You are on page 1of 3

Bahasa Jepang ataupun bahasa lainnya memiliki jenis-jenis kata.

Salah satunya adalah kata keterangan (adverbia) yang dalam bahasa Jepang disebut Fukushi. Fukushi adalah kata yang dipakai untuk menerangkan (yougen = verba, adjektiva I dan adjektiva II), (Bunkacho dalam Sudjianto, 1996 : 72).

Fukushi (adverb) Fukushi adalah kelas kata yang tidak mengalami perubahan bentuk dan dengan sendirinya dapat menjadi keterangan bagi yoogen walaupun tanpa mendapat bantuan dari kata-kata lain. Fukushi tidak dapat menjadi subjek, predikat dan obejek. - Jenis-jenis fukushi 1. Jootai no fukushi berfungsi terutama menerangkan keadaan verb yang ada pada bagian berikutnya. Cintoh : shikkari (to) nigiru (memegang dengan kuat), yukkuri (to) aruku (berjalan dengan pelan-pelan), hakkiri (to) mieru (terlihat dengan jelas), sotto chikazuku (mendekati dengan diamdiam). 2. Teido no fukushi berfungsi turutama menerangkan tingkat, taraf, kualitas atau derajat keadaan yoogen yang ada pada bagian berikutnya. Contoh : sukoshi samui (agak dingin), taihen sinsetsu da (sangat baik hati), kanari takai (agak mahal), kanari hakkiri mieru (terlihat agak jelas), zutto izen no koto da (kejadian dulu kala). 3. Chinjutsu no fukushi adalah fukushi yang memerlukan cara pengucapan khusus, disebut juga jojutsu no fukushi atau kooo no fukushi. Misalnya : kesshite makenai (sama sekali tidak akan kalah), doozo ohairi kudasai

(silahkan masuk), ororaku ame ga furu daroo (mungkin hujan akan hujan), massaka sonna koto wa arumai (masa ada hal serupa itu). - Onomatope (giseigo/giongo dan gitaigo) Di antara adverb-adverb yang telah dibahas terdapat adverb yang menggambarkan bunyi atau suara dan terdapat juga adverb yang menyatakan suatu keadaan. Adverb yang mengambarkan bunyi atau suara disebut giseigo, sedangkan yang menyatakan suatu keadaan disebut gitaigo. Kedua istilah itu biasa disebut dengan onomatope.

Onomatopea juga lahir dari kualitas/sifat, kuantitas, frekuensi suatu benda/sumber. Sehingga, saking banyaknya, saya terkadang suka dibuat bingung dalam membedakan, menerapkannya ke percakapan sehari-hari. Adapun, onomatopea bahasa Jepang itu unik, bisa ditambahi dengan kata kerja suru. Seperti meniup makanan yang panas, (rekat dan tempel!). Menurut kamus GIONGO,GITAIGO terbitan Kadokawashoten, definisi onomatopea diklasifikasikan menjadi 4 bagian: 1. (GIONGO)... bahasa yang meniru/menggambarkan bunyi-bunyi dari luar. Misalnya: (bunyi sendok/alat makan beradu, disket berputar) (bunyi hujan deras) (bunyi lonceng angin/) (bunyi ketatnya celana, gesekan langkah--apakah asalnya dari )Dari sebenarnya bisa diperluas lagi dengan bunyi misalnya, bergantung panjang/frekuensi bunyi tersebut. Dalam bahasa Indonesia, bunyi bel/lonceng/telepon bisa diklasifikasikan menjadi kring, kriiing, kring kriiing, kriing,,kriing,,kriing, kriniiing, dst. 2. (GISEIGO)... bahasa yang meniru suara binatang atau manusia. Misalnya: (mulut yang mangap/menganga mau makan) (rasa suka/senang/kegirangan) (seruan atau panggilan, paham) (suara burung gagak) --tapi kenapa bukan kaak-kaak atau gaak-gaak sesuai namanya gagak. Apakah telinga orang Jepang berbeda kali ya? 3. (GITAIGO)... bahasa yang mengungkapkan bunyi dari sesuatu yang tidak mengeluarkan bunyi. Misalnya: (kondisi saat terkantuk-kantuk) (mata yang sibuk lihat sana-sini) (lompat/loncat langkah katak atau kelinci) (pelan-pelan, perlahan-lahan) Contoh: Silakan selamat beristirahat! (bicaralah lebih pelan!) 4. (GIJOUGO)... bahasa yang mengungkapkan kondisi hati manusia. Misalnya: (perasaan senang) (terpesona) (kondisi cemas/tak tenang/lalu lalang) (penuh harap/akan datang sesuatu yang menggembirakan/surprise)

Asal muasal Onomatopea: =terputus-putus (dari kata kerja ) berasal dari kata kerja bersikap pelit/irit =pijit-pijit memijit =lengket dan memanjang seperti mochi (dari kata benda ) Fukushi terdiri dari beberapa jenis, diantaranya adalah Onomatope (giseigo, / giongo dan gitaigo). Diantara adverbia yang ada dalam Fukushi, terdapat adverbia yang menggambarkan bunyi atau suara dan terdapat juga adverbia yang menyatakan suatu keadaan. Adverbia yang menggambarkan bunyi atau suara disebut giseigo, sedangkan adverbia yang menyatakan suatu keadaan disebut gitaigo. Kedua istilah (giseigo dan gitaigo) ini biasa disebut onomatope. Kosa kata onomatope ini banyak ditemukan dan digunakan dalam bahasa percakapan anak-anak maupun dalam bahasa percakapan orang dewasa. Kosa kata ini banyak juga ditemukan pada saat membaca komik, majalah, surat kabar dan karya-karya sastra. Selain itu contohnya banyak terdapat pada buku cerita Boku No Ojisan, diantaranya adalah .

You might also like