibutuhkan manusia, sehingga apabila suatu ruangan tidak mempunyai sistem ventilasi yang baik dan over

crowded maka akan menimbulkan keadaan yang dapat merugikan kesehatan (Gunawan et al., 1982). All About Rumah Sehat/Munif Arifin/Dinkes Lumajang/http://www.inspeksisanitasi.blogspot.com 5

Rumah mempertahankan kelembaban

yang

memenuhi yang

syarat sesuai

ventilasi dengan

baik

akan

kelembaban (Azwar,

temperatur rumah,

udara

1990). Standart

luas ventilasi

menurut Kepmenkes RI No. 829 tahun 1999,

adalah minimal 10%

luas lantai. Menurut Frinck (1993) setiap ruang yang dipakai sebagai ruang kediaman sekurang-kurangnya terdapat satu jendela lubang ventilasi yang langsung berhubungan dengan udara luar bebas

rintangan dengan luas 10% luas lantai. Ruangan yang ventilasinya kurang baik a kan membahayakan kesehatan khususnya saluran pernapasan. Terdapatnya bakteri di udara disebabkan adanya debu dan uap air. Jumlah bakteri udara akan bertambah jika penghuni ada yang

menderita ISPA.

penyakit

saluran pernapasan, seperti TBC, Influenza, dan

Dalam pengertiaqn ventilasi ini dari aspek fungsi juga tercakup jendela. Luas ventilasi atau jendela adalah luas lubang untuk proses penyediaan udara segar dan pengeluaran udara kotor baik secara alami atau mekanis. Ventilasi atau jendela mempunyai peran dalam rumah untuk mengganti udara ruangan yang sudah terpakai. Fungsi utama ventilasi dan jendela antara lain (Subbin P2P&PL Dinkes Propinsi Jawa Timur). 1. Sebagai lubang masuk dan keluar angin sekaligus sebagai lubang pertukaran udara atau lubang ventilasi yang tidak tetap (sering berupa jendela atau pintu). 2. Sebagai lubang masuknya cahaya dari luar (sinar matahari).

Agar udara dalam ruangan segar persyaratan teknis ventilasi dan jendela ini sebagai berikut : 1. Luas lubang ventilasi tetap, minimum 5% dari luas lantai ruangan dan luas lubang ventilasi insidentil (dapat dibuka dan ditutup) minimum 5% luas lantai, dengan tinggi lubang ventilasi minimal 80 cm dari langitlangit. 2. Tinggi jendela yang dapat dibuka dan ditutup minimal 80 cm dari lantai dan jarak dari langit-langit sampai jendela minimal 30 cm.

All About Rumah Sehat/Munif Arifin/Dinkes Lumajang/http://www.inspeksisanitasi.blogspot.com

3. Udara yang masuk harud udara yang bersih, tidak dicemari oleh asap pembakaran sampah, knaolpot kendaraan, debu dan lain-lain. 4. Aliran udara diusahakan cross ventilation dengan menempatkan

lubang hawa berhadapan antara dua dinding ruangan.Aliran udara ini diusahakan tidak terhalang oleh barang-barang seperti almari, dinding, sekat-sekat, dan lain-lain. 5. Kelembaban udara dijaga antara 40% s/d 70%.

Untuk memperoleh ventilasi yang baik dapat dilaksanakan dengan cara : 1. Ventilasi alamiah, merupakan ventilasi yang terjadi secara alamiah, dimana udara masuk kedalam ruangan melalui jendela, pintu, atau lubang angin yang sengaja dibuat. 2. Ventilasi Mekanik, merupakan ventilasi buatan dengan menggunakan : a. AC (Air Conditioner), yang berfungsi untuk menyedot udara dalam ruang kenudian disaring dan dialirkan kembali dalam ruangan. b. Fan (Baling-baling) yang menghasilkan udara yang dialirkan ke depan. c. Exhauser, merupakan baling-baling penyedot udara dari dalam dan luar ruangan untuk proses pergantian udara yang sudah dipakai.

B. Pencahayaan

Penerangan ada dua macam, yaitu penerangan alami dan buatan. Penerangan alami sangat penting dalam menerangi rumah untuk mengurangi kelembaban. Penerangan alami diperoleh dengan

masuknya sinar matahari ke dalam ruangan melalui jendela, celah maupun bagian lain dari rumah yang terbuka, selain berguna untuk penerangan sinar ini juga mengurangi kelembaban ruangan, mengusir nyamuk atau serangga lainnya dan membunuh kuman penyebab penyakit tertentu, misalnya untuk membunuh bakteri adalah cahaya pada panjang gelombang 4000 A sinar ultra violet (Azwar, 1990). Penyakit atau gangguan saluran pernapasan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang buruk. Lingkungan yang buruk tersebut dapat berupa kondisi fisik perumahan yang tidak mempunyai syarat seperti 7

All About Rumah Sehat/Munif Arifin/Dinkes Lumajang/http://www.inspeksisanitasi.blogspot.com

ventilasi, kepadatan penghuni, penerangan dan pencemaran udara dalam rumah. Lingkungan perumahan sangat berpengaruh terhadap terjadinya ISPA (Ranuh,1997).

Cahaya ruangan, membunuh

matahari

disamping

berguna dan

untuk tikus,

menerangi juga dapat cacar,

mengusir

serangga penyakit

(nyamuk) menular

beberapa

misalnya

TBC,

influenza, penyakit kulit atau mata, terutama matahari langsung. Selain itu sinar matahari yang menga ndung sinar ultra violet baik untuk pertumbuhan tulang anak - anak (Suyono, 1985). Rumah sebagai tempat tinggal yang memenuhi syarat kesehatan dan kenyamanan dipengaruhi oleh 3 (tiga) aspek, yaitu pencahayaan, penghawaan, serta suhu udara dan kelembaban dalam ruangan.

Aspek-aspek tersebut merupakan dasar atau kaidah perencanaan rumah sehat dan nyaman. 1. Pencahayaan 2. Matahari sebagai potensi terbesar yang dapat digunakan sebagai pencahayaan alami pada siang hari. Pencahayaan yang dimaksud

adalah penggunaan terang langit, dengan ketentuan sebagai berikut: 3. Cuaca dalam keadaan cerah dan tidak berawan, 4. Ruangan kegiatan mendapatkan cukup banyak cahaya, 5. Ruang kegiatan mendapatkan distribusi cahaya secara merata

Kualitas pencahayaan alami siang hari yang masuk ke dalam ruangan ditentukan oleh: a. Kegiatan yang membutuhkan daya penglihatan (mata), b. Lamanya waktu kegiatan yang membutuhkan daya penglihatan (mata), c. Tingkat atau gradasi kekasaran dan kehalusan jenis pekerjaan, d. Lubang cahaya minimum sepersepuluh dari luas lantai ruangan, e. Sinar matahari langsung dapat masuk ke ruangan minimum 1 (satu) jam setiap hari, f. Cahaya efektif dapat diperoleh dari jam 08.00 sampai dengan jam 16.00. All About Rumah Sehat/Munif Arifin/Dinkes Lumajang/http://www.inspeksisanitasi.blogspot.com 8

C. Penghawaan

Kualitas udara dipengaruhi oleh adanya bahan polutan di udara. Polutan di dalam rumah kadarnya berbeda dengan bahan polutan di luar rumah. Peningkatan bahan polutan di dalam ruangan dapat pula berasal dari sumber polutan di dalam ruangan seperti asap rokok, asap dapur, pemakaian obat nyamuk bakar (Mukono, 1997).

Udara merupakan kebutuhan pokok manusia untuk bernafas sepanjang hidupnya. Udara akan sangat berpengaruh dalam menentukan

kenyamanan pada bangunan rumah. Kenyamanan akan memberikan kesegaran terhadap penghuni dan terciptanya rumah yang sehat, apabila terjadi pengaliran atau pergantian udara secara kontinyu melalui ruanganruangan, serta lubang-lubang pada bidang pembatas dinding atau partisi sebagai ventilasi.

Agar diperoleh kesegaran udara dalam ruangan dengan cara penghawaan alami, maka dapat dilakukan dengan memberikan atau mengadakan peranginan silang (ventilasi silang) dengan ketentuan sebagai berikut: a. Lubang penghawaan m inimal 5% (lima persen) dari luas lantai ruangan. b. Udara yang mengalir masuk sama dengan volume udara yang mengalir keluar ruangan. c. Udara yang masuk tidak berasal dari asap dapur atau bau kamar mandi/WC. d. Khususnya untuk penghawaan ruangan dapur dan kamar mandi/WC, yang memerlukan peralatan bantu elektrikal -mekanikal seperti blower atau exhaust fan, harus memenuhi ketentuan sebagai berikut: e. Lubang penghawaan keluar tidak mengganggu kenyamanan bangunan f. Menghindari disekitarnya.

All About Rumah Sehat/Munif Arifin/Dinkes Lumajang/http://www.inspeksisanitasi.blogspot.com

g. Lubang penghawaan keluar tidak mengganggu kenyamanan ruangan kegiatan dalam bangunan seperti: ruangan keluarga, tidur, tamu dan kerja.

D. Suhu dan kelembaban udara

Rumah dinyatakan sehat dan nyaman, apabila suhu udara dan kelembaban udara ruangan sesuai dengan suhu tubuh manusia normal. Suhu udara dan kelembaban ruangan sangat dipengaruhi oleh

penghawaan dan pencahayaan. Penghawaan yang kurang atau tidak lancar akan menjadikan ruangan terasa pengap atau sumpek dan akan menimbulkan kelembaban tinggi dalam ruangan. Untuk mengatur suhu udara dan kelembaban normal untuk ruangan dan penghuni dalam melakukan kegiatannya, perlu memperhatikan : a. Keseimbangan penghawaan antara volume udara yang masuk dan keluar. b. Pencahayaan yang cukup pada ruangan dengan perabotan tidak bergerakperabotan yang menutupi sebagian besar luas lantai ruangan. (Pedoman Umum Rumah Sederhana Sehat)

Untuk

pengukuran

suhu

udara

dengan

mempergunakan

alat

Phsycrometer, yang terbagi atas : 1. Suhu Kering, merupakan suhu udara yang ditunjukkan oleh thermometer basah dengan pembacaan suhu setelah diukur selama 15 menit dan umumnya berkisar antara 29C-34C 2. Suhu Basah, merupakan suhu yang menunjukkan bahwa udara telah jenuh yaitu antara 25C - 28C.

Rumah yang sehat harus mempunyai suhu yang diatur sedemikian rupa agar suhu badan dapat dipertahankan sehingga tubuh tidak terlalu banyak kehilangan panas atau tubuh tidak sampai kepanasan. Agar diperoleh suhu ruangan yang yang memenuhi syarat kesehatan (18C

All About Rumah Sehat/Munif Arifin/Dinkes Lumajang/http://www.inspeksisanitasi.blogspot.com

10

30C) dapat dilakukan dengan melakukan pertukaran udara setempat (kipas angin) atau dengan udara baru (AC/Exhauser).

Kelembaban merupakan kandungan uap air udara dalam ruang yang diukur dengan phsycrometer dan dinyatakan dengan satuan persen (%). Kelembaban ini sangat erat hubungannya dengan ventilasi. Apabila ventilasi kurang baik maka akan meningkatkan kelembaban yang disebabkan oleh penguapan cairan tubuh dan uap pernafasan. Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat kelembaban dalam rumah antara lain : a. Rising Dump (Kelembaban yang naik dari tanah). Kelembaban yang disebabkan oleh proses kerja osmosis atau tenaga tarik kapiler dari bahan dinding yang mengadakan kontak dengan tanah yang lembab yang dapat naik kedalam dinding (mencapai ketinggian 3 4 meter). b. Percolation Dump (merembes melalui dinding). Disebabkan oleh infiltrasi hujan yang masuk kedalam dinding. c. Root Leaks (bocor melalui atap) Disebabkan karena atap atau genting yang tidak dapat menahan air (air hujan dapat merembes melalui celah-celahnya)

Udara yang kurang mengandung uap air maka udara terasa kurang nyaman dan berbau (pengab), sebaliknya jika udara mengandung banyak uap air maka udara basah yang dihirup akan berlebihan sehingga mengganggu fungsi paru-paru. Rumah yang lembab akan mudah ditumbuhi oleh kuman-kuman yang dapat menyebabkan penyakit infeksi, khususnya penyakit infeksi saluran pernafasan. Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 829/Menkes/SK/VII/1999 kelembaban udara berkisar antara 40% -70%.

C. INDIKATOR DAN PARAMETER PENILAIAN RUMAH All About Rumah Sehat/Munif Arifin/Dinkes Lumajang/http://www.inspeksisanitasi.blogspot.com 11

Terdapat beberapa indikator penilaian rumah sehat yaitu : 1. 2. 3. Komponen Rumah Sarana Sanitasi Perilaku Penghuni

1. Indikator penilaian komponen rumah meliputi beberapa parameter sebagai berikut :

a. Langit-langit b. Dinding c. Lantai d. Jendela kamar tidur e. Jendela ruang keluarga f. Ventilasi g. Lubang asap dapur h. Pencahayaan i. Kandang j. Pemanfaatan Pekarangan

k. Kepadatan penghuni.

Bahan bangunan dan kondisi rumah serta lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan, merupakan faktor resiko dan sumber penularan berbagai jenis penyakit. Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dan tuberkulosis yang erat kaitannya dengan kondisi hygiene bangunan perumahan, berturut-turut merupakan penyebab kematian nomor 2 dan 3 di Indonesia (SKRT, 1995) (Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat, Depkes RI, 2007)

Ventilasi

All About Rumah Sehat/Munif Arifin/Dinkes Lumajang/http://www.inspeksisanitasi.blogspot.com

12

Agar diperoleh kesegaran udara dalam ruangan dengan cara penghawaan alami, maka dapat dilakukan dengan memberikan atau mengadakan peranginan silang (ventilasi silang) dengan ketentuan sebagai berikut: a. Lubang penghawaan minimal 5% (lima persen) dari luas lantai ruangan. b. Udara yang mengalir masuk sama dengan volume udara yang mengalir keluar ruangan. c. Udara yang masuk tidak berasal dari asap dapur atau bau kamar mandi/WC.

Khususnya untuk penghawaan ruangan dapur dan kamar mandi/WC, yang memerlukan peralatan bantu elektrikal-mekanikal seperti blower atau exhaust fan, harus memenuhi ketentuan sebagai berikut: a. Lubang penghawaan keluar tidak mengganggu kenyamanan bangunan disekitarnya. b. Lubang penghawaan keluar tidak mengganggu kenyamanan ruangan kegiatan dalam bangunan seperti: ruangan keluarga, tidur, tamu dan kerja.

Bagi

rumah

dengan

kelembaban,

suhu, dan penerangan

alami yang

kurang baik ukuran dan letaknya, diharapkan bisa menambah genting kaca serta memperbaiki plafon, dan membuka pintu dan jendela setiap pagi hari.

Pencahayaan

Kualitas pencahayaan alami siang hari yang masuk ke dalam ruangan ditentukan oleh: a. Kegiatan yang membutuhkan daya penglihatan (mata), b. Lamanya waktu kegiatan yang membutuhkan daya penglihatan (mata), c. Tingkat atau gradasi kekasaran dan kehalusan jenis pekerjaan, d. Lubang cahaya minimum sepersepuluh dari luas lantai ruangan, e. Sinar matahari langsung dapat masuk ke ruangan minimum 1 (satu) jam setiap hari, All About Rumah Sehat/Munif Arifin/Dinkes Lumajang/http://www.inspeksisanitasi.blogspot.com 13

f. Cahaya efektif dapat diperoleh dari jam 08.00 sampai dengan jam 16.00.

Kepadatan Penghuni

Kepadatan penghuni merupakan luas lantai dalam rumah dibagi dengan jumlah anggota keluarga penghuni tersebut, kebutuhan ruangan untuk tempat tinggal tergantung pada kondisi keluarga yang bersangkuta. Menurut Kepmenkes RI (1999) luas ruangan tidur minimal 8 m2 dan tidak sesuai

dianjurkan lebih dari 2 orang. Bangunan

yang sempit dan tidak

dengan jumlah penghuninya akan mempunyai dampak kurangnya oksigen dalam ruangan cepat sehingga timbulnya daya tahan tubuh penghuninya menurun,

kemudian

penyakit

saluran pernafasan seperti ISPA. nafas sesak dan mudah tertular

Ruangan yang sempit akan membuat penyakit oleh anggota keluarga yang lain.

Kepadatan

hunian

rumah

akan meningkatkan

suhu

ruangan yang

disebabkan oleh pengeluaran panas badan yang akan meningkatkan kelembaban akibat uap air dari pernapasan tersebut.Dengan demikian, semakin banyak jumlah penghuni rumah maka semakin cepat udara ruangan mengalami pencemaran gas atau bakteri. Dengan banyaknya penghuni, maka kadar oksigen dalam ruangan menurun dan diikuti oleh peningkatan CO 2 ruangan dan dampak dari peningkatan CO2 ruangan adalah penurunan kualitas udara dalam rumah.

Kebutuhan ruang per orang dihitung berdasarkan aktivitas dasar manusia di dalam rumah. Aktivitas seseorang tersebut meliputi aktivitas tidur, makan, kerja, duduk, mandi, kakus, cuci dan masak serta ruang gerak lainnya. Dari hasil kajian, kebutuhan ruang per orang adalah 9 m2 dengan perhitungan ketinggian rata-rata langit-langit adalah 2.80 m. (Luas bangunan 3.5 m2 per orang).

All About Rumah Sehat/Munif Arifin/Dinkes Lumajang/http://www.inspeksisanitasi.blogspot.com

14

2. Indikator penilaian Sarana Sanitasi rumah meliputi beberapa parameter sebagai berikut : a. b. c. d. Sarana air bersih Jamban Sarana pembuangan air limbah Sarana pembuangan sampah.

Menurut laporan MDGs tahun 2007 terdapat beberapa kendala yang menyebabkan masih tingginya jumlah orang yang belum terlayani fasilitas air bersih dan sanitasi dasar. Di antaranya adalah cakupan pembangunan yang sangat besar, sebaran penduduk yang tak merata dan beragamnya wilayah Indonesia, keterbatasan sumber pendanaan. Pemerintah selama ini belum menempatkan perbaikan fasilitas sanitasi sebagai prioritas dalam

pembangunan. Faktor lain yang juga menjadi kendala adalah kualitas dan kuantitas sumber air baku sendiri terus menurun akibat perubahan tata guna lahan (termasuk hutan) yang mengganggu sistem siklus air. Selain itu, meningkatnya kepadatan dan jumlah penduduk di perkotaan akibat urbanisasi. Masalah kemiskinan juga ikut menjadi penyebab rendahnya kemampuan penduduk mengakses air minum yang layak. Terakhir adalah buruknya kemampuan manajerial operator air minum itu sendiri. Sedangkan dari sisi sanitasi, selain masih rendahnya kesadaran penduduk tentang lingkungan, kendala lain untuk terjadinya perbaikan adalah karena belum adanya kebijakan komprehensif yang sifatnya lintas sektoral, rendahnya kualitas bangunan septic tank, dan masih buruknya sistem pembuangan limbah. (Harian Kompas, Rabu, 19 Maret 2008) Penyediaan air bersih dan sanitasi lingkungan yang tidak memenuhi syarat dapat menjadi faktor resiko terhadap penyakit diare dan kecacingan. Diare merupakan penyebab kematian nomor 4 sedangkan kecacingan dapat mengakibatkan produktifitas kerja dan dapat menurunkan kecerdasan anak sekolah, disamping itu masih tingginya penyakit yang dibawa vektor seperti

All About Rumah Sehat/Munif Arifin/Dinkes Lumajang/http://www.inspeksisanitasi.blogspot.com

15

DBD, malaria, pes, dan filariasis (Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat, Depkes RI, 2007) Menurut data Bank Pembangunan Asia tahun 2005 hanya terdapat 69 persen penduduk perkotaan dan 46 persen penduduk pedesaan (atau rata-rata 55,43) terlayani fasilitas sanitasi yang layak. Hal ini lebih rendah bila dibandingkan dengan dengan Singapura (100 persen), Thailand (96 persen), Filipina (83,06 persen), Malaysia 74,70 persen) dan Myanmar (64,48 persen). Sarana air bersih Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.

Syarat-syarat Kualitas Air Bersih diantaranya adalah sebagai berikut : a. Syarat Fisik : Tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna b. Syarat Kimia : Kadar Besi : maksimum yang diperbolehkan 0,3 mg/l, Kesadahan (maks 500 mg/l) c. Syarat Mikrobiologis : Koliform tinja/total koliform (maks 0 per 100 ml air)

Jamban Angka kesakitan penyakit diare di Indonesia masih tinggi. Salah satu penyebab tingginya angka kejadian diare adalah rendahnya cakupan penduduk yang memanfaatkan sarana air bersih dan jamban serta PHBS yang belum memadai. Menurut data dari 200.000 anak balita yang meninggal karena diare setiap tahun di Asia, separuh di antaranya adalah di Indonesia. Metode pembuangan tinja yang baik yaitu dengan jamban dengan syarat antara lain sebagai berikut : a. b. Tanah permukaan tidak boleh terjadi kontaminasi Tidak boleh terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin memasuki mata air atau sumur All About Rumah Sehat/Munif Arifin/Dinkes Lumajang/http://www.inspeksisanitasi.blogspot.com 16

c. d. e.

Tidak boleh terkontaminasi air permukaan Tinja tidak boleh terjangkau oleh lalat dan hewan lain Tidak boleh terjadi penanganan tinja segar ; atau, bila memang benarbenar diperlukan, harus dibatasi seminimal mungkin.

f. g.

Jamban harus babas dari bau atau kondisi yang tidak sedap dipandang. Metode pembuatan dan pengoperasian harus sederhana dan tidak mahal.

Sarana Pembuangan Air Limbah Buruknya kualitas sanitasi juga tercermin dari rendahnya persentase penduduk yang terkoneksi dengan sistem pembuangan limbah (sewerage system). Sarana Pembuangan Sampah Sampah merupakan sisa hasil kegiatan manusia, yang keberadaannya banyak menimbulkan masalah apabila tidak dikelola dengan baik. Apabila dibuang dengan cara ditumpuk saja maka akan menimbulkan bau dan gas yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Apabila dibakar akan menimbulkan pengotoran udara. Kebiasaan membuang sehingga sampah disungai banjir. dapat Dengan

mengakibatkan

pendangkalan

menimbulkan

demikian sampah yang tidak dikelola dengan baik dapat menjadi sumber pencemar pada tanah, badan air dan udara. Berdasarkan asalnya, sampah digolongkan dalam dua bagian yakni sampah organik ( sampah basah ) dan sampah anorganik ( sampah kering ). Pada tingkat rumah tangga dapat dihasilkan sampah domestik yang pada umumnya terdiri dari sisa makanan, bahan dan peralatan yang sudah tidak dipakai lagi, bahan pembungkus, kertas, plastik, dan sebagainya. Dampak sampah terhadap kesehatan lingkungan, antara lain : 1. Dampak Terhadap Kesehatan

All About Rumah Sehat/Munif Arifin/Dinkes Lumajang/http://www.inspeksisanitasi.blogspot.com

17

Pembuangan sampah yang tidak terkontrol dengan baik merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisme dan menarik bagi berbagai binatang seperti lalat dan anjing yang dapat menimbulkan penyakit. Potensi bahaya yang ditimbulkan, antara lain penyakit diare, kolera, tifus yang dapat menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari sampah dapat bercampur dengan air minum. Penyakit DBD dapat juga meningkat dengan cepat di daerah yang pengelolaan sampahnya kurang memadai, demikian pula penyakit jamur ( misalnya jamur kulit ). 2. Dampak Terhadap Lingkungan. Cairan terhadap rembesan sampah yang masuk kedalam drainase atau sungai akan mencemari air, berbagai organisme termasuk ikan dapat mati sehingga beberapa spesies akan lenyap dan hal ini mengakibatkan berubahnya ekosistem perairan biologis. 3. Dampak Terhadap Sosial Ekonomi. Pengelolaan sampah yang kurang baik dapat membentuk lingkungan yang kurang menyenangkan bagi masyarakat, bau yang tidak sedap dan pemandangan yang buruk. Hal ini dapat berpengaruh antara lain terhadap dunia pariwisata dan investasi

Teknik pengelolaan sampah yang baik diantaranya harus memperhatikan faktor-aktor sebagai berikut : a. Penimbulan sampah. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi sampah adalah jumlah penduduk dan kepadatanya, tingkat aktivitas, pola kehidupan/tingkat sosial ekonomi, letak geografis, iklim, musim, dan kemajuan teknologi. b. c. d. e. Penyimpanan sampah. Pengumpulan, pengolahan dan pemanfaatan kembali. Pengangkutan Pembuangan

Dengan mengetahui unsur-unsur pengelolaan sampah, kita diketahui hubungan dan tingkat kepentingan masing-masing unsur tersebut agar dapat All About Rumah Sehat/Munif Arifin/Dinkes Lumajang/http://www.inspeksisanitasi.blogspot.com 18

memecahkan masalah-masalah ini secara efisien. Selain itu pada tingkat rumah tangga juga sudah harus dimulai penerapan prinsip-prinsip

pengurangan volume sampah dengan menerapkan prinsip 4 R yaitu (Reduce, Reuse, Recycle dan Replace ).

3. Indikator penilaian Perilaku Penghuni Rumah meliputi beberapa parameter sebagai berikut : a. Kebiasaan mencuci tangan b. Keberadaan vektor tikus c. Keberadaan Jentik.

Berdasarkan

Keputusan

Menteri

Kesehatan

RI

Nomor

1457/MENKES/SK/X/2003 Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota pada jenis pelayanan Penyuluhan Perilaku Sehat pada indikator Rumah Tangga Sehat target pencapaian sebesar 65%.

Serangga sebagai reservoir (habitat dan suvival) bibit penyakit yang kemudian disebut sebagai vektor misalnya pinjal tikus untuk penyakit pes/sampar, Nyamuk Anopheles sp untuk penyakit Malaria, Nyamuk Aedes sp untuk Demam Berdarah Dengue (DBD), Nyamuk Culex sp untuk Penyakit Kaki Gajah/Filariasis. Penanggulangan/pencegahan dari penyakit tersebut diantaranya dengan merancang rumah/tempat pengelolaan makanan dengan rat proff (rapat tikus), Kelambu yang dicelupkan dengan pestisida untuk mencegah gigitan Nyamuk Anopheles sp, Gerakan 3 M (menguras mengubur dan menutup) tempat penampungan air untuk mencegah penyakit DBD, Penggunaan kasa pada lubang angin di rumah atau dengan pestisida untuk mencegah penyakit kaki gajah dan usaha-usaha sanitasi. Binatang pengganggu yang dapat menularkan penyakit misalnya anjing dapat menularkan penyakit rabies, kecoa dan lalat dapat menjadi perantara All About Rumah Sehat/Munif Arifin/Dinkes Lumajang/http://www.inspeksisanitasi.blogspot.com 19

perpindahan bibit penyakit ke makanan sehingga menimbulakan diare. Tikus dapat menyebabkan Leptospirosis dari kencing yang dikeluarkannya yang telah terinfeksi bakteri penyebab.

Kebiasaan mencuci tangan Mencuci tangan dengan sabun adalah salah satu tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari tangan menggunakan air dan sabun, agar bersih sekaligus memutuskan mata rantai kuman. World Health Organization telah mencanangkan tanggal 15 Oktober sebagai Hari Mencuci Tangan dengan Sabun Sedunia. Mencuci tangan dengan sabun dikenal juga sebagai salah satu upaya pencegahan penyakit. Hal ini dilakukan karena tangan seringkali menjadi agen yang membawa kuman dan menyebabkan patogen berpindah dari satu orang ke orang lain, baik dengan kontak langsung ataupun kontak tidak langsung (menggunakan permukaan-permukaan lain seperti handuk, gelas). Tangan yang bersentuhan langsung dengan kotoran manusia dan binatang, ataupun cairan tubuh lain (seperti ingus, dan makanan/minuman yang terkontaminasi saat tidak dicuci dengan sabun dapat memindahkan bakteri, virus, dan parasit pada orang lain yang tidak sadar bahwa dirinya sedang ditularkan. Beberapa fakta tetang cuci tangan pakai sabun tersebut antra lain : 1. Tangan adalah salah satu penghantar utama masuknya kuman penyakit ke tubuh manusia. Cuci tangan dengan sabun dapat menghambat masuknya kuman penyakit ke tubuh manusia melalui perantaraan tangan; 2. Tangan manusia yang kotor karena menyentuh feses mengandung kurang lebih 10 juta virus dan 1 juta bakteri; 3. Kuman penyakit seperti virus dan bakteri tidak dapat terlihat secara kasat mata sehingga sering diabaikan dan mudah masuk ke tubuh manusia;

All About Rumah Sehat/Munif Arifin/Dinkes Lumajang/http://www.inspeksisanitasi.blogspot.com

20

4. Hampir semua orang mengerti pentingnya cuci tangan pakai sabun namun tidak membiasakan diri untuk melakukannya dengan benar pada saat yang penting.

Berdasarkan fakta diatas maka cuci tangan pakai sabun sangat penting khususnya pada 5 (lima) waktu penting, yaitu sebelum makan, sesudah buang air besar, sebelum memegang bayi, sesudah menceboki anak, dan sebelum menyiapkan makanan. Kegiatan ini menurut beberapa penelitian akan dapat mengurangi hingga 47% angka kesakitan karena diare dan 30% infeksi saluran atas atau ISPA. Beberapa langkah tepat Cuci Tangan Pakai Sabun antara lain : 1. Membasuh tangan dengan air yang mengalir, kemudian cuci dan gosok kedua tangan selama 20 detik dengan sabun sampai muncul busa. Pada tahab ini harus dipastikan bahwa semua bagian tangan tergosok semua (sela-sela jari, di bawah kuku dan punggung tangan. 2. Membilas tangan dengan air mengalir selama 10 detik; 3. Mengeringkan tangan dengan menggunakan kain lap yang bersih dan kering. Ada, tidaknya tikus di dalam rumah Tikus dapat menyebabkan Leptospirosis dari kencing yang dikeluarkannya yang telah terinfeksi bakteri penyebab penyakit ini. Keberadaan tikus dalam rumah dapat dideteksi antara lain melalui jejak suara, kotoran dan sarang tikus. Ada, tidaknya jentik

Hasil diatas masih dibawah target sesuai Keputusan Menteri Kesehatan Ri Nomor 1457/MENKES/SK/X/2003 Tentang Standar Pelayanan Minimal

Bidang Kesehatan Di Kabupaten/Kota pada Pelayanan pengendalian vektor, dimana Rumah/bangunan bebas jentik nyamuk Aedes adalah >95%. All About Rumah Sehat/Munif Arifin/Dinkes Lumajang/http://www.inspeksisanitasi.blogspot.com 21

All About Rumah Sehat/Munif Arifin/Dinkes Lumajang/http://www.inspeksisanitasi.blogspot.com

22

All About Rumah Sehat/Munif Arifin/Dinkes Lumajang/http://www.inspeksisanitasi.blogspot.com

23

You might also like