You are on page 1of 7

LAPORAN PRAKTIKUM

A. Judul Praktikum Penurunan Titik Beku Larutan B. Tujuan Untuk menyelidiki pengaruh penambahan zat terlarut terhadap titik beku larutan. C. Landasan Teori Titik beku suatu cairan adalah suhu ketika tekanan uap cairan itu sama dengan tekanan uap dalam keadaan padat. Dalam pembekuan suatu larutan, yang mengalami pembekuan adalah hanya pelarutnya saja, sedangkan zat terlarut tidak ikut membeku. Penurunan titik beku larutan mendiskripsikan bahwa titik beku suatu pelarut murni akan mengalami penurunan jika kita menambahkan zat terlarut didalamnya. Sebagai contoh air murni membeku pada suhu 0 C akan tetapi jika kita melarutkan contoh sirup atau gula didalamnya maka titik bekunya akan menjadi dibawah 0 C. Sebagai contoh larutan garam 10% NaCl akan memiliki titik beku -6 C dan 20% NaCl akan memiliki titik beku -16 C. Jadi larutan akan memiliki titik beku yang lebih rendah dibandingkan dengan pelarut murninya. Sebagai contoh larutan garam dalam air akan memiliki titik beku yang lebih rendah dibandingkan dengan pelarut murninya yaitu air, atau larutan fenol dalam alkohol akan memiliki titik beku yang lebih rendah dibandingkan dengan pelarut murninya yaitu alkohol. Contoh, air murni pada suhu 0oC. Pada suhu ini air berada pada kesetimbangan antara fasa cair dan fasa padat. Artinya kecepatan air berubah wujud dari cair ke padat atau sebaliknya adalah sama, sehingga bisa dikatakan fasa cair dan fasa padat pada kondisi ini memiliki potensial kimia yang sama, atau dengan kata lain tingkat energi kedua fasa adalah sama. Besarnya potensial kimia dipengaruhi oleh temperatur, jadi pada suhu tertentu potensial kimia fasa padat atau fasa cair akan lebih rendah daripada yag lain, fasa yang memiliki potensial kimia yang lebih rendah secara energi lebih disukai, misalnya pada suhu 2oC fasa cair memiliki potensial kimia yang lebih rendah dibanding fasa padat sehingga pada suhu ini maka air cenderung berada pada fasa cair, sebaliknya pada suhu -1oC fasa padat memiliki potensial kimia yang lebih rendah sehingga pada suhu ini air cenderung berada pada fasa padat.

Apabila ke dalam air murni kita larutkan garam dan kemudian suhunya kita turunkan sedikit demi sedikit, maka dengan berjalannya waktu pendinginan maka perlahan-lahan sebagian larutan akan berubah menjadi fasa padat hingga pada suhu tertentu akan berubah menjadi fasa padat secara keseluruhan. Pada umumnya zat terlarut lebih suka berada pada fasa cair dibandingkan dengan fasa padat, akibatnya pada saat proses pendinginan berlangsung larutan akan mempertahankan fasanya dalam keadaan cair, sebab secara energi larutan lebih suka berada pada fasa cair dibandingkan dengan fasa padat, hal ini menyebabkan potensial kimia pelarut dalam fasa cair akan lebih rendah (turun) sedangkan potesnsial kimia pelarut dalam fasa padat tidak terpengaruh. Maka akan lebih banyak energi yang diperlukan untuk mengubah larutan menjadi fasa padat karena titik bekunya menjadi lebih rendah dibandingkan dengan pelarut murninya. Inilah sebab mengapa adanya zat terlarut akan menurunkan titk beku larutannya. Rumus untuk mencari penurunan titik beku larutan adalah sebagai berikut:

Keterangan:

delta Tf = Penuruan titik beku m = molalitas larutan Kf = Tetapan konstantat titik beku larutan

D. Alat dan Bahan Alat-alat praktikum No. 1 2 3 4 Nama Alat Tabung reaksi Gelas kimia besar Termometer Timbangan Spesifikasi Jumlah 5 buah 1 buah 1 buah 1 buah

Bahan-bahan praktikum No. Nama Bahan 1 Urea 2 NaCl

Konsentrasi -

Jumlah 1,5 gram 1,5 gram

3 4 5

Air Es Garam dapur

Secukupnya Secukupnya Secukupnya

E. Prosedur Kerja 1. Lima buah tabung reaksi disiapkan terlebih dahulu. 2. Masing-masing tabung reaksi diberi nomor 1 sampai 5. 3. Setiap tabung reaksi diisi dengan 10 mL air. 4. Pada tabung 1 ditambahkan air. 5. Pada tabung 2 ditambahkan urea 0,5 gram diaduk sampai larut. 6. Pada tabung 3 ditambahkan urea 1 gram diaduk sampai larut. 7. Pada tabung 4 ditambahkan NaCl 0,5 gram diaduk sampai larut. 8. Pada tabung 5 ditambahkan NaCl 1 gram diaduk sampai larut. 9. Di dalam gelas kimia besar tabung reaksi dimasukkan lalu diisi es dan garam dapur. 10. Tabung reaksi dimasukkan secara bergantian, lalu suhu diukur setiap menit sampai suhu tidak berubah untuk 1-2 menit. 11. Penurunan suhu digambarkan dalam bentuk grafik.

F. Analisis Data Data hasil pengamatan didapatkan seperti dalam tabel berikut. Tabel 1. Hasil Pengamatan Air Waktu (setiap menit) Suhu ( 0C) 1 15 2 14 3 13 4 9 5 9 6 7 7 6 8 3 9 1 10 0 11 0 12 0

Tabel 2. Hasil Pengamatan Larutan 0,5 gram urea Waktu (setiap menit) Suhu ( 0C) 1 1 2 0 3 -1 4 -2 5 -2 6 -2 7 -2 8 -3 9 -3

Tabel 3. Hasil Pengamatan Larutan 1 gram urea Waktu (setiap menit) Suhu ( 0C) 1 -2 2 -2 3 -3 4 -3 5 -3 6 -3 7 -4 8 -4 9 -4

Tabel 4. Hasil Pengamatan Larutan 0,5 gram NaCl Waktu (setiap menit) Suhu ( 0C) 1 27 2 11 3 3 4 -1 5 -3 6 -3 7 -4 8 -4 9 -5 10 -5

Tabel 5. Hasil Pengamatan Larutan 1 gram NaCl Waktu (setiap menit) Suhu ( 0C)
80

1 28

2 3 13 3

4 1

5 0

6 -3

7 -5

8 -6

9 -7

10 -10

11 -10

12 -10

60

40

Larutan 1 gram NaCl Larutan 0,5 gram NaCl

20

Larutan 1 gram urea Larutan 0,5 gram urea

0 1 -20 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Air

-40

Gambar 1. Grafik data hasil pengamatan Berdasarkan data hasil pengamatan didapatkan bahwa titik beku air yaitu 00C. Pada air yang ditambahkan garam dan urea, titik bekunya mengalami penurunan. Sehingga titik beku larutan lebih rendah dibandingkan dengan titik beku pelarut murni. Dari data di atas dapat dilihat bahwa air memiliki titik beku terbesar yaitu 00C dibandingkan dengan semua larutan. Ini terjadi karena sebagian partikel air dan sebagian partikelpartikel terlarut membentuk ikatan baru. Sehingga ketika membeku yang memiliki titik beku paling tinggi yaitu air akan membeku terlebih dahulu kemudian diikuti oleh molekul larutan. Penambahan zat terlarut dalam pelarut akan mengakibatkan peningkatan konsentrasi yang mengakibatkan semakin rendah titik bekunya. Pada larutan NaCl 0,5 gram, memiliki titik beku sebesar -30C sedangakan pada larutan NaCl 1, memiliki titik beku sebesar -40C. Sedangkan pada dengan penambahan 0,5 gram NaCl, titik bekunya mencapai -30C, dan dengan penambahan 1 gram Urea, titik beku lebih rendah yaitu -40C. Dari hasil pengamatan ini, dapat kita dilihat bahwa semakin besar konsentrasi zat yang ditambahkan maka titik beku nya akan semakin rendah. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kemolalan suatu zat terlarut dalam pelarut, maka akan terjadi penurunan titik beku yang semakin besar. Penurunan titik beku larutan berbanding lurus dengan jumlah partikel zat dalam larutan. Peningkatan molalitas suatu larutan

berbanding lurus dengan penurunan titik bekunya, sehingga dalam kasus ini perubahan kemolalan larutan urea yang semakin besar akan menyebabkan titik beku yang semakin rendah. Pada larutan dengan massa zat terlarut yang sama, yaitu pada CO(NH2)2 0,5 gram memiliki titik beku -30C dan NaCl memiliki titik beku -50C dibandingkan dengan molalitas 0,5 gram CO(NH2)2 dalam 10 mL pelarut air adalah 0, 83 m sedangkan NaCl dalam massa dan pelarut yang sama adalah 0,85 m. Hal ini menunjukkan bahwa Titik beku larutan yang mengandung massa zat terlarut yang sama ternyata memiliki perbedaan sesuai dengan zat terlarutnya. Nilai molalitas kedua larutan tersebut tidaklah jauh berbeda. Terdapatnya perbedaan titik beku disebabkan karena perbedaan keelektrolitan larutan NaCl dan urea. Larutan NaCl adalah larutan elektrolit sehingga dalam reaksinya akan terpecah menjadi 2 ion yaitu Na+ dan Cl- serta memiliki faktor van hoff yang nilainya lebih dari satu, (pada larutan elektrolit(NaCl) mempunyai i=2 sehingga Tf = mx Kf x i), sedangkan non elektrolit karena tidak terpecah menjadi ion maka faktor van hoffnya hanya bernilai satu. Dari hasil percobaan ini dapat dilihat bahwa pada molal yang sama, titik beku larutan elektrolit dan non elektrolit berbeda karena zat elektrolit sebagian atau seluruhnya terurai menjadi ion. Larutan elektrolit mempunyai sifat koligatif lebih besar daripada sifat koligatif non elektrolit. Larutan elektrolit yang memiliki molalitas sama dengan larutan nonelektrolit memiliki titik beku yang lebih rendah.

G. Simpulan Berdasarkan uraian diatas dapa ditarik simpulan yaitu semakin besar jumlah partikel zat terlarut yang, maka semakin besar pula penurunan titik beku larutan. H. Referensi Morie, Indigo. 2008. Penurunan Titik Beku Larutan-Definisi dan Penyebabnya. (Online), (http://belajarkimia.com, diakses tanggal 16 Mei 2012). Ratna. 2009. Sifat koligatif larutan. (Online). (http://www.chem-is-try.org , diakses tanggal 24 Mei 2012). Subagia, I Wayan & Redhana, I Wayan. 2012. Penuntun Praktikum Kimia SMA Program KKT. Singaraja: Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas MIPA Undiksha. Sutresna, Nana. 2004. Kimia untuk SMA Kelas II Semester I. Bandung: Grafindo Media Pratama.

Zulfikar. 2010. Penurunan Titik Beku. (Online). (http://www.chem-is-try.org, diakses 25 Mei 2012)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA SMA

PENURUNAN TITIK BEKU LARUTAN

OLEH

NI MADE DWI SEPTIANTARI

S1 KKT JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA 2012

You might also like