You are on page 1of 4

Visa di Jakarta : Sebuah Wacana Mengatasi Problematika Jakarta Penduduk Jakarta sudah terlalu padat.

Banyaknya peluang kerja dan Jakarta sebagai pusat niaga dan pemerintahan di negara ini membuat Jakarta seperti magnet bagi daerah-daerah lain di Indonesia. Ditambah lagi dengan kemacetan yang terjadi mungkin menjadi pemandangan yang biasa. Bahkan, setiap setelah Lebaran, puluhan operasi digelar untuk menertibkan para pendatang. Jakarta sudah menapaki fase paranoid. Banyaknya pendatang dengan tingkat pendidikan rendah membuat kesempatan mereka untuk memperoleh pekerjaan dan pendidikan yang layak semakin kecil sehingga angka pengangguran di Jakarta juga semakin tinggi selain ditambah dengan tingkat pengangguran yang tinggi pula dari penduduk asli Jakarta. Berbagai wacana mengenai bagaimana cara mengatasi permasalahan Jakarta, dari Arsitek, Ekonom, pengamat hukum, bahkan politisi ikut dalam penyusunan wacana-wacana Jakarta dan permasalahannya. Permasalahan pokok dalam kota Jakarta dalam dekade terakhir.

1. Jumlah penduduk

Permasalahan klise dalam kasus perkotaan, adalah jumlah penduduk yang besar, jika jumlah penduduk banyak maka harus diimbangi dengan fasilitas yang memadahi, seperti ruang terbuka luar, hunian yang dapat mengakomodasi segala kebutuhan seperti pasar, saluran sanitasi dan lainnya. Jumlah penduduk Jakarta bertambah dengan pertumbuhan hampir 10% per tahun. Hal ini dapat kita lihat ketika hari setelah lebaran dengan adanya operasi kependudukan. Pendataan penduduk yang masih menggunakan sistem manual dan tidak adanya parameter yang jelas dalam sensus menjadikan jumlah penduduk tidak dapat diukur secara pasti. 2. Kemacetan Lapangan kerja yang tersedia di Jakarta membuat banyak warga di luar Jakarta untuk bekerja di kota ini. Jakarta sebagai pusat niaga sebagai faktor utama yang menjadikan Jakarta seperti vacuum cleaner yang menghisap berbagai tenaga kerja ahli dari berbagai daerah.
1

Banyaknya penduduk yang berada di Jakarta menjadikan kondisi badan jalan habis dengan kendaraan pribadi yang melintasi jalan-jalan di Ibukota. Kemacetan menjadi pemandangan yang biasa bagi warga Jakarta yang melintasi jalan protokol di Ibukota seperti kawasan segitiga emas dan jalan lain seperti MH Thamrin, S. Parman, dan lainnya. Kemudahan dalam memperoleh kendaraan baik dengan sistem kredit juga dicurigai menjadi penyebab kemacetan di Jakarta. 3. Kemiskinan Banyaknya penduduk dan lapangan kerja yang tersedia membuat banyak orang bersaing untuk mendapatkan pekerjaan, sedangkan yang kalah bersaing akan menjadi pengangguran. Ketimpangan kondisi sosial dan ekonomi mulai menimbulkan kesenjangan di masyarakat Jakarta. Pemandangan sebuah gedung pencakar langit dan berbagai apartemen berlantai banyak sedangakan dibawahnya terhampar permukiman kumuh yang sangat tidak layak. Keadaan ini akan banyak dijumpai di daerah Kapuk, dan daerah Jakarta lainnya. 4. Kriminalitas Masyarakat yang kalah dalam persaingan mendapatkan pekerjaan akan menjadi pengangguran dan juga akan meningkatkan angka kriminalitas. Rasa aman menjadi sebuah hal yang mahal harganya. Koran-koran ibukota setiap hari terbit dengan puluhan berita kejahatan, mulai dari pencopetan, penodongan, perbuatan asusila, perdagangan obat terlarang dan berbagai macam tindakan yang yang bertentangan dengan hukum lainnya. Angka kriminalitas yang tinggi juga sebuah bukti kegagalan pemerintah kota dalam mengelola sumber daya perkotaan. 5. Fasilitas Umum Buruknya fasilitas kendaraan umum membuat masyarakat Jakarta semakin malas menggunakan kendaraan umum, ditambah lagi dengan rawan kriminal dalam kendaraan umum. Kemacetan secara cepat diakibatkan oleh banyaknya penguna jalan yang beraktifitas dengan kendaraan pribadi dalam waktu yang bersamaan, ditambah dengan kualitas jalan yang kurang. Ketersediaan ruang terbuka publik juga sangat minim, hal ini hanya dapat diwakili oleh Taman Menteng dan Gelora Bung Karno sebagai perwakilan ruang terbuka hijau bagi masyarakat Jakarta.

6. Budaya Budaya masyarakat yang semau gue dan emang gue pikirin membuat semakin runyam dan tidak nyaman untuk untuk tinggal di kota ini dalam waktu yang lama. Buruknya fasilitas kendaraan umum membuat masyarakat Jakarta semakin malas menggunakan kendaraan umum, ditambah lagi dengan rawan kriminal dalam kendaraan umum. Kemacetan secara cepat diakibatkan oleh banyaknya penguna jalan yang beraktifitas dengan kendaraan pribadi dalam waktu yang bersamaan, ditambah dengan kualitas jalan yang kurang. Kemacetan ini kemudian menjadikan masyarakat Jakarta menjadi berbudaya menyerobot dan kurang santun dalam berkendara. Sekian banyak masalah tersebut membuat Jakarta menderita komplikasi dalam setiap langkahnya. Akar permasalahan yang sebenarnya yang banyaknya penduduk di Jakarta sehingga pemerintah lokal sendiri kerepotan dalam mengatur, sehingga kehidupan masyarakat menjadi tidak optimal. Permasalahan-permasalahan yang lain seakan-akan hanya komplikasi dari penyakit utama kota Jakarta. Asumsinya adalah jika jumlah penduduk dikurangi dan pada akhirnya dibatasi ditengarai dapat mengurangi dampak krisis Jakarta. Studi kasus yang diambil dalam masalah ini adalah dengan mencontoh kota Singapura. Predikat kota Singapura sebagai kota yang terbersih dan tertertib di dunia sangat layak untuk dibuat komparasi dengan Jakarta. Secara luasan, Luas kota Singapura hampir sama dengan Jakarta jika ditambah dengan kota-kota pendukungnya. Penduduk yang sama padatnya walaupun cenderung lebih sedikit, namun dilengkapi dengan sistem transportasi massal yang canggih dan maju membuat waktu tempuh ke setiap daerah menjadi lebih singkat dan dapat diprediksi dalam hitungan menit. Pengalaman yang terjadi adalah jika akan pergi ke Changi via MRT, waktu kedatangan dapat di prediksi hingga tingkat keakuratan menit. Sangat mengagumkan. Kependudukan Singapura yang sangat ketat terutama terhadap penduduk diluar Singapura pastinya dapat dicontoh oleh Indonesia. Persetujuan visa dan work permit di Singapura merupakan salah satu yang terketat di dunia.

Sistem Visa dan work permit hendaknya perlu diterapkan di kota Jakarta. Keberadaan Visa dan work permit dapat menjadi seleksi buat para penduduk dari luar Jakarta yang akan tinggal dan berkerja di Jakarta. Paling tidak, setiap sehabis Lebaran, para pamong praja dan dinas kependudukan tidak perlu repot-repot melakukan razia. Namun keberadaan check point untuk visa dan work permit versi Jakarta ini diletakkan pada pintu-pintu masuk kota Jakarta. Jika Jakarta berhasil mewujudkannya, maka sistem ini dapat digunakan di kota-kota padat di Indonesia lainnya. Sumber : http://reynaldorichard.wordpress.com/2009/10/27/visa-di-jakarta-sebuah-wacana-

mengatasi-problematika-jakarta/ diakses pada tanggal 21 Oktober 2010

You might also like