You are on page 1of 14

LAPORAN INDIVIDU BLOK INTEGUMEN

Tinea Pedis
Oleh Christiyanto Aji N 1002019

Prodi S1 Keperawatan

STIKES BETHESDA YAKKUM YOGYAKARTA 2011/2012

TINEA PEDIS

I.

Definisi Tinea manus et pedis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur dermatofita di daerah kulit telapak tangan dan kaki, punggung tangan dan kaki, jari-jari tangan dan kaki, serta daerah interdigital. Tinea manus et pedis adalah infeksi deformitas pada kaki, terutama di sela jari dan telapak kaki terutama yang memakai kaus dan sepatu yang tetutup. Keadaan lembab dan panas merangsang pertumbuhan jamur. Tinea manum adalah dermatofitosit. Semua bentuk di kaki dapat terjadi pada tangan.

II.

Etiologi Penyebab yang paling sering adalah T. rubrum, T. mentagrophytes, dan E. flaccosum. Penyakit ini ditemukan hampir disemua penjuru dunia dan dapat mengenai anak anak, dewasa muda, maupun orang tua.

III.

Anatomi dan Fisiologi Anatomi Kulit: Secara sederhana, kulit dibagi menjadi tiga bagian, yaitu ; epidermis, basement membrane dan dermis. Diantara epidermis dan dermis dibatasi oleh basement membrane yang hanya tampak pada mikroskop elektron. Dibawah lapisan dermis terdapat lapisan subkutan. Adneksa kulit meliputi kelenjar-kelenjar kulit, rambut dan kuku.

1. Lapisan Epidermis a. Stratum korneum ( horny layer ) Lapisan terluar dari kulit yang terdiri atas sel-sel pipih yang mati, tidak berinti dan protoplasmanya berubah menjadi zat tanduk (keratin). Dibawah lapisan ini terdapat lapisan lusidum yang juga memiliki sel gepeng tanpa inti, namun protoplasmanya berubah menjadi protein (eleidin). b. Stratum granulosum Lapisan yang terdiri dari dua sampai tiga lapis sel pipih dengan sitoplasma berbutir kasar (keratohialin) dan terdapat inti diantaranya. c. Stratum Spinosum Terdiri dari beberapa lapis sel poligonal yang dengan ukuran beragam akibat proses mitosis. Protoplasmanya jernih karena mengandung banyak glikogen dengan inti ditengah. Diantara sel-sel tersebut terdapat banyak sel Langerhans. d. Stratum Basale Lapisan terbawah dari epidermis yang memiliki sel kubus yang aktif bermitosis dan sel pembentuk melanin.

2. Lapisan Dermis a. Pars papilare Bagian yang berada di bawah epidermis terdiri atas ujung serabut syaraf dan pembuluh darah. b. Pars Retikulare Terdiri atas serabut kolagen, elastin dan retikulin. Serabut kolagen terbentuk dari fibroblast yang membentuk ikatan helix dan mengandung hidroksiprolin dan hidroksisilin. Serabut elastik memiliki banyak cabang

protein yang reversibel terhadap tekanan. Substansi dasar terdiri dari glikosaminoglikan, asam hialuronat, heparin sulfat, dermatan sulfat dan kondroitin sulfat.

3. Lapisan Subkutis Lapisan ini terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel lemak. Pada lapisan ini terdapat ujung syaraf tepi, pembuluh darah dan getah bening. Vaskularisasi diatur oleh dua pleksus yang beranastomosis, yaitu pleksus superficial di dermis dan plexus profunda di subkutis.

4. Adneksa Kulit a. Glandula Sudorifera Terdiri dari dua kelenjar yaitu apokrin dan ekrin. Kelenjar apokrin terletak di aksila, saluran telinga luar, aerola mammae, pubis dan labia minora. Kelenjar ekrin berbentuk spiral bermuara langsung ke permukaan kulit. Terdapat di seluruh permukaan kulit terutama di telapak tangan dan kaki, dahi dan aksila. b. Glandula Sebasea Terdapat di seluruh permukaan kulit kecuali telapak tangan dan kaki. Kelenjar ini disebut holokrin karena tidak berlumen dan bermuara lumen akar rambut. c. Kuku Merupakan bagian terminal stratum korneum yang menebal. Bagian kukui yang terbenam dalam kulit jari disebut akar kuku (nail root), bagian yang terbuka di atas jaringan lunak kulit pada ujung jari disebut badan kuku (nail plate) dan paling ujung adalah bagian kuku yang bebas. Kulit yang ditutupi bagian kuku yang bebas disebut hiponikium dan kulit yang menutupi kuku bagian proksimal disebut eponikium. d. Rambut Terdiri atas dua bagian, yaitu akar rambut yang terbenam dalam kulit dan batang rambut yang berada diluar kulit. Terdapat duam macam tipe rambut, yaitu lanugo yang merupakan rambut halus tidak berpigmen dan rambut terminal yang lebih kasar dan berpigmen. Rambut halus di dahi dan bagian badan disebut velus.

Fisiologi Kulit : 1. Fungsi Proteksi Kulit memiliki sel-sel yang berfungsi sebagai barier. Keratinosit sebagai barier mekanik, melanosit sebagai barier terhadap radiasi dan sel Langerhans sebagai barier imunologi. Proses keratinisasi berperan sebagai barier mekanis karena sel-sel yang mati melepaskan diri secara teratur. Sifat impermeabel dari stratum korneum dan lapisan keasaman kulit menjadi pelindung dari kontak zat kimia dan air. Ekskresi kelenjar sudorifera dan sebasea menyebabkan pH kulit berkisar 5-6.5 sebagai perlindungan kimiawi terhadap infeksi jamur dan bakteri. 2. Fungsi Ekskresi Kelenjar-kelenjar di kulit mengeluarkan sisa metabolisme berupa keringat dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam urat dan amonia. Sebum yang di produksi berfungsi untuk memberikan kelembapan untuk menahan evaporasi air yang berlebihan. 3. Fungsi Persepsi Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis. Rangsangan tekanan Rangsangan terhadap panas oleh badan Ruffini di dermis dan subkutis. Rangsangan terhadap dingin oleh Badan Krause di dermis. Rangsangan terhadap perabaan oleh badan Meissner di papila dermis dan badan Merkel Ranvier di epidermis. Rangsangan

terhadap tekanan oleh badan Paccini di epidermis. 4. Fungsi Termoregulasi Termoregulasi kulit melalui pengeluaran keringat dan kontraksi otot pembuluh darah kulit. 5. Fungsi Pembentukan Pigmen dan Vitamin D Sel melanosit merupakan sel pembentuk pigmen kulit. Densitas melanosit mempengaruhi warna kulit seseorang. Pajanan matahari

mempengaruhi produksi melanosome yang dibentuk dari tirosine dan sistein. Fungsi pembentukan vitamin D dengan pengubahan 7-dihidroksi kolesterol oleh sinar matahari.

IV.

Klasifikasi Ada 3 bentuk Tinea pedis 1. Bentuk intertriginosa keluhan yang tampak berupa maserasi, skuamasi serta erosi, di celah-celah jari terutama jari IV dan jari V. Hal ini terjadi disebabkan kelembaban di celah-ceIah jari tersebut membuat jamur-jamur hidup lebih subur. Bila menahun dapat terjadi fisura yang nyeri bila kena sentuh. Bila terjadi infeksi dapat menimbulkan selulitis atau erisipelas disertai gejalagejala umum.

2. Bentuk hyperkeratosis Disini lebih jelas tampak ialah terjadi penebalan kulit disertai sisik terutama ditelapak kaki, tepi kaki dan punggung kaki. Bila

hiperkeratosisnya hebat dapat terjadi fisura-fisura yang dalam pada bagian lateral telapak kaki.

3. Bentuk vesikuler subakut Kelainan-kelainan yang timbul di mulai pada daerah sekitar antar jari, kemudian meluas ke punggung kaki atau telapak kaki. Tampak ada vesikel dan bula yang terletak agak dalam di bawah kulit, diserta perasaan gatal yang hebat. Bila vesikelvesikel ini memecah akan meninggalkan skuama melingkar yang disebut Collorette. Bila terjadi infeksi akan memperhebat dan memperberat keadaan sehingga dapat terjadi erisipelas. Semua bentuk yang terdapat pada Tinea pedis, dapat terjadi pada Tinea manus, yaitu dermatofitosis yang menyerang tangan. Penyebab utamanya ialah : T .rubrum, T .mentagrofites, dan Epidermofiton flokosum.

V.

Pathofisiologi Spesies jamur penyebab Tinea Pedis tersering adalah Trichophyton rubrum, Trichophyton metagrophytes, dan Epidermophyton Floccosum. Penyebaran jamur-jamur tersebut tergantung dari sumber infeksi yaitu berasal dari manusia lain (anthropophilic), hewan (zoophilic) dan dari tanah (geophilic).

Pada manusia T. rubrum memiliki sifat-sifat anthropophilic, ectothrix dan tes urese negative, selain itu T.rubrum juga menghasilka keratinase yang dapat melisiskan lapisan keratin pada stratum korneum kulit sehingga dapat timbul skuama. Kerusakan yang dapat terjadi pada stratum korneum ini, maka jamur dapat dengan mudah masuk menginvasi pada jaringan yang lebih dalam dan dapat menyebabkan reaksi peradangan lokal, yang menimbulkan pula beberapa gejala tambahan lain seperti demam, gatal, kemerahan dan nyeri. Gejala dapat pula diperparah dengan infeksi sekunder karena bakteri.

VI.

Pemeriksaan Diagnosis Diagnosis ditegakkan berdasarkan 1. Anamnesa Didapatkan rasa gatal yang sangat menggangu dan gatal akan semakin bertambah apabila lesi terkena air atau basah. 2. Pemeriksaan fisik Dilihat dimana terjadinya infeksi dan jenis lesinya. 3. Pemeriksaan laboratorium Pemeriksaan KOH 10% untuk mengetahui adanya elemen elemen jamur seperti hifa dan spora Kultur sediaan pada Sabourods Dextrose Agar (SDA) untuk menentukan spesies jamur.

VII.

Penatalaksanaan 1. Umum 2. Khusus Topikal Menghilangkan faktor predisposisi penting, misalnya mengusahakan daerah lesi selalu kering Meningkatkan kebersihan dan menghindari pemakaian sepatu ataupun kaos kaki yang lembap. Jangan memakai peralatan pribadi secara bersama sama.

Bila lesi basah, maka sebaiknya direndam dalam larutan kalium permanganate 1/5.000 atau larutan asam asetat 0.25% selama 15-30 menit, 2 4 kali sehari. Atap vesikel dan bula dipecahkan untuk mengurangi keluhan. Bila peradangan hebat dikombinasikan dengan obat antibiotik sitemik misalnya penisilin prokain, penisilin V, fluklosasilin, eritromisin atau spiramisin dengan dosis yang adekuat. Kalau peradangan sudah berkurang, diberikan obat topical anti jamur berspektrum luas antara lain, haloprogin, klotrimazol, mikonazol atau ketokonazol. Sistemik Biasanya tidak digunakan. Namun bila digunakan harus dikombinasi dengan obat obat anti jamur topical. Obat obat sistemik tersebut antara lain griseofulvin 500-1000mg/hari selama 2-6minggu, ketokonazol 200mg/hari selama 4 minggu, itrakonazol 100mg/hari selama 2minggu dan terbinafin 250mg/hari selama 1-2minggu. pemberian obat secara sistemik ini harus memperhatikan efek samping dan interaksi dari masing-masing obat, misalnya ketokonazol tidak boleh dikombinasikan dengan terfenadine dan eritromisin.

VIII.

Pencegahan Sulit untuk mencegah Kurap. Jamur yang menyebabkan kurap adalah umum dan menular bahkan sebelum gejala muncul. Namun, Anda dapat membantu mengurangi risiko penyakit kurap dengan mengambil langkah-langkah ini: 1. Didiklah diri Anda dan orang lain. Sadar akan risiko terinfeksi kurap dari orang atau binatang peliharaan. Beritahu anak-anak Anda tentang kurap, apa yang harus diperhatikan dan bagaimana untuk menghindari infeksi. 2. Tetaplah bersih. Cuci tangan Anda sesering mungkin untuk menghindari penyebaran infeksi. Menjaga daerah umum atau berbagi tetap bersih, khususnya di sekolah-sekolah, pusat penitipan anak, pusat kebugaran dan kamar ganti. 3. Tetap sejuk dan kering. Jangan memakai pakaian tebal untuk jangka waktu yang lama dalam keadaan hangat dan lembab. Hindari keringat berlebihan. 4. Hindari hewan yang terinfeksi. Infeksi sering terlihat seperti sepotong kulit di mana bulu yang hilang. Dalam beberapa kasus, meskipun, Anda mungkin tidak

akan melihat adanya tanda-tanda penyakit. Tanyakan kepada dokter hewan untuk memeriksa hewan peliharaan dan hewan peliharaan untuk kurap. 5. Jangan berbagi barang pribadi. Jangan biarkan orang lain menggunakan pakaian, handuk, sisir atau barang pribadi lainnya. Menahan diri dari meminjam barang-barang dari orang lain juga.

IX.

Epidemiologi Tinea pedis et manus di temukan tersebar diseluruh dunia, lebih sering dijumpai di daerah tropik dan subtropik. Dapat menyerang semua kelompok umur lebih sering menyerang dewasa terutama pada orang yang bekerja di tempat basah seperti tukang cuci, pekerja di sawah, atau orang orang yang setiap hari harus memakai sepatu yang tertutup seperti anggota militer.

X.

Prognosis Infeksi kronik tidak jarang terjadi jika penyebabnya adalah Trichophyton rubrum yang tidak diobati atau ditangangi dengan baik.

XI.

Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian Riwayat kesehatan dan observasi langsungsg memberikan infomasi mengenai persepsi klien terhadap dermatosis, bagaimana kelainan kulit dimulai?, apa pemicu?, apa yang meredakan atau mengurangi gejala?, termasuk masalah fisik/emosional yang dialami klien?. Pengkajian fisik harus dilakukan secara lengkap.

2. Diagnosa Keperawatan a) Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi barier kulit. b) Nyeri dan rasa gatal berhubungan dengan lesi kulit. c) Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus. d) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak bagus. e) Kurang pengetahuan tentang program terapi berhubungan dengan inadekuat informasi.

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Mempertahakan integritas kulit.

Rencana Keperawatan Intervensi Lindungi kulit yang sehat dari kemungkinan maserasi (hidrasi stratum korneum yg berlebihan) ketika memasang balutan basah. Hilangkan kelembaban dari kulit dengan penutupan dan menghindari friksi.

Rasional Maserasi pada kulit yang sehat dapat menyebabkan pecahnya kulit dan perluasan kelainan primer.

Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi barier kulit.

Friksi dan maserasi memainkan peranan yang penting dalam proses terjadinya sebagian penyakit kulit. Penderita dermatosis dapat mengalami penurunan sensitivitas terhadap panas.

Jaga agar terhindar dari cidera termal akibat penggunaan kompres hangat dengan suhu terllalu tinggi & akibat cedera panas yg tidak terasa (bantalan pemanas, radiator). Nasihati klien untuk menggunakan kosmetik dan preparat tabir surya.

Nyeri dan rasa gatal berhubungan dengan lesi

Mencapai

peredaan

Temukan penyebab nyeri/gatal

gangguan rasa nyaman:

Banyak masalah kosmetik pada hakekatnya semua kelainan malignitas kulit dapat dikaitkan dengan kerusakan kulit kronik. Membantu mengidentifikasi tindakan yang tepat untuk memberikan kenyamanan.

kulit.

nyeri/gatal. Mengutarakan dengan kata-kata bahwa gatal telah reda. Memperllihatkan tidak adanya gejala ekskoriasi kulit karena garukan Antisipasi reaksi alergi (dapatkan riwayat obat). Nasihati klien untuk menghindari pemakaian salep /lotion yang dibeli tanpa resep dokter Kaji tingkat tidur pasien Ruam menyeluruh terutama dengan awaitan yang mendadak dapat menunjukkan reaksi alergi obat. Masalah klien dapat disebabkan oleh iritasi/sensitif karena pengobatan Untuk mengetahui kualitas tidur pasien Cafein memiliki efek puncak 2-4 jam sesudah dikonsumsi Catat hasil observasi secara rinci. Deskripsi yang akurat tentang erupsi kulit diperlukan untuk diagnosis dan pengobatan.

Gangguan berhubungan pruritus

pola

tidur kebutuhan tidur pasien terpenuhi dengan

Anjurkan pasien untuk menghindari minuman yang mengandung cafein menjelang tidur malam hari Anjurkan pasien untuk melakukan gerak badan secara teratur

Kolaborasi pemberian obat antihistamin

Memberikan efek yang menguntungkan untuk tidur jika dilakukan pada sore hari Memberikan obat diharapkan pasien dapat tidur

XII.

Peran Advokasi perawat Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga dalam

meninterpretasikan berbagia informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasiennya, juga dapat berperan mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien yang meliputi hak atas pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk menentukan nasibnya sendiri dan hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian.

XIII.

ASPEK LEGAL ETIS

1. Autonomy (penentu pilihan) Perawat yang mengikuti prinsip autonomi menghargai hak klien untuk mengambil keputusan sendiri. Dengan menghargai hak autonomi berarti perawat menyadari keunikan induvidu secara holistik. 2. Non Maleficence (do no harm) Non Maleficence berarti tugas yang dilakukan perawat tidak menyebabkan bahaya bagi kliennya. Prinsip ini adalah prinsip dasar sebagaian besar kode etik keperawatan. Bahaya dapat berarti dengan sengaja membahayakan, resiko membahayakan, dan bahaya yang tidak disengaja. 3. Beneficence (do good) Beneficence berarti melakukan yang baik. Perawat memiliki kewajiban untuk melakukan dengan baik, yaitu, mengimplemtasikan tindakan yang mengutungkan klien dan keluarga. 4. Justice (perlakuan adil) Perawat sering mengambil keputusan dengan menggunakan rasa keadilan. 5. Fidelity (setia) Fidelity berarti setia terhadap kesepakatan dan tanggung jawab yang dimikili oleh seseorang.

SATUAN ACARA PENYULUHAN Tema Sub Tema Waktu Pertemuan Hari, Tanggal Pukul Sasaran Tempat I. : Penyakit Tinea Pedis : Pencegahan Tinea Pedis : 60 menit : Kamis, 24 Mei 2012 : 08.00 WIB- 09.00 WIB : Ny .Toni : Bangsal Tujuan Instruksional Umum : Setelah malakukan penyuluhan diharapkan Ny.Toni dapat mengerti tentang Pencegahan Tinea Pedis II. Tujuan Instruksional Khusus : 1. Ny.Toni mengetahui definisi Tinea Pedis dengan benar 2. Ny.Toni jelas terhadap penyebab Tinea Pedis dengan benar 3. Ny.Toni dapat memahami pencegahan Tinea Pedis dengan benar 4. Ny.Toni dapat mengetahui cara perawatan Tinea Pedis dengan benar III. Pokok materi 1. Definisi Tinea Pedis 2. Penyebab Tinea Pedis 3. Pencegahan Tinea Pedis 4. Cara perawatan Tinea Pedis IV. V. No. 1. Metode Kegiatan penyuluhan Penyuluh Pendahuluan : a. Memberikan salam b. Memperkenalkan diri c. Memberikan apersepsi : Ceramah dan tanya jawab : Sasaran Menjawab salam Memperhatikan Memperhatikan Memperhatikan waktu 10 Menit

d. Menjelaskan tujuan 2. Kegiatan Inti : a. Memberikan materi tentang : Definisi Kraniostenosis Penyebab Kraniostenosis Pencegahan Kraniostenosis Kraniostenosis Cara perawatan Kraniostenosis b. Memberikan kesempatan keluarga untuk bertanya c. Menjawab pertanyaan Bertanya Memperhatikan 35 Menit Memperhatikan

3.

Penutup: a. Menyimpulkan materi penyuluhan b. Memberikan evaluasi dengan pertanyaan lisan c. Memberikan salam penutup

15 menit Memperhatikan Memperhatikan Menjawab salam

VI. VII.

Media

: Power Point

Sumber/Referensi : 1. Djuanda A. Tinea Pedis et Manus, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Kelima. Jakarta. Penerbit Fakultas kedokteran Universitas Indonesia, 2005, Hal : 148-150 2. Bag/SMF Ilmu Kesehatan Penyakit Kulit dan kelamin FK UNAIR/ RSU Dr. Soetomo Surabaya. Atlas Penyakit Kulit dan Kelamin. Surabaya. Airlangga University Press, 2007, Hal : 128-129

VIII.

Evaluasi : Memberikan pertanyaan kepada Ny.Toni secara lisan: 1. Bagaimana pencegahan Tinea Pedis? 2. Bagaimana cara perawatan penyakit Tinea Pedis ? Yogyakarta, 24 Mei 2012 Mahasiswa ( Christiyanto Aji N.)

You might also like