You are on page 1of 3

Kepada : ***** (ngarang aja il) Dari : ***** (nama lu) Perihal : Tindakan asusila Nama : *Ilham (tersangka)

Lawan : juwita Tanggal : *** BAB I KASUS POSISI DAN PERMASALAHAN HUKUM I. Kasus Posisi

Seorang pemuda bernama Ilham dari desa Dimoro kecamatan sukorejo Blitar (jawa Timur). Ia penderita penyakit Epilepsi atau yang biasa disebut sebagai Ayan. Ia telah menyetubuhi hampir 10 orang belia dibawah umur. Hal ini ia lakukan sebagai suatu syarat untuk mendapatkan ilmu kesaktian yang ia geluti. Kesaktiaan yang ia tekuni itu ia lakukan agar ia dapat kebal dari luka tusuk dan tidak mempan dengan peluru. Caranya, yaitu dengan menakut-nakuti korbannya dengan alasan bahwa dalam tubuhnya bersemayam roh pembawa sial. Oleh karena itu ia slalu mengajak korbannya untuk di bawa kerumahnya, dengan dalil akan disembuhkan oleh Ilham. Namun naas tindakan yang sudah menjadi kebiasaannya itu tidak dapat ia lakukan lagi karena ia harus berurusan dengan kepolisian. Sebagai bukti, Sebut saja Juwita, siswi sma yang menjadi salah satu korban perbuatan Ilham, ia mengaku telah di setubuhi oleh Ilham. Dan Ilhampun mengakui semua bukti-bukti tersebut.

II. Masalah Hukum

1. Sanksi apakah yang dapat dikenakan kepada Ilham? 2. Pasal berapakah yang dapat dikenakan kepada Ilham?

BAB II PEMERIKSAAN DOKUMEN Sebagai bahan pertimbangan, maka yang dijadikan dasar hukum adalah Pasal 285 KUHP. Pasal 285 KUHP: Barangsiapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seseorang wanita bersetubuh dengan dia di luar perkawinan, diancam karena melakukan pemerkosaan dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun. Atau dapat pula dikenakan Pasal 287 (1) Barangsiapa bersetubuh dengan seorang wanita di luar perkawinan, padahal diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya bahwa umurnya belum limabelas tahun, atau kalau umurnya tidak jelas, bahwa belum waktunya untuk dikawin, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun. BAB III TINJAUAN TEORETIK Tindakan atau perbuatan ilham, merupakan tindak pidana, yaitu kejahatan terhadap kesusilaan. Kata perkosaan sesungguhnya bukan hanya menyangkut pemaksaan hubungan seksual saja, akan tetapi berbagai corak perkosaan dapat terjadi. Hal ini dapat dilihat dalam perkosaan terhadap hak asasi manusia yang konotasi pembatasan

terhadap kebebasan bicara, kebebasan mengeluarkan pendapat atau kebebasan lain yang menyangkut tingkah laku manusia. Oleh karena perkosaan pada penelitian ini adalah perbuatan atau tindakan yang mungkin merugikan orang lain dan dapat dihukum. Maka yang menjadi acuan dalam perkosaan ini terbatas dibidang seksual yang mana dalam kitab Undang-Undang dapat dikenakan sanksi pasal 285,286, 287, 288.12 Perkosaan berasal dari kata perkosa yang berarti gagah, paksa dan mendapat akhiran an perkosaan berarti pausa, dengan kekerasan. Memperkosa yaitu menundukkan dengan kekerasan, menggagahi, memaksa, dengan kekerasan. Setelah mendapat akhiran an menjadi perkosaan yaitu perbuatan memperkosa,

penggagahan, pelanggaran dengan kekerasan. Pemerkosaan menurut R Soegandhi yaitu seorang pria yang memaksa seorang wanita bukan isterinya untuk melakukan persetubuhan dengannya dengan ancaman kekerasan, diharuskan kemaluan pria masuk ke dalam kemaluan wanita dengan mengeluarkan air mani. Dikategorikan sebagai perkosaan, jika persetubuhan dilakukan dengan paksaan atau diancam kekerasan yang dilakukan kepada selain isterinya, dan jika dilakukan dengan tanpa kekerasan atau paksaan (suka sama suka) tidak dinamakan perkosaan, perkosaan atau ancaman tersebut membuat korban tidak berdaya melakukan penolakan atau mengadakan perlawanan terhadap pemerkosa

You might also like