You are on page 1of 5

MODUL 6 SINTESIS NANOMATERIAL BORON-CARBON-OXYNITRIDE (BCNO)

Adinda Mutiara Ayu, Pradini Rahalintar, Ayunda Zidafrian, Dania Nurissa Dwiartika, Aulia Desiani C 10209030, 10209012, 10209010, 10209061, 10208014 Program Studi Fisika, Institut Teknologi Bandung, Indonesia Email : badin.dinda@yahoo.com

Asisten : Noviani Sahputri/10208061 Muhammad Fauzi Sahdan/10208004 Tanggal Praktikum : 07-03-2012

Abstrak Praktikum kali ini mengenai sintesis nanomaterial BCNO. BCNO (Boron-Carbon-Oxynitride) adalah nanomaterial yang dapat digunakan untuk menggantika phosphor yang sudah ditemukan sebelumnya.Tujuan praktikum kali ini adalah mempelajari cara pembuatan BCNO beserta seluruh faktor yang mempengaruhi dalam pembuatan dan karakternya. Metode yang digunakan adalah metode pemanasan sederhana menggunakan furnace. Dari hasil praktikum didapatkan bahwa faktor yang mempengaruhi karakter BCNO adalah jumlah silica yang dicampurkan, semakin banyak silica yang diberikan, maka semakin terang pendaran dari fosfor BCNO tersebut. Digunakan sinar UV dalam melihat pendaran BCNO karena panjang gelombang UV sesuai dengan Luminescence dari BCNO. BCNO juga dapat digunakan untuk pembuatan LED putih dengan metode pemanasan sederhana dan metode tegangan tinggi..

Kata kunci : BCNO, LED, nanomaterial, photoluminescence, sinar UV I. Pendahuluan Pada praktikum kali ini, kita menggunakan nanoteknologi untuk membuat nanomaterial phosphor. Nanoteknologi adalah teknologi yang menggunakan skala nanometer, atau sepersemilyar meter, merupakan teknologi berbasis pengelolaan materi berukuran nano atau satu per miliar meter, dan merupakan lompatan teknologi untuk mengubah dunia materi menjadi jauh lebih berharga dari sebelumnya. [1]

Gambar 1. Nanomaterial

Fosfor ialah zat yang dapat berpendar karena mengalami fosforesens (pendaran yang terjadi walaupun sumber pengeksitasinya telah disingkirkan). [2]

Gambar 2. Green Phosphor

Ada beberapa hal yang harus diketahui dalam pembuatan nanomaterial phosphor ini, beberapa diantaranya yaitu efisiensi kuantum, photoluminescence dan solubilitas. Efisiensi kuantum adalah rasio dari fotonelektron yang dihasilkan pixel menangkap dengan kejadian foton pada daerah pixel. Nilai ini tergantung panjang gelombang sehingga nilai yang diberikan untuk efisiensi kuantum umumnya untuk panjang gelombang puncak untuk sensitivitas CCD. Photoluminescence adalah radiasi pada salah satu panjang gelombang diserap, biasanya oleh suatu padatan, dan dipancarkan kembali pada berbagai panjang gelombang. Bila radiasi yang dipancarkan kembali tersebut merupakan fenomena yang dapat terlihat maka radiasi tersebut disebut fluorescence atau phosphorescence. [3] Solubilitas adalah kemampuan suatu zat terlarut (solute), untuk larut dalam suatu pelarut (solvent). Biasanya jika zat pelarutnya air sering disebut dengan larutan, misalnya gula yang larut dalam air biasa disebut larutan gula. Bahan material seperti oxynitrides dikenal sebagai bahan terpenting dalam penyusun phosphor. Namun bahan seperti itu mahal dan sukar ditemukan. Maka dari itu dibuatlah pengembangan material semikonduktor berbahan dasar carbon-boron-nitride (BCN) untuk menggantikan phosphor. Secara teori bahan BCN dapat diatur dapat divariasikan komposisi kandungannya sehingga emisi panjang gelombangnya mendekati spectrum cahaya tampak. Bahan semikonduktor sendiri terdiri dari bahan tipe p yang mengandung banyak hole dan tipe n yang mengandung

electron. Otomatis tipe p bernilai positif dan n bernilai negative. Saat bahan ini dialiri listrik, terjadi band gap. Elektron dan hole saling berpindah tempat. Elektron bergerak dari pita konjugasi ke pita valensi dan hole sebaliknya. Hal inilah yang menyebabkan bahan semikonduktor dapat memancarkan foton. Pada tahun 2008, Takashi Ogi dan Ferry Iskandar menemukan material baru yaitu boron-carbon-oxynitride (BCNO) yang mampu disintesis dengan satu tahapan proses dan temperature rendah dan kondisi atmosfer udara. BCNO ini terbuat dari Boric Acid (H3BO3), Urea (CO(NH2)2), dan Polietilen Glikol (PEG 20.000 HO(CH2CH2o)nH). Pada percobaan kali ini, kami mencoba membuat BCNO tersebut. II. Metoda Percobaan Pada praktikum kali ini digunakan 3 bahan dasar untuk pembuatan nanopartikel BCNO. Bahan dasarnya adalah Boric Acid (H3BO3), Urea (CO(NH2)2), dan Polietilen Glikol (PEG). Sampel BCNO dibagi menjadi 3 sampel, yaitu tanpa silica, dengan silica sebanyak., dan yang terakhir dengan silica sebanyak. Metode eksperimen yang digunakan adalah metode Pemanasan Sederhana. Ketiga bahan dasar tersebut disatukan di sebuah cawan dan dilarutkan dengan masingmasing 5 ml Aquades dan terbentuklah 3 buah sampel. Ketiga sampel tersebut dipanaskan pada temperature 700oC dan diaduk 500rpm selama 10 menit sampai diperoleh koloid kental(semua bahan-bahannya terlarut). Ketiga sampel lalu dimasukkan ke dalam furnace listrik dan dipanaskan sampai suhu 750 oC. Setelah itu didiamkan selama 30 menit lalu diturunkan suhunya hingga mencapai <200 oC. Setelah itu sampel diambil dan diperiksa menggunakan lampu UV. III. Data dan Pengolahan Sampel 1 Sampe 1 terdiri dari : Boric Acid (H3BO3) :0.5 g Urea (CO(NH2)2) : 4.583 g

Polietilen Glikol (PEG) : 0.486g Tidak menggunakan silika

Gambar 5. Sampel 2 tanpa disinari lampu UV

Gambar 6. Sampel 2 disinari sinar UV

Gambar 3. Sampel 1 tanpa disinari lampu UV

Sampel 3 Sampel 3 terdiri dari : Boric Acid (H3BO3) :0.5 g Urea (CO(NH2)2) : 4.583 g Polietilen Glikol (PEG) : 0.486g Silika : 0.3 g

Gambar 4. Sampel 1 disinari lampu UV

Sampel 2 Sampel 2 terdiri dari : Boric Acid (H3BO3) :0.5 g Urea (CO(NH2)2) : 4.583 g Polietilen Glikol (PEG) : 0.486g Silika : 0.18 g

Gambar 7. Sampel 3 tanpa disinari lampu UV

Gambar 8. Sampel 3 disinari lampu UV

Perbandingan Mol Perbandingan mol yang digunakan dalam percobaan : Mr Boric Acid = 62 Mr urea = 60 Mr PEG = 62 Mol Boric Acid = 0,5gr/62 = 0,0081 mol Mol urea = 4,583gr/60 = 0,07638 mol Mol PEG = 0,485gr/62 = 0,007823 mol Unsur B diwakilkan oeh Boric Acid, N oleh urea, dan C oleh PEG 6.000. Maka : = = = = = 9.47 = 0.97

Persentase Silika Sampel 1 : 0 % Sampel 2 : = 0.03 = 3 % Sampel 3 : = 0.0511 = 5 % IV. Pembahasan Dari ketiga sampe yang didapat, diketahui bahwa sampel 1 tidak menggunakan silica, sampel 2 dan sampe 3 menggunakan silica masing-masing 0,18 g dan 0.3 g. Dari hasil yang didapat, terlihat bahwa sampel 1 paling heterogen dan sampel 3 paling homogen. Silika berperan sebagai katalis yang mempercepat pembentukan BCNO sehingga mempengaruhi kehomogenan sampel. Penambahan nanopartikel silika juga menyebabkan meningkatnya intensitas photoluminescence serta pergeseran panjang gelombang puncak spektrum photoluminescence. Puncak pergeseran photoluminescence dipengaruhi oleh konsentrasi nanopartikel silika yang ditambahkan ke dalam sampel. [4]

Pada saat pemanasan bahan BCNO di furnace listrik, pintu furnace harus selalu terbuka. Ini dikarenakan agar saat temperature dalam furnace terus naik sampai 800 derajat celcius, tekanan furnace yang juga ikut naik dapat dikurangi agar furnace tidak rusak atau meledak. Selain itu untuk mensintesis BCNO sendiri selain membutuhkan temperature yang rendah juga memerlukan kondisi atmosfer udara. Proses perpendaran pada BCNO dimulai dari masuknya sinar ultraviolet ke dalam phosphor BCNO. Sinar UV menyebabkan adanya ionisasi atom. Elektron pada BCNO tereksitasi sesuai dengan range panjang gelombangnya. Lalu terjadilah emisi foton. Hal inilah yang menyebabkan BCNO berpendar. Untuk melihat pendaran warna dari BCNO kita dapat menggunakan sinar UV. Jika tidak disinari oleh UV, pendaran warnanya tidak begitu terlihat. Ini disebabkan karena ada warna-warna dalam BCNO yang tidak terlihat oleh mata secara langsung. Luminescence untuk BCNO berkisar di panjang gelombang 387-571 nm [5]. Sedangkan untuk cahaya tampak berada pada range 400-700 nm. Maka dipakailah sinar ultraviolet untuk membantu mengeluarkan pendaran cahaya tak tampak ini. Panjang gelombang dari sinar ultraviolet adalah sekitar 200-400 nm. Pada BCNO juga ditemukan bahwa panjang gelombang dari eksitasi dan emisinya berada pada range UV. Maka dari itulah digunakan sinar UV untuk menyinari BCNO. BCNO dapat digunakan untuk membuat LED putih. LED putih biasanya terbuat dari sumber cahaya diode biru dan fosfor. Fosfor disini dapat diganti oleh BCNO. Membuat LED putih dengan BCNO dapat menggunakan dua metode, metode pemanasan sederhana dan reactor tegangan tinggi. Metode pemanasan sederhana adalah yang kita pakai pada percobaan ini. Sedangkan metode reactor tegangan tinggi adalah metode yang memanfaatkan alat pengukur tekanan

tinggi. Sampel dimasukkan ke dalam tabung reactor yang diberi tekanan dan suhu yang telah diatur. Alat ini dapat membantu persiapan sampel sebelum masuk ke furnace seperti stiler pada metode pemanasan sederhana. Kelebihan LED putih dengan BCNO adalah harganya yang relative lebih murah karena BCNO phosphor diperoleh dari bahanbahan yang mudah didapat, tidak seperti fosfor lain yang biasanya terbuat dari bahan yang jarang sehingga harganya mahal. Selain itu intensitas photoluminescence dari LED yang dibuat dari BCNO dapat diatur sesuai dengan kadar silica yang dipakai saat pembuatan. V. Kesimpulan BCNO atau Boron-Carbon-Oxynitride adalah jenis phosphor yang murah karena bahan pembentuknya yang mudah ditemukan di alam. Untuk membuat BCNO ini dapat dilakukan metode pemanasan sederhana.

Intensitas photoluminescence dari BCNO dapat diatur berdasarkan persen silica yang ditambahkna pada bahan dasar. Selain itu silica juga mempengaruhi kehomogenan warna pendaran. BCNO dapat digunakan untuk membuat LED putih. Karena pembuatan BCNO yang relative lebih murah dibandingkan fosfor lain maka otomatis LED putih yang dibuat dari BCNO juga lebih murah.
VI. Daftar Pusaka [1] http://www.e-dukasi.net [2] http://www.noahcctv.com [3]]http://www.google.co.id/imgres [4]http://proceedings.aip.org/resource/2/a pcpcs/1415/1/171_1?isAuthorized=no [5] Takashi Ogi, (2008) Liquid-Phase Synthesis of Highly Crstalline Functional Fine Particles and Their Application To Optical Materials.Hiroshima University,1-127

You might also like