You are on page 1of 22

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Tingkat keanekaragaman tanaman di biosfer sangat tinggi, dari keanekaragaman tersebut ditunjukkan dengan adanya variasi bentuk, penampilan, warna serta ciri lainnya yang terlihat dari luar. Sejalan dengan perkembangan zaman, kegiatan eksplorasi tanaman juga semakin meningkat. Kenyataan ini mengakibatkan semakin sulitnya mempelajari tanaman yang sangat beragam. Ahli botani berusaha membuat suatu sistem tanaman yang memiliki kesamaan sifat dan ciri dimasukkan dalam suatu kelompok tertentu yang kemudian disebut dengan takson (Stuessy, l989). Kelompok tanaman yang memiliki kesamaan sifat dan ciri dibuktikan dengan adanya hubungan kekerabatan satu dengan lainnya. Bunga alamanda dan bunga tapak dara merupakan jenis tanaman yang dapat menggambarkan bentuk keanekaragaman tanaman di Indonesia yang memiliki manfaat yang cukup besar. Tanaman yang termasuk dalam satu familia pada umumnya mempunyai anatomi, morfologi, dan kemungkinan besar juga mempunyai proses fisiologi yang mirip pula. Seperti anggota familia Apocynaceae yang memiliki persamaan ciri yang berupa semak belukar. Selain itu juga sebagian anggotanya memiliki getah susu yang dapat menjadi racun. Apocynaceae atau familia tanaman berbunga termasuk dalam kelas Angiospermae yang banyak dijumpai di daerah beriklim tropis dan subtropis. Sebagian besar anggotanya merupakan tanaman berbunga yang banyak dimanfaatkan sebagai tanaman obat dan tanaman hias karena bunganya yang indah. Termasuk didalamnya yang akan diteliti yaitu bunga alamanda kuning besar, bunga alamanda kuning kecil, bunga tapak dara merah muda dan bunga tapak dara ungu. Meskipun keempat species tadi telah dikelompokkan kedalam familia yang sama yaitu Apocynaceae berdasarkan persamaannya. Namun, jika dilihat secara mendetail antara empat species tanaman dari familia Apocynaceae masih terdapat perbedaan yang jelas. Untuk menemukan persamaan dan perbedaan lebih lanjut diantara keempat species dari familia Apocynaceae maka dalam hal ini peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai hubungan kekerabatan secara fenetik dari keempat species tersebut yaitu bunga alamanda kuning besar,
LAPORAN PENELITIAN TUMBUHAN TINGKAT TINGGI 1

bunga alamanda kuning kecil, bunga tapak dara merah muda dan bunga tapak dara ungu menggunakan analisis program CLAD97. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, adapun rumusan masalah seperti berikut : Bagaimanakah hubungan kekerabatan fenetik antara tanaman alamanda bunga kuning besar, alamanda bunga kuning kecil, tapak dara bunga merah muda dan tapak dara bunga ungu menggunakan analisis program CLAD97 ?

C. Tujuan

Berdasarakan rumusan masalah diatas adapun tujuan penelitian, sebagai berikut: Mendeskripsikan hubungan kekerabatan fenetik antara tanaman alamanda bunga kuning besar, alamanda bunga kuning kecil, tapak dara bunga merah muda dan tapak dara bunga ungu menggunakan analisis program CLAD97

LAPORAN PENELITIAN TUMBUHAN TINGKAT TINGGI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Keanekaragaman Bunga Alamanda

Alamanda merupakan tanaman hias yang pada umumnya disebut dengan tanaman alamanda. Alamanda juga sering disebut sebagai bunga terompet emas, bunga lonceng kuning, atau bunga buttercup. Alamanda merupakan tanaman yang berasal dari Amerika Tengah dan Selatan. Tanaman ini banyak ditemukan di Brazil Utara, tetapi juga terdapat di Guyana dan Suriname. Alamanda pada umumnya digunakan sebagai hiasan karena bentuknya yang indah. Spesies ini hidup di daerah yang beriklim hangat, tetapi juga dapat ditanam di daerah tropis. Di daerah dengan iklim tropis, alamanda dapat tumbuh hampir di sebagian besar lingkungan dengan laju pertumbuhan yang cukup cepat. Alamanda dapat ditemukan pada daerah sekitar sungai atau tempat terbuka yang terkena banyak sinar matahari dengan hujan yang cukup dan kelembaban tinggi sepanjang tahun. Di iklim tropis alamanda tumbuh di daerah tepi sungai Suriname. Alamanda dapat tumbuh baik di tempat kering, lembab, dan tanah berpasir kaya akan organik. Alamanda merupakan tanaman hermaprodit, memiliki putik dan benang sari pada satu bunga, jadi tanaman ini dapat berkembangbiak dengan biji, namun pada umumnya reproduksi tanaman ini dilakukan dengan cara vegetatif yaitu dengan stek batang. Hal ini disebabkan,
LAPORAN PENELITIAN TUMBUHAN TINGKAT TINGGI 3

beberapa varietas hibrida sulit memunculkan kapsul biji. Tanaman allamanda termasuk dalam golongan perdu berkayu dengan tinggi yang dapat mencapai 2 meter. Tanaman ini bersifat evergreen (hijau sepanjang tahun). Batangnya yang sudah tua akan berwarna coklat karena pembentukan kayu, sementara tunas mudanya berwarna hijau. Daunnya memiliki bentuk yang melancip di ujung dengan permukaan yang kasar dengan panjang 6 hingga 16 cm. Selain itu daun alamanda pada umumnya berkumpul sebanyak tiga atau empat helai. Tanaman alamanda berbunga sepanjang tahun di banyak habitat. Tanaman ini tumbuh di daerah dengan ketinggian 10-850 m dpl. Cahaya matahari tidak menjadi faktor penghambat karena tanaman ini dapat tumbuh di lokasi yang terkena sinar mataahri langsung maupun di tempat yang teduh. Hanya saja, tanaman ini akan rajin berbunga bila tumbuh di tempat yang banyak terkena sinar matahri langsung. Tanaman inipun lebih menyukai tanah sedikit basa. Selain itu, tanaman ini harus dihindari dari kekeringan dan cahaya yang berlebihan karena akan menarik kutu putih, serangga penghisap dan laba-laba merah yang mengganggu pertumbuhan. Pemangkasan dilakukan untuk membentuk tajuk dan merangsang pertumbuhan cabang, tunas atau bakal buah. Perbanyakan tanaman dilakukan melalui stek dan biji. (Heedjan dan Fajar, 2005). Di Indonesia, alamanda merupakan salah satu tanaman budidaya yang memiliki nilai ekonomi dan estetika yang tinggi. Warna dan ukuran bunga yang bervariasi dan indah serta bentuk mahkota bunga seperti terompet merupakan keunikan ciri yang dimiliki alamanda tersebut. Sehingga tanaman ini merupakan tanaman hias yang banyak diminati oleh kalangan pecinta bunga Indonesia dan ditemukan dimana saja. Batangnya yang memanjat, menyebabkan tanaman ini banyak ditanam di pinggir tembok taman, dilengkapi dengan kawat yang diatur sedemikian rupa sehingga bisa dipakai sebagai peneduh jalan. Tanaman ini termasuk dalam keluarga Apocynaceae, yang pada umumnya berwarna kuning dan memiliki 3 spesies utama, yakni: spesies Allamanda nerrifolia berwarna kuning cerah, Allamanda cathartica berwarna kuning, dan Allamanda purpureceae berwarna kuning keunguan. Hasil budidaya alamanda saat ini telah menghasilkan warna yang lebih bervariasi seperti warna putih, orange, ungu atau merah muda bahkan ukurannyapun juga lebih bervariasi.

LAPORAN PENELITIAN TUMBUHAN TINGKAT TINGGI

Gambar 1. variasi bunga alamanda


Sumber. http://www.google.com

B. Keanekaragaman Tapak Dara Tapak dara adalah perdu tahunan yang berasal dari Madagaskar, namun telah menyebar ke berbagai daerah tropika lainnya. Nama ilmiahnya Catharanthus roseus (L.) Don. Di Indonesia tanamanhias pekarangan ini dikenal dengan bermacam-macam nama, seperti di disebut sindapor (Sulawesi), kembang tembaga (bahasa Sunda) dan kembang tapak dr (bahasa Jawa). Di daerah Surabaya banyak dijumpai tanaman tapak dara ini yang tumbuh liar di dekat kampus UNESA Ketintang maupun di daerah perumahan Ketintang. Lebih dominan dijumpai tapak dara ungu dan putih, sedangkan tapak dara merah muda jarang tumbuh liar. Habitus perdu tumbuh menyamping, batangnya bercabang , tingginya dapat mencapai 100 cm,banyak bercabang, batang bulat, berkayu pada bagian bawah,, berwarna merah tengguli, dan berambut halus. Daunnya tunggal, agak tebal, berbentuk bulat telur, meruncing pada bagian pangkal, bertepi rata, bertangkai , kedua permukaan daun berambut halus. berwarna hijau, tersusun menyirip berselingan. Panjang daun sekitar 2-6 cm, lebar 1-3 cm, dan tangkai daunnya sangat pendek. Batang dan daunnya mengandung lateks berwarna putih. Bunga tunggal, aksial (muncul dari ketiak daun), dalam anak payung, berkelamin 2 dan bercangap, dengan lima helai mahkota, bentuk bunga seperti terompet, kelopak bunga kecil, berbentuk paku. Mahkota bunga berbentuk
LAPORAN PENELITIAN TUMBUHAN TINGKAT TINGGI 5

terompet, ujungnya melebar, berwarna putih, biru, merah jambu atau ungu tergantung kultivarnya. Tabung mahkota bunga sepanjang 22-30 mm . Kepala sari beruang dua,bakal buah beruang satu. Buah bumbung berbulu, berbentuk gilig (silinder), ujung lancip, berambut, panjang sekitar 1,5 2,5 cm, berisi banyak biji yang berwarna hitam, menggantung pada batang. Akarnya tunggang. Perbanyakan dengan biji, stek batang, atau akar.

Gambar 2. Tanaman tapak dara


Sumber. Titis M.F.M

C. Hubungan Kekerabatan Hubungan kekerabatan mempunyai pengertian sebagai kedekatan dalam sifat genetik atau evolusi. Taksonomi secara umum mencakup dua pengertian yaitu hubungan kekerabatan fenetik dan hubungan kekerabatan filogenetik. Hubungan kekerabtan fenetik paling umum digunakan karenan untuk mendapatkan bukti-bukti fenetik lebih mudah daripada bukti-bukti filogenetik dan biasanya kesamaan yang diperoleh dari sejumlah sifat ciri yang mencukupi akan menggambarkan hubungan filetik(Davis dan Heywood, 1963).

LAPORAN PENELITIAN TUMBUHAN TINGKAT TINGGI

Menurut Stessy (1990), fenetik adalah hubungan kekerabatan antar taksa berdasarkan pada persamaan dan perbedaan sifat ciri tanpa memperhatikan sjarah evolusi pada sifat ciri. filogenetik adalah hubungan kekerabatan antar taksa berdasarkan sejarah evolusinya. Karakter morfologi dapat digunakan sebagai parameter dalam mengetahui pengelompokan dan hubungan kekerabatan antar jenis atau varietas tanaman. Hubungan kekerabatan antar individu atau populasi dapat diukur berdasarkan kesamaan sejumlah karakter, dengan asumsi bahwa karakter-karakter yang berbeda disebabkan oleh adanya perbedaan susunan genetic. Analisis kekerabatan dapat dilakukan dengan berbagai cara, di antaranya adalah melalui pendekatan fenetik taksonomi yang dilakukan melalui pengelompokan organisme berdasarkan kemiripan karakter fenotip, yang mungkin dapat berhubungan atau tidak berhubungan dengan pengelompokan secara evalusioner (Terry, 2000). Kekerabatan yang didasarkan dari morfologi disebut fenetik (bahasa Yunani) phainein, yang terlihat, yang mendasarkan keseluruhan kedekatan taksonomi atas dasar kemiripan dan perbedaan yang dapat terukur, dengan membandingkan sebanyak mungkin karakterikstik anatomi (Campbell, 2003 :80). Analisis kekerabatan fenetik ini, dilakukan pembandingan morfologi, anatomi, dan polinologi (Sirvajan 1984, Anonim tanpa tahun). D. Analisis Fenetik Tidak semua ahli taksonomi merasa puas dengan adanya pendekatan secara filogenetik. Beberapa ahli seperti Sokal dan Sneath, memandang pendekatan ini terlalu subyektif. Sebagai bukti mereka menyebutkan, ahli taksonomi yang berbeda membuat klasifikasi yang berbeda untuk mahluk hidup yang sama. Faktor subyektifitas dari sistem filogenetik juga tampak dalam pemilihan ciri-ciri taksonomi yang akan dibandingkan. Usaha untuk menghindari atau setidak-tidaknya mengurangi sifat subyektifitas ini, khususnya dalam mengelompokkan mahluk hidup ditempuh antara lain dengan : (1) diusahakan menggunakan ciri-ciri taksonomi sebanyak-banyaknya; (2) deskripsi maupun cara pengukuran dari ciri-ciri tersebut dibuat sejelas dan setepat mungkin; (3) membandingkan ciri-ciri taksonomi setepat mungkin, yaitu secara kuantitatif (Rideng, 1989).

LAPORAN PENELITIAN TUMBUHAN TINGKAT TINGGI

Pandangan tersebut telah melahirkan pendekatan fenetik. Fenetik didasarkan pada konsep bahwa hubungan kekerabatan diantara mahluk hidup didasarkan atas jumlah derajat persamaan yang ada. Gagasan fenetik ini diperkenalkan oleh Adanson pada abad ke-18. Para peneliti seperti Michener, Sokal, Sneath, Cain, dan Harrison mulai memperkenalkan metode komputer dasar untuk menghitung derajat kesamaan dan untuk mengelompokkan taksa menggunakan metode kuantitatif (Jones and Luchsinger, 1987). Berbagai metode telah dikembangkan, misalnya metode numerik untuk mengukur derajat persamaan diantara taksa yang ada. Untuk mempermudah pengolahan data dari metode numerik ini diperlukan suatu perangkat lunak, perangkat lunak (program) yang digunakan adalah CLAD97.

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bermaksud untuk membuat deskripsi mengenai situasi-situasi atau kejadiankejadian (Suryabrata, 1987:19). Penelitian deskriptif digunakan untuk mengumpulkan, merangkum
LAPORAN PENELITIAN TUMBUHAN TINGKAT TINGGI 8

serta menginterpretasikan data-data yang diperoleh, yang selanjutnya diolah kembali sehingga diharapkan dapat menghasilkan gambaran yang jelas, terarah dan menyeluruh dari masalah yang menjadi objek penelitian. B. Objek Penelitian Objek dari penelitian ini adalah karakter morfologi dan anatomi dari tanaman alamanda kuning besar, alamanda kuning kecil, tapak dara merah muda dan tapak dara ungu . Parameter yang diamati berjumlah 99 sifat dari 34 karakter.

C.

Lokasi dan Waktu

Lokasi penelitian dilakukan di Kampus Unesa Ketintang, di koridor lantai 2, gedung C3. Kegiatan ini dilakukan pada tanggal 07 Mei 2012.

D.

Alat dan Bahan 1. Alat

Alat yang dibutuhkan adalah program CLAD97 dan buku panduan morfologi tanaman Gembong Tjitrosoepomo (2005). 2. Bahan Bunga alamanda kuning besar, bunga alamanda kuning kecil, bunga tapak dara merah muda dan bunga tapak dara ungu.

E.

Prosedur penelitian

1. Tahap Eksplorasi

LAPORAN PENELITIAN TUMBUHAN TINGKAT TINGGI

Melakukan tahap eksplorasi untuk mendapatkan bunga alamanda kuning besar, bunga alamanda kuning kecil, bunga tapak dara merah muda, dan bunga tapak dara ungu. Eksplorasi dilakukan didaerah Ketintang Baru dan di sekitar kampus UNESA.

2. Tahap Koleksi Mengkoleksi tapak dara bunga ungu dan tapak dara bunga merah muda, alamanda bunga kuning besar dan alamandabunga kuning kecil dengan memperhatikan kelengkapan dan kondisi tumbuhan tersebut (harus dalam kondisi yang baik dan lengkap). Mendokumentasikan bagianbagian dari tanaman sebagai pengingat dan bahan pendukung penulis dalam mendeskripsikan bagian-bagian dari tumbuhan tapak dara tersebut. 3. Tahap Deskripsi Mendeskripsikan tanaman dapat menggunakan pengamatan langsung deskripsi dari segi morfologi dan anatomi tanaman tapak dara ungu, tapak dara merah muda, tanaman alamanda kuning besar, dan alamanda kuning kecil. 4. Tahap Tabulasi Pada tahap ini memasukkan data hasil pengamatan ke dalam tabel, yaitu meliputi morfologi dan anatomi tanaman. Parameter yang digunakan 99 sifat dari 34 karakter. 5. Tahap Analisis Memasukkan data pada notepad. Kemudian menganalisis data menggunakan CLAD97 untuk mendapatkan fenogram.

LAPORAN PENELITIAN TUMBUHAN TINGKAT TINGGI

10

LAPORAN PENELITIAN TUMBUHAN TINGKAT TINGGI

11

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakter Macam bunga maje muk Kelamin bunga herma prodit man dul Hasil Simetri perhiasan bunga aktino zygo morf morf Tipe perbungaan rasemo sa

Estivasi perhiasan bunga convo lute quincun cial

Tipe kelopak berlekatan bercan gap berle kuk

tunggal Bunga Tapak dara ungu Tapak dara merah muda Alamanda kuning besar Alamanda kuning kecil Tabel karakter 1.

tunggal

semosa

berbagi

LAPORAN PENELITIAN TUMBUHAN TINGKAT TINGGI

12

Tabel Karakter 2. Perlekatan mahkota lepas berlekatan <5 Jumlah mahkota 5 >5

Karakter Bunga Tapak dara ungu Tapak dara merahmuda Alamanda kuning besar Alamanda kuning kecil

Jumlah kaliks <5 5 >5

Perlekatan kaliks lepas berlekatan

Simetri kaliks aktinomor f zygomorf

Bentuk mahkota terompet lonceng

LAPORAN PENELITIAN TUMBUHAN TINGKAT TINGGI

13

Tabel karakter 3.
karakter Simetri mahkota aktino bunga Tapak dara ungu Tapak dara merah muda Alamand a kuning besar Alamand a kuning kecil morf zygomo rf Perlekatan benangsari melekat lepas Tipe perlekatan kepalasari bergoya tegak ng Ruang kepala sari 1 2 >2 <5 Jumlah benang sari 5 >5 Penyisipan benangsari ekserte inserted d Kedudukan benang sari Pd dasar bunga Tajuk bunga Kelo pak

Tabel karakter 4.

LAPORAN PENELITIAN TUMBUHAN TINGKAT TINGGI

14

karakter

Tipe putik tunggal majemuk

Jumlah putik 1 >1

Perlekatan putik lepas berlekatan

Perlekatan gynosium senokarp sinkarp

Jumlah karpel 1 >1

Duduk bakal buah menumpang Setengah tenggelam Tenggelam

bunga Tapak dara ungu Tapak dara merah muda Alamanda kuning besar Alamanda kuning kecil

Tabel karakter 5.

LAPORAN PENELITIAN TUMBUHAN TINGKAT TINGGI

15

Karakter

Bentuk kepala putik globo se

Jumlah Tipe stomata sel tetangga anom ositik parasiti k 2 >2 nongland ular gland ular isodiame tris simetris Berhadapa n bersilang berkara ng tersebar runcing Merun cing Tipe trikom Bentuk sel Filotaksis daun Ujung daun

linear

Bunga Tapak dara ungu Tapak dara merah

Pangkal daun

Permukaan atas

Permukaan Bentuk tangkai

Jenis batang berkayu Basah

muda Karakter Tepi daun Alamanda Tabel karakter 6 kuning besar Bunga Alamanda Tapak kuning dara ungu kecilTapak dara merah muda Alamanda kuning

Pertulangan daun

rata bergerigi tumpul runcing Menyirip menjari

daun bawah daun daun Berbulu berlilin Berbulu berlilin bulat Setengah halus halus lingkaran

16

besarLAPORAN PENELITIAN TUMBUHAN TINGKAT TINGGI Alamanda kuning kecil

Tabel karakter 7.

LAPORAN PENELITIAN TUMBUHAN TINGKAT TINGGI

17

Karakter

Bentuk batang

Permukaan batang lici n Beram but

Arah tumbuh batang Teg

Percabangan batang monopo dial simpod ial

System perakaran tunggan g

bul Bunga Tapak dara ungu Tapak dara merah m uda Alamand a kuning besar Alamand a kuning kecil at

berse gi

pip ih

ak luru s

meman jat

mengangg uk

serabut

Gambar Fenogram kekerabatan alamanda kuning besar, alamanda kuning kecil, tapak dara merah muda dan tapak dara ungu.

LAPORAN PENELITIAN TUMBUHAN TINGKAT TINGGI

18

Keterangan : TDU : Tapak Dara Ungu TDM : Tapak Dara Merah muda AKB : Alamanda Kuning Besar AKK : Alamanda Kuning Kecil

B. Pembahasan Berdasarkan hasil analisis karakter morfologi terdapat 34 karakter dan 99 sifat yang diamati dari masing-masing spesies. Data tersaji pada tabel karakter 1- 7. Kemudian data diolah dalam notepad dihasilakan :
04 099 * "TDU" 100101000101000100110101001010100101001010100101010100110010100110101000110101010100110100 101001001 "TDM"1001010001010001001101010010101001010010101001010101001100101001101010010100110101001 10100101001001 "AKB" Unit number = 4 010101010100100100110010101010101001001010010101010010110010011010100100110101001011010100
Character number = 99 =========Taxa Character states========= TDU : 100101000101000100110101001010100101001010100101010100110010100110101000110101010100110100101001 001 TDM : 100101000101000100110101001010100101001010100101010100110010100110101001010011010100110100101001 001 AKB : 010101010100100100110010101010101001001010010101010010110010011010100100110101001011010100100101 001 AKK : 010101010100100100110010101010101001001010010101010010110010011010100100110011001011010100100101 001

Data tersebut dimasukkan dalam program CLAD97 dan diperoleh hasil :

LAPORAN PENELITIAN TUMBUHAN TINGKAT TINGGI

19

=========Similarity coefficients table========= TDU TDM 1.000000 0.959596

1.000000

Berdasarkan data tersebut bunga alamanda dan bunga tapak dara mempunyai kekerabatan yang dekat. Hal tersebut dapat dilihat dari indeks kesamaan pada fenogram sebesar 69 %. Tapak dara merah muda dan tapak dara ungu mempunyai indeks kesamaan sebesar 96 %. Alamanda kuning besar dan alamanda kuning kecil mempunyai hubungan indeks kesamaan sebesar 98 %. Nilai-nilai pada indeks kesamaan antar spesies cukup tinggi sehingga semua spesies yang diteliti berkerabat dekat.

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan program clad97 didapatkan fenogram hubungan kekerabatan alamanda kuning besar, alamanda kuning kecil, tapak dara merah muda dan tapak dara ungu. Indeks kesamaan antara bunga tapak dara dan bunga alamanda sebesar sebesar 69 %. Tapak dara merah muda dan tapak dara ungu mempunyai indeks kesamaan sebesar 96 %. Alamanda kuning besar dan alamanda kuning kecil mempunyai indeks kesamaan sebesar 98 %. Nilainilai pada indeks kesamaan antar spesies cukup tinggi sehingga semua spesies yang diteliti berkerabat dekat. B. Saran Untuk penelitian selanjutnya diharapkan peneliti dapat mengelompokkan karakter yang baik dan yang buruk. Karakter yang baik adalah karakter yang tidak dipengaruhi lingkungan. Sehingga hasil yang di dapatkan bisa maksimal.
LAPORAN PENELITIAN TUMBUHAN TINGKAT TINGGI 20

DAFTAR PUSTAKA
Tjitrosoepomo, G. 2005. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press .http://hortikultura.litbang.deptan.go.id/jurnal_pdf/192/Martasari_anthurium.pdf diakses pada tanggal18 Mei 2012 http://eprints.undip.ac.id/32168/6/B04_Sendy_Septina_chapter_II.pdf . diakses pada tanggal 18 Mei 2012 . http://blogs.unpad.ac.id/budiirawan/general/taksonomi-numerik/. Diakses pada tanggal 18 Mei 2012 .http://mustinaglee.blogspot.com/2012/04/hubungan-kekerabatan-fenetiktujuh.html. diakses pada tanggal 18 Mei 2012. Stuessy, T. E. 1990. Plant Taxonomy (the Systematic Evolusion Comparative Data. New York : Columbia University Press.

LAPORAN PENELITIAN TUMBUHAN TINGKAT TINGGI

21

LAPORAN PENELITIAN TUMBUHAN TINGKAT TINGGI

22

You might also like