You are on page 1of 36

DEFINISI/PENGANTAR SOSIOLOGI

Sosiologi adalah pengetahuan atau ilmu tentang sifat masyarakat, perilaku masyarakat, dan perkembangan masyarakat. Sosiologi merupakan cabang Ilmu Sosial yang mempelajari masyarakat dan pengaruhnya terhadap kehidupan manusia. Sebagai cabang Ilmu, Sosiologi dicetuskan pertama kali oleh ilmuwan Perancis, August Comte. Comte kemudian dikenal sebagai Bapak Sosiologi. Namun demikian, sejarah mencatat bahwa mile Durkheim ilmuwan sosial Perancis yang kemudian berhasil melembagakan Sosiologi sebagai disiplin akademis. Sebagai sebuah ilmu, sosiologi merupakan pengetahuan kemasyarakatan yang tersusun dari hasil-hasil pemikiran ilmiah dan dapat di kontrol secara kritis oleh orang lain atau umum. Sosiologi merupakan sebuah istilah yang berasal dari kata latin socius yang artinya teman, dan logos dari kata Yunani yang berarti cerita, diungkapkan pertama kalinya dalam buku yang berjudul Cours De Philosophie Positive karangan August Comte (1798-1857). Sosiologi muncul sejak ratusan, bahkan ribuan tahun yang lalu. Namun sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari masyarakat baru lahir kemudian di Eropa.

Sejak awal masehi hingga abad 19, Eropa dapat dikatakan menjadi pusat tumbuhnya peradaban dunia, para ilmuwan ketika itu mulai menyadari perlunya secara khusus mempelajari kondisi dan perubahan sosial. Para ilmuwan itu kemudian berupaya membangun suatu teori sosial berdasarkan ciri-ciri hakiki masyarakat pada tiap tahap peradaban manusia. Dalam buku itu, Comte menyebutkan ada tiga tahap perkembangan intelektual, yang masingmasing merupakan perkembangan dari tahap sebelumya. Tiga tahapan itu adalah : 1. Tahap teologis; adalah tingkat pemikiran manusia bahwa semua benda di dunia mempunyai jiwa dan itu disebabkan oleh suatu kekuatan yang berada di atas manusia. 2. Tahap metafisis; pada tahap ini manusia menganggap bahwa didalam setiap gejala terdapat kekuatan-kekuatan atau inti tertentu yang pada akhirnya akan dapat diungkapkan. Oleh karena adanya kepercayaan bahwa setiap cita-cita terkait pada suatu realitas tertentu dan tidak ada usaha untuk menemukan hukum-hukum alam yang seragam. 3. Tahap positif; adalah tahap dimana manusia mulai berpikir secara ilmiah. Comte kemudian membedakan antara sosiologi statis dan sosiologi dinamis. Sosiologi statis memusatkan perhatian pada hukum-hukum statis yang menjadi dasar adanya masyarakat. Sosiologi dinamis memusatkan perhatian tentang perkembangan masyarakat dalam arti pembangunan.oe Rintisan Comte tersebut disambut hangat oleh masyarakat luas, tampak dari tampilnya sejumlah ilmuwan besar di bidang sosiologi. Mereka antara lain Herbert Spencer, Karl Marx, Emile Durkheim, Ferdinand Tnnies, Georg Simmel, Max Weber, dan Pitirim Sorokin(semuanya berasal dari Eropa). Masing-masing berjasa besar menyumbangkan beragam pendekatan mempelajari masyarakat yang amat berguna untuk perkembangan Sosiologi. * Herbert Spencer memperkenalkan pendekatan analogi organik, yang memahami

masyarakat seperti tubuh manusia, sebagai suatu organisasi yang terdiri atas bagian-bagian yang tergantung satu sama lain. * Karl Marx memperkenalkan pendekatan materialisme dialektis, yang menganggap konflik antar-kelas sosial menjadi intisari perubahan dan perkembangan masyarakat. * Emile Durkheim memperkenalkan pendekatan fungsionalisme yang berupaya menelusuri fungsi berbagai elemen sosial sebagai pengikat sekaligus pemelihara keteraturan sosial. * Max Weber memperkenalkan pendekatan verstehen (pemahaman), yang berupaya menelusuri nilai, kepercayaan, tujuan, dan sikap yang menjadi penuntun perilaku manusia. Definisi Sosiologi Berikut ini definisi-definisi sosiologi yang dikemukakan beberapa ahli. * Pitirim Sorokin Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala sosial (misalnya gejala ekonomi, gejala keluarga, dan gejala moral), sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan gejala non-sosial, dan yang terakhir, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial lain. * Roucek dan Warren Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompokkelompok. * William F. Ogburn dan Mayer F. Nimkopf Sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya, yaitu organisasi sosial. * J.A.A Von Dorn dan C.J. Lammers Sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang struktur-struktur dan proses-proses kemasyarakatan yang bersifat stabil. * Max Weber Sosiologi adalah ilmu yang berupaya memahami tindakan-tindakan sosial. * Selo Sumardjan dan Soelaeman Soemardi Sosiologi adalah ilmu kemasyarakatan yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial termasuk perubahan sosial. * Paul B. Horton Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan penelaahan pada kehidupan kelompok dan produk kehidupan kelompok tersebut.

* Soejono Sukamto Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan perhatian pada segi-segi kemasyarakatan yang bersifat umum dan berusaha untuk mendapatkan pola-pola umum kehidupan masyarakat. * William Kornblum Sosiologi adalah suatu upaya ilmiah untuk mempelajari masyarakat dan perilaku sosial anggotanya dan menjadikan masyarakat yang bersangkutan dalam berbagai kelompok dan kondisi. * Allan Jhonson Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari kehidupan dan perilaku, terutama dalam kaitannya dengan suatu sistem sosial dan bagaimana sistem tersebut mempengaruhi orang dan bagaimana pula orang yang terlibat didalamnya mempengaruhi sistem tersebut. Dari berbagai definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa : Sosiologi adalah ilmu yang membicarakan apa yang sedang terjadi saat ini, khususnya polapola hubungan dalam masyarakat serta berusaha mencari pengertian-pengertian umum, rasional, empiris serta bersifat umum Pokok bahasan sosiologi * Fakta sosial Fakta sosial adalah cara bertindak, berpikir, dan berperasaan yang berada di luar individu dan mempunya kekuatan memaksa dan mengendalikan individu tersebut. Contoh, di sekolah seorang murid diwajidkan untuk datang tepat waktu, menggunakan seragam, dan bersikap hormat kepada guru. Kewajiban-kewajiban tersebut dituangkan ke dalam sebuah aturan dan memiliki sanksi tertentu jika dilanggar. Dari contoh tersebut bisa dilihat adanya cara bertindak, berpikir, dan berperasaan yang ada di luar individu (sekolah), yang bersifat memaksa dan mengendalikan individu (murid). * Tindakan sosial Tindakan sosial adalah suatu tindakan yang dilakukan dengan mempertimbangkan perilaku orang lain. Contoh, menanam bunga untuk kesenangan pribadi bukan merupakan tindakan sosial, tetapi menanam bunga untuk diikutsertakan dalam sebuah lomba sehingga mendapat perhatian orang lain, merupakan tindakan sosial. * Khayalan sosiologis Khayalan sosiologis diperlukan untuk dapat memahami apa yang terjadi di masyarakat maupun yang ada dalam diri manusia. Menurut Wright Mills, dengan khayalan sosiologi, kita mampu memahami sejarah masyarakat, riwayat hidup pribadi, dan hubungan antara keduanya. Alat untuk melakukan khayalan sosiologis adalah troubles dan issues. Troubles adalah permasalahan pribadi individu dan merupakan ancaman terhadap nilai-nilai pribadi. Issues merupakan hal yang ada di luar jangkauan kehidupan pribadi individu. Contoh, jika suatu

daerah hanya memiliki satu orang yang menganggur, maka pengangguran itu adalah trouble. Masalah individual ini pemecahannya bisa lewat peningkatan keterampilan pribadi. Sementara jika di kota tersebut ada 12 juta penduduk yang menganggur dari 18 juta jiwa yang ada, maka pengangguran tersebut merupakan issue, yang pemecahannya menuntut kajian lebih luas lagi. * Realitas sosial Seorang sosiolog harus bisa menyingkap berbagai tabir dan mengungkap tiap helai tabir menjadi suatu realitas yang tidak terduga. Syaratnya, sosiolog tersebut harus mengikuti aturan-aturan ilmiah dan melakukan pembuktian secara ilmiah dan objektif dengan pengendalian prasangka pribadi, dan pengamatan tabir secara jeli serta menghindari penilaian normatif. Perkembangan sosiologi dari abad ke abad Perkembangan pada abad pencerahan Banyak ilmuwan-ilmuwan besar pada zaman dahulu, seperti Sokrates, Plato dan Aristoteles beranggapan bahwa manusia terbentuk begitu saja. Tanpa ada yang bisa mencegah, masyarakat mengalami perkembangan dan kemunduran. Pendapat itu kemudian ditegaskan lagi oleh para pemikir di abad pertengahan, seperti Agustinus, Ibnu Sina, dan Thomas Aquinas. Mereka berpendapat bahwa sebagai makhluk hidup yang fana, manusia tidak bisa mengetahui, apalagi menentukan apa yang akan terjadi dengan masyarakatnya. Pertanyaan dan pertanggungjawaban ilmiah tentang perubahan masyarakat belum terpikirkan pada masa ini. Berkembangnya ilmu pengetahuan di abad pencerahan (sekitar abad ke-17 M), turut berpengaruh terhadap pandangan mengenai perubahan masyarakat, ciri-ciri ilmiah mulai tampak di abad ini. Para ahli di zaman itu berpendapat bahwa pandangan mengenai perubahan masyarakat harus berpedoman pada akal budi manusia. Pengaruh perubahan yang terjadi di abad pencerahan Perubahan-perubahan besar di abad pencerahan, terus berkembang secara revolusioner sapanjang abad ke-18 M. Dengan cepat struktur masyarakat lama berganti dengan struktur yang lebih baru. Hal ini terlihat dengan jelas terutama dalam revolusi Amerika, revolusi industri, dan revolusi Perancis. Gejolak-gejolak yang diakibatkan oleh ketiga revolusi ini terasa pengaruhnya di seluruh dunia. Para ilmuwan tergugah, mereka mulai menyadari pentingnya menganalisis perubahan dalam masyarakat. Gejolak abad revolusi Perubahan yang terjadi akibat revolusi benar-benar mencengangkan. Struktur masyarakat yang sudah berlaku ratusan tahun rusak. Bangasawan dan kaum Rohaniawan yang semula bergemilang harta dan kekuasaan, disetarakan haknya dengan rakyat jelata. Raja yang semula berkuasa penuh, kini harus memimpin berdasarkan undang-undang yang di tetapkan. Banyak kerajaan-kerajaan besar di Eropa yang jatuh dan terpecah.

Revolusi Perancis berhasil mengubah struktur masyarakat feodal ke masyarakat yang bebas Gejolak abad revolusi itu mulai menggugah para ilmuwan pada pemikiran bahwa perubahan masyarakat harus dapat dianalisis. Mereka telah menyakikan betapa perubahan masyarakat yang besar telah membawa banyak korban berupa perang, kemiskinan, pemberontakan dan kerusuhan. Bencana itu dapat dicegah sekiranya perubahan masyarakat sudah diantisipasi secara dini. Perubahan drastis yang terjadi semasa abad revolusi menguatkan pandangan betapa perlunya penjelasan rasional terhadap perubahan besar dalam masyarakat. Artinya : * Perubahan masyarakat bukan merupakan nasib yang harus diterima begitu saja, melainkan dapat diketahui penyebab dan akibatnya. * Harus dicari metode ilmiah yang jelas agar dapat menjadi alat bantu untuk menjelaskan perubahan dalam masyarakat dengan bukti-bukti yang kuat serta masuk akal. * Dengan metode ilmiah yang tepat (penelitian berulang kali, penjelasan yang teliti, dan perumusan teori berdasarkan pembuktian), perubahan masyarakat sudah dapat diantisipasi sebelumnya sehingga krisis sosial yang parah dapat dicegah. Kelahiran sosiologi modern Sosiologi modern tumbuh pesat di benua Amerika, tepatnya di Amerika Serikat dan Kanada. Mengapa bukan di Eropa? (yang notabene merupakan tempat dimana sosiologi muncul pertama kalinya). Pada permulaan abad ke-20, gelombang besar imigran berdatangan ke Amerika Utara. Gejala itu berakibat pesatnya pertumbuhan penduduk, munculnya kota-kota industri baru, bertambahnya kriminalitas dan lain lain. Konsekuensi gejolak sosial itu, perubahan besar masyarakat pun tak terelakkan. Perubahan masyarakat itu menggugah para ilmuwan sosial untuk berpikir keras, untuk sampai pada kesadaran bahwa pendekatan sosiologi lama ala Eropa tidak relevan lagi. Mereka berupaya menemukan pendekatan baru yang sesuai dengan kondisi masyarakat pada saat itu. Maka lahirlah sosiologi modern. Berkebalikan dengan pendapat sebelumnya, pendekatan sosiologi modern cenderung mikro (lebih sering disebut pendekatan empiris). Artinya, perubahan masyarakat dapat dipelajari mulai dari fakta sosial demi fakta sosial yang muncul. Berdasarkan fakta sosial itu dapat ditarik kesimpulan perubahan masyarakat secara menyeluruh. Sejak saat itulah disadari betapa pentingnya penelitian (research) dalam sosiologi.

PERENCANAAN PROGRAM PROGRAM KOMUNIKASI PUBLIC RELATION

Oleh : Vedy Santoso Pendahuluan Public Relations yang diterjemahkan menjadi hubungan masyarakat (humas) mempunyai dua pengertian. Pertama, humas dalam artian sebagai teknik komunikasi atau technique of communication dan kedua, humas sebagai metode komunikasi atau method of communication (Abdurrahman, 1993: 10). Penggunaan teori dan metode humas seperti jurnalistik, propaganda, periklanan dan publisitas bertujuan untuk memunculkan dan membentuk pengertian ( good will ), dukungan, dan citra positif dari publiknya, baik internal maupun eksternal. Sehingga diperlukan perencanaan program PR yang cermat dan hati hati agar proses komunikasi yang terjadi dapat efektif. Public Relation merupakan pendekatan yang sangat strategis dengan menggunakan konsepkonsep komunikasi (Kasali, 2005:1). Menurut Frank Jefkins PR adalah semua bentuk komunikasi yang terencana, baik keluar maupun kedalam, antara suatu organisasi dengan semua khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan tujuan spesifik yang berdasarkan pada saling pengertian. Dalam makalah ini penulis akan membahahas mengenai program komunikasi dalam Public Relation baik yang berjangka panjang maupun berjangka pendek agar proses komunikasi yang terjadi dapat efektif dan tujuan dari Publik Relation dapat tercapai. Program Public Relation Langkah pertama dalam perencanaan program komunikasi adalah menganalisis dan merumuskan masalah yang dihadapi. Kemudian merumuskan strategi, di mana dilakukan pemilihan media atau saluran komunikasi yang tepat sesuai dengan siapa khalayak yang hendak dijangkau dan apa tujuan yang akan dicapai. Program PR atau humas dititik beratkan pada ( Ain Widjaja,1993:61 ) : 1. Program Pelayanan Program ini berupa pelayanan data atau informasi baik secara lisan maupun tertulis termasuk penyelenggaraan pameran. 2. Program Mediator Program ini berupa penerbitan berbagai media massa, penyelenggaraan konperensi pers, wisata pers, menjawab surat pembaca sampai menanggapi tajuk rencana yang negatif. 3. Program Dokumenter Program ini berupa pembuatan dokumentasi film, foto, transkip pidato dan lainya. Untuk melakukan perencanaan program program PR dapat menggunakan model perencanaan PR Enam langkah yang sudah diterima secara luas oleh praktisi PR professional sebgai berikut : 1. Pengenalan situasi 2. Penetapan tujuan 3. Definisi khalayak 4. Pemilihan media dan teknik teknik PR 5. Perencanaan anggaran 6. Pengukuran hasil Untuk memahami situasi yang ada perlu diadakan suatu penyelidikan melalui observasi atau

melalui studi informasi dan statistik. Salah satu metode yang paling sering digunakan oleh para praktisi PR adalah pengumpulan pendapat atau studi sikap ( Frank Jefkins,1998:61 ). Dengan cara melakukan wawancara kepada sejumlah reponden sampel yang mewakili khalayak yang dituju. Kemudian jawaban jawaban di kelompokan menurut kategori yang telah ditetapkan. Misalnya sampel itu dibentuk berdasarkan jenis kelamin, status perkawinan, umur, latar belakang pendidikan dan status ekonomi sosial. Selain itu masih banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengenali situasi seperti peantauan berita berita yang ada di media massa, tinjauan terhadap angka grafik penjualan dari laporan tahunan, keluhan konsumen, sampai dengan kajian secara mendalam terhadap berbagai kekuatan pasar mulai dari yang bersifat ekonomis, social hingga yang berdimensi politis. Setelah memahami situasi yang ada, tahap selanjutnya adalah menetapkan tujuan. Akan tetapi mengingat jenis dan karakter organisasi yang bermacam macam, maka tujuanya pun bervariasi. Sehingga tidak semua tujuan yang diinginkan dapat tercapai. Salah satu solusi untuk mengatasinya adalah dengan menentukan skala prioritas yang paling dibutuhkan untuk mengubah citra umum dimata khalayak. Khalayak ( public ) adalah kelompok atau orang orang yang berkomunikasi dengan suatu organisasi, baik secara internal maupun eksternal ( Frank Jefkins, 1998:80 ). Setiap organisasi memiliki sendiri khalayak khususnya. Kepada khalayak yang terbatas itulah suatu organisasi menjalin komunikasi. Dalam buku Public Relations karangan Franks Jefkins menjelaskan terdapat sepuluh khalayak yang sering menjadi subyek khalayak dari berbagai macam organisasi secara umum. Kesepuluh khalayak tersebut adalah : 1. Masyarakat luas 2. Calon pegawai atau anggota 3. Para pegawai atau anggota 4. Pemasok jasa 5. Para investor 6. Para distributor 7. Konsumen pemakai produk organisasi 8. Para pemimpin pendapat umum 9. Serikat serikat pekerja 10. Media massa Pemilihan media komunikasi dan teknik PR Setelah mengetahui secara jelas dari khalayak serta hasil yang akan dicapai, kemudian memilih media yang cocok untuk mendukung terjadinya komunikasi yang efektif antara suatu organisasi dengan khalayaknya. Media media utama bagi kegiatan PR diantaranya : 1. Media pers (press). Media ini terdiri dari berbagai macam koran yang beredar dimasyarakat secara umum, baik bersekala regional atau nasional bahkan Internasional. Contonya adalah Koran koran gratis, majalah majalah organisasi, buku buku petujuk khusus, buku buku tahunan dan laporan laporan dari berbagai berbagai lembaga yang sengaja dipublikasikan untuk umum. 2. Audio Visual. Media ini terdiri dari slide dan kaset video 3. Radio. Kategori ini meliputi semua jenis radio, mulai dari yang skala lokal, nasional hingga internasional. 4. Televisi. Sama halnya dengan radio televisi sering digolongkan sebagai media PR . 5. Pameran (exhibition). Dalam melaksanakan suatu program atau kampanye PR, para praktisi PR juga sering memanfaatkan acara eksibisi atau pameran . 6. Bahan bahan cetakan (printed material). Yakni berbagai macam bahan cetakan yang bersifat mendidik, informatif, dan menghibur yang disebarkan dalam berbagai bentuk guna

mencapai tujuan PR. 7. Penerbitan buku khusus (sponsored books). Isi buku ini bisa bemacam macam, misalnya buku petunjuk penggunaan produk yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan. 8. Surat langsung. (direct mail). Media ini lazim pula digunakan sebagai alat penyampai pesan PR. 9. Pesan pesan lisan (spoken word). Penyampaian pesan PR tidak hanya dilakukan melalui media massa tapi juga bisa melalui komunikasi langsung atau tatap muka. 10. Pemberian sponsor (sponsorship). Suatu organisasi atau perusahaan bisa pula menjalankan kegiatan PR-nya melalui penyediaan dana atau dukungan tertentu atas penyelenggaraan suatu acara seni, olahraga, ekspedisi, beasiswa, sumbangan amal, dan lain sebagainya. 11. Jurnal organisasi (house jurnals). Istilah jurnal organisasi juga sering disebut sebagai jurnal internal, bulletin terbatas, atau Koran perusahaan. 12. Ciri khas (house style) dan identitas perusahaan (corporateidentity). Bentuknya bisa bermacam macam, tergantung pada bentuk dan karakter organisasinya. 13. Bentuk bentuk media PR lainya. Selain diatas masih banyak lagi bentuk bentuk media PR. Seiring dengan kemajuan jaman dan teknologi contonya dengan membuat website organisasi pembagian stiker organisasi dan lain lain. Anggaran biaya perencanaan Penyusunan biaya atau penganggaran (budgeting) dilakukan departemen PR dilakukan untuk meramalkan seberapa banyak dana yang diperlukan untuk membiayai suatu program PR. Sehingga dapat diketaahui program program mana saja yang dapat dilaksanakan dengan jumlah dana yang tersedia. Pengukuran Keberhasilan Program Monitoring dan evaluasi memang bertujuan untuk mengukur seberapa jauh pencapaian tujuan berhasil dilakukan. Namun hasil-hasil evaluasi tersebut juga menjadi bahan yang amat berharga untuk penyempurnaan program komunikasi PR yang akan dilaksanakan pada masa berikutnya. Terdapat dua macam hasil dari PR, yaitu hasil kualitatif dan hasil kuantitatif. Pada umumnya hasil hasil dari kegiatan PR bersifat kualitatif, artinya hasil tersebut tidak bisa diukur secara statistik, melainkan diukur melalui pengalaman dan perbandingan nyata. Sedangkan hasil kuantitatif adalah suatu hasil yang bisa di ukur secara statistik berdasarkan angka angka. Keberhasilan suatu kegiata PR antara lain dapat diukur berdasarkan total pertanyaan dari para calon koonsumen, yang jika terus berkembang akan mendapat perhatian dan kepercayaan dari konsumen sampai akhirnya menjadi transaksi penjualan. Selain itu ada beberapa hal pokok mengenai penggukuran hasil program PR diantaranya : a. Teknik teknik penelitian yang digunakan untuk mengenali situasi sering kali juga di manfaatkan guna mengevaluasi berbagai hasil yang telah dicapai kegiatan PR. Metode pengumpulan pendapat (opinion poll) atau uji sikap (attitude test) yang lazim digunakan oleh para praktisi PR. b. Metode metode evaluasi hasil biasanya diterapkan pada tahapan perencanaan. Namun dapat pula dilakukan selama berlangsungnya proses pelaksanaan program PR. c. Setiap program PR harus memiliki tujuan yang pasti. Untuk mencapinya perlu juga adanya target target tertentu. Hasil evaluasi hendaknya segera dilaporkan oleh pelaksana evaluasi, sehingga pimpinan dan pelaksana program dapat mengambil langkah dan tindakan segera untuk memperbaiki program PR. Karena salah satu karakter dari PR adalah kegiatan yang dilakukan terus menerus untuk mendapatkan good will dari khalayaknya. Kesimpulan Perencanaan program komunikasi PR merupakan kegiatan awal untuk tercapainya program

PR demi mendapatkan pengertian positif dari Khalayaknya. Sehingga saat kegiatan PR berlangsung dengan anggaran biaya yang terkendali. Selain itu pemilihan media komunikasi yang tepat juga menjadi pertimbangan yang harus di teliti secara mendalam agar proses komunikasi dapat terjadi secara efelktif. (Perencanaan dan Strategi Dalam Sistem Komunikasi) Para perencana cenderung berpikir bahwa menghasilkan poster dan film video atau menjalankan suatu program komunikasi pembangunan adalah solusi untuk masalah yang berakar dari perilaku/kebiasan-kebiasan hidup yang tidak lestari. Inisiatif yang tidak terencana dan yang tidak terintegrasi dalam suatu strategi komunikasi menyeluruh, hanya akan menghasilkan harapah-harapan kosong. Itu sebabnya suatu proyek harus mendefinisikan sebelumnya mengenai apa dan untuk siapa informasi dimaksud dan bagaimana penerima seharusnya menerjemahkannya dalam komunikasi dan tindakan. Cara tebaik mencapai ini adalah melalui suatu strategi komunikasi yang sistematis dan menyeluruh seperti yang di gambarkan dalam 10 langkah strategi komunikasi.Penggunaan komunikasi secara sistematis adalah sangat penting, bukan hanya implementasi proyek, tetapi juga penetapan kebijakan /program yang dibentuk untuk meningkatkan partisipasi dalam dukungannya terhadap pembangunan berkelanjutan. Komunikasi adalah proses dua arah dimana kombinasi alur informasi dan pengalaman dari atas dan dari bawah untuk menganalisa suatu keadaan, menentukan suatu karakteristik strategi, serta persoalan kunci yang harus ditangani unutk mendapatkan gabungan terbaik dari instrument kebijakan. Undangundang yang di buat secara seksama, Insentif ekonomis, atau solusi teknologi tidak akan berfungsi sebelum masyarakat terkait diinformasikan, ditanyakan pendapatnya, dan akhirnya mendapatkan kepemilikan atas perubahan dan intervensi yang dimulai untuk mengatasi persoalan yang ditangani. Secara umum, strategi komunikasi dilakukan melalui 10 tahapan / langkah yaitu : 1.Analisa program/ masalah 2.Analisa situasi 3.Analisa khalayak 4.Tujuan komunikasi 5.Strategi komunikasi 6.Perencanaan Pengembangan kegiatan komunikasi 7.Produksi dan uji coba media 8.Penggunaan media 9.Monitoring dan sistem pengelolaan informasi 10.Evaluasi dan analisa masalah Diwarta - Lintas post ANALISA PROGRAM / MASALAH Media yang dikembangkan seharusnya merupakan bagian terpadu dari suatu program yang lebih besar, karena media adalah alat bantu dalam komunikasi program. Kegiatan awal yang harus dilakukan sebelum sampai kepada pengembangan media adalah menganalisa konteks program. Dalam tahap ini, isu-isu dan masalah-masalah yang ingin dipecahkan oleh program, dipelajari dengan seksama. Media-media yang akan dikembangkan nantinya, seharusnya merupakan alat bantu bagi sebagian dari permasalahan yang akan dipecahkan. ANALISA SITUASI Media-media yang dikembangkan, tidak dapat berlaku umum di semua tempat, semua orang, dan setiap waktu. Program biasanya memiliki wilayah layanan tertentu sebagai fokus utama

program, dalam memecahkan permasalahan. Karenanya media-media yang akan dikembangkan, haruslah ditujukan kepada wilayah layanan program ini. Agar media-media ini tepat guna dan di terima oleh kelompok sasaran yang dilayani oleh program, maka mediamedia haruslah dikembangkan sesuai karakteristik wilayah layanan program. Analisa situasi diperlukan untuk memperoleh data-data mengenai wilayah program, sehubungan dengan kebutuhan kegiatan komunikasi. ANALISA KHALAYAK Tujuan program untuk memecahkan masalah tertentu pada wilayah tertentu, haruslah memperhatikan karakteristik kelompok sasaran. Komunikasi yang dilakukan oleh program bertujuan unutk mempersempit atau bahkan meniadakan kesenjangan-kesenjangan informasi, pengetahuan, sikap ataupun perilaku. Data-data mengenai kondisi awal kelompok sasaran dalam hal kesenjangan informasi, pengetahuan, sikap dan perilaku merupakan modal awal dalam menentukan tujuan komunikasi, Tanpa data-data ini, program tidak pernah tahu seberapa besar perubahan yang terjadi nanti. TUJUAN KOMUNIKASI Permasalahanpermasalahan mendasar yang ada pada kelompok sasaran, biasa merupakan kepedulian utama dari program. Karenanya kegiatan-kegiatan komunikasi dalam suatu program, diarahkan unutk mencapai suatu perubahan dari kondisi awal. Demi efisiensi dan efektifitas tujuan komunikasi harus di rumuskan dengan jelas. Program harus memiliki tujuan komunikasi yang dapat dicapai, dimana hasilnya dapat di amati dan di ukur. Tujuan komunikasi inilah yang kemudian akan menjadi modal awal dalam kegiatan pengembangan media. STRATEGI KOMUNIKASI Tujuan komunikasi yang telah ditentukan oleh program, biasanya masih terlalu besar untuk dapat dituangkan kedalam media. Suatu program dapat memiliki beberapa tujuan komunikasi. Sedangkan suatu tujuan komunikasi belum tentu dapat dituangkan kedalam satu media saja. Sering kali, untuk mencapai suatu tujuan komunikasi diperlukan beberapa media yang saling melengkapi dan saling menguatkan. Karena program harus memikirkan strategi komunikasi yang akan digunkan dala mencapai tujuan komunikasi. PERENCANAAN KEGIATAN PENGEMBANGAN MEDIA Program memiliki kepentingan atas terpenuhinya jadwal penyelesaian pekerjaan, karena tujuan yang ingi di capai oleh program juga memiliki target waktu. Dengan adanya strategi komunikasi, pelaksanaan program akan dengan mudah melakukan perencanaan kegiatan pengembangan media. Apabila media-media komunikasi dibutuhkan pada saat bersamaan ataupun berdekatan, program harus yakin bahwa kegiatan pengembangan media harus selesai pada saat yang telah dijadwalkan. PRODUKSI DAN UJICOBA MEDIA Pengembangan media sebagai kegiatan teknis, harus berdasarkan kepada acuan-acuan yang telah dikembangkan sebelumnya. Dalam tahap ini, semua hasil kegiatan pada tahap sebelumnya, dibutuhkan untuk pengembangan media. Produksi dan ujicoba media adalah tahapan dimana suatu media dikembangkan mulai dari pengembangan pesan-pesan utama, pengembangan naskah, pengembangan visualisasi, penataan letak, ujicoba, pencetakan dan penggandaan media dilakukan didalamnya.

Atau, untuk media tradisional, mulai daari pengembangan pesan-pesan utama, pengembangan naskah, pengembangan dramaturgi, latihan hingga pementasan. PENGGUNAAN MEDIA Media yang telah selesai dikembangkan, akan sia-sia jika tidak digunakan sesuai dengan tujuan pengembangannya dan strategi komunikasi yang telah dikembangkannya. Program harus dapat menjamin bahwa media yang telah dikembangkan digunakan sebagai peruntukannya, apabila menginginkan tercapainya tujuan komunikasi. Penggunaan media biasanya bukanlah orang-orang yang mengembangkan media. Karenanya, program perlu pengembangan suatu panduan penggunaan media untuk menjamin berjalannya strategi komunikasi dan terjadinya komunikasi dengan menggunakan media itu sendiri. MONITORING DAN SISTEM PENGELOLAAN INFORMASI Kegiatan-kegiatan komunikasi yang dilakukan sesuai strategi komunikasi yang dikembangkan, belum tentu dapat mencapai tujuan komunikasi yang telah ditetapkan. Sedetil apapun dan secermat apapun perencanaan yang dikembangkan. Selalu saja diperlukan adanya penyesiaian-penyesuaian. Untuk dapat menjamin tercapainya tujuan komunikasi, program harus melakukan pemantauan atas kegiatan-kegiatan komunikasi yang dilakukan sambil terus mengamati perubahan-perubahan yang terjadi. Adanya perubahan situasi, dapat saja memepengaruhi efektivitas dan efisiensi kegiatan komunikasi. Tanpa adanya mekanisme pemantauan dan pengelolaan informasi, program akan mengalami kesulitan untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian dalam waktu singkat. Program di tintut untuk mengenmbangkan mekanisme pengelolaan informasi dan mekanisme pemantauan, agar penyimpangan penyimpangan yang terjadi di lapangan dapat diketahui sesegera mungkin untuk dapat dilakukan pengambilan keputusan penyesuaian. EVALUASI DAN ANALISA MASALAH Evaluasi merupakan kegiatan pengukuran secara sistematis yang dilakukan oleh program, untuk menilai sejauh mana keberhasilan program dalam mencapai tujuannya. Evaluasi secara keseluruhan juga akan mencakup evaluasi terhadap kajian di bidang kegiatan komunikasi. Dalam hal ini, biasanya pertanyaan pertanyaan evaluasi diarahkan unutk mengetahui untuk apakah kelompok sasaran/ khalayak telah terjangkau oleh program; apakah terdapat perubahan pada kelopmpok sasaran/ khalayak (pengetahuan, sikap ataupun perilaku); sejauh mana perubahan terjadi; mengapa terjadi atau tidak terjadi perubahan dan sebagainya. Secara alami, program tidak akan mungkin memecahkan semua masalah yang ada pada suatu kelompok sasaran di suatu wilayah dalam satu waktu. Permasalahan yang belum terpecahkan akan di kaji ulang dan akan di coba carikan jalan keluarnya. Jika permasalahan berhasil dipecahkan, akan muncul permasalahan lainnya yang menjadi penting untuk dipecahkan. Program akan bergerak maju, unutk memecahkan masalah-masalah berikutnya. Pada tahap ini, kegiatan evaluasi sebenarnya merupakan bagian dari kegiatan analisa program/ masalah (tahap pertama) untuk program berikutnya

APLIKASI FILSAFAT DALAM ILMU KOMUNIKASI Oleh Tine Silvana R* Media massa telah menjadi fenomena tersendiri dalam proses komunikasi massa dewasa ini bahkan ketergantungan manusia pada media massa sudah sedemikian besar. Media komunikasi massa abad ini yang tengah digandrungi masyarakat adalah televisi. Joseph Straubhaar & Robert La Rose dalam bukunya Media Now, menyatakan; the Avarege Person spend 2600 Hours per years watcing TV or listening to radio. That,s 325 eight-hourdays, a full time job. We spend another 900 hours with other media, including, newpaper, books, magazines, music, film, home video, video games and the internet, that about hours of media use more time than we spend on anything else, including working or sleeping (straubhaar & La Rose, 2004 : 3)

Di Indonesia berdasarkan survey Ac Nielsen di tahun 1999 bahwa 61% sampai 91% masyarakat Indonesia suka menonton televisi, hasil ini lebih lanjut dijelaskan bahwa hampir 8 dari 10 orang dewasa di kota-kota besar menonton televisi setiap hari dari 4 dari 10 orang mendengarkan radio ( Media Indonesia, 16- Nopember 1999). Hal ini menunjukkan bahwa menonton televisi merupakan aktivitas utama masyarakat yang seakan tak bisa ditinggalkan. Realitas ini sebuah bukti bahwa televisi mempunyai kekuatan menghipnotis pemirsa, sehingga seolah-olah televisi telah mengalienasi seseorang dalam agenda settingnya.

Perkembangan pertelevisian di Indonesia dua tahun terakhir ini memang amat menarik, televisi-televisi swasta bermunculan melengkapi dan memperkaya TV yang sudah ada. Tercatat lebih dari 17 TV yang ada di Indonesia adalah TVRI, RCTI, SCTV, TPI, AN-TV, Indosiar, Trans-TV, Lativi, TV-7, TV Global, dan Metro TV ditambah TV-TV lokal seperti Bandung TV, STV, Padjadjaran TV dan sebagainya. Fenomena ini tentu saja menggembirakan karena idealnya masyarakat Indonesia memiliki banyak alternatif dalam memilih suguhan acara televisi.

Namun realitasnya, yang terjadi adalah stasiun-stasiun TV di Indonesia terjebak pada selera pasar karena tema acara yang disajikan hampir semua saluran TV tidak lagi beragam tetapi seragam di mana informasi yang sampai kepada publik hanya itu-itu saja tidak menyediakan banyak alternatif pilihan. Beberapa format acara TV yang sukses di satu stasiun TV acapkali diikuti oleh TV-TV lainnya, hal ini terjadi hampir pada seluruh format acara TV baik itu berita kriminal dan bedah kasus, tayangan misteri, dangdut, film india, telenovela, serial drama Asia, Infotainment, dan lain-la_ *) Dosen pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Media watch mencatat bahwa selama ini atas nama mekanisme pasar, pilihan format isi pertelevisian tak pernah lepas dari pertimbangan tuntunan khalayak menurut perspektif

pengelola. Berbagai program acara dibuat hanya untuk melayani kelompok budaya mayoritas yang potensial menguntungkan, sementara kelompok minoritas tersisihkan dari dunia simbolik televisi.

Ukuran televisi hanya dilihat berdasarkan rating tidak memperhatikan faktor fungsional, akibatnya ada kelompok masyarakat yang dapat menikmati berbagai stasiun TV karena berada di wilayah yang berpotensi, tapi ada masyarakat yang tak terlayani sama sekali atau menangkap acara televisi namun isinya secara kultural tidak sesuai dengan kebutuhan mereka.

Keadaan ini sebelumnya terjadi juga pada negara adi kuasa seperti Amerika Serikat penelitian di negara ini menunjukkan bahwa surat kabar dan televisi mengarahkan sasaran liputan mereka terutama pada kelompok elite dan tak memperdulikan sebagian besar warga (Kovach, 2003:66) dalam pemenuhan fungsi informasi dan hiburan belakangan ini, TV-TV gencar menayangkan berita-berita yang disebut dengan infotainment. Kehadiran infotainment amat mewarnai program-program acara di televisi bahkan menempati posisi rating tertinggi yang berarti acara-acara model seperti ini amat digemari oleh masyarakat. Pengiklan pun tak urung berbondongbondong memasang iklan pada setiap tayangannya tentu saja semakin mamacu pengelola media untuk berloma-lomba membuat heboh acara infotainment yang dikemasnya.

Dipelopori oleh tayangan kabar-kabari lima tahun silam di RCTI, saat ini tidak kurang dari 50 judul acara serupa muncul menyebar di semua stasiun TV termasuk TVRI bahkan Metro TV. Semua format yang tampil mengatasnamakan infotainment sebagai penggabungan dari kata Information dan Entertainment (Informasi dan Hiburan) wujudnya merupakan paket tayangan informasi yang dikemas dalam bentuk hiburan & informasi yang menghibur.

Jika kita cermati tampaknya tayangan-tayangan infotainment yang mengklaim sebagai sebuah produk jurnalisme seringkali berorientasi bukan pada efek yang timbul dalam masyarakat tetapi produk komersial tersebut apakah mampu terjual dan mempunyai nilai ekonomis atau tidak, sehingga tidak memperhatikan apa manfaatnya bagi pemirsa ketika menginformasikan adegan syur Mayangsari Bambang Soeharto, exploitasi kawin cerai para selebritis, konflik, gaya hidup, serta kebohongan publik yang kerap digembargemborkan oleh kalangan selebritis.

Fenomena ini menandakan satu permasalahan di dalam kehidupan nilai-nilai filosofis televisi di Indonesia. Televisi Indonesia semakin hari semakin memperlihatkan kecenderungan mencampuradukan berita dan hiburan melalui format tayangan infotainment. Kebergunaan berita menjadi berkurang bahkan menyimpang. Hal ini disebabkan di antaranya oleh tekanan pasar yang makin meningkat.

1. Kerangka Teoritis Louis O. Katsoff dalam bukunya Elements of Philosophy menyatakan bahwa kegiatan filsafat merupakan perenungan, yaitu suatu jenis pemikiran yang meliputi kegiatan meragukan segala sesuatu, mengajukan pertanyaan, menghubungkan gagasan yang satu dengan gagasan yang lainnya, menanyakan mengapa mencari jawaban yang lebih baik ketimbang jawaban pada pandangan mata. Filsafat sebagai perenungan mengusahakan kejelasan, keutuhan, dan keadaan memadainya pengetahuan agar dapat diperoleh pemahaman. Tujuan filsafat adalah mengumpulkan pengetahuan manusia sebanyak mungkin, mengajukan kritik dan menilai pengetahuan ini. Menemukan hakekatnya, dan menerbitkan serta mengatur semuanya itu dalam bentuk yang sistematik. Filsafat membawa kita kepada pemahaman & pemahaman membawa kita kepada tindakan yang lebih layak. Tiga bidang kajian filsafat ilmu adalah epistemologis, ontologis, dan oksiologis. Ketiga bidang filsafat ini merupakan pilar utama bangunan filsafat.

Epistemologi: merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal, sifat, metode, dan batasan pengetahuan manusia yang bersangkutan dengan kriteria bagi penilaian terhadap kebenaran dan kepalsuan. Epistemologi pada dasarnya adalah cara bagaimana pengetahuan disusun dari bahan yang diperoleh dalam prosesnya menggunakan metode ilmiah. Medode adalah tata cara dari suatu kegiatan berdasarkan perencanaan yang matang & mapan, sistematis & logis.

Ontologi: adalah cabang filsafat mengenai sifat (wujud) atau lebih sempit lagi sifat fenomena yang ingin kita ketahui. Dalam ilmu pengetahuan sosial ontologi terutama berkaitan dengan sifat interaksi sosial. Menurut Stephen Litle John, ontologi adalah mengerjakan terjadinya pengetahuan dari sebuah gagasan kita tentang realitas. Bagi ilmu sosial ontologi memiliki keluasan eksistensi kemanusiaan.

Aksiologis: adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan nilai seperti etika, estetika, atau agama. Litle John menyebutkan bahwa aksiologis, merupakan bidang kajian filosofis yang membahas value (nilai-nilai) Litle John mengistilahkan kajian menelusuri tiga asumsi dasar teori ini adalah dengan nama metatori. Metatori adalah bahan spesifik pelbagai teori seperti tentang apa yang diobservasi, bagaimana observasi dilakukan dan apa bentuk teorinya. Metatori adalah teori tentang teori pelbagai kajian metatori yang berkembang sejak 1970 an mengajukan berbagai metode dan teori, berdasarkan perkembangan paradigma sosial. Membahas hal-hal seperti bagaimana sebuah knowledge itu (epistemologi) berkembang. Sampai sejauh manakah eksistensinya (ontologi) perkembangannya dan bagaimanakah kegunaan nilai-nilainya (aksiologis) bagi kehidupan sosial. Pembahasan ; Berita infotainment dalam kajian filosofis. Kajian ini akan meneropong lingkup persoalan di dalam disiplin jurnalisme, sebagai sebuah bahasan dari keilmuan komunikasi, yang telah mengalami degradasi bias tertentu dari sisi epistemologis, ontologis bahkan aksiologisnya terutama dalam penyajian berita infotainment di televisi.

2. Kajian Aspek Epistemologis: Dalam berita hal terpenting adalah fakta. Pada titik yang paling inti dalam setiap pesannya pelaporan jurnalisme mesti membawa muatan fakta. Setiap kepingan informasi mengimplikasikan realitas peristiwa kemasyatakatan. Tiap pesan menjadi netral dari kemungkinan buruk penafsiran subyektif yang tak berkaitan dengan kepentingan kepentingan kebutuhan masyarakat. Charnley (1965 : 22.30) mengungkapkan kunci standardisasi bahasa penulisan yang memakai pendekatan ketepatan pelaporan faktualisasi peristiwa, yaitu akurat, seimbang, obyektif, jelas dan singkat serta mengandung waktu kekinian. Hal-hal ini merupakan tolok ukur dari The Quality of News dan menjadi pedoman yang mengondisikan kerja wartawan di dalam mendekati peristiwa berita & membantu upaya tatkala mengumpulkan & mereportase berita. Secara epistemologis caracara memperoleh fakta ilmiah yang menjadi landasan filosofis sebuah berita infotainment yang akan ditampilkan berdasarkan perencanaan yang matang, mapan, sistematis & logis.

3. Kajian Aspek Ontologis Dalam kajian berita infotainment ini bahasan secara ontologis tertuju pada keberadaan berita infotainment dalam ruang publik. Fenomena tentang berita infotainment bukan gejala baru di dunia jurnalisme. Pada abad 19, pernah berkembang jurnalisme yang berusaha mendapatkan audiensnya dengan mengandalkan berita kriminalitas yang sensasional, skandal seks, hal-hal, yang menegangkan dan pemujaan kaum selebritis ditandai dengan reputasi James Callender lewat pembeberan petualangan seks, para pendiri Amerika Serikat, Alexande Hamilton & Thomas Jeferson merupakan karya elaborasi antara fakta dan desus-desus. Tahun itu pula merupakan masa kejayaan William Rudolf Hearst dan Joseph Pulitzer yang dianggap sebagai dewa-dewa Jurnalisme kuning.

Fenomena jurnalisme infotainment kembali mencuat ketika terjadi berita hebohnya perselingkuhan Presiden Amerika Bill Clinton- Lewinsky. Sejak saat itu seakan telah menjadi karakteristik pada banyak jaringan TV di dunia. Di Indonesia, fenomena ini juga bukan terbilang baru. Sejak zaman Harmoko (Menteri Penerangan pada saat itu) banyak surat kabarsurat kabar kuning muncul & diwarnai dengan antusias masyarakat. Bahkan ketika Arswendo Atmowiloto menerbitkan Monitor semakin membuat semarak Jurnalisme kuning di Indonesia. Pasca Orde Baru ketika kebebasan pers dibuka lebar-lebar semakin banyak media baru bermunculan, ada yang memiliki kualitas tetapi ada juga yang mengabaikan kualitas dengan mengandalkan sensasional, gosip, skandal dan lain-lain. Ketika tayangan Cek & Ricek dan Kabar Kabari berhasil di RCTI, TV lainnya juga ikut-ikut menayangkan acara gosip. Dari sinilah cikal bakal infotainment marak di TV kita. Fenomena infotainment merupakan hal yang tidak bisa terhindarkan dari dunia jurnalisme kita. Pada realitasnya ini banyak disukai oleh masyarakat dengan bukti rating tinggi (public share tinggi)

4. Kajian pada aspek aksiologis Secara aksiologis kegunaan berita infotainment dititik beratkan kepada hiburan. Pengelola acara ini menarik audiens hanya dengan menyajikan tontonan yang enak dilihat sebagai sebuah strategi bisnis jurnalisme. Hal ini akan berdampak pada menundanya selera dan harapan sejumlah orang terhadap sesuatu yang lain. Ketika etika infotainment telah salah langkah mencoba untuk menyaingkan antara berita & hiburan. Padahal nilai dan daya pikat berita itu berbeda, infotainment pada gilirannya akan membentuk audiens yang dangkal karena terbangun atas bentuk bukan substansi.

Pengelola media melalui berita infotainment terkadang tidak lagi mempertimbangkan moral sebagai pengontrol langkah mereka sehingga begitu mengabaikan kepentingan masyarakat.Hal itulah yang terjadi dengan berita infotainment di Indonesia, beberapa kaidah yang semestinya dijalankan malah diabaikan demi kepentingan mengejar rating dan meraup keuntungan dari pemasang iklan.

DAFTAR PUSTAKA

Andersen., Kenneth E., 1972, Introduction to Communication Theory and Practice, Philippines: Cumming Publ Company. Anshari., Endang Saefuddin, 1991. Ilmu Filsafat dan Agama, PT. Bina Ilmu, Surabaya. Asante., Molefi Kete, 1989, Handbook of International and Intercultural Communication, California: sage Publ Inc. Bagus., Lorens, 1991, Metafisika, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Berger., Charles R., 1987, Handbook of Communication Science, California: Sage publ Inc. Cobley., Paul, 1996, The Communication Theory Reader, London: Routledge. DeFleur., Melvin L., 1985, Understanding Mass Communication, Boston: Houghton Mifflin Company. Effendy., Onong Uchjana, 2000, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, Penerbit PT. Citra Aditya Bakti, Bandung. Fisher., B. Aubrey, 1987, Interpersonal Communication: Pragmatics of Human Relation 2 nd ed., McGraw-Hill

Little John., Stephen W., 1996, Theories of Human Communication, Ohio: Charles E. Merril Company Muhadjir., Noeng, 1998, Filsafat Ilmu Telaah Sistematis Fungsional Komparatif, Rake Sarasin, Yogyakarta

Mulyana., Deddy, 2002, Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya, PT. Rosdakarya, Bandung Mulyana., Deddy, 2001, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, PT. Rosdakarya, Bandung Poerwadarminta., W.J.S, 1985, Kamus Umum Bahasa Indonesia, PN. Balai Pustaka, Jakarta Susanto., Astrid S, 1976, Filsafat Komunikasi, Penerbit Binacipta, Bandung. Suriasumantri, Jujun S, 1985, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Penerbit Sinar Harapan, Jakarta Syam., Nina Winangsih, Rekonstruksi Ilmu Komunikasi Perspektif Pohon Komunikasi dan Pergeseran Paradigma Komunikasi Pembangunan Dalam Era Globalisasi. Pidato Pengukuhan Guru Besar Dalam Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran pada tanggal 11 September 2002

PERENCANAAN DAN PENGELOLAAN KOMUNIKASI

PENDAHULUAN Komunikasi adalah suatu ketrampilan penting yang dibutuhkan dalam manajemen. Kegiatan komunikasi pada prinsipnya adalah aktivitas pertukaran ide atau gagasan. Secara sederhana, kegiatan komunikasi dipahami sebagai kegiatan penyampaian dan penerimaan pesan/ ide dari satu pihak ke pihak lain, dengan tujuan untuk mencapai kesamaan pandangan atas ide yang dipertukarkan tersebut. Dalam sejarahnya, ilmu komunikasi dikembangkan oleh ilmuwan dari berbagai disiplin ilmu. Sehingga para ilmuwan tersebut mendifinisikan komunikasi menurut sudut pandang mereka masing-masing. Sarah Trenholm dan Arthur Jensen dalam Wiryanto (2004) mendifinisikan komunikasi adalah suatu proses dimana sumber mentransmisikan pesan kepada penerima melalui beragam saluran. Sedangkan menurut Hoveland dalam Wiryanto (2004) komunikasi adalah proses dimana individu mentransmisikan stimulus untuk mengubah perilaku individu yang lain.

Gode dalam Wiryanto (2004) memberi pengertian mengenai komunikasi adalah suatu proses yang membuat kebersamaan bagi dua atau lebih yang semula monopoli oleh satu atau beberapa orang. Raymon S. Ross dalam Wiryanto (2004) mendefinisikan komunikasi sebagai suatu proses menyortir, memilih, dan mengirimkan simbol-simbol sedemikian rupa sehingga membantu pendengar membangkitkan makna atau respons dari pikirannya yang serupa dengan yang dimaksudkan oleh komunikator. Komunikasi atau communications dalam bahasa Inggris, menurut Mulyana (2003), berasal dari kata Latin communis yang berarti sama, communico, communicatio, atau communicare yang berarti membuat sama (to make common). Istilah pertama (communis) adalah istilah yang paling sering disebut sebagai asal usul kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata Latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama. Akan tetapi definisi-definisi kontemporer menyarankan bahwa komunikasi merujuk pada cara berbagai hal-hal tersebut, seperti dalam kalimat Kita berbagi pikiran, Kita mendiskusikan makna, dan Kita mengirimkan pesan. Tujuan komunikasi adalah tujuan yang menyangkut upaya untuk mengubah perilaku sasaran setelah kegiatan komunikasi dilakukan. Rumusan tujuan harus memuat: khalayak sasaran, cakupan jumlah sasaran, dan perubahan perilaku yang diinginkan. Rencana operasional adalah uraian secara konsepsional mengenai sumber daya-sumber daya yang diperlukan dalam penyelenggaraan suatu program atau proyek. Menurut Nirwana (2006) efektivitas komunikasi melingkupi tahap yang terdiri dari identifikasi khalayak sasaran, penentuan tujuan komunikasi, perancangan pesan, pemilihan saluran komunikasi, penetapan anggaran komunikasi, dan penentuan bauran komunikasi, serta mengukur hasil komunikasi. PERENCANAAN KOMUNIKASI Perencanaan adalah pernyataan tertulis mengenai segala sesuatu yang akan atau yang harus dilakukan. Sifat perencanaan selalu berorientasi ke masa yang akan datang (future oriented). Perencanaan komunikasi adalah pernyataan tertulis mengenai serangkaian tindakan tentang bagaimana suatu kegiatan komunikasi akan atau harus dilakukan agar mencapai perubahan perilaku sesuai dengan yang kita inginkan. Bidang pekerjaan perencanaan merupakan salah satu fungsi pekerjaan manajerial. Oleh karena itu, tingkatannya pun sama dengan tingkatan yang ada pada suatu manajemen, yakni perencanaan strategik, perencanaan taktik, dan perencanaan teknik. Selain itu, tingkatan perencanaan bisa dilihat berdasarkan ruang lingkup jangkauan pembuatan kebijaksanaan. Berdasarkan hal itu, perencanaan komunikasi dapat diklasifikasikan ke dalam: National Policy-making Level, dan Cross-Ministerial Planning Level, dan Institusional Level Planning yang meliputi: managerial-policy level, supervisory-strategy level, dan project-operational level. Perencanaan Komunikasi merupakan hal mendasar yang diperlukan dalam suatu kegiatan komunikasi sosial, utamanya untuk memperkenalkan atau memasarkan produk. Setelah memahami proses perencanaan dan elemen-elemen komunikasi dalam suatu organisasi, dapat ditemukan beberapa hal yang dapat merupakan masalah dalam perencanaan komunikasi.

Menurut Wahyudi (2010) sebuah perencanaan komunikasi harus cermat dan tepat dalam menentukan siapa berbicara apa pada siapa melalui apa. Tahapan perencanaan komunikasi pada dasarnya terdiri dari: (1) tahap identifikasi masalah komunikasi, (2) tahap perumusan tujuan komunikasi, (3) tahap penetapan rencana strategik, (4) tahap penetapan rencana operasional, (5) tahap penyusunan rencana evaluasi, dan (6) tahap merencanakan rekomendasi. Tahapan-tahapan tersebut harus dilakukan satu persatu secara berurutan, tidak boleh meloncat-loncat. Dalam tahap identifikasi masalah perlu dilakukan pengumpulan data/fakta/informasi mengenai kondisi khalayak sebagai bahan untuk melakukan analisis khalayak. Perumusan masalah harus berdasarkan pada felt needs dan real needs yang dimiliki oleh khalayak sasaran. Dalam penjabaran lebih luas, tahapan dalam proses komunikasi dapat disusun sebagai berikut: 1. Formulasi misi lembaga: pernyataan umum tentang tujuan, filosofi dan alasan berdirinya/keberadaan lembaga yang bersangkutan. 2. Melakukan analisis terhadap kondisi dan kemampuan internal lembaga (:evaluasi diri).

3. Melakukan analisis/penilaian terhadap lingkungan eksternal lembaga, yang meliputi para kompetitor dan faktor-faktor eksternal lainnya. 4. Mengidentifikasi opsi-opsi alternatif, dengan mempertimbangkan existing resources dan lingkungan eksternalnya. 5. Menganalisa dan menyusun prioritas opsi-opsi tersebut dengan mengacu pada visi/misi lembaga dan mempertimbangkan efektifitas dan efisiensinya dalam mencapai tujuan. 6. Memilih/merumuskan serangkaian tujuan jangka panjang dan grand strategy yang akan diwujudkan melalui pilihan atau opsi terpilih. 7. Menyusun tujuan tahunan dan strategi jangka pendek yang sejalan/sesuai dengan tujuan jangka panjang dan grand strategies yang dipilih. 8. Implementasi opsi-opsi strategis dengan cara alokasi sumber keuangan, sesuai dengan tugas, orang, struktur teknologi dan sistem reward.. 9. Mengevaluasi keberhasilan/kegagalan proses-proses strategis sebagai masukan bagi pembuatan keputusan berikutnya. Sedangkan elemen utama dalam perencanaan komunikasi terdapat empat macam, yaitu : 1. 2. 3. Tujuan (Objective). Kondisi masa depan yang akan dicapai Aksi (Action). Serangkaian kegiatan yang yang dilakukan untuk mencapai tujuan. Sumber Daya (Resouces). Hal-hal yang dibutuhkan dalam melaksakan aksi.

4.

Pelaksanaan (Implementation). Tata cara dan arah pelaksanaan kegiatan.

Pada proses perencanaan tersebut, dampak ataupun akibat yang dihasilkan sangat bergantung pada ke-empat elemen perencanaan. Dalam proses perencanaan tersebut, peran komunikasi merupakan ketrampilan penting yang harus dimiliki oleh para manager. Karenanya dapat dikatakan pula bahwa perencanaan komunikasi meliputi fungsi-fungsi manajemen , yaitu : 1. 2. 3. 4. Merencanakan (Planning). Mengadakan (Organizing). Mengutamakan (Leading). Mengawasi (Controlling).

Untuk menunjang keberhasilan perencanaan komunikasi, maka perlu dipahami elemenelemen yang terdapat dalam komunikasi antara lain: 1. Komunikator : orang yang menyampaikan pesan. Menurut Aristoteles dalam Wahyudi (2010) Seorang komunikator harus memiliki ethos sebagai berikut: good sense yaitu pikiran baik, good moral character yaitu moral baik, serta good will yaitu maksud yang baik. 2. Pesan : ide atau informasi yang disampaikan 3. Media : sarana komunikasi 4. Komunikan : audience, pihak yang menerima pesan 5. Umpan Balik : respon dari komunikan terhadap pesan yang diterimanya. Dalam kehidupan nyata mungkin ada yang menyampaikan pesan/ide (encoding) yang merupakan hasil pengolahan ide (stimulus) berdasarkan kesan (perception) dan penerjemahan (interpretation) si penyampai ; ada yang menerima atau mendengarkan pesan; ada pesan itu sendiri; ada media (transmission through a channel) dan tentu ada respon berupa tanggapan terhadap pesan (feedback). Dari skema proses komunikasi diatas, untuk menunjang keberhasilan perencanaan komunikasi dapat dilihat Kesan (Perception) sebagai inti komunikasi. Kesan adalah nuansa rasa manusia kepada obyek tertentu. Kita terkesan, karena ada sesuatu yang menarik dari obyek tersebut. Obyek tersebut bisa berupa barang atau orang. Kita bisa terkesan kepada orang karena bermacam-macam; bisa karena wajah cantiknya, tampan, berkumis; bisa karena kata-katanya, karena janjinya, dan sebagainya. Membuat kesan yang baik, berarti kita harus berbuat dan bersikap tertentu yang membuat agar orang lain tertarik. Dapat dikatakan bahwa kesan/persepsi merupakan inti komunikasi. Wahyudi (2010) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi komunikate adalah prior ethos yaitu membentuk gambaran tentang komunikator melalui pengalaman langsung atau pengalaman wakilan, dan intrinsic ethos yaitu membentuk gambaran tentang komunikator melalui topik yang dipilih, cara penyampaian, tehnik pengembangan pokok bahasan dan bahasa yang digunakan. Menurut Rudolp F.Verdeber dalam buku, Communicate, 1978, kesan atau persepsi dapat didefinikan sebagai interpretasi bermakna atas sensasi sebagai representatif obyek eksternal.

Proses menafsirkan informasi Indrawi. Jika persepsi kita tidak akurat kita tidak munglkin bisa berkomunikasi secara efektif . PARADIGMA PERENCANAAN Paradigma dapat didefinisikan sebagai cara pandang terhadap sesuatu dengan tata cara tertentu. Perkembangan paradigma dalam perencanaan komunikasi meliputi: 1. Basic financial planning: mencari/mengembangkan kontroloperasional yang lebih baik melalui budgeting yang sesuai. 2. Forecast-based planning: mencari/mengembangkan model perencanaan yang lebih baik bagi pertumbuhan dengan cara mencoba memprediksi setelah satu tahun ke depan. 3. Externally oriented planning: senantiasa meningkatkan derajad responsiveness terhadap perubahan pasar dan competitor dengan cara berfikir strategis. 4. Strategic management: mengembangkan model pengelolaan terhadap resources yang ada untuk mendapatkan keuntungan yang kompetitif, sekaligus membuka peluang untuk masa selanjutnya. Paradigma tersebut terus menerus mengalami perubahan, terdapat beberapa hal yang menuntut adanya perubahan paradigma tersebut antara lain adalah: 1. Kompleksitas kebutuhan dan keinginan stake-holder, serta perubahan kebutuhan konsumen/user yang berkembang dengan pesat. 2. Persaingan yang semakin ketat di antara para competitor.

3. Munculnya kesadaran bahwa konsumen/klien dan para user yang lain merupakan bagian yang tak terpisahkan dengan eksistensi lembaga/institusi yang bersangkutan. MASALAH PERENCANAAN KOMUNIKASI Dalam berkomunikasi, kita pasti memiliki persepsi tertentu pada pendengar begitu pula sebaliknya. Kekeliruan yang sering terjadi dalam berkomunikasi adalah ketika seseorang menyampaikan informasi dengan ukurannya sendiri. Ini harus dihindarkan karena komunikasi senantiasa melibatkan orang lain. Ahli komunikasi berpesan jika akan berhasil, maka rumusan kunci yang harus dipegang adalah Know your audience! Berkomunikasi ataupun mengkomunikasikan sesuatu tidaklah mudah, beberapa hal yang harus dikaji seksama dalam perencanaan komunikasi antara lain adalah sebagai berikut : 1. Analisa khalayak, merupakan tahap awal yang sangat menentukan arah dan tujuan perencanaan. Tahap ini menganalisi segmen masyarakat sasaran yang kita hadapi dari segi sosiodemografis (pendidikan, usia, jenis kelamin, etnis, kepercayaan, bahasa, pekerjaan) dan juga dari segi psikografis (aspirasi, kesenangan, dan kebiasaan kebiasaan). Pemahaman komprehensif mengenai tatanan masyarakat ini diperlukan untuk menentukan khalayak sasaran dan format kegiatan yang sesuai dengan keinginan komunikator dan kebutuhan khalayak sasaran.

2. Perumusan tujuan. Tahap ini untuk menentukan apa yang ingin dicapai dengan program-program yang dilakukan . 3. Pemilihan Media. Langkah pemilihan media sebagai saluran pesan memerlukan kecermatan, dengan mempertimbangkan kelemahan dan keunggulan sifat masingmasing media. Setidaknya diperlukan media yang dapat di akses oleh masyarakat sasaran. 4. Rancangan Pesan. Diperlukan upaya terus-menerus dalam meningkatkan ketrampilan komunikator agar senantiasa mengetahui perkembangan dan wacana masyarakat. Selain bobot materi yang harus diperhatikan, juga kesesuaian pola pikir masyarakat sasaran yang dihadapi, termasuk kesesuaian media yang digunakan. Peran kreatifitas komunikator menjadi hal utama. 5. Produksi dan distribusi media. Produksi media berkaitan dengan kemasan pesan. Karena itu unsur estetika sangat berperan untuk menarik perhatian masyarakat. Demikian juga dengan distribusi pesan, dimana pemilihan waktu yang tepat menjadi kunci keberhasilan distribusi. 6. Evaluasi. Tahap ini melihat bagaimana program berjalan sesuai dengan tujuan, sejauh mana program yang dirancang telah tercapai, faktor-faktor pendukung dan penghambat selama program berjalan. Secara umum, masalah yang harus diperhatikan dalam perencanaan komunikasi sebagaimana tersebut di atas dapat dikategorikan sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. Objective (Tujuan). Meliputi perumusan tujuan. Action. Meliputi analisis khalayak. Resources. Meliputi rancangan pesan, dan kualitas komunikator. Implementation. Meliputi pemilihan media, dan produksi dan distribusi media. Performance Outcome. Meliputi evaluasi.

DAFTAR RUJUKAN Anonymous. 2010. Negosiasi. (Online), (http://www.massofa.wordpress.com/2008/04/16/tahapan-dalam-perencanaan-komunikasi/. Diakses 25 Nopember 2010) Erna, A. 2007. Perencanaan Komunikasi dan Masalahnya. (Online), (http://www.awandaerna.multiply.com/journal/item/3/PERENCANAAN_KOMUNIKASI_D AN_MASALAHNYA. Diakses 25 Nopember 2010) Mulyana, D. 2003. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Nirwana. 2006. Service Marketing Strategy. Malang: DIOMA. Santoso, E. & Setiansah, M. 2010. Teori Komunikasi. Yogyakarta: Graha Ilmu. Sendjaja, S. D. 1999. Pengantar Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka. Universitas Negeri Malang. 2000. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (PPKI). Malang: Universitas Negeri Malang.

Wahyudi, R. O. B. 2010. Modul Perencanaan dan Pengelolaan Komunikasi. Surabaya: Program Pasca Sarjana Magister Ilmu Komunikasi Universitas Dr. Soetomo Wiryanto. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

BAHAN PENGANTAR ILMU POLITIK


Posted: 2 November 2010 in akademik, politik Tag:bentuk negara, fungsi negara, ilmu, pengerian ilmu politik, politik, teknik kekuasaan. hubungan politik dengan ilmulain, tujuan negara 1

Oleh: patawari

PIP

1. pengantar dan pengertian

tidak semua masyarakat terutama kalangan sarjana bersepakat bahwasanya Politik adalah Ilmu, termasuk Prof. Soltau juga seorang Ilmu Politik mengakui bahwa ilmu politik bukanlah Ilmu, malah menyebutkan bahwa poltik lebih tepat dengan sebutan politics atau government. bahkan Prof. Mac Iver seorang sarjana Ilmu sosial, masih menyangsikan adanya ilmu politik.

maka dengan demikia jikalu Ilmu politik bukanlah ilmu maka sesungguhnya Ilmu politik itu apa? Ilmu politik adalah hanya sekedar kemahiran belaka?, suatu seni?, Sebagaimana orangorang rumawi bahwa ars politika.

Disisilai, ada sarjana mengatakan bahwa politik adalah sama dengan sejarah, dimana sejarah adalah bukanlah ilmu, ketika politik disamakan dnegan sejarah maka memang politik bukanlah ilmu. Namun demikian bahwa sejarah tidak akan pernah sama dengan politik, dalilnya bahwa sejarah menyelidiki peristiwa-peristiwa individual sedangkan ilmu politik

adalah menyelidiki konsep negara dalam bentuk-bentuknya yang umum dan ide -ide negara yang abstrak dan umum,

Manfaat ilmu politik dapat menunjukkan persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan dari penjelmaan-pemjelmaan dari konsep negara yang umum itu dan terwujud dalam sejarah.

I l m u

ilmu adalah pengetahuan, namu tidak semua pengetahuan adalah ilmu. Ilmu berobyekkan sesuatu pengetahuan tertentu dan memperoleh pengetahuan itu dengan metode-metode tertentu., intinya bahwa ilmu adalah seluruh pengetahuan yang dikordinir mengenai halikhwal tertentu.

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (Depdikbud 1988), ilmu memiliki dua pengertian, yaitu :

1. Ilmu diartikan sebagai suatu pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerapkan gejalagejala tertentu dibidang (pengetahuan) tersebut, seperti ilmu hukum, ilmu pendidikan, ilmu ekonomi dan sebagainya. 2. Ilmu diartikan sebagai pengetahuan atau kepandaian, tentang soal duniawi, akhirat, lahir, bathin, dan sebagainya, seperti ilmu akhirat, ilmu akhlak, ilmu bathin, ilmu sihir, dan sebagainya.

Sedangkan ilmu menurut beberapa pakar ilmu adalah sebagai berikut :

Moh. Nazir, Ph.D (1983:9) Mengemukakan bahwa ilmu tidak lain dari suatu pengetahuan, baik natural atau pun sosial, yang sudah terorganisir serta tersusun secara sistematik menurut kaidah umum. Ahmad Tafsir (1992:15) Memberikan batasan ilmu sebagai pengetahuan logis dan mempunyai bukti empiris.

Sikun Pribadi (1972:1-2) Merumuskan pengertian ilmu secara lebih rinci (ia menyebutnya ilmu pengetahuan), bahwa : Obyek ilmu pengetahuan ialah dunia fenomenal, dan metode pendekatannya berdasarkan pengalaman (experience) dengan menggunakan berbagai cara seperti observasi, eksperimen, survey, studi kasus, dan sebagainya. Pengalaman-pengalaman itu diolah oleh fikiran atas dasar hukum logika yang tertib. Data yang dikumpulkan diolah dengan cara analitis, induktif, kemudian ditentukan relasi antara data-data, diantaranya relasi kausalitas. Konsepsi-konsepsi dan relasi-relasi disusun menurut suatu sistem tertentu yang merupakan suatu keseluruhan yang terintegratif. Keseluruhan integratif itu kita sebut ilmu pengetahuan.

Lorens Bagus (1996:307-308) Mengemukakan bahwa ilmu menandakan seluruh kesatuan ide yang mengacu ke obyek (atau alam obyek) yang sama dan saling keterkaitan secara logis.

Pada bagian lain Moh. Nazir mengemukakan beberapa kriteria metode ilmiah dalam perspektif penelitian kuantitatif, diantaranya: (a) berdasarkan fakta, (b) bebas dari prasangka, (c) menggunakan prinsip-prinsip analisa, (d) menggunakan hipotesa, (e) menggunakan ukuran obyektif dan menggunakan teknik kuantifikasi.

Belakangan ini berkembang pula metode ilmiah dengan pendekatan kualitatif.

Nasution (1996:9-12) mengemukakan ciri-ciri metode ilimiah dalam penelitian kualitatif, diantaranya : (a) sumber data ialah situasi yang wajar atau natural setting, (b) peneliti sebagai instrumen penelitian, (c) sangat deskriptif, (d) mementingkan proses maupun produk, (e) mencari makna, (f) mengutamakan data langsung, (g) triangulasi,

(h) menonjolkan rincian kontekstual, (h) subyek yang diteliti dipandang berkedudukan sama dengan peneliti, (i) verifikasi, (j) sampling yang purposif, (k) menggunakan audit trail, (l) partisipatipatif tanpa mengganggu, (m) mengadakan analisis sejak awal penelitian, (n) disain penelitian tampil dalam proses penelitian.

KARAKTERISTIK ILMU Ilmu mempunyai beberapa karakteristik, adapun karakteristik ilmu menurut beberapa pakar ilmu dapat diuraikan sebagai berikut :

Randall dan Buchker (1942) mengemukakan beberapa ciri umum ilmu diantaranya : 1. Hasil ilmu bersifat akumulatif dan merupakan milik bersama. 2. Hasil ilmu kebenarannya tidak mutlak dan bisa terjadi kekeliruan karena yang menyelidiki adalah manusia. 3. Ilmu bersifat obyektif, artinya prosedur kerja atau cara penggunaan metode ilmu tidak tergantung kepada yang menggunakan, tidak tergantung pada pemahaman secara pribadi.

Ernest van den Haag (Harsojo, 1977) Mengemukakan ciri-ciri ilmu, yaitu : 1. Bersifat rasional, karena hasil dari proses berpikir dengan menggunakan akal (rasio). 2. Bersifat empiris, karena ilmu diperoleh dari dan sekitar pengalaman oleh panca indera. 3. Bersifat umum, hasil ilmu dapat dipergunakan oleh manusia tanpa terkecuali. 4. Bersifat akumulatif, hasil ilmu dapat dipergunakan untuk dijadikan objek penelitian selanjutnya.

Ismaun (2001) Mengetengahkan sifat atau ciri-ciri ilmu sebagai berikut :

(1) Obyektif; ilmu berdasarkan hal-hal yang obyektif, dapat diamati dan tidak berdasarkan pada emosional subyektif, (2) Koheren; pernyataan/susunan ilmu tidak kontradiksi dengan kenyataan; (3) Reliable; produk dan cara-cara memperoleh ilmu dilakukan melalui alat ukur dengan tingkat keterandalan (reabilitas) tinggi, (4) Valid; produk dan cara-cara memperoleh ilmu dilakukan melalui alat ukur dengan tingkat keabsahan (validitas) yang tinggi, baik secara internal maupun eksternal, (5) Memiliki generalisasi; suatu kesimpulan dalam ilmu dapat berlaku umum, (6) Akurat; penarikan kesimpulan memiliki keakuratan (akurasi) yang tinggi, dan (7) Dapat melakukan prediksi; ilmu dapat memberikan daya prediksi atas kemungkinankemungkinan suatu hal. maka ketika ilmu di gariskan demikian maka poltik adalah merupakan ilmu. karena ilmu politik juga menyelidiki hal ikhwal tertentu, penyelidikan yang dilakukan dengan menggunakan metode -metode tertentu. syarat-syarat ilmu terlebih dahulu.

politik

secara etimologi: Politik berasal dari bahasa Yunani Polis yang dapat berarti kota -negara kota. dari kata Polis ini diturunkan kata-kata lain seperti polites ( warganegara) dan politikos nama sifat lain yang berarti (kewarganegaraan). politike techne yang berarti kemahiran politik dan

politeke episteme adalah ilmu politik. kemudian orang Rumawi mengambi oper perkataan Yunani yang menamakan pengethauan itu tentang negara (pemerintah) artinya kemahiran tentang masalah -masalah kenegaraan. orang yang pertama-tama menggunakan istilah ilmu politik ialah Jean Bodin pada tahun 1576

politik teori

atas keraguan thd sifat ilmu dalam ilmu politik maka para sarjana mencoba membagi ilmu politik dalam dua kategori pertama: politik teori adalah keseluruha dari asas-asas dan ciri-ciri yang khas dari negara tanpa membahas aktivitas dan tujuan-tujuan dari negara, sebagaimana Prederick Pollock menyebutkan yaitu : teori negara, teori pemerintahan, teori perundang-undangan teori negara sebagai pribadi buatan. kedua, politik praktis mempelajaai negara sebagai suatu lembaga yang bergerak dengan fungsi-fungsi dan tujuan-tujuann tertentu, yaitu negara sebagai lembaga yang dinamis. sebagaimana Prederick Pollock menyebutkan yaitu : Negara ( yaitu bentuk-bentuk negara yang nyata dari pemerintahan) pemerintahan (cara bekerja pemerintah, ketataprajaan, dll) undang-unang dan perundang-undangan (proses, pengadilan dan sebagainya) negara yang dipribadikan (diplomasi, perdamaian, peperangan, persetujuan- persetujuan internasional).

pengertian Ilmu Politik

selain keragaman pengertian ilmu politk sebagaimana diungkapkan pada pembahasan sebelumnya, maka juga agak sukar memberika definisi tentang ilmu poltik, adalah sama sukarnya dengan ilmu hukum. kesukaran tersebut tidak menjadi kendala para sarjana untuk mencari definiisi dari pada ilmu hukum. beberapa faktor kesukaran dari pada definisi ilmu politik, yaitu 1. banyakny adefinisi ilmu politik yang berlainan. 2. karena ada beberapa ilmu pengetahuan tertentu yang lazim dianggap sebagai ilmu politik. 3. ilmu politik identik dengan ilmu negara.

maka, pendefinisian Ilmu Politik itu dapat di golongkan menjadi 3 bagian: a. Pendefinisian secara Institusional yaitu ilomu politik yang menyelidiki lembaga- lembaga politik. seperti negara, pemerintah, dpr dan lain-lain. sebagaimana Wilbur White merumuskan ilmu politik mempelajari asall mula, bentukbentuk, proses negara dan pemerintahan. menitip beratkan pada struktur formal lembaga-lembaga politik dengan peninjauannya yang terlalu dogmatis yuridis dan terlalu menitip beratkan pada dokumen-dokumen hukum dari pada kenyataan sosio-politis. b. definisi cerara fungsional yaitu reaksi secara institusional, yaitu melepaskan diri dari pada dogmatisme dan sifat yuridis sepihak, lebih menitip beratkan pada dari pada fungsi dan aktifitas dari pada struktur formil dari lembaga-lembaga politik yang diselidiki. c. penedefinisian menurut hakekat politik : hakekat politk adalah kekuasaan,

hakikat Politik

Hakikat politk adalah kekuasaan sedangkan kekuasaan adalah : 1. kekuasaan adalah gejala sosial 2. gejala yang terdapat dalam pergaulan hidup 3. kekuasaan adalah gejala antar individu 4. kekuasaana dalah antara individu dengan kelompok dan kelompok dengan kelompok. atau antar negara dengan negara.

maka politik merupakan

politik adalah perjuangan untuk mencapai kekuasaan

perjuangan untuk memperoleh kekuasaan teknik untuk menjalankan kekuasaan maslah-msalah dan kontrol kekuasaan - pembentukan dan penggunaan kekuasaan

teknik kekuasaan teknik kekuasaan dapat dilakukan dnegan berbagai cara. dengan teknik kekuasaan dimaksudkan semua cara -cara dan kegiatan-kegiatan yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu dengan penggunaan kkeuasaan, mulai dari kekerasan fisik yang tidak mengenal batas samapai cara persuarif moral. Bertrand Russel mengklasifikasi teknik kekuasaan, yaitu 1. paksaan 2. dorongan dengan menggunakan hadiah dan hukuman 3. pengaruh atas propaganda

sedangkan Flechtheim membagi lima golongan, yaitu 1. paksaan fisik secara langsung 2. ancaman-ancaman hukuman 3. manipulasi dengan hadiah materil 4. manipulasi dengan hadiah-hadiah inmateril 5. manipulasi dengan perkataan, gerak dan simbol (uang),

teknik tradiisonal/histori -kekuasaan atau pakaan semata -intimidasi -kekuatan -hukuman -penaklukan -memecah belah dan menguasai -serua-seruan yang bersifat emosional (pendewaan pemimpin) -seruan akan kesatuan -simbolisasi

teknik modern

-propaganda dan dilakukna secara sadar -pengawasan atas pendidikan yang direncanakan dengan teliti -memupuk ide suoerioritas ras -pemberitaan terang-terangan dari penyelenggaraan keganasan-keganasan massal -pengulangan bertele-tele dari ajaran bahwa tujuan membenarkan alat.

teknik dalam sejarah bersifat destruktif -dusta -idde tentang adanya universality of choice -ilusi akan kemenangan

istilah-istilah penting teknikkekuasaan 1. kekuasaan dirumuskan persetujuan dimotivir (motivasi) oleh sanksi 2. kewibawaan persetujuan yang dimotovir oleh sikap kearah legitimasi 3. pengaruh selutuh motif2 yang mendorong persetujuan secara sukarela 4. kekuatan diartikan sebagai kejalah sosial, sebagai kekuasaan fiisik sebagai kekuasaan yang disertai degan kekerasan atau adanya paksa fisik ataupun ancaman-ancaman lainnya

metode Ilmu Politik

1 deskriptif:pelukisan kenyataan dan kenyataan itu sesungguhnya 2 analitis : menghimpun kenyataan-kenyataan yang dilukiskan itu secara sistematis. 3 penilaian : penelaan yang bersifat penentuan dan pemilihan atas fakta-fakta. 4 terori: rumusan konkrit dari ide-ide yang abstrak itu .

5 metode perbandingan :

hub. Ilmu Pol & Ilmu lainnya

1 politik dan Ilmu lainnya (umum) bahwa segala sesuatu ilmu maka senantiasa terkait satu sama lainnya, pendapat Prof. Barents seakan akan ilmu -ilmu yang bertalian dgn Ilmu Politik dapat dibagi dalam dua kategori besar Yaitu eetbaar (dimanakan) dan oneetbaar tidak dapat dimakan).

bahwa, ilmu politik sama sekali berhubungan dengan semua ilmu, teRkecuali ilmu alam (naturkuunde). artinya bahwa tidak ada ilmu yang tidak dimakan oleh ilmu politik terkecuali adalah ilmu alam.

2 Hub. Pol. dan eko maka dengan demikian, Ilmu politik mengatur kehidupan orang-orang Yunani , maka oikonomos (ekonomi) adalah mengatur kemakmuran materil dari warganegara yunani.

diindonesia dapat dibuktikan hubungan tersebut sebagaimana tercantum alam UUD 1945c bahwa bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.

3 Poltik dan HK hukum dibuat, dijalankan dan dipertahankan oleh suatu kekuasaan, itulah negara. negara membentuk, menjalankan danmempertahankan hukum. sisi lain bahwa hukum juga salah satu diantara sekian banyak alat politik

dari bagian hukum posistif yang amat erat hubungannya dengan ilmu politik adalah hukum publik, terutama hukum negara. dari bagian hukum negara yang erat sangkut pautnya dnegan dengan ilmu politikk adalah hukum konstitusi dan hukum tata usaha negara.

4 Pol. dan sosiologis sebagaimana di ungkapkan Prof. Hoetink ilmju politik sebagai : 1. sosiologi umum general sosiology, algemene sociologie) 2. sebagai ilmu tentang pengelompokan dan hubungan-hubungan sosial. 5 pol. dan ekonomi 6 pol. dan antropologi 7 pol dan sejarah

Neg. sbg Konsep Ilm.Pol.

pengertian negara

1 etimologi dan pertumbuhan istilah negara negara berasal dari kata Staat (behasa belanda dan jerman) state ( bahasa inggeris) etat (bahasa perancis) secara etomologis kata status adalah bahasa latin klasik suatu istilah yang abstrak menunjukkan keadaan yang tegk dan tetap. atau sesuatu yang memiliki sifat yang tegak dan tetap itu. 2 beberapa arti kata negara negara umum diterima sebagai pengertian organisasi territorial sesuatu bangsa. negara lazim diidentifikasikan dengan pemerintah. umpamanya apabila kata itu deipergunakan sebagai pengertian kekuasaan negara, kemauan negara dan sebagainya. maka negara dapat diartikan sebagai sebagai organisasi territorial sesuatu bangsa yang memilki kedaulatan.

3 ide dan konsep negara ide (cita, idealisme, bagaimana negara itu seharusnya ada ) dan pengertian negara (kenyataan, realisme) ide negara adalah pemikiran -pemikiran tertentu dari negara. sedangkan pengertian negara adalah kenyataan daripada pemikiran itu.

4 negara dalam arti formil negara dalam arti formil dimaksudkan negara ditinjau dari aspek kekuasaan, negara sebagai prganisasi kekuasaan dengan suatu pemerintahan pusat.

5 negara sbg. konsep HK. internasional. negara adalah suatu subyek hukum internasional.

6 negara dan kedaulatan kedaulatan adalah kekuasaan yang mencerminkan daripada ciri, pertanda, atribut hukum dari negara.

unsur-unsur negara 1 penduduk: 2 wilayah 3 pemerintahan

asal mula negara 1 perjanjian masyarakat perjanjian sebagai dasar negara dan masyarakat. 2 teori ketuhanan bahwa tatkala manusia dalam keadaan alamiah yang anarkistik itu menderita dari keganasan-keganasan dari keadaan itu, maka mereka menghampiri tuhan dan memohonnya agar disediakan raja bagi mereka yang dapat menolong melepaskan mereka dari keadaan yang ganas dan kacau balau itu. 3 teori kekuatan adalah hasil dominasi dari kelompok yang tua terhadap kelompok yang lemah. 4 teori patriarkhi dan matriarkhi keluarga sebagai kelompok patriarkhal adalah kesatuan sosial yang paling utaman dalam masyarakat primitif.

5 teori organis suatu konsep biologis yang melukiskan negara dengan istilah-istilah Ilmu alam.

6 teori daluarsa menganggap bahawa raja berkuasa bukan karena Jure divino (kekuasaan berdasarkan hak-hak ketuhanan), tetapi berdasakan kebiasaan. 7 teori alamiah negara adalah ciptaan alam. kodrat manusia membenarkan adanya negara karena manusia adalag makhluk politik (zoon politicon).barulah kemudian makhlus sosial. karena kodrat itu maka manusia ditakdirkan untuk hidup bernegara. 8 teori idealitas bahwa bagaimana sharusnya negara itu ada. negara sebagai de. nama lain dari teori ini adalah : teori mutlak teori filosofis teori metafisis tokohnya yaitu : Immanuel Kant 9 teori historis bahwa lembaga-lembaga sosial tidak dibuat tetapi tumbuh secara evolusioner sesuai dengan kebutuhan manusia. sebagai lembaga sosial yang diperuntukkan sebagai kebutuhan-kebutuhan manusia maka lembaga lembaga itu tidak luput dari pengaruh tempt waktu dan tuntutan-tuntutan zaman.

tujuan dan fungsi negara menurutu Aristoteles bahwa negara dibentuk dan dipertahankan karena negara menyelenggarakan khidupan yang baik bagi semua warga negara. Yacobsen dan lipman: tujuan utama dari negara ; memelihara ketertiban, memajukan kesejahteraan individu, kesejahteraan dan mempertinggi moralitas sedangkan tujuan NRI yaitu: menurut Charles E. Merriam : 1, keamanan 2. ketertiban internal 3. keadilan. 4. kesejahteraan umum 5. kebebasan.

. . . melindungi segenap bangsa indonesia dan seluruh tumpah dasa indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan keterrtiban dunia yang berdasakan kemerdekaan perdamaian abadi dan keadilan sosial ..

teori-teroi fungsi negara 1 anarhisme : (tanpa pemerintahan=no rule) 2 individualisme : suatu keburukan yang terpaksa kita terima. 3 dasar ethis: tujuan manusia yaitu perkembangan harmonis dari seluruh kemampuannya. 4 dasar ekonomis: semua manusia berusaha memenuhi kebutuhannya sendiri 5 dasar ilmiah: hukum harus berlaku bagi manusia, 6 sosialisme : semua gerakan sosial harus ikut campur tangan pemerintah. 7 komunisme hanyalah salah satu bentuk dari ajaran sosialisme

bentuk pemerintahan dan bentuk negara 1 Monarkhi : berasal dari kata monos=satu dan archein =menguasai /meemrintah. atau kerajaan adalah suatu bentuk pemerintahan dimana seluruh kekeuasaan di pegang oleh seseoran g yang berusaha mewujudkan kesejahteraan umum. 2 tirani : bentuk pemerintahan dimana kekuasaan juga berpusat pada satu orang, tetapi berusaha memenuhi kepentingan sendiri dan mengabaikan kepentingan umum. 3 aristokrasi daru bahasa yunani aristoi: kaum bangsawan atau cendikiawan dan kratein : kekuasaan yaitu bentuk pemerintahan dimana berpusat pada abeberapa orang berikhtiar mewujudkan kesejahteraan rakyat 4 polity yaitu bentuk pemerintahan dimana seluruh rakyat turut serta mengatur negara dengan maksud mewujudkan kesejahteraan rakyat 5 demokrasi: dari kata demos=rakyat dan kraterin : kekuasaan. aristoteles menganggap bahwa demokrasi adalah kemerosotan dari polity karen berdasarkan pengalamannya sendiri bahwa penguasa dizaman negara tersebut seperti Athena adalah sangat amat korupt.

You might also like