You are on page 1of 15

BAB I PENDAHULUAN 1.1.

Latar Belakang Kasus yang menimpa dua pimpinan KPK nonaktif Bibit Samad Rianto dan Chandra M. Hamzah bermula dari testimoni Antasari Azhar, mantan Ketua KPK yang dicopot karena diduga sebagai otak pelaku pembunuhan Direktur PT Putra Rajawali Banjaran, Nasrudin Zulkarnaen. Dalam testimoninya, Antasari menyebutkan ada petinggi KPK yang menerima suap dari Direktur PT Masaro Radiocom, Anggoro Widjojo. Diduga, suap ini untuk memuluskan kasus Anggoro yang dijerat melakukan korupsi dalam pengadaan Sistem Komunikasi Radio Terpadu (SKRT) Departemen Kehutanan pada 2006-2007. Korupsi ini diduga melibatkan sejumlah anggota DPR 2004-2009. Kepala Polri Jenderal Polisi Bambang Hendarso Danuri mengatakan, kasus yang menjerat Bibit dan Chandra selain penyalahgunaan wewenang juga ada kasus penyuapan. Kapolri menyatakan ada uang untuk jatah pimpinan KPK yang siapkan Anggodo, adik Anggoro Widjojo, senilai Rp 5,15 miliar. Anggodo, disebut Kapolri, memberikan uang itu ke Ary Muladi dalam tiga tahap. Ary diperintah Antasari untuk memberikan uang tersebut untuk mencabut cekal Anggoro. Kapolri menegaskan, pencekalan itu keluar karena ada satu pimpinan KPK yang belum mendapat kucuran dana. Namun, pernyataan Kapolri itu dibantah Antasari. Ia menyangkal telah memerintahkan Ary Muladi memberikan uang Rp 1 miliar kepada Chandra M. Hamzah. Bantahan juga datang dari Ary Muladi. Melalui pengacaranya, Sugeng Teguh Santosa, kliennya tidak pernah menemui langsung pimpinan KPK. Ari, kata Sugeng, menyerahkan uang dari Anggoro kepada seseorang berinisial A yang mengaku bisa melobi pimpinan KPK. "A ini pengusaha, dia bukan orang KPK. Ketemu dengan Ary di lobi Hotel Menara Peninsula," jelas Sugeng. Adanya bantahan dari Antasari dan Ary menimbulkan kecurigaan kasus yang menjerat Bibit dan Chandra adalah rekayasa. Bahkan, peneliti Indonesian Corruption
1

Watch (ICW) Emerson Yunto menyebut Kapolri layaknya presenter gosip. Sebab, Kapolri telah berani menyampaikan hal-hal yang belum pasti kebenarannya kepada publik. "Kalau (Kapolri) terbukti asal ngomong, harus dinonaktifkan, atau bahkan diberhentikan dari jabatannya," ujar Emerson. Bahkan, ada dugaan kasus ini beraroma balas dendam. Adnan Buyung Nasution, anggota Tim Perumus Plt Pimpinan KPK berharap Kapolri memberikan tugas pemeriksaan pimpinan KPK kepada pejabat lainnya dari Kepala Badan Reserse Kriminal Komisaris Jenderal Polisi Susno Duadji. Aroma balas dendam ini menyeruak setelah pada Juli lalu Susno mengaku telepon selulernya telah disadap. Susno pun melontarkan perumpamaan cicak-buaya dalam wawancara dengan Majalah Tempo soal banyak yang berprasangka negatif pada bekas kepala Kepolisian Daerah Jawa Barat itu. "Jika dibandingkan, ibaratnya, di sini buaya di situ cicak. Cicak kok melawan buaya. Apakah buaya marah? Enggak, cuma menyesal. Cicaknya masih bodoh saja. Kita itu yang memintarkan, tapi kok sekian tahun nggak pinter-pinter. Dikasih kekuasaan kok malah mencari sesuatu yang nggak akan dapat apa-apa," ujar Susno seperti dikutip dari Majalah Tempo. Sebagaimana diketahui, Susno diduga ikut terlibat dalam pencairan dana nasabah Bank Century atas nama Budi Sampurno senilai US$ 18 juta. Meski kemudian dibantah Susno dengan alasan yang berhak mencairkan dana nasabah adalah Bank Century sendiri, bukan Polri. Namun, Susno mengaku telah mengirimkan surat ke Bank Century terkait dengan dana Budi Sampurno. Tetapi bukan memberikan perintah untuk mencairkan dana. "Saya hanya memberikan keterangan bahwa dana itu sudah tidak ada masalah," kata Susno. Sekretaris Jenderal Transparansi Internasional Indonesia Teten Masduki menilai penahanan Bibit dan Chandra sebagai bentuk kepanikan polisi pascaberedarnya transkip rekaman di kalangan media massa. Transkrip itu memuat percakapan telepon antara seorang wanita dan seorang lelaki yang diduga Anggodo. Transkrip itu berisi soal upaya penahanan terhadap Bibit dan Chandra. Dalam transkrip itu juga ada

percakapan telepon antara Anggodo dan Wisnu Subroto, mantan Jaksa Agung Muda Intelijen. Nama Wakil Jaksa Agung, Abdul Hakim Ritonga, dan RI-1 (presiden) juga disebut-sebut dalam transkrip itu. Malah kemudian Presiden SBY merasa namanya dicatut dalam transkrip tersebut. Untuk membuktikan kasus ini rekayasa dan ada upaya kriminalisasi terhadap Bibit dan Chandra, Mahkamah Konstitusi dalam sidang perkara uji materi terhadap UU KPK meminta rekaman percakapan itu dibuka. Mahkamah Konstitusi meminta hal itu dilakukan pada sidang Selasa mendatang1. Kemudian timbul adanya Tim Pencari Fakta terdiri dari 8 orang, yang dibentuk oleh Presiden diharap bisa meningkatkan kepercayaan pada lembaga penegak hukum. Dasar lain untuk mendirikan Tim 8 adalah karena presiden tidak bisa ikut campur dalam kasus penanganan dua pimpinan KPK nonaktif tersebut. TPF yang dibentuk oleh Presiden beranggotakan delapan orang dan diketuai oleh Adnan Buyung Nasution. Mantan Deputi Operasional Kapolri, Koesparmono Irsan, menjabat wakil ketua dan sekretaris dijabat oleh Denny Indrayana. Sementara, Todung Mulya Lubis, Anies Baswedan, Hikmanto Juwana, Komaruddin Hidayat dan Amir Syamsuddin sebagai anggota. Dari kasus kronologis di atas maka disini publik bertanya tanya mengapa Kepolisian dan Kejaksaan ngotot agar perkara ini harus diproses ke pengadilan. Reaksi keras masyarakat juga timbul karena ternyata Kejaksaan telah mengabaikan rekomendasi TPF. 1.2. Rumusan Masalah 1. Bagaimana fungsi dan tugas hukum dalam kasus Bibit dan Candra? 2. Aliran filsafat hukum apa yang dapat dikaitkan dalam kasus Bibit dan Candra sebagai suatu cerminan filosofi opinion? 1.3. Tujuan Penulisan Penulisan makalah ini bertujuan untuk :

www.LIPUTAN6.com. JAKARTA mengenai Kasus Bibit-Chandra. Tanggal 4 November 2009. Diambil pada hari Sabtu, 28 November 2009, pukul 10.00 WIB.

1. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis mengenai asal mula terjadinya kasus duagaan penyuapan dan atau pemerasan dalam kasus Bibit-Chandra tersebut. 2. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis adanya bukti-bukti yang kuat sehingga dapat membuktikan bahwa Bibit-Chandra benar-benar bersalah atau tidak. 3. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis adanya permasalahan institusional dan personal di dalam tubuh kepolisian, kejaksaan, KPK, termasuk Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) sehingga menimbulkan disharmoni dan tidak efektifnya institusi-institusi tersebut dalam menjalankan tugas dan wewenangnya. 4. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis adanya mafia hukum dalam kasus Bibit-Chandra tersebut. 1.4. Manfaat Penulisan Dengan adanya makalah ini diharapkan bagi para pembaca untuk dapat memahami perkembangan kasus ini dengan baik dan sampai selesai. Dan dapat mengetahui sebenarnya pihak mana yang salah dan pihak mana yang benar. Selain itu juga agar masyarakat mengerti akan adanya mafia-mafia kasus yang terdapat dalam pengadilan dan proses hukum Negara kita. Diharapkan pula kepada pembaca, untuk mengkritisi tentang hukum dan para penegak hukum Negara kita, apakah telah bekerja secara procedural dan sesuai dengan kewenangannya atau justru sebaliknya.

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Fungsi dan tugas hukum yang dikaitkan dengan kasus bibit-candra FAKTA-FAKTA YANG TERKAIT DALAM KASUS BIBIT-CHANDRA 1. Pada awalnya, proses pemeriksaan terhadap dugaan adanya penyuapan dan/atau pemerasan dalam kasus Chandra dan Bibit adalah wajar (tidak ada rekayasa) berdasarkan alasan-alasan: a. Testimoni Antasari Azhar, b. Laporan Polisi oleh Antasari Azhar, c. Rekaman pembicaraan Antasari Azhar dengan Anggoro di Singapura di Laptop Antasari Azhar di KPK, d. Keterangan Anggodo tanggal 7 Juli 2009, e. Keterangan Anggoro tanggal 10 Juli 2009 di Singapura, f. Keterangan Ari Muladi. 2. Dalam perkembangannya Polisi tidak menemukan adanya bukti penyuapan dan/atau pemerasan, namun demikian Polisi terlihat memaksakan dugaan penyalahgunaan wewenang oleh Chandra dan Bibit dengan menggunakan: a. Surat pencegahan ke luar negeri terhadap Anggoro; b. Surat pencegahan dan pencabutan cegah keluar negeri terhadap Djoko Tjandra. 3. Polri tidak memiliki bukti yang cukup untuk mendakwa Chandra dan Bibit atas dasar penyalahgunaan wewenang berdasarkan Pasal 23 UU Tindak Pidana Korupsi jo Pasal 421 KUHP dan pemerasan berdasarkan Pasal 12 (e) Undang-undang Tindak Pidana Korupsi serta percobaannya berdasarkan Pasal 15 UU Tindak Pidana Korupsi. 4. Dalam gelar perkara tanggal 7 Nopember 2009, Jaksa Peneliti Kasus Chandra dan Bibit juga menilai bahwa bukti-bukti yang diajukan oleh penyidik masih lemah. 5. Aliran dana dari Anggodo Widjojo ke Ari Muladi terputus dan tidak ada bukti yang menyatakan uang tersebut sampai ke tangan pimpinan KPK. 6. Dalam proses verifikasi yang dilakukan oleh Tim 8, ditemukan dugaan kuat atas terjadinya fenomena Makelar Kasus (Markus). Fenomena ini tidak hanya ada di
5

Kepolisian, Kejaksaan, ataupun Advokat, tetapi juga di KPK dan LPSK. Bahkan pada kasus lainnya, mafia hukum juga menjangkiti profesi notaris dan Pengadilan2. 7. Tim 8 juga menemukan adanya permasalahan institusional dan personal di dalam tubuh kepolisian, kejaksaan, KPK, termasuk Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) sehingga menimbulkan disharmoni dan tidak efektifnya institusiinstitusi tersebut dalam menjalankan tugas dan wewenangnya. 8. Dugaan adanya praktik mafia hukum, sebagaimana terindikasi dalam rekaman penyadapan pembicaraan Anggodo Widjojo dengan pihak-pihak tertentu yang diputar dalam sidang di Mahkamah Konstitusi pada tanggal 3 November 2009; 9. Antasari Azhar berinisiatif untuk membuka dugaan suap terhadap pimpinan KPK, melalui testimoni yang dibuatnya dan membuat Laporan Pengaduan kepada polisi; 10. Adanya potensi benturan kepentingan pada tahap penyidikan perkara Chandra dan Bibit, antara Susno Duadji sebagai pribadi yang tersadap KPK, dengan jabatannya selaku Kabareskrim. Hasil sadapan telepon tersebut antara lain pembicaraan Susno Duadji dengan Lucas, terkait upaya pencairan dana milik Budi Sampoerna di Bank Century. 11. Pertemuan Tim delapan dengan Kapolri: a. Meminta penjelasan tentang kewajaran proses hukum Chandra-Bibit (mulai awal) dan data-data yang dimiliki, b. Mengklarifikasikan penyidik Polri yang disebut-sebut dalam rekaman pembicaraan dengan Anggodo, c. Mewanti-wanti Kapolri dan Menko Polhukam agar memeriksa dan menahan Anggodo, d. Meminta pihak kejaksaan responsif dengan disebutnya beberapa pejabat kejaksaan dalam rekaman3. 12. Bibit- Chandra Menang, setelah MK mengabulkan sebagian permohonan uji materi pasal 32 ayat (1) huruf c Undang-Undang KPK di Jakarta, dengan implikasinya bahwa: a. Bibit-Chandra tidak diberhentikan permanen meski kejaksaan melimpahkan berkas perkara pemerasan dan penyalahgunaan wewenang di pengadilan,
2

Selasa, 17 November 2009 | 19:38 WIB; JAKARTA, KOMPAS.com, tentang Rekomendasi Tim 8. diambil pada hari Sabtu, 28 November 2009, pukul 10.00 WIB. 3 Kamis, 5 November 2009, JAWA POS, HeadlineTentang Anggodo Dilepas Lewat Belakang. Diambil pada hari Minggu 29 November 2009, pukul 13.00 WIB.

b. Bibit-Chandra berhenti permanen bila hakim memutuskan keduanya bersalah, c. Karena MK menolak membatalkan perkara hukumnya, Biibit-Chandra tidak bisa kembali secara otomatis sebagai pimpinan KPK, d. Bibit-Chandra bisa kembali menjabat pimpinan KPK bila polisi menyatakan mengehntikan penyidikan atau kejaksaan menyatakan menghentikan proses penuntutan, e. Antasari Azhar tidak bisa kembali menjbat ketua KPK karena sudah diberhentikan permanen dari jabatannya sebelum MK dbacakan dan MK menyatakan putusan tidak berlaku surut4. 13. Kabareskrim Komjen Pol. Susno Duadji digantikan oleh Irjen Pol. Ito Sumardi Djunisanyoto. Susno diganti berdasarkan tanggal 24 November 20095. Skep Kaoplri Nomor 556/XI/2009

Kamis, 26 November 2009. Harian JAWA POS. Headline tentang Bibit-Chandra Menang. Diambil hari Minggu tanggal 29 November 2009, pukul 13.00 WIB. 5 Rabu 25 November 2009. Harian JAWA POS. Healine tentang Akhirnya Susno Duadji lengser. Diambil Minggu, tanggal 29 November 2009, pukul 13.00 WIB.

2.2. PIHAK-PIHAK YANG TERKAIT DENGAN KASUS BIBIT DAN CANDRA

MAHKAMAH AGUNG

PRESIDEN MEMBENTUK TIM 8

MAHKAMAH KONSTITUSI

KASUS ANGGORO WIJOYO (DIREKTUR PT MASARO

KASUS BIBITCHANDRA

TESTIMONI ANTASARI

DUGAAN MEREKASYASA KASUS BIBIT CHANDRA

DITAHAN OEH POLRI

DIAWASI OLEH TIM 8

PENYIDIK POLRI

SETELAH BERKAS DILENGKAPI OLEH PENYIDIK L MAKA DISERAHKAN KEPADA KEJAKSAAN

TIMBUL KETIDAKPERCAYAAN MASYARAKAT KEPADA LEMBAGA PENEGAK HUKUM

MEDIA MASSA DAN LSM BANYAK MENYOROTI KASUS INI SEHINGGA TIMBUL OPINIOPINI PUBLIK

Dalam pembahasan tentang hukum, terdapat dua tugas dan fungsi Hukum : 1. Hukum mengemban tugas dan fungsi ekspresif yaitu mengungkapkan pandangan hidup, nilai-nilai budaya dan nilai keadilan. 2. Hukum mengemban tugas dan fungsi instrumental yaitu sarana untuk menciptakan dan memelihara ketertiban, stabilitas dan prediktabilitas, sarana untuk melestarikan nilai-nilai budaya dan mewujudkan keadilan, sarana pendidikan serta pengadaban masyarakat dan sarana pembaharuan masyarakat (mendorong, mengkanalisasi dan mengesahkan perubahan masyarakat). 3. Merumuskan hubungan antar anggota masyarakat a) Pemeliharaan tatanan masyarakat ( management of social order) b) Penyelesaian sengketa (dispute resolution) c) Perumusan kembali tatanan dlm situasi yg berubah Pemerintah berperan sangat dominan dalam pembangunan, karena perencanaan dilaksanakan secara sentralisasi. Prinsipnya adalah perencanaan dilakukan untuk masyarakat (for the people), menggunakan pola dari atas ke bawah (top down) dengan sistem berjenjang, dan dengan partisipasi politik yang terbatas. Pilihan terhadap paradigma reformasi sosial berangkat dari dua asumsi, yaitu: 1. Masyarakat diasumsikan belum mempunyai cukup kapasitas, dari aspek pengetahuan dan ketrampilan, untuk dilibatkan dalam setiap proses perencanaan dan pelaksanaan pembangunan. Masyarakat hanya berada dalam posisi menunggu dan mengharapkan hasil-hasil yang telah dicapai oleh pemerintah. Dan hal ini ketika salah satu instansi pemerintahan yang dipandang bermartabat dan tertinggi seperti Kepolisian dan Kejaksaan citranya telah dikesampingkan kepercayaannya oleh masyarakat dan dinilai bekerja kurang baik. Sehingga muncul pemahaman bahwa KPK instansi paling bersih dan Kejaksaan, Kepolisian sebagai penegak hukum tidak baik. Sehingga dalam hal ini fungsi hukum sebagai tatanan masyarakat dan pengendali masyarakat dinilai kurang sebab masyarakat bertindak menjadi menghakimi segala tingkah laku dari pemerintah, maka dalam kasusu ini Presiden membentuk tim independen yang dinamakan Tim Independen Pencari Fakta dan verifikasi dugaan rekayasa Chandra M Hamzah dan Bibit Samad Rianto. Dasar lain untuk mendirikan Tim 8 adalah karena presiden tidak bisa ikut campur dalam kasus penanganan dua pimpinan KPK nonaktif tersebut. Harusnya pendapat
9

dari ICW juga dilihat dan di cermati oleh Aparat Kepolsian bahawa Presiden menindaklanjuti rekomendasi Tim 8 yang antara ini agar Polri dan Kejagung menghentikan kasus dengan masing-masing mengeluarkan SP3 dan SKP2, mereposisi lembaga penegak hukum, memberantas makelar kasus dan menuntaskan kasus besar yang merugikan negara. Sehingga fungsi hukum sebagai pemeliharaan tatanan dalam masyarakat dapat berjalan dengan baik dan di maksudkan agar tingkat kepercayaan masyarakat kepada penegak hukum kembali. 2. Posisi negara dalam keadaan harus mengejar ketertinggalannya terhadap negaranegara maju. Dalam konteks ini, setiap perencanaan selalu bertendensi diakselarasi atau dipercepat, sehingga tidak perlu mempertimbangkan atau merasa terbebani oleh keharusan partisiapsi masyarakat. Apalagi kondisi masyarakat yang masih sangat rendah tingkat pendidikannya da kurang pemahaman mengenai hal yang ada dlam pemerintahan sehingga dinilai melakukan suatu tindakan dengan gegabah dan tidak dipirkan hal-hal masa depan yang terjadi ketika mereka melakukan tindakanya tersebut. Aliran Filosofi Hukum yang berkaitan dengan kasus Bibit-Candra Hukum mengemban banyak tugas dan fungsi yang salah satunya adalah menciptakan ketertiban dan mewujudkan keadilan. Dalam kasus Bibit Candra ini keefektifan fungsi dan tugas hukum benar-benar dibutuhkan. Untuk meyoroti kasus ini dapat digunakan berbagai sudut pandang yang didalamnya mengandung beberapa aliranaliran filsafat hukum. Dalam kasus ini dapat digunakan: a) Aliran Klasik adalah aliran yang masih mengakui apa yang disebut filsafat hukum sedang aliran positivisme menganggap filsafat hukum itu tidak ada. b) Aliran positivisme adalah aliran yang mengindentikkan hukum dengan undangundang, tidak ada hukum diluar undang-undang satu-satunya hukum adalah undang-undang. Positivisme Hukum yang Analistis dari John Austin yaitu perintah dari penguasa dalam arti bahwa perintah mereka yang memegang kekuasaan tertinggi atau dari yang memegang kedaulatan (yang dibuat oleh manusia seperti contoh undang-undang, peraturan pemerintah dan lain-lain) dapat diterapkan dalam kasus ini dimana pada kasus ini Bibit dan Candra diduga melakukan penyalahgunaan wewenang berdasarkan Pasal 23 UU Tindak
10

Pidana Korupsi jo Pasal 421 KUHP dan pemerasan berdasarkan Pasal 12 (e) Undangundang Tindak Pidana Korupsi serta percobaannya berdasarkan Pasal 15 UU Tindak Pidana Korupsi. Presiden memerintahkan menggunakan dasar-dasar dari beberapa peraturan perundangan yang terkait dalam mengusut kasus ini dan bukti-buktinya harus dapat menguatkan dasar-dasar tersebut. Selain itu aliran ini juga dapat diterapkan pada tindakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang membentuk Tim Verifikasi dan Pencari Fakta atau yang disebut Tim Delapan. Tim diketuai praktisi hukum senior yang juga anggota Dewan Pertimbangan Presiden, Adnan Buyung Nasution, dengan Wakil Ketua mantan anggota Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, Koesparmono Irsan, dan Sekretarisnya adalah Staf Khusus Presiden Bidang Hukum Denny Indrayana. Tim dilengkapi dengan lima anggota, yaitu : a. praktisi hukum Todung Mulya Lubis, b. Rektor Universitas Paramadina Anies Baswedan, c. guru besar UI Prof Hikmahanto Juwana, d. Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Komaruddin Hidayat e. pengacara Amir Syamsuddin. Tugasnya yaitu: tim akan memverifikasi semua fakta hukum yang terjadi mulai dari awal kasus hingga penahanan Bibit-Chandra yang menuai kontroversi luas di masyarakat, tim akan memeriksa semua dokumen pemeriksaan Bibit-Chandra baik yang ada di kepolisian, Kejaksaan Agung, termasuk rekaman percakapan yang dimiliki KPK. tim juga akan menampung semua pendapat masyarakat terkait kasus ini. itu berhubungan dengan

Otoritas yang disebutkan oleh John austin di atas

kekuasaan yang dimilliki seseorang atau sekelompok orang yang memiliki hak, wewenang dan legitimasi untuk mengatur, memerintah, memutuskan sesuatu, menegakkan aturan, menghukum atau menjalankan suatu mandat bahkan untuk memaksakan kehendak. Melalui pengertian tersebut, otoritas memiliki kaitan yang sangat erat dengan kekuasaan yang dimiliki oleh seseorang. Jika dikaitkan dengan kasus Bibit-Chandra dalam ranah KPK terdapat UU KPK yan telah disahkan, UU ini sebagai aturan tertinggi di KPK dan wajib ditaati oleh semua paratur KPK maupun instansi pemerintah serta masyarakat.
11

Namun disini dikatakan oleh Kapolri Jenderal Pol. Bambang Hendarso Danuri bahwa kasus yang menjerat Bibit dan Chandra selain dugaan penyalahgunaan wewenang juga ada kasus penyuapan. Kapolri menyatakan ada uang untuk jatah pimpinan KPK yang siapkan Anggodo, adik Anggoro Widjojo, senilai Rp 5,15 miliar. Sehingga dua pimpinan Non-aktif KPK ini harus ditahan, namun keadlan berbicara bahwa kedua pimpinan nonaktif KPK ini setelah dilakukan penyelidikan tidak bersalah melakukan penyalahgunaan wewenang maupun penyuapan, sehingga polisi membebaskan kedua pimpinan non-aktif KPK tersebut. Kemudian, setelah MK mengabulkan sebagian permohonan uji materi pasal 32 ayat (1) huruf c Undang-Undang KPK di Jakarta, dengan implikasinya bahwa: a) Bibit-Chandra tidak diberhentikan permanen meski kejaksaan melimpahkan berkas perkara pemerasan dan penyalahgunaan wewenang di pengadilan, b) Bibit-Chandra berhenti permanen bila hakim memutuskan keduanya bersalah, c) Karena MK menolak membatalkan perkara hukumnya, Biibit-Chandra tidak bisa kembali secara otomatis sebagai pimpinan KPK, d) Bibit-Chandra bisa kembali menjabat pimpinan KPK bila polisi menyatakan mengehntikan penyidikan atau kejaksaan menyatakan menghentikan proses penuntutan, e) Antasari Azhar tidak bisa kembali menjbat ketua KPK karena sudah diberhentikan permanen dari jabatannya sebelum MK dbacakan dan MK menyatakan putusan tidak berlaku surut.

12

BAB III PENUTUP

3.1. KESIMPULAN Hukum juga mengemban banyak tugas dan fungsi yang salah satunya adalah menciptakan ketertiban dan mewujudkan keadilan. Dalam kasus Bibit Candra ini keefektifan fungsi dan tugas hukum benar-benar dibutuhkan. Dalam kasus ini dapat digunakan aliran klasik dan aliran positivism. Aliran klasik masih mengakui apa yang disebut filsafat hukum sedang aliran positivisme menganggap filsafat hukum itu tidak ada. Aliran Positivism adalah aliran ini mengindentikkan hukum dengan undang-undang, tidak ada hukum diluar undang-undang satusatunya hukum adalah undang-undang Positivisme Hukum yang Analistis dari John Austin yaitu perintah dari penguasa dalam arti bahwa perintah mereka yang memegang kekuasaan tertinggi atau dari yang memegang kedaulatan (yang dibuat oleh manusia seperti contoh undang-undang, peraturan pemerintah dan lain-lain) dapat diterapkan dalam kasus ini dimana pada kasus ini Bibit dan Candra diduga melakukan penyalahgunaan wewenang berdasarkan Pasal 23 UU Tindak Pidana Korupsi jo Pasal 421 KUHP dan pemerasan berdasarkan Pasal 12 (e) Undang-undang Tindak Pidana Korupsi serta percobaannya berdasarkan Pasal 15 UU Tindak Pidana Korupsi. Presiden memerintahkan menggunakan dasar-dasar dari beberapa peraturan perundangan yang terkait dalam mengusut kasus ini dan bukti-buktinya harus dapat menguatkan dasar-dasar tersebut. Selain itu aliran ini juga dapat diterapkan pada tindakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang membentuk Tim Verifikasi dan Pencari Fakta atau yang disebut Tim Delapan. 3.2. SARAN Penyelesaikan kasus ini juga harus bebas dari kepentingan pribadi, kelompok maupun golongan. Presiden mempunyai pandangan forum yang tepat untuk menyelesaikannya adalah di pengadilan. Namun karena dalam

perkembangannya yang muncul ketidakpercayaan yang besar kepada Polri dan Kejaksaan Agung, solusi dan opsi lain yang lebih baik adalah kepolisian dan
13

kejaksaan tidak membawa kasus ini ke pengadilan. Hal ini harus dilakukan agar masyarakat dapat merasakan keadilan dalam penyelesaian kasus ini. Hukum dibentuk untuk menciptakan keadilan dalam masyarakat.

14

DAFTAR PUSTAKA

Website: JAKARTA, KOMPAS.com, tentang Rekomendasi Tim 8. diambil pada hari Sabtu, 28 November 2009, pukul 10.00 WIB.

Surat Kabar: Kamis, 5 November 2009, JAWA POS, HeadlineTentang Anggodo Dilepas Lewat Belakang. Diambil pada hari Minggu 29 November 2009, pukul 13.00 WIB. Rabu 25 November 2009. Harian JAWA POS. Healine tentang Akhirnya Susno Duadji lengser. Diambil Minggu, tanggal 29 November 2009, pukul 13.00 WIB. Kamis, 26 November 2009. Harian JAWA POS. Headline tentang Bibit-Chandra Menang. Diambil hari Minggu tanggal 29 November 2009, pukul 13.00 WIB.

15

You might also like