You are on page 1of 15

TELEVISI DIGITAL

Disusun untuk memenuhi salah satu Tugas Kelompok Mata Kuliah Pengolahan Suara Digital Dosen : Lia Kamelia, MT

Disusun Oleh : Abdul Mufid (208701006) Hari Ramdhani (208701028) Hendi Juhendi (208701029)

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2012

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur sudah selayaknya kita panjatkan kehadirat Illahi Rabbi yang telah memberikan kesehatan dan kekuatan kepada seluruh manusia khususnya kepada penyusun, sehingga penyusun dengan segala keterbatasan kemampuan, dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Pengolahan Suara Digital. Sudah menjadi sunah-Nya, bahwa manusia itu memiliki kelemahan berupa salah dan khilaf. Hal inilah yang dijadikan penyusun untuk selalu menjadi lebih baik dengan cara meminta koreksi dan penilaian yang sifatnya konstruktif untuk penyusun atau orang lain pada umumnya. Makalah inipun masih jauh dari baik, banyak kekurangan yang sifatnya disadari atau tidak. Tapi inilah pembelajaran, yang tidak selamanya selalu benar. Tetapi salah menjadi pelecut semangat untuk selalu memperbaiki dan belajar. Akhirnya semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Bandung,

Mei 2012

Penyusun

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Televisi adalah alat penangkap siaran bergambar. Kata televisi berasal dari kata tele

(jauh) dan vision (tampak) jadi televisi memiliki arti dapat melihat dari jarak jauh. Penemuan televisi ini mampu mengubah peradaban dunia. Semua gambar televisi dibentuk oleh titik tunggal cahaya yang bergerak bolak-balik, depan-belakang atau atas-bawah, secara cepat pada layar televisi yang tak tampak oleh mata, sehingga yang terlihat hanyalah rangkaian gambar. Pada tahun 1884 Paul Nipkow mencetuskan ide tentang pemindaian gambar dengan cara memecahkanya ke dalam rangkaian titik cahaya yang bergerak secara linear menyeberangi sudut pandangan. Sinyal televisi bekerja seperti radio AM, terkecuali dalam penghubung pembawa frekuensi tinggi. Pada radio dari suara besar ke lembut sedangkan televisi dari terang ke gelap. Perangkat televisi disinkronisasikan dengan transmiter untuk menghasilkan pola yang tepat dari sebuah piksel yang akan ditempatkan pada layar. Televisi ditransmisikan dengan dua pita frekuensi, VHF (very high frequency) dan UHF (ultra high frequency), dan setiap saluran memiliki lebar pita keseluruhan mencapai 6 MHz. Jaringan televisi pertama menggunakan kabel coaxial dan teknologi gelombang mikro. Pada tahun 1970-an satelit menjadi standar dalam menghubungkan kabel dan jaringan penyiaran kepada afiliasi mereka dan untuk

mentransmisikan berita lokal dan pergelaran olahraga ke kantor berita pusat. Saat ini, jaringan serat optik juga ikut digunakan. Akhir-akhir ini mungkin kita sering mendengar istilah TV Digital. Tapi jangan salah pengertian dulu, di sini bukan berarti pesawat TV-nya yang Digital, melainkan lebih kepada sinyal yang dikirimkan, adalah sinyal digital atau mungkin yang lebih tepat adalah siaran digital (Digital Broadcasting). Sistem penyiaran TV Digital adalah aplikasi teknologi digital pada sistem penyiaran TV yang dikembangkan di pertengahan tahun 90-an dan diujicobakan pada tahun 2000. Pada awal pengoperasian sistem digital ini umumnya dilakukan siaran TV secara Simulcast atau siaran bersama dengan siaran analog sebagai masa transisi. Sekaligus ujicoba sistem tersebut sampai mendapatkan hasil penerapan siaran TV Digital yang paling ekonomis sesuai dengan kebutuhan dari negara yang mengoperasikan.

TVRI dan TV swasta nasional yang tergabung dalam Konsorsium TV Digital Indonesia (KTDI) ; SCTV, TV One, ANTV, Metro TV, dan Trans Corp telah memanfaatkan sistem teknologi penyiaran dengan teknologi digital khususnya pada sistem perangkat studio untuk memproduksi program, melakukan editing, perekaman dan penyimpanan data. Pengiriman sinyal gambar, suara dan data telah menggunakan sistem transmisi digital dengan menggunakan satelit yang umumnya dimanfaatkan sebagai siaran TV Berlangganan. Dan untuk menangkap siaran TV Digital harus menggunakan alat tambahan yang bernama Setup Box (Decoder) untuk pesawat televisi analog (yang ada sekarang ini). Dari hasil uji coba, siaran digital TV mampu memultipleks beberapa program sekaligus. Enam program siaran dapat dimasukkan sekaligus ke dalam satu kanal TV berlebar pita 8 MHz, dengan kualitas cukup baik. Di samping itu, penambahan varian DVB-H (handheld) mampu menyediakan tambahan sampai enam program siaran lagi, khususnya untuk penerimaan bergerak (mobile). 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka di dapat rumusan masalah sebagai berikut : 1. Apa yang dimaksud dengan Televisi Digital ? 2. Apa Perbedaan TV Analog dan TV Digital ? 3. Bagaimana Sistem Pemancar TV Digital ? 1.3 Tujuan Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui Televisi Digital 2. Untuk mengetahui Perbedaan TV Analog dan TV Digital 3. Untuk mengetahui Sistem Pemancar TV Digital 4. Untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah Pengolahan Suara Digital

BAB II PEMBAHASAN

2.1

Pengertian TV Digital Televisi Digital (bahasa Inggris: Digital Television) adalah jenis televisi yang

menggunakan modulasi digital dan sistem kompresi untuk menyiarkan sinyal video, audio dan data ke pesawat televisi. Televisi digital merupakan alat yang digunakan untuk menangkap siaran TV Digital yang merupakan perkembangan dari sistem siaran analog ke siaran digital yang mengubah informasi ke dalam sinyal digital berbentuk bit data seperti pada komputer. Alasan pengembangan televisi digital antara lain: Perubahan Lingkungan Eksternal 1. Pasar TV analog yang sudah jenuh 2. Kompetisi dengan sistem penyiaran satelit dan kabel Perkembangan Teknologi 1. Teknologi pemrosesan sinyal digital 2. Teknologi transmisi digital 3. Teknologi semikonduktor 4. Teknologi peralatan yang beresolusi tinggi. TV digital ditunjang oleh teknologi penerima yang mampu beradaptasi sesuai dengan lingkungannya. Sinyal digital dapat ditangkap oleh sejumlah pemancar yang membentuk jaringan berfrekuensi sama sehingga daerah cakupan TV digital dapat diperluas. TV digital memiliki peralatan suara dan gambar berformat digital seperti yang digunakan kamera video. Secara teknis, pita spektrum frekuensi radio yang digunakan untuk televisi analog dapat digunakan untuk penyiaran televisi digital. Perbandingan lebar pita frekuensi yang digunakan TV analog dan TV digital adalah 1 : 6. Artinya bila pada teknologi analog memerlukan pita selebar 8 MHz untuk satu kanal transmisi, maka pada teknologi digital dengan lebar pita frekuensi yang sama dengan teknik multiplex, dapat memancarkan sebanyak 6 hingga 8 kanal transmisi sekaligus dengan program yang berbeda. Di seluruh dunia ada tiga standar TV digital, yaitu: Digital Television (DTV) di USA, Digital Video Broadcasting Terrestrial (DVB-T) di Eropa dan Integrated Services Digital Broadcasting Terrestrial (ISDB-T) di Jepang. Semua standar di atas berbasiskan OFDM dengan

error correcting code reed Solomon dan/atau convolutional coding dan audio codingnya adalah MPEG-2 Audio AAC untuk ISDB-T dan DTV dan MPEG-1 layer2 untuk DVB-T. Jepang membuat standar sendiri dalam hal TV Digital ini. Dibandingkan dengan DTV dan DVB-T, ISDB-Tnya Jepang dikabarkan sangat fleksibel dan memiliki kelebihan terutama pada penerima yang bergerak (mobile reception). ISDB-T lebih tahan terhadap efek Doppler. ISDB-T yang merupakan satu dari dua saudaranya yaitu ISDB-S (untuk transmisi lewat kabel) dan ISDB-S (untuk satelit), juga bisa diaplikasikan pada sistem dengan bandwidth 6,7MHz dan 8MHz. Fleksibilitas ISDB-T bisa dilihat dari mode yang dipakai, yaitu: mode 1 untuk aplikasi mobile SDTV, mode 2 untuk aplikasi penerima yang mobile dan fixed HDTV/SDTV dan Mode 3 untuk yang khusus penerima fixed HDTV/SDTV. Semua data modulasi fleksible untuk QPSK dan 16QAM atau 64QAM. Perubahan mode ini bisa diatur melalui apa yang disebut TMCC (Transmission and Multiplexing Configuration Control). 2.2 Transisi ke TV Digital Migrasi dari teknologi analog ke teknologi digital membutuhkan penggantian perangkat pemancar TV dan penerima siaran TV. Karena pesawat TV analog tidak bisa menerima sinyal digital, maka diperlukan alat tambahan yang dikenal dengan Set-Top Box yang berfungsi menerima dan merubah sinyal digital menjadi sinyal analog. Set-Top Box berguna untuk meminimalkan resiko kerugian (baik bagi operator TV maupun masyarakat) agar pesawat penerima analog dapat menerima siaran analog dari pemancar TV yang menyiarkan siaran TV Digital, sehingga pemirsa (masyarakat) yang telah memiliki pesawat penerima TV analog secara perlahan-lahan dapat beralih ke teknologi TV digital dengan tanpa terputus layanan siaran yang ada selama ini Infrastruktur TV digital terrestrial relatif jauh lebih mahal dibandingkan dengan infrastruktur TV analog. Karena itu, operator TV (yang sudah ada) dapat memanfaatkan infrastruktur yang telah dibangun, seperti studio, bangunan, SDM dan lain sebagainya dan menerapkan pola kerja dengan calon penyelenggara TV digital. Sehingga di kemudian hari penyelenggara TV digital dapat dibagi menjadi penyedia jaringan (Network Provider) dan penyedia isi (Content Provider).

2.3

Perangkat Sistem TV Digital Berbeda dengan TV analog yang sudah banyak digunakan saat ini, dalam sistem TV

digital ada tambahan yang digunakan untuk memodulasi sinyal sehingga dapat menghasilkan output yang digital. Perangkat tersebut meliputi: a) Antenna Antenna berfungsi sebagai penerima sinyal tanpa mempermasalahkan jarak antara lokasi stasiun pemancar dengan rumah (melalui udara), dibutuhkan antena yang akan menangkap sinyal pancaran. Antena tersebut dapat merupakan antena yang diletakkan di atap rumah atau di loteng. Jenis antena yang baik untuk digunakan adalah antena untuk sinyal digital, namun antena UHF/VHF dapat pula digunakan. b) Set-Top Box (Decoder) Perangkat Set-Top Box ini berfungsi mengubah sinyal yang diterima oleh antenna berupa sinyal analog dalam pada saat dipancarkan dari sumber, menjadi deretan kode-kode biner yang merupakan data digital. c) Kabel Kabel berfungsi sebagai media transmisi sinyal yang telah diterima dan diubah ke dalam data digital untuk dapat menampilkan data yang dibawanya pada perangkat output. d) Televisi Televisi berfungsi sebagai perangkat yang menampilkan output dari data yang diterima. Output tersebut merupakan data gambar dan suara yang dikirimkan dari sumber. TV yang digunakan yaitu High Definition Television (HDTV), Standard Definition Television (SDTV), juga bisa dengan menggunakan TV analog dengan bantuan Set-Top Box. Perbandingan visual resolusi layar televisi dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Resolusi gambar pada HDTV

Resolusi gambar pada SDTV

Kelebihan HDTV 1. Tidak ada kecacatan pada layar TV akibat isyarat lemah atau sinyal lemah 2. Warna pada layar TV lebih terlihat realistis karena lebar jalur yang lebih besar Kelemahan HDTV 1. Biaya yang di keluarkan lebih besar dari SDTV 2. Pengguna HDTV terbatas karena faktor kecanggihan teknologi. Contoh TV yang menggunakan HDTV : Panasonic Viera Line Expands. 2.4 Cara kerja TV Digital Penerimaan siaran broadcast HDTV pada dasarnya sama saja dengan TV analog, hanya saja perangkat yang di pakai dan cara pemerosesan sinyalnya yang berbeda. Stasiun TV digital memancarkan gelombang elektromagnetik termodulasi dengan frekuensi tertentu sesuai dengan frekuensi yang dipakai oleh chanel tersebut. Kemudian sinyal diterima oleh perangkat penerima sinyal, lalu diolah oleh receiver, dan akhirnya ditampilkan pada layar TV dan speaker. Gelombang elektromagnetik yang di pancarkan pada TV Digital berbeda dengan TV analog. Pada TV digital menggunakan modulasi digital, dimana gelombang informasi merupakan datadata digital berupa bit-bit biner. Proses yang terjadi pada sistem HDTV: 1. Sinyal diterima oleh antenna atau parabola(bisa juga dengan kabel) 2. Oleh penguat sinyal dikuatkan 3. Di pisahkan sinyal informasi dan sinyal pembawa oleh demodulator 4. Data digital yang terkode di-decode oleh decoder 5. Ditampilkan oleh layar TV dan speaker a) Demodulator HDTV Hight Definition Television atau HDTV menggunakan modulasi digital QPSK dalam transmisi pengiriman gambarnya. QPSK atau quarternary atau quadriphase PSK atau 4-PSK,

merupakan salah satu bentuk dari modulasi PSK (phase shift-keying), yang sering digunakan. PSK sendiri adalah salah satu jenis dari sinyal modulasi yang menyampaikan data dengan melihat perubahan fase (phase) dari gelombang yang ada. PSK mempunyai dua cara fundamental dalam mengiterpretasikan data yang ada, yaitu : 1. Dengan melihat phase dari sinyal itu sendiri. Cara ini mengharuskan demodulator mempunyai referensi dari carrier yang digunakan, untuk dapat mengcompare sinyal yang masuk, sehingga bisa mendapatkan sinyal aslinya 2. Dengan melihat perubahan (changes) Differential PSK (DPSK)- Cara ini mempunyai tingkat kesalahan yang lebih rendah dibandingkan dengan cara pertama QPSK menggunakan 4 fase dalam penerapannya, yaitu, 0, /2, , 3/2. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar :

Selain itu, QPSK menggunakan gray coding, dalam sistem pengkodeannya. Hal ini jika dilihat pada gambar di atas, maka dua simbol yang berdampingan yang di bedakan oleh satu bit. Sehingga mempunyai tingkat kesalahan yang lebih rendah ketimbang PSK yang berbentuk simple -Binary PSK (BPSK)-, yang hanya menggunakan dua fase. Bentuk decision device disini adalah membandingkan sinyal yang masuk dengan carriernya. Sehingga didapatkan gelombang sinyal aslinya. Caranya adalah jika sinyal asli tersebut ternyata berkebalikan dengan sinyal carriernya, maka sinyal tersebut mengalami pelemahan yang diartikan sebagai bit 0. Sedangkan untuk gelombang sinyal yang sama, maka akan mengalami penguatan, yang kemudian diartikan sebagai nilai 1. b) Decoder Setelah didapatkan bit stream dari proses demodulasi, proses selanjutnya adalah decoding. Bit stream yang didapat merupakan data biner dari file video digital. Grand Alliance HDTV standard mengadopsi format video MPEG-2 standard sebagai format video dalam broadcasting HDTV. Salah satu format video yang biasa dipakai dalam HDTV adalah format video 1920x1088 pixel 30 frame per detik. Dibandingkan dengan Standard Digital Television(SDTV), Digital High Definition Television(HDTV) memiliki kualitas gambar dan

suara yang jauh lebih baik dari SDTV, akan tetapi keuntungan yang didapat dari HDTV harus ditebus dengan kebutuhan bandwidth yang lebih besar dan kinerja decoder yang lebih tinggi. Bit stream dari sebuah HDTV per detiknya sekitar enam kali lipat dari pada SDTV. Oleh karena itu, decoder biasa dipakai dalam SDTV. Salah satu konsep decoder yang dipakai untuk memenuhi kebutuhuan kinerja decoder sebuah HDTV adalah konsep parallel decode processing. Pada decoder tipe ini digunakan lebih dari satu buah baseline decoder untuk memproses bit stream dari sebuah sumber. Konsepnya bisa dianalogikan dengan beberapa orang pekerja yang bersama-sama menyelesaikan sebuah pekerjaan. Sehingga diharapkan proses decoder akan berlangsung jauh lebih cepat dan dapat memenuhi kinerja yang dituntut oleh HDTV. Implementasi dari konsep parallel decoder processing yang banyak dipakai adalah dual decoder architecture. Skema sebuah dual decoder architecture HDTV dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Berikut penjelasan fungsi dan configurasi dari setiap unit pada skema diatas: 1. Dua buah external memory digunakan untuk menyimpan anchor picture yang dihasilkan saat proses decoding. Ada dua buah anchor picture yang disimpan secara terpisah pada masing-masing modul external memory. External memory juga digunakan untuk menyimpan VBV(video buffer verified) selama proses. Synchronous Dynamic Read Only Memory (SDRAM) dapat digunakan sebagai external memory.

2. External Memory Interface (EMIF) digunakan untuk pengaturan keluar masuk data dan akses ke atau keluar external memory. Selain itu EMIF juga berperan dalam pembagian data yang akan menuju modul memory pertama atau kedua. 3. Micro-controller berperan sebagai pengatur parameter decoding, seperti type dan alamat macroblock(MB) yang sedang diproses, atau mengkalkulasi actual motion vector. Tugas penting lainnya dari micro-controller adalah untuk mensinkronisasi kerja kedua buah baseline decoder dan untuk men-trigger proses IDCT(Inverse Discrete cosine transform) pada tiap-tiap baseline decoder. 4. Variable-length decoder (VLD) berguna untuk mendecode variable-length pada macroblock header dan mengkuantisasi DCT(discrete cosine transform) koefisien. 5. Dua buah baseline decoder dimana setiap baseline terdiri dari tiga unit fungsional, yaitu: IQ/IZZ(Inverse Quantization/Inverse Zigzag ordering), IDCT(Inverse DCT operation), dan MC(Motion Compensation). Format MPEG-2 membagi data video kedalam macroblock yang berderet sesuai dengan urutannya. Proses yang terjadi selama decoding meliputi: masuknya data pada bitstream FIFO, lalu masuk ke VLD buffer, pembacaan header dan endblock sign, serta proses decode header oleh VLD, IQ/IZZ, dan IDCT. Jika motion compensation diperlukan, maka MC akan berkerja setelah MB header selesai dibaca oleh VLD. Hasil dari IDCT dan MC akan digabungkan menjadi satu decode data untuk kemudian disalurkan ke perangkat display dan disimpan ke memory sebagai anchor picture untuk proses berikutnya. Setiap macroblock pada format MPEG-2 akan diakhiri dengan simbol VLC EOB(end of block). Struktur ini digunakan oleh microcontroller untuk mengatur pembagian tugas dua buah baseline decoder. Setiap baseline akan men-decode data secara block per block. Dimana salah satu baseline akan mendecode block bernomor urut ganjil, sementara baseline lainnya mendecode data bernomor urut genap. Misalnya, VLC akan mengontrol DEMUX untuk mengalirkan bitstream ke baseline pertama hingga EOB terbaca. Bitstream selanjutnya setelah EOB terbaca akan disalurkan ke baseline kedua. Setelah EOB kembali terbaca oleh VLC bitstream akan kembali dialihkan ke baseline pertama. Begitu seterusnya selama proses decoding. Sehingga pada akhirnya akan membuat salah satu baseline memproses MB ganjil dan yang lainnya memproses MB genap.

Pada masing-masing baseline akan memproses bitstream yang diterimanya. VLD, IQ/IZZ, IDCT dan MC Unit adalah unit yang akan melakukan proses decoding hingga akhirnya akan diperoleh data raw video yang dimengerti oleh display engine yaitu berupa data brightness dan warna (YCbCr) serta audio untuk speaker. Berikut skema sederhana sebuah decoder MPEG-2:

c) Perangkat penyajian Gambar Setelah melalui sebuah receiver, tentunya sinyal yang sudah diolah memerlukan perangkat penyajian. Perangkat penyajian yang dimaksud di sini adalah televisi digital dalam hal ini HDTV. HDTV dapat menampilkan gambar pada resolusi 480p, 720p, 1080p, dan 1080p. Namun pada umumnya siaran HDTV menggunakan resolusi 720 dan 1080. Transisi gambar pada HDTV biasanya berkisar antara 24, 30, dan 60 fps (frame per second). Pada mode interlaced, transisi frame terbagi menjadi 2 kelompok garis-garis horizontal (field). TV dengan resolusi 1080p dan frame rate 60p berarti menggunakan mode transisi gambar interlaced, memiliki 1080 garis horizontal dan menghasilkan pergantian field sebanyak 60 kali tiap detiknya. Namun, setiap pergantian field hanya akan merubah 540 horizontal pada layar, sehingga untuk memperoleh pergantian gambar (frame) secara utuh memerlukan 2 kali pergantian field. Kelemahan pada mode transisi gambar semacam ini adalah pada saat menampilkan siaran yang berupa gambar-gambar yang cepat (seperti balap mobil) yang akan menyebabkan terjadinya pergeseran di antara kedua bagian tersebut yang mengakibatkan gambar akan tampak pecah-pecah (kabur). Pada mode progresive, transisi frame dilakukan secara keseluruhan. TV dengan resolusi 1080p dan frame rate 60p berarti menggunakan transisi gambar progressive, memiliki 1080 garis horizontal dan menghasilkan pergantian frame sebanyak 60 kali tiap detiknya. Setiap pergantian

frame akan menghasilkan 1080 perubahan garis pada layar, sehingga hanya memerlukan transisi frame satu kali untuk transisi gambar secara utuh. Pada mode transisi gambar semacam ini tidak akan ada masalah gambar terlihat kabur ketika gambar yang ditayangkan adalah gambar-gambar yang memerlukan pergantian frame secara cepat. 2.5 Karakteristik Sistem Penyiaran TV Digital Terestrial Karakteristik Sistem Penyiaran TV Digital yang ada di Indonesia dibagi berdasarkan kualitas penyiaran, manfaat dan keunggulan TV Digital tersebut. TV Digital dalam perkembangannya memiliki karakteristik yang berbeda di tiap wilayah(area) penyiaran. Oleh karena itu, karakteristik sistem penyiaran TV Digital akan sama apabila berada di radius yang sama. Dengan kualitas gambar dan warna yang dihasilkan jauh lebih bagus daripada televisi analog. Desain dan implementasi sistem siaran TV digital terutama ditujukan pada peningkatan kualitas gambar. Terdapat dua aspek yang berbeda dan memerlukan kompromi dalam hal ini. Pada satu sisi, teknologi TV digital memungkinkan pengiriman gambar dengan akurasi dan resolusi sangat tinggi, tetapi pada sisi lain memerlukan tersedianya kanal dengan laju sangat tinggi, mencapai belasan Mbps. Di sisi lain, sistem TV digital juga diharapkan mampu menghasilkan penerimaan gambar yang jernih, stabil, dan tanpa efek bayangan atau gambar ganda, walaupun pesawat penerima berada dalam keadaan bergerak dengan kecepatan tinggi. 2.6 Manfaat Penyiaran TV Digital 1. TV digital digunakan untuk siaran interaktif. 2. Aplikasi teknologi siaran digital menawarkan integrasi dengan layanan interaktif, layanan komunikasi dua arah seperti internet. 3. Penyiaran TV digital terrestrial bisa diterima oleh sistem penerimaan TV tidak bergerak dan penerimaan TV bergerak (mobile TV/HP). Kebutuhan daya pancar TV digital juga lebih kecil. 4. Penyiaran TV Digital menyebabkan tersedianya saluran siaran yang lebih banyak. 2.7 Keunggulan TV Digital Kelebihan signal digital dibanding analog adalah ketahanannya terhadap noise dan kemudahannya untuk diperbaiki (recovery) di penerima dengan kode koreksi error (error correction code). Sinyal digital bisa dioperasikan dengan daya yang rendah (less power). Pada transmisi digital menggunakan less bandwidth (high efficiency bandwidth) karena interference digital channel lebih rendah, sehingga beberapa channel bisa dikemas atau dipadatkan dan

dihemat. Hal ini menjadi sangat mungkin karena broadcasting TV Digital menggunakan sistem OFDM (Orthogonal Frequency Division Multiplexing) yang tangguh dalam mengatasi efek lintas jamak (multipath fading). Kemudian keuntungan lainnya adalah bahwa sinyal digital bisa dioperasikan dengan daya yang rendah (less power). Migrasi dari era analog menuju era digital memiliki konsekuensi tersedianya saluran siaran yang lebih banyak. Tidak ada lagi antrian ataupun penolakan ijin terhadap rencana pendirian televisi nasional maupun lokal karena keterbatasan frekuensi. Televisi digital pun dapat digunakan layaknya browser internet, sehingga sangat integratif fungsinya. Penyiaran TV Digital Terrestrial bisa diterima oleh sistem penerimaan TV Fixed dan penerimaan TV Bergerak. Kebutuhan daya pancar tv digital juga lebih kecil dan ketahanan terhadap interferensi dan kondisi lintasan radio yang berubah-ubah terhadap waktu (seperti yang terjadi jika penerima TV berada di atas mobil yang berjalan cepat), serta penggunaan bandwidth yang lebih efisien. 2.8. Dampak Penyiaran TV Digital Saat ini populasi pesawat televisi tidak kurang dari 40 juta unit, dengan pemirsa lebih dari 200 juta orang, jauh lebih banyak dibandingkan dengan komputer, misalnya, yang hanya sekitar 5,9 juta unit. Terlihat bahwa penggemar televisi begitu banyak di Indonesia. Kemunculan televisi digital di indonesia harus dipikirkan dampak dan konsekuensinya karena selama ini masih banyak masyarakat yang menggunakan dan terbiasa dengan televisi telivisi analog. Sedikit ketidaknyamanan yang mau tidak mau harus diterima dengan peralihan ke TV digital ini adalah:
1)

Perlunya pesawat TV baru atau paling tidak kita perlu membeli TV Tuner baru yang harganya bisa dibilang cukup mahal. Hal tersebut akan menimbulkan dampak yang besar, mengingat hampir seluruh komponen pertelevisian di Indonesia masih menggunakan komponen analog, sehingga kemajuan tekhnologi televisi digital ini dapat mematikan usahausaha kecil yang selama ini telah ada. Karenanya hal ini mewajibkan Pemerintah untuk mensosialisasikan lebih rinci kepada masyarakat.

2)

Mahalnya perangkat transmisi dan operasional broadcast berbasis tehnologi digital merupakan persoalan tersendiri bagi kemampuan industri televisi di Indonesia. Bagaimanapun untuk bisa menyiarkan program secara digital, perangkat pemancar memang harus diganti dengan perangkat baru yang memiliki sistem modulasi frekuensi secara digital. Untuk mem-back up operasional sehari-hari saja dengan tingkat persaingan antar sesama radio dan televisi swasta nasional saja sudah sangat berat, apalagi untuk harus

mengalokasikan sekian persen pemasukan iklan untuk digunakan bagi digitalisasi. Selain itu, dalam masa transisi, stasiun televisi harus siaran multicast atau operasional di dua saluran secara paralel: analog dan digital, karena tetap memberi kesempatan pada masyarakat yang belum dapat membeli televisi digital.
3)

Sistem pemrosesan sinyal sistem digital diperlukan tambahan proses misalnya Fast Fourier Transform (FFT), Viterbi decoding dan equalization di penerima, maka TV Digital ini akan sedikit terlambat beberapa detik dibandingkan TV Analog. Ketika TV analog sudah menampilkan gambar baru, maka TV Digital masih beberapa detik menampilkan gambar sebelumnya.

4)

Bagaimanapun pada era penyiaran digital telah terjadi konvergensi antarteknologi penyiaran (broadcasting), teknologi komunikasi (telepon), dan teknologi internet (IT). Dalam era penyiaran digital, ketiga teknologi tersebut sudah menyatu dalam satu media transmisi. Dengan demikian akses masyarakat untuk memperoleh ataupun menyampaikan informasi menjadi semakin mudah dan terbuka

5)

Terjadinya migrasi dari era penyiaran analog menuju era penyiaran digital, yang memiliki konsekuensi tersedianya saluran siaran yang lebih banyak, akan membuka peluang lebih luas bagi para pelaku penyiaran dalam menjalankan fungsinya dan dapat memberikan peluang lebih banyak bagi masyarakat luas untuk terlibat dalam industri penyiaran ini.

6)

Momentum penyiaran digital dapat membuka peluang yang lebih banyak bagi masyarakat dalam meningkatkan kemampuan ekonominya. Peluang usaha di bidang rumah produksi, pembuatan aplikasi-aplikasi audio, video dan multimedia, industri senetron, film, hiburan, komedi dan sejenisnya menjadi potensi baru untuk menghidupkan ekonomi masyarakat.

Televisi di Indonesia telah menjadi alat penting baik untuk hiburan maupun untuk mendapatkan informasi. Baik televisi digital maupun analog dalam penyiarannya memiliki kesamaan yaitu memiliki dampak psikologis terhadap penontonnya. Dengan frekuensi menonton yang tinggi dan kualitas tontonan yang rendah akan berdampak buruk baik pada orang dewasa maupun pada pada anak anak.

You might also like