You are on page 1of 21

BAB VI GEL

6.1. Definsi Gel adalah sediaan bermassa lembek, berupa suspensi yang dibuat dari zarah kecil senyawaan organik atau makromolekul terserap oleh senyawa cairan organik, (Formularium masing-masing terbungkus dan saling Nasional, 1979). Gel adalah sediaan dasar berupa lembekan sistem dispersi. Terdiri dari partikel anorganik submikroskopis atau organik makromolekul yang tersuspensi atau terbungkus dan terbacam dalam cairan, yang bercorak dari transparan atau transluen hingga buram opak (Depkes RI, 1985) atau gel dapat pula diartikan berupa sediaan setengah padat yang terdiri dari partikel anorganik kecil atau molekul Gel organik dapat besar yang tersuspensi dalam cairan (Ansel, 1989). juga dirumuskan sebagai sistem dispersi, yang minimal terdiri dari dua fase, sebuah fase padat dan sebuah fase cair (liogel) atau sebuah fase padat dan fase gas ( serogel ) (Voigt, 1995). Fase yang terdispersi dapat mengandung partikel padat ( contoh: platelet clay), makromolekul 6.2. Penggolongan Menurut sifat alami dari senyawa kimia dari perancah, gel dapat dibedakan menjadi : Gel valensi primer Gaya ikatan yang bekerja adalah gaya valensi primer. Oleh karena itu keseluruhan gel yang terbentuk tampak sebagai molekul tunggal yang besar. Wakil gel dari valensi primer ini antara lain adalah karet dan elastomer lainnya. Gel valensi sekunder (contoh: 1994). Gel bersifat transparan, lunak, lembut, mudah dioleskan dan tidak meninggalkan lapisan berminyak pada permukaan kulit. Gel juga memiliki sifat kekakuan yang disebabkan oleh jaringan yang saling menganyam dari fase terdispers yang mengurung dan berikatan dengan medium pendispersi (Ansel, 1989). Sediaan gel harus disimpan dalam wadah tertutup karena kandungan menguap. airnya sangat mudah gelatin), atau molekul surfaktan (contoh : sabun) ( Everett,

134 Pada gel valensi sekunder yang berfungsi sebagai gaya perajut dari struktur Van Der perancah Waals adalah dan gaya valensi sekunder khususnya gaya jembatan hidrogen. Gel salap maupun gel hidrofil, seperti salap dari turunan selulosa, hidrokarbon (voigt, 1995). Berdasarkan sifatnya, gel dapat digolongkan menjadi : 1. Gel bersifat hidrofobik Gel jenis ini disebut juga oleogels yaitu formulasi gel yang terdiri dari basis paraffin atau liquid minyak dengan dengan serta silika, polyethylene penyabunan 2. tragakan, dari pati basis dan lipoid sebagainya, maupun gel dari basis merupakan gel valensi sekunder Berdasarkan sistem fase yang terbentuk, gel dapat digolongkan menjadi (Ansel, 1999): 1. Gel sistem fasa tunggal atau disebut juga gel satu fasa, yaitu masa merata gel ke yang terdiri dari cairan makromolekul seragam, tersebar seluruh sedemikian rupa sehingga tidak lagi tampak batas yang jelas antara molekul yang terdispersi dengan cairan, sering juga disebut sebagai lendiran. Gel ini dibuat dengan menyebarkan makromolekulnya ke seluruh cairan sampai tidak terlihat ada batas diantaranya. Contohnya gel alumunium hidroksida, gel alumunium fosfat. 2. Gel sistem fase rangkap, yaitu masa gel yang partikel terdiri kecil dari yang gumpalan

aluminium atau zink. Gel bersifat hidrofilik Gel jenis ini disebut hydrogels yaitu formulasi gel yang terdiri dari air, gliserol atau propilen glikol dan sebagai gelling agent digunakan tragakan, polimer pati, derivat selulosa, dan silikat karboksivinil

terpisah, sering disebut sebagai lumeran, magma, atau susu. Gel jenis ini terdiri dari kelompokkelompok partikel kecil yang berbeda, dan disebut juga sistem dua fasa contohnya : bentonit magma, magma bismuth. Berdasarkan sifat fasa

magnesium-aluminium

(British Pharmacopoeia, 1999).

koloidnya gel digolongkan menjadi :

135 1. 2. Gel anorganik, contoh : Gel organik, pembentuk gel Berdasarkan sifat pelarutnya, gel dibagi menjadi : 1. Hidrogel (pelarut air). Hidrogel pada umumnya terbentuk oleh molekul polimer hidrofilik yang saling sambung silang melalui ikatan kimia atau gaya kohesi seperti interaksi ionik, ikatan hidrogen atau interaksi hidrofobik. Hidrogel mempunyai biokompatibilitas yang tinggi sebab hidrogel mempunyai tegangan permukaan yang rendah dengan cairan biologi dan jaringan sehingga meminimalkan kekuatan adsorbsi protein dan adhesi sel; hidrogel menstimulasi sifat hidrodinamik dari gel biological, sel dan jaringan dengan berbagai cara; hidrogel elastis pada bersifat sehingga jaringan lembut/lunak, meminimalkan sekitarnya. Berdasarkan bentuk struktur pembentuknya gel dibagi: Kumparan acak Heliks Batang Bangunan kartu Beberapa keunggulan gel antara: a. Mempunyai aliran tiksotropik dan pseudoplastik, yaitu gel Contoh : plastibase (suatu

bentonit magma berupa polimer

polietilen dengan BM rendah yang terlarut dalam minyak mineral dan didinginkan secara shock cooled), dan dispersi logam stearat dalam minyak. Xerogel. Gel yang telah padat dengan konsentrasi pelarut yang rendah diketahui sebagai xerogel. Xerogel sering dihasilkan oleh evaporasi pelarut, kerangka pada sehingga gel sisa sisa yang tertinggal. dengan yang dan matriks gel.

Kondisi ini dapat dikembalikan keadaan semula agen penambahan mengimbibisi, mengembangkan

Contoh : gelatin kering, tragakan ribbons dan acacia tears, dan sellulosa kering dan polystyrene.

iritasi karena friksi atau mekanik Kekurangan hidrogel yaitu memiliki kekuatan mekanik dan kekerasan yang rendah setelah mengembang. Contoh : bentonit magma, gelatin 2. Organogel (pelarut bukan air/pelarut organik).

136 berbentuk padat apabila disimpan akan segera mencair bila dikocok. b. Konsentrasi pembentuk gel yang dibutuhkan untuk membentuk massa gel hanya sedikit. c. Viskositas gel tidak mengalami perubahan penyimpanan yang berarti pada dengan temperatur kelarutan seperti surfaktan agar pada berbagai perubahan temperatur, tetapi tersebut sangat mudah dicuci atau hilang ketika berkeringat, kandungan surfaktan yang tinggi dapat Kekurangan sediaan gel : 1. Untuk hidrogel harus menggunakan zat aktif yang larut di dalam air sehingga diperlukan penggunaan peningkat : menyebabka n iritasi dan harga lebih mahal. 2. Penggunaan emolien golongan ester n harus atau diminimalka dihilangkan gel gel tetap jernih

kamar (Lieberman, 1989). d. Untuk hidrogel : mempunyai efek pendinginan pada kulit saat digunakan; penampilan sediaan yang jernih dan elegan; pada pemakaian di kulit setelah kering meninggalkan film tembus pandang, elastis, daya lekat tinggi yang tidak menyumbat pori sehingga pernapasan pori tidak terganggu; mudah dicuci dengan air; pelepasan obatnya baik; kemampuan penyebarannya pada kulit baik.

137 untuk mencapai kejernihan yang tinggi. 3. Untuk hidroalkoholi k : gel dengan kandungan alkohol yang tinggi pedih wajah mata, penampilan yang pada bila buruk kulit terkena dapat pada dan menyebabkan Kegunaan Gel: (Lachman,1989: Pharmaceuitical Dosage System. Dysperse system. Volume 2,) 1. Gel merupakan suatu sistem yang dapat oral, diterima dalam untuk bentuk pemberian atau kontak dengan aktif. zat

sediaan yang tepat, atau sebagai kulit kapsul yang dibuat dari gelatin dan untuk bentuk sediaan obat long acting yang diinjeksikan secara intramuskular. 2. Gelling agent biasa digunakan sebagai koloid bahan pada pengikat suspensi, pada bahan granulasi tablet, bahan pelindung pengental pada sediaan cairan oral, dan basis suppositoria. 3. Untuk kosmetik, gel telah digunakan dalam berbagai produk kosmetik, termasuk pada shampo, parfum, pasta gigi, dan kulit dan sediaan perawatan rambut. 4. Gel dapat digunakan untuk obat yang diberikan secara topikal (non streril) atau dimasukkan ke dalam lubang tubuh atau mata (gel steril) (FI IV, hal 8)

pemaparan cahaya matahari, alkohol akan menguap dengan cepat dan meninggalka n film yang berpori sehingga tidak semua area tertutupi atau pecah-pecah

138 peningkatan suhu larutan tersebut 6.3. Sifat / Karakteristik Gel Beberapa sifat dan karakteristik gel antara lain: 1. Zat pembentuk gel yang ideal untuk sediaan farmasi dan kosmetik ialah inert, aman dan tidak bereaksi dengan komponen lain 2. Pemilihan bahan pembentuk gel harus dapat memberikan bentuk padatan yang baik selama penyimpanan tapi dapat rusak segera ketika sediaan diberikan kekuatan atau daya yang disebabkan oleh pengocokan dalam botol, pemerasan tube, atau selama penggunaan topikal. 3. Karakteristik gel harus disesuaikan dengan tujuan penggunaan sediaan yang diharapkan. 4. Penggunaan bahan pembentuk gel yang konsentrasinya sangat tinggi atau BM besar dapat menghasilkan gel yang sulit untuk dikeluarkan atau digunakan). 5. Gel dapat terbentuk melalui penurunan temperatur, tapi dapat juga pembentukan gel terjadi satelah pemanasan hingga suhu tertentu. Contoh polimer seperti MC, HPMC dapat terlarut hanya pada air yang dingin larutan yang yang akan kental membentuk dan pada Menurut System, 1. Swelling Gel dapat mengembang karena komponen pembentuk gel dapat mengabsorbsi terjadi larutan sehingga volume. pertambahan buku Disperse Sifat dan beberapa akan membentuk gel. Fenomena oleh pembentukan pemanasan gel atau pemisahan fase yang disebabkan disebut thermogelation

karakteristik lain dari gel adalah:

Pelarut akan berpenetrasi diantara matriks gel dan terjadi interaksi antara pelarut dengan gel gel. kurang Pengembangan

sempurna bila terjadi ikatan silang antar polimer di dalam matriks gel yang dapat menyebabkan kelarutan komponen gel berkurang. 2. Sineresis. Suatu proses yang terjadi akibat adanya kontraksi di dalam massa gel. Cairan yang terjerat akan keluar dan berada gel. Pada di atas waktu permukaan

pembentukan gel terjadi tekanan yang elastis, sehingga terbentuk massa gel yang tegar. Mekanisme

139 terjadinya kontraksi berhubungan dengan fase relaksasi akibat adanya tekanan pada elastis ketegaran pada gel saat akan terbentuknya gel. Adanya perubahan mengakibatkan jarak antar matriks berubah, sehingga memungkinkan cairan bergerak menuju permukaan. Sineresis dapat terjadi pada hidrogel maupun organogel. 3. Efek suhu Efek suhu mempengaruhi struktur gel. Gel dapat terbentuk melalui penurunan temperatur tapi dapat juga pembentukan gel terjadi setelah pemanasan hingga suhu tertentu. Polimer separti MC, HPMC, terlarut hanya Pada pada air yang suhu dingin larutan membentuk larutan yang kental. peningkatan tersebut membentuk gel. Fenomena pembentukan gel atau pemisahan fase yang disebabkan oleh pemanasan disebut thermogelation. 4. Efek elektrolit. Konsentrasi elektrolit yang sangat tinggi akan berpengaruh pada gel hidrofilik dimana ion berkompetisi secara efektif dengan koloid terhadap pelarut yang ada dan koloid digaramkan (melarut). Gel yang tidak terlalu hidrofilik dengan dan konsentrasi elektrolit kecil akan meningkatkan rigiditas gel dan mengurangi waktu untuk menyusun diri sesudah pemberian tekanan geser. Gel Na-alginat akan segera mengeras dengan adanya sejumlah konsentrasi ion kalsium yang disebabkan karena terjadinya pengendapan parsial dari alginat sebagai kalsium alginat yang tidak larut. 5. Elastisitas dan rigiditas Sifat ini nitroselulosa, dari dengan gel merupakan selama sol karakteristik dari gel gelatin agar transformasi elastisitas struktur bentuk

menjadi gel terjadi peningkatan peningkatan terhadap konsentrasi pembentuk gel. Bentuk resisten aliran dapat perubahan atau deformasi dan mempunyai Struktur gel viskoelastik. bermacam-

macam tergantung dari komponen pembentuk gel. 6. Rheologi Larutan pembentuk gel (gelling agent) dan dispersi padatan yang terflokulasi memberikan sifat aliran pseudoplastis yang khas, dan menunjukkan jalan aliran non Newton yang dikarakterisasi oleh

140 penurunan viskositas dan 6. Pemilihan formula komponen tidak dalam banyak

peningkatan laju aliran. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam formulasi suatu gel antara lain:
1.

yang

menimbulkan perubahan viskositas saat disimpan di bawah temperatur yang tidak terkontrol. 7. Konsentrasi polimer sebagai gelling agents harus tepat sebab saat penyimpanan dapat terjadi penurunan konsentrasi polimer yang dapat menimbulkan syneresis (air mengambang diatas permukaan gel) 8. Pelarut yang digunakan tidak bersifat melarutkan gel, sebab bila daya adhesi antar pelarut dan gel lebih besar dari daya kohesi antar gel maka sistem gel akan rusak.

Penampilan gel : transparan atau

berbentuk suspensi partikel koloid yang terdispersi, dimana dengan jumlah pelarut yang cukup banyak membentuk gel koloid dapat obat yang terjadi yang mempunyai struktur tiga dimensi. 2. Inkompatibilitas dengan aktif, anionik mencampur pengawet (terjadi atau

bersifat kationik pada kombinasi zat surfaktan atau dengan pembentuk gel yang bersifat inaktivasi pengendapan zat kationik tersebut). 3. Gelling agents yang dipilih harus bersifat inert, aman dan tidak

6. 4.

Komponen Gel Sejumlah polimer digunakan

bereaksi dengan komponen lain dalam formulasi. 4. Penggunaan polisakarida memerlukan penambahan pengawet sebab polisakarida bersifat rentan terhadap mikroba. 5. Viskositas tepat, tersebut sediaan saat diubah gel yang sehingga mudah disimpan dengan mudah

6.4.1. Gelling Agents dalam pembentukan struktur berbentuk jaringan yang merupakan bagian penting dari sistem gel. Termasuk dalam kelompok ini adalah gum alam, turunan selulosa, dari dan sistem karbomer. tersebut Kebanyakan

bersifat solid tapi sifat soliditas pengocokan sehingga

berfungsi dalam media air, selain itu ada yang membentuk gel dalam cairan nonpolar. Beberapa partikel padat koloidal dapat berperilaku sebagai

dioleskan saat penggunaan topikal.

141 pembentuk gel karena terjadinya Merupakan polisakarida, terdiri dari berbagai proporsi asam Dmannuronik rumput laut dan asam Lguluronik yang didapatkan dari coklat dalam bentuk garam monovalen dan divalen. Natrium alginat 1,52% digunakan sebagai lubrikan, dan 5-10% digunakan sebagai pembawa. Garam kalsium dapat anionik ditambahkan untuk meningkat kan viskositas dan kebanyakan formulasi mengandung gliserol sebagai pendispersi. Tersedia grade viskositas terstandardisasi dalam sesuai beberapa dengan yang yang

flokulasi partikel. Konsentrasi yang tinggi dari beberapa surfaktan nonionik dapat digunakan untuk menghasilkan gel yang jernih di dalam sistem yang mengandung mineral. Berikut ini adalah beberapa contoh gelling agent : A. Polimer (gel organik) a. Gum alam (natural gums) Umumnya bersifat (bermuatan negatif dalam larutan atau dispersi dalam air), meskipun dalam jumlah kecil ada yang bermuatan netral, seperti guar gum. Karena komponen yang membangun secara struktur kimianya, dan maka natural gum mudah terurai mikrobiologi menunjang pertumbuhan mikroba. Oleh karena itu, sistem cair yang mengandung mengandung yang bersifat gum pengawet harus dengan kationik sehingga sampai 15% minyak

merupakan kelebihan natrium alginat dibandingkan dengan tragakan. ii. Karagenan Hidrokoloid yang diekstrak dari beberapa alga merah yang merupakan suatu campuran tidak tetap dari natrium, kalium, amonium, kalsium, magnesium dan ester-ester sulfat dari

konsentrasi yang cukup. Pengawet bersifat anionik inkompatibel dengan gum yang penggunaannya harus dihindari. Beberapa contoh gum alam : i. Natrium alginat

polimer galaktosa, dan 3,6anhidrogalaktosa.

142 Jenis kopolimer utama ialah kappa, iota panas. yang iota, dan gel lambda yang karagenan. Fraksi kappa dan membentuk Semua cenderung reversibel terhadap pengaruh karagenan getas, adalah anionik. Gel kappa merupakan gel yang terkuat dengan keberadaan ion K. Gel iota bersifat elastis dan tetap jernih dengan keberadaan ion K. iii. Tragakan Menurut dari dari NF, didefinisikan gummifer Material asam dan adalah netral, Gum sebanyak dan ini 2-3% 5% sebagai ekstrak gum kering Astragalus Astragalus. atas magnesium, Sisanya Labillardie, atau spesies Asia kompleks yang sebagian besar tersusun kalsium, kalium. polisakarida tragakantin. Digunakan sebagai polisakarida yang terdiri dari iv. bervariasi. Viskositas akan menurun dengan cepat di luar range terhadap mikroba. pH 4,5-7, degradasi Formula rentan oleh yang

mengandung oil gum untuk dan

alkohol dan/ mendispersikan mencegah ketika

atau gliserol dan/atau volatile

pengentalan penambahan air. Pektin

Polisakarida yang diekstrak dari kulit sebelah dalam buah citrus yang banyak digunakan dalam makanan. Merupakan gelling agent untuk produk yang sebagai humektan. dihasilkan rapat bersifat asam dan dan yang disimpan air dapat cepat digunakan bersama gliserol pendispersi Gel harus

dalam wadah yang tertutup karena menguap sehingga kemungkinan proses terbentuk dalam secara

meningkatkan terjadinya Gel yang dan sineresis. larutan air

mengembang di dalam air. lubrikan,

pada pH asam kalsium

sebagai pembawa. Tragakan kurang begitu populer karena mempunyai viskositas yang

mengandung

143 kemungkinan zat lain yang befungsi menghidrasi gum. b. Derivat selulosa Selulosa kristalinitas murni yang tidak tinggi. larut dalam air karena sifat Substitusi dengan gugus hidroksi menurunkan kristalinitas dengan menurunkan pengaturan rantai polimer dan ikatan hidrogen antar rantai. Derivat selulosa yang sering digunakan adalah MC, HEMC, HPMC, EHEC, HEC, dan HPC. Sifat substitusi. derivat digunakan. Derivat terhadap selulosa rentan enzimatik degradasi fisik dari selulosa ditentukan oleh jenis dan gugus HPMC merupakan yang sering selulosa c. Polimer sintetis (Karbomer = karbopol) Sebagai pengental sediaan dan produk kosmetik. Karbomer merupakan gelling agent yang kuat, membentuk gel pada konsentrasi sekitar 0,5%. Dalam media air, yang diperdagangkan dalam bentuk asam bebasnya, pertama-tama dibersihkan dulu, setelah udara yang terperangkap keluar semua, gel akan terbentuk dengan cara netralisasi dengan basa yang sesuai. Viskositas adanya hanya ion-ion. diperlukan Karbopol dispersi Merupakan dalam merupakan karbomer dapat menurun dengan gelling agent yang kuat, maka konsentrasi kecil. salah satu kelompok dari polimer HPC. gel Derivat ini sering di yang bersifat stabil, jernih, ketika netral, resisten dan kering.

gunakan karena menghasilkan viskositas gel pada yang kulit

terhadap pertumbuhan mikroba, menghasilkan film yang kuat Misalnya MC, Na CMC, HPMC

sehingga harus icegah adanya kontak dengan sumber selulosa. Sterilisasi penambahan yang sediaan pengawet atau dapat oleh

mencegah penurunan viskositas diakibatkan depolimerisasi oleh enzim yang dihasilkan dari mikroorganisme. Misalnya : MC, Na CMC, HEC,

144 karboksivinil yang dicampurkan dengan allyl sukrosa. Bersifat koloidal hidrofilik yang membentuk massa mengental yang lebih baik dari gelling agent alam. Diperoleh dari sintesa asam akrilat yang mengandung tidak kurang dari 56-68% gugus asam Ada beberapa jenis karboksilat, serta memiliki bobot molekul tinggi. Untuk gel lubrikan diperlukan 0,3-1%. Untuk gel sediaan sebanyak farmasi 0,5-2%. diperlukan Proses karbopol antara lain karbopol 934 (pH 5,5 11), karbopol 940 (pH 4,5 11), dan karbopol 941 (3,5 11). Berdasarkan penelitian, diantara ketiga jenis karbopol tersebut yang paling stabil adalah karbopol 940. Karbopol jenis ini merupakan campuran resin akrilik larut air , yang meskipun digunakan mempunyai konsentrasi kecil sifat yang dengan membentuk kekentalan sempurna Gambar 1. Struktur Karbopol diperlihatkan pada Gambar 1.

pembuatannya dilakukan dengan menaburkan karbopol kedalam air disertai dengan pengadukan yang kuat. Karbopol terdispersi dalam air membentuk larutan asam keruh yang dinetralkan oleh basa kuat seperti anorganik meningkatkan menambah karbopol, NaOH, lemah amina (amonium dan gel (trietanolamin), atau oleh basa hidroksida) dengan tujuan untuk konsistensi kestabilan dapat menghilangkan kekeruhan. Untuk ditambahkan

penetralan menggunakan basa yang cukup, larut dalam air dan alkohol, bersifat tiksotropik, yang membentuk sediaan

transparan dan bekerja efektif pada rentang pH yang luas. Pembuatannya dengan cara mendispersikan serbuk di atas air panas atau dingin atau dalam pelarut organik sambil diaduk untuk mencegah terbentuknya

alkohol, gliserol, propilenglikol, atau zat pengkelat. Adanya ion-ion Na+, Ca2+, Al3+, dapat menyebabkan penggumpalan atau koagulasi. Struktur kimia karbopol

145 gumpalan. terbentuk Setelah larutan itu, dengan D. Surfaktan Gel minyak B. Polietilen (gelling oil) Digunakan dalam gel hidrofobik likuid, akan dihasilkan gel yang lembut, mudah tersebar, dan membentuk lapisan/film yang tahan air pada permukaan kulit. Untuk membentuk gel, polimer harus didispersikan dalam minyak pada suhu tinggi (di atas 800C) kemudian kristal langsung yang didinginkan merupakan dengan cepat untuk mengendapkan pembentukan matriks. C. Koloid padat terdispersi Mikrokristalin selulosa dapat berfungsi sebagai gellant dengan cara pembentukan jaringan karena gaya tarik-menarik antar partikel seperti ikatan hidrogen. Konsentrasi rendah dibutuhkan untuk cairan nonpolar. Untuk cairan polar diperlukan konsentrasi yang lebih besar untuk membentuk gel, karena adanya kompetisi dengan medium F. Polivinil alkohol Untuk membuat gel yang dapat mengering secara cepat. Film yang terbentuk sangat kuat dan plastis sehingga memberikan kontak yang baik antara obat dan kulit. Tersedia dalam beberapa grade yang berbeda dalam viskositas dan angka penyabunan. dari binasi yang mineral, jernih air, dapat dan Kom gel dihasilkan oleh kombinasi antara konsentrasi yang tinggi (20-40%) surfaktan tersebut anionik. Karakteristik membentuk yang melemahkan interaksi antar partikel tersebut.

pengadukkan dilanjutkan sampai viskositas yang rendah sambil menambahkan zat penetral (Wade, 1994).

mikroemulsi.

yang terbentuk dapat bervariasi dengan cara meng-adjust proporsi dan konsentrasi dari komposisinya. Bentuk komersial yang paling banyak untuk jenis gel ini adalah produk pembersih rambut. E. Gellants lain Banyak wax yang digunakan sebagai gellants untuk media nonpolar seperti beeswax, carnauba wax, setil ester wax.

146 G. Clays (gel anorganik) Digunakan sebanyak 7-20% sebagai basis. Mempunyai pH 9 sehingga tidak cocok digunakan pada kulit. Viskositas adanya oksida dapat basa. sering menurun Magnesium viskositas. Bentonit harus disterilkan terlebih dahulu untuk penggunaan pada luka terbuka. Bentonit dapat digunakan pada konsentrasi 5-20%. Contohnya : Bentonit, laponite 6.4.2. Bahan tambahan a. Pengawet Meskipun tetapi beberapa gel basis gel resisten terhadap serangan mikroba, semua mengandung antimikroba. banyak air sehingga membutuhkan pengawet sebagai Dalam pemilihan pengawet harus memperhatikan inkompatibilitasnya dengan gelling agent. Beberapa contoh pengawet yang biasa digunakan dengan gelling agent : Tragakan : metil hidroksi benzoat 0,2 % w/v dgn propil hidroksi benzoat 0,05 % w/v b. Penambahan Humektan Bertujuan kehilangan menjaga untuk air kelembaban mencegah dapat dan gel sehingga veegum, dengan Na alginate : metil hidroksi benzoat 0,1- 0,2 % w/v, atau klorokresol 0,1 % w/v atau asam benzoat 0,2 % w/v Pektin : asam benzoat 0,2 % w/v atau metil hidroksi benzoat 0,12 % w/v klorokresol 0,1-0,2 % w/v Starch glyserin: metil hidroksi benzoat 0,1-0,2 % w/v atau asam benzoat 0,2 % w/v Metil Celulose : fenil merkuri nitrat 0,001 % w/v atau benzalkonium klorida 0,02% w/v Na CMC : metil hidroksi benzoat 0,2 % w/v dgn propil hidroksi benzoat 0,02 % w/v Polivinil alkohol : klorheksidin asetat 0,02 % w/v Pada umumnya pengawet dibutuhkan oleh sediaan yang mengandung air. Biasanya digunkan pelarut air yang mengandung metilparaben 0,075% dan propilparaben 0,025% sebagai pengawet. atau

ditambahkan untuk meningkatkan

147 berguna mencegah komponen untuk memperlicin serta pecahnya lain gel atau memodifikasi kulit sifat penghalang kulit lebih

sehingga

terjadinya kerak sisa gel setelah menguap.. Contohnya gliserol, propilenglikol dan sorbitol dengan konsentrasi 1020 % c. Chelating agent Bertujuan untuk mencegah reaksi basis dan zat yang sensitive terhadap logam berat. Contohnya EDTA d. Peningkat penetrasi

permeabel terhadap obat. Syarat zat peningkat penetrasi adalah tidak bereaksi secara farmakologi, tidak toksik, tidak mengiritasi, tidak menyebabkan cepat dan alergi, kerjanya bisa waktunya

diramalkan, dan stabil secara kimia dan fisika, tidak berasa, serta tidak berbau. Golongan zat yang dapat meningkatkan penetrasi obat pada sediaan etanol, benzil topikal undecanol, alkohol); keton (seperti polisorbat); itu adalah (seperti dan derivat eter asam hidrokarbon, alkohol

propandiol, keton siklik);

(Enhancer) Zat peningkat penetrasi adalah komponen kimia yang berinteraksi dengan lipid dari stratum corneun untuk meningkatkan penetrasi obat tersebut sehingga dapat menembus barier sebagai palmitat, stratum corneum dengan komponen isopropil alkoholnya, oleat); sulfonat (khususnya jika isopropanol seperti isopropil miristat, isopropil dimetilsulfoksida dan derivatnya; serta amida turunan urea (seperti dimetilformamida) Hardgraft, 1992). dan turunan laktam (seperti azone) (Chien, 1992;

derivatnya dioksolan, (seperti

karboksilat (seperti asam oleat, asam risinoleat, asam laurat); ester asam karboksilat dan asam e. pewangi Zat ini digunakan untuk menutupi bau dan penampilan yang kurang menarik dari sediaan, ini diperlukan untuk menambah daya tarik dari sediaan gel tersebut. Zat pewarna dan

148 6.5. Formulasi Gel Formula Umum/standar dari gel adalah sebagai berikut: R/ Zat aktif Basis gel Zat tambahan 6.5.1. Contoh Formula Basis Gel 1. R/ Ichtimol Tragakan Alkohol Gliserol Air hingga Metoda pembuatan: 1. Disiapkan untuk 60 g sebagai antisipasi kehilangan dalam proses 2. dengan 33 mL air 3. Ichtimol, gliserol dan 10 mL air dicampurkan, kemudian tambahkan mucilage tragakan, lalu diaduk/dikocok 4. Berat diadjust Catatan : basis ini harus disimpan semalam sebelum digunakan Metoda pembuatan : 1. Pembuatan mucilage tragakan : dalam mortir Na-alginat dibasahkan dengan gliserol dengan air, kemudian dikocok kembali, lalu dimasukkan ke dalam wadah Botol ditara dan siapkan mucilago tragakan 2g 5g 10 mL 2g 100 g 1. disiapkan 2. Botol bermulut lebar dikalibrasi, dikeringkan di dalam oven kemudian dinginkan 3. Alkohol dimasukkan kemudian tambahkan tragakan (jangan terbalik karena akan mengakibatakan terjadinya pengentalan) kemudian dilakukan pengocokkan untuk mencampurkan 4. Ditungkan kedalam wadah yang berisi pembawa, lalu ditutup dan dikocok segera 5. Volume digenapkan, lalu dicampurkan dan dimasukkan kedalam wadah untuk penyimpanan 2. R/ Na-alginat Gliserol Ca-glukonat Air 7g 7g 0,2 g 0,05 g Pembawa

Metil hidroksi benzoate hingga 100 g

149 2. Pengawet dan Cara pembuatan : Efedrin sulfat dilarutkan ke dalam air dan ditambahkan kemudian gliserin, komponen tragakan,

Ca-glukonat dilarutkan ke dalam 80 mL air dengan bantuan pemanasan, lalu dinginkan hingga 60C dan diaduk atau distirer cepat 3. Campuran Na-lginat-gliserol ditambahkan ke dalam vorteks dengan jumlah sedikit, lalu diaduk lebih lanjut hingga homogen, kemudian dimasukkan ke dalam wadah 3. Gel minyak mineral R/ Polietilen Minyak mineral Cara pembuatan ; Dicampurkan dan aduk atau kocok. Campuran dipanaskan hingga 90C campur hingga homogen, lalu dinginkan dengan cepat melalui pengadukan. 4. Gel efedrin sulfat R/ Efedrin sulfat Tragakan Metil salisilat Eucalyptol Minyak pine needle Gliserin Air 10 g 10 g 0,1 g 1 mL 0,1 mL 150 g 830 mL 10 % 90 %

lainnya. Campurkan dengan baik dan simpan dalam wadah tertutup baik selama 1 minggu dengan pengadukan. 5. Clear gel R/ Minyak mineral
10 % Polioksietilen oleil eter 20,7% Polioksietilen fatty gliserida 10,3% Propilen glikol Sorbitol Air 8,6 % 6,9 % 43,5 %

Cara pembuatan : Semua air komponen dipanaskan terpisah kecuali air hingga 90C, kemudian dipanaskan secara hingga 85C. Air dicampurkan ke dalam komponen lain tersebut dengan pengadukan, lalu dinginkan hingga 60C 6. oksida R/ Karbomer 934 P ZnO 20 % 0,8 % NaOH (larutan 10 %) 3,2 % Gel zinc

150 Air 76 % Hidrogen peroksida (larutan 30 %) Air murni Cara pembuatan : Air dipanakan hingga 40-50 F dan disimpan ditambahkan pada secara wadah perlahan pencampuran. Poloksamer F-127 dengan pengadukan yang baik kemudian pengadukan dilakukan 7. Gel sun Screening R/ Etanol Karbomer 940 1 % Gliseril-p-amino benzoat 3 % Monoisopropanolamin 0,09 % Air 52,91 % 53 % kembali hingga larutan terbentuk. Temperatur dijaga pada suhu 50 F. Tambahkan larutan hydrogen peroksida dingin secara perlahan dengan pengadukan yang baik. Lalu pindahkan ke dalam wadah dan disimpan dalam temperatur Cara pembuatan : Karbomer 940 didispersikan ke dalam alcohol dan giseril-p-amino benzoat dilarutkan ke dalm larutan. Secara perlahan isopropanolamin ditambahkan. dikocok Kemudian secara 9.Basis Clear Jelly R/ Na-alginat Metil paraben Gliserin Air murni Cara pembuatan : 25 % 3g 0,2 g 10 g 100 g perlahan-lahan ditambahkan air dan dengan seksama untuk udara, menghindari gel. 8. Gel hidroksi peroksida R/ Poloksamer F-127 penyerapan ruangan hingga cairan menjadi gel yang jernih.

10 % 65 %

Cara pembuatan : Karbomer didispersikan ke dalam air, kemudian ditambahakan NaOH dengan pengadukan yang lambat untuk menghindari udara. penyerapan Kemudian /penjerapan

tambahkan ZnO dan campurkan hingga homogen.

Natrium heksametafosfat 5 g

larutan akan jernih dan terbentuk

151 Metil paraben dilarutkan ke dalam gliserin dengan penambahan panas. Kemudian ditambahkan air ke dalm gliserin yang hangat dengan pengadukanm yang cepat, kemudian Natrium heksametafosfat dilarutkan ke dalam larutan. Lalu ditambahkan Na-alginat dengan pengadukan cepat yang kontinu hingga terl;arut sempurna. Wadah Gel 1. Gel lubrikan harus dikemas dalam tube dan harus disterilkan 2. Gel untuk penggunaan mata dikemas dalam tube steril. 6.5.2. Prosedur Pembuatan 1. 2. Timbang sejumlah gelling agent Gelling agent dikembangkan sesuai dengan yang dibutuhkan sesuai dengan caranya masingmasing 3. 4. Timbang zat aktif dan zat Tambahkan gelling agent yang dikembangkan ke dalam 6.6. EVALUASI GEL A. Evaluasi fisik 1. Penampilan Yang dilihat penampilan, warna dan bau. 2. Homogenitas Caranya: oleskan sedikit gel diatas kaca objek dan diamati susunan partikel yang terbentuk atau ketidak homogenan. 3. Viskositas/rheologi tambahan lainnya sudah 3. Gel untuk penggunaan pada kulit dapat dikemas dalam tube atau pot salep. 4. Wadah harus diisi cukup penuh dan kedap udara untuk mencegah penguapan. gel dan diisikan ke dalam tube sebanyak yang dibutuhkan 6. Ujung tube ditutup lalu diberi etiket dan dikemas dalam wa dah ynag dilengkapi brosur dan etiket

campuaran tersebut atau sebaliknya sambil diaduk terus-menerus hingga homogen tapi jangan terlalu kuat karena akan menyerap udara sehingga menyebabkan timbulnya gelembung udara dalam sediaan yang nantinya dapat mempengaruhi pH sediaan. 5. Gel yang sudah jadi dimasukkan ke dalam alat pengisi

152 Menggunakan Stromer Brookfield 4. Distribusi ukuran partikel Prosedur : sebarkan sejumlah gel yang membentuk lapisan tipis pada slide mikroskop Lihat di bawah mikroskop Suatu partikel tidak dapat bila ukurannya ditetapkan atau viscometer viscometer 10. Uji difusi bahan aktif dari sediaan gel Prinsip : Menguji difusi bahan aktif dari sediaan gel menggunakan suatu sel difusi dengan cara mengukur konsentrasi bahan aktif dalam cairan penerima pada selang waktu tertentu) 11. Stabilitas hal 507) 1 tube a. Yield dengan value suatu sediaan viskoelastis dapat ditentukan menggunakan penetrometer. Alat ini berupa logam kerucut atau jarum. Dalamnya kontak penetrasi dengan yang sudut sediaan dihasilkan dilihat dari gel (Dosage Form, disperse system vol.2

mendekati sumber cahaya Untuk cahaya putih, suatu mikroskop bisa dapat mengukur partikel 0,4 0,5 m. Dengan lensa khusus dan sinar UV, batas yang lebih rendah dapat diperluas sampai 0,1 5. Uji Kebocoran (FI IV Hal. 1096) 6. Isi minimum (FI IV hal.997) 7. Penetapan pH (FI IV hal 1039) 8. Uji pelepasan Bahan aktif dari sediaan gel Prinsip : pelepasan sediaan mengukur kecepatan bahan gel aktif dari cara dengan

diwawah suatu tekanan. Yield value ini dapat dihitung dengan rumus : So = SO K 1 .m.g p.n = yield value dan fasa gerak (g) g = percepatan gravitasi p = dalamnya penetrasi (cm)

m = massa kerucut

mengukur konsentrasi zat aktif dalam cairan penerima pada waktu-waktu tertentu

153 n = konstanta material mendekati 2 K1 = Cos 2 . cos 2 dines/cm mudah


2

pemisahan (Lachman)

atau

tidak

Manipulasi suhu: Gel dioleskan pada kaca objek dan dipanaskan pada suhu 30, 40, 50, 60, 70 C. Amati dengan bantuan indicator (seperti sudan merah) mulai suhu berapa terjadi pemisahan, makin tinggi suhu bearti makin stabil) B. Evaluasi kimia Identifikasi zat aktif (sesuai dengan monografi FI IV/kompendia lain) Penetapan kadar zat aktif (sesuai dengan monografi FI IV/kompendia lain) C. Evaluasi biologi Uji penetapan potensi antibiuotik (Lampiran FI IV hal 891)

Yield value antara 1001000 untuk Nilai menunjukkan kemampuan tersebar. ini sediaan dibawah

menunjukkan

terlalu lunak dan mudah mengalir., diatas nilai ini menunjukkan terlalu keras dan tidak dapat tersebar. b. Dilakukan uji dipercepat dengan : Agitasi atau sentrifugasi (Mekanik): Sediaan (sekitar Amati disentrifugasi 30000 apakah RPM). terjadi dengan kecepatan tinggi

You might also like