You are on page 1of 47

i

KORELASI ANTARA LINGKUNGAN SEKOLAH DAN


KUALITAS PEMBELAJARAN DI MADRASAH IBTIDAIYAH
MAARIF (MIMA) CONDRO-JEMBER
TAHUN PELAJARAN 2011/2012

PROPOSAL PENELITIAN















Oleh:

SITI ENDANG JUNNUR AIDA
NIM. 084 081 234



SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) JEMBER
MEI, 2012
ii

ABSTRAK

Siti Endang Junnur Aida, 2012: Korelasi Antara Lingkungan Sekolah dan
Kualitas Pembelajaran di Madrasah Ibtidaiyah Maarif (MIMA) Condro-
Jember Tahun Pelajaran 2011/2012

Pendidikan merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang
hayat. Tanpa pendidikan manusia tidak akan tumbuh dan berkembang sejalan
dengan aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera dan bahagia menurut konsep
pandangan hidup mereka. Untuk memajukan kehidupan manusia maka pendidikan
merupakan sarana utama yang perlu dikelola secara sistematis.
Oleh karena itu melihat kualitas pendidikan di indonesia pada saat ini
sangat rendah dikarenakan mahalnya biaya pendidikan, kurangnya fasilitas
pendidikan, prestasi peserta didik yang menurun, dan kurangnya kemampuan guru
dalam mengelola pembelajaran. Maka dari itu kami sebagai peneliti mengangkat
judul skripsi Korelasi antara lingkungan sekolah dan kualitas pembelajaran di
Madrasah Ibtidaiyah Maarif (MIMA) Condro-Jember Tahun Pelajaran
2011/2012.
Adapun pokok masalah umum yang diteliti dalam skripsi ini yaitu
mempertanyakan apakah ada korelasi antara lingkungan sekolah dan kualitas
pembelajaran di Madrasah Ibtidaiyah Maarif (MIMA) Condro Jember Tahun
Pelajaran 2011/2012? Adapun pokok masalah khusus yang kami ambil dengan
beracuan pada pokok masalah umum yaitu:
1. Adakah korelasi antara lingkungan sekolah dan kualitas pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah Maarif (MIMA) Condro-
Jember Tahun Pelajaran 2011/2012?
2. Adakah korelasi antara lingkungan sekolah dan kualitas pembelajaran
Pendidikan Umum di Madrasah Ibtidaiyah Condro-Jember Tahun Pelajaran
2011/2012?
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada dan
tidaknya korelasi antara Lingkungan sekolah dengan Peningkatan Kualitas
pendidikan Di Madrasah Ibtidaiyah Maarif (MIMA) Condro Jember Tahun
Pelajaran 2011/2012. Sedangkan tujuan khusus yang ingin kami capai adalah:
1. Mengetahui ada tidaknya korelasi antara lingkungan sekolah dan kualitas
pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah Maarif
(MIMA) Condro-Jember Tahun Pelajaran 2011/2012.
2. Mengetahui ada tidaknya korelasi antara lingkungan sekolah dan kualitas
pembelajaran Pendidikan Umum di Madrasah Ibtidaiyah Maarif (MIMA)
Condro-Jember Tahun Pelajaran 2011/2012.
Pendekatan yang akan kami gunakan untuk melakukan penelitian ini
adalah pendekatan penelitian kuantitatif. Sedangkan metode penentuan sampel
yang kami gunakan adalah metode Stratifield Proporsional Random Sampling
yang sampelnya di ambil 20% dari jumlah total populasi. Kemudian teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi,
angket, wawancara dan dokumentasi. Dari data yang diperoleh hipotesis du uji
iii


2 2 2 2
xy
(Y) (X) Y X
r
Y Y N X X N
N


dengan menggunakan analisa data statistic dengan rumus Produc Moment sebagai
berikut:



Hasil data statistic dengan menggunakan rumus di atas kemudian di
konsultasikan pada tabel harga kritik dari r Produc Moment untuk mengetahui ada
dan tidaknya pengaruh. Jika hasil penelitian menunjukkan Ho ditolak dan Ha
diterima maka akan di interpretasikan langsung pada nilai r dengan ketentuan
sebagai berikut:
Besarnya nilai r Interpretasi
Antara 0,800 sampai dengan 1,00 Tinggi
Antara 0,600 sampai dengan 0,800 Cukup
Antara 0,400 sampai dengan 0,600 Agak rendah
Antara 0,200 sampai dengan 0,400 Rendah
Antara 0,000 sampai dengan 0,200 Sangat rendah (tidak berkorelasi)


iv

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
ABSTRAK ....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iv
A. Judul ........................................................................................................... 1
B. Latar Belakang ........................................................................................... 1
C. Rumusan Masalah ...................................................................................... 3
1. Pokok Masalah ..................................................................................... 4
2. Sub Pokok Masalah .............................................................................. 4
D. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 4
1. Tujuan Umum ...................................................................................... 4
2. Tujuan Khusus ..................................................................................... 4
E. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 5
1. Manfaat Teoritis ................................................................................... 5
2. Manfaat Praktis .................................................................................... 5
F. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................................... 5
1. Variabel penelitian ............................................................................... 5
2. Indikator Variabel ................................................................................ 6
G. Definisi Operasional ................................................................................... 7
H. Kajian Kepustakaan ................................................................................... 8
1. Penelitian Terdahulu ............................................................................ 8
2. Kajian Teori ......................................................................................... 9
a. Kajian Teori Tentang Lingkungan Sekolah ................................... 9
b. Kajian teoritik tentang kualiatas pendidikan ................................. 18
I. Metode penelitian ....................................................................................... 31
1. Pendekatan penelitian ........................................................................... 31
2. Populasi dan sampel ............................................................................. 32
a. Populasi .......................................................................................... 32
b. Sampel ............................................................................................ 32
3. Teknik dan instrumen pengumpulan data ............................................ 33
a. Observasi ........................................................................................ 33
v

b. Wawancara (interview) .................................................................. 34
c. Kuesioner ....................................................................................... 35
d. Dokumentasi .................................................................................. 36
4. Analisis Data ........................................................................................ 37
J. Sistematika pembahasan ............................................................................ 38
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 39
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1

PROPOSAL PENELITIAN

A. Judul
KORELASI ANTARA LINGKUNGAN SEKOLAH DAN KUALITAS
PEMBELAJARAN DI MADRASAH IBTIDAIYAH MAARIF CONDRO-
JEMBER TAHUN PELAJARAN 2011/2012

B. Latar Belakang
Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang
atau kelompok dalam usaha mendewasakan manusia melalui uapaya
pengajaran dan pelatihan (Sagala, 2003: 2). Bagi manusia di muka bumi
merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa
pendidikan manusia tidak akan tumbuh dan berkembang sejalan dengan
aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera dan bahagia menurut konsep
pandangan hidup mereka. Untuk memajukan kehidupan manusia maka
pendidikan merupakan sarana utama yang perlu dikelola secara sistematis dan
konsisten berdasarkan berbagai pandangan teoritikal dan praktikal (Thabrani,
2001: 1).
Pendidikan merupakan masalah yang penting bagi setiap bangsa dan
negara yang sedang berkembang. Upaya perbaikan dibidang pendidikan
merupakan suatu keharusan untuk selalu dilaksanakan agar suatu bangsa dapat
maju dan berkembang seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Maka akan sangat penting bagi Negara jika mulai dini hari
membekali putra dan putri bangsanya dengan ilmu pengetahuan sebagaimana
telah di anjurkan dalam Al-Quran surah Al-Alaq ayat 1-5:
4O^~- c) El)4O
Og~-.- 4-UE ^ 4-UE
=}=Oee"- ;}g` -U4N ^g
4O^~- El4O4
N4O^- ^@ Og~-.-
=^U4 U^) ^j =^U4
=}=Oee"- 4` uu4C ^)
2


3

Artinya:
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah
yang Maha pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam.
Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS. Al-Alaq
96) (DEPAG RI, 1997: 1079)
Manusia telah dianugerahkan Tuhan Yang Maha Pencipta dengan
berbagai kemampuan pembawaan yang mengandung kecenderungan untuk
berkembang. Kecenderungan untuk berkembang ini dapat tumbuh dan
berkembang dengan lancar apabila disediakan berbagai kesempatan dan
fasilitas yang cukup memadai yang terprogram.
Menurut pakar kependidikan pada prinsipnya manusia mempunyai
kemampuan tumbuh dan berkembang atas dorongan dari dalam dirinya sendiri
yang disebut dengan Aliran Empirisme, dan ada juga yang menyatakan
bahwa tumbuh dan berkembangnya kemampuan manusia itu atas dorongan
dari luar dirinya sensdiri yang disebut dengan aliran Nativisme. Dan
pandangan yang populer adalah aliran Konvergensi yang berpandangan
memadukan antara kemampuan dasar dalam dengan pengaruh factor
lingkungan dari luar. Manusia dalam perkembangan dan pertumbuhannnya
berjalan secara saling pengaruh- mempengaruhi antara faktor internal dan
factor eksternal atau antara pembawaan dengan lingkungan (Thabrani, 2001:
9).
Jadi manusia memiliki sejumlah kemampuan yang dapat
dikembangkan melaluii pengalaman. Pengalaman itu terjadi karena interaksi
manusia dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan
social manusia secara efesien dan efektif itulah yang disebut dengan
pendidikan.
Sedangkan yang disebut dengan lingkungan pendidikan yaitu latar
tempat berlangsungnya pendidikan, ada tiga lingkungan utama pendidikan
yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. Fungsi lingkungan pendidikan adalah
membantu peserta didik dalam berinteraksi dengan berbagai lingkungan
sekitarnya.
4

Di antara tiga lingkungan pendidikan itu adalah lingkungan sekolah
merupakan sarana yang secara disengaja dirancang untuk melaksanakan
pendidikan, karena dengan kemajuan zaman keluarga tidak mungkin lagi
keluarga dapat memenuhi seluruh kebutuhan dan aspirasi generasi muda
terhadap iptek.
Semakin maju suatu masyarakat maka peranan sekolah akan semakin
penting dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk dalam proses
pembangunan masyarakatnya. Dan tidak semua tugas mendidik dapat
dilaksanakan oleh orang tua dalam keluarga, terutama dalam hal ilmu
pengetahuan dan berbagai macam keterampilan, oleh karena itu dikirimlah
anak ke sekolah. Sekolah bertanggung jawab dalam atas pendidikan anak-
anak selama diserahkan kepadanya oleh karena itu sekolah dapat membantu
orang tua mengerjakan kebiasaan-kebiasaan yang baik serta menanamkan budi
pekerti yang baik, sekolah juga memberikan pendidikan untuk kehidupan di
dalam masyarakat, sekolah melatih anak-anak memperoleh kecakapan-
kecakapan seperti menulis, membaca, berhitung dan menggambar serta ilmu-
ilmu lain yang sifatnya mengembangkan kecerdasan dan pengetahuan, dan di
sekolah juga diberikan pelajaran etika, keagamaan, estetika dan sebagainya
(Maunah, 2007: 102).
Begitu juga kualitas pendidikan di indonesia pada saat ini sangat
rendah dikarenakan mahalnya biaya pendidikan, kurangnya fasilitas
pendidikan, prestasi peserta didik yang menurun, dan kurangnya kemampuan
guru dalam mengelola pembelajaran. Maka dengan uraian di atas peneliti
tertarik mengangkat judul Korelasi Antara Lingkungan Sekolah dan Kualitas
Pembelajaran di Madrasah Ibtidaiyah Maarif Condro-Jember Tahun Pelajaran
2011/2012

C. Rumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian kualitatif disebut dengan istilah
fokus penelitian. Bagian ini mencantumkan semua rumusan masalah yang
akan dicari jawabannya melalui proses penelitian. Perumusan masalah harus
5

disusun secara singkat, jelas, tegas, spesifik, operasional, yang dituangkan
dalam bentuk kalimat tanya. (STAIN, 2011: 32)
1. Pokok Masalah
Adakah korelasi antara lingkungan sekolah dan kualitas pembelajaran di
Madrasah Ibtidaiyah Condro-Jember Tahun Pelajaran 2011/2012?
2. Sub Pokok Masalah
a. Adakah korelasi antara lingkungan sekolah dan kualitas pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah Condro-Jember
Tahun Pelajaran 2011/2012?
b. Adakah korelasi antara lingkungan sekolah dan kualitas pembelajaran
Pendidikan Umum di Madrasah Ibtidaiyah Condro-Jember Tahun
Pelajaran 2011/2012?

D. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam sebuah penelitian meerupakan sesuatu yang mutlak,
karena tujuan merupakan target yang ingin dicapai oleh peneliti. Oleh karena
itu peneliti harus merumuskan tujuan penelitian sedemikian rupa, sehingga
penelitian yang akan dilakukan menjadi jelas dan terarah. Adapun tujuan yang
ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui ada dan tidaknya Korelasi Antara Lingkungan Sekolah
dan Kualitas Pembelajaran Pendidikan di Madrasah Ibtidaiyah Condro-
Jember Tahun Pelajaran 2011/2012.
2. Tujuan Khusus
a Untuk mengetahui ada dan tidaknya korelasi antara lingkungan
sekolah dan kualitas pembelajaran Pendidikan Agama Islam di
Madrasah Ibtidaiyah Condro-Jember Tahun Pelajaran 2011/2012?
b Untuk mengetahui ada dan tidaknya korelasi antara lingkungan
sekolah dan kualitas pembelajaran Pendidikan Umum di Madrasah
Ibtidaiyah Condro-Jember Tahun Pelajaran 2011/2012?


6

E. Manfaat Penelitian
Penelitian mengenai korelasi antara lingkungan sekolah dan kualitas
pembelajaran di Madrasah Ibtidaiyah Condro-Jember Tahun Pelajaran
2011/2012, dapat memberikan manfaat secara teoritis dan praktis.
1. Manfaat Teoritis
Tercapainya tujuan pendidikan sehingga output yang di hasilkan
benar-benar mempunyai kualitas dan kompetensi sesuai dengan apa yang
diharapkan.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi peneliti.
Untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang
tugas seorang guru dalam mendidik, mengajar, dan mengarahkan
seorang peserta didik dalam menerima pendidikan dan pembelajaran
sehingga dapat menambahkan kualitas pendidikan serta diharapkan
dapat dijadikan acuan dalam penelitian selanjutnya.
b. Bagi lembaga STAIN Jember.
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya
kepustakaan STAIN Jember yang dapat dijadikan dasar pengembangan
oleh peneliti selanjutnya yang berminat pada kajian yang sama.
c. Bagi lembaga yang diteliti.
Menjadi sebuah masukan dan saran yang konstruktif sebagai
bahan pertimbangan untuk lebih memperhatikan faktor penting dalam
meningkatkan kualitas pendidikan.

F. Ruang Lingkup Penelitian
1. Variabel penelitian
Pada bagian ini peneliti harus menentukan variabel secara jelas dan
tegas. Mana yang menjadi variabel bebas dan mana variabel terikatnya.
(STAIN, 2011: 32)
Variabel adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi titik tolak
perhatian suatu penelitian. (Arikunto, 2002: 118) Variabel penelitian
7

dibagi menjadi dua, yaitu variabel bebas atau independent variable dan
variabel terikat atau dependent variable.
Variabel bebas atau independent variable adalah variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya
variabel dependent (terikat). Sedangkan variabel terikat atau dependent
variable merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat
karena adanya variabel bebas atau independent variable. (Sugiyono, 2010:
39)
Adapun variabel-variabel yang dimaksud adalah:
a. Variabel bebas atau independent variable yang terdapat di dalam judul
penelitian ini adalah lingkungan sekolah, variabel ini juga disebut
dengan variabel X. Variabel X terbagi menjadi dua bagian, yaitu X1
dan X2. Adapun X1 adalah peserta didik dan X2 adalah pendidik.
b. Sedangkan variabel terikat atau dependent variable yang terdapat di
dalam judul penelitian ini adalah kualitas pembelajaran, variabel ini
juga disebut dengan variabel Y. Variabel Y terbagi menjadi tiga bagian,
yaitu Y1, Y2, Y3 dan Y4. Adapun Y1 adalah kurikulum, Y2 adalah
Metode, Y3 adalah Media dan Y4 adalah Evaluasi.
2. Indikator Variabel
Setelah variabel penelitian terpenuhi kemudian dilanjutkan dengan
mengemukakan indikator-indikator variabel yang merupakan rujukan
empiris dari variabel yang diteliti. Indikator empiris ini nantinya akan
dijadikan sebagai dasar dalam membuat butir-butir atau item pertanyaan
dalam angket, interview dan observasi. (STAIN, 2011: 32-33)
Adapun indikator dari variabel yang terdapat pada judul penelitian
ini adalah:
a. Lingkungan sekolah
Variabel bebas atau independent variable yang terdapat di dalam
judul penelitian ini adalah lingkungan sekolah. Variabel ini terbagi
menjadi dua bagian, yaitu peserta didik dan pendidik. Maka indikator
yang dirumuskan adalah:
8

1) Peserta didik
(a) Karakteristik anak didik
(b) Pembawaan lingkungan anak didik
(c) Perbedaan individual
2) Pendidik
(a) Persyaratan pendidik
(b) Tugas pendidik
(c) Peran pendidik
b. Kualitas pembelajaran
Variabel terikat atau dependent variable yang terdapat di dalam
judul penelitian ini adalah kualitas pembelajaran. Variabel ini terbagi
menjadi empat bagian, yaitu kurikulum, metode, media dan . Maka
indikator yang dirumuskan adalah:
1) Kurikulum
(a) Berpikir realistis
(b) Optimistis
2) Keterampilan sosial
(a) Ceramah
(b) Tanya jawab
(c) Diskusi
(d) Pemberian tugas
(e) Demonstrasi
(f) Karya wisata
3) Media
(a) Grafis
(b) Audio
(c) Proyeksi diam
4) Evaluasi
Fungsi evaluasi

9

G. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah definisi yang digunakan sebagai pijakan
pengukuran secar empiris terhadap variabel penelitian dengan rumusan yang
didasarkan pada indikator variabel. (STAIN, 2011: 33).
1. Korelasi
Menurut kamus besar bahasa indonesia korelasi diartikan sebagai
hubungan timbal balik atau sebab akibat. (Pius, 1994: 83).
Dalam hal ini korelasi dikaitkan antara lingkungan sekolah dengan
peningkatan kualitas pendidikan apakah ada korelasi atau hubungan timbal
balik dalam proses pelaksanaan pendidikan tersebut.
2. Lingkungan sekolah
Lingkungan adalah sesuatu yang ada dalam di alam sekitar yang
memiliki makna atau pengaruh tertentu kepada individu (Hamalik, 2001:
195). Sekolah adalah sesuatu lembaga yang memberikan pengajaran
kepada murid-muridnya, lembaga pendidikan ini memberikan pengajaran
secara formal.
Dalam hal ini lingkungan sekolah merupakan suatu lingkungan
yang mempengaruhi pada sekitar lembaga pendidikan. Misalnya: sekolah
yang disekitarnya terdapat masyarakat yang dapat mempengaruhi terhadap
peningkatan kualitas pendidikan terhadap lembaga tersebut.
3. Kualitas pembelajaran
Kualitas pembelajaran merupakan suatu proses atau cara dalam
mengevektifkan pembelajaran dengan mendayagunakan sumber-sumber
pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan belajar seoptimal
mungkin.

H. Kajian Kepustakaan
1. Penelitian Terdahulu
Pada bagian ini peneliti mencantumkan berbagai hasil penelitian
terdahulu yang terkait dengan penelitian yang hendak di lakukan,
kemudian membuat ringkasannya, baik penelitian yang sudah
10

terpublikasikan atau belum terpublikasikan (skripsi, tesis, disertasi dan
sebagainya). Dengan melakukan langkah ini, maka akan dapat di lihat
sampai sejauh mana orisinalitas dan posisi yang hendak di lakukan.
(STAIN, 2011: 40)
Pada bagian ini peneliti mencantumkan hasil penelitian terdahulu
yang sedikit banyak mempunyai keterkaitan dengan penelitian yang kami
lakasnakan, penelitian terdahulu yang dimaksud adalah skripsi dengan
judul Partisipasi masyarakat dalam pengembangan lembaga pendidikan di
Sekolah Menengah Atas Islam Al Fattah Pecalongan Sukorambi
Bonowoso Tahun 2009/2010, yang disusun oleh Sri Ratih Citra Dewi
Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam STAIN Jember.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana partisipasi
masyarakat dalam pengembangan lembaga pendidikan di Sekolah
Menengah Atas Islam Al Fattah Pecalongan Sukorambi Bondowoso
Tahun 2009/2010. Adapun kesimpulan dari penelitian terdahulu tersebut
adalah bahwa SMA Al Fattah sebagai lembaga pendidikan swasta telah
mampu menarik respon masyarakat sekitar untuk turut serta berpartisipasi
dalam pengembangan lembaga pendidikan tersebut.
Adapun perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang
hendak kami lakukan terletak pada metode penelitian yang digunakan,
penelitian terdahulu menggunakan metode penelitian kualitatif sedangkan
penelitian yang hendak kami lakukan menngunakan metode penelitian
kualitatif. Begitu juga penelitian tersebut meneliti tentang partisi
partisipasi masyarakat dalam menembangkan lembaga pendidikan
sedangkan penelitian kami meneliti apakah ada korelasi antara lingkungan
sekolah dan kualitas pembelaran.
Penelitian terdahulu yang kedua adalah skripsi yang berjudul
Aplikasi metodologi pembelajaran pada upaya peningkatan kualitas siswa
di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Darul Falah Desa Ramban Kulon
Kecamatan Cermee Kabupaten Bondowoso Tahun Pelajaran 2009/2010,
11

yang disusun oleh Ike Istiana Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan
Agama Islam STAIN Jember.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan
Aplikasi metodologi pembelajaran pada upaya peningkatan kualitas siswa
di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Darul Falah Desa Ramban Kulon
Kecamatan Cermee Kabupaten Bondowoso Tahun Pelajaran 2009/2010,
yang dilihat dari aspek relevansi metode dengan materi pembelajaran, dari
aspek materi aqidah, akhlaq dan ibadah.
Adapun kesimpulan dari penelitian terdahulu tersebut adalah
metodologi pembelajaran di MTs Darul Falah sudah mengarah pada
aplikasi metodologi yang benar dan dilakukan secara maksimal dan sesuai
dengan materi Aqidah, Akhlak dan Ibadah serta sesuai dengan harapan dan
tujuan yang ada dalam proses pembelajaran dan pendidikan.
Adapun perbedaannya adalah penelitian terdahulu diarahkan atau
difokuskan pada peningkatan kualitas siswa sedangkan penelitian yang
hendak kami lakukan fokus pada kualitas pembelajarannya jadi lebih
umum dari penelitian terdahulu tersebut.
2. Kajian Teori
a. Kajian Teori Tentang Lingkungan Sekolah
Lingkungan adalah sesuatu yang ada dalam di alam sekitar
yang memiliki makna atau pengaruh tertentu kepada individu
(Hamalik, 2001: 195). Sekolah adalah sesuatu lembaga yang
memberikan pengajaran kepada murid-muridnya, lembaga pendidikan
ini memberikan pengajaran secara formal. Sekolah merupakan wadah
tempat proses pendidikan dilakukan, memiliki system yang kompleks
dan dinamis.
Dalam kegiatannya sekolah adalah tempat yang bukan hanya
tempat berkumpul guru dan murid, melainkan berada dalam satu
tatanan system yang saling berkaitan (Sagala, 2010: 70). Sedangkan
menurut pengertian umum, sekolah adalah sebagai tempat mengajar
dan belajar, sedangkan pengertian dari belajar itu sendiri adalah kata
12

belajar berasal dari kata ajar yang berati mencoba yaitu kegiatan
mencoba sesuatu yang belum atau tidak diketahui. Sedangkan
mengajar adalah menyampaikan pengetahuan kepada siswa di sekolah
(Hamalik, 2001: 44).
Tugas utama sekolaha adalah menjalankan proses belajar
mengajar, evaluasi kemajuan hasil belajar siswa, dan meluluskan
peserta didik yang berkualitas memenuhi standar yang dipersyaratkan
(Sagala, 2010: 71). Pada dasarnya sekolah tidak hanya disediakan
untuk anak-anak tetapi juga meliuti lembaga pendidikan yang
disediakan untuk orang dewasa seperi kursus-kursus, pusat
keterampilan dan sebagainya. Menurut Hamalik (2001: 5-6) sebagai
suatu lembaga yang menyelenggarakan pengajaran dan kesempatan
belajar harus memenuhi bermacam ragam persyaratan diantaranya
adalah sebagai berikut :
1) Murid (peserta didik)
a) Pengertian
Murid merupakan salah satu komponen dalam
pengajaran, disamping faktor guru, tujuan, dan metode
pengajara. Salah satu komponen maka dapat dikatakan bahwa
murid adalah komponen yang terpenting diantara komponen
lainnya. Pada dasarnya murid adalah unsur penentu dalam
proses belajar mengajar. Tanpa adanya murid, proses
pengajaran tidak akan terjadi, sebab muridlah yang
membutuhkan pengajaran dan bukan guru, guru hanya
berusaha memenuhi kebutuhan murid (Hamalik, 2001: 100).
Anak didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari
seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan
pendidikan.
Dalam perspektif pedagogis, anak didik adalah sejenis
makhluk hidup yang menghajatkan pendidikan. Dalam arti ini
anak didik disebut sejenis makhluk homo education.
13

Pendidikan merupakan suatu keharusan yang diberikan kepada
anak didik. Anak didik sebagai manusia yang berpotensi perlu
dibina dan dibimbing dengan peranta guru.
Sebagai makhluk manusia anak didik memiliki
karekteristik, menurut Sutari Imam Barnadib, Suwarno, dan
Siti Mechati, anak didik memiliki karakteristik tertentu, yaitu:
(1) Belum memiliki pribadi dewasa susila sehingga masih
menjadi tanggung jawab pendidik (guru)
(2) Masih menyempurnakan aspek tertentu dari
kedewasaannya, sehingga masih menjadi tanggung jawab
pendidik.
(3) Memiliki sifat-sifat dasar manusia yang sedang
berkembang secara terpadu yaitu kebutuhan biologis,
rohani, sosial, intelegens, emosi, kemampuan berbicara,
anggota tubuh untuk bekerja, latar belakang sosial, latar
belakang biologis, serta perbedaan individual .
b) Pembawaan dan lingkungan Anak didik
Looke berpandangan bahwa jiwa anak bagaikan tabula
rasa seperti sehelai kertas putih yang dapat ditulis dengan tinta
berwarna apa saja, merah atau hitam, dan sebagainya. J.J.
Rousseau memandang anak sebagai memiliki jiwa yang bersih
dank arena lingkungan maka ia akan jadi kotor (Hamalik, 2001:
100)
Sesungguhnya situasi interaksi edukatif tidak bisa
terlepas dari pengaruh latar belakang kehidupan anak didik.
Untuk itulah pembawaan dan lingkungan anak didik perlu
dibicarakan untuk mendapatkan gambaran mengenai faktor-
faktor yang mempengaruhi anak didik sebelum ia masuk
lembaga pendidikan formal.
Oleh karena itu anak yang baru lahir belum mampu
menghadapi kehidupan, tapi ia tergantung pada lingkungan,
14

anak yang tumbuh dan berkembang dilingkungan yang baik
maka ia akan baik, demikian juga sebaliknya. Bakat kurang
berperan penting dalam membentuk pribadi anak.
c) Perbedaan individual anak didik
(1) Perbedaan Biologis
Di dunia ini tidak ada seorang pun yang memiliki
jasmani yang persis sama, meskipun dalam satu keturunan.
(2) Perbedaan intelektual
Intelegensi merupakan salah satu aspek yang selalu
aktual untuk dibicarakan dalam dunia pendidikan.
Keaktualan itu dikarenakan intelegensi adalah unsur yang
ikut mempengaruhi keberhasilan belajar anak didik.
Intelegensi berarti kemampuan untuk memahami dan
beradaptasi dengan situasi yang baru dengan cepat dan
efektif. Setiap anak memiliki intelegensi yang berlainan,
dalam rangka mengetahui tinggi rendahnya intelegensi
seseorang, dikembangkanlah instrument yang dikenal
dengan dengan istilah tes intelegensi yang disingkat
dengan IQ. Pembagiannya adalah sebagai berikut:
(a) Luar biasa (genius) IQ diatas 140
(b) Pintar (begaaf) 110-140
(c) Normal (biasa) 90-110
(d) Kurang pintar 70-90
(e) Bebal (debil) 50-70
(f) Dungu (imbicil) 30-50
(g) Pusung (idiot) dibawah 30
(3) Perbedaan Psikologis
Ahli psikologis dan pendidikan serta semua orang
berpendapat bahwa setiap anak manusia berbeda secara
lahir maupun batin, jangankan pada aspek biologis, pada
15

aspek psikologis pun anak manusia berbeda (Syaiful, 2000:
51-60).
Jadi dengan adanya perbedaan itu kita akan
mengetahui perkembangan anak, baik dari aspek biologis
maupun dari aspek psikologisnya.
2) Guru (pendidik)
a) Pengertian Guru
Dalam pengertian yang sederhana, guru adalah orang
yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Guru
dalam pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan
pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak mesti dio lembaga
pendidikan formal, tetapi juga di masjid, disurau/mushala,
dirumah, dan sebagainya.
Guru memang menempati kedudukan yang terhormat di
masyarakat. Kewibawaanlah yang menyebabkan guru
dihormati (Syaiful, 2000: 31).
Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan
keahlian khusus sebagai guru. Pekerjaan ini tidak bisa
dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keahlian.orang yang
pandai berbicara dalam bidang-bidang belum dapat disebut
guru, untuk menjadi seoarang guru diperlukan syarat-syarat
khusus (Usman, 2006: 5).
b) Persyaratan Guru
(1) Taqwa kepada Allah SWT.
(2) Berilmu
(3) Sehat Jasmani
(4) Berkelakuan Baik
Sedangkan menurut bukunya Hamalik (2001: 118)
syarat-syarat guru adalah:
(1) Harus memiliki bakat sebagai guru
(2) Harus memiliki keahlian sebagai guru
16

(3) Memiliki kepribadian yang baik dan terintegrasi
(4) Memiliki mental sehat
(5) Berbadan sehat
(6) Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas
(7) Guru adalah manusia berjiwa pancasila
(8) Guru adalah seorang warga indonesia yang baik
c) Tugas Guru
Guru adalah figur seorang pemimpin dan guru
mempunyai kekuasaan untuk membentuk dan membangun
kepribadian anak didik menjadi seorang yang berguna bagi
agama, nusa dan bangsa. Jabatan guru memiliki banyak tugas,
baik yang terikat oleh dinas maupun diluar dinas dalam bentuk
pengabdian. Tugas guru tidak hanya sebagai suatu profesi
tetapi juga sebagai suatu tugas kemanusiaan dan
kemasyarakatan (Syaiful, 2000 : 36-37).
Tugas guru dikelompokkan menjadi tiga diantaranya
adalah sebagai berikut:
(1) Tugas guru sebagai profesi meliputi: mendidik, mengajar
melatih. Mendidik berarti meneruskan dan
mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti
meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan
keterampilan-keterampilan pada siswa.
(2) Tugas guru dalam bidang kemanusiaan di sekolah harus
dapat menjadikan dirinya orang tua kedua.
(3) Tugas guru dalam kemasyarakatan mendidik dan mengajar
masyarakat untuk menjadi warga Negara Indonesia yang
bermoral pancasila. Mencerdaskan bangsa Indonesia.
(Usman, 2006: 6-7)
d) Peran Guru
17

(1) Guru sebagai demonstrator, guru hendaknya menguasai
bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkannya serta
mengembangkan dalam arti meningkatkan kemampuannya
dalam hal ilmu yang dimilikinya.
(2) Guru sebagai pengelola kelas, guru hendaknya mampu
mengelola kelas sebagai lingkungan belajar merupakan
aspek dari lingkungan sekolah yang perlu diorganisasi.
(3) Guru sebagai Mediator dan Fasilitator, guru hendaknya
memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang
media pendidikan karena media pendidikan merupakan alat
komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajar
mengajar, sebagai fasilitator guru hendaknya mampu
menguhasakan sumber belajar yang berguna serta dapat
menunjang pencapaian tujuan dan proses belajar mengajar,
baik yang berupa nara sumber, buku teks, majalah ataupun
surat kabar.
(4) Guru sebagai Evaluator, dengan kegiatan ini bertujuan
untuk mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan itu
tercapai atau belum dan apakah materi yang diajarkan
sudah cukup tepat.
(5) Guru sebagai Supervisor, guru hendaknya dapat membantu
memperbaiki, dan menilai secara kritis terhadap
prosespengajaran
(6) Guru sebagai pembimbing, kehadiran guru disekolah untuk
membimbing anak didik menjadi manusia dewasa susila
yang cakap. Tanpa bimbingan, anak didik akan mengalami
kesulitan dalam menghadapi perkembangan dirinya.
(7) Guru sebagai Inisiator, guru harus dapat menjadi pencetus
ide-ide kemajuan dalam pendidikan dan pengajaran.
(8) Guru sebagai Informator, guru harus memberikan informasi
tentang perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
18

selain jumlah bahan pelajaran untuk setiap mata pelajaran
yang telah diprogramkan dalam kurikulum.
(9) Guru sebagai organisator, dalam bidang ini guru memiliki
kegiatan pengelolaan kegiatan akademik, menyusun tata
tertib sekolah, dan sebagainya. Sehingga dapat mencapai
efektivitas dan efesiensi dalam belajar pada diri anak didik.
(Syaiful, 2000: 43-48)
3) Sarana dan prasana
Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang
secara langsung dipergunakan untuk menunjang proses pendidikan,
khususnya proses belajar mengajar, seperti gedung, ruang kelas,
meja kursi, serta alat-alat dan media pengajaran. Sedangkan yang
dimaksud dengan prasarana pendidikan adalah fasilitas yang secara
tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan atau
pengajaran, seperti halaman, kebun, taman sekolah, jalan menuju
sekolah, dan sebagainya.
Sarana dan prasarana yang harus dimiliki sekolah meliputi
gedung, ruang pimpinan, ruang tata usaha, ruang kelas,
laboraturium, perpustakaan, pusat sumber pembelajaran, ruang
praktek, media pembelajaran, bahan/material, sarana pendidikan
jasmani dan olah raga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat
rekreasi dan kreasi, fasilitas kesehatan dan keselamatan bagi
perserta didik dan penyelenggara pendidikan, dan sarana-prasarana
lain sesuai denga tuntutan program-program pendidikan yang
diselenggarakan sekolah.
Ketersediaan, kesiapan, penggunaan sarana dan prasarana
merupakan hal yang penting bagi penyelenggara pendidikan di
sekolah (Matry, 2008: 115-117).
b. Kajian Teoritik Tentang Kualiatas Pembelajaran
1) Kurikulum
19

Kurikulum tingkat satuan pendidikan merupakan revisi dan
pengembangan dari kurukulum berbasis kompetensi atau ada yang
menyebut kurikulum 2004. KTSP lahir karena dianggap KBK
masih sarta dengan beban belajar dan pemerintah pusat. Oleh
karena itu kurikulum harus dapat mengikuti dinamika yang ada
dalam masyarakat. Kurikulum harus bisa menjawab kebutuhan
masyarakat luas dalam menghadapi persoalan kehidupan yang
dihadapi. Sudah sepatutnya kalau kurikulum itu terus diperbaharui
seiring dengan realitas, perubahan, dan tantangan dunia pendidikan
dalam membekali peserta didik menjadi manusia yang siap hidup
dalam berbagai keadaan, menurut Hasan (2002) kurikulum dapat
diartikan suatu dokumen atau rencana tertulis mengenai kualitas
pendidikan yang harus dimiliki oleh peserta didik melalui suatu
pengalaman bealajar (Kunandar, 2007: 112-113).
Kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah kurikulum
operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing
satuan pendidikan. Keberhasilan atau tidaknya dalam
mengimplementasikan kurikulum sangat bergantung pada guru dan
kepala sekolah, karena figur keduanya merupakan kunci yang
menentukan serta menggerakkan berbagai komponen dimensi
sekolah yang lain. Pada hakekatnya KTSP adalah sebuah model
pengembangan kurikulum berbasis sekolah yang menuntut
kemandirian guru (Mulyasa,2009: 4-5).
Dalam KTSP guru ditempatkan sebagai fasilitator dan
mediator yang membantu agar proses belajar siswa berjalan dengan
baik. Ada beberapa karekteristik dalam kurikulum ini diantaranya
adalah sebagai berikut:
a) Hasil belajar dinyatakan dengan kemampuan atau kompetensi
yang dapat didemonstrasikan atau ditampilkan
b) Semua peserta didik harus mencapai ketuntasan belajar
c) Penilaian menggunakan acuan criteria
20

d) Ada program remedial, pengayaan, dan percepatan
e) Pendidik merancang pengalaman belajar peserta didik
f) Tenaga pengajar sebagai fasilitator
g) Pembelajaran mencakup aspek efektif yang terintegrasi dalam
semua bidang
2) Metode
Dalam interaksi belajar mengajar, metode mengajar di
pandang sebagai salah satu komponen yang ada di dalamnya yang
mana komponen yang satu dengan komponen lainnya saling
mempengaruhi. Metode mengajar sebagai alat untuk mencapai
tujuan pengajaran yang ingin di capai, apabila guru dapat memilih
metode yang cocok dengan bahan pengajaran, maka proses belajar
mengajar akan berjalan secara efektif dan efesien dan akan
mencapai tujuan dalam pembelajaran. Hal yang penting dalam
metode ialah bahwa setiap metode pembelajaran yang digunakan
bekaitan dengan tujuan belajar yang ingin di capai, tujuannya
adalah untuk mendidik peserta didik agar sanggup memecahkan
masalah-masalah dalam belajarnya. Oleh karena itu untuk
mendorong keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar
seharusnya guru mengerti akan fungsi dan langkah-langkah
pelaksanaan metode mengajar.
Menurut Segala (2012: 201) ada beberapa metode mengajar
yang dapat dilakukan oleh guru adalah sebagai berikut:
a) Metode Ceramah
Ceramah adalah sebuah bentuk interaksi melalui
penerangan dan penuturan lisan dari guru kepada peserta didik .
Metode ceramah merupakan metode yang banyak dikenal
dipakai guru dalam proses belajar mengajar, karena metode ini
sangat mudah pelaksanaannya dan tidak membutuhkan tenaga
atau pikiran dan biaya yang terlalu banyak. Dalam
pelaksanaannya ceramah untuk menjelaskan uraiannya, guru
21

dapat menggunakan alat-alat bantu seperti gambar dan audio
visual dan lainnya (Soetomo, 1993: 146).
Peranan siswa dalam metode ini adalah mendengarkan
dengan teliti mencatat pokok-pokok penting yang dikemukakan
oleh guru. Agar ceramah itu menjadi metode yang baik, ada
berapa hal yang perlu diperhatikan yaitu:
(1) Metode ceramah digunakan jika jumlah khalayak cukup
banyak
(2) Metode ceramah dipakai jika guru akan memperkenalkan
materi pelajaran baru
(3) Metode ceramah dipakai khalayaknya telah mampu
menerima informasi melalui kata-kata
(4) Sebaiknya ceramah diselingi oleh penjelasan melalui
gambar dan alat-alat visual lainnya, dan
(5) Sebelum ceramah dimulai sebaiknya guru berlatih dulu
memberikan ceramah. (Sagala, 2010: 202)
b) Metode Tanya Jawab
Metode Tanya jawab adalah suatu metode dimana guru
menggunakan atau memberi pertanyaan kepada murid dan
murid menjawab, atau sebaliknya murid bertanya pada guru
dan guru menjawab pertanyaan dari murid (Soetomo, 1993:
150).
Pendekatan dalam belajar mengajar umumnya
menempuh dua macam variasi yaitu memberikan stimulus dan
mengadakan pengarahan aktivitas, banyak yang dapat kita
bicarakan mengenai tekinik mengajar yang baik, antara lain
teknik bertanya. Pertanyaan adalah pembangkit motivasi yang
dapat merangsang peserta didik untuk berpikir. Melalui
pertanyaan peserta didik didorong untuk mencari dan
menemukan jawaban yang tepat dan memuaskan (Sagala,
2012: 203).
22

Keuntungan penggunaan metode tanya jawab adalah
sebagai berikut:
(1) Suasana lebih menjadi aktif
(2) Anak mendapat kesempatan baik secara individu mapun
kelompok untuk menanyakan hal-hal yang belum
dimengerti
(3) Guru dapat mengetahui bagaimana penguasaan anak
terhadap materi yang sedang disampaikan,
(4) Mendorong anak untuk berani mengajukan pendapatnya.
(Soetomo, 1993:153)
Adapun kelemahan metode Tanya jawab ini adalah
sebagai berikut:
(a) Pertanyaan dari guru sering menuju kepada pertanyaan
yang sifatnya hafalan
(b) Tanya jawab kalau dilakukan secara terus menerus akan
dapat menyimpang dari pokok bahasan yang sedang
dipelajari
(c) Guru tidak dapat mengetahui secara pasti apakah anak
yang tidak mengajukan pertanyaan itu telah memahami dan
menguasai materi yang telah diberiakan.
c) Metode Diskusi
Diskusi adalah percakapan ilmiah yang responsive
berisikan pertukaran pendapat yang dijalin dengan pertanyaan-
pertanyaan problematis pemunculan ide-ide dan pengujian ide-
ide ataupun pendapat dilakukan oleh beberapa orang yang
tergabung dalam kelompok itu yang diarahkan untuk
memperoleh pemecahan masalahnya dan untuk mencari
kebenaran. (Sagala, 2010: 208-209)
Manfaat diskusi antara lain adalah sebagai berikut:
(1) Peserta didik memperoleh kesempatan untuk berpikir
23

(2) Peserta didik mendapat pelatihan mengeluarkan pendapat,
sikap dan aspirasinya secara bebas
(3) Peserta didik belajar bersikap toleran terhadap teman-
temannya
(4) Diskusi dapat menumbuhkan partisipasi aktif dikalangan
peserta didik
(5) Diskusi dapat mengembangkan sikap demokratif, dapat
menghargai pendapat orang lain
(6) Dengan diskusi, pelajaran menjadi relevan dengan
kebutuhan masyarakat karena diskusi selalu dipakai dalam
pergaulan sehari-hari.
Disamping manfaat menggunakan metode diskusi ada
beberapa kelemahan diantaranya adalah sebagai berikut:
(1) Diskusi terlampau menyerap waktu
(2) Pada umumnya peserta didik tidak berlatih untuk
melakukan diskusi dan menggunakan waktu diskusi dengan
baik, maka kecenderungannya mereka tidak sanggup
berdiskusi
(3) Kadang-kadang guru tidak memahami cara-cara
melaksanakan diskusi, maka kecenderungannya diskusi
menjadi tanya jawab
Beberapa diskusi yang lazim dilakukan yaitu: diskusi
panel (diskusi ini hanya dilakukan oleh beberapa orang yang
terpilih), symposium(jalan diskusinya sama dengan panel
namun diakhiri dengan sebuah keputusan), diskusi
seminar(dalam seminar terdapat jenis pengarahan yang
memberi garis pembicaraan dalam diskusi), diskusi lokakarya,
diskusi formal, diskusi kuliah, dan lain-lain.
d) Metode Pemberian Tugas
Metode pemberian tugas sering diartikan sebagai
pekerjaan rumah, akan tetapi sebenarnya metode pemberian
24

tugas ini mempunyai ruang lingkup yang lebih luas
dibandingkan dengan pekerjaan rumah. Karena metode
pemberian tugas adalah pemberian tugas dari guru kepada anak-
anak untuk diselesaikan dan di pertanggung jawabkan. Siswa
dapat menyelesaikan disekolah, diperpustakaan, dilaboratorium,
dirumah atau di tempat-tempat lain yang kiranya dapat
menunjang terselesainya tugas yang diberikan kepadanya.
Metode pemberian tugas ini dalam pelaksanaannya
mempunyai beberapa kelebihan diantaranya adalah sebagai
berikut:
(1) Dapat membangkitkan anak untuk lebih giat belajar
(2) Dapat memupuk rasa tanggung jawab anak
(3) Dapat memupuk rasa percaya pada diri sendiri
(4) Dapat mengembangkan pola berpikir, keterampilan,
maupun efektif anak yang berhubungan dengan tugas yang
diberikan kepadanya.
Disamping kelebihan diatas , metode pemberian tugas
mempunyai kelemahan diantaranya adalah sebagai berikut:
(1) Tugas-tugas yang diberikan kepada anak sukar dikontrol
oleh guru, sehingga guru sulit menentukan apakah tugas itu
diselesaikan oleh anak itu sendiri atau diselesaikan oleh
orang lain
(2) Sulit untuk memberikan tugas yang dapat memenuhi
perbedaan individu
(3) Kalau tugas yang diberikan terlalu sulit bagi siswa, maka
dapat menurunkan minat belajar siswa itu sendiri.
(Soetomo, 1993: 159-162)
e) Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah pertunjukan tentang proses
terjadinya suatu peristiwa atau benda sampai pada penampilan
tingkah laku yang dicontohkan agar dapat diketahui dan
25

dipahami oleh peserta didik secara nyata atau tiruannya.
(Sagala, 2010: 210).
Metode demonstrasi merupakan metode yang sangat
efektif dalam menolong siswa dalam mencari jawaban atas
pertanyaan. Ada beberapa kelebihan dalam metode
demonstrasi, yaitu:
(1) Siswa akan memperoleh gambaran yang lebih jelas
mengenai proses sesuatu yang telah didemonstrasikan
(2) Perhatian siswa akan lebih mudah dipusatkan pada hal-hal
yang penting yang sedang dibahas, sehingga
memungkinkan terjadinya proses belajar anak yang
optimal
(3) Dapat mengurangi kesalahan pengertian antara anak dengan
guru karena dengan demonstrasi siswa dapat mengamati
sendiri proses dari sesuatu.
(4) Akan dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk
mendiskusikan apa yang telah didemonstrasikan.
f) Metode Karya Wisata
Karya wisata ialah pesiar yang dilakukan oleh para
peserta didik untuk melengkapi pengalaman belajar tertentu,
dengan karya wisata sebagai metode belajar mengajar, anak
didik dibawah bimbingan guru peserta didik mengunjungi
tempat-tempat tertentu dengan maksud untuk belajar. (Sagala,
2010: 214-215).
Ada beberapa kelebihandengan metode karya wisata
diantaranya adalah sebagai berikut:
(1) Anak didik dapat mengamati kenyataan-kenyataan yang
beraneka ragamdariv dekat
(2) Anak didik dapat menghayati pengalaman-pengalaman baru
dengan mencoba turut serta didalam suatu kegiatan
26

(3) Anak didik dapatr menjawab masalah-masalah atau
pertanyaan-pertanyaan dengan melihat, mendengar,
mencoba dan membuktikan secara langsung
(4) Anak didik dapat memperoleh informasi dengan cara
mengadakan wawancara atau mendengarkan ceramah yang
diberikan on the spot; dan
(5) Anak didik dapat mempelajari sesuatu secara integral dan
komprehensif.
Adapun kelemahannya adalah sebagai berikut:
(1) Memerlukan persiapan yang melibatkan banyak pihak
(2) Jika karyawisata sering dilakukan akan mengganggu
kelancaran rencana pelajaran, apalagi jika tempat-tempat
yang dikunjungi jauh dari sekolah
(3) Kadang-kadang mendapat kesulitan dalam bidang
pengangkutan
(4) Jika tempat yang dikunjungi itu sukar diamati
(5) Memerlukan pengawasan yang ketat
(6) Memerlukan biaya yang relative tinggi
3) Media
Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk
jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau
pengantar. Gagne (1970) menyatakan bahwa media adalah
berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat
merangsangnya untuk belajar. Sementara itu Briggs (1970)
berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat
menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar, seperti:
buku, film, kaset, dan lain sebagainya.
Asosiasi Pendidikan Nasional (National Education
Association) memiliki pengertian yang berbeda, media adalah
bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audio visual serta
peralatannya. Media hendaknya dapat dimanipulasi, dapat dilihat,
27

didengar, dan dibaca. Adapun batasan yang diberikan, ada
persamaan diantara batasan tersebut yaitu bahwa media adalah
segala sesuatu yang dapat digunakab untuk menyalurkan pesan dari
pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran,
perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian
rupa sehingga proses belajar terjadi. (Sadiman, dkk, 2007: 6-7).
Media adalah perantara atau pengantar pesan dari
pengiriman ke penerima pesan. Lebih luasnya pengertian media
adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan
pesan dari pengirim ke penerima pesan sehingga dapat merangsang
pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa
sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. (STAIN, 2006:
25-26).
Secara umum media pendidikan mempunyai kegunaan-
kegunaan sebagai berikut: (Sadiman. dkk, 2007: 17)
a) Memperjelas penyajian pesan
b) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera
c) Dengan menggunakan media pendidikan secara tepat dan
bervariasi dapat menimbulkan kegairahan belajar peserta didik.
Ada beberapa karekteristik jenis media yang sering
digunakan kegiatan belajar mengajar, diantaranya adalah sebagai
berikut:
(1) Media Grafis
Media grafis termasuk media visual, sebagaimana
halnya media yang lain. Media grafis berfungsi untuk
menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan, saluran
yang dipakai menyangkut indera penglihatan dan pesan yang
akan disampaikan dituangkan kedalam symbol-simbol visual.
Simbol-simbol tersebut perlu dipahami benar artinya agar
proses penyampaian pesan dapat berhasil dan efesien. Selain
fungsi umum tersebut, secara khusus grafis berfungsi pula
28

untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide,
mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang mungkin akan
cepat dilupakan atau diabaikan bila tidak digrafiskan.
Ada beberapa jenis media grafis diantaranya adalah
sebagai berikut:
(a) Gambar/foto
(b) Sketsa
(c) Diagram
(d) Bagan
(e) Grafik
(f) Kartun
(g) Poster
(h) Peta dan Globe
(i) Papan Flanel
(j) Papan buletin
(2) Media Audio
Berbeda dengan media grafis, media audio berkaitan
dengan indera pendengaran. Ada beberapa jenis media audio
diantaranya adalah sebagai berikut:
(a) Radio
(b) Alat perekam pita magneti
(c) Laboraturium bahasa
(3) Media Proyeksi Diam
Media proyeksi diam mempunyai persamaan dengan
media grafik dalam arti menyajikan rangsangan-rangsangan
visual. Selain itu, bahan-bahan grafis banyak sekali dipakai
dalam media proyeksi diam. Perbedaan yang jelas diantara
mereka adalah kalau media grafisdaoat secara langsung
berinteraksi dengan pesan media yang bersangkutan pada
media proyeksi, pesan tersebut harus diproyeksikan dengan
proyektor agar dapat dilihat oleh sasaran, terlebih dahulu.
29

Adakalanya media jenis ini disertai rekaman audio, tapi ada
pula yang hanya visual saja. Ada beberapa jenis media proyeksi
antara lain adalah sebagai berikut:
(a) Flim Bingkai
(b) Media transparansi
(c) Proyektor tak tembus pandang
(d) Mikrofis
(e) Flim
(f) Flim gelang
(g) Televise (TV)
(h) Video
4) Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui keefektifan
pembelajaran dan pembentuka kompetensi yang dilakukan, serta
untuk mengetahui apakah kompetensi dasar dan tujuan-tujuan yang
telah dirumuskan dapat dicapai oleh peserta didik melalui
pembelajaran, hasil evaluasi dapat digunakan untuk berbagai
kepentingan, memberikan penilaian terhadap peserta didik dan juga
sebagai balikan untuk memperbaiki program pembelajaran
(Mulyasa, 2009: 186-187). Evaluasi merupakan proses yang
menentukan kondisi, dimana suatu tujuan telah dapat dicapai,
definisi ini menerangkan secara langsung hubungan evaluasi
dengan tujuan suatu kegiatan yang mengukur derajat, dimana satu
tujuan dapat dicapai.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional pasal 57 ayat (1),
evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan
secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara
pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan diantaranya
terhadap peserta didik, lembaga, dan program pendidikan. Dan
evaluasi merupakan proses pertumbuhan siswa dalam proses
30

belajar mengajar, pencapaian perkembangan siswa perlu diukur,
baik posisi siswa sebagai individu maupun kelompok. Evaluasi
harus dilakukan secara sistematis dan terus-menerus agar dapat
menggambarkan kemampuan para siswa yang dievaluasi. Secara
garis besar evaluasi pembelajaran dibedakan menjadi tiga macam,
yaitu pencapaian akademik, kecakapan, dan penyesuian personal
sosial.
Evaluasi mempunyai fungsi yang bervariasi di dalam
proses belajar mengajar, yaitu sebagai berikut:
a) Sebagai alat guna untuk mengetahui apakah peserta didik telah
menguasai pengetahuan, nilai-nilai, dan keterampilan yang
telah diberikan oleh seorang guru.
b) Untuk mengetahui aspek-aspek kelemahan peserta didik dalam
melakukan kegiatan belajar.
c) Mengetahui tingkat ketercapaian siswa dalam kegiatan belajar
d) Sebagai sarana umpan balik bagi seorang guru, yang bersumber
dari siswa
e) Sebagai alat untuk mengetahui perkembangan belajar siswa
f) Sebagai materi utama laporan hasil belajar kepada para orang
tua siswa.
c. Kajian Teori Tentang Lingkungan Sekolah dan Kualitas Pembelajaran
Sebagaimana telah dijelaskan dan diuraikan diatas bahwa
lingkungan sekolah dan kualitas pembelajaran merupakan satu
kesatuan yang saling mendukung. Karena lingkungan sekolah
merupakan bagian yang berada di sekitar lembaga atau sekolah. Begitu
juga dengan sekolah tanpa adanya masyarakat atau lingkungan sekolah
yang mendukungnya maka sekolah tidak akan bisa maju dan
berkembang.
Kualitas pembelajaran merupakan cara-cara mengukur
keefektifan pembelajaran. Jadi semua hal yang mendukung baik dari
31

kurikulum yang diterapkan, metode, media dan evaluasi ini di lakukan
agar supaya dapat mengefektifkan suatu pembelajaran tersebut.
Oleh karena itu di dalam kualitas pembelajaran ini juga tidak
terlepas dari lingkungan sekolah yang dapat mendukung sepenuhnya
untuk mengembangkan suatu lembaga pendidikannya. Karena
lingkungan sekolah juga melihat kebutuhan sekolah itu sendiri
sehingga dapat diketahui dan dapat dipenuhi dari kekurangan-
kekurangan tersebut sehingga pembelajarannya bisa menjadi
berkualitas.

I. Metode penelitian
1. Pendekatan penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah pendekatan ilmiah yang
sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-
hubungannya.
Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif. Dalam melakukan penelitian, peneliti secara langsung terjun ke
lapangan, sehingga jenis penelitiannya termasuk Field Research atau
penelitian lapangan. (Prasetyo, 2005: 49)
2. Populasi dan sampel
a. Populasi
Menurut Arikunto (2006:130), populasi adalah keseluruhan
subjek penelitian. Sama halnya dengan pendapat Soepeno (2002: 82)
Populasi adalah keseluruhan subjek atau objek yang menjadi sasaran
penelitian. Sedangkan menurut Sugiyono (2010: 80) populasi adalah
wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subjek yang menjadi
kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Dari beberapa definisi populasi di atas, dapat disimpulkan
bahwa populasi adalah keseluruhan dari subyek penelitian yang
32

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu. Dalam penelitian ini,
populasi yang akan kami ambil adalah siswa kelas IV, V dan VI, serta
guru dan warga lingkungan Madrasah Ibtidaiyah Maarif Condro.
b. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh suatu populasi tersebut (Sugiyono, 2010: 81). Menurut
Arikunto (2006: 131) sampel adalah sebagian atau wakil populasi
yang diteliti. Sedangakn menurut Anwar (1998: 77) sampel adalah
sebagian dari populasi.
Dari beberapa definisi sampel tersebut dapat kami katakan
bahwa sampel adalah sebagian dari populasi yang mewakili
karakteristik yang dimiliki populasi.
Adapun teknik penarikan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Stratified Proporsional Random Sampling yaitu
teknik pengambilan sampel secara proporsional atau berimbang
terhadap populasi yang terbagi atas kelas-kelas sub populasi dan
masing-masing strata diambil secara acak dan jumlahnya dibatasi.
Untuk menentukan berapa jumlah sampel yang hendak diteliti
yaitu: apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua
sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi, jika
jumlah subjeknya lebih besar maka dapat diambil antara 10-15% atau
20-25% atau lebih (Arikunto, 2006: 134)
Dalam penelitian ini kami akan mengambil 20% dari populasi
yang ada.
3. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Salah satu prosedur terpenting dalam sebuah penelitian adalah
menentukan teknik dan instrumen pengumpulan data. Instrumen penelitian
adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun
sosial yang diamati. Secara spesifik Semua fenomena ini disebut variabel
penelitian (Sugiyono, 2010: 102). Dalam literatur yang lain Arikunto
(2006: 160) mengatakan bahwa Instrumen penelitian adalah alat atau
33

fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar
pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat,
lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Besarnnya kualitas
dan kuantitas data atau informasi yang ingin diperoleh sangat dipengaruhi
oleh teknik dan instrument pengumpulan data yang dipilih.
Adapun teknik-teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Observasi
Adapun pengertian Observasi menurut para ahli adalah sebagai
berikut: Observasi atau pengamatan adalah alat pengumpulan data
yang dilakukan dengan dengan cara mengamati dan mencatat secara
sitematik gejala-gejala yang diselidiki (Narbuko, 2010: 70).
Sedangkan menurut Nazir (1998: 212) observasi adalah cara
pengambilan data dengan dengan menggunakan mata tanpa ada
pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut.
Dari kedua asumsi tentang observasi diatas, peneliti
menyimpulkan bahwa observasi merupakan suatu metode
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati objek
penelitian secara langsung tanpa menggunakan alat bantu apapun, dan
mencatat gejala-gejala yang diamati secara sistematis.
Adapun data yang ingin diperoleh melalui metode ini adalah
sebagai berikut:
1) Keadaan geografis madrasah.
2) Lingkungan madrasah.
3) Proses pembelajaran di madrasah.
b. Wawancara (interview)
Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang
berlangsung secara lisan dimana dua orang atau lebih bertatap muka
mendengarkan secara langsung informasi- informasi atau keterangan
(Narbuko, 2010: 83). Sedangkan menurut subana (2000: 29)
34

wawancara adalah instrumen pengumpul data yang yang digunakan
untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya.
Dari beberapa definisi diatas, peneliti menyimpulkan bahwa
wawancara adalah suatu proses tanya jawab dalam sebuah penelitian
antara pewawancara dan responden dengan bertatap muka secara
langsung.
Secara umum wawancara dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:
1) Wawancara terpimpin;
2) Wawancara bebas;
3) Wawancara bebas terpimpin;
Adapun teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini
adalah wawancara bebas terpimpin, karena peneliti menganggap teknik
ini lebih fleksibel. Sedangkan data yang ingin diperoleh melalui
metode ini adalah sebagai berikut:
1) Profil madrasah.
2) Perkembangan madarasah dari tahun ke tahun.
3) Proses pembelajaran yang diterapkan (kurikulum, metode, media
dan evaluasi)
c. Kuesioner
Kuesioner merupakan teknik pengupulan data dengan
menggunakan daftar pertanyaan tentang masalah yang akan diteliti.
Hal ini sesuai dengan pendapat para ahli bahwa Kuesioner atau angket
adalah instrumen pengumpul data yang digunakan dalam teknik
komunikasi tak langsung (Subana: 2000: 30).
Adapun macam-macam angket terdiri dari dua macam, yaitu:
1) Angket berstruktur (tertutup)
Dalam angket ini, jawaban pertanyaan yang diajukan sudah
disediakan oleh peneliti.
2) Angket tidak berstruktur (terbuka)
35

Dalalm angket ini, pertanyaan diajukan dalm bentuk
pertanyaan terbuka. Jadi, responden diberikan kebebasan untuk
menjawab pertanyaan menurut pendapatnya sendiri.
Adapun angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah
angket langsung. Sedangkan data yang ingin diperoleh melalui
metode ini adalah data mengenai korelasi antara lingkungan sekolah
dan kualitas pembelajaran.
d. Dokumentasi
Metode dokumentasi merupakan teknik mencari data mengenai
hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar,
majalah, prasasti, dan sebagainya (Arikunto, 2006: 231).
Sedangkan menurut Sudijono (2001: 27) metode dokumentasi
dilakukan dengan meneliti bahan dokumentasi yang ada dan
mempunyai relevansi dengan tujuan penelitian. Jadi metode
dokumentasi dilakukan dengan mencari data-data dokumentasi yang
berhubungan dengan tujuan penelitian.
Adapun data yang ingin diperoleh melalui metode ini adalah
sebagai berikut:
1) Sejarah berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Maarif (MIMA) Condro-
Jember
2) Struktur organisasi (MIMA) Condro-Jember
3) Data mengenai poses pembelajaran Madrasah Ibtidaiyah Maarif
(MIMA) Condro-Jember.
4) Data keadaan dan jumlah guru (MIMA) Condro-Jember
5) Data siswa di Madrasah Ibtidaiyah Maarif (MIMA) Condro-
Jember.
6) Denah sekolah (MIMA) Condro-Jember
7) Data keadaan sarana dan prasarana (MIMA) Condro-Jember
8) Prestasi belajar (nilai rapor)

4. Analisis Data
36


2
2
2
2
xy
(Y) (X) Y X
r
Y Y N X X N
N


Setelah data yang diperlukan dalam penelitian ini berhasil
dikumpulkan, langkah selanjutnya adalah melakukan analisis terhadap
data-data yang telah diperoleh. Adapun teknik yang digunakan adalah
teknik analisis kuantitatif dengan menggunakan rumus statistik. Rumus
statistik yang digunakan adalah rumus produc mument, karena data yang
akan dihasilkan berbentuk interval (Subana, 2000: 149) dengan rumus
sebagai berikut:


Keterangan:
r
xy
= Koefisien korelasi antara variabel X dan Y
N = Jumlah subjek penelitian
XY = Jumlah hasil perkalian tiap-tiap skor asli dari X dan Y
X = Jumlah skor asli variabel X
Y = Jumlah skor asli variabel Y
Setelah diperoleh nilai r hitung, maka selanjutnya dilakukan
pengujian hipotesa. Jika r hitung r tabel, maka Ho di tolak dan (Ha
diterima). Akan tetapi jika r hitung r tabel, maka Ho di terima dan (Ha di
tolak).
Selanjutnya untuk mengetahui kekuatan hubungannya maka nilai
r
hitung
dikonsultasikan dengan tabel interpretasi nilai r sebagaimana table
di bawah ini:
Tabel Interpretasi nilai r.
Besarnya nilai r Interpretasi
Antara 0,800 sampai dengan 1,000 Tinggi
Antara 0,600 sampai dengan 0,800 Cukup
Antara 0,400 sampai dengan 0,600 Agak rendah
37

Antara 0,200 sampai dengan 0,400 Rendah
Antara 0,000 sampai dengan 0,200 Sangat rendah

(Arikunto, 2006: 276)

J. Sistematika pembahasan
Untuk mengetahui skripsi ini secara keseluruhan dan berurutan sesuai
dengan pembahasannya, maka dibuat sistematika pembahasan sesuai petunjuk
skripsi yang telah ditetapkan. Sistematika pembahasan dalam skripsi ini secara
umum terbagi menjadi empat bab yaitu :
Bab I Pendahuluan, dalam bab ini dibahas mengenai latar belakang,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup
penelitian (mencakup variabel penelitian, indikator penelitian, dan definisi
operasional), hipotesis, metode penelitian (mencakup pendekatan dan jenis
penelitian, populasi dan sampel, teknik dan instrumen pengumpulan data, dan
analisis data) dan diakhirid dengan sistematika pembahasan.
Bab II kajian kepustakaan, dalam bab ini dibahas mengenai penelitian
terdahulu didalamnya dicantumkan berbagai hasil penelitian terdahulu yang
terkait dengan judul skripi ini yaitu pengaruh kompetensi guru PAI terhadap
Aktivitas balajar mengajar kemudian dilanjutkan dengan kajian teori tentang
kompetensi guru PAI dan kajian tentang aktivitas belajar mengajar siswa.
Adapun Bab III adalah pembahasan mengenai penyajian data dan
analisis yang meliputi gambaran objek penelitian, penyajian data, analisis dan
pengujian hipotesis, dan pembahasa.
Sementara pada Bab IV yaitu bab penutup. Dalam bab ini merupakan
akhir dari isi skripsi yang terdiri dari kesimpulan dan saran-saran.


38

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Saifuddin. 1998. Metode penelitian. Yogyakarta: Pustaka pelajar.
Arikunto, suharsimi. 2006. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek.
Jakarta: Rineka cipta.
Bahri, Syaiful, Djamarah. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif,
Jakarta: PT. Renika Cipta
DEPAG RI. 1997. Al-Quran Dan Terjemahnya. Surabaya: C.V. JAYA SAKTI
Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT. Bumi Aksara
Kunandar. 2007. Guru Profesional; Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada.
Matry, Nurdin, 2008. Implementasi Dasar-dasar Manajemen Sekolah Dalam Era
Otonomi Daerah, Makasar: Aksara Madani
Maunah, Binti. 2007. Ilmu Pendidikan. Jember: Center for Society Studies.
Mulyasa, 2009. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemandirian
Guru dan Kepala Sekolah. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Narbuko, cholid dan abu ahmadi. 2010. Metodologi penelitian. Jakarta: Bumi
aksara.
Nazir, Moh. 1998. Metode penelitian. Jakarta: Ghalia indonesia.
Pius, Partanto dkk. 1994. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Praktis. Surabaya:
Arkola.
Sadiman, dkk. 2007. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan dan
Pemanfaatannya, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Saffat, Idri. 2009. Optimezed Learning Strategy: Pendekatan Teoritis dan Praktis
Meraih Keberhasil, Jakarta: Prestasi Pustaka.
Sagala, Syaiful. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran Untuk Memecahka
Problematika Belajar Mengajar, Bandung: CV. Alfabeta.
Shony, Djunaidi, Dkk. 2009. Petunjuk Praktis Penelitian Pendidikan.
Yogyakarta: Percetakan Sukses Ofset Seleman.
39

Soetomo. 1993. Dasar-dasar Interaksi Belajar Mengajar, Surabaya: Usaha
Nasional.
STAIN. 2004. Teknologi Pendidikan dan Media Pembelajaran, Jember
Subana Dkk. 2000. Statisitik pendidikan. Bandung: CV Pustaka setia.
Sudijono, anas. 2001. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajagrafindo
persada.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Thabrani, Muis. 2001. Ilmu Pendidikan. Jember.
Tim Penyusun. 2011. Pedoman penulisan karya tulis ilmiyah. STAIN Jember
Usman, Moh, Uzer. 2006. Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
http://www.asrori.com/2011/10/ pendidikan-pengertian-kualitas.html




40


MATRIK PENELITIAN

JUDUL VARIABEL
SUB
VARIABEL
INDIKATOR
SUMBER
DATA
METODE PENELITIAN HIPOTESIS
Korelasi
Antara
Lingkungan
Sekolah dan
Kualitas
Pembelajaran
di MIMA
Condro Jember
Tahun
Pelajaran
2011/2012
1. Lingkungan
sekolah












2. Kualitas
pembelajaran

1.1 Peserta didik






1.2 Pendidik




1.3 Sarana dan
prasarana
2.1 Kurikulum

2.2 Metode





2.3 Media


2.4 Evaluasi

1.1.1 Karakteristik anak
didik
1.1.2 Pembawaan
lingkungan anak
didik
1.1.3 Perbedaan
individual
1.2.1 persyaratan
pendidik
1.2.2 tugas pendidik
1.2.3 peran pendidik

1.4.1 sarana
1.4.2 prasarana
2.1.1 Karakteristik
kurikulum
2.3.1 ceramah
2.3.2 Tanya jawab
2.3.3 Diskusi
2.3.4 Pemberian tugas
2.3.5 demonstrasi
2.3.6 Karya wisata
2.4.1 Grafis
2.4.2 Audio
2.4.3 Proyeksi diam
2.4.1 Fungsi evalusi
1. Responden
100 siswa
MIMA
Condro
Jember

2. Informan :
a. Kepala
Sekolah
b. Guru
c. Siswa

3. Dokumentasi

1. Metodelogi penelitian
menggunakan
pendekatan kuantitatif
2. Penentuan populasi
sampel menggunakan
cara Stratified
Proporsional Random
Sampling
3. Metode pengumpulan
data
a. Observasi
b. Interview
c. Dokukumentasi
d. angket
4. Menggunakan rumus
product moment

rxy = Nxy (x)(y)
[Nx- (x)][(Ny- (y)]



1. Hipotesis Mayor
Ada Korelasi antara
Lingkungan sekolah
dan Kualitas
Pembelajaran di
Madrasah Ibtidaiyah
Maarif (MIMA)
Condro-Jember Tahun
Pelajaran 2011/2012

2. Hipotesis Minor
a. Ada korelasi antara
lingkungan sekolah
dan kualitas
Pembelajaran
Pendidikan Agama
Islam di Madrasah
Ibtidaiyah Maarif
(MIMA) Condro-
Jember Tahun
Pelajaran 2011/2012.

b. Ada korelasi antara
lingkungan sekolah
dan kualitas
Pembelajaran
Pendidikan Umum
di Madrasah
Ibtidaiyah Maarif
(MIMA) Condro-
Jember Tahun
Pelajaran 2011/2012.
41

ANGKET PENELITIAN
Nama :.
Kelas :.
Jenis kelamin :.
Berilah tanda silang (X) pada salah satu pilihan jawaban dibawah ini.
Peningkatan kualitas pendidikan.
1. Apakah Guru Madrasaha Ibtidaiyah Maarif (MIMA) pernah menyarankan
anda untuk belajar sesuai dengan materi pembelajaran anda?
a. Iya, selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah
2. Apakah Guru anda memberitahu anda tentang bagaimana cara memahami
pelajaran?
a. Iya, selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah
3. Apakah Guru anda menyarankan anda agar membuat jadwal belajar?
a. Iya, selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah
4. Apakah Guru anda memotifasi anda untuk belajar setiap hari?
a. Iya, selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah
5. Apakah Guru anda, memberitahu anda tentang tata cara belajar secara efektif
kepada anda?
a. Iya, selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah
6. Apakah Guru anda memberikan bimbingan agar anda menyukai setiap mata
pelajaran?
a. Iya, selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah
7. Apakah Guru anda memberitahu anda tentang bagaimana caranya agar tetap
fokus menerima pelajaran?
a. Iya, selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah
8. Apakah Guru anda memotifasi anda agar mempertahankan atau
meningkatkan prestasi belajar anda?
a. Iya, selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah

42

9. Apakah Guru anda menyarankan anda agar menjaga kesehatan sehingga tetap
semangat dalam menerima pelajaran?
a. Iya, selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah
10. Apakah Guru anda memberikan tugas yang sesuai dengan pelajaran yang
diberikan?
a. Iya, selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah
11. Apakah Guru anda bertanya tentang bidang kemampuan belajar yang anda
miliki?
a. Iya, selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah
12. Apakah Guru anda memotifasi anda agar melanjutkan sekolah ke tingkat
SMP/MTs?
a. Iya, selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah
13. Apakah Guru anda membantu anda dalam memilih alat yang sesuai dengan
mata pelajaran yang diberikan?
a. Iya, selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah
14. Apakah Guru anda menyarankan anda agar mengikuti kegiatan keagamaan
yang diadakan di sekolah?
a. Iya, selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah
15. Apakah Guru anda menyarankan anda agar menggunakan skil atau
keterampilan yang anda miliki ketika anda sudah lulus?
a. Iya, selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah

You might also like