You are on page 1of 6

HUKUM MATI MENURUT PANGDANGAN ISLAM DAN UNDANG-UNDANG

A. Pendahuluan Penerapan hukuman mati di dunia selalu saja menjadi hal yang kontroversial, baik di kalangan pemerintah, praktisi hukum, agamawan maupun masyarakat sendiri tidak terkecuali di Indonesia, karena dirasa melanggar hak yang paling mendasar bagi manusia yaitu untuk hidup dan memperbaiki kehidupannya. Indonesia sebagai negara dengan mayoritas umat Islam yang paling besar di dunia, mengakui bahwa hukuman mati layak diterapkan dalam sistem hukum nasional untuk sejumlah kejahatan tertentu yang mengganggu ketertiban umum, mengancam kehidupan manusia dan stabilitas negara. Umat Islam memandang perlu menerapkan hukuman mati dikarenakan Islam juga mengenal adanya hukuman mati, seperti qisas dan rajam. Di tengah kecenderungan global akan moratorium hukuman mati, praktek tersebut justeru masih lazim diterapkan di Indonesia. Bahkan, dalam kurun sebelas tahun terakhir (tepatnya pasca reformasi, 1998-2009), Indonesia tercatat telah mengeksekusi mati setidaknya 20 orang. Angka ini jauh lebih besar ketimbang periode 1945-2003 yang hanya mengeksekusi mati 15 orang. Wajar saja, jika Indonesia, menurut catatan Amnesty International, kini menjadi salah satu negara yang paling banyak menjatuhkan hukuman mati dibanding negara lain di dunia.

B. Pembahasan 1. Menurut Pandangan Islam Dalam hukum Islam, hukuman mati merupakan bentuk hukuman maksimal yang memiliki dasar hukum yang kuat. Ini menunjukkan bahwa hukum Islam masih mempertahankan hukuman mati untuk tindak kejahatan tertentu, di mana esensi penerapannya bertujuan untuk melindungi kepentingan individu dan masyarakat dari tindak kejahatan yang membahayakan sendi-sendi dasar kemanusiaan. Hukuman bagi siapa saja yang melanggar aturan dalam hukum Islam bersifat tegas dan adil untuk semua pihak. Hal itu menjadi wajar karena hukum Islam bersumber kepada Al-Quran sedangkan Al-Quran mengklaim dirinya sebagai wahyu Allah yang tidak pernah salah (maha benar Allah dengan segala firman-Nya). Sebagaimana dalam firman Allah SWT QS Al-Baqoroh: 147, Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu. Selain itu Al-Quran

memposisikan dirinya sebagai hakim yaitu pemutus perkara atas semua permasalahan yang ada di muka bumi ini dan menyelesaikan setiap perselisihan di antara manusia, sebagaimna dalam Quran Surat Yaasiin ayat 2 Demi Al-Quran sebagai Hakim. Ketika Muhamad SAW masih hidup, jabatan eksekutif, legislatip dan yudikatip masih dipegang oleh beliau, maka jika ada umat Islam yang melanggaran aturan Allah mereka datang kepada beliau selaku pemegang kekuasaan yudikatif. Setelah zaman Muhamad SAW maka diangkatlah hakim untuk memutuskan perkara umat yang dilaksankan di Mahkamah Islam dan putusannya harus diterima sebagai putusan yang datangnya dari Allah SWT, sebagaimana dalam Quran Surat 4 ayat 65 Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan dan mereka menerima dengan sepenuhnya. Dalam hal ini, hukuman mati bisa ditemukan dalam tiga bentuk pemidanaan, yaitu qishash, had (hudud) dan ta'zir. Dalam masalah qishash, ancaman hukuman mati ditujukan bagi pelaku pembunuhan yang disengaja atau direncanakan, di mana pelaku pembunuhan yang disengaja juga harus menanggung balasan hukum yang sepadan yang ia perbuat. Dalam masalah hudud, ancaman hukuman mati ditujukan bagi pelaku zina muhshan, hirabah, al-bagyu, dan riddah. Sedangkan dalam masalah tazir, ancaman hukuman mati ditujukan bagi pelaku kejahatan di luar qishash dan hudud yang oleh negara (penguasa) dianggap sangat berbahaya bagi kelangsungang hidup dan kemaslahatan masyarakat. Hukum balas bunuh sebagaimana disinggung juga dalam firman Allah SWT QS. Al-Baqarah: 178 dan QS. Al-Ma`idah: 45. Dalam riwayat lain diungkapkan dengan lebih jelas Orang yang membunuh dengan sengaja, maka ia mendapatkan hukuman balas bunuh (qawad/qishash). Hal itu dikarenakan jika membunuhnya tidak sengaja, si pembunuh tidak boleh dibunuh, melainkan cukup membebaskan hamba sahaya dan membayar uang ganti rugi (diyat) kepada keluarga yang terbunuh. Itupun jika pihak keluarga mau menerimanya, karena kalau keluarga merelakannya berarti ia tidak harus membayar diyat. Dalam QS. Al-Ma`idah [5] : 33 Sesungguhnya pembalasan terhadap orangorang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik (disilang), atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya). Yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka di dunia, dan di akhirat

mereka beroleh siksaan yang besar. Menurut al-Hafizh Ibn Hajar, hadits ini sama sekali tidak dimansukh oleh ayat di atas. Terdapat perbedaan antara hadits ini dan ayat di atas. Hadits ini menginformasikan hukuman bunuh bagi tiga jenis orang yang telah disebutkan, sementara ayat di atas menginformasikan hukuman yang di antaranya hukuman bunuh untuk orang yang memerangi Islam dan merusak di bumi, yang jelas tidak masuk dalam tiga kategori yang telah disebutkan hadits. Jadi hadits ini tetap berlaku untuk tiga pelaku kriminal tersebut. Hanya memang ayat alQur`an mewenangkan adanya hukuman mati untuk di luar kategori yang disebutkan hadits, yakni untuk orang yang memerangi Islam dan membuat kerusakan di bumi. Dan hukuman mati tersebut merupakan salah satu pilihan dari hukuman lainnya seperti penyaliban, pemotongan kaki dan tangan dengan cara disilang, atau pengasingan. 2. Menurut Undang-Undang Munculnya gugatan terhadap penerapan hukuman mati di Indonesia secara lebih rinci didasarkan atas pemikiran sebagai berikut: Pertama, hukuman mati saat ini tidak mampu memenuhi tuntutan rasa keadilan masyarakat modern kerena menyerahkan keputusan hidup-mati seseorang ke tangan hakim yang tidak luput dari kesalahan. Kedua, hukuman mati tidak selalu efektif sebagai salah satu upaya pencegahan atau membuat orang jera untuk melakukan kejahatan. Ketiga, atas dasar pertimbangan kemanusiaan, hukuman mati melanggar nilai-nilai HAM yang menutup kesempatan seorang terpidana untuk memperbaiki diri. Dari sini, para aktivis HAM menilai hukuman mati merupakan bentuk peninggalan masa lalu yang harus ditinggalkan. Meski bukan tindakan yang menentang hak hidup secara langsung, namun penerapan hukuman mati sesungguhnya merupakan bentuk tindak pembunuhan yang telah direncanakan atas nama hukum (negara). Dari perspektif ini, penerapan hukuman mati dapat digolongkan sebagai bentuk hukuman yang kejam dan tidak manusiawi, sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 3 Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (Universal Declaration of Human Rights) yang berbunyi, Setiap orang berhak atas kehidupan, kebebasan dan keselamatan sebagai individu. Jaminan ini dipertegas dengan Pasal 6 ayat (1) dan Pasal 7 Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik (International Covenant on Civil and Political Rights-ICCPR) dan dikuatkan dengan Protokol Opsional Kedua atas Perjanjian Internasional mengenai Hak-hak Sipil dan Politik tahun 1989 tentang Penghapusan Hukuman Mati. Jadi, hukuman mati pada dasarnya bertentangan dengan prinsip-prinsip kemanusiaan

(HAM) dan harus dihilangkan atau dihapus. Hukuman mati mungkin akan membuat kejahatan si pelaku terbalaskan, setidaknya bagi keluarga korban, dan akan membuat orang lain takut melakukan kejahatan serupa, namun hal itu jelas tidak akan dapat memperbaiki diri si pelaku, karena kesempatan hidup sudah tidak ada lagi. Sebaliknya, tanpa dihukum mati pun, seorang pelaku kejahatan dapat merasakan pembalasan atas tindakannya dengan bentuk hukuman lain, misalnya dihukum seumur hidup atau penjara.20 Dari sinilah, hukuman mati dinilai sudah tidak tidak efektif lagi sebagai sebuah bentuk pemidanaan yang menjerakan, karena sistem pemidanaan modern terus mengarah ke upaya merehabilitasi terpidana.

C. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari uraian hukum mati menurut pandangan islam dan menurut undang-undang adalah : 1. Adanya kepastian hukum, karena jenis hukumannya sudah diketahui sesuai apa yang dilanggar. 2. Terhukum terhormat dan mulia karena kematiannya sedang melaksankan hukum allah sehingga jaminannya surga. 3. Mampu mencegah kejahatan karena hukumannya berat sehingga stabilitas keamanan dalam masyarakat terjaga. 4. Memenuhi rasa keadilan karena hukumannya setimpal dengan perbuatannya. 5. Mendukung perikemanusian dan menghapus perikejahatan dari muka bumi.

DAFTAR PUSTAKA

Nugraha. 2011. http://nugraha-corporation.blogspot.com/2011/06/hukuman-mati-dalamislam.html. Diakses pada hari Kamis, tanggal 29 Maret 2012 pukul 17.00. Anonim. 2010. http://pemikiranislam.net/2010/05/hukuman-mati-dalam-perspektif-hadits/. Diakses pada hari Kamis, tanggal 29 Maret 2012 pukul 17.00. Pringgabaya. 2011. http://pringgabaya.blogspot.com/2011/10/v-behaviorurldefaultvmlo.html. Diakses pada hari Kamis, tanggal 29 Maret 2012 pukul 17.00.

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Disusun Oleh : Hanifah Alfia Kusuma Wardani H3111031

Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret 2012/2013

You might also like