You are on page 1of 120

FAQ KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

1.1

Umum Surat Kuasa Khusus Kode Klasifikasi Lapangan Usaha 16 jenis layanan unggulan bidang perpajakan Surat Keterangan Fiskal (SKF) Permohonan Pemindahbukuan (Pbk) Tindak Lanjut Surat Himbauan

1.2 NPWP dan PKP Non Efektif untuk NPWP NPWP & PKP 1.3 SPT Sanksi Keterlambatan Pelaporan SPT 1.4 Pembayaran atau Penyetoran Pembayaran Pajak (SSP, Pembayaran melalui electronic banking, penyetoran, pelaporan pajak) Tabel Kode Ketetapan per Jenis Pajak (Kode SKP, STP) Angsuran Dan Penundaan Pembayaran Pajak kode MAP SSBP untuk biaya pelaksanaan SP, SPMP, Pengumuman Lelang dan Pembatalan lelang 1.5 Penagihan Pajak
TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/1

Jadwal Waktu Penagihan Pajak 1.6 Keberatan Pasal 25 UU KUP : Keberatan 1.7 Banding, Gugatan, dan Peninjauan Kembali Pasal 16 KUP : Pembetulan STP, Surat Ketetapan/Keputusan Pajak Pasal 36 UU KUP : Pengurangan/penghapusan sanksi, pengurangan/pembatalan STP/SKP,pembatalan hasil pemeriksaan Gugatan Pasal 27 UU KUP : Banding 1.8 Pembukuan Pembukuan dengan Mata Uang Asing Perubahan Metode Pembukuan dan atau Tahun Buku 1.9 Pemeriksaan Pemeriksaan Lapangan Hak dan Kewajiban Wajib Pajak dan Pemeriksa Pajak dalam Pemeriksaan Pemeriksaan Kantor Pemeriksaan Pajak 1.10 Sanksi, Penetapan dan Ketetapan Pajak Produk Pemeriksaan (SKP) SKPKB Surat Tagihan Pajak (STP) 1.11 Restitusi Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak untuk WP Kriteria Tertentu (WP Patuh) Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak untuk WP dengan Persyaratan Tertentu

TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/2

SURAT KUASA KHUSUS


Dasar Hukum: PMK 22/PMK.03/2008 tentang Persyaratan serta Pelaksanaan Hak dan Kewajiban Seorang Kuasa SE 16/PJ/2008 tentang Penegasan Sehubungan dengan Penunjukan Seorang Kuasa dengan Surat Kuasa Khusus. Isi & Format Surat Kuasa Khusus: (Lampiran I PMK 22/PMK.03/2008) Surat Kuasa Khusus paling sedikit harus memuat: (Pasal 5 ayat (1) PMK 22/PMK.03/2008) 1. nama, alamat, dan tanda tangan diatas meterai, serta NPWP dari WP pemberi kuasa; 2. nama, alamat, dan tanda tangan, serta NPWP penerima kuasa; dan 3. hak dan/ atau kewajiban perpajakan tertentu yang dikuasakan. Satu surat kuasa khusus hanya untuk 1 (satu) pelaksanaan hak dan/atau kewajiban perpajakan tertentu. (Pasal 5(2) PMK 22/PMK.03/2008). Yang dimaksud dengan: "hanya untuk 1(satu) pelaksanaan hak dan/atau kewajiban perpajakan tertentu" adalah hanya untuk 1 jenis pajak yang dituliskan dalam surat kuasa khusus, untuk masa pajaknya bisa lebih dari 1 masa pajak (tergantung dari isi surat kuasa khusus tersebut). Sumber: Hasil IHT Tanggal 28 Januari 2011 dengan Subdit PPh Badan Dit. Peraturan Perpajakan II. Contoh penggunaan surat kuasa khusus ini adalah untuk penandatanganan SPT Tahunan PPh OP/ Badan. PENEGASAN yang terdapat dalam SE 16/PJ/2008: (angka 11) 1. Pengurus, komisaris, dan pemegang saham mayoritas atau pengendali serta Karyawan WP yang nyata-nyata mempunyai wewenang dalam menentukan kebijakan dan/atau mengambil keputusan dalam rangka menjalankan perusahaan dapat melaksanakan hak dan/kewajiban perpajakan WP Badan tsb tanpa memerlukan Surat Kuasa Khusus. Pengertian Pengurus adalah: orang yang nyata-nyata mempunyai wewenang dalam menentukan kebijakan dan/atau mengambil keputusan dalam rangka menjalankan kegiatan perusahaan, misalnya berwenang menandatangani kontrak dengan pihak ketiga, menandatangani cek, dan sebagainya walaupun orang tersebut tidak tercantum namanya dalam susunan pengurus yang tertera dalam akte pendirian maupun akte perubahan, termasuk dalam pengertian pengurus. Ketentuan ini berlaku pula bagi komisaris dan pemegang saham mayoritas atau pengendali. (penjelasan Pasal 32 ayat (4)UU KUP dan SE 16/PJ/2008) Tambahan Informasi: (sesuai UU Perseroan Terbatas, UU no. 40 tahun 2007) Didalam UU PT, yang menjalankan pengurusan PT (Pengurus PT) adalah Direksi, dan Komisaris juga dapat melakukan tindakan pengurusan PT, dalam hal: (Pasal 118 UU no. 40 tahun 2007T) o anggota Direksi mempunyai benturan kepentingan dengan Perseroan; (Pasal 99 ayat (2) huruf b UU no. 40 tahun 2007 ) o seluruh anggota Direksi berhalangan atau diberhentikan untuk sementara. (Pasal 107 huruf c UU no. 40 tahun 2007)

TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/3

2. Dokumen perpajakan seperti Faktur Pajak dan/ atau Surat Setoran Pajak, dapat ditandatangani oleh pejabat/karyawan yang ditunjuk oleh WP tanpa memerlukan Surat Kuasa Khusus. 3. Penyerahan dokumen yang berdasarkan ketentuan dapat disampaikan melalui Tempat Pelayanan Terpadu, tidak memerlukan Surat Kuasa Khusus atau Surat Penunjukan.

Perbedaan antara seorang kuasa yang merupakan Konsultan Pajak dan Bukan Konsultan Pajak: Konsultan Pajak Persyaratan untuk menjadi seorang Kuasa (Pasal 2 ayat (2) PMK 22/PMK.03/2008) 1. memiliki NPWP; 2. telah menyampaikan SPT Tahunan PPh Tahun Pajak terakhir; 3. menguasai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (dibuktikan dengan menyerahkan fotokopi Surat Izin Praktek Konsultan Pajak dilengkapi dengan Surat Pernyataan Sebagai Konsultan Pajak sesuai format dalam Lampiran II PMK 22/PMK.03/2008 ;dan Surat Izin Praktek Konsultan diterbitkan oleh Dirjen Pajak atas nama Menkeu. 4. memiliki Surat Kuasa Khusus dari Wajib Pajak yang memberi kuasa sesuai format dalam Lampiran I PMK 22/PMK.03/2008 Bukan Konsultan Pajak (Termasuk Karyawan WP) 1. memiliki NPWP; 2. telah menyampaikan SPT Tahunan PPh Tahun Pajak terakhir; 3. menguasai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (dibuktikan dengan menyerahkan fotokopi sertifikat brevet atau ijazah pendidikan formal di bidang perpajakan yang diterbitkan oleh Perguruan tinggi negeri atau swasta dengan status terakreditasi A, sekurangkurangnya tingkat Diploma III;dan 4. memiliki Surat Kuasa Khusus dari Wajib Pajak yang memberi kuasa sesuai format dalam Lampiran I PMK 22/PMK.03/2008 5. Jika yang menjadi kuasa adalah karyawan WP tersebut, maka karyawan yang boleh menerima kuasa adalah karyawan tetap yang telah menerima penghasilan dari WP pemberi kuasa yang dibuktikan dengan Surat Pernyataan bermeterai dari WP sesuai format dalam Lampiran III PMK 22/PMK.03/2008. (Pasal 4 ayat (2) PMK 22/PMK.03/2008)

Batasan Penerimaan Kuasa

Konsultan Pajak dapat menerima kuasa Seseorang yang bukan konsultan pajak dari WP manapun. termasuk karyawan Wajib Pajak hanya dapat menerima kuasa dari : (Pasal 4 WP yang wajib menggunakan Konsultan ayat (1) PMK 22/PMK.03/2008) Pajak sebagai Kuasanya adalah: 1. WP OP yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas; 1. WP OP yang menjalankan usaha 2. WP OP yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas dengan atau pekerjaan bebas dengan peredaran/penerimaan bruto

TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/4

lebih dari Rp 1,8 Miliar dalam 1 (satu) tahun; atau 2. WP Badan dengan peredaran bruto lebih dari Rp 2,4 Miliar dalam 1 (satu) tahun.

peredaran/penerimaan bruto tidak lebih dari Rp 1,8 Miliar dalam 1 (satu) tahun; atau 3. WP Badan dengan peredaran bruto tidak lebih dari dari Rp 2,4 Miliar dalam 1 (satu) tahun.

Hak dan Kewajiban seorang kuasa: 1. Seorang kuasa tidak dapat melimpahkan kuasa yang diterimanya kepada orang lain. Tetapi seorang kuasa dapat menunjuk orang lain atau karyawannya terbatas untuk menyampaikan dan/atau menerima dokumen-dokumen perpajakan tertentu yang diperlukan dalam pelaksanaan hak dan/atau kewajiban perpajakan tertentu yang dikuasakan. Orang lain atau karyawan yang ditunjuk wajib menyerahkan Surat Penunjukan dari kuasa tersebut, sesuai dengan Lampiran IV PMK 22/PMK.03/2008. Untuk dokumen yang dapat disampaikan melalui Tempat Pelayanan Terpadu tidak memerlukan Surat Penunjukan seperti ini. (Pasal 7PMK 22/PMK.03/2008) 2. Seorang kuasa mempunyai hak dan/atau kewajiban yang sama dengan Wajib Pajak, namun terbatas pada pelaksanaan hak dan/atau kewajiban perpajakan tertentu yang dikuasakan dalam surat kuasa khusus. (Pasal 9 ayat (1) dan (2) PMK 22/PMK.03/2008) 3. Seorang kuasa wajib memberi bantuan, penjelasan dan hal-hal lain yang berkaitan dengan pelaksanaan hak dan/atau kewajiban WP yang memberikan kuasa kepadanya, sesuai perundang-undangan perpajakan. (Pasal 9 ayat (3) PMK 22/PMK.03/2008) 4. Seorang kuasa wajib memenuhi ketentuan perundang-undangan perpajakan. (Pasal 10 ayat (1) PMK 22/PMK.03/2008) 5. Seorang kuasa tidak boleh melaksanakan tugasnya sebagai kuasa, jika pada saat melaksanakan hak dan/atau kewajiban perpajakan tertentu: (Pasal 10 ayat (2) PMK 22/PMK.03/2008) o melanggar ketentuan perundang-undangan perpajakan; o menghalang-halangi pelaksanaan peraturan perpajakan; atau o dipidana karena melakukan tindak pidana dibidang perpajakan atau tindak pidana lainnya. Jika seorang kuasa terbukti melakukan perbuatan diatas, maka Wajib Pajak pemberi kuasa wajib melaksanakan sendiri hak dan/atau kewajibannya atau menunjuk seorang kuasa lain dengan surat kuasa khusus. KEP-34/PJ/2003 (ditetapkan pada 14 februari 2003 (dipergunakan pertama kali untuk SPT masa PPN/PPnBM bulan Januari 2003 dan SPT Tahunan 2002))

KLASIFIKASI LAPANGAN USAHA

KODE KLASIFIKASI USAHA (KLIK DISINI KEP-34/PJ/2003 (TERDIRI DARI 20 LAMPIRAN))


TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/5

Untuk Kategori A = Pertanian, Perburuan, Kehutanan = golongan 01 dan 02 = ADA DI LAMPIRAN 2 Untuk Kategori B = Perikanan = golongan 05 = ADA DI LAMPIRAN 3 Untuk Kategori C = Pertambangan Batubara, Penggalian Gambut, Gasifikasi Batubara dan Pembuatan Briket Batubara = golongan 10 s/d 14 = ADA DI LAMPIRAN 4 Untuk Kategori D = Industri Makanan dan Minuman = golongan 15 s/d 37 = ADA DI LAMPIRAN 5 Untuk Kategori E = Listrik dan Air = golongan 40 dan 41= ADA DI LAMPIRAN 8 Untuk Kategori F = Konstruksi = golongan 45 = ADA DI LAMPIRAN 9 Untuk Kategori G = Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil, Sepeda Motor, serta Barang-Barang Keperluan Pribadi dan Rumah Tangga = golongan 50 s/d 54 = ADA DI LAMPIRAN 10 Untuk Kategori H = Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan Makan Minum = golongan 55 = ADA DI LAMPIRAN 12 Untuk Kategori I = Angkutan Darat dan Angkutan dengan Saluran Pipa = golongan 60 s/d 64 = ADA DI LAMPIRAN 13 Untuk Kategori J = Perantara Keuangan Kecuali Asuransi dan Dana Pensiun = golongan 64 s/d 67 = ADA DI LAMPIRAN 14 Untuk Kategori K = Real Estate, Usaha Persewaan, dan Jasa Perusahaan = golongan 70 s/d 74 = ADA DI LAMPIRAN 15 Untuk Kategori L = Administrasi Pemerintah, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib = golongan 75 = ADA DI LAMPIRAN 16 Untuk Kategori M = Jasa Pendidikan = golongan 80 = ADA DI LAMPIRAN 17 Untuk Kategori N = Jasa Kesehatan, dan Kegiatan Sosial = golongan 85 = ADA DI LAMPIRAN 18 Untuk Kategori O = Jasa Kemasyarakatan, Sosial, dan Kegiatan Lainnya = golongan 90 s/d 93 = ADA DI LAMPIRAN 19 Untuk Kategori P = Jasa Perorangan = golongan 95 = ADA DI LAMPIRAN 20 Untuk Kategori Q = Badan Internasioanal, dan Badan Ekstra Internasional Lainnya = golongan 99 = ADA DI LAMPIRAN 20 Untuk Kategori X = Kegiatan yang Belum Jelas Batasannya = golongan 00 = ADA DI LAMPIRAN 20

KETENTUAN UMUM Klasifikasi Lapangan Usaha (KLU) Wajib Pajak didasarkan kepada Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) Badan Pusat Statistik Tahun 2000.

Hal-hal yang mendasar dalam KLU Wajib Pajak 2003 adalah sebagai berikut:

1. KLU 2003 menggunakan kode angka sebanyak 5 (lima) digit, dan satu digit berupa kode alfabet yang disebut kategori. Kode alfabet bukan merupakan bagian dari kode KLU, tetapi kode alfabet ini dicantumkan dengan maksud untuk memudahkan di dalam penyusunan tabulasi sektor atau lapangan usaha utama. 2. Struktur dan pemberian kode untuk KLU 2003 adalah seperti berikut: a. Kategori, menunjukkan garis pokok penggolongan kegiatan ekonomi. Penggolongan ini diberi
TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/6

kode satu kode alfabet. Dalam KLU 2003, seluruh kegiatan ekonomi di Indonesia digolongkan menjadi 18 kategori. Kategori-kategori tersebut diberi kode huruf dari A sampai dengan Q, dan X untuk kegiatan yang belum jelas batasannya. Golongan Pokok, merupakan uraian lebih lanjut dari kategori. Setiap kategori diuraikan menjadi satu atau beberapa golongan pokok (sebanyak-banyaknya 5 golongan pokok, kecuali b. industri pengolahan) menurut sifat-sifat masing-masing golongan pokok. Setiap golongan pokok diberi kode dua digit angka. Golongan, merupakan uraian lebih lanjut dari golongan pokok. Kode golongan terdiri dari tiga digit angka yaitu dua digit angka pertama menunjukkan golongan pokok dan atau satu digit c. angka terakhir menunjukkan kegiatan ekonomi dari setiap golongan bersangkutan. Setiap golongan pokok dapat diuraikan menjadi sebanyak-banyaknya 9 golongan. Subgolongan, merupakan uraian lebih lanjut dari kegiatan ekonomi yang tercakup dalam suatu golongan. Kode subgolongan terdiri dari empat digit, yaitu kode tiga digit angka pertama d. menunjukkan golongan yang berkaitan, dan satu digit angka terakhir menunjukkan kegiatan ekonomi dari subgolongan bersangkutan. Setiap golongan dapat diuraikan lebih lanjut menjadi sebanyak-banyaknya 9 subgolongan. Kelompok, dimaksudkan untuk memilah lebih lanjut kegiatan yang tercakup dalam suatu e. subgolongan, menjadi beberapa kegiatan yang lebih homogen. 3. Untuk menampung berbagai kegiatan ekonomi yang belum tercakup dalam setiap klasifikasi, maka KLU 2003 menambahkan satu kategori. Kategori tersebut diberi kode alfabet "X" yang akan mencakup Kegiatan Yang Belum Jelas Batasannya. Kode angka dua digit untuk Golongan Pokok yang tercakup dalam kategori ini adalah 00. Karena Golongan Pokok ini tidak dipilah lebih lanjut, maka kode angka tiga digit untuk Golongannya adalah 000. Selanjutnya, kode empat digit dan kode angka lima digit berturut-turut adalah 0000 dan 00000.

Untuk mendapatkan gambaran perbandingan antara Klasifikasi Lapangan Usaha Wajib Pajak 1994 dengan Klasifikasi Lapangan Usaha Wajib Pajak 2003 dapat dilihat dalam tabel berikut: KLU 2003 KategoriJudul Kategori A B C D E F G H I J K L Pertanian Perburuan dan Kehutanan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Konstruksi Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil, Sepeda Motor, serta Barang-barang Keperluan Pribadi dan Rumah Tangga Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan Makan Minum Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi Perantara Keuangan Real Estat, Usaha Persewaan, dan Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, Golongan SektorJudul Sektor Pokok 01 dan 02 Pertanian, perkebunan, 1 kehutanan, perburuan dan 05 perikanan Pertambangan dan 10 s/d 14 2 penggalian 15 s/d 37 3 Industri Pengolahan 40 dan 41 4 Listrik, gas dan air minum 45 5 Konstruksi 50 s/d 54 6 55 60 s/d 64 7 64 s/d 67 70 s/d 74 75 8 9 Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi Angkutan, Penggudangan dan Komunikasi Lembaga Keuangan, Real Estat, Usaha Persewaan, dan Jasa Perusahaan Jasa Kemasyarakatan, Sosial KLU 1994

TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/7

M N O P Q X

dan Jaminan Sosial Wajib Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa Kemasyarakatan, Sosial, dan Kegiatan Lainnya Jasa Perorangan Badan Internasional dan Badan Ekstra Internasional Lainnya Kegiatan Yang Belum Jelas Batasannya

80 85 90 s/d 93 95 99 00 0

dan Perorangan

Kegiatan Yang Belum Jelas Batasannya

I. STRUKTUR KODE KLASIFIKASI LAPANGAN USAHA WAJIB PAJAK Kode Klasifikasi Lapangan Usaha Wajib Pajak terdiri dari 5 (lima) digit yang menunjukkan Golongan Pokok, Golongan, Subgolongan dan Kelompok Kegiatan Ekonomi dengan struktur sebagai berikut: xxxxx=Kode Klasifikasi Lapangan Usaha Wajib Pajak xx- - - =Kode Golongan Pokok, adalah dua digit pertama dari KLU xxx- - =Kode Golongan, adalah tiga digit pertama dari KLU xxxx- =Kode Subgolongan, adalah empat digit pertama dari KLU xxxxx=Kode Kelompok Kegiatan Ekonomi, adalah sama dengan kode KLU 1. Kategori Lapangan Usaha Wajib Pajak terdiri dari 18 Kategori Kegiatan Ekonomi, yaitu: Kode A Kode B Kode C Kode D Kode E Kode F Kode G Kode H Kode I Kode J Kode K Kode L Kode M Kode N Kode O Kode P Kode Q Kode X Kategori Pertanian, Perburuan dan Kehutanan Kategori Perikanan Kategori Pertambangan dan Penggalian Kategori Industri Pengolahan Kategori Listrik, Gas dan Air Kategori Konstruksi Kategori Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil, Sepeda Motor, serta Barang-barang Keperluan Pribadi dan Rumah Tangga Kategori Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan Makan Minum Kategori Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi Kategori Perantara Keuangan Kategori Real Estat, Usaha Persewaan dan Jasa Perusahaan Kategori Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib Kategori Jasa Pendidikan Kategori Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Kategori Jasa Kemasyarakatan, Sosial, dan Kegiatan Lainnya Kategori Jasa Perorangan Kategori Badan Internasional dan Badan Ekstra Internasional Lainnya Kategori Kegiatan Yang Belum Jelas Batasannya

2. Golongan Pokok Setiap Kategori Kegiatan Ekonomi Wajib Pajak terdiri dari beberapa Golongan Pokok, dengan perincian sebagai berikut: KODE A KATEGORI PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN

TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/8

Kode 01 Kode 02 KODE B Kode 05 KODE C Kode 10 Kode 11 Kode 12 Kode 13 Kode 14 KODE D Kode 15 Kode 16 Kode 17 Kode 18 Kode 19 Kode 20 Kode 21 Kode 22 Kode 23 Kode 24 Kode 25 Kode 26 Kode 27 Kode 28 Kode 29 Kode 30 Kode 31 Kode 32 Kode 33 Kode 34 Kode 35 Kode 36 Kode 37 KODE E Kode 40 Kode 41

untuk Golongan Pokok Pertanian dan Perburuan untuk Golongan Pokok Kehutanan KATEGORI PERIKANAN Untuk Golongan Pokok Perikanan KATEGORI PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN untuk Golongan Pokok Pertambangan Batubara, Penggalian Gambut, Gasifikasi Batubara dan Pembuatan Briket Batubara untuk Golongan Pokok Pertambangan dan Jasa Pertambangan Minyak dan Gas Bumi untuk Golongan Pokok Pertambangan Bijih Uranium dan Thorium untuk Golongan Pokok Pertambangan Bijih Logam untuk Golongan Pokok Penggalian Batu-batuan, Tanahj Liat dan Pasir, serta Pertambangan Mineral dan Bahan Kimia KATEGORI INDUSTRI PENGOLAHAN untuk Golongan Pokok Industri Makanan dan Minuman untuk Golongan Pokok Industri Pengolahan Tembakau untuk Golongan Pokok Industri Tekstil untuk Golongan Pokok Industri Pakaian Jadi untuk Golongan Pokok Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki untuk Golongan Pokok Industri Kayu, Barang-barang dari Kayu (tidak termasuk Furniture), Dan Barang-barang Anyaman dari Rotan, Bambu dan Sejenisnya untuk Golongan Pokok Industri Kertas, Barang dari Kertas, dan sejenisnya untuk Golongan Pokok Industri Penerbitan, Percetakan dan Reproduksi Media Rekaman untuk Golongan Pokok Industri Batubara, Pengilangan Minyak Bumi dan Pengolahan Gas Bumi, Barang-barang dari Hasil Pengilangan Minyak Bumi, dan Bahan Bakar Nuklir untuk Golongan Pokok Industri Kimia dan Barang-barang dari Bahan Kimia untuk Golongan Pokok Industri Karet, Barang dari Karet, dan Barang dari Plastik untuk Golongan Pokok Industri Barang Galian Bukan Logam untuk Golongan Pokok Industri Logam Dasar untuk Golongan Pokok Industri Barang dari Logam, kecuali Mesin dan peralatannya untuk Golongan Pokok Industri Mesin dan Perlengkapannya untuk Golongan Pokok Industri Mesin dan Peralatan Kantor, Akuntansi, dan Pengolahan Data untuk Golongan Pokok Industri Mesin Listrik Lainnya dan Perlengkapannya untuk Golongan Pokok Industri Radio, Televisi, dan Peralatan Komunikasi, serta Perlengkapannya untuk Golongan Pokok Industri Peralatan Kedokteran, Alat-alat Ukur, Peralatan Navigasi, Peralatan Optik, Jam dan Lonceng untuk Golongan Pokok Industri Kendaraan Bermotor untuk Golongan Pokok Industri Alat Angkutan, selain Kendaraan Bermotor Roda Empat atau Lebih untuk Golongan Pokok Industri Furnitur dan Industri Pengolahan Lainnya untuk Daur Ulang KATEGORI LISTRIK, GAS DAN AIR untuk Golongan Pokok Listrik, Gas, Uap, dan Air Panas untuk Golongan Pokok Pengadaan dan Penyaluran Air Bersih

TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/9

KODE F Kode 45 KODE G Kode 50 Kode 51 Kode 52 Kode 53 Kode 54 KODE H Kode 55 KODE I Kode 60 Kode 61 Kode 62 Kode 63 Kode 64 KODE J Kode 65 Kode 66 Kode 67 KODE K Kode 70 Kode 71 Kode 72 Kode 73 Kode 74 KODE L Kode 75 KODE M Kode 80 KODE N

KATEGORI KONSTRUKSI untuk Golongan Pokok Konstruksi KATEGORI PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN; REPARASI MOBIL, SEPEDA MOTOR SERTA BARANG-BARANG KEPERLUAN PRIBADI DAN RUMAH TANGGA untuk Golongan Pokok Penjualan, Pemeliharaan, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, Penjualan Eceran Bahan Bakar Kendaraan untuk Golongan Pokok Perdagangan Besar Dalam Negeri, Kecuali Perdagangan Mobil dan Sepeda Motor Selain Ekspor dan Impor untuk Golongan Pokok Perdagangan Eceran, Kecuali Mobil dan Sepeda Motor, Reparasi Barang-barang Keperluan Pribadi dan Rumah Tangga untuk Golongan Pokok Perdagangan Ekspor, Kecuali Perdagangan Mobil dan Sepeda Motor untuk Golongan Pokok Perdagangan Impor, Kecuali Perdagangan Mobil dan Sepeda Motor KATEGORI PENYEDIAAN AKOMODASI DAN PENYEDIAAN MAKAN MINUM untuk Golongan Pokok Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan Makan Minum KATEGORI TRANSPORTASI, PERGUDANGAN, DAN KOMUNIKASI untuk Golongan Pokok Angkutan Darat dan Angkutan Dengan Saluran Pipa untuk Golongan Pokok Angkutan Air untuk Golongan Pokok Angkutan Udara untuk Golongan Pokok Jasa Penunjang dan Pelengkap Kegiatan Angkutan, dan Jasa Perjalanan Wisata untuk Golongan Pokok Pos dan Telekomunikasi KATEGORI PERANTARA KEUANGAN untuk Golongan Pokok Perantara Keuangan Kecuali Asuransi dan Dana Pensiun untuk Golongan Pokok Asuransi dan Dana Pensiun untuk Golongan Pokok Jasa Penunjang Perantara Keuangan KATEGORI REAL ESTAT, USAHA PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN untuk Golongan Pokok Real Estat untuk Golongan Pokok Jasa Persewaan Mesin dan Peralatannya (Tanpa Operator), Barangbarang Keperluan Rumah Tangga dan Pribadi untuk Golongan Pokok Jasa Komputer dan Kegiatan Yang Terkait untuk Golongan Pokok Penelitian dan Pengembangan (Swasta) untuk Golongan Pokok Jasa Perusahaan Lainnya KATEGORI ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, PERTAHANAN DAN JAMINAN SOSIAL WAJIB untuk Golongan Pokok Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib KATEGORI JASA PENDIDIKAN untuk Golongan Pokok Jasa Pendidikan KATEGORI JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL

TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/10

Kode 85 KODE O Kode 90 Kode 91 Kode 92 Kode 93 KODE P Kode 95 KODE Q Kode 99 KODE X Kode 00

untuk Golongan Pokok Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial KATEGORI JASA KEMASYARAKATAN, SOSIAL, DAN KEGIATAN LAINNYA untuk Golongan Pokok Jasa Kebersihan untuk Golongan Pokok Kegiatan Organisasi Yang Tidak Diklasifikasikan Di Tempat Lain untuk Golongan Pokok Jasa Rekreasi, Kebudayaan, dan Olahraga untuk Golongan Pokok Jasa Kegiatan Lainnya KATEGORI JASA PERORANGAN untuk Golongan Pokok Jasa Perorangan KATEGORI BADAN INTERNASIONAL DAN BADAN EKSTRA INTERNASIONAL LAINNYA untuk Golongan Pokok Badan Internasional dan Badan Ekstra Internasional Lainnya KATEGORI KEGIATAN YANG BELUM JELAS BATASANNYA untuk Golongan Pokok Kegiatan Yang Belum Jelas Batasannya

TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/11

16 JENIS LAYANAN UNGGULAN BIDANG PERPAJAKAN


Di dalam SE-79/PJ//2010, terdapat 16 jenis layanan unggulan bidang perpajakan. Untuk melihat SOP (Standard Operating Procedure) dari 16 jenis layanan unggulan tersebut silahkan klik link ini. SE-79/PJ//2010 SE-79/PJ/2010 ini mulai berlaku sejak 15 Juli 2010 No. Jenis Layanan yang diselesaikan 1 Permohonan Pendaftaran NPWP Jangka Waktu Penyelesaian 1 (satu) hari kerja sejak permohonan pendaftaran NPWP diterima secara lengkap atau 1(satu) hari kerja sejak informasi pendaftaran melalui eRegistration diterima KPP, sepanjang permohonan pendaftaranNPWP diisi secara lengkap. 2 Permohonan Pengukuhan PKP 1 (satu) hari kerja sejak permohonan diterima lengkap. (Pengusaha Kena Pajak). 3 Permohonan Pengembalian a. 7 (tujuh) hari sejak saat diterimanya permohonan secara Kelebihan Pembayaran PPN. lengkap, jika permohonan diajukan oleh Wajib Pajak yang memenuhi kriteria tertentu (WP Patuh) Pasal 17C UU KUP (diselesaikan melalui penelitian). b. 1 (satu) bulan sejak saat diterimanya permohonan secara lengkap, jika permohonan diajukan oleh Wajib Pajak yang memenuhi persyaratan tertentu Pasal 17D UU KUP (diselesaikan melalui penelitian). c. Jika diajukan oleh WP selain Wajib Pajak tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17C atau Pasal 17D UU KUP yang dilakukan dengan: o Pemeriksaan Kantor paling lama 6 (enam) bulan yang dihitung sejak tanggal WP datang memenuhi surat panggilan dalam rangka Pemeriksaan Kantor sampai dengan tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan; o Pemeriksaan Lapangan paling lama 8 (delapan) bulan yang dihitung sejak tanggal Surat Perintah Pemeriksaan sampai dengan tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan. 4 Penerbitan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak (SPMKP). 3 (tiga) minggu sejak : a. Permohonan Wajib Pajak diterima; b. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)/ Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak (SKPPKP) diterbitkan; c. Surat Keputusan (SK) Keberatan, SK Pembetulan, SK Pengurangan Sanksi Administrasi atau SK Penghapusan Sanksi Administrasi, SK Pengurangan Ketetapan Pajak atau SK Pembatalan Ketetapan Pajak, yang menyebabkan terjadinya kelebihan pembayaran pajak, diterbitkan; d. Putusan Banding atau Putusan Peninjauan Kembali, yang

TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/12

menyebabkan terjadinya kelebihan pembayaran pajak, diterima kantor Direktorat Jenderal Pajak yang berwenang melaksanakan Putusan Banding atau Putusan Peninjauan Kembali. 5 Permohonan Keberatan Penetapan PPh, PPN, dan PPnBM 6 Penyelesaian Surat Keterangan Bebas (SKB) Pemungutan PPh Pasal 22 Impor. 7 Permohonan Pengurangan PBB 9 (sembilan) bulan sejak tanggal surat permohonan diterima. 5 (lima) hari kerja sejak surat permohonan diterima lengkap.

a. KPP Pratama dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak permohonan pengurangan diterima, b. Kantor Wilayah DJP dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak permohonan pengurangan diterima, c. Kantor Pusat DJP dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) bulan sejak permohonan pengurangan diterima.

8 Pendaftaran Obyek Pajak Baru 3 (tiga) hari kerja sejak surat permohonan diterima lengkap. dengan Penelitian Kantor. 9 Penyelesaian Mutasi 5 (lima) hari kerja sejak surat permohonan diterima lengkap. Seluruhnya Obyek dan Subjek PBB 10 Permohonan Surat Keterangan 1 (satu) bulan sejak permohonan Wajib Pajak diterima secara Bebas (SKB) Pemotongan PPh lengkap. Pasal 23. 11 Permohonan Surat Keterangan 7 (tujuh) hari kerja setelah permohonan diterima secara lengkap. Bebas (SKB) Pemotongan PPh Atas Bunga Deposito dan Tabungan Serta Diskonto SBI yang Diterima atau Diperoleh Dana Pensiun Yang Pendiriannya telah Disahkan oleh Menteri Keuangan. 12 Permohonan Surat Keterangan 3 (tiga) hari kerja sejak tanggal surat permohonan diterima Bebas (SKB) PPh atas secara lengkap. Penghasilan dari Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan. 13 Permohonan Surat Keterangan 5 (lima) hari kerja setelah surat permohonan diterima secara Bebas (SKB) PPN atas BKP lengkap. Tertentu. 14 Permohonan Keberatan PBB 9 (sembilan) bulan sejak surat permohonan diterima. 15 Permohonan Pengurangan 6 (enam) bulan sejak tanggal diterimanya berkas permohonan atau Penghapusan Sanksi lengkap. Administrasi. 16 Permohonan Pengurangan 6 (enam) bulan sejak tanggal diterimanya berkas lengkap atau Pembatalan Ketetapan permohonan Wajib Pajak. Pajak yang Tidak Benar.

TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/13

Standar Prosedur Operasi (Standard Operating Procedure) Layanan Unggulan Bidang Perpajakan yang selanjutnya disebut SOP Layanan Unggulan, adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan yang dibakukan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan eksternal dan/atau internal sesuai dengan peraturan perundang-undangan untuk kepentingan masyarakat atau para pemangku kepentingan lainnya atas jasa dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak. SOP Layanan Unggulan disusun dan ditetapkan guna memberikan kepastian pelayanan, antara lain terhadap proses, jangka waktu penyelesaian, biaya atas jasa pelayanan, dan persyaratan administrasi dan digunakan sebagai acuan pelaksanaan pelayanan publik bagi unit pelaksana teknis.

TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/14

SURAT KETERANGAN FISKAL (SKF)


I. DASAR HUKUM: Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 stdtd Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009 Undang-Undang Nomor 7 tahun 1983 stdtd Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008 Undang-Undangn Nomor 8 tahun 1983 stdtd Undang-Undang Nomor 42 tahun 2009 KEP-447/PJ/2001 jo. PER 69/PJ/2007 (berlaku mulai 9 April 2007) SE-33/PJ.4/2001 jo. SE-17/PJ/2007 (belaku mulai 9 April 2007)

II. PENGERTIAN Surat Keterangan Fiskal adalah surat yang diterbitkan DJP yang berisi data pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak untuk masa dan tahun pajak tertentu.

III. KEGUNAAN SKF Dengan adanya kebijakan dari BAPEPAM-LK yang telah mencabut kewajiban atau persyaratan SKF bagi Wajib Pajak Bursa dalam rangka penjualan saham perusahaan di Bursa Efek atau penjualan obligasi perusahaan melalui atau tanpa melalui Bursa Efek, maka didalam PER 69/PJ/2007 tidak disebutkan lagi persyaratan untuk wajib pajak bursa, sehingga kegunaan SKF adalah untuk dipakai saat ingin melakukan penawaran barang dan atau jasa untuk keperluan pemerintah.

IV. TATA CARA DAN PERSYARATAN Wajib Pajak menyampaikan permohonan SKF kepada KPP tempat WP terdaftar sesuai formulir permohonan (contoh Lampiran I dan II PER 69/PJ/2007) dengan persyaratan: 1. Tidak sedang dilakukan penyidikan tindak pidana dibidang perpajakan; dan 2. Mengisi: Formulir permohonan pada Lampiran I PER 69/PJ/2007 Koreksi Positif dan Negatif untuk penghitungan fiskal pada Lampiran II PER 69/PJ/2007 3. Melampirkan: Fotokopi SPT Tahunan PPh beserta tanda terima SPT tersebut Fotokopi Surat Pemberitahuan Pajak Terutang dan Surat Tanda Terima Setoran Pajak Bumi dan Bangunan tahun terakhir; Fotokopi Surat Setoran Bea (SSB) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) (khusus Wajib Pajak yang baru memperoleh hak atas tanah dan atau bangunan) Surat Pernyataan Bermeterai dari Direktur atas Kesanggupan Melunasi Utang Pajak (syarat tambahan); Surat Kuasa apabila pengurusan dikuasakan kepada konsultan pajak (syarat tambahan); Fotokopi NPWP (syarat tambahan).

TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/15

Setelah diteliti, jika permohonan Wajib Pajak tidak memenuhi persyaratan kelengkapan dokumen diatas maka KPP harus segera menyampaikan kepada Wajib Pajak untuk melengkapi dokumen-dokumen tersebut. Pemberitahuan dari KPP kepada Wajib Pajak menggunakan formulir yang ada didalam Lampiran III PER-69/PJ/2007. Dalam waktu 3 (hari) kerja setelah surat permohonan kelengkapan dari KPP diterima oleh WP, WP harus melengkapi dokumen yang diperlukan. Jika tidak, maka Surat Keterangan Fiskal yang dimohon oleh WP tidak dapat diproses lebih lanjut.

V. JANGKA WAKTU PENYELESAIAN Paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja sejak saat diterimanya permohonan Wajib Pajak secara lengkap.

VI. HAL-HAL YANG MENGAKIBATKAN SKF DITOLAK: 1. Tidak menyampaikan/ memasukkan SPT Tahunan PPh tahun terakhir 2. mempunyai tunggakan pajak atas ketetapan PPh, PPN & PPnBM, dan atau PBB tahun-tahun sebelumnya; 3. mempunyai tunggakan pajak tahun berjalan untuk jenis PPh Pasal 21/22/23/25/26/4(2)/Final, PPN & PPnBM, dan atau PBB Format Surat Penolakan Pemberian SKF ada didalam Lampiran V PER 69/PJ/2007 VII HISTORIS PERATURAN Sebelum berlakunya PER-69/PJ/2007 dan SE-17/PJ/2007 (9 April 2007), berlaku ketentuan mengenai SKF sebagai berikut: o Wajib Pajak menyampaikan permohonan SKF kepada: 1. untuk WP Non Bursa langsung mengajukan permohonan kepada KPP tempat WP terdaftar 2. untuk WP Bursa mengajukan permohonan melalui BAPEPAM-LK yang selanjutnya diteruskan ke Kantor Pusat DJP untuk diteruskan ke KPP. o Formulir permohonan sesuai dengan contoh didalam Lampiran I dan II KEP447/PJ/2001) dengan melampirkan: 1. Fotokopi SPT Tahunan PPh beserta tanda terima SPT tersebut Dalam hal Wajib Pajak Bursa, SPT Tahunan PPh dimaksud adalah untuk 3 (tiga) tahun terakhir Dalam hal Wajib Pajak Non Bursa, SPT Tahunan PPh dimaksud adalah untuk tahun terakhir 2. Fotokopi NPWP; 3. Fotokopi Laporan Keuangan lengkap yang telah diaudit oleh Akuntan Publik untuk 3 (tiga) tahun terakhir (untuk Wajib Pajak Bursa); 4. Daftar pemegang saham pendiri (untuk Wajib Pajak Bursa) 5. Fotokopi Surat Pemberitahuan Pajak Terutang dan surat tanda terima setoran Pajak Bumi dan Bangunan tahun terakhir; 6. Fotokopi Surat Setoran Bea (SSB) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) (khusus Wajib Pajak yang baru memperoleh hak atas tanah dan atau bangunan)
TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/16

7. Surat Pernyataan Bermeterai dari Direktur atas Kesanggupan Melunasi Utang Pajak (syarat tambahan); 8. Surat Kuasa apabila pengurusan dikuasakan kepada konsultan pajak (syarat tambahan). A. Jangka Waktu: (INI ATURAN LAMA) Paling lambat 10 hari kerja sejak diterimanya permohonan (untuk WP Non Bursa) Paling lambat 10 hari kerja sejak diterimanya surat permohonan WP dari KPP (untuk WP Bursa) B. Kegunaan SKF: (INI ATURAN LAMA) 1. Untuk Wajib Pajak Bursa digunakan pada saat ingin menjual saham perusahaan di Bursa Efek atau hendak menjual obligasi perusahaan baik yang melalui Bursa Efek atau yang tanpa melalui Bursa Efek. 2. Untuk Wajib Pajak Non Bursa digunakan saat ingin melakukan penawaran barang dan atau jasa untuk keperluan pemerintah.

TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/17

PERMOHONAN PEMINDAHBUKUAN (PBK)


DASAR HUKUM 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. UU KUP UU PPh UU PPN KMK 88/KMK.04/1991 berlaku mulai 24 Januari 1991 KEP 965/PJ.9/1991 berlaku mulai 17 Oktober 1991 SE 26/PJ.9/1991 KEP 522/PJ./2002 berlaku mulai 16 Desember 2002

DEFINISI Pemindahbukuan adalah pembayaran utang pajak, termasuk bunga, denda administrasi dan kenaikan, yang dilakukan melalui: 1. perhitungan dengan kelebihan pembayaran pajak atau bunga yang diterima atau 2. melalui perhitungan dengan setoran pajak yang lain atas nama Wajib Pajak yang sama atau Wajib Pajak lain. Pemindahbukuan meliputi pemindahbukuan yang terjadi: 1. karena adanya kelebihan pembayaran pajak atau adanya pembayaran Pajak yang Seharusnya Tidak Terutang berdasarkan Surat Keputusan Kelebihan Pembayaran Pajak (SKKPP) atau surat keputusan lainnya yang menyebabkan timbulnya kelebihan pembayaran pajak; 2. karena adanya pemberian bunga kepada WP akibat kelambatan pengembalian kelebihan pembayaran pajak. Bunga yang dimaksud disini adalah unga yang diperoleh WP dari Pemerintah karena keterlambatan pengembalian pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (3) UU KUP yang tercantum dalam Surat Keputusan Pemberian Bunga Atas Kelambatan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak (SKPB); 3. karena diperolehnya kejelasan Surat Setoran Pajak (SSP) yang semula diadministrasikan dalam Bermacam-macam Penerimaan Pajak (BPP); 4. karena salah mengisi Surat Setoran Pajak (SSP) baik menyangkut Wajib Pajak sendiri maupun Wajib Pajak lain; 5. karena adanya pemecahan setoran pajak yang berasal dari Surat Setoran Pajak; 6. karena adanya pelimpahan PPh Pasal 22 dalam rangka impor atas dasar inden sebelum berlakunya Keputusan Menteri Keuangan Nomor 539/KMK.04/ 1990 tentang PPh Pasal 22, Pajak Pertambahan Nilai dan atau Pajak Penjualan Atas Barang Mewah untuk kegiatan usaha di bidang impor atas dasar inden. TATA CARA PEMINDAHBUKUAN (Pbk) Untuk pemindahbukuan (Pbk) yang: 1. dikarenakan adanya kelebihan pembayaran pajak atau telah melakukan pembayaran Pajak yang Seharusnya Tidak Terutang berdasarkan SKKPP atau surat keputusan lainnya;

TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/18

2. dikarenakan adanya pemberian bunga kepada akibat keterlambatan pengembalian kelebihan pembayaran pajak. maka pemindahbukuan (Pbk) dilaksanakan: 1. oleh Kepala KPP yang menerbitkan SKP;dan 2. tanpa permohonan dari WP, serta 3. tanpa memerlukan persetujuan dari Kanwil DJP atau Direktur Jenderal Pajak. Untuk pemindahbukuan (Pbk) yang: 1. dikarenakan diperolehnya kejelasan Surat Setoran Pajak (SSP) yang semula diadministrasikan dalam Bermacam-macam Penerimaan Pajak (BPP); 2. salah mengisi Surat Setoran Pajak (SSP) baik menyangkut Wajib Pajak sendiri maupun Wajib Pajak lain; 3. adanya pemecahan setoran pajak yang berasal dari Surat Setoran Pajak; 4. adanya pelimpahan PPh Pasal 22 dalam rangka impor atas dasar inden sebelum berlakunyaKeputusan Menteri Keuangan Nomor 539/KMK.04/ 1990 tentang PPh Pasal 22, Pajak Pertambahan Nilai dan atau Pajak Penjualan Atas Barang Mewah untuk kegiatan usaha di bidang impor atas dasar inden. maka pemindahbukuan (Pbk) dilaksanakan dengan cara: 1. WP pemegang asli SSP harus mengajukan permohonan pemindahbukuan secara tertulis kepada Kepala KPP tempat WP terdaftar; 2. Permohonan pemindahbukuan secara tertulis dilampiri dengan: o asli SSP yang dimohonkan untuk dipindahbukukan, dengan syarat SSP yang dimohonkan Pbk belum diperhitungkan dengan pajak yang terutang dalam SPT, STP, SKP, SKPT (Surat Ketetapan Pajak Tambahan), SKKPP (Surat Keputusan Kelebihan Pembayaran Pajak), SPb (Surat Pemberitaan), atau dalam PIB; o asli PIB (jika Pbk dilakukan untuk pembayaran PPh Pasal 22 atau PPN Impor). Didalam SE 26/PJ.9/1991, tertulis harus dilampirkan asli PIUD (Pemberitahuan Impor Untuk Dipakai), PIUD adalah bukti impor, untuk saat ini istilah PIUD diganti menjadi PIB (Pemberitahuan Impor Barang); o daftar nominatif wajib pajak yang menerima pemindahbukuan, jika pemecahan SSP dilakukan oleh Bendaharawan/ Pemotong/ Pemungut; o Surat pernyataan dari Wajib Pajak yang nama dan NPWP-nya tercantum dalam SSP, jika nama dan NPWP pemegang asli SSP (yang mengajukan permohonan Pbk) tidak sama dengan nama dan NPWP yang tercantum dalam SSP, surat pernyataan tersebut berisi bahwa SSP yang akan di Pbk sebenarnya bukan pembayaran pajak untuk kepentingannya WP yang nama dan NPWP-nya tercantum dalam SSP dan tidak keberatan untuk dipindahbukukan kepada WP yang mengajukan Pbk. Contoh: PT A salah mengisi SSP, sehingga didalam SSP yang dibayar oleh PT A tercantum nama dan NPWP PT B. Maka untuk mengajukan permohonan Pbk, PT A harus melampirkan surat pernyataan dari PT B yang menyatakan bahwa SSP tersebut bukan pembayaran pajak PT.B dan PT B setuju untuk memindahbukukan pembayaran di dalam SSP tersebut kepada PT A. Setelah dilakukan pemindahbukuan (Pbk) maka Kepala KPP akan menerbitkan Bukti Pemindahbukuan (Bukti Pbk) yang terdapat di Lampiran I KEP 965/PJ.9/1991. SSP dan Bukti Pbk yang telah dipindahbukukan harus dibubuhi cap dan ditandatangani oleh Kepala KPP.
TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/19

Jika KPP menerima permohonan Pbk tetapi SSP yang akan dipindahbukukan ditatausahakan di KPP lain, maka KPP penerima wajib meneruskan permohonan Pbk tersebut ke KPP dimana SSP ditatausahakan, satu lembar surat pengantar dikirim kepada WP.

Jangka Waktu Penyelesaian Pbk Tidak ada diatur jangka waktu penyelesaiannya Saat berlakunya Bukti Pemindahbukuan (Bukti Pbk) 1. Bagi Pbk yang terjadi karena adanya kelebihan pembayaran pajak atau pemberian bunga kepada WP: Jika dilakukan penghitungan dengan hutang pajak yang belum dilunasi, maka saat berlakunya Bukti Pbk adalah tanggal yang lebih akhir diantara tanggal timbulnya hak WP atas kelebihan pembayaran pajak atau atas pemberian bunga dengan tanggal saat terhutangnya hutang pajak dimaksud. Jika dilakukan perhitungan dengan hutang pajak yang akan datang, maka saat berlakunya Bukti Pbk adalah tanggal yang lebih akhir diantara tanggal timbulnya hak WP atas kelebihan pembayaran pajak atau atas pemberian bunga dengan tanggal permohonan WP. Yang dimaksud dengan tanggal timbulnya hak WP atas kelebihan pembayaran pajak atau atas pemberian bunga adalah: 1. Tanggal Surat Keputusan Kelebihan Pembayaran Pajak (SKKPP) untuk kelebihan pembayaran pajak yang diputuskan dengan SKKPP; 2. Tanggal Surat Keputusan Pemberian Bunga atas Kelambatan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak (SKPB) untuk pemberian bunga kepada WP; 3. Tanggal yang lebih akhir diantara tanggal keputusan keberatan/ banding/ peninjauan kembali dan tanggal-tanggal setoran pajak yang melebihi pajak terutang, untuk kelebihan pembayaran pajak yang timbul karena adanya keputusan keberatan/ banding/ peninjauan kembali. 2. Bagi Pbk yang terjadi karena alasan selain no. 1 diatas: Saat berlakunya Bukti Pbk adalah tanggal penyetoran pajak yang dipindahbukukan.

PEMINDAHBUKUAN ATAS KEKELIRUAN PEMBAYARAN PPh DALAM MATA UANG DOLLAR AS Pbk atas kekeliruan pembayaran PPh dalam mata uang Dollar AS dilakukan oleh WP yang diijinkan untuk menyelenggarakan pembukuan dalam bahasa asing dan mata uang selain rupiah yang melakukan pembayaran PPh dalam Dollar AS. Permohonan Pbk diajukan kepada Kepala KPP yang berwenang menatausahakan SSP,tanpa memerlukan persetujuan Kepala Kanwil DJP atasannya dengan melampirkan: 1. SSP lembar ke-1 2. bukti transfer asli pembayaran PPh dalam mata uang Dollar AS

TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/20

Pbk dapat dilakukan jika SSP yang dimohonkan untuk di Pbk belum diperhitungkan dengan pajak terhutang dalam SPT, STP, SKPKB, SKPKBT, SKPPKP (Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak). Setelah dilakukan Pbk, maka: 1. Kepala KPP menerbitkan Bukti Pemindahbukuan dengan formulir KP. PDIP 5.3 (Lampiran I KEP 965/PJ.9/1991) 2. SSP lembar ke-1, bukti transfer asli pembayaran dan Bukti Pemindahbukuan dibubuhi cap dan ditandatangani oleh Kepala KPP; 3. Pada Bukti Pbk dicantumkan tanggal saat berlakunya Bukti Pemindahbukuan sebagai tanggal penerimaan SSP oleh kantor penerima pembayaran

TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/21

TINDAK LANJUT SURAT HIMBAUAN


DASAR HUKUM PER-170/PJ/2007 tentang tata cara pelaksanaan konseling terhadap WP sebagai tindak lanjut Surat Himbauan

DEFENISI (pasal 1 per-170/pj/2007) Surat Himbauan adalah surat yang diterbitkan oleh Kantor Pelayanan berdasarkan hasil penelitian internal untuk meminta klarifikasi kepada Wajib Pajak terhadap adanya dugaan belum dipenuhinya kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan. Konseling adalah sarana yang disediakan bagi Wajib Pajak untuk melakukan klarifikasi terhadap data yang tercantum dalam Surat Himbauan. Petugas Konseling adalah Account Representative (AR) yang menangani Wajib Pajak yang bersangkutan atau Koordinator Pelaksana yang ditugaskan oleh Kepala Kantor.

KEWAJIBAN KEPALA KPP DALAM HAL TELAH MEMBERIKAN SURAT HIMBAUAN KEPADA WP (pasal 2 per-170/pj/2007) Kepala KPP wajib memberikan kesempatan Konseling kepada Wajib Pajak/Kuasanya untuk memberikan klafirikasi terkait dengan Surat Himbauan. JANGKA WAKTU PELAKSANAAN KONSELING (pasal 2 per-170/pj/2007) Pelaksanaan Konseling dapat dilakukan dalam jangka waktu paling lama 14 hari sejak berakhirnya jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam surat himbauan. Apabila jangka waktu 14 hari ini berakhir dan WP/Kuasanya tidak memberikan klarifikasi sebagaimana mestinya, Petugas Konseling harus segera menentukan tindak lanjutnya dengan membuat Berita Acara Pelaksanaan Konseling.

DALAM HAL WP/KUASANYA MENGAKUI KEBENARAN DATA DAN BERSEDIA MELAKUKAN PEMBETULAN SPT (pasal 7 per-170/pj/2007) Petugas Konseling wajib melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pembetulan tersebut. Dalam hal setelah jangka waktu 14 hari sejak tanggal pelaksaan konseling berakhir Wajib Pajak belum membetulkan Surat Pemberitahuan, terhadap Wajib Pajak tersebut agar diusulkan untuk dilakukan pemeriksaan.

TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/22

NON EFEKTIF UNTUK NPWP


DASAR HUKUM SE-89/PJ/2009

SEBAB MENJADI NE (NON EFEKTIF) Pengusul Sebab dapat berstatus NE 3 tahun berturut-turut tidak bayar/Lapor SPT Masa/Tahunan Diusulkan AR Tidak diketahui/ditemukan alamatnya Meninggal tetapi belum ada pemberitahuan tertulis dari ahli waris/belum mengajukan penghapusan NPWP Surat pernyataan sudah tidak berkegiatan usaha dengan Form Lampiran II Syarat

Diusulkan AR atau Permohonan WP Secara nyata tidak ada kegiatan usaha ybs.

Surat pernyataan tidak lagi Bendahara tidak melakukan pembayaran lagi membayar pajak dengan Form lampiran II Permohonan WP ybs. Badan bubar belum ada akta pembubaran/penyelesaian likuiditas WPOP di luar negeri lebih dari 183 hari dalam 12 bulan Surat keterangan dalam proses bubar /likuidasi dari notaris

Fotokopi passpor& kontrak kerja/dokumen yang menyatakan lebih dari 183 hari di luar negeri Permohonan perubahan status menjadi NE harus diselesaikan dalam jangka waktu 10 hari kerja setelah permohonan diterima secara lengkap.

WP NE dapat berubah status menjadi Wajib Pajak efektif apabila : 1. 2. 3. 4. 5. menyampaikan SPT Masa atau SPT Tahunan; melakukan pembayaran pajak; diketahui adanya kegiatan usaha dari Wajib Pajak; diketahui alamat WP; atau mengajukan permohonan untuk diaktifkan kembali

TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/23

NPWP & PKP


DASAR HUKUM PER-44/PJ./2008 (berlaku 20 Oktober 2008) Jo PER-41/PJ./2009 Jo PER 62/PJ/2010 tentang tata cara pendaftaran, pengukuhan PKP, perubahan data, pemindahan WP/PKP PER-35/PJ/2009 (berlaku 8 Juni 2009) tentang perubahan PER-9/PJ./2008 tentang Tempat Pendaftaran Wajib Pajak Tertentu PER-24/PJ/2009 (berlaku sejak 16 Maret 2009) tentang Tata Cara Pendaftaran NPWP dan/atau Pengukuhan PKP dan Perubahan Data Wajib Pajak dan/atau PKP dengan Sistem eRegistration. KMK-571/KMK.03/2003 jo PMK-68/PMK.03/2010 (berlaku sejak 1 April 2010) tentang batasan pengusaha kecil PPN SE-146/PJ/2010 tentang penyampaian PER 62/PJ/2010

Perbedaan antara PER-44/PJ./2008 Jo PER-41/PJ./2009 dengan PER 62/PJ/2010: (isi dari SE146/PJ/2010) 1. Perbaikan informasi pada formulir pendaftaran PKP berupa penambahan kolom isian mengenai status kepemilikan tempat kegiatan usaha 2. Perbaikan prosedur konfirmasi lapangan dalam rangka menyakinkan keberadaan dan kebenaran usaha Wajib Pajak dan/atau Pengusaha Kena Pajak, antara lain: 1. perubahan jangka waktu pelaksanaan konfirmasi dari 1 tahun menjadi paling lama 6 bulan sejak dikeluarkannya NPWP dan/atau NPPKP; 2. perubahan tata cara konfirmasi lapangan, berupa perbaikan tujuan konfirmasi lapangan yaitu untuk membuktikan kebenaran pengisian formulir pendaftaran dan melakukan penelitian kelayakan usaha. 3. Perubahan formulir Berita Acara Konfirmasi Lapangan, yang bertujuan untuk: membuktikan kebenaran pengisian formulir pendaftaran Wajib Pajak dan/atau Pengusaha Kena Pajak; dan meneliti kelayakan usaha Wajib Pajak dan/atau Pengusaha Kena Pajak, yang meliputi: 1. Peta tempat kegiatan usaha; 2. Foto tempat kegiatan usaha; 3. Gambaran kegiatan usaha; 4. Data peredaran usaha; 5. Daftar harta di tempat kegiatan usaha. YANG WAJIB UNTUK MEMILIKI NPWP Orang pribadi atau badan yang telah memenuhi persyaratan subjektif (sesuai ketentuan pasal 2 ayat 3 UU nomor 36 tahun 2008) dan objektif (menerima atau memperoleh penghasilan sesuai Pasal 4 ayat 1 UU nomor 36 tahun 2008)

TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/24

YANG WAJIB DIKUKUHKAN MENJADI PKP Yaitu pengusaha yang apabila sampai dengan suatu bulan dalam tahun buku jumlah peredaran bruto dan/atau penerimaan brutonya melebihi Rp. 600 juta (pasal 4 PMK68/PMK.03/2010). Kewajiban melaporkan usaha untuk dikukuhkan sebagai PKP dilakukan paling lama akhir bulan berikutnya setelah bulan saat peredaran bruto dan/atau penerimaan brutonya melebihi Rp. 600 juta. Dalam hal pengusaha telah dikukuhkan sebagai PKP dan jumlah peredaran bruto dan/atau penerimaan brutonya dalam satu tahun buku tidak melebihi Rp 600 juta, PKP dapat mengajukan permohonan pencabutan pengukuhan sebagai PKP. Dalam hal Pengusaha mempunyai lebih dari satu tempat pajak terutang, baik sebagai pusat maupun sebagai cabang perusahaan, maka Pengusaha tersebut harus dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak pada setiap tempat pajak terutang, kecuali dilakukan pemusatan tempat pajak terutang (SE-37/PJ/2010 angka 1)

TEMPAT PENDAFTARAN NPWP DAN/ATAU PKP di KPP yang wilayah kerjanya meliputi alamat tempat tinggal yang sebenarnya (bagi WPOP) atau tempat kedudukan (bagi WP Badan) SYARAT PENDAFTARAN NPWP (Per Dirjen nomor 44/PJ/2008) :
PENDAFTAR WNI WPOP WNA OPPT (NPWP cabang untuk masing-masing tempat usaha OPPT yang berbeda dengan tempat tinggalnya) PERSYARATAN fotokopi KTP, dan mengisi form pendaftaran NPWP yang tersedia di KPP (bentuk form KLIK disini (ada di lampiran II.1 PER-44/PJ/2008) fotokopi paspor, dan mengisi form pendaftaran NPWP yang tersedia di KPP(bentuk form KLIK disini (ada di lampiran II.1 PER-44/PJ/2008) 1. 2. 3. fotokopi NPWP domisili, fotokopi KTP, dan mengisi form pendaftaran NPWP yang tersedia di KPP (bentuk form KLIK disini (ada di lampiran II.1 PER-44/PJ/2008) fotokopi NPWP suami atau Penanggung Biaya Hidup fotokopi Kartu Keluarga, Surat Pernyataan Susunan Anggota Keluarga (ada di lampiran II.2 PER51/PJ./2008), fotokopi KTP bagi penduduk Indonesia, atau paspor bagi orang asing, mengisi form pendaftaran NPWP yang tersedia di KPP (bentuk form pendaftaran NPWP bagi anggota keluarga KLIK disini (ada di lampiran II.1 PER-51/PJ./2008) fotokopi akte pendirian, fotokopi KTP (WNI)/paspor (WNA) salah seorang pimpinan/penanggung jawab badan; dan fotokopi NPWP salah seorang pimpinan/penanggung jawab badan serta mengisi form permohonan di KPP (bentuk form KLIK disini (ada di lampiran II.3 PER-44/PJ/2008 surat penunjukan dari kantor pusat untuk BUT; fotokopi KTP (WNI)/paspor (WNA) salah seorang pimpinan/penanggung jawab badan; dan fotokopi NPWP salah seorang pimpinan/penanggung jawab badan serta mengisi form permohonan di KPP (bentuk form KLIK disini (ada di

NPWP bagi anggota keluarga (termasuk istri yang tidak pisah harta dengan suaminya) (PER-51/PJ./2008)

1. 2. 3. 4. 5.

1. 2. Dlm Negeri WP Badan 1. 2. BUT 3. 4. 3. 4.

TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/25

lampiran II.3 PER-44/PJ/2008 1. 2. 3. Cabang WP Badan 4. 5. fotokopi NPWP pusat, fotokopi akte pendirian/ surat penunjukan dari kantor pusat untuk BUT; fotokopi KTP (WNI)/ paspor (WNA) salah seorang pimpinan/penanggung jawab badan; dan NPWP salah seorang pimpinan/penanggung jawab badan; serta mengisi form permohonan di KPP (bentuk form KLIK disini (ada di lampiran II.3 PER-44/PJ/2008 surat penunjukan sebagai bendahara; dan fotokopi KTP; serta mengisi form permohonan di KPP (bentuk form KLIK disini (ada di lampiran II.5 PER-44/PJ/2008 perjanjian kerjasama/ akte pendirian sebagai JO; dan NPWP dan KTP (WNI)/ paspor(WNA) pimpinan/penanggung jawab JO; serta mengisi form permohonan di KPP (bentuk form KLIK disini (ada di lampiran II.3 PER-44/PJ/2008

Bendahara Pemerintah

1. 2. 3.

Joint Operation (JO)

1. 2. 3.

PENDAFTARAN WAJIB PAJAK TERTENTU (PER-35/PJ/2009)


Wajib Pajak dan atau PKP Tertentu Badan Usaha Milik Negara,termasuk anak perusahaan yang penyertaan modal baik langsung maupun tidak langsung dari BUMN lebih dari 50% Tempat Pendaftaran dan atau Pengukuhan PKP Baru Tempat Pendaftaran dan atau pengukuhan PKP setelah ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Tanpa ditetapkan dengan Keputusan Dirjen Pajak KPP PMA Satu untuk Industri Kimia dan Barang Galian Non Logam (Lampiran PER-9/PJ/2008) KPP PMA Dua untuk Industri Logam dan Mesin (Lampiran PER-9/PJ/2008) KPP PMA Tiga untuk Pertambangan dan Perdagangan (Lampiran PER-9/PJ/2008) KPP PMA Empat untuk Industri Tekstil, Makanan dan Kayu (Lampiran PER-9/PJ/2008) KPP PMA Lima untuk Agribisnis dan Jasa (Lampiran PER-9/PJ/2008) KPP PMA Enam untuk Jasa dan Perdagangan (Lampiran PER-9/PJ/2008)

No.

1.

KPP BUMN

2.

Penanaman Modal Asing Tertentu

KPP yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan WP

3.

Bentuk Usaha Tetap dan Orang Asing Tertentu

KPP yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau

KPP Badan dan Orang Asing Satu untuk WP BUT yang berkedudukan di DKI Jakarta dan Orang Asing yang

TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/26

tempat kedudukan WP

bertempat tinggal di DKI Jakarta yang berasal dari negara-negara di Benua Asia dan Afrika,termasuk Maldives,Cape Verde,Comoros,Mauritius,Mayote, Saint Helena,Seychelles,Sao Tome dan Principe KPP Badan dan Orang Asing Dua untuk WP BUT yang berkedudukan di DKI Jakarta dan Orang Asing yang bertempat tinggal di DKI Jakarta yang berasal dari negara-negara Selain yang telah ditentukan untuk KPP Badora Satu

4.

Perusahaan Masuk Bursa Tertentu

KPP yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal KPP Perusahaan Masuk Bursa atau tempat kedudukan WP KPP yang wilayah kerjanya KPP Wajib Pajak Besar dan meliputi tempat tinggal KPP Madya atau tempat kedudukan WP

5.

Perusahaan Besar Tertentu dan Orang Pribadi Tertentu Tempat pusat,cabang, perwakilan,atau kegiatan usaha yang lokasinya di Luar Provinsi DKI Jakarta untuk: WP BUMN yang terdaftar di KPP BUMN WP PMA yang terdaftar di KPP PMA WP BUT dan Orang Asing Tertentu yang terdaftar di KPP Badora WP Perusahaan Masuk Bursa Tertentu yang terdaftar di KPP Perusahaan Masuk Bursa WP Perusahaan Besar tertentu atau Orang Pribadi tertentu yang terdaftar pada KPP WP Besar

6.

Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat pusat, Terbatas dalam hal sebagai pemotong dan/atau cabang ,perwakilan pemungut Pajak Penghasilan atau kegiatan usaha dilakukan

Jangka waktu penyelesaian permohonan pendaftaran NPWP : 1 hari kerja sejak permohonan pendaftaran NPWP diterima secara lengkap atau 1 hari kerja sejak informasi pendaftaran melalui Sistem e-Registration diterima KPP, sepanjang permohonan pendaftaran NPWP diisi secara lengkap (Pasal 4 ayat (2) PER-44/PJ./2008).

TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/27

SYARAT PERMOHONAN PENGUKUHAN PKP Sama dengan persyaratan NPWP di atas dengan tambahan data pelengkap berupa SIUP, TDP (Tanda Daftar Perusahaan), dan foto lokasi usaha kalau ada serta mengisi form permohonan di KPP. Biasanya KPP memberi kebijakan syarat-syarat tambahan tersebut bisa disusulkan dalam jangka waktu tertentu. Jangka waktu penyelesaian permohonan pengukuhan PKP : 1 hari kerja sejak permohonan diterima secara lengkap atau 1 hari kerja sejak permohonan PKP melalui Sistem e-Registration diterima KPP, sepanjang permohonan pengukuhan PKP diisi secara lengkap (Pasal 4 ayat (2) PER44/PJ./2008). Untuk informasi mengenai Tempat Pemusatan PPN klik disini.

PENGUSAHA KAWASAN BEBAS TIDAK PERLU JADI PKP Untuk Pengusaha di Kawasan Bebas dicabut pengukuhan PKP-nya secara bertahap paling lama 31 Maret 2010. Dan sejak 1 April 2009, pengusaha di Kawasan Bebas tidak perlu dikukuhkan sebagai PKP. (PER 50/PJ/2009).

APABILA WP KEHILANGAN FISIK KARTU NPWP Ajukan cetak ulang kartu ke Seksi Pelayanan KPP tempat NPWP terdaftar dengan melampirkan fotokopi KTP serta nomor NPWP (kalau masih ingat atau masih punya fotokopi kartunya) tanpa perlu melampirkan surat kehilangan dari kepolisian.

PENGAJUAN PERMOHONAN PINDAH WPOP dapat mengajukan permohonan pindah ke KPP baru sesuai tempat tinggal sekarang dengan mengisi form permohonan pindah (bentuk form KLIK disini (ada di lampiran II.2 PER-44/PJ./2008) dan melampirkan fotokopi KTP baru. WP Badan, JO, WP bendaharawanhanya dapat mengajukan permohonan pindah ke KPP lama.(Pasal 6 ayat (1) Per Dirjen nomor 41/PJ./2009)

PENGAJUAN PERMOHONAN PENGHAPUSAN NPWP DAN PENCABUTAN PKP WPOP dapat mengajukan permohonan penghapusan di antaranya karena meninggal dunia atau meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya. Jangka waktu penghapusan NPWP adalah 6 bulan sejak permohonan diterima lengkap (Pasal 2 ayat 7 UU Nomor 28 Tahun 2007) WP Badan karena telah dibubarkan secara resmi. Jangka waktu penghapusan NPWP adalah 12 bulan (WP Badan) sejak tanggal permohonan diterima KPP (Pasal 2 ayat 7 UU Nomor 28 Tahun 2007)

TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/28

Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaan harus memberikan keputusan atas permohonan pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak tanggal permohonan diterima secara lengkap. (Pasal 2 ayat 9 UU Nomor 28 Tahun 2007)

Spesifikasi digit NPWP dan troubleshootingnya : 1. WP langsung daftar ke KPP terkait WP akan memperoleh NPWP dengan 2 digit awal seperti yang biasa kita jumpai, misal 00 (bendaharwan); 01,02 (Badan); atau 06,07,14,16 (WPOP) kecuali apabila KPP tersebut menggunakan aplikasi PWPM atau e-registration untuk pendaftarannya. tidak terlalu banyak permasalahan NPWP dari hasil pendaftaran dengan datang ke KPP secara langsung. 2. WP daftar via e-registration (e-Reg) di web www.pajak.go.id posisi di web : masuk menu aplikasi >> eRegistration WP akan memperoleh NPWP dengan 2 digit awal 20 (bendahara); 21 (Badan); atau 24,25,26,34 (WPOP) NPWP yang diperoleh masih bersifat sementara dan masih harus dimintakan validasi ke KPP rujukan sesuai dengan yang tertera di SKTS. Permasalahan yang sering terjadi : o WP sudah mengajukan permohonan validasi ke KPP namun belum diproses juga oleh KPP (sudah lama namun belum aktif juga) solusi: pastikan berkas WP sudah diterima oleh KPP ybs. (kalau sebelumnya WP kirim berkas via pos silakan sarankan WP untuk melacak dulu status kiriman ke web PT. Pos atau jasa pengiriman lain terkait), apabila memang berkas sudah pasti sampai ke KPP kita sarankan kepada WP untuk langsung meminta konfirmasi ke KPP karena yang berwenang memberikan validasi hanyalah pejabat di KPP rujukan (Kasi Pelayanan). 3. WP daftar kolektif via pemberi kerja (biasanya dipakai oleh WPOP karyawan) akan diproses KPP menggunakan aplikasi PWPM (Pendaftaran WP Massal) 2 digit awal NPWP >> 47,48,49,57,58,59,67,68,69,77,78,79,87,88 Permasalahan yang sering terjadi : o NPWP tidak aktif sehingga tidak bisa dipakai untuk bayar pajak ke bank kemungkinan yang ada : 1. KPP salah cetak pada kartu NPWP, solusi : kita pastikan dulu NPWP yang benar via cek masterfile nasional kemudian sarankan ke WP untuk minta cetak ulang kartu NPWP ke KPP. 2. aktivasi sedang dalam proses, solusi : tanyakan tanggal terdaftar yang ada di kartu, kalau memang sudah lama kita coba bantu kontak ke Dit. TIP minta cek status aktivasinya (karena ada kemungkinan gagal setor data dari KPP ke kantor pusat) tapi kalau baru beberapa hari (1-3 hari), kita sarankan agar WP menunggu proses aktivasi yang dilakukan oleh KPP. o NPWP yang tertera di kartu yang dia miliki ternyata atas nama orang lain karena PWPM bersifat massal, maka kesalahan input data maupun cetak kartu sangat mungkin terjadi solusi : pastikan di masterfile kita NPWP tersebut memang benar atas nama orang lain, kalau iya kita bantu carikan NPWP yang benar, tetapi ternyata misal setelah kita cek WP ybs. tidak punya NPWP mau tidak mau kita sarankan kepada WP untuk mengajukan permohonan baru ke KPP. o WP mendapatkan 2 NPWP dengan nomor berbeda (dobel NPWP) solusi : cek dulu kebenaran 2 NPWP tadi ke masterfile, kemudian apabila memang
TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/29

benar2 dobel kita sarankan ke WP untuk mengajukan permohonan penghapusan salah satu NPWP ke KPP.

TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/30

SANKSI KETERLAMBATAN PELAPORAN SPT


1. Sanksi keterlambatan pelaporan SPT :

Nomor Jenis SPT 1 2 3 4 SPT Masa PPN SPT Masa lainnya SPT Tahunan OP

sebelum 2008 50.000 50.000 100.000

2008 dan seterusnya 500.000 100.000 100.000 1.000.000

SPT Tahunan Badan 100.000

2. Formulir SPT Masa maupun SPT Tahunan dapat diperoleh di KPP terdekat atau dapat diunduh di menu download web www.pajak.go.id. 3. Dalam hal jatuh tempo pembayaran dan atau pelaporan jatuh pada hari libur, maka pembayaran atau pelaporan dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya. (Pasal 3 dan Pasal 8 Per. Menkeu nomor 184/PMK.03/2007) 4. Khusus untuk PPh Pasal 25 tidak perlu lapor apabila SSP yang digunakan untuk membayar telah dibubuhi NTPN oleh kantor tempat pembayaran pajak. (Per. Dirjen Nomor 22/PJ/2008). Tetapi, kalau PPh Pasal 25 Nihil WP tetap wajib lapor ke KPP.

TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/31

PEMBAYARAN PAJAK (SSP, PEMBAYARAN MELALUI ELECTRONIC BANKING, PENYETORAN, PELAPORAN PAJAK)
DASAR HUKUM PER- 38/PJ./2009 (berlaku sejak 1 Juli 2009) tentang bentuk formulir SPP, kode MAP, KJS. PER-23/PJ/2010 (berlaku sejak 22 April 2010) tentang perubahan sebagian isi PER38/PJ/2009 SE-54/PJ./2010 tentang pengantar PER-23/PJ/2010 PMK 184/PMK.03/2007 stdd PMK 80/PMK.03/2010 tentang penentuan tanggal jatuh tempo pembayaran dan penyetoran pajak, penentuan tempat pembayaran, tata cara pembayaran, penyetoran dan pelaporan pajak, serta tata cara pengangsuran dan penundaan pembayaran pajak.

CARA PEMBAYARAN PAJAK selain PBB dan BPHTB, ada beberapa cara yaitu: 1. Membayar pajak dengan menggunakan SSP o SSP dapat diperoleh di KPP atau www.pajak.go.id di menu download - lainnya. Bank biasanya meminta SSP yang berkarbon, jika WP mencetak dari website informasikan untuk membawa kertas karbon sendiri.
Pembayaran melalui Bank Persepsi Bukti pembayaran yang diterima oleh WP: o SSP lembar ke-1 dan ke-3 yang didalamnya sudah tertera NTPN (Nomor Transaksi Penerimaan Negara) dan NTB (Nomor Transaksi Bank). o SSP baru dianggap sah jika sudah tercantum NTPN dan NTB (Pasal 2 ayat (5) PER 148/PJ/2007). tetapi utk beberapa Bank terkadang validasi NTPN diberikan di lembaran tersendiri yang terpisah dari SSP. o Untuk WP yang membayar PPh pasal 25, maka SSP yang didalamnya sudah tertera NTPN tersebut dianggap sebagai pelaporan SPT Masa PPh Pasal 25, sehingga WP tidak perlu lagi melaporkan SSP yang sudah diterakan NTPN tsb ke KPP tempat WP terdaftar. (Pasal 4 ayat (1) PER 22/PJ/2008) o SSP lembar ke-1 dan ke-3 yang yang didalamnya sudah tertera NTPN (Nomor Transaksi Penerimaan Negara) dan NTP (Nomor Transaksi Pos) (Pasal 2 ayat (5) PER 148/PJ/2007). Untuk WP yang membayar PPh pasal 25, maka SSP yang sudah diterakan NTPN tersebut dianggap sebagai pelaporan SPT Masa PPh Pasal 25, sehingga WP tidak perlu lagi melaporkan SSP yang sudah diterakan NTPN tsb ke KPP tempat WP tsb terdaftar. (Pasal 4 ayat (1) PER 22/PJ/2008)

Kantor Pos Persepsi

2. Membayar pajak melalui electronic banking o Jika WP membayar melalui electronic banking, maka dokumen yang akan dilaporkan ke KPP sebagai bukti bahwa WP tersebut sudah melakukan pembayaran adalah BPN (Bukti Penerimaan Negara). BPN (Bukti Penerimaan Negara) ini dipersamakan sebagai SSP (Pasal 2 ayat (6) PER-148/PJ./2007 dan angka 5 SE-39/PJ/2008). o Bukti Penerimaan Negara (BPN) adalah dokumen terbitan Bank Persepsi/Kantor Pos atas transaksi penerimaan negara yang mencantumkan NTPN dan NTB/NTP.
TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/32

BPN dari Internet Banking dapat diperlakukan seperti SSP, dan dapat dijadikan lampiran dalam SPT.

CARA PEMBAYARAN PBB (Pajak Bumi dan Bangunan), ada beberapa cara yaitu: 1. Membayar pajak melalui teller Bank cara nya: membawa SPPT (Surat Pemberitahuan Pajak Terutang) ke Bank, kemudian Bank akan memberikan STTS (Surat Tanda Terima Setoran) kepada WP yang bersangkutan. Tetapi hanya beberapa Bank yang dapat menerima pembayaran PBB melalui Teller Bank. o Untuk Daftar Bank dan Layanan yang disediakan oleh masing-masing Bank yang berkaitan dengan pembayaran PBB silahkan klik Tempat Pembayaran PBB atau dapat dilihat di S-091/PJ.13/2008. 2. Membayar pajak melalui Mesin ATM cara nya: memasukkan NOP dan tahun pajak untuk PBB yang akan di bayar. Untuk langkahlangkah cara pembayaran dengan melalui ATM disesuaikan dengan masing-masing Mesin ATM Bank. o Untuk Daftar Bank dan Layanan yang disediakan oleh masing-masing Bank yang berkaitan dengan pembayaran PBB silahkan klik Tempat Pembayaran PBB atau dapat dilihat di S-091/PJ.13/2008..

Kode Akun Pajak dan Kode Jenis Setoran Per. Dirjen Pajak Nomor 38/PJ./2009 Untuk PPh Pasal 15 atas Penerbangan Dalam Negeri : MAP 411129, KJS 101 untuk NOP dan alamat NOP pada SSP, sesuai petunjuk pengisiannya, hanya diisi untuk pembayaran PPh atas jual beli tanah/banggunan atau PPN membangun sendiri. SSP terdiri dari 4 lembar : 1. 2. 3. 4. Lembar ke-1 : untuk arsip Wajib Pajak Lembar ke-2 : untuk KPPN Lembar ke-3 : untuk dilaporkan oleh WP ke KPP Lembar ke-4 : untuk bank persepsi atau kantor pos & giro

Dalam hal diperlukan, SSP dapat dibuat dalam rangkap 5 (lima) dengan peruntukan lembar ke-5 untuk arsip Wajib Pungut atau pihak lain sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku.

TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/33

JATUH TEMPO PEMBAYARAN (PASAL 2) DAN PELAPORAN (PASAL 7) (PMK-80/PMK.03/2010) & (UU KUP)
No Jenis Pajak
1 2 3 4 5 6 7 PPh pasal 4(2) setor sendiri PPh pasal 4(2) pemotongan PPh pasal 15 setor sendiri PPh pasal 15 pemotongan PPh pasal 21 PPh pasal 23/26 PPh pasal 25 PPh pasal 22 impor setor sendiri 8 (dilunasi bersamaan dg bea masuk, PPN, PPnBM) PPh pasal 22 impor yang pemungutan 9 oleh BC PPh pasal 22 pemungutan oleh 10 bendaharawan 11 PPh pasal 22 migas PPh pasal 22 pemungutan oleh WP 12 badan tertentu PPN & PPnBM 13 14 15 16

Batas Pembayaran (paling lambat ...)


tgl 15 bulan berikutnya tgl 10 bulan berikutnya tgl 15 bulan berikutnya tgl 10 bulan berikutnya tgl 10 bulan berikutnya tgl 10 bulan berikutnya tgl 15 bulan berikutnya saat penyelesaian dokumen PIB

Batas Pelaporan
tgl 20 bulan berikutnya tgl 20 bulan berikutnya tgl 20 bulan berikutnya tgl 20 bulan berikutnya tgl 20 bulan berikutnya tgl 20 bulan berikutnya tgl 20 bulan berikutnya

1hari kerja berikutnya

hari kerja terakhir minggu berikutnya

hari yang sama dg pembayaran 14 hari setelah masa pajak berakhir atas penyerahan barang tgl 10 bulan berikutnya tgl 10 bulan berikutnya

tgl 20 bulan berikutnya tgl 20 bulan berikutnya akhir bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir akhir bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir. akhir bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir. akhir bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir

17

18

19

20

21

akhir bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir & sebelum SPT masa PPN disampaikan tgl 15 bulan berikutnya setelah PPN atas kegiatan membangun sendiri Masa Pajak berakhir PPN atas pemanfaatan BKP tidak tgl 15 bulan berikutnya setelah berwujud dan/atau JKP dari Luar saat terutangnya pajak Daerah Pabean PPN & PPnBM pemungutan tgl 7 bulan berikutnya bendaharawan PPN dan/ atau PPnBM pemungutan harus disetor pada hari yang oleh Pejabat Penandatanganan Surat sama dengan pelaksanaan Perintah Membayar sebagai Pemungut pembayaran kepada PKP PPN Rekanan Pemerintah melalui KPPN PPN & PPnBM pemungutan selain tgl 15 bulan berikutnya setelah bendaharawan Masa Pajak berakhir. PPh 25 WP kriteria tertentu yang dapat harus dibayar paling lama pada melaporkan beberapa Masa Pajak akhir Masa Pajak terakhir. dalam satu SPT Masa. (Pasal 3 ayat (3B) UU KUP) Pembayaran masa selain PPh 25 WP harus dibayar paling lama kriteria tertentu yang dapat sesuai dengan batas waktu melaporkan beberapa Masa Pajak untuk masing-masing jenis dalam satu SPT Masa. (Pasal 3 ayat pajak. (3B) UU KUP) sebelum pelaporan SPT Pembayaran pelunasan pajak yang Tahunan WP OP (Pasal 9 ayat terutang dalam SPT Tahunan WP OP (2) UU KUP)

akhir bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir 20 hari setelah berakhirnya Masa Pajak terakhir.

20 hari setelah berakhirnya Masa Pajak terakhir.

3 (tiga) bulan setelah akhir tahun pajak. (Pasal 3 ayat (3) huruf b UU

TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/34

KUP) Jika WP menggunakan tahun pajak yang sama dengan tahun kalender, maka batas akhir pelaporan SPT Tahunan WP OP adalah 31 Maret tahun berikutnya. 4 (empat) bulan setelah akhir tahun pajak. (Pasal 3 ayat (3) huruf b UU KUP) Pembayaran pelunasan pajak yang 22 terutang dalam SPT Tahunan WP Badan (PPh Pasal 29) sebelum pelaporan SPT Tahunan WP Badan (Pasal 9 ayat (2) UU KUP) Jika WP menggunakan tahun pajak yang sama dengan tahun kalender, maka batas akhir pelaporan SPT Tahunan WP Badan adalah 30 April tahun berikutnya.

Jika tanggal jatuh tempo pembayaran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk hari sabtu atau hari libur nasional, maka pembayaran pajak dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya. (Pasal 3 PMK 184/PMK.03/2007) Jika tanggal batas akhir pelaporan bertepatan dengan hari libur termasuk hari sabtu atau hari libur nasional, pelaporan dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya. (Pasal 8 ayat (2) PMK 184/PMK.03/2007) Hari libur nasional termasuk hari yang diliburkan untuk penyelenggaraan Pemilihan umum yang ditetapkan oleh Pemerintah dan cuti bersama secara nasional yang ditetapkan oleh Pemerintah. (Pasal 3 ayat (2) dan Pasal 8 ayat (3) PMK 184/PMK.03/2007) SANKSI KETERLAMBATAN PEMBAYARAN sebesar 2 % perbulan dihitung dari tanggal jatuh tempo pembayaran sampai dengan tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan. ( UU PPh Pasal 9 ayat 2a). Jatuh tempo pelaporan SPT, dapat dilihat pada menu Pembayaran Pajak resume ini. Sanksi keterlambatan pelaporan SPT : Nomor Jenis SPT 1 2 3 4 SPT Masa PPN SPT Masa lainnya SPT Tahunan OP SPT Tahunan Badan sebelum 2008 50.000 50.000 100.000 100.000 2008 dan seterusnya 500.000 100.000 100.000 1.000.000

Formulir SPT Masa maupun SPT Tahunan dapat diperoleh di KPP terdekat atau dapat diunduh di menu download web www.pajak.go.id. Dalam hal jatuh tempo pembayaran dan atau pelaporan jatuh pada hari libur, maka pembayaran atau pelaporan dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya. (Pasal 3 dan Pasal 8 Per. Menkeu nomor 184/PMK.03/2007)
TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/35

Khusus untuk PPh Pasal 25 tidak perlu lapor apabila SSP yang digunakan untuk membayar telah dibubuhi NTPN oleh kantor tempat pembayaran pajak. (Per. Dirjen Nomor 22/PJ/2008). Tetapi, kalau PPh Pasal 25 Nihil WP tetap wajib lapor ke KPP.

TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/36

TABEL KODE KETETAPAN PER JENIS PAJAK (KODE SKP, STP)


DASAR HUKUM Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor 90/PJ/2009 Jo. Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor 61/PJ/2010

Nomor Ketetapan didalam STP atau SKP biasanya terdiri dari: XXXXX / XXX/ XX/ XXX / XX Keterangan : Digit 1 s.d 5 menunjukkan nomor surat. Digit 6 s.d 8 = ini digit yang paling penting untuk menentukan Kode MAP, dan KJS apa yang harus kita isi di SSP karena digit ini menunjukkan kode ketetapan (lihat tabel dibawah) Digit 9 s.d 10 menunjukkan kode tahun pajak yang diperiksa/ yang atasnya diterbitkan SKP atau STP (tahun pajak inilah yang dimasukkan saat pengisian SSP di kolom Tahun Pajaknya) Digit 11 s.d 13 menunjukkan kode KPP Digit 14 s.d 15 menunjukkan kode tahun terbitnya SKP atau STP. 15 Digit nomor ketetapan inilah yang akan diminta untuk dicantumkan di dalam SSP untuk membayar SKP atau STP.

UNTUK MELIHAT KODE JENIS SETORANNYA KLIK DISINI PER-23/PJ/2010 TABEL KODE KETETAPAN PER JENIS PAJAK I. KODE KETETAPAN PAJAK PADA UMUMNYA JENIS PAJAK I. PPh Umum 1 PPh Pasal 21 2 PPh Pasal 22 3 PPh Pasal 22 Impor atas Impor/ Perolehan 4 PPh Pasal 23 5 PPh Pasal 26 6 PPh Pasal 25/29 Orang Pribadi 7 PPh Pasal 25/29 Badan II. PPN 1 PPN 2 PPN yang ditunda/ditanggung pemerintah/tidak seharusnya JENIS SURAT KETETAPAN STP SKPKB SKPKBT SKPLB SKPN 101 201 102 202 122 222 103 203 104 204 105 205 106 206 107 207 117 217 301 302 322 303 304 305 306 307 317 401 402 422 403 404 405 406 407 417 501 502 522 503 504 505 506 507 517

TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/37

ditangguhkan/ tidak dipungut/dibebaskan/dikreditkan 3 PPN atas : 3.1 Impor 127 227 3.2 Penyerahan Aktiva Pasal 16 D*) 137 237 3.3 Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud Dari Luar Daerah 167 267 Pabean 3.4 Pemanfaatan JKP Dari Luar Daerah Pabean 177 277 3.5 Pemungutan Pajak Oleh Pemungut Pajak 187 287 3.6 Pembayaran kembali Pajak Masukan bagi PKP yang gagal 147 berproduksi III. PPnBM 1 PPnBM 108 208 PPN yang ditunda/ditanggung pemerintah/tidak seharusnya 2 118 218 ditangguhkan/ tidak dipungut/dibebaskan/dikreditkan 3 PPnBM atas : 3.1 Impor 128 228 3.2 Pemungutan Pajak Oleh Pemungut Pajak 148 248 IV. Bunga/Denda Penagihan 1 Bunga Penagihan 109 2 Denda Penagihan 110 V. PPh Final 1 PPh Final Pasal 4 ayat (2) 140 240 2 PPh Final Pasal 15 141 241 3 PPh Final Pasal 19 142 242 4 PPh Final Pasal 21 143 243 5 PPh Final Pasal 22 144 244 6 PPh Final Pasal 23/26 145 245 VI. PPN Membangun Sendiri 157 257 VII. Pajak yang seharusnya tidak terutang 1 PPh Pasal 21 2 PPh Pasal 22 3 PPh Pasal 23 4 PPh Pasal 26 5 PPh Pasal 25/29 Orang Pribadi 6 PPh Pasal 25/29 Badan 7 PPh Final Pasal 4 ayat (2) 8 PPh Final Pasal 15 9 PPh Final Pasal 19 10 PPh Final Pasal 21 11 PPh Final Pasal 22 12 PPh Final Pasal 23/26 13 PPN 14 PPnBM 15 PPN Membangun Sendiri VIII. Pengembalian PPN kepada orang pribadi pemegang paspor luar negeri *) Berlaku untuk masa dan/atau tahun pajak 2006 dan sebelumnya

327 337 367 377 387

427 437 467 477 487

527 537 567 577 587

308 318 328 348

408 418 428 448

508 518 528 548

340 341 342 343 344 345 357

440 441 442 443 444 445 457 411 412 413 414 425 426 490 491 492 493 494 495 447 438 497 807

540 541 542 543 544 545 557

TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/38

II. KODE KETETAPAN UNTUK PBB JENIS PAJAK PBB 1 PBB Sektor Pedesaan 2 PBB Sektor Perkotaan 3 PBB Sektor Perkebunan 4 PBB Sektor Perhutanan 5 PBB Sektor Pertambangan 6 PBB Sektor Pabum- Migas STP PBB 170 171 172 173 174 175 SKP PBB 270 271 272 273 274 275

III. KODE KETETAPAN UNTUK BPHTB JENIS PAJAK BPHTB STB 180 SKBKB 280 SKBKBT 380 SKBLB 480 SKBKBN 580

TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/39

ANGSURAN DAN PENUNDAAN PEMBAYARAN PAJAK


DASAR HUKUM : PMK 184/PMK.03/2007 jo PMK 80/PMK.03/2010 (berlaku sejak 1 April 2010) tentang tanggal dan tata cara penyetoran, pelaporan, serta tata cara permohonan pengangsuran dan penundaan pembayaran pajak PER-38/PJ/2008 tentang tata cara pemberian angsuran dan penundaan pembayaran pajak YANG BISA DIAJUKAN PERMOHONAN ANGSURAN DAN PENUNDAAN PEMBAYARAN PAJAK 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. STP SKPKB SKPKBT SK Pembetulan SK Keberatan Putusan Banding Putusan Peninjauan Kembali yang menyebabkan jumlah pajak yang terutang bertambah PPh Pasal 29 yang masih harus dibayar dalam SPT Tahunan PPh

CARA PENGAJUAN PERMOHONAN 1. Permohonan harus diajukan secara tertulis (dengan menggunakan formulir yang ada di lampiran 1 PER-38/PJ/2008) kepada Kepala KPP tempat WP terdaftar 2. Diajukan paling lama 9 hari kerja sebelum jatuh tempo pembayaran (Apabila ternyata jangka waktu 9 hari kerja tersebut tidak dapat dipenuhi karena keadaan diluar kekuasaan WP, permohonan masih dapat dipertimbangkan DJP sepanjang WP dapat membuktikan kebenaran keadaan diluar kekuasaannya (pasal 2 ayat (2) PER-38/PJ/2010) dan WP tersebut harus memberikan jaminan berupa garansi bank sebesar utang pajak yang dapat dicairkan sesuai dengan jangka waktu pengangsuran atau penundaan (pasal 3 ayat (3) PER38/PJ/2010)). 3. Alasan dan bukti yang mendukung permohonan 4. Jumlah pembayaran pajak yang dimohon untuk diangsur, masa angsuran, dan besarnya angsuran; atau jumlah pembayaran pajak yang dimohon untuk ditunda dan jangka waktu penundaan 5. Harus memberikan jaminan yang besarnya ditetapkan berdasarkan pertimbangan Kepala KPP, kecuali apabila Kepala KPP menganggap tidak perlu. Jaminan dapat berupa garansi bank, surat/dokumen bukti kepemilikan barang bergerak, penanggungan utang oleh pihak ketiga, sertifikat tanah, atau sertifikat deposito. SURAT KEPUTUSAN ATAS PERMOHONAN ANGSURAN DAN PENUNDAAN Setelah mempertimbangkan alasan berikut bukti pendukung yang diajukan oleh WP, Kepala KPP atas nama Direktur Jenderal Pajak menerbitkan keputusan dalam jangka waktu 7 hari kerja setelah tanggal diterimanya permohonan (Apabila jangka waktu 7 hari kerja ini telah terlampaui dan Kepala KPP tidak menerbitkan suatu keputusan, permohonan disetujui sesuai dengan permohonan Wajib Pajak, dan Surat Keputusan Persetujuan Angsuran Pembayaran Pajak atau Surat Keputusan Persetujuan Penundaan Pembayaran Pajak harus diterbitkan paling lama 5 hari kerja setelah jangka waktu 7 hari kerja tersebut berakhir).

TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/40

Keputusan Kepala KPP dapat berupa : 1. menyetujui jumlah angsuran pajak dan/atau masa angsuran atau lamanya penundaan sesuai dengan permohonan Wajib Pajak; 2. menyetujui jumlah angsuran pajak dan/atau masa angsuran atau lamanya penundaan sesuai dengan pertimbangan Kepala Kantor Pelayanan Pajak; atau 3. menolak permohonan Wajib Pajak.

TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/41

KODE MAP SSBP UNTUK BIAYA PELAKSANAAN SP, SPMP, PENGUMUMAN LELANG DAN PEMBATALAN LELANG
DASAR HUKUM SE - 01/PJ.045/2007 Romawi I angka 4 tentang kebijakan penagihan pajak

Isi aturannya : KPP/KPPBB mengupayakan agar semua biaya penagihan pajak termasuk biaya pelaksanaan SP, SPMP, Pengumuman Lelang, Pembatalan Lelang, tambahan biaya penagihan sebesar 1% dari pokok lelang atau dari hasil penjualan sebagaimana diatur dalam Pasal 28 ayat (1a) dan Pasal 25 ayat (4) UU 19 Tahun 1997 stdtd UU 19 Tahun 2000, dan biaya-biaya lainnya sehubungan dengan penagihan pajak dibebankan kepada Wajib Pajak dan disetorkan ke Kas Negara menggunakan formulir Surat Setoran Bukan Pajak dengan kode MAP 423155.

TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/42

JADWAL WAKTU PENAGIHAN PAJAK


DASAR HUKUM KMK 561/KMK.04/2000 PMK 24/PMK.03/2008 jo PMK 85/PMK.03/2010

TANGGAL JATUH TEMPO PELUNASAN SURAT KEPUTUSAN/KETETAPAN PAJAK 1. Tanggal jatuh tempo pelunasan atas STP, SKPKB, SKPKBT, dan Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali, termasuk STP, SKPKB, SKPKBT yang diterbitkan kembali yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah, adalah 1 (satu) bulan sejak tanggal diterbitkan. 2. Bagi Wajib Pajak usaha kecil dan Wajib Pajak di daerah tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, jangka waktu pelunasan pajak dapat diperpanjang menjadi paling lama 2 (dua) bulan. 3. Dalam hal Wajib Pajak mengajukan keberatan atas SKPKB atau SKPKBT, jangka waktu pelunasan pajak untuk jumlah pajak yang belum dibayar pada saat pengajuan keberatan sebesar pajak yang tidak disetujui dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan, tertangguh sampai dengan 1 (satu) bulan sejak tanggal penerbitan Surat Keputusan Keberatan. 4. Dalam hal Wajib Pajak mengajukan banding atas Surat Keputusan Keberatan sehubungan dengan SKPKB atau SKPKBT, jangka waktu pelunasan pajak tertangguh sampai dengan 1 (satu) bulan sejak tanggal penerbitan Putusan Banding.

JADWAL WAKTU PENAGIHAN PAJAK 1. PENERBITAN SURAT TEGURAN Penagihan Pajak dilakukan dengan terlebih dahulu menerbitkan Surat Teguran oleh Kepala KPP Surat Teguran tidak diterbitkan terhadap Penanggung Pajak yang telah disetujui untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak. Jangka waktu penerbitan Surat Teguran : 1. Dalam hal Wajib Pajak tidak menyetujui sebagian atau seluruh jumlah pajak yang masih harus dibayar dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan dan Wajib Pajak tidak mengajukan keberatan atas SKPKB atau SKPKBT, Kepada Wajib Pajak disampaikan Surat Teguran setelah 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo pengajuan keberatan. (Jatuh tempo pengajuan keberatan adalah 3 bulan sejak tanggal dikirimnya SKP kepada WP, berarti Surat Teguran ini akan disampaikan 7 hari setelah 3 bulan sejak tanggal dikirimnya SKP kepada WP ). 2. Dalam hal Wajib Pajak tidak menyetujui sebagian atau seluruh jumlah pajak yang masih harus dibayar dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan, dan Wajib Pajak tidak mengajukan permohonan banding atas keputusan keberatan sehubungan dengan SKPKB, atau SKPKBT, kepada Wajib Pajak disampaikan Surat Teguran setelah 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo pengajuan banding. (Jatuh tempo pengajuan banding adalah 3 bulan sejak Surat Keputusan Keberatan diterima,

TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/43

berarti Surat Teguran ini akan disampaikan 7 hari setelah 3 bulan sejak Surat Keputusan Keberatan diterima WP). 3. Dalam hal Wajib Pajak tidak menyetujui sebagian atau seluruh jumlah pajak yang masih harus dibayar dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan, dan Wajib Pajak mengajukan permohonan bandingatas keputusan keberatan sehubungan dengan SKPKB, atau SKPKBT, kepada Wajib Pajak disampaikan Surat Teguran setelah 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo pelunasan pajak yang masih harus dibayar berdasarkan Putusan Banding. (Jatuh tempo pelunasan pajak berdasarkan putusan banding adalah 1 bulan sejak tanggal putusan banding diterbitkan, berarti Surat Teguran ini akan disampaikan 7 hari setelah 1 bulan sejak tanggal putusan banding diterbitkan) 4. Dalam hal Wajib Pajak menyetujui seluruh jumlah pajak yang masih harus dibayar dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan, kepada Wajib Pajak disampaikan Surat Teguran setelah 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo pelunasan pajak atas STP, SKPKB, SKPKBT, dan Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali. (Jatuh temponya adalah 1 bulan sejak terbit, berarti Surat Teguran ini akan disampaikan 7 hari setelah 1 bulan sejak surat ketetapan/keputusan tersebut diterbitkan) 5. Dalam hal Wajib Pajak mencabut pengajuan keberatan atas SKPKB atau SKPKBT setelah tanggal jatuh tempo pelunasan tetapi sebelum tanggal diterima Surat Pemberitahuan Untuk Hadir oleh Wajib Pajak, kepada Wajib Pajak disampaikan Surat Teguran setelah 7 (tujuh) hari sejak tanggal pencabutan pengajuan keberatan tersebut. Penyampaian Surat Teguran dapat disampaikan secara langsung, melalui pos, atau melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan bukti pengiriman surat.

2. PENERBITAN SURAT PAKSA (pasal 12 PMK 24/PMK.03/2008) Apabila jumlah utang pajak tidak dilunasi oleh Penanggung Pajak setelah lewat waktu 21 (dua puluh satu) hari sejak tanggal disampaikan Surat Teguran, Surat Paksa diterbitkan oleh Pejabat dan diberitahukan secara langsung oleh jurusita Pajak kepada Penanggung Pajak. 3. PENERBITAN SURAT PERINTAH MELAKSANAKAN PENYITAAN Apabila setelah lewat waktu 2 x 24 (dua kali dua puluh empat) jam sejak Surat Paksa diberitahukan kepada Penanggung Pajak dan utang pajak tidak dilunasi oleh Penanggung Pajak, Pejabat menerbitkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan. 4. PENGUMUMAN LELANG Apabila setelah lewat waktu 14 (empat belas) hari sejak tanggal pelaksanaan penyitaan, Penanggung Pajak tidak melunasi utang pajak dan biaya Penagihan Pajak, Pejabat melakukan pengumuman lelang. 5. PELAKSANAAN LELANG Apabila setelah lewat waktu 14 (empat belas) hari sejak Pengumuman Lelang, Penanggung Pajak tidak melunasi utang pajak dan biaya Penagihan Pajak, Pejabat melakukan penjualan barang sitaan Penanggung Pajak melalui kantor lelang negara.

TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/44

PASAL 25 UU KUP : KEBERATAN


DASAR HUKUM UU Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 25 (berlaku sejak 1 Januari 2008) PP-80 Tahun 2007 pasal 19, 20, 21, 36 (berlaku sejak 1 Januari 2008) tentang pelaksanaan hak dan kewajiban perpajakan berdasarkan UU KUP No. 28 Tahun 2007 PMK 194/PMK.03/2007 (berlaku sejak 1 Januari 2008) tentang tata cara pengajuan dan penyelesaian keberatan PER-49/PJ./2009 (berlaku sejak 7 September 2009 s/d 25 November 2010) tentang tata cara pengajuan dan penyelesaian keberatan SE-87/PJ/2009 tentang pengantar PER-49/PJ/2009 (berlaku sejak 7 September 2009 s/d 25 November 2010) PER-52/PJ/2010 (berlaku sejak 26 November 2010) tentang tentang tata cara pengajuan dan penyelesaian keberatan SE-122/PJ/2010 tentang pengantar PER-52/PJ/2010 (berlaku sejak 26 November 2010) KEP-297/PJ./2002 stdtd KEP-183/PJ./2010 tentang pelimpahan wewenang Direktur Jenderal Pajak kepada para pejabat di lingkungan DJP SE-112/PJ/2010 tentang tata cara peminjaman buku, catatan, data, informasi, dan/atau permintaan data terkait penyelesaian permohonan pasal 25,36 UU KUP

YANG BISA DIAJUKAN KEBERATAN (Pasal 1 Per-49/pj./2009) dan Pasal 2 per-52/pj/2010 Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada DJP atas suatu : 1. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), kecuali SKPKB berdasarkan Pasal 13A UU KUP ( Isi pasal 13A UU KUP ini adalah : Wajib Pajak yang karena kealpaannya tidak menyampaikan SPT atau menyampaikan SPT, tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap, atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, tidak dikenai sanksi pidana apabila kealpaan tersebut pertama kali dilakukan oleh WP dan WP tersebut wajib melunasi kekurangan pembayaran jumlah pajak yang terutang beserta sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 200% dari jumlah pajak yang kurang dibayar yang ditetapkan melalui penerbitan SKPKB). 2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT); 3. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN); 4. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB); 5. pemotongan atau pemungutan pajak oleh pihak ketiga berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

PENGAJUAN KEBERATAN (Pasal 2 Per-49/pj./2009) dan Pasal 4 ayat 1 per-52/pj/2010 Keberatan diajukan kepada Direktur Jenderal Pajak melalui Kepala KPP dengan surat keberatan. Pasal 3 per-52/pj/2010 Untuk mengajukan keberatan, WP dapat menggunakan formulir yang disediakan di lampiran 1 PER-49/PJ/2009 dan lampiran I per-52/pj/2010

TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/45

SYARAT PENGAJUAN KEBERATAN (Persyaratan ini hanya berlaku untuk pengajuan keberatan atas suatu SKPKB atau SKPKBT yang berkaitan dengan SPT untuk Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak 2008 dan seterusnya) : 1. diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia; 2. mengemukakan jumlah pajak yang terutang atau jumlah pajak yang dipotong atau dipungut atau jumlah rugi menurut penghitungan Wajib Pajak dengan disertai alasan-alasan yang menjadi dasar penghitungan dan dilampirkan dengan fotokopi surat ketetapan pajak, bukti pemungutan, atau bukti pemotongan 3. 1 surat keberatan diajukan hanya untuk 1 surat ketetapan pajak atau untuk 1 pemotongan atau pemungutan pajak; 4. WP telah melunasi pajak yang masih harus dibayar paling sedikit sejumlah yang telah disetujui Wajib Pajak dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan dan disertai fotokopi bukti pelunasannya (syarat ini berlaku untuk pengajuan keberatan atas 5. diajukan dalam jangka waktu 3 bulan sejak tanggal dikirim surat ketetapan pajak atau sejak tanggal pemotongan atau pemungutan pajak oleh pihak ketiga, kecuali Wajib Pajak dapat menunjukkan bahwa jangka waktu tersebut tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaan Wajib Pajak (force majeur);dan 6. ditandatangani oleh Wajib Pajak, dan dalam hal surat keberatan ditandatangani oleh bukan Wajib Pajak, surat keberatan tersebut harus dilampiri dengan Surat Kuasa Khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 UU KUP. Tentang penunjukan kuasa WP lihat di PMK 22/PMK.03/2008

SKPKB, SKPKBT yang berkaitan dengan SPT untuk masa pajak, bagian tahun pajak, atau tahun pajak 2008 dan seterusnya Pasal 4 ayat (2) per-52/pj/2010));

KETENTUAN BAGI WP YANG MENGAJUKAN KEBERATAN WP yang mengajukan keberatan tidak boleh mengajukan permohonan : (Pasal 20 Ayat (2) PP NO.80 Tahun 2007) 1. pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dalam hal sanksi tersebut dikenakan karena kekhilafan Wajib Pajak atau bukan karena kesalahannya (Pasal 36 ayat (1) huruf a UU KUP); 2. pengurangan atau pembatalan surat ketetapan pajak yang tidak benar (Pasal 36 ayat (1) huruf b UU KUP); atau 3. pembatalan surat ketetapan pajak dari hasil pemeriksaan yang dilaksanakan tanpa (Pasal 36 ayat (1) huruf d UU KUP) : penyampaian Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan;atau pembahasan akhir hasil pemeriksaan dengan Wajib Pajak.

CARA PENGAJUAN KEBERATAN DAN TANGGAL BUKTI PENERIMAAN SURAT KEBERATAN (Pasal 6 dan Pasal 7 Per-49/pj./2009) dan Pasal 6 dan Pasal 7 per-52/pj/2010 Surat keberatan disampaikan ke KPP tempat WP terdaftar dan/atau tempat PKP dikukuhkan atau ke KP2KP dalam wilayah KPP yang bersangkutan. (Pasal 6 Per-49/pj./2009) dan Pasal 3 dan Pasal 1 angka 3 per-52/pj/2010. Surat keberatan yang tidak disampaikan ke KPP merupakan surat yang tidak disampaikan pada tempatnya dan tidak dipertimbangkan, sehingga Direktur Jenderal Pajak tidak menerbitkan Surat Keputusan Keberatan. Pasal 6 ayat (4) per-52/pj/2010

TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/46

Tanggal bukti penerimaan Surat Keberatan adalah :Pasal 7 Per-49/pj./2009) dan Pasal 7 per-52/pj/2010 1. tanggal terima yang tercantum pada bukti penerimaan surat yang diberikan oleh KPP, dalam hal surat keberatan disampaikan secara langsung; 2. tanggal stempel pos yang tercantum pada bukti pengiriman surat, dalam hal surat keberatan disampaikan melalui pos; 3. tanggal pengiriman yang tercantum pada bukti pengiriman surat, dalam hal surat keberatan disampaikan melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir;atau 4. tanggal yang tercantum pada bukti penerimaan elektronik, dalam hal surat keberatan disampaikan dengan e-Filing melalui Penyedia Jasa Aplikasi atau Application Service Provider (ASP) atau fasilitas e-Filing yang disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak..

HAK DAN KEWAJIBAN WP DALAM MENGAJUKAN KEBERATAN

No
1

HAK WP
Dalam hal surat keberatan yang disampaikan oleh WP belum memenuhi persyaratan tersebut, WP dapat menyampaikan perbaikan surat keberatan dengan melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi sebelum jangka waktu 3 bulan terlampaui. Dan apabila WP menyampaikan perbaikan surat keberatan, maka tanggal penyampaian perbaikan surat keberatan merupakan tanggal surat keberatan diterima. Dalam hal surat keberatan tidak memenuhi persyaratan yang harus dipenuhi ini, keberataan WP tidak dipertimbangkan sehingga DJP tidak menerbitkan Surat Keputusan Keberatan dan DJP harus memberitahukan secara tertulis kepada WP bahwa surat keberatannya tidak memenuhi persyaratan dengan menggunakan formulir Lampiran II PER-49/PJ./2009 Sebelum mengajukan keberatan, WP dapat meminta keterangan secara tertulis hal-hal yang menjadi DPP atau penghitungan rugi kepada Direktur Jenderal Pajak melalui KPP paling lama 2 (dua) bulan setelah tanggal pengiriman surat ketetapan pajak. dan DJP harus memberi keterangan secara tertulis yang diminta oleh WP dalam jangka waktu paling lama 15 hari kerja sejak surat permintaan WP diterima. Jangka waktu pemberian keterangan oleh DJP ini tidak menunda jangka waktu pengajuan keberatan. Meskipun jangka waktu 2 (dua) bulan tersebut telah terlampaui, WP masih dapat meminta keterangan secara tertulis hal-hal yang menjadi DPP atau penghitungan rugi kepada Direktur Jenderal Pajak melalui KPP. Atas permintaan WP tersebut, Kepala KPP atas nama Direktur Jenderal Pajak dapat memberi keterangan yang diminta oleh Wajib Pajak secara tertulis. Pasal 9 per-52/pj/2010

KEWAJIBAN WP
Memenuhi permintaan peminjaman berkas dan data keberatan.

Dalam hal keberatan ditolak/kabulkan sebahagian diberikan Sanksi Administrasi denda sebesar 50%

Memberikan tanggapan atau menghadiri undangan pembahasan SPUH.

TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/47

5 6 7

Jangka waktu pelunasan pajak atas jumlah pajak yang belum dibayar pada saat pengajuan keberatan, tertangguh sampai dengan 1 (satu) bulan sejak tanggal penerbitan Surat Keputusan Keberatan. (Pasal 25 ayat (7) UU KUP) Memperoleh Surat Pemberitahuan Untuk Hadir (SPUH) Wajib Pajak dapat mencabut keberatannya sepanjang SPUH belum disampaikan kepada Wajib Pajak. Memperoleh keterangan tertulis hal-hal yang menjadi dasar SK keberatan untuk keperluan Banding

PROSES PENYELESAIAN KEBERATAN Untuk keperluan penyelesaian keberatan, DJP secara tertulis dapat (Pasal 8 PER49/PJ./2009) : 1. meminjam buku, catatan, data, dan informasi dalam bentuk hardcopy dan/atau softcopy dengan menggunakan formulir Lampiran III PER-49/PJ./2009 2. meminta Wajib Pajak untuk memberikan keterangan dengan menggunakan formulir Lampiran IV PER-49/PJ./2009. WP harus memenuhi peminjaman dan/atau permintaan tersebut paling lama 15 hari kerja sejak tanggal diterimanya surat peminjaman dan/atau permintaan. Apabila sampai dengan batas waktu 15 hari tersebut WP belum meminjamkan sebagian atau seluruh buku, catatan, data dan informasi dan/atau belum memberikan keterangan yang diminta, DJP akan melakukan peminjaman dan/atau permintaan kedua paling lama 5 hari kerja sejak batas waktu tersebut berakhir dan WP harus memenuhi peminjaman dan/atau permintaan kedua paling lama 10 hari kerja sejak tanggal diterimanya surat peminjaman dan/atau permintaan kedua. Dalam hal masih diperlukan, WP harus meminjamkan bukti tambahan Dan apabila WP tidak memenuhi peminjaman/permintaan ini, maka keberatan diproses berdasarkan data yang diperoleh dalam proses penyelesaian keberatan. Data yang dapat dipertimbangkan dalam proses keberatan yang belum diberikan pada saat pemeriksaan adalah : 1. Data atau dokumen yang berada di pihak ketiga dan belum diperoleh WP pada saat pemeriksaan 2. Data atau dokumen yang belum diminta pada saat pemeriksaan tetapi diperlukan dan diminta oleh DJP dan diserahkan oleh WP dalam proses keberatan sepanjang memiliki kaitan dengan koreksi yang disengketakan. 3. Data atau dokumen yang belum diminta pada saat proses pemeriksaan dan keberatan tetapi diserahkan oleh WP dalam proses keberatan sepanjang memiliki kaitan dengan koreksi yang disengketakan

YANG HARUS DILAKUKAN DJP SEBELUM MENERBITKAN SURAT KEPUTUSAN KEBERATAN DJP harus meminta WP untuk hadir guna memberikan keterangan atau memperoleh penjelasan mengenai keberatan WP dengan menggunakan formulir Surat Pemberitahuan Untuk Hadir (bentuk formulirnya ada di Lampiran V PER-49/PJ./2009) yang dilampiri dengan Daftar Hasil Penelitian Keberatan (bentuk formulirnya ada di Lampiran VI PER49/PJ./2009)

TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/48

keterangan dan penjelasan yang telah diberikan WP dituangkan dalam Berita Acara (bentuk formulirnya ada di Lampiran VII PER-49/PJ./2009) Apabila Wajib Pajak tidak memanfaatkan kesempatan untuk hadir ini, maka : 1. dibuat Berita Acara ketidakhadiran Wajib Pajak (bentuk formulirnya ada di Lampiran VII PER-49/PJ./2009) ;dan 2. proses keberatan tetap dapat diselesaikan.

PENCABUTAN PENGAJUAN KEBERATAN WP dapat mencabut pengajuan keberatan sepanjang Surat Pemberitahuan Untuk Hadir (SPUH) belum disampaikan kepada Wajib Pajak (sebelum tanggal diterimanya surat tersebut oleh WP) (Pasal 11 Per-49/pj./2009) WP yang mencabut pengajuan keberatan tidak dapat mengajukan permohonan pengurangan atau pembatalan surat ketetapan pajak yang tidak benar sesuai Pasal 36 ayat (1) huruf b UU KUP (tetapi masih bisa mengajukan permohonan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi sesuai Pasal 36 ayat (1) huruf a UU KUP apabila Keberatan atas SKPKB dan SKPKBT dicabut oleh WP (Pasal 11 Per-49/pj./2009)

KEPUTUSAN KEBERATAN DAN SANKSI ATAS KEPUTUSAN KEBERATANNYA (Pasal 13 Per49/pj./2009) DJP harus memberikan keputusan atas keberatan yang diajukan WP paling lama dalam jangka waktu 12 bulan sejak tanggal bukti penerimaan surat keberatan. Apabila jangka waktu 12 bulan tersebut telah terlampaui tetapi DJP tidak memberikan suatu keputusan, Surat Keputusan Keberatan harus diterbitkan dengan mengabulkan seluruh keberatan yang diajukan WP Keputusan atas keberatan dapat berupa : 1. mengabulkan seluruhnya 2. mengabulkan sebagian (terhadap WP ini akan dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar 50% dari jumlah pajak berdasarkan keputusan keberatan dikurangi dengan pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan keberatan); 3. menolak (terhadap WP ini akan diikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar 50% dari jumlah pajak berdasarkan keputusan keberatan dikurangi dengan pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan keberatan) ;atau 4. menambah besarnya jumlah pajak yang masih harus dibayar (terhadap WP ini akan diikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar 50% dari jumlah pajak berdasarkan keputusan keberatan dikurangi dengan pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan keberatan) Dalam hal Wajib Pajak mengajukan permohonan banding, sanksi administrasi berupa denda sebesar 50% (lima puluh persen) tidak dikenakan (Pasal 25 ayat (10) UU KUP). Keputusan atas keberatan diberikan dengan menerbitkan Surat Keputusan Keberatan dengan menggunakan formulir yang ada di Lampiran IX PER-49/PJ./2009 TIDAK DAPAT IMBALAN BUNGA TERKAIT KEBERATAN (Ada di Pasal 24 ayat 5 PP 80 Tahun 2007)

TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/49

KETENTUAN PERALIHAN Terhadap proses penyelesaian keberatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 dan Pasal 26A UU KUP untuk pengajuan keberatan yang diterima setelah tanggal 31 Desember 2007 berlaku ketentuan berdasarkan UU KUP No.28 Tahun 2007 (PP-80 Tahun 2007 Pasal 36 ayat (2) huruf f)

TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/50

PASAL 16 KUP : PEMBETULAN STP, SURAT KETETAPAN/KEPUTUSAN PAJAK


DASAR HUKUM UU KUP No.28 Tahun 2007 Pasal 16 PP-80 Tahun 2007 pasal 22 dan pasal 36 ayat (2) huruf d (berlaku sejak 1 Januari 2008) tentang pelaksanaan hak dan kewajiban perpajakan berdasarkan UU KUP No. 28 Tahun 2007 PMK 19/PMK.03/2008 (berlaku sejak 1 Januari 2008) tentang tata cara pembetulan kesalahan tulis, hitung, penerapan peraturan per-UU-an perpajakan PER 48/PJ/2009 (berlaku sejak 7 September 2009) tentang tata cara pembetulan ketetapan pajak SE-84/PJ/2009 tentang pengantar PER 48/PJ/2009 KEP-297/PJ./2002 stdtd KEP-183/PJ./2010 tentang pelimpahan wewenang Direktur Jenderal Pajak kepada para pejabat di lingkungan DJP

YANG BISA DIAJUKAN PEMBETULAN (pasal 1 per-48/pj/2009) Direktur Jenderal Pajak karena jabatannya atau atas pemohonan Wajib Pajak dapat membetulkan : 1. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB); 2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT); 3. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN); 4. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB); 5. Surat Tagihan Pajak (STP); 6. Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak. 7. Surat Keputusan Pemberian Imbalan Bunga; 8. Surat Keputusan Pembetulan; 9. Surat Keputusan Keberatan; 10. Surat Keputusan Pengurangan Sanksi Administrasi; 11. Surat Keputusan Penghapusan Sanksi Administrasi; 12. Surat Keputusan Pengurangan Ketetapan Pajak (dapat berupa Surat Keputusan Pengurangan Ketetapan Pajak atas Surat Ketetapan Pajak (SKP) atau Surat Keputusan Pengurangan Ketetapan Pajak atas Surat Tagihan Pajak (STP)).; 13. Surat Keputusan Pembatalan Ketetapan Pajak (dapat berupa Surat Keputusan Pembatalan Ketetapan Pajak atas Surat Ketetapan Pajak (SKP) atau Surat Keputusan Pembatalan Ketetapan Pajak atau Surat Tagihan Pajak (STP))., yang dalam penerbitannya terdapat kesalahan tulis, kesalahan hitung, dan/atau kekeliruan penerapan ketentuan tertentu dalam Peraturan perundang-undangan perpajakan. Kesalahan atau kekeliruan tersebut bersifat manusiawi yang tidak mengandung persengketaan atara fiskus dan Wajib Pajak.
TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/51

DEFENISI SALAH HITUNG, SALAH TULIS, SALAH PENERAPAN PERATURAN PER-UU-AN PERPAJAKAN (pasal 2 per-48/pj/2009) kesalahan tulis, antara lain kesalahan yang dapat berupa nama, alamat, Nomor Pokok Wajib Pajak, nomor surat ketetapan pajak, jenis pajak, Masa Pajak atau Tahun Pajak dan tanggal jatuh tempo kesalahan hitung, antara lain kesalahan yang berasal dari penjumlahan dan/atau pengurangan dan/atau perkalian dan/atau pembagian suatu bilangan, termasuk kekeliruan perhitungan karena adanya penerbitan surat ketetapan pajak, Surat Tagihan Pajak, dan surat keputusan lain yang terkait dengan bidang perpajakan untuk tahun sebelumnya kekeliruan dalam penerapan ketentuan tertentu dalam peraturan perundangundangan perpajakan, yaitu kekeliruan dalam penerapan tarif, kekeliruan penerapan persentase Norma Penghitungan Penghasilan Neto, kekeliruan penerapan sanksi administrasi, kekeliruan Penghasilan Tidak Kena Pajak, kekeliruan penghitungan Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan, dan kekeliruan dalam pengkreditan pajak. Pembetulan atas kekeliruan dalam pengkreditan pajak yang terkait dengan PPN, hanya dapat dilakukan apabila: 1. terdapat perbedaan Pajak Masukan yang menjadi kredit pajak; dan 2. tidak mengandung persengketaan antara fiskus dan Wajib Pajak.

PENGAJUAN PERMOHONAN PEMBETULAN Permohonan pembetulan dapat diajukan dengan menggunakan formulir Lampiran I PER 48/PJ/2009. Syarat pengajuan permohonan : (pasal 3 per-48/pj/2009) 1. 1 (satu) permohonan diajukan untuk 1 (satu) surat ketetapan pajak, Surat Tagihan Pajak, atau surat keputusan lain yang terkait dengan bidang perpajakan yang bisa diajukan permohonan pembetulan 2. diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia disertai dengan alasan yang mendukung permohonannya; dan 3. ditandatangani oleh Wajib Pajak, dan dalam hal permohonan ditandatangani oleh bukan Wajib Pajak, permohonan tersebut harus dilampiri dengan Surat Kuasa Khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 UU KUP. Ketentuan tentang penunjukan kuasa WP lihat di PMK 22/PMK.03/2008 Permohonan diajukan ke pejabat yang menerbitkan STP, SKP, atau surat keputusan lain yang terkait dengan bidang perpajakan yang bisa diajukan permohonan pembetulan dan disampaikan ke KPP tempat WP terdaftar, dan/atau tempat PKP dikukuhkan atau KP2KP dalam wilayah KPP yang bersangkutan : (pasal 5 per48/pj/2009) 1. secara langsung; atau 2. melalui pos dengan bukti pengiriman surat. Dalam hal KPP tempat WP terdaftar atau KPP tempat PKP dikukuhkan berubah, permohonan pembetulan ditujukan kepada KPP yang baru.

TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/52

HAK DAN KEWAJIBAN WP (Pasal 5 PMK 19/PMK.03/2008) Dalam hal permohonan WP tidak dapat dipertimbangkan, Direktur Jenderal Pajak harus memberitahukan secara tertulis kepada WP. WP dapat meminta secara tertulis kepada Direktur Jenderal Pajak mengenai alasan yang menjadi dasar Direktur Jenderal Pajak menambah, mengurangkan, menghapuskan, atau menolak permohonan pembetulan yang diajukan oleh WP. Dan Direktur Jenderal Pajak harus memberikan keterangan secara tertulis atas permintaan Wajib Pajak tersebut Direktur Jenderal Pajak harus memberikan keputusan pembetulan paling lama 6 bulan sejak tanggal bukti penerimaan permohonan pembetulan.

PENERBITAN KEPUTUSAN PEMBETULAN Direktur Jenderal Pajak menerbitkan Surat Keputusan Pembetulan secara jabatan setelah melakukan penelitian. Direktur Jenderal Pajak harus memberikan keputusan pembetulan paling lama dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak tanggal bukti penerimaan permohonan pembetulan. Apabila jangka waktu 6 bulan tersebut telah lewat, tetapi Direktur Jenderal Pajak tidak memberi suatu keputusan, permohonan pembetulan yang diajukan oleh WP dianggap dikabulkan. Dalam hal permohonan Wajib Pajak dianggap dikabulkan Direktur Jenderal Pajak Wajib menerbitkan surat keputusan pembetulan sesuai dengan permohonan WP paling lama 1 bulan sejak berakhirnya jangka waktu 6 bulan tersebut. (pasal 8 per-48/pj/2009) Hasil keputusan dapat berupa : (pasal 10 per-48/pj/2009) 1. menambahkan jumlah pajak yang terutang, 2. mengurangkan jumlah pajak yang terutang, atau 3. menghapuskan jumlah pajak yang terutang dan/atau 4. memperbaiki kesalahan dan kekeliruan lainnya, atau 5. menolak permohonan Wajib Pajak.

KETENTUAN PERALIHAN pasal 36 ayat (2) huruf d PP-80 Tahun 2007 Batas waktu bagi Direktur Jenderal Pajak untuk menerbitkan Surat Keputusan Pembetulan atas pengajuan permohonan yang diterima setelah tanggal 31 Desember 2007 berlaku ketentuan berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 (UU KUP yang baru)

TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/53

PASAL 36 UU KUP : PENGURANGAN/PENGHAPUSAN SANKSI, PENGURANGAN/PEMBATALAN STP/SKP,PEMBATALAN HASIL PEMERIKSAAN


DASAR HUKUM UU No.28 Tahun 2007 Pasal 36 ayat (1) PP-80 Tahun 2007 pasal 23 (berlaku sejak 1 Januari 2008) tentang pelaksanaan hak dan kewajiban perpajakan berdasarkan UU KUP No. 28 Tahun 2007 KMK 542/KMK.04/2000 (berlaku sejak 1 Januari 2001 s/d 31 Desember 2007) tentang tata cara permohonan terkait Pasal 36 UU KUP PMK 21/PMK.03/2008 (berlaku sejak 6 Februari 2008) tentang tata cara permohonan terkait Pasal 36 UU KUP PER-01/PJ.07/2007 (berlaku sejak 8 Oktober 2007) tentang prosedur pengajuan dan penyelesaian permohonan terkait Pasal 16,25, 36 ayat (1) a dan b UU KUP (tetapi yang masih berlaku sampai sekarang adalah hanya atas ketentuan terkait pasal 36 ayat (1) a dan b UU KUP) SE-02/PJ.07/2007 tentang prosedur penanganan permohonan terkait Pasal 16,25, 36 ayat (1) a dan b UU KUP (tetapi yang masih berlaku sampai sekarang adalah hanya atas ketentuan terkait pasal 36 ayat (1) a dan b UU KUP)

ISI PASAL 36 AYAT (1) UU NO. 28 TAHUN 2007 Direktur Jenderal Pajak karena jabatan atau atas permohonan Wajib Pajak dapat: a. mengurangkan atau menghapuskan sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dalam hal sanksi tersebut dikenakan karena kekhilafan Wajib Pajak atau bukan karena kesalahannya; b. mengurangkan atau membatalkan surat ketetapan pajak yang tidak benar; c. mengurangkan atau membatalkan Surat Tagihan Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 yang tidak benar; atau d. membatalkan hasil pemeriksaan pajak atau surat ketetapan pajak dari hasil pemeriksaan yang dilaksanakan tanpa: 1. penyampaian surat pemberitahuan hasil pemeriksaan; atau 2. pembahasan akhir hasil pemeriksaan dengan Wajib Pajak.

PENGURANGAN ATAU PENGHAPUSAN SANKSI ADMINISTRASI Pasal 36 ayat 1 huruf a Sanksi administrasi yang dapat dikurangkan atau dihapuskan meliputi sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan/atau kenaikan yang dikenakan karena kekhilafan Wajib Pajak atau bukan karena kesalahan Wajib Pajak. Yang dapat diajukan permohonan adalah atas sanksi administrasi yang tercantum dalam :
TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/54

1. Surat Tagihan Pajak; 2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB); atau 3. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT). Syarat mengajukan permohonan untuk memperoleh pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan adalah : (Permohonan yang tidak memenuhi persyaratan ini tidak dapat dipertimbangkan). 1. 1 (satu) permohonan untuk 1 (satu) Surat Tagihan Pajak, SKPKB atau SKPKBT; 2. permohonan harus diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan memberikan alasan yang mendukung permohonannya; 3. permohonan harus disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar; 4. Wajib Pajak telah melunasi pajak yang terutang; dan 5. surat permohonan ditandatangani oleh Wajib Pajak, dan dalam hal surat permohonan ditandatangani oleh bukan Wajib Pajak, surat permohonan tersebut harus dilampiri dengan surat kuasa khusus. 6. Pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi yang tercantum dalam SKPKB atau SKPKBT, hanya dapat dilakukan dalam hal surat ketetapan pajak tersebut : tidak diajukan keberatan; diajukan keberatan, tetapi telah dicabut oleh Wajib Pajak; atau diajukan keberatan, tetapi tidak dipertimbangkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (4) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan UndangUndang Nomor 28 Tahun 2007 permohonan untuk memperoleh pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan hanya dapat diajukan oleh WP paling banyak 2 (dua) kali. Dalam hal WP mengajukan permohonan kedua, permohonan tersebut harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal keputusan Direktur Jenderal Pajak atas permohonan yang pertama dikirim.

PENGURANGAN ATAU PEMBATALAN SKP, STP, DAN HASIL PEMERIKSAAN Pasal 36 ayat 1 huruf b, c, dan d SKP, STP dan hasil pemeriksaan yang dapat dikurangkan atau dibatalkan oleh Direktur Jenderal Pajak baik secara jabatan atau berdasarkan permohonan WP meliputi : 1. pengurangan atau pembatalan SKP yang tidak benar; 2. pengurangan atau pembatalan STP yang tidak benar; atau 3. pembatalan SKP dari hasil pemeriksaan yang dilaksanakan tanpa: penyampaian surat pemberitahuan hasil pemeriksaan; atau pembahasan akhir hasil pemeriksaan. (Pembahasan akhir hasil pemeriksaan dianggap telah dilaksanakan apabila pemeriksa pajak telah memberikan kesempatan untuk hadir kepada WP dalam rangka pembahasan akhir dan WP tidak menggunakan hak tersebut sesuai dengan batas waktu yang ditentukan).
TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/55

Syarat mengajukan permohonan untuk memperoleh pengurangan atau pembatalan SKP, STP, dan hasil pemeriksaan adalah : 1. 1 (satu) permohonan untuk 1 (satu) STP atau SKP, termasuk SKP dari hasil pemeriksaan yang dilaksanakan tanpa: 1) penyampaian surat pemberitahuan hasil pemeriksaan; atau 2) pembahasan akhir hasil pemeriksaan 2. diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia; 3. mencantumkan jumlah pajak yang seharusnya terutang menurut perhitungan Wajib Pajak disertai dengan alasan yang mendukung permohonannya; 4. disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar; dan 5. dalam hal surat permohonan ditandatangani oleh bukan Wajib Pajak, surat permohonan harus dilampiri dengan surat kuasa khusus. 6. Permohonan untuk memperoleh pengurangan atau pembatalan SKP yang tidak benar dan pembatalan SKP dari hasil pemeriksaan dapat diajukan oleh WP dalam hal : WP tidak mengajukan keberatan; WP mengajukan keberatan, tetapi kemudian mencabut pengajuan keberatan tersebut; atau WP mengajukan keberatan, tetapi tidak dipertimbangkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (4) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007. permohonan untuk memperoleh pengurangan atau pembatalan SKP yang tidak benar dan pengurangan atau pembatalan STP yang tidak benar hanya dapat diajukan oleh Wajib Pajak paling banyak 2 (dua) kali. Dalam hal Wajib Pajak mengajukan permohonan kedua, permohonan tersebut harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal keputusan Direktur Jenderal Pajak atas permohonan yang pertama dikirim. sedangkan untuk permohonan untuk memperoleh pembatalan SKP dari hasil pemeriksaan hanya dapat diajukan oleh Wajib Pajak 1 (satu) kali.

KEPUTUSAN ATAS PERMOHONAN PASAL 36 AYAT 1 HURUF a, b, c, dan d UU KUP Direktur Jenderal Pajak harus memberi keputusan atas permohonan WP dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal diterimanya permohonan Wajib Pajak. Apabila dalam jangka waktu 6 (enam) bulan tersebut telah lewat dan Direktur Jenderal Pajak tidak memberi suaru keputusan, permohonan yang diajukan oleh Wajib Pajak dianggap dikabulkan dan Direktur Jenderal Pajak harus menerbitkan keputusan sesuai dengan permohonan yang diajukan.

TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/56

PENGURANGAN ATAU PENGHAPUSAN SANKSI ADMINISTRASI PADA STP SECARA JABATAN Direktur Jenderal Pajak secara jabatan dapat mengurangkan atau menghapuskan sanksi administrasi dalam STP yang diterbitkan sebagai akibat dari : 1. diterbitkannya surat ketetapan pajak karena Pengusaha Kena Pajak tidak membuat faktur pajak; dan 2. penerapan ketentuan Pasal 19 ayat (1) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007. Pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi dalam STP dilakukan apabila diterbitkan Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan pengurangan/Pembatalan Ketetapan Pajak yang tidak benar, atau Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, atau Putusan Peninjauan Kembali, yang mengakibatkan pajak yang masih harus dibayar berkurang atau dibatalkan.

TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/57

GUGATAN
DASAR HUKUM Pasal 23 UU KUP No.28 Tahun 2007 Pasal 40,41,42,43 UU Pengadilan Pajak No. 14 Tahun 2002

YANG DAPAT DIAJUKAN GUGATAN Pasal 23 UU KUP No.28 Tahun 2007 Gugatan Wajib Pajak atau Penanggung Pajak hanya dapat diajukan kepada badan peradilan pajak. Yang dapat diajukan gugatan adalah : 1. pelaksanaan Surat Paksa, Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, atau Pengumuman Lelang; 2. keputusan pencegahan dalam rangka penagihan pajak; 3. keputusan yang berkaitan dengan pelaksanaan keputusan perpajakan, selain yang ditetapkan dalam Pasal 25 ayat (1) dan Pasal 26; atau 4. penerbitan surat ketetapan pajak atau Surat Keputusan Keberatan yang dalam penerbitannya tidak sesuai dengan prosedur atau tata cara yang telah diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan

SYARAT PENGAJUAN GUGATAN (Pasal 40 UU Pengadilan Pajak No. 14 Tahun 2002) 1. Gugatan diajukan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia kepada Pengadilan Pajak. 2. Jangka waktu untuk mengajukan Gugatan terhadap pelaksanaan penagihan Pajak adalah 14 (empat belas) hari sejak tanggal pelaksanaan penagihan. Jangka waktu ini tidak mengikat apabila jangka waktu dimaksud tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaan penggugat. Perpanjangan jangka waktunya adalah 14 (empat belas) hari terhitung sejak berakhirnya keadaan diluar kekuasaan penggugat. 3. Jangka waktu untuk mengajukan Gugatan terhadap Keputusan selain Gugatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) adalah 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal diterima keputusan yang digugat. Jangka waktu ini tidak mengikat apabila jangka waktu dimaksud tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaan penggugat. Perpanjangan jangka waktunya adalah 14 (empat belas) hari terhitung sejak berakhirnya keadaan diluar kekuasaan penggugat. 4. Terhadap 1 (satu) pelaksanaan penagihan atau 1 (satu) Keputusan diajukan 1 (satu) Surat Gugatan. 5. Gugatan disertai dengan alasan-alasan yang jelas, mencantumkan tanggal diterima, pelaksanaan penagihan, atau Keputusan yang digugat dan dilampiri salinan dokumen yang digugat.

TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/58

YANG DAPAT MENGAJUKAN GUGATAN (Pasal 41 UU Pengadilan Pajak No. 14 Tahun 2002) 1. Gugatan dapat diajukan oleh penggugat, ahli warisnya, seorang pengurus, atau kuasa hukumnya dengan disertai alasan-alasan yang jelas, mencantumkan tanggal diterima, pelaksanaan penagihan, atau Keputusan yang digugat dan dilampiri salinan dokumen yang digugat. 2. Apabila selama proses Gugatan penggugat meninggal dunia. Gugatan dapat dilanjutkan oleh ahli warisnya, kuasa hukum dari ahli warisnya, atau pengampunya dalam hal penggugat pailit. 3. Apabila selama proses Gugatan, penggugat melakukan penggabungan, peleburan, pemecahan/pemekaran usaha, atau likuidasi, permohonan dimaksud dapat dilanjutkan oleh pihak yang menerima pertanggungjawaban karena penggabungan, peleburan, pemecahan/pemekaran usaha, atau likuidasi dimaksud.

PENCABUTAN GUGATAN (Pasal 42 UU Pengadilan Pajak No. 14 Tahun 2002) 1. Terhadap Gugatan dapat diajukan surat pernyataan pencabutan kepada Pengadilan Pajak. 2. Gugatan yang dicabut dihapus dari daftar sengketa dengan : o penetapan Ketua dalam hal surat pernyataan pencabutan diajukan sebelum sidang o putusan Majelis/Hakim Tunggal melalui pemeriksaan dalam hal surat pernyataan pencabutan diajukan setelah sidang atas persetujuan tergugat. 3. Gugatan yang telah dicabut melalui penetapan ketua atau putusan Majelis/Hakim Tunggal tidak dapat diajukan kembali.

GUGATAN TIDAK MENUNDA ATAU MENGHALANGI PELAKSANAAN PENAGIHAN (Pasal 43 UU Pengadilan Pajak No. 14 Tahun 2002) 1. Gugatan tidak menunda atau menghalangi dilaksanakannya penagihan Pajak atau kewajiban perpajakan. 2. Penggugat dapat mengajukan permohonan agar tindak lanjut pelaksanaan penagihan pajak ditunda selama pemeriksaan Sengketa Pajak sedang berjalan, sampai ada putusan Pengadilan Pajak. Permohonan ini dapat diajukan sekaligus dalam Gugatan dan dapat diputus terlebih dahulu dari pokok sengketanya. Permohonan penundaan pelaksanaan penagihan pajak dapat dikabulkan hanya apabila terdapat keadaan yang sangat mendesak yang mengakibatkan kepentingan penggugat sangat dirugikan jika pelaksanaan penagihan Pajak yang digugat itu dilaksanakan.

TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/59

PASAL 27 UU KUP : BANDING


DASAR HUKUM UU Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 27 (berlaku sejak 1 Januari 2008) Pasal 35,36,37,38,39 UU Pengadilan Pajak No. 14 Tahun 2002 PMK 06/PMK.01/2007 tentang persyaratan untuk menjadi kuasa hukum pada pengadilan pajak

SYARAT PENGAJUAN BANDING 1. Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan banding hanya kepada badan peradilan pajak atas Surat Keputusan Keberatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1) UU KUP 2. Permohonan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan alasan yang jelas paling lama 3 (tiga) bulan sejak Surat Keputusan Keberatan diterima dan dilampiri dengan salinan Surat Keputusan Keberatan tersebut. 3. Terhadap 1 (satu) Keputusan diajukan 1 (satu) Surat Banding

KETENTUAN BANDING YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENAGIHAN PAJAK (UU Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 27) 1. Dalam hal Wajib Pajak mengajukan banding, jangka waktu pelunasan pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3), ayat (3a), atau Pasal 25 ayat (7), atas jumlah pajak yang belum dibayar pada saat pengajuan keberatan, tertangguh sampai dengan 1 (satu) bulan sejak tanggal penerbitan Putusan Banding. o Pasal 9 ayat (3) UU KUP : Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, serta Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan Pembetulan, Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali, yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah, harus dilunasi dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal diterbitkan. o Pasal 9 ayat (3a) UU KUP : Bagi Wajib Pajak usaha kecil dan Wajib Pajak di daerah tertentu, jangka waktu pelunasan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat diperpanjang paling lama menjadi 2 (dua) bulan yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. o Pasal 25 ayat (7) UU KUP : Dalam hal Wajib Pajak mengajukan keberatan, jangka waktu pelunasan pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3) atau ayat (3a) atas jumlah pajak yang belum dibayar pada saat pengajuan keberatan, tertangguh sampai dengan 1 (satu) bulan sejak tanggal penerbitan Surat Keputusan Keberatan. 2. Jumlah pajak yang belum dibayar pada saat pengajuan permohonan keberatan tidak termasuk sebagai utang pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) dan
TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/60

ayat (1a). (jadi apabila terdapat kelebihan pembayaran pajak, maka kelebihan pembayaran pajak ini tidak dapat digunakan untuk melunasi Jumlah pajak yang belum dibayar pada saat pengajuan permohonan keberatan karena tidak termasuk sebagai utang pajak) 3. Jumlah pajak yang belum dibayar pada saat pengajuan permohonan banding belum merupakan pajak yang terutang sampai dengan Putusan Banding diterbitkan.

YANG MENGAJUKAN BANDING (Pasal 37 UU Pengadilan Pajak No. 14 Tahun 2002) 1. Banding dapat diajukan oleh Wajib Pajak, ahli, warisnya, seorang pengurus, atau kuasa hukumnya. 2. Apabila selama proses Banding, pemohon Banding meninggal dunia, Banding dapat dilanjutkan oleh ahli warisnya, kuasa hukum dari ahli warisnya, atau pengampunya dalam hal pemohon Banding pailit. 3. Apabila selama proses Banding pemohon Banding melakukan penggabungan, peleburan, pemecahan/pemekaran usaha, atau likuidasi, permohonan dimaksud dapat dilanjutkan oleh pihak yang menerima pertanggungjawaban karena penggabungan, peleburan, pemecahan/pemekaran usaha, atau likuidasi dimaksud.

SANKSI BANDING Dalam hal permohonan banding ditolak atau dikabulkan sebagian, Wajib Pajak dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar 100% (seratus persen) dari jumlah pajak berdasarkan Putusan Banding dikurangi dengan pembayaran pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan keberatan.

PENCABUTAN BANDING (Pasal 39 UU Pengadilan Pajak No. 14 Tahun 2002) 1. Terhadap Banding dapat diajukan surat pernyataan pencabutan kepada Pengadilan Pajak. 2. Banding yang dicabut sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dihapus dari daftar sengketa dengan : o penetapan Ketua dalam hal surat pernyataan pencabutan diajukan sebelum sidang dilaksanakan; o putusan Majelis/Hakim Tunggal melalui pemeriksaan dalam hal surat pernyataan pencabutan diajukan dalam sidang atas persetujuan terbanding. 3. Banding yang telah dicabut melalui penetapan atau putusan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), tidak dapat diajukan kembali.

TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/61

PEMBUKUAN DENGAN MATA UANG ASING


DASAR HUKUM PMK-196/PMK.03/2007 (berlaku sejak 1 Januari 2008) tentang tata cara penyelenggaraan pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan satuan mata uang selain rupiahserta kewajiban penyampaian SPT Tahunan PPh Badan PER-11/PJ./2010 (berlaku sejak 9 Maret 2010) tentang tata cara permohonan, pemberitahuan, pemberian, dan pembatalan izin menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa inggris dan satuan mata uang dollar Amerika Serikat

JENIS BAHASA ASING DAN SATUAN MATA UANG SELAIN RUPIAH YANG DIPERBOLEHKAN (Pasal 2 PMK-196/PMK.03/2007) Bahasa : Bahasa Inggris Satuan mata uang asing selain rupiah : Dollar amerika serikat

WAJIB PAJAK YANG DAPAT MENYELENGGARAKAN PEMBUKUAN DENGAN BAHASA INGGRIS DAN MATA UANG DOLLAR AMERIKA SERIKAT (Pasal 1 PER-11/PJ./2010) 1. WP dalam rangka PMA yang beroperasi berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan PMA; (Harus terlebih dahulu mendapatkan izin tertulis dari Menteri Keuangan) 2. WP dalam rangka Kontrak Karya yang beroperasi berdasarkan kontrak dengan Pemerintah Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam ketentuan peraturan perundang-undangan pertambangan selain pertambangan minyak dan gas bumi; (wajib menyampaikan pemberitahuan secara tertulis ke KPP tempat WP terdaftar) 3. WP Kontraktor Kontrak Kerja Sama yang beroperasi berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan pertambangan minyak dan gas bumi; (wajib menyampaikan pemberitahuan secara tertulis ke KPP tempat WP terdaftar) 4. BUT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (5) Undang-Undang PPh atau sebagaimana diatur dalam Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B) terkait; (Harus terlebih dahulu mendapatkan izin tertulis dari Menteri Keuangan) 5. WP yang mendaftarkan emisi sahamnya baik sebagian maupun seluruhnya di bursa efek luar negeri; (Harus terlebih dahulu mendapatkan izin tertulis dari Menteri Keuangan) 6. Kontrak Investasi Kolektif (KIK) yang menerbitkan reksadana dalam denominasi satuan mata uang Dollar Amerika Serikat dan telah memperoleh Surat Pemberitahuan Efektif Pernyataan Pendaftaran dari Badan Pengawas Pasar ModalLembaga Keuangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan pasar modal; (Harus terlebih dahulu mendapatkan izin tertulis dari Menteri Keuangan) atau
TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/62

7. WP yang berafiliasi langsung dengan perusahaan induk di luar negeri, yaitu perusahaan anak (subsidiary company) yang dimiliki dan/atau dikuasai oleh perusahaan induk (parent company) di luar negeri yang mempunyai hubungan istimewa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (4) huruf a dan huruf b UU PPh (Harus terlebih dahulu mendapatkan izin tertulis dari Menteri Keuangan)

I. PERMOHONAN IZIN MENYELENGGARAKAN PEMBUKUAN DENGAN MENGGUNAKAN BAHASA INGGRIS DAN SATUAN MATA UANG DOLLAR AMERIKA SERIKAT
I. CARA MENDAPATKAN IZIN TERTULIS DARI MENTERI KEUANGAN 1. Dengan mengajukan permohonan kepada Kepala Kantor Wilayah dengan format sesuai dengan Lampiran I PER-11/PJ./2010 paling lambat 3 (tiga) bulan : 1. sebelum tahun buku yang diselenggarakan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang Dollar Amerika Serikat tersebut dimulai; atau 2. sejak tanggal pendirian bagi Wajib Pajak baru untuk Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak pertama. 2. Pengajuan surat permohonan (format sesuai dengan Lampiran I PER-11/PJ./2010) harus dilampiri dengan : 1. WP BUT : 1. fotokopi akta pendirian perusahaan dan perubahannya atau dokumen lain yang serupa, 2. fotokopi surat keterangan/penunjukan kantor perwakilan Indonesia dari kantor pusat 3. Surat Pernyataan (bermeterai Rp6000,00) bahwa transaksi penjualan dan biaya yang dilakukan perusahaan didominasi oleh satuan mata uang Dollar Amerika Serikat dan pembukuan menggunakan bahasa Inggris serta seluruh aktiva, pasiva, modal,pendapatan, dan biaya seluruhnya dicatat dalam satuan mata uang Dollar Amerika Serikat dengan menggunakan format sesuai dengan Lampiran II PER11/PJ/2010 4. fotokopi Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak yang terakhir 2. WP dalam rangka PMA : 1. fotokopi Surat Persetujuan Penanaman Modal Asing dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) 2. Surat Pernyataan (bermeterai Rp6000,00) bahwa transaksi penjualan dan biaya yang dilakukan perusahaan didominasi oleh satuan mata uang Dollar Amerika Serikat dan pembukuan menggunakan bahasa Inggris serta seluruh aktiva, pasiva, modal,pendapatan, dan biaya seluruhnya dicatat dalam satuan mata uang Dollar Amerika Serikat
TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/63

dengan menggunakan format sesuai dengan Lampiran II PER11/PJ/2010 3. fotokopi Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak yang terakhir 3. Wajib Pajak yang mendaftarkan emisi sahamnya baik sebagian maupun seluruhnya di bursa efek luar negeri : 1. surat keterangan dari bursa efek luar negeri yang menyatakan bahwa emisi saham Wajib Pajak pemohon didaftarkan di bursa efek tersebut 2. Surat Pernyataan (bermeterai Rp6000,00) bahwa transaksi penjualan dan biaya yang dilakukan perusahaan didominasi oleh satuan mata uang Dollar Amerika Serikat dan pembukuan menggunakan bahasa Inggris serta seluruh aktiva, pasiva, modal,pendapatan, dan biaya seluruhnya dicatat dalam satuan mata uang Dollar Amerika Serikat dengan menggunakan format sesuai dengan Lampiran II PER11/PJ/2010 3. fotokopi Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak yang terakhir 4. Wajib Pajak Kontrak Investasi Kolektif : 1. fotokopi Surat Pemberitahuan Efektifnya Pernyataan Pendaftaran dari Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan atas penerbitan reksadana oleh Kontrak Investasi Kolektif yang bersangkutan, 2. fotokopi prospektus penawaran atas reksadana yang diterbitkan dalam satuan mata uang Dollar Amerika Serikat 3. Surat Pernyataan (bermeterai Rp6000,00) bahwa transaksi penjualan dan biaya yang dilakukan perusahaan didominasi oleh satuan mata uang Dollar Amerika Serikat dan pembukuan menggunakan bahasa Inggris serta seluruh aktiva, pasiva, modal,pendapatan, dan biaya seluruhnya dicatat dalam satuan mata uang Dollar Amerika Serikat dengan menggunakan format sesuai dengan Lampiran II PER11/PJ/2010 4. fotokopi Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak yang terakhir

5. Wajib Pajak yang berafiliasi langsung dengan perusahaan induk di luar negeri : 1. surat keterangan/pernyataan dari perusahaan induk (parent company) di luar negeri dan laporan keuangan konsolidasi (consolidated financial statement) perusahaan induk(parent company) di luar negeri 2. Surat Pernyataan (bermeterai Rp6000,00) bahwa transaksi penjualan dan biaya yang dilakukan perusahaan didominasi oleh satuan mata uang Dollar Amerika Serikat dan pembukuan menggunakan bahasa Inggris serta seluruh aktiva, pasiva, modal,pendapatan, dan biaya
TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/64

seluruhnya dicatat dalam satuan mata uang Dollar Amerika Serikat dengan menggunakan format sesuai dengan Lampiran II PER11/PJ/2010 3. fotokopi Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak yang terakhir 6. Wajib Pajak baru terdaftar yang belum wajib menyampaikan SPT Tahunan : 1. fotokopi Bukti Penyetoran Modal Awal dalam Dollar Amerika Serikat 2. Surat Pernyataan (bermeterai Rp6000,00) bahwa transaksi penjualan dan biaya yang dilakukan perusahaan didominasi oleh satuan mata uang Dollar Amerika Serikat dan pembukuan menggunakan bahasa Inggris serta seluruh aktiva, pasiva, modal,pendapatan, dan biaya seluruhnya dicatat dalam satuan mata uang Dollar Amerika Serikat dengan menggunakan format sesuai dengan Lampiran II PER11/PJ/2010 II. KEPUTUSAN DJP Kepala Kantor Wilayah atas nama Menteri Keuangan harus memberikan keputusan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan sejak permohonan dari Wajib Pajak diterima secara lengkap. Apabila jangka waktu tersebut telah lewat dan Kepala Kantor Wilayah belum memberikan keputusan maka permohonan dianggap diterima dan Kepala Kantor Wilayah atas nama Menteri Keuangan harus menerbitkan keputusan paling lama 2 (dua) hari kerja terhitung sejak berakhirnya jangka waktu tersebut dengan menggunakan Lampiran IV PER-11/PJ/2010.

II. PEMBERITAHUAN MENYELENGGARAKAN PEMBUKUAN DENGAN MENGGUNAKAN BAHASA INGGRIS DAN SATUAN MATA UANG DOLLAR AMERIKA SERIKAT
1. CARA YANG DILAKUKAN WP DALAM RANGKA KONTRAK KARYA DAN WP KONTRAKTOR KONTRAK KERJA SAMA AGAR DAPAT MENYELENGGARAKAN PEMBUKUAN DENGAN BAHASA INGGRIS DAN MATA UANG DOLLAR AMERIKA SERIKAT 1. Yaitu dengan menyampaikan pemberitahuan secara tertulis ke KPP tempat WP terdaftar paling lambat 3 (tiga) bulan: 1. Sejak tanggal pendirian apabila sejak pendiriannya menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang Dollar Amerika Serikat; atau 2. Sebelum tahun buku yang diselenggarakan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang Dollar Amerika Serikat tersebut dimulai bagi yang akan menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang Dollar Amerika Serikat, 2. Pengajuan pemberitahuan (format sesuai dengan Lampiran I PER-11/PJ./2010) harus dilampiri dengan : 1. Bagi Wajib Pajak dalam rangka Kontrak Karya : fotokopi kontrak karya
TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/65

2. Bagi Wajib Pajak Kontraktor Kontrak Kerja Sama : fotokopi Kontrak Kerja Sama

2. CARA YANG DILAKUKAN KERJA SAMA OPERASI (KSO) AGAR DAPAT MENYELENGGARAKAN PEMBUKUAN DENGAN BAHASA INGGRIS DAN MATA UANG DOLLAR AMERIKA SERIKAT I. Bagi KSO yang semua anggota KSO telah mendapatkan izin Menteri Keuangan untuk menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang Dollar Amerika Serikat dan sepanjang dipersyaratkan dalam perjanjian kerjasama/akta pendirian KSO untuk menyelenggarakan pembukuan dengan bahasa inggris dan mata uang Dollar Amerika Serikat 1. Yaitu dengan menyampaikan pemberitahuan secara tertulis ke KPP tempat WP terdaftar paling lambat 3 (tiga) bulan: 1. Sejak tanggal pendirian apabila sejak pendiriannya menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang Dollar Amerika Serikat; atau 2. Sebelum tahun buku yang diselenggarakan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang Dollar Amerika Serikat tersebut dimulai bagi yang akan menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang Dollar Amerika Serikat, 2. Pengajuan pemberitahuan (format sesuai dengan Lampiran I PER11/PJ./2010)harus dilampiri dengan : 1. fotokopi perjanjian kerjasama/akta pendirian KSO; dan 2. fotokopi Surat Keputusan Menteri Keuangan tentang Pemberian Izin Menyelenggarakan Pembukuan dengan Menggunakan Bahasa Inggris dan Satuan Mata Uang Dollar Amerika Serikat atas nama anggotaanggota KSO yang telah mendapatkannya. II. Bagi KSO yangl tidak semua anggota KSO-nya mendapatkan izin Menteri Keuangan untuk menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang Dollar Amerika Serikat, tetapi dipersyaratkan dalam perjanjian kerjasama/akta pendirian KSO untuk menyelenggarakan pembukuan dengan bahasa inggris dan mata uang Dollar Amerika Serikat 1. Yaitu dengan mengajukan permohonan kepada Kepala Kantor Wilayah dengan format sesuai dengan Lampiran I PER-11/PJ./2010 paling lambat 3 (tiga) bulan : 1. sebelum tahun buku yang diselenggarakan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang Dollar Amerika Serikat tersebut dimulai; atau 2. sejak tanggal pendirian bagi Wajib Pajak baru untuk Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak pertama. 2. Pengajuan surat permohonan (format sesuai dengan Lampiran I PER11/PJ./2010) harus dilampiri dengan : 1. fotokopi perjanjian kerjasama/akta pendirian KSO; dan

TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/66

2. fotokopi Surat Keputusan Menteri Keuangan tentang Pemberian Izin Menyelenggarakan Pembukuan dengan Menggunakan Bahasa Inggris dan Satuan Mata Uang Dollar Amerika Serikat atas nama anggotaanggota KSO yang telah mendapatkannya. 3. KEPUTUSAN KANWIL Kepala Kantor Wilayah atas nama Menteri Keuangan harus memberikan keputusan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan sejak permohonan dari Wajib Pajak diterima secara lengkap. Apabila jangka waktu tersebut telah lewat dan Kepala Kantor Wilayah belum memberikan keputusan maka permohonan dianggap diterima dan Kepala Kantor Wilayah atas nama Menteri Keuangan harus menerbitkan keputusan paling lama 2 (dua) hari kerja terhitung sejak berakhirnya jangka waktu tersebut dengan menggunakan Lampiran IV PER-11/PJ/2010.

4. KETENTUAN SETELAH MEMPEROLEH IZIN ATAU PENYAMPAIAN PEMBERITAHUAN SECARA TERTULIS 1. WP harus menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang Dollar Amerika Serikat tersebut dalam jangka waktu paling sedikit 5 (lima) tahun pajak sejak diterbitkan izin atau penyampaian pemberitahuan 2. Dalam hal Wajib Pajak tersebut tetap menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa Indonesia dan satuan mata uang Rupiah, akan dicabut izinnya secara jabatan oleh Kepala Kantor Wilayah dengan menerbitkan Keputusan dengan format sesuai dengan Lampiran III PER-11/PJ/2010, dan tidak dapat diberikan izin untuk menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang Dollar Amerika Serikat.

III. WP YANG TELAH MEMPEROLEH IZIN TETAPI MERENCANAKAN UNTUK TIDAK MEMANFAATKAN IZIN YANG DIMILIKINYA (Pasal 7 ayat (1) PER11/PJ/2010)
Dalam hal ini, maka WP wajib : 1. menyampaikan pemberitahuan tertulis dalam hal Tahun Pajak sebagaimana tercantum dalam surat izin belum dimulai dan pemberitahuan tersebut harus sudah diterima oleh Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar sebelum Tahun Pajak tersebut dimulai; atau 2. mengajukan permohonan pembatalan secara tertulis kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar paling lama 3 (tiga) bulan setelah tahun buku yang diselenggarakan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang Dollar Amerika Serikat tersebut dimulai, dengan format sesuai dengan Lampiran I PER-11/PJ./2010 serta melampirkan fotokopi surat izin.
TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/67

Dalam hal permohonan Wajib Pajak dikabulkan, maka Wajib Pajak tersebut tidak diperbolehkan menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang Dollar Amerika Serikat dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak izin tersebut dicabut. Dalam hal Wajib Pajak ini kemudian bermaksud menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang Dollar Amerika Serikat lagi, Wajib Pajak harus mengajukan surat permohonan kepada Kepala Kantor Wilayah setelah jangka waktu 5 (lima) tahun terlampaui.

IV. KONTRAK KARYA, KONTRAKTOR KONTRAK KERJA SAMA, ATAU KSO YANG TELAH MEMBERITAHUNAN UNTUK MENYELENGGARAKAN PEMBUKUAN DENGAN BAHASA INGGRIS DAN MATA UANG DOLLAR AMERIKA SERIKAT TETAPI WP TERSEBUT AKAN MENYELENGGARAKAN PEMBUKUAN DENGAN BAHASA INDONESIA DAN MATA UANG RUPIAH (Pasal 7 ayat (2) PER-11/PJ/2010)
Dalam hal ini, maka wajib mengajukan permohonan untuk menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa Indonesia dan satuan mata uang Rupiah kepada Kepala Kantor Wilayah paling lama 3 (tiga) bulan sebelum tahun buku yang diselenggarakan dengan menggunakan bahasa Indonesia dan satuan mata uang Rupiah tersebut dimulai, dengan format sesuai dengan Lampiran I PER-11/PJ./2010 serta melampirkan fotokopi surat pemberitahuan Kepala Kantor Wilayah atas nama Menteri Keuangan harus memberikan keputusan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan sejak permohonan dari Wajib Pajak diterima secara lengkap. Apabila jangka waktu tersebut telah lewat dan Kepala Kantor Wilayah belum memberikan keputusan maka permohonan dianggap diterima dan Kepala Kantor Wilayah atas nama Menteri Keuangan harus menerbitkan keputusan paling lama 2 (dua) hari kerja terhitung sejak berakhirnya jangka waktu tersebut dengan menggunakan Lampiran IV PER-11/PJ/2010. Dalam hal permohonan Wajib Pajak dikabulkan, maka Wajib Pajak tersebut tidak diperbolehkan menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang Dollar Amerika Serikat dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak izin tersebut dicabut. Dalam hal Wajib Pajak ini kemudian bermaksud menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang Dollar Amerika Serikat lagi, Wajib Pajak harus mengajukan surat permohonan kepada Kepala Kantor Wilayah setelah jangka waktu 5 (lima) tahun terlampaui.

V. PERMOHONAN PENCABUTAN IZIN (Pasal 8)


Syarat pengajuan permohonan pencabutan : 1. disampaikan secara tertulis kepada Direktur Jenderal Pajak melalui Kepala Kantor Wilayah paling lama 3 (tiga) bulan sebelum tahun buku yang
TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/68

diselenggarakan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang Dollar Amerika Serikat berakhir; 2. mengemukakan alasan pencabutan sesuai dengan kondisi yang sebenarnya; dan 3. permohonan diajukan setelah lewat jangka waktu 5 (lima) tahun pajak sejak diterbitkan izin atau penyampaian pemberitahuan dengan format sesuai dengan Lampiran I PER-11/PJ./2010 Kepala Kantor Wilayah atas nama Menteri Keuangan harus memberikan keputusan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan sejak permohonan dari Wajib Pajak diterima secara lengkap. Apabila jangka waktu tersebut telah lewat dan Kepala Kantor Wilayah belum memberikan keputusan maka permohonan dianggap diterima dan Kepala Kantor Wilayah atas nama Menteri Keuangan harus menerbitkan keputusan paling lama 2 (dua) hari kerja terhitung sejak berakhirnya jangka waktu tersebut dengan menggunakan Lampiran IV PER-11/PJ/2010. Dalam hal permohonan Wajib Pajak dikabulkan, maka Wajib Pajak tersebut wajib menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa Indonesia dan satuan mata uang Rupiah pada awal tahun buku berikutnya, dan tidak dapat mengajukan permohonan untuk menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang Dollar Amerika Serikat dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak izin tersebut dicabut. Dalam hal Wajib Pajak ini kemudian bermaksud menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang Dollar Amerika Serikat lagi, Wajib Pajak harus mengajukan surat permohonan kepada Kepala Kantor Wilayah setelah jangka waktu 5 (lima) tahun terlampaui.

TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/69

PERUBAHAN METODE PEMBUKUAN DAN ATAU TAHUN BUKU


DASAR HUKUM Pasal 28 ayat (6) UU KUP PP 94 Tahun 2010 Pasal 28(berlaku sejak 30 Desember 2010) PP 138 Tahun 2000 Pasal 12 (berlaku sejak 1 Januari 2001 s/d 29 Desember 2010) SE-40/PJ.42/1998 SE-14/PJ.313/1991 tentang petunjuk penerbitan keputusan persetujuan/penolakan permohonan perubahan tahun buku/tahun pajak dari WP Perubahan terhadap metode pembukuan dan/atau tahun buku harus mendapat persetujuan dari DJP

TATA CARA DAN PERSYARATAN WP menyampaikan surat permohonan perubahan metode pembukuan dan/atau tahun buku kepada Kepala KPP dimana WP terdaftar, dengan menyebutkan Identitas Wajib Pajak, Perubahan metode pembukuan dan/atau tahun buku untuk yang ke berapa, dengan persyaratan : 1. SPT Tahunan PPh tahun terakhir telah dimasukkan. 2. Apabila ada utang pajak, maka utang pajak yang telah jatuh tempo pembayarannya harus sudah dilunasi oleh Wajib Pajak. Keterlambatan pelunasan utang pajak akan mengakibatkan tertundanya penerbitan SK Persetujuan. 3. Alasan perubahan periode tahun buku/tahun pajak. Alasan yang dapat dipertimbangkan untuk disetujuinya permohonan dimaksud harus memenuhi syarat sebagai berikut : o Perubahan tahun buku/tahun pajak dikehendaki oleh pemegang saham, pemberi kredit, partner usaha, pemerintah atau pihak-pihak lainnya, dimana apabila tahun buku/tahun pajak tidak diubah akan mengakibatkan kesulitan dan atau kerugian bagi perusahaan; o Permohonan perubahan tahun buku/tahun pajak tersebut baru pertama kali diajukan dan tidak ada niat untuk melakukan perubahan lagi pada tahuntahun yang akan datang. Apabila pengajuan permohonan perubahan tahun buku/tahun pajak tersebut adalah merupakan permohonan kedua dan seterusnya, maka Kepala KPP meneruskan permohonan tersebut kepada Kanwil selambat-lambatnya 7 hari sejak diterimanya permohonan WP untuk menerbitkan SK Persetujuan atau SK Penolakan; o Tidak ada maksud bahwa perusahaan dengan sengaja berusaha untuk melakukan penggeseran laba/rugi guna meringankan beban pajak; o Alasan tersebut harus dituangkan dalam bentuk surat pernyataan dari Wajib Pajak yang bersangkutan.

TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/70

JANGKA WAKTU PENYELESAIAN Paling lambat 2 bulan setelah permohonan diterima lengkap

SURAT KEPUTUSAN PERSETUJUAN ATAU PENOLAKAN ADA DI LAMPIRAN SE14/PJ.313/1991

KETENTUAN PERALIHAN Dalam hal WP melakukan perubahan tahun buku dan telah mendapat persetujuan DJP, penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam bagian tahun buku yang tidak termasuk dalam tahun buku yang baru harus dilaporkan dengan Surat Pemberitahuan tersendiri dengan melampirkan neraca dan laporan laba-rugi (PP 138 Tahun 2000 Pasal 12) (berlaku sejak 1 Januari 2001 s/d 29 Desember 2010)

PP 94 Tahun 2010 Pasal 28 (berlaku sejak 30 Desember 2010) Wajib Pajak yang melakukan perubahan tahun buku dan telah mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (6) Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, harus melaporkan penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam bagian tahun buku yang tidak termasuk dalam tahun buku yang baru dalam Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tersendiri untuk Bagian Tahun Pajak yang bersangkutan. Sisa rugi fiskal yang masih dapat dikompensasikan yang berasal dari tahun-tahun pajak sebelum perubahan tahun buku dapat dikompensasikan dengan penghasilan untuk Bagian Tahun Pajak dan Tahun Pajak berikutnya.

TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/71

PEMERIKSAAN LAPANGAN
DASAR HUKUM UU KUP PMK 199/PMK.03/2007 PER-19/PJ/2008 SE-10/PJ.04/2008

DEFINISI 1. Pemeriksaan Lapangan adalah pemeriksaan yang dilakukan di tempat kedudukan, tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas, tempat tinggal Wajib Pajak, atau tempat lain yang ditentukan Dirjen Pajak. 2. Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan (SPHP) adalah surat yang berisi tentang hasil pemeriksaan yang meliputi pos-pos yang dikoreksi, nilai koreksi, dasar koreksi, perhitungan sementara jumlah pokok pajak, dan pemberian hak kepada Wajib Pajak untuk hadir dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan. 3. Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan (Closing Conference) adalah pembahasan antara Wajib Pajak dan Pemeriksa Pajak atas temuan Pemeriksaan yang hasilnya dituangkan dalam Berita Acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan yang ditandatangani oleh kedua belah pihak dan berisi koreksi baik yang disetujui maupun yang tidak disetujui. 4. Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) adalah laporan yang berisi tentang pelaksanaan dan hasil Pemeriksaan yang disusun oleh Pemeriksa Pajak secara ringkas dan jelas serta sesuai dengan ruang lingkup dan tujuan Pemeriksaan. JENIS PEMERIKSAAN LAPANGAN berdasarkan tujuannya, Pemeriksaan Lapangan dibagi menjadi 2 (dua): 1. Pemeriksaan Lapangan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan; dan 2. Pemeriksaan Lapangan untuk tujuan lain.

TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/72

Jangka Waktu Pemeriksaan Lapangan untuk Menguji Kepatuhan WP 1. Paling Lama 4 (empat) bulan dan dapat diperpanjang menjadi paling lama 8 (delapan) bulan yang dihitung sejak tanggal Surat Perintah Pemeriksaan (SP2) sampai dengan tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan. 2. Jika ada indikasi yang terkait transfer pricing dan/ atau transaksi khusus lain yang berindikasi rekayasa transaksi keuangan yang memerlukan pengujian yang lebih mendalam, jangka waktu pemeriksaan dapat diperpanjang menjadi paling lama 2 (dua) tahun. 3. Perpanjangan jangka waktu pemeriksaan dilakukan dengan menyampaikan Surat Pemberitahuan Perpanjangan Jangka Waktu Pemeriksaan kepada Kepala Kanwil atau Direktur Pemeriksaan dan Penagihan. 4. Untuk Pemeriksaan Lapangan yang dilakukan untuk permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak dalam Pasal 17B UU KUP, jangka waktu pemeriksaan harus memperhatikan jangka waktu penyelesaian permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak. (dalam Pasal 17B UU KUP, SKP harus diterbitkan paling lama 12 (dua belas) bulan sejak surat permohonan diterima secara lengkap). Jangka Waktu Pemeriksaan Lapangan untuk Tujuan Lain 1. Paling lama 2 (dua) bulan dan dapat diperpanjang menjadi paling lama 4 (empat) bulan yang dihitung sejak tanggal Surat Perintah Pemeriksaan sampai dengan tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan. 2. Jika Pemeriksaan Lapangan untuk tujuan lain terkait penghapusan NPWP dan pencabutan Pengukuhan PKP, maka jangka waktu pemeriksaan harus memperhatikan jangka waktu penyelesaian permohonan didalam Pasal 2 ayat (7) dan Pasal 2 ayat (9) UU KUP JENIS DAN BENTUK FORMULIR TERKAIT DENGAN PEMERIKSAAN LAPANGAN ada di dalam Lampiran PER 19/PJ/2008 PEMERIKSAAN LAPANGAN UNTUK MENGUJI KEPATUHAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN Pihak yang melakukan Pemeriksaan: (ditentukan berdasarkan Surat Perintah Pemeriksaan) 1. Pemeriksa Pajak; atau 2. Tenaga Ahli dari luar DJP yang ditunjuk Dirjen Pajak Susunan Tim Pemeriksa Pajak terdiri dari: seorang supervisor; seorang ketua tim; seorang atau beberapa anggota tim.

TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/73

Tim Pemeriksa Pajak dapat dibantu oleh seorang atau lebih pegawai DJP yang bukan pemeriksa pajak tetapi memiliki kemampuan tertentu, misalnya di bidang teknologi informasi. Persiapan Pemeriksaan: 1. Diterbitkan Surat Perintah Pemeriksaan (SP2); SP2 dapat diterbitkan terhadap satu Wajib Pajak, untuk : satu atau beberapa Masa Pajak dalam suatu Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak yang sama; atau satu Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak.

2. Apabila susunan tim Pemeriksa Pajak perlu diubah, maka Kepala Unit Pelaksana Pemeriksaan tidak perlu memperbaharui SP2 tetapi harus menerbitkan Surat Tugas. Tetapi jika perubahan susunan tim Pemeriksa Pajak disebabkan pengalihan pelaksanaan pemeriksaan ke Unit Pelaksana Pemeriksaan lain, maka Kepala Unit Pelaksana pemeriksaan baru harus menerbitkan SP2 sebelum melanjutkan pemeriksaan. Sebelum Pemeriksaan: 1. Tim Pemeriksa Pajak harus menyampaikan Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan kepada Wajib Pajak (dapat disampaikan pada saat dimulainya Pemeriksaan Lapangan) 2. Pemeriksa Pajak harus memperlihatkan Surat Perintah Pemeriksaan dan Tanda Pengenal Pemeriksa Pajak kepada WP yang diperiksa. Saat Pemeriksaan: WP harus memenuhi ketentuan dalam Pasal 29 ayat (3) huruf a, huruf b dan huruf c UU KUP Saat Pemberitahuan dan Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan; 1. Hasil Pemeriksaan Lapangan harus diberitahukan secara tertulis dengan menggunakan Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan yang dilampiri dengan Daftar Temuan Pemeriksaan. 2. Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan (SPHP) dapat disampaikan langsung oleh Pemeriksa Pajak atau melalui kurir, atau dikirim melalui faksimili, melalui pos dengan bukti pengiriman surat, atau melalui jasa pengiriman lainnya dengan bukti pengiriman. 3. WP dapat memberikan tanggapan tertulis atas Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan (SPHP) dalam bentuk: o Lembar Pernyataan Persetujuan Hasil Pemeriksaan, jika WP setuju atas seluruh hasil pemeriksaan. o Surat Sanggahan, jika WP tidak setuju atas sebagian atau seluruh hasil pemeriksaan.

TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/74

4. Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari sejak WP menerima Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan (SPHP), WP berhak hadir untuk melakukan Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan. 5. Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan untuk jenis Pemeriksaan Lapangan harus diselesaikan dalam jangka waktu paling lama 1(satu) bulan. (Pasal 19 ayat (6) PER19/PJ/2008) 6. Risalah Pembahasan dan Berita Acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan serta Ihtisar Hasil Pembahasan Akhir merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan Hasil Pemeriksaan. 7. Setelah menandatangani Berita Acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan, WP dapat menyampaikan formulir Kuesioner yang telah diisi oleh WP kepada Direktur Pemeriksaan dan Penagihan. Formulir Kuesioner bisa didapat melalui Tim Pemeriksa Pajak, atau di KPP, atau melalui www.pajak.go.id. Jika WP setuju atas seluruh hasil pemeriksaan (WP membuat Lembar Pernyataan Persetujuan Hasil Pemeriksaan): 1. dan hadir dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan (Closing Conference) sesuai jangka waktu yang ditentukan, maka Pemeriksa Pajak membuat dan menandatangani Risalah Pembahasan. Berdasarkan Risalah Pembahasan, Pemeriksa Pajak membuat Berita Acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan yang ditandatangani Tim Pemeriksa Pajak dan WP dengan dilampiri Ihtisar Hasil Pembahasan Akhir. 2. tetapi tidak hadir dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan (Closing Conference) sesuai jangka waktu yang ditentukan, maka Pemeriksa Pajak membuat dan menandatangani Berita Acara Ketidakhadiran Wajib Pajak Dalam Rangka Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan, Risalah Pembahasan, dan Ihtisar Pembahasan Akhir. Jika WP tidak setuju atas sebagian atau seluruh hasil pemeriksaan (WP membuat Surat Sanggahan dan disertai alasan): 1. dan hadir dalam hadir dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan (Closing Conference) sesuai jangka waktu yang ditentukan, maka Pemeriksa Pajak harus melakukan pembahasan akhir hasil pemeriksaan dengan WP, dan WP dapat didampingi oleh Konsultan Pajak dan/ atau Akuntan Publik yang melakukan audit atas Laporan Keuangan WP untuk tahun pajak yang sedang diperiksa. o hasil pembahasan akhir digunakan sebagai dasar untuk membuat Risalah Pembahasan yang ditandatangani oleh Tim Pemeriksa Pajak dan WP. o Jika masih ada perbedaan pendapat dalam Risalah Pembahasan dan WP tidak mengajukan permohonan pembahasan oleh tim pembahas, maka Risalah Pembahasan digunakan oleh Pemeriksa Pajak untuk membuat Berita Acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan yang dilampiri Ihtisar Hasil Pembahasan Akhir. o Jika masih ada perbedaan pendapat dalam Risalah Pembahasan, WP dapat menyampaikan Surat Permohonan kepada Kepala Unit Pelaksana Pemeriksaan, paling lambat pada hari kerja berikutnya sejak tanggal penandatanganan Risalah Pembahasan agar perbedaan pendapat tersebut dapat dibahas terlebih dulu oleh Tim Pembahas Tingkat Unit Pelaksana
TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/75

Pemeriksaan yang bersangkutan, dan harus diselesaikan paling lama 3 (tiga) hari sejak diterimanya surat permohonan WP. Hasil pembahasan ini harus dituangkan dalam Risalah Tim Pembahas Tingkat Unit Pelaksana Pemeriksaan dan disampaikan kepada WP. o Jika WP masih berbeda pendapat dengan Tim Pembahas Tingkat Unit Pelaksana Pemeriksaan, maka WP dapat menyampaikan Surat Permohonan kepada Kepala Kanwil paling lambat hari kerja berikutnya sejak tanggal diterimanya Risalah Tim Pembahas Tingkat Unit Pelaksana Pemeriksaan, agar perbedaan tersebut dibahas lebih lanjut oleh Tim Pembahas Tingkat Kantor Wilayah. Pembahasan harus diselesaikan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak diterimanya surat permohonan WP. o Risalah Pembahasan dan Risalah Tim Pembahas (tingkat Unit Pelaksana Pemeriksaan maupun tingkat Kantor Wilayah), merupakan bagian dari Kertas Kerja Pemeriksaan dan digunakan sebagai dasar untuk membuat Berita Acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan yang ditandatangani oleh Tim Pemeriksa Pajak dan WP dengan dilampiri Ihtisar Hasil Pembahasan Akhir. o Pemeriksa Pajak mengirimkan Surat Panggilan kepada WP untuk menandatangani Berita Acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan. WP harus memenuhi panggilan dalam waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak tanggal diterimanya Surat Panggilan. o Jika: WP memenuhi panggilan, tetapi menolak menandatangani Berita Acara Pembahsan Akhir Hasil Pemeriksaan, maka Pemeriksa Pajak membuat catatan tentang penolakan tersebut dalam Berita Acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan. WP tidak memenuhi panggilan, maka Pemeriksa Pajak membuat dan menandatangani Berita Acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan serta memberikan catatan mengenai tidak terpenuhinya panggilan, yang dilampiri Ihtisar Hasil Pembahasan Akhir. 2. tetapi tidak hadir dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan (Closing Conference) sesuai jangka waktu yang ditentukan, maka Pemeriksa Pajak membuat dan menandatangani Berita Acara Ketidakhadiran Wajib Pajak Dalam Rangka Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan serta Risalah Pembahasan, Risalah Pembahasan dibuat dengan memperhatikan Surat Sanggahan yang disertai alasan dan digunakan oleh Pemeriksa Pajak sebagai dasar untuk membuat dan menandatangani Ihtisar Hasil Pembahasan Akhir. Jika WP tidak menyampaikan tanggapan tertulis dan tidak hadir dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan (Closing Conference): maka Pemeriksa Pajak membuat dan menandatangani Berita Acara Ketidakhadiran Wajib Pajak Dalam Rangka Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dan Wajib Pajak dianggap menyetujui seluruh hasil pemeriksaan berdasarkan Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan.

TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/76

Setelah Pemeriksaan Lapangan: 1. Setiap prosedur pemeriksaan, pengujian yang dilakukan, bukti dan keterangan yang dikumpulkan dan simpulan yang diambil sehubungan dengan fakta dan data yang ditemukan dalam pemeriksaan harus dituangkan dalam Kertas Kerja Pemeriksaan. 2. Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) harus disusun berdasarkan Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP) yang telah ditelaah oleh Supervisor. 3. Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) digunakan oleh tim Pemeriksa Pajak sebagai dasar untuk membuat Nota Penghitungan. 4. Paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP), Buku, Catatan, dan Dokumen yang dipinjam harus dikembalikan kepada WP. (Pasal 24 PER-19/PJ/2008) Peminjaman Dokumen: 1. Jika Buku, Catatan, dan/ atau Dokumen yang diperlukan Pemeriksa Pajak: a. diperoleh/ ditemukan saat pelaksanaan Pemeriksaan di tempat WP dan dipinjam saat itu juga Pemeriksa Pajak membuat Bukti Peminjaman dan Pengembalian Buku, Catatan, dan Dokumen; b. belum diperoleh/ ditemukan saat pelaksanaan Pemeriksaan Pemeriksa Pajak membuat: Surat Permintaan Peminjaman Buku, Catatan dan Dokumen; dan dilampiri dengan Daftar Buku, Catatan, dan Dokumen yang Wajib Dipinjamkan Dalam Rangka Pemeriksaan. Jika WP tidak atau tidak sepenuhnya meminjamkan buku, catatan dan dokumen yang diminta atau tidak memberikan keterangan yang diminta: 1. setelah 2 (dua) minggu sejak tanggal penyampaian Surat Permintaan Peminjaman, maka Pemeriksa Pajak dapat menyampaikan Surat Peringatan I dan dilampiri dengan Daftar Buku, Catatan, dan Dokumen yang Belum Dipinjamkan Dalam Rangka Pemeriksaan. 2. setelah 3 (tiga) minggu sejak tanggal penyampaian Surat Permintaan Peminjaman, maka Pemeriksa Pajak dapat menyampaikan Surat Peringatan II dan dilampiri dengan Daftar Buku, Catatan, dan Dokumen yang Belum Dipinjamkan Dalam Rangka Pemeriksaan. 3. setelah 1 (satu) bulan sejak tanggal penyampaian Surat Permintaan Peminjaman, maka Pemeriksa Pajak harus membuat Berita Acara Tidak Dipenuhinya Pemintaan Peminjaman Buku, Catatan, dan Dokumen disertai daftar buku, catatan dan dokumen yang wajib dipinjamkan namun belum diserahkan.

TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/77

Jika seluruh buku, catatan, dan/atau dokumen sudah diserahkan oleh WP, maka Pemeriksa Pajak harus membuat Berita Acara Pemenuhan Seluruh Peminjaman Buku, Catatan dan Dokumen. Jika WP memenuhi Surat Permintaan Peminjaman Buku, Catatan dan Dokumen, maka: Pemeriksa Pajak membuat Bukti Peminjaman dan Pengembalian Buku, Catatan, dan Dokumen; Jika buku, catatan, dan/ atau dokumen yang dipinjam berupa fotokopi dan/ atau data elektronik, maka: WP harus membuat Surat Pernyataan bahwa fotokopi dan/ atau data elektronik yang dipinjamkan sesuai dengan aslinya.

Jika untuk mengakses data elektronik memerlukan peralatan dan/ atau keahlian khusus, maka Pemeriksa Pajak: dapat meminta bantuan kepada WP untuk menyediakan tenaga dan/ atau peralatan atas biaya WP; atau meminta bantuan kepada seorang atau lebih yang memiliki keahlian tertentu yang bukan Pemeriksa Pajak, bisa berasal dari DJP atau luar DJP, dengan menggunakan Surat Permintaan Bantuan Tenaga Ahli.

Jika WP tidak atau tidak sepenuhnya meminjamkan buku, catatan dan dokumen atau tidak memberikan keterangan yang diminta, maka: Pemeriksa Pajak harus menentukan dapat atau tidaknya melakukan pengujian dalam rangka menghitung besarnya penghasilan kena pajak berdasarkan bukti kompeten yang cukup sesuai Standar Pelaksanaan Pemeriksaan; Jika tidak dapat melakukan pengujian dalam rangka menghitung besarnya penghasilan kena pajak, Pemeriksa Pajak harus memberikan alasan dan pertimbangannya di dalam Kertas Kerja Pemeriksaan, dan jika WP yang diperiksa adalah: 1. WP OP, maka penghasilan kena pajak dihitung secara jabatan sesuai ketentuan perundang-undangan perpajakan; 2. WP Badan, maka Pemeriksa Pajak mengusulkan Pemeriksaan Bukti Permulaan. Penyegelan: (Pasal 11) Penyegelan dapat dilakukan apabila WP atau kuasanya pada saat Pemeriksaan Lapangan, : 1. tidak memberi kesempatan kepada Pemeriksa Pajak untuk memasuki tempat atau ruang serta barang bergerak dan/ atau tidak bergerak, yang diduga digunakan

TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/78

untuk menyimpan buku, catatan, atau dokumen dsb yang dapat memberi petunjuk tentang kegiatan usaha atau pekerjaan bebas WP; 2. menolak memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan yang antara lain tidak memberi kesempatan kepada Pemeriksa Pajak untuk mengakses data elektronik atau membuka barang bergerak dan/ atau tidak bergerak; 3. tidak berada di tempat dan tidak ada pihak yang mempunyai kewenangan untuk bertindak selaku yang mewakili WP, sehingga diperlukan upaya pengamanan pemeriksaan sebelum pemeriksaan ditunda; dan/ atau 4. tidak berada di tempat dan Pegawai Wajib Pajak yang mempunyai kewenangan untuk bertindak selaku yang mewakili WP menolak memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan. Permintaan Keterangan dan/ atau Penjelasan: (Pasal 12 dan Pasal 13) 1. Dari Wajib Pajak o Pemeriksa dapat memanggil WP untuk memperoleh keterangan dengan menggunakan Surat Panggilan Untuk Memberikan Keterangan, yang dapat dituangkan dalam Berita Acara Pemberian Keterangan Wajib Pajak. 2. Dari Pihak Ketiga o Pemeriksa dapat meminta keterangan dan/ atau bukti kepada pihak ketiga dengan menggunakan Surat Permintaan Keterangan atau Bukti. o Pihak ketiga harus memberikan keterangan paling lama 7 (tujuh) hari sejak diterimanya Surat Permintaan Keterangan atau Bukti atau surat izin dari pihak yang berwenang. Apabila melewati jangka waktu 7 hari, maka Pemeriksa Pajak segera menyampaikan Surat Peringatan I, apabila Surat Peringatan I tidak dipenuhi, akan diterbitkan Surat Peringatan II, apabila tidak dipenuhi juga maka Pemeriksa Pajak membuat Berita Acara Tidak Dipenuhinya Permintaan Keterangan atau Bukti dari Pihak Ketiga. Penolakan Pemeriksaan dan Penyegelan: (Pasal 10) 1. Jika WP yang diperiksa tidak memenuhi Pasal 29 ayat (3) huruf a, b dan c UU KUP, maka WP harus menandatangani Surat Pernyataan Penolakan Pemeriksaan. memperlihatkan dan/ atau meminjamkan buku/ catatan, dokumen yang menjadi dasarnya dan dokumen lain yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas WP, atau objek yang terutang pajak; (Pasal 29 ayat (3) huruf a UU KUP) memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruang yang dipandang perlu dan memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan; dan/ atau (Pasal 29 ayat (3) huruf b UU KUP) memberika keterangan lain yang diperlukan. (Pasal 29 ayat (3) huruf c UU KUP) 2. Jika WP menolak untuk menandatangani Surat Pernyataan Penolakan Pemeriksaan, maka Pemeriksa Pajak membuat Berita Acara Penolakan Pemeriksaan yang ditandatangani oleh Pemeriksa Pajak. 3. Jika WP tidak ada ditempat saat Pemeriksaan Lapangan, maka Pemeriksa:

TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/79

tetap dapat dilaksanakan sepanjang ada pihak yang dapat dan mempunyai kewenangan untuk mewakili WP, terbatas untuk hal yang dalam kewenangannya, dan selanjutnya Pemeriksaan ditunda untuk dilanjutkan pada kesempatan berikutnya; dapat ditunda, dan untuk keperluan pengamanan pemeriksaan, Pemeriksa Pajak dapat melakukan penyegelan sebelum melakukan penundaan; dapat dilanjutkan setelah dilakukan penundaan, dan apabila WP tidak juga ada di tempat, pemeriksaan tetap dilaksanakan dengan terlebih dahulu meminta pegawai WP untuk mewakili WP guna membantu kelancaran pemeriksaan; atau tetap dapat dilanjutkan meskipun pegawai WP yang diminta mewakili WP menolak untuk membantu kelancaran pemeriksaan, dan pegawai tersebut harus menandatangani Surat Pernyataan Penolakan Membantu Kelancaran Pemeriksaan; Jika pegawai WP tidak mau menandatangani Surat Pernyataan Penolakan Membantu Kelancaran Pemeriksaan, maka Pemeriksa Pajak membuat Berita Acara Penolakan Membantu Kelancaran Pemeriksaan yang ditandatangani oleh Pemeriksa Pajak. 4. Yang dapat dijadikan dasar untuk penetapan pajak secara jabatan atau diusulkan Pemeriksaan Bukti Permulaan adalah: Surat Pernyataan Penolakan Pemeriksaan; atau Berita Acara Penolakan Pemeriksaan; atau Surat Pernyataan Penolakan Membantu Kelancaran Pemeriksaan; atau Berita Acara Penolakan Membantu Kelancaran Pemeriksaan. Pembatalan Hasil Pemeriksaan: Jika hasil pemeriksaan dibatalkan sesuai dengan ketentuan Pasal 36 ayat (1) huruf d UU KUP, proses pemeriksaan harus dilanjutkan dengan menyampaikan Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan dan/ atau Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan sesuai dengan prosedur dalam PER-19/PJ/2008. Pasal 36 ayat (1) huruf d UU KUP: membatalkan hasil pemeriksaan pajak atau surat ketetapan pajak dari hasil pemeriksaan yang dilaksanakan tanpa: 1. penyampaian surat pemberitahuan hasil pemeriksaan; atau 2. pembahasan akhir hasil pemeriksaan dengan Wajib Pajak. Pengungkapan Wajib Pajak Selama Pemeriksaan: 1. Wajib Pajak dapat mengungkapkan mengenai ketidakbenaran pengisian SPT yang telah disampaikan dalam laporan tersendiri sesuai keadaan yang sebenarnya (Pasal 8 ayat (4) UU KUP), sepanjang Pemeriksa Pajak belum menyampaikan Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan. 2. laporan tersendiri harus ditandatangani WP dan dilampiri dengan: o penghitungan pajak yang kurang dibayar sesuai keadaan yang sebenarnya dalam format SPT;
TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/80

SSP sebagai bukti pelunasan pajak yang kurang dibayar (dapat diperhitungkan sebagai pembayaran atas SKP berdasarkan permohonan WP); dan o SSP sebagai bukti pembayaran sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 50% (dapat diperhitungkan sebagai pembayaran atas SKP berdasarkan permohonan WP). 3. Pemeriksaan harus tetap dilanjutkan untuk membuktikan kebenaran pengungkapan oleh WP. 4. Jika berdasarkan hasil pemeriksaan, pengungkapan ketidakbenaran tersebut adalah sesuai dengan keadaanyang sebenarnya, maka pelunasan pajak yang kurang dibayar diperhitungkan sebagai kredit pajak dalam Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan. Dan terhadap SPHP dilakukan pembahasan akhir hasil pemeriksaan. 5. Jika berdasarkan hasil pemeriksaan, pengungkapan ketidakbenaran tersebut ternyata tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, maka pelunasan pajak yang kurang dibayar tidak diperhitungkan sebagai kredit pajak dalam SPHP. Dan terhadap SPHP dilakukan pembahasan akhir hasil pemeriksaan.
o

Usulan Pemeriksaan Bukti Permulaan: Pemeriksaan Bukti Permulaan dapat diusulkan bila: 1. pada saat pemeriksaan ditemukan adanya indikasi tindak pidana di bidang perpajakan; 2. Pemeriksa Pajak tidak dapat melakukan pengujian dalam rangka menghitung besarnya penghasilan kena pajak (Pasal 8 ayat (4) PER-19/PJ/2008); 3. WP menolak untuk dilakukan pemeriksaan dan/ atau pegawai Wajib Pajak menolak membantu kelancaran Pemeriksaan (Pasal 10 PER 19/PJ/2008). Usulan Pemeriksaan Bukti Permulaan untuk permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak Pasal 17B UU KUP, harus memperhatikan jangka waktu penyelesaian permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak. Jika Usulan Pemeriksaan Bukti Permulaan disetujui, maka: untuk permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak Pasal 17B UU KUP, penyelesaian pemeriksaan ditangguhkan. Pemeriksaan dilanjutkan bila: o Pemeriksaan Bukti Permulaan diselesaikan dan tidak dilanjutkan dengan penyidikan; o dilanjutkan dengan penyidikan tetapi tidak dilakukan penuntutan sebagaimana dimaksud Pasal 44A UU KUP; atau o diterima putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap yang menyatakan Wajib Pajak bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum. Apabila pemeriksaan dilanjutkan, maka jangka waktu pemeriksaan diperpanjang paling lama 3 (tiga) bulan. (Pasal 28 ayat (2) PER-19/PJ/2008) untuk pemeriksaan selain permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak, maka pelaksanaan pemeriksaan dihentikan dengan membuat Laporan Hasil Pemeriksaan Sumir
TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/81

PEMERIKSAAN LAPANGAN UNTUK TUJUAN LAIN Pihak yang melakukan Pemeriksaan Lapangan untuk Tujuan Lain: (ditentukan berdasarkan Surat Perintah Pemeriksaan) 1. Pemeriksa Pajak yang adalah fungsional pemeriksa; atau 2. Pemeriksa Pajak yang bukan pejabat fungsional pemeriksa pajak. Susunan Tim Pemeriksa Pajak terdiri dari: seorang supervisor; seorang ketua tim; seorang atau beberapa anggota tim. Persiapan Pemeriksaan Lapangan untukTujuan Lain: 1. Diterbitkan Surat Perintah Pemeriksaan (SP2); SP2 dapat diterbitkan terhadap satu Wajib Pajak, untuk : satu atau beberapa Masa Pajak dalam suatu Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak yang sama; atau satu Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak. 2. Apabila susunan tim Pemeriksa Pajak perlu diubah, maka Kepala Unit Pelaksana Pemeriksaan tidak perlu memperbaharui SP2 tetapi harus menerbitkan Surat Tugas. Tetapi jika perubahan susunan tim Pemeriksa Pajak disebabkan pengalihan pelaksanaan pemeriksaan ke Unit Pelaksana Pemeriksaan lain, maka Kepala Unit Pelaksana Pemeriksaan baru harus menerbitkan SP2 sebelum melanjutkan pemeriksaan. Sebelum Pemeriksaan: 1. Tim Pemeriksa Pajak harus menyampaikan Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan kepada Wajib Pajak (dapat disampaikan pada saat dimulainya Pemeriksaan Lapangan) 2. Pemeriksa Pajak harus memperlihatkan Surat Perintah Pemeriksaan dan Tanda Pengenal Pemeriksa Pajak kepada WP yang diperiksa.

Saat Pemeriksaan: 1. Berkaitan dengan peminjaman dokumen, WP harus memenuhi ketentuan dalam Pasal 6 dan Pasal 7 dan Pasal 24 PER-19/PJ/2008, yaitu: Jika Buku, Catatan, dan/ atau Dokumen yang diperlukan Pemeriksa Pajak: diperoleh/ ditemukan saat pelaksanaan Pemeriksaan di tempat WP dan dipinjam saat itu juga Pemeriksa Pajak membuat Bukti Peminjaman dan Pengembalian Buku,
TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/82

Catatan, dan Dokumen; belum diperoleh/ ditemukan saat pelaksanaan Pemeriksaan, Pemeriksa Pajak membuat: Surat Permintaan Peminjaman Buku, Catatan dan Dokumen; dan dilampiri dengan Daftar Buku, Catatan, dan Dokumen yang Wajib Dipinjamkan Dalam Rangka Pemeriksaan. Jika WP tidak atau tidak sepenuhnya meminjamkan buku, catatan dan dokumen yang diminta atau tidak memberikan keterangan yang diminta: 1. setelah 2 (dua) minggu sejak tanggal penyampaian Surat Permintaan Peminjaman, maka Pemeriksa Pajak dapat menyampaikan Surat Peringatan I dan dilampiri dengan Daftar Buku, Catatan, dan Dokumen yang Belum Dipinjamkan Dalam Rangka Pemeriksaan. setelah 3 (tiga) minggu sejak tanggal penyampaian Surat Permintaan Peminjaman, maka Pemeriksa Pajak dapat menyampaikan Surat Peringatan II dan dilampiri dengan Daftar Buku, Catatan, dan Dokumen yang Belum Dipinjamkan Dalam Rangka Pemeriksaan. setelah 1 (satu) bulan sejak tanggal penyampaian Surat Permintaan Peminjaman, maka Pemeriksa Pajak harus membuat Berita Acara Tidak Dipenuhinya Pemintaan Peminjaman Buku, Catatan, dan Dokumen disertai daftar buku, catatan dan dokumen yang wajib dipinjamkan namun belum diserahkan.

2.

3.

Jika seluruh buku, catatan, dan/atau dokumen sudah diserahkan oleh WP, maka Pemeriksa Pajak harus membuat Berita Acara Pemenuhan Seluruh Peminjaman Buku, Catatan dan Dokumen. Jika WP memenuhi Surat Permintaan Peminjaman Buku, Catatan dan Dokumen, maka: Pemeriksa Pajak membuat Bukti Peminjaman dan Pengembalian Buku, Catatan, dan Dokumen; Jika buku, catatan, dan/ atau dokumen yang dipinjam berupa fotokopi dan/ atau data elektronik, maka WP harus membuat Surat Pernyataan bahwa fotokopi dan/ atau data elektronik yang dipinjamkan sesuai dengan aslinya. Jika untuk mengakses data elektronik memerlukan peralatan dan/ atau keahlian khusus, maka Pemeriksa Pajak: a. dapat meminta bantuan kepada WP untuk menyediakan tenaga dan/ atau peralatan atas biaya WP; atau b. meminta bantuan kepada seorang atau lebih yang memiliki keahlian tertentu yang bukan Pemeriksa Pajak, bisa berasal dari DJP atau luar DJP, dengan menggunakan Surat Permintaan Bantuan Tenaga Ahli. Paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP), Buku, Catatan, dan Dokumen yang dipinjam harus dikembalikan kepada WP. (Pasal 24 PER19/PJ/2008)

TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/83

2. Jika WP tidak sepenuhnya meminjamkan buku, catatan dan dokumen atau tidak memberikan keterangan yang diminta, Pemeriksa Pajak harus dapat menentukan dapat atau tidaknya melakukan pengujian berdasarkan bukti kompeten yang cukup. Jika Pemeriksa Pajak tidak dapat melakukan pengujian berdasarkan bukti kompeten yang cukup yang disesuaikan dengan tujuan pemeriksaan, maka Pemeriksa Pajak harus menguraikan alasan dan pertimbangannya dalam Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP). Dan WP dianggap menolak untuk dilakukan Pemeriksaan Lapangan untuk tujuan lain. 3. WP harus menandatangani Surat Pernyataan Penolakan Pemeriksaan, jika: WP tidak memenuhi kewajibannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat 3 huruf a, huruf b dan huruf c UU KUP; atau WP dianggap menolak untuk diperiksa sebagaimana dalam Pasal 35 ayat (3) UU KUP. Jika WP menolak menandatangani Surat Pernyataan Penolakan Pemeriksaan, maka Pemeriksa Pajak membuat dan menandatangani Berita Acara Penolakan Pemeriksaan. 4. Berdasarkan Surat Pernyataan Penolakan atau Berita Acara Penolakan Pemeriksaan: Permohonan WP tidak dapat diproses atau dipertimbangkan, jika Pemeriksaan Lapangan untuk Tujuan Lain dilakukan dalam rangka: o penentuan WP berlokasi di daerah terpencil; o penentuan satu atau lebih tempat terutang PPN; dan/ atau o penentuan saat produksi dimulai atau memperpanjang jangka waktu kompensasi kerugian sehubungan dengan pemberian fasilitas perpajakan. WP diberi NPWP secara jabatan dan/ atau dikukuhkan sebagai PKP secara jabatan, jika Pemeriksaan Lapangan untuk Tujuan Lain dilakukan dalam rangka: o pemberian NPWP secara jabatan; dan/ atau o Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak secara jabatan. Permohonan WP tidak dikabulkan, jika Pemeriksaan Lapangan untuk Tujuan Lain dilakukan dalam rangka: o penghapusan NPWP; dan/ atau o pengukuhan atau pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP). 5. Pemeriksa Pajak dapat memperoleh penjelasan: 1. Dari Wajib Pajak o Pemeriksa dapat memanggil WP untuk memperoleh keterangan dengan menggunakan Surat Panggilan Untuk Memberikan Keterangan, yang dapat dituangkan dalam Berita Acara Pemberian Keterangan Wajib Pajak. 2. Dari Pihak Ketiga o Pemeriksa dapat meminta keterangan dan/ atau bukti kepada pihak ketiga dengan menggunakan Surat Permintaan Keterangan atau Bukti.

TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/84

Pihak ketiga harus memberikan keterangan paling lama 7 (tujuh) hari sejak diterimanya Surat Permintaan Keterangan atau Bukti atau surat izin dari pihak yang berwenang. Apabila melewati jangka waktu 7 hari, maka Pemeriksa Pajak segera menyampaikan Surat Peringatan I, apabila Surat Peringatan I tidak dipenuhi, akan diterbitkan Surat Peringatan II, apabila tidak dipenuhi juga maka Pemeriksa Pajak membuat Berita Acara Tidak Dipenuhinya Permintaan Keterangan atau Bukti dari Pihak Ketiga.

6. Pelaporan Hasil Pemeriksaan: setiap prosedur pemeriksaan yang ditempuh, pengujian yang dilakukan, bukti dan keterangan yang dikumpulkan serta simpulan yang diambil sehubungan dengan fakta dan data yang ditemukan dalam Pemeriksaan Lapangan untuk tujuan lain, harus dituangkan dalam Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP). Laporan Hasil Pemeriksaan harus disusun berdasarkan Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP) yang telah ditelaah oleh supervisor. Laporan Hasil Pemeriksaan digunakan untuk melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang tertentu yang berkaitan dengan tujuan pemeriksaan.

TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/85

HAK DAN KEWAJIBAN WAJIB PAJAK DAN PEMERIKSA PAJAK DALAM PEMERIKSAAN
DASAR HUKUM PMK 199/PMK.03/2007

HAK WAJIB PAJAK DALAM PEMERIKSAAN: Dalam pelaksanaan Pemeriksaan Lapangan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan, Wajib Pajak berhak: 1. meminta Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Tanda Pengenal Pemeriksa Pajak dan Surat Perintah Pemeriksaan; 2. meminta Pemeriksa Pajak untuk memberikan pemberitahuan secara tertulis sehubungan dengan pelaksanaan Pemeriksaan Lapangan; 3. meminta Pemeriksa Pajak untuk memberikan penjelasan tentang alasan dan tujuan pemeriksaan; 4. meminta Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Surat Tugas apabila susunan Tim Pemeriksa Pajak mengalami perubahan; 5. menerima Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan; 6. menghadiri Pembahasan Akhir hasil Pemeriksaan (Closing Conference) dalam jangka waktu yang telah ditentukan; 7. mengajukan permohonan untuk dilakukan pembahasan oleh Tim Pembahas, dalam hal terdapat perbedaan pendapat antara WP dengan Pemeriksa Pajak dalam Pembahasan Akhir hasil Pemeriksaan (Closing Conference); dan 8. memberikan pendapat atau penilaian atas pelaksanaan Pemeriksaan oleh Pemeriksa Pajak melalui pengisian formulir kuesioner Pemeriksaan. Dalam pelaksanaan Pemeriksaan Lapangan untuk tujuan lain, Wajib Pajak berhak: 1. meminta Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Tanda Pengenal Pemeriksa Pajak dan Surat Perintah Pemeriksaan kepada Wajib Pajak pada waktu Pemeriksaan; 2. meminta Pemeriksa Pajak untuk memberikan pemberitahuan secara tertulis sehubungan dengan pelaksanaan Pemeriksaan Lapangan; 3. meminta Pemeriksa Pajak untuk memberikan penjelasan tentang alasan dan tujuan Pemeriksaan; 4. meminta Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Surat Tugas apabila terdapat perubahan susunan Tim Pemeriksa Pajak; dan/atau 5. memberikan pendapat atau penilaian atas pelaksanaan Pemeriksaan oleh Pemeriksa Pajak melalui pengisian formulir Kuesioner Pemeriksaan. Dalam pelaksanaan Pemeriksaan Kantor untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan, Wajib Pajak berhak:

TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/86

1. meminta Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Tanda Pengenal Pemeriksa Pajak dan Surat Perintah Pemeriksaan; 2. meminta Pemeriksa Pajak untuk memberikan penjelasan tentang alasan dan tujuan Pemeriksaan; 3. meminta Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Surat Tugas apabila susunan Pemeriksa Pajak mengalami pergantian; 4. menerima Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan; 5. menghadiri Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dalam jangka waktu yang telah ditentukan; 6. mengajukan permohonan untuk dilakukan pembahasan oleh Tim Pembahas, dalam hal terdapat perbedaan pendapat antara Wajib Pajak dengan Pemeriksa Pajak dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan; dan 7. memberikan pendapat atau penilaian atas pelaksanaan Pemeriksaan oleh Pemeriksa Pajak melalui pengisian formulir Kuesioner Pemeriksaan. Dalam pelaksanaan Pemeriksaan Kantor untuk tujuan lain, Wajib Pajak berhak: 1. meminta Pemeriksa Pajak untuk memperIihatkan Tanda Pengenal Pemeriksa Pajak dan Surat Perintah Pemeriksaan kepada Wajib Pajak pada waktu Pemeriksaan; 2. meminta Pemeriksa Pajak untuk memberikan penjelasan tentang alasan dan tujuan Pemeriksaan; 3. meminta Pemeriksa Paiak untuk memperlihatkan Surat Tugas apabila terdapat perubahan Susunan Tim Pemeriksa Pajak; dan/atau 4. memberikan pendapat atau penilaian atas pelaksanaan Pemeriksaan oleh Pemeriksa Pajak melalui pengisian formulir Kuesioner Pemeriksaan.

KEWAJIBAN WAJIB PAJAK DALAM PEMERIKSAAN: Dalam pelaksanaan Pemeriksaan Lapangan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan, Wajib Pajak wajib: 1. memeperlihatkan dan/ atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lain yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek yang terutang pajak; 2. memberikan kesempatan untuk mengakses dan/ atau mengunduh data elektronik; 3. memberikan kesempatan untuk memasuki dan memeriksa tempat atau ruang, barang bergerak dan/ atau tidak bergerak yang diduga atau patut diduga digunakan untuk menyimpan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dokumen lain, uang, dan/atau barang yang dapat memberi petunjuk tentang penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas WP, atau objek yang terutang pajak serta meminjamkannya kepada Pemeriksa Pajak; 4. memberi bantuan guna kelancaran Pemeriksaan, antara lain berupa : menyediakan tenaga dan/atau peralatan atas biaya WP apabila dalam mengakses data elektronik memerlukan peralatan dan/atau keahlian khusus;
TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/87

memberi kesempatan kepada Pemeriksa Pajak untuk membuka barang bergerak dan/atau tidak bergerak; dan/atau menyediakan ruangan khusus tempat dilakukannya Pemeriksaan Lapangan dalam hal jumlah buku, catatan, dan dokumen sangat banyak sehingga sulit untuk dibawa ke kantor Direktorat Jenderal Pajak. 5. menyampaikan tanggapan secara tertulis atas Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan; dan 6. memberikan keterangan lisan dan/atau tertulis yang diperlukan.

Dalam pelaksanaan Pemeriksaan Lapangan untuk tujuan lain, Wajib Pajak wajib: 1. memperlihatkan dan meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lain, yang berhubungan dengan tujuan Pemeriksaan; 2. memberi kesempatan untuk mengakses dan/atau mengunduh data yang dikelola secara elektronik; 3. memberi kesempatan untuk memasuki tempat atau ruang penyimpanan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dokumen lain, dan/atau barang, yang berkaitan dengan tujuan Pemeriksaan serta meminjamkannya kepada Pemeriksa Pajak; dan/atau 4. memberikan keterangan lisan dan/atau tertulis serta memberikan data dan/atau keterangan lain yang diperlukan. Dalam pelaksanaan Pemeriksaan Kantor untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan, Wajib Pajak wajib: 1. memenuhi panggilan untuk datang menghadiri Pemeriksaan sesuai dengan waktu yang ditentukan; 2. memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lain termasuk data yang dikelola secara elektronik, yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek yang terutang pajak; 3. memberi bantuan guna kelancaran Pemeriksaan; 4. menyampaikan tanggapan secara tertulis atas Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan; 5. meminjamkan kertas kerja pemeriksaan yang dibuat oleh Akuntan Publik; dan 6. memberikan keterangan lisan dan/atau tertulis yang diperlukan. Dalam pelaksanaan Pemeriksaan Kantor untuk tujuan lain, Wajib Pajak wajib: 1. memperlihatkan dan meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lain, yang berhubungan dengan tujuan Pemeriksaan; dan/atau 2. memberikan keterangan lisan dan/atau tertulis serta memberikan data dan/atau keterangan lain yang diperlukan.

TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/88

KEWAJIBAN PEMERIKSA PAJAK DALAM PEMERIKSAAN Dalam Pemeriksaan Lapangan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan, Pemeriksa Pajak wajib: 1. menyampaikan pemberitahuan secara tertulis tentang akan dilakukan Pemeriksaan kepada Wajib Pajak; 2. memperlihatkan Tanda Pengenal Pemeriksa Pajak dan Surat Perintah Pemeriksaan kepada Wajib Pajak pada waktu melakukan Pemeriksaan; 3. menjelaskan alasan dan tujuan Pemeriksaan kepada Wajib Pajak; 4. memperlihatkan Surat Tugas kepada Wajib Pajak apabila susunan tim Pemeriksa Pajak mengalami perubahan; 5. menyampaikan Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan kepada Wajib Pajak; 6. memberikan hak hadir kepada Wajib Pajak dalam rangka Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dalam batas waktu yang telah ditentukan; 7. melakukan pembinaan kepada Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan; 8. mengembalikan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lainnya yang dipinjam dari Wajib Pajak paling lama 7 (tujuh) hari sejak tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan; dan 9. merahasiakan kepada pihak lain yang tidak berhak segala sesuatu yang diketahui atau diberitahukan kepadanya oleh Wajib Pajak dalam rangka Pemeriksaan. Dalam Pemeriksaan Lapangan untuk tujuan lain, Pemeriksa Pajak wajib: 1. memperlihatkan Tanda Pengenal Pemeriksa Pajak dan Surat Perintah Pemeriksaan kepada Wajib Pajak pada waktu Pemeriksaan; 2. mernberitahukan secara tertulis tentang dilakukannya Pemeriksaan untuk tujuan lain kepada Wajib Pajak; 3. rnenjelaskan alasan dan tujuan Pemeriksaan kepada Wajib Pajak yang akan diperiksa; 4. menunjukkan Surat Tugas kepada Wajib Pajak apabila susunan Tim Pemeriksa Pajak mengalami perubahan; 5. membuat Kertas Kerja Pemeriksaan sebagai dasar penyusunan Laporan Hasil Pemeriksaan; 6. mengembalikan buku, catatan, dan dokumen pendukung lainnya yang dipinjam dari Wajib Pajak paling lama 7 (tujuh) hari sejak tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan; dan/atau 7. merahasiakan kepada pihak lain yang tidak berhak segala sesuatu yang diketahui atau diberitahukan kepadanya oleh Wajib Pajak dalam rangka Pemeriksaan. Dalam Pemeriksaan Kantor untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan, Pemeriksa Pajak wajib: 1. memperlihatkan Tanda Pengenal Pemeriksa Pajak dan Surat Perintah Pemeriksaan kepada Wajib Pajak pada waktu Pemeriksaan; 2. menjelaskan alasan dan tujuan Pemeriksaan kepada Wajib Pajak yang akan diperiksa;
TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/89

3. memperlihatkan Surat Tugas kepada Wajib Pajak apabila susunan tim Pemeriksa Pajak mengalami perubahan; 4. memberitahukan secara tertulis hasil Pemeriksaan kepada Wajib Pajak; 5. melakukan Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan apabila Wajib Pajak hadir dalam batas waktu yang telah ditentukan; 6. memberi petunjuk kepada Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya agar pemenuhan kewajiban perpajakan dalam tahun-tahun selanjutnya dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan; 7. mengembalikan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan dan dokumen lainnya yang dipinjam dari Wajib Pajak paling lama 7 (tujuh) hari sejak tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan; dan 8. merahasiakan kepada pihak lain yang tidak berhak segala sesuatu yang diketahui atau diberitahukan kepadanya oleh Wajib Pajak dalam rangka Pemeriksaan. Dalam Pemeriksaan Kantor untuk tujuan lain, Pemeriksa Pajak wajib: 1. menyampaikan surat panggilan tentang dilakukannya Pemeriksaan untuk tujuan lain kepada Wajib Pajak; 2. memperlihatkan Tanda Pengenal Pemeriksa Pajak dan Surat Perintah Pemeriksaan kepada Wajib Pajak pada waktu Pemeriksaan; 3. menjelaskan alasan dan tujuan Pemeriksaan kepada Wajib Pajak yang akan diperiksa; 4. memperlihatkan Surat Tugas kepada Wajib Pajak apabila terdapat perubahan susunan Tim Pemeriksa Pajak; 5. membuat Kertas Kerja Pemeriksaan sebagai dasar penyusunan Laporan Hasil Pemeriksaan; 6. mengembalikan buku, catatan, dan dokumen pendukung lainnya yang dipinjam dari Wajib Pajak paling lama 7 (tujuh) hari sejak tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan; dan/atau 7. merahasiakan kepada pihak lain yang tidak berhak segala sesuatu yang diketahui atau diberitahukan kcpadanya oleh Wajib Pajak dalam rangka Pemeriksaan

KEWENANGAN PEMERIKSA PAJAK DALAM PEMERIKSAAN Dalam Pemeriksaan Lapangan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan, Pemeriksa Pajak berwenang: 1. melihat dan/atau meminjam buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lain yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek yang terutang pajak; 2. mengakses dan/atau mengunduh data yang dikelola secara elektronik; 3. memasuki dan memeriksa tempat atau ruang, barang bergerak dan/atau tidak bergerak yang diduga atau patut diduga digunakan untuk menyimpan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau
TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/90

4.

5. 6. 7.

pencatatan, dokumen lain, uang dan/atau barang yang dapat memberi petunjuk tentang penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek yang terutang pajak; meminta kepada Wajib Pajak untuk memberi bantuan guna kelancaran Pemeriksaan, antara lain berupa : menyediakan tenaga dan/atau peralatan atas biaya Wajib Pajak apabila dalam mengakses data yang dikelola secara elektronik memerlukan peralatan dan/atau keahlian khusus; memberi kesempatan kepada Pemeriksa Pajak untuk membuka barang bergerak dan/atau tidak bergerak; dan/atau menyediakan ruangan khusus tempat dilakukannya Pemeriksaan Lapangan dalam hal jumlah buku, catatan, dan dokumen sangat banyak sehingga sulit untuk dibawa ke kantor Direktorat Jenderal Pajak; melakukan penyegelan tempat atau ruang tertentu serta barang bergerak dan/atau tidak bergerak; meminta keterangan lisan dan/atau tertulis dari Wajib Pajak; dan meminta keterangan dan/atau bukti yang diperlukan dari pihak ketiga yang mempunyai hubungan dengan Wajib Pajak yang diperiksa melalui kepala unit pelaksana Pemeriksaan.

Dalam Pemeriksaan Lapangan untuk tujuan lain, Pemeriksa Pajak berwenang: 1. meminjam dan memeriksa buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan dan dokumen lain, yang berhubungan dengan tujuan Pemeriksaan; 2. mengakses dan/atau mengunduh data yang dikelola secara elektronik; 3. memasuki dan memeriksa tempat atau ruang, barang bergerak dan/atau tidak bergerak yang diduga atau patut diduga digunakan untuk menyimpan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dokumen lain, dan/atau barang, yang berkaitan dengan tujuan Pemeriksaan; 4. meminta keterangan lisan dan/atau tertulis dari Wajib Pajak; dan/atau 5. meminta keterangan dan/atau data yang diperIukan dari pihak ketiga yang mempunyai hubungan dengan Wajib Pajak yang diperiksa melalui kepala unit pelaksana Pemeriksaan. Dalam Pemeriksaan Kantor untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan, Pemeriksa Pajak berwenang: 1. memanggil Wajib Pajak untuk datang ke kantor Direktorat Jenderal Pajak dengan menggunakan surat panggilan; 2. melihat dan/atau meminjam buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lain termasuk data yang dikelola secara elektronik, yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas WP, atau objek yang terutang pajak; 3. meminta kepada Wajib Pajak untuk memberi bantuan guna kelancaran Pemeriksaan; 4. meminta keterangan lisan dan/atau tertulis dari Wajib Pajak;

TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/91

5. meminjam kertas kerja pemeriksaan yang dibuat oleh Akuntan Publik melalui Wajib Pajak; dan 6. meminta keterangan dan/atau bukti yang diperlukan dari pihak ketiga yang mempunyai hubungan dengan Wajib Pajak yang diperiksa melalui kepala unit pelaksana Pemeriksaan. Dalam Pemeriksaan Kantor untuk tujuan lain, Pemeriksa Pajak berwenang: 1. meminiam dan memeriksa buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lain termasuk data yang dikelola secara elektronik, yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek yang terutang pajak; 2. meminta keterangan lisan dan/ atau tertulis dari Wajib Pajak; dan/atau 3. meminta keterangan dan/atau data yang diperlukan dari pihak ketiga yang mempunyai hubungan dengan Wajib Pajak yang diperiksa melalui kepala unit pelaksana Pemeriksaan.

TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/92

PEMERIKSAAN KANTOR
DASAR HUKUM UU KUP PMK 199/PMK.03/2007 tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak PER 20/PJ/2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kantor SE 10/PJ.04/2008 tentang Kebijakan Pemeriksaan untuk Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan SE 116/PJ/2009 tentang Kebijakan Pemeriksaan untuk Tujuan Lain

JENIS PEMERIKSAAN KANTOR berdasarkan tujuannya, Pemeriksaan Kantor dibagi menjadi 2 (dua): 1. Pemeriksaan Kantor untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan; dan 2. Pemeriksaan Kantor untuk tujuan lain. JANGKA WAKTU PEMERIKSAAN KANTOR UNTUK MENGUJI KEPATUHAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN 1. Paling lama 3 (tiga) bulan dan dapat diperpanjang menjadi paling lama 6 (enam) bulan yang dihitung sejak tanggal WP harus memenuhi surat panggilan dalam rangka Pemeriksaan Kantor sampai dengan tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP). 2. Jika ingin memperpanjang jangka waktu menjadi paling lama 6 (enam) bulan tsb harus menyampaikan Surat Pemberitahuan Perpanjangan Jangka Waktu Pemeriksaan kepada Kepala Kanwil atau Direktur Pemeriksaan dan Penagihan. 3. Untuk proses penyelesaian permohonan restitusi, maka jangka waktu pemeriksaan, harus memperhatikan jangka waktu penyelesaian permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak dalam Pasal 17B UU KUP. (dimana didalam Pasal 17B UU KUP, SKP harus diterbitkan paling lama 12 (dua belas) bulan sejak surat permohonan diterima secara lengkap) 4. Jika dalam pemeriksaan kantor ditemukan adanya indikasi terkait transfer pricing dan/atau transaksi khusus lain yang berindikasi adanya rekayasa transaksi keuangan, maka Pemeriksaan Kantor diubah menjadi Pemeriksaan Lapangan. JANGKA WAKTU PEMERIKSAAN KANTOR UNTUK TUJUAN LAIN 1. paling lama 7 (tujuh) hari kerja dan dapat diperpanjang menjadi paling lama 14 (empat belas) hari kerja yang dihitung sejak tanggal WP harus datang memenuhi surat panggilan dalam rangka Pemeriksaan Kantor sampai dengan tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP). 2. Jika ingin memperpanjang jangka waktu menjadi paling lama 14 (empat belas) hari kerja tsb, harus menyampaikan Surat Pemberitahuan Perpanjangan Jangka Waktu Pemeriksaan kepada Kepala Kanwil atau Direktur Pemeriksaan dan Penagihan.
TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/93

3. Untuk penyelesaian permohonan penghapusan NPWP, maka jangka waktu pemeriksaan harus memperhatikan jangka waktu penyelesaian yang diatur dalam Pasal 2 ayat (7) UU KUP (penghapusan NPWP untuk WP OP paling lama 6 (enam) bulan sejak permohonan diterima lengkap, dan untuk penghapusan NPWP WP badan paling lama 12 (dua belas) bulan sejak permohonan diterima langkap) 4. Untuk penyelesaian permohonan pencabutan pengukuhan PKP (Pengusaha Kena Pajak), maka jangka waktu pemeriksaan harus memperhatikan jangka waktu penyelesaian pencabutan pengukuhan PKP yang diatur dalam Pasal 2 ayat (9) UU KUP (Dirjen Pajak harus memberikan keputusan mengenai pencabutan pengukuhan PKP paling lama dalam jangka waktu 6 (enam) bulan) sejak permohonan diterima langkap). PEMERIKSAAN KANTOR UNTUK MENGUJI KEPATUHAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN Pihak yang melakukan Pemeriksaan adalah Pemeriksa Pajak di Unit Pelaksana Pemeriksaan, yaitu: 1. Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan; 2. Kantor Wilayah; 3. Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak (sejak modernisasi DJP, kantor ini sudah tidak ada lagi); 4. KPP (Kantor Pelayanan Pajak) Susunan Tim Pemeriksa Pajak terdiri dari: seorang supervisor; seorang ketua tim; seorang atau beberapa anggota tim. Tim Pemeriksa Pajak dapat dibantu oleh seorang atau lebih pegawai DJP atau tenaga ahli yang bukan pemeriksa pajak tetapi memiliki kemampuan tertentu, misalnya di bidang teknologi informasi . Persiapan Pemeriksaan: 1. Diterbitkan Surat Perintah Pemeriksaan (SP2); SP2 dapat diterbitkan terhadap satu Wajib Pajak, untuk : satu atau beberapa Masa Pajak dalam suatu Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak yang sama; atau satu Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak. 2. Apabila susunan tim Pemeriksa Pajak perlu diubah, maka Kepala Unit Pelaksana Pemeriksaan tidak perlu memperbaharui SP2 tetapi harus menerbitkan Surat Tugas. Tetapi jika perubahan susunan tim Pemeriksa Pajak disebabkan pengalihan
TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/94

pemeriksaan ke Unit Pelaksana Pemeriksaan lain, maka Kepala Unit Pelaksana Pemeriksaan baru harus menerbitkan SP2 sebelum melanjutkan pemeriksaan. Pelaksanaan Pemeriksaan Melalui Kepala Unit Pelaksana Pemeriksaan, Pemeriksa Pajak memanggil WP dengan menggunakan Surat Panggilan Dalam Rangka Pemeriksaan yang dilampiri dengan Daftar Buku, Catatan dan Dokumen Yang Wajib Dipinjamkan Dalam Rangka Pemeriksaan. Surat Panggilan Dalam Rangka Pemeriksaan harus dikirimkan kepada WP yang diperiksa paling lama 3 (tiga) hari sejak tanggal Surat Perintah Pemeriksaan (SP2). WP wajib memenuhi panggilan sesuai batas waktu dan tempat yang ditentukan dalam Surat Panggilan Dalam Rangka Pemeriksaan dengan membawa buku, catatan dan dokumen termasuk data elektronik serta keterangan lain yang wajib dipinjamkan kepada pemeriksa pajak. Saat WP datang memenuhi panggilan, maka pemeriksa pajak harus memperlihatkan Tanda Pengenal Pemeriksa Pajak dan Surat Perintah Pemeriksaan atau Surat Tugas kepada WP yang diperiksa. Pemeriksa Pajak membuat Bukti Peminjaman dan Pengembalian Buku, Catatan, dan Dokumen untuk buku, catatan dan dokumen termasuk data elektronik serta keterangan lain yang dibawa WP saat memenuhi panggilan. Ada beberapa kondisi dalam pelaksanaan pemeriksaan yaitu: 1. WP memenuhi panggilan, namun menolak untuk dilakukan pemeriksaan, maka WP wajib menandatangani Surat Pernyataan Penolakan Pemeriksaan. Jika WP juga menolak untuk tandatangan Surat Pernyataan Penolakan Pemeriksaan, maka Pemeriksa Pajak membuat Berita Acara Penolakan Pemeriksaan yang ditandatangani Pemeriksa. Dan dapat dijadikan dasar untuk penetapan pajak secara jabatan atau diusulkan Pemeriksaan Bukti Permulaan. 2. WP tidak datang memenuhi panggilan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan sejak Surat Panggilan Dalam Rangka Pemeriksaan diterima, maka WP dianggap menolak untuk diperiksa dan Pemeriksa membuat Berita Acara Tidak Dipenuhinya Panggilan Pemeriksaan Oleh Wajib Pajak. Dan dapat dijadikan dasar untuk penetapan pajak secara jabatan atau diusulkan Pemeriksaan Bukti Permulaan. Peminjaman Dokumen: Jika masih ada buku, catatan dan dokumen termasuk data elektronik yang belum terdapat dalam lampiran surat panggilan, maka Pemeriksa Pajak dapat membuat Surat Permintaan Peminjaman Buku, Catatan dan Dokumen yang dilampiri dengan Daftar Buku, Catatan, dan Dokumen yang Wajib Dipinjamkan Dalam Rangka Pemeriksaan. Setiap penyerahan buku, catatan, dan dokumen yang dipenuhi harus dibuatkan Bukti Peminjaman dan Pengembalian Buku, Catatan, dan Dokumen.

TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/95

Jika data yang dipinjam berupa fotokopi dan/ atau berupa data elektronik, maka WP yang diperiksa harus membuat Surat Pernyataan bahwa fotokopi dan/atau data elektronik tersebut adalah sesuai dengan aslinya. Jika WP tidak atau tidak sepenuhnya meminjamkan buku, catatan dan dokumen yang diminta atau tidak memberikan keterangan yang diminta: 1. setelah 2 (dua) minggu sejak tanggal penyampaian Surat Permintaan Peminjaman, maka Pemeriksa Pajak dapat menyampaikan Surat Peringatan I dan dilampiri dengan Daftar Buku, Catatan, dan Dokumen yang Belum Dipinjamkan Dalam Rangka Pemeriksaan. 2. setelah 3 (tiga) minggu sejak tanggal penyampaian Surat Permintaan Peminjaman, maka Pemeriksa Pajak dapat menyampaikan Surat Peringatan II dan dilampiri dengan Daftar Buku, Catatan, dan Dokumen yang Belum Dipinjamkan Dalam Rangka Pemeriksaan. 3. setelah 1 (satu) bulan sejak tanggal penyampaian Surat Permintaan Peminjaman, maka Pemeriksa Pajak harus membuat Berita Acara Tidak Dipenuhinya Pemintaan Peminjaman Buku, Catatan, dan Dokumen disertai daftar buku, catatan dan dokumen yang wajib dipinjamkan namun belum diserahkan. 4. Jika sudah lewat dari 1 (satu) bulan sejak Surat Panggilan Dalam Rangka Pemeriksaan atau Surat Permintaan Peminjaman diterima, WP tidak meminjamkan semua buku, catatan dan dokumen atau tidak memberikan keterangan sepenuhnya, maka Pemeriksa harus melakukan: o Pemeriksa Pajak harus menentukan dapat atau tidaknya melakukan pengujian dalam rangka menghitung besarnya penghasilan kena pajak; o Jika tidak dapat melakukan pengujian dalam rangka menghitung besarnya penghasilan kena pajak, Pemeriksa Pajak harus memberikan alasan dan pertimbangannya di dalam Kertas Kerja Pemeriksaan, dan jika WP yang diperiksa adalah: 1. WP Badan, maka Pemeriksa Pajak mengusulkan Pemeriksaan Bukti Permulaan. 2. WP OP, maka penghasilan kena pajak dihitung secara jabatan sesuai ketentuan perundang-undangan perpajakan; Jika seluruh buku, catatan, dan/atau dokumen sudah diserahkan oleh WP, maka Pemeriksa Pajak harus membuat Berita Acara Pemenuhan Seluruh Peminjaman Buku, Catatan dan Dokumen. Paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP), Buku, Catatan, dan Dokumen yang dipinjam harus dikembalikan kepada WP. (Pasal 22 PER20/PJ/2008).

TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/96

Pemberian Keterangan Pemeriksa melalui Kepala Unit Pelaksana Pemeriksaan dapat memanggil WP dengan menggunakan Surat Panggilan Untuk Memberikan Keterangan, dan apabila perlu keterangan yang diberikan tersebut dapat dituangkan dalam Berita Acara Pemberian Keterangan Wajib Pajak. Pemeriksa melalui Kepala Unit Pelaksana Pemeriksaan dapat meminta keterangan dan/atau bukti yang berkaitan dengan pemeriksaan kepada pihak ketiga (sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 UU KUP) secara tertulis dengan menggunakan Surat Permintaan Keterangan atau Bukti. Dan pihak ketiga harus memberikan jawaban paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak diterimanya Surat Permintaan Keterangan atau Bukti atau surat izin dari pihak yang berwenang. o Apabila tidak dipenuhi dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari tersebut maka akan disampaikan Surat Peringatan I, o jika Surat Peringatan I tidak dipenuhi juga, Pemeriksa segera menyampaikan Surat Peringatan II, o dan jika Surat Peringatan II tidak dipenuhi maka Pemeriksa membuat Berita Acara Tidak Dipenuhinya Permintaan Keterangan atau Bukti dari Pihak Ketiga. Pemberitahuan & Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan (Pemeriksaan Kantor untuk Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan) 1. Hasil pemeriksaan harus diberitahukan secara tertulis kepada WP dengan menggunakan Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan dilampiri Daftar Temuan Pemeriksaan. 2. Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan (SPHP) disampaikan secara langsung oleh Pemeriksa atau melalui kurir, atau jika dianggap tidak efisien maka dapat dikirim melalui faksimile, melalui pos dengan bukti pengiriman surat atau melalui jasa pengiriman lainnya dengan bukti pengiriman. 3. WP dapat memberikan tanggapan berbentuk: o Lembar Pernyataan Persetujuan Hasil Pemeriksaan jika WP menyetujui seluruh hasil pemeriksaan; atau o Surat Sanggahan jika WP tidak menyetujui sebagian atau seluruh hasil pemeriksaan. 4. Paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak WP menerima SPHP, WP berhak hadir untuk melakukan pembahasan akhir hasil pemeriksaan (closing conference). 5. Pembahasan akhir hasil pemeriksaan untuk jenis pemeriksaan kantor harus diselesaikan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) minggu. 6. Setelah menandatangani Berita Acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan, WP dapat menyampaikan formulir Kuesioner yang telah diisi oleh WP kepada Direktur Pemeriksaan dan Penagihan. Formulir Kuesioner bisa didapat melalui Tim Pemeriksa Pajak, atau di KPP, atau melalui www.pajak.go.id. Beberapa Kondisi dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan: 1. WP setuju seluruh hasil pemeriksaan dan hadir, maka Pemeriksa membuat: o Risalah Pembahasan yang ditandatangani oleh Tim Pemeriksa Pajak dan WP;

TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/97

berdasarkan Risalah Pembahasan, pemeriksa membuat Berita Acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dengan dilampiri Ihtisar Hasil Pembahsan Akhir. 2. WP setuju seluruh hasil pemeriksaan tetapi tidak hadir, maka Pemeriksa membuat: o Berita Acara Ketidakhadiran WP Dalam Rangka Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan, o Risalah Pembahasan, dan o Ihtisar Hasil Pembahasan Akhir. 3. WP tidak menyetujui sebagian atau seluruh hasil pemeriksaan dan hadir, maka: o Pemeriksa harus melakuakan Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dengan WP (WP dapat didampingi oleh Konsultan Pajak dan/ atau Akuntan Publik yang melakukan audit atas Laporan Keuangan WP). o kemudian hasil pembahasan akhir digunakan untuk membuat Risalah Pembahasan. o Jika masih ada perbedaan pendapat tetapi WP tidak mengajukan permohonan pembahasan oleh tim pembahas, maka Risalah Pembahasan digunakan untuk membuat Berita Acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dan dilampiri dengan Ihtisar Hasil Pembahasan Akhir. o Jika masih ada perbedaan pendapat dan WP mengajukan permohonan pembahasan oleh tim pembahas, maka : WP dapat menyampaikan Surat Permohonan kepada Kepala Unit Pelaksana Pemeriksaan paling lambat pada hari kerja berikutnya sejak tanggal penandatanganan Risalah Pembahasan, agar perbedaan tsb dibahas oleh Tim Pembahas Tingkat Unit Pelaksana Pemeriksaan; Pembahasan oleh Tim Pembahas Tingkat Unit Pelaksana Pemeriksaan harus selesai paling lama 2 (dua) hari kerja sejak diterimanya permohonan WP dan hasilnya harus dituangkan dalam Risalah Tim Pembahas Tingkat Unit Pelaksana Pemeriksaan. Jika masih ada perbedaan pendapat dengan Tim Pembahas Tingkat Unit Pelaksana Pemeriksaan maka WP dapat menyampaikan Surat Permohonan kepada Kepala Kantor Wilayah paling lama pada hari kerja berikutnya sejak tanggal diterimanya Risalah Tim Pembahas Tingkat Unit Pelaksana Pemeriksaan oleh WP. Pembahasan oleh Tim Pembahas Tingkat Kantor Wilayah harus selesai paling lama 2 (dua) hari kerja sejak diterimanya permohonan WP dan hasilnya harus dituangkan dalam Risalah Tim Pembahas Tingkat Kantor Wilayah. Risalah Pembahasan dan Risalah Tim Pembahas baik tingkat Unit Pelaksana Pemeriksaan maupun tingkat Kantor Wilayah merupakan bagian dari Kertas Kerja Pemeriksaan yang ditandatangani oleh Tim Pemeriksa Pajak dan WP dan dilampiri Ihtisar Hasil Pembahasan Akhir. Untuk menandatangani Berita Acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan, Pemeriksa mengirimkan Surat Panggilan kepada WP secara langsung atau lewat kurir atau lewat faksimile, atau pos, atau melalui jasa pengiriman. Dan WP harus datang dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak tanggal diterimanya Surat Panggilan. 4. WP tidak menyetujui sebagian atau seluruh hasil pemeriksaan tetapi tidak hadir, maka:
o TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/98

Pemeriksan membuat Berita Acara Ketidakhadiran Wajib Pajak Dalam Rangka Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan serta Risalah Pembahasan (Risalah Pembahasan dibuat dengan memperhatikan surat sanggahan WP dan digunakan untuk membuat dan menandatangani Ihtisar Hasil Pembahasan Akhir) 5. WP tidak menyampaikan tanggapan tertulis dan tidak hadir dalam jangka waktu yang ditentukan, maka: o WP dianggap menyetujui seluruh hasil pemeriksaan berdasarkan SPHP (Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan); dan o Pemeriksa membuat dan menandatangani Berita Acara Ketidakhadiran Wajib Pajak Dalam Rangka Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan.
o

Setelah Pemeriksaan Kantor: 1. Setiap prosedur pemeriksaan, pengujian yang dilakukan, bukti dan keterangan yang dikumpulkan dan simpulan yang diambil sehubungan dengan fakta dan data yang ditemukan dalam pemeriksaan harus dituangkan dalam Kertas Kerja Pemeriksaan. 2. Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) harus disusun berdasarkan Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP) yang telah ditelaah oleh Supervisor. 3. Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) digunakan oleh tim Pemeriksa Pajak sebagai dasar untuk membuat Nota Penghitungan. 4. Paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP), Buku, Catatan, dan Dokumen yang dipinjam harus dikembalikan kepada WP. (Pasal 22 PER-20/PJ/2008). Pembatalan Hasil Pemeriksaan: Jika hasil pemeriksaan dibatalkan sesuai dengan ketentuan Pasal 36 ayat (1) huruf d UU KUP, proses pemeriksaan harus dilanjutkan dengan menyampaikan Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan dan/ atau Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan sesuai dengan prosedur dalam PER-20/PJ/2008. Isi Pasal 36 ayat (1) huruf d UU KUP: membatalkan hasil pemeriksaan pajak atau surat ketetapan pajak dari hasil pemeriksaan yang dilaksanakan tanpa: 1. penyampaian surat pemberitahuan hasil pemeriksaan; atau 2. pembahasan akhir hasil pemeriksaan dengan Wajib Pajak. Pengungkapan Wajib Pajak Selama Pemeriksaan: 1. Wajib Pajak dapat mengungkapkan mengenai ketidakbenaran pengisian SPT yang telah disampaikan dalam laporan tersendiri sesuai keadaan yang sebenarnya (Pasal 8 ayat (4) UU KUP), sepanjang Pemeriksa Pajak belum menyampaikan Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan. 2. laporan tersendiri harus ditandatangani WP dan dilampiri dengan: o penghitungan pajak yang kurang dibayar sesuai keadaan yang sebenarnya dalam format SPT;
TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/99

SSP sebagai bukti pelunasan pajak yang kurang dibayar (jika sesuai dengan keadaan sebenarnya maka dapat diperhitungkan sebagai kredit pajak dalam SPHP, tetapi jika tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya maka dapat diperhitungkan sebagai pembayaran atas SKP berdasarkan permohonan WP); dan o SSP sebagai bukti pembayaran sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 50% ((jika sesuai dengan keadaan sebenarnya maka dapat diperhitungkan sebagai kredit pajak dalam SPHP, tetapi jika tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya maka dapat diperhitungkan sebagai pembayaran atas SKP berdasarkan permohonan WP). 3. Pemeriksaan harus tetap dilanjutkan untuk membuktikan kebenaran pengungkapan oleh WP. 4. Jika berdasarkan hasil pemeriksaan, pengungkapan ketidakbenaran tersebut adalah sesuai dengan keadaanyang sebenarnya, maka pelunasan pajak yang kurang dibayar diperhitungkan sebagai kredit pajak dalam Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan. Dan terhadap SPHP dilakukan pembahasan akhir hasil pemeriksaan. 5. Jika berdasarkan hasil pemeriksaan, pengungkapan ketidakbenaran tersebut ternyata tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, maka pelunasan pajak yang kurang dibayar tidak diperhitungkan sebagai kredit pajak dalam SPHP.
o

Usulan Pemeriksaan Bukti Permulaan Pemeriksaan Bukti Permulaan dapat diusulkan bila: 1. pada saat pemeriksaan ditemukan ada indikasi tindak pidana di bidang perpajakan; 2. Pemeriksa Pajak tidak dapat melakukan pengujian dalam rangka menghitung besarnya penghasilan kena pajak (Pasal 8 ayat (5) PER-20/PJ/2008); 3. WP menolak untuk dilakukan pemeriksaan dan/ atau pegawai Wajib Pajak menolak membantu kelancaran Pemeriksaan (Pasal 9 PER 20/PJ/2008). Usulan Pemeriksaan Bukti Permulaan untuk permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak Pasal 17B UU KUP, harus memperhatikan jangka waktu penyelesaian permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak. Jika Usulan Pemeriksaan Bukti Permulaan disetujui, maka: untuk permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak Pasal 17B UU KUP, penyelesaian pemeriksaan ditangguhkan. Pemeriksaan akan dilanjutkan bila: o Pemeriksaan Bukti Permulaan diselesaikan dan tidak dilanjutkan dengan penyidikan; o dilanjutkan dengan penyidikan tetapi tidak dilakukan penuntutan sebagaimana dimaksud Pasal 44A UU KUP; atau o diterima putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap yang menyatakan Wajib Pajak bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum. Apabila pemeriksaan dilanjutkan, maka jangka waktu pemeriksaan diperpanjang paling lama 3 (tiga) bulan. (Pasal 26 ayat (2) PER-20/PJ/2008)

TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/100

untuk pemeriksaan selain permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak, maka pelaksanaan pemeriksaan dihentikan dengan membuat Laporan Hasil Pemeriksaan Sumir. PEMERIKSAAN KANTOR UNTUK TUJUAN LAIN Pihak yang melakukan Pemeriksaan adalah: 1. pemeriksa pajak di Unit Pelaksana Pemeriksaan, yaitu Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan, Kantor Wilayah, Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak, atau Kantor Pelayanan Pajak. 2. dalam hal tertentu dapat juga dilakukan oleh pemeriksa pajak yang bukan pejabat fungsional pemeriksa pajak Pemeriksa pajak tersebut tergabung dalam tim pemeriksa pajak yang ditetapkan berdasarkan Surat Perintah Pemeriksaan.Surat Perintah Pemeriksaan (SP2) dapat diterbitkan untuk satu atau beberapa masa pajak dalam suatu Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak yang sama atau untuk satu Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak terhadap satu WP. Susunan tim pemeriksa pajak terdiri dari: 1. seorang supervisor, 2. seorang ketua tim, dan 3. seorang atau beberapa anggota tim. Apabila susunan tim pemeriksa pajak diubah, Kepala Unit Pelaksana Pemeriksaan tidak perlu memperbaharui Surat Perintah Pemeriksaan, tetapi cukup menerbitkan Surat Tugas. Tetapi jika perubahan disebabkan pelaksanaan pemeriksaan dialihkan ke Unit Pelaksana Pemeriksaan yang lain, maka Unit Pelaksana Pemeriksaan (UP2) yang baru harus menerbitkan Surat Perintah Pemeriksaan baru sebelum melanjutkan pemeriksaan. Pelaksanaan Pemeriksaan Melalui Kepala Unit Pelaksana Pemeriksaan, pemeriksa memanggil WP dengan menggunakan Surat Panggilan Dalam Rangka Pemeriksaan yang dilampiri dengan Daftar Buku, Catatan dan Dokumen Yang Wajib Dipinjamkan Dalam Rangka Pemeriksaan. Surat Panggilan Dalam Rangka Pemeriksaan harus dikirimkan kepada WP paling lama 3 (tiga) hari sejak tanggal Surat Perintah Pemeriksaan (SP2). WP harus datang memenuhi panggilan sesuai dengan batas waktu dan tempat yang ditentukan. Saat WP datang memenuhi panggilan, Pemeriksa harus memperlihatkan Tanda Pengenal Pemeriksa Pajak dan Surat Perintah Pemeriksaan atau Surat Tugas kepada WP. Jika ada buku, catatan dan dokumen termasuk data elektronik dan keterangan lain yang dibawa WP saat memenuhi panggilan, maka Pemeriksa membuat Bukti Peminjaman dan Pengembalian Buku, Catatan, dan Dokumen. Dan jika masih ada buku, catatan, dokumen termasuk data elektronik dan keterangan lain yang
TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/101

diperlukan tetapi belum ada di dalam lampiran surat panggilan, maka Pemeriksa dapat membuat Surat Permintaan Peminjaman Buku, Catatan dan Dokumen yang dilampiri Daftar Buku, Catatan, Dokumen yang Wajib Dipinjamkan Dalam Rangka Pemeriksaan. Ada beberapa kondisi dalam pelaksanaan pemeriksaan yaitu: 1. WP tidak datang memenuhi panggilan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan sejak surat panggilan, maka WP dianggap menolak untuk diperiksa dan Pemeriksa membuat Berita Acara Tidak Dipenuhinya Panggilan Pemeriksaan Oleh Wajib Pajak. 2. WP memenuhi panggilan Pemeriksa tetapi dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan sejak surat panggilan atau surat permintaan peminjaman WP tidak meminjamkan seluruh buku, catatan, dokumen atau tidak memberi keterangan yang diminta, maka Pemeriksa harus dapat menentukan dapat atau tidaknya melakukan pengujian berdasarkan bukti kompeten yang cukup sesuai dengan tujuan pemeriksaan. Jika pemeriksa merasa tidak dapat melakukan pengujian karena tidak adanya bukti kompeten yang cukup, maka WP dianggap menolak untuk diperiksa dan WP harus menandatangani Surat Pernyataan Penolakan Pemeriksaan. Jika WP menolak untuk menandandatangani Surat Pernyataan Penolakan Pemeriksaan maka Pemeriksa Pajak membuat Berita Acara Penolakan Pemeriksaan yang ditandatangani Pemeriksa. Berdasarkan Surat Pernyataan Penolakan atau Berita Acara Penolakan Pemeriksaan: Permohonan WP tidak dapat diproses atau dipertimbangkan, jika Pemeriksaan Kantor untuk Tujuan Lain dilakukan dalam rangka: o penentuan WP berlokasi di daerah terpencil; o penentuan satu atau lebih tempat terutang PPN; dan/ atau o penentuan saat produksi dimulai atau memperpanjang jangka waktu kompensasi kerugian sehubungan dengan pemberian fasilitas perpajakan. WP diberi NPWP secara jabatan dan/ atau dikukuhkan sebagai PKP secara jabatan, jika Pemeriksaan Kantor untuk Tujuan Lain dilakukan dalam rangka: o pemberian NPWP secara jabatan; dan/ atau o Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak secara jabatan. Permohonan WP tidak dikabulkan, jika Pemeriksaan Kantor untuk Tujuan Lain dilakukan dalam rangka: o penghapusan NPWP; dan/ atau o pengukuhan atau pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP). Peminjaman Dokumen: Jika masih ada buku, catatan dan dokumen termasuk data elektronik yang belum terdapat dalam lampiran surat panggilan, maka Pemeriksa Pajak dapat membuat Surat Permintaan Peminjaman Buku, Catatan dan Dokumen yang dilampiri dengan Daftar Buku, Catatan, dan Dokumen yang Wajib Dipinjamkan Dalam Rangka Pemeriksaan. (Pasal 6 ayat (1) PER-20/PJ/2008)

TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/102

Setiap penyerahan buku, catatan, dan dokumen yang dipenuhi harus dibuatkan Bukti Peminjaman dan Pengembalian Buku, Catatan, dan Dokumen. (Pasal 6 ayat (2) PER-20/PJ/2008) Jika data yang dipinjam berupa fotokopi dan/ atau berupa data elektronik, maka WP yang diperiksa harus membuat Surat Pernyataan bahwa fotokopi dan/atau data elektronik tersebut adalah sesuai dengan aslinya. (Pasal 6 ayat (3) PER-20/PJ/2008) Jika WP tidak atau tidak sepenuhnya meminjamkan buku, catatan dan dokumen yang diminta atau tidak memberikan keterangan yang diminta: (Pasal 7 PER-20/PJ/2008) 1. setelah 2 (dua) minggu sejak tanggal penyampaian Surat Permintaan Peminjaman, maka Pemeriksa Pajak dapat menyampaikan Surat Peringatan I dan dilampiri dengan Daftar Buku, Catatan, dan Dokumen yang Belum Dipinjamkan Dalam Rangka Pemeriksaan. 2. setelah 3 (tiga) minggu sejak tanggal penyampaian Surat Permintaan Peminjaman, maka Pemeriksa Pajak dapat menyampaikan Surat Peringatan II dan dilampiri dengan Daftar Buku, Catatan, dan Dokumen yang Belum Dipinjamkan Dalam Rangka Pemeriksaan. 3. setelah 1 (satu) bulan sejak tanggal penyampaian Surat Permintaan Peminjaman, maka Pemeriksa Pajak harus membuat Berita Acara Tidak Dipenuhinya Pemintaan Peminjaman Buku, Catatan, dan Dokumen disertai daftar buku, catatan dan dokumen yang wajib dipinjamkan namun belum diserahkan. Jika seluruh buku, catatan, dan/atau dokumen sudah diserahkan oleh WP, maka Pemeriksa Pajak harus membuat Berita Acara Pemenuhan Seluruh Peminjaman Buku, Catatan dan Dokumen. Paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP), Buku, Catatan, dan Dokumen yang dipinjam harus dikembalikan kepada WP. (Pasal 22 PER20/PJ/2008). Pemberian Keterangan (Pemeriksaan Kantor untuk Tujuan Lain) Pemeriksa melalui Kepala Unit Pelaksana Pemeriksaan dapat memanggil WP dengan menggunakan Surat Panggilan Untuk Memberikan Keterangan, dan apabila perlu keterangan yang diberikan tersebut dapat dituangkan dalam Berita Acara Pemberian Keterangan Wajib Pajak. Pemeriksa melalui Kepala Unit Pelaksana Pemeriksaan dapat meminta keterangan dan/atau bukti yang berkaitan dengan pemeriksaan kepada pihak ketiga (sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 UU KUP) secara tertulis dengan menggunakan Surat Permintaan Keterangan atau Bukti. Dan pihak ketiga harus memberikan jawaban paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak diterimanya Surat Permintaan Keterangan atau Bukti atau surat izin dari pihak yang berwenang.

TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/103

o o o

Apabila tidak dipenuhi dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari tersebut maka akan disampaikan Surat Peringatan I, jika Surat Peringatan I tidak dipenuhi juga, Pemeriksa segera menyampaikan Surat Peringatan II, dan jika Surat Peringatan II tidak dipenuhi maka Pemeriksa membuat Berita Acara Tidak Dipenuhinya Permintaan Keterangan atau Bukti dari Pihak Ketiga.

Setelah Pemeriksaan Kantor: 1. Setiap prosedur pemeriksaan, pengujian yang dilakukan, bukti dan keterangan yang dikumpulkan dan simpulan yang diambil sehubungan dengan fakta dan data yang ditemukan dalam pemeriksaan harus dituangkan dalam Kertas Kerja Pemeriksaan. 2. Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) harus disusun berdasarkan Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP) yang telah ditelaah oleh Supervisor. 3. Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) digunakan oleh tim Pemeriksa Pajak sebagai dasar untuk melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan tertentu yang berkaitan dengan tujuan pemeriksaan. 4. Paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP), Buku, Catatan, dan Dokumen yang dipinjam harus dikembalikan kepada WP. (Pasal 22 PER-20/PJ/2008). KETENTUAN PERALIHAN 1. untuk Surat Perintah Pemeriksaan yang terbit sebelum 1 Januari 2008 dan sampai berlakunya PER-20/PJ/2008 ini belum selesai, pemeriksaannya tetap dilakukan berdasarkan KEP 142/PJ/2005 sebagaimana telah diubah dengan PER 173/PJ/2006. 2. Untuk Surat Perintah Pemeriksaan yang terbit setelah 1 Januari 2008 dan sampai berlakunya PER-20/PJ/2008 ini belum selesai, maka prosedur pemeriksaan yang belum selesai dilaksanakan berdasarkan PER-20/PJ/2008. 3. Dengan berlakunya PER-20/PJ/2008 pada tanggal 2 Mei 2008, maka KEP 142/PJ/2005 sebagaimana telah diubah dengan PER 173/PJ/2006 dinyatakan tidak berlaku.

TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/104

PEMERIKSAAN PAJAK
DASAR HUKUM: UU KUP (UU 28 tahun 2007 stdtd UU 16 Tahun 2009) PMK 199/PMK.03/2007 tentang Tata Cara Pemeriksaan PER 19/PJ/2008 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pemeriksaan Lapangan PER 20/PJ/2008 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pemeriksaan Kantor SE 10/PJ.04/2008 tentang Kebijakan Pemeriksaan untuk Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan SE 116/PJ/2009 tentang Kebijakan Pemeriksaan Tujuan Lain

Pemeriksaan berdasarkan tujuan:

Pelaksanaan Pemeriksaan melalui: Pemeriksaan Kantor Jangka Waktu Pemeriksaan: (3 bulan dan dapat diperpanjang menjadi paling lama 6 bulan)

Pemeriksaan untuk:

Pemeriksaan untuk menguji Pemeriksaan kepatuhan pemenuhan Rutin kewajiban perpajakan. SE 10/PJ.04/2008 Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan ada 2 (dua) jenis yaitu: 1. 2. Pemeriksaan Rutin; dan Pemeriksaan Khusus (Risk Based Audit)

Pemeriksaan Lapangan

1. SPT Tahunan WP Badan LB untuk WP Badan yang Go Public dan Laporan Keuangan hasil audit Akuntan Publik dengan pendapat WTP (Wajar Tanpa Pengecualian). Kecuali jika Kepala Unit Pelaksana Pemeriksaan mempertimbangkan untuk dilakukan Pemeriksaan Lapangan. 2. SPT Tahunan WP OP LB untuk WP OP yang menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto 3. SPT Tahunan RTLB (Rugi Tanpa Lebih Bayar) untuk WP Badan Go Public dan Laporan Keuangan hasil audit Akuntan Publik dengan pendapat WTP (Wajar Tanpa Pengecualian). Kecuali jika Kepala Unit Pelaksana Pemeriksaan mempertimbangkan untuk dilakukan Pemeriksaan Lapangan. 4. SPT Tahunan untuk bagian tahun pajak atau tahun pajak sebagai akibat adanya perubahan tahun buku atau metode pembukuan atau karena penilaian kembali aktiva tetap untuk WP Badan yang Go Public dan Laporan Keuangan hasil audit Akuntan Publik dengan pendapat WTP (Wajar Tanpa Pengecualian). 5. WP Badan Go Public dan Laporan Keuangan hasil audit Akuntan Publik dengan pendapat WTP (Wajar Tanpa Pengecualian) yang melakukan penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, likuidasi/penutupan, pengambilalihan usaha. 6. SPT Masa PPN Lebih Bayar dapat dilakukan melalui Pemeriksaan Lapangan atau Pemeriksaan Kantor tergantung analisis risiko. 1. SPT Tahunan WP Badan LB untuk WP

TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/105

Jangka Waktu Pemeriksaan: (4 bulan dan dapat diperpanjang menjadi paling lama 8 bulan)

Badan selain yang Go Public dan Laporan Keuangan hasil audit Akuntan Publik dengan pendapat WTP (Wajar Tanpa Pengecualian) 2. SPT Tahunan WP OP LB untuk WP OP yang menggunakan Pembukuan. 3. SPT Tahunan RTLB (Rugi Tanpa Lebih Bayar) untuk WP selain WP Badan yang Go Public dan Laporan Keuangan hasil audit Akuntan Publik dengan pendapat WTP (Wajar Tanpa Pengecualian). 4. SPT Tahunan untuk bagian tahun pajak atau tahun pajak sebagai akibat adanya perubahan tahun buku atau metode pembukuan atau karena penilaian kembali aktiva tetap untuk WP Badan selain yang Go Public dan Laporan Keuangan hasil audit Akuntan Publik dengan pendapat WTP (Wajar Tanpa Pengecualian). 5. Selain WP Badan Go Public dan Laporan Keuangan hasil audit Akuntan Publik dengan pendapat WTP (Wajar Tanpa Pengecualian) yang melakukan penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, likuidasi/penutupan, pengambilalihan usaha. 6. WP OP yang akan meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya 7. SPT Masa PPN Lebih Bayar dapat dilakukan melalui Pemeriksaan Lapangan atau Pemeriksaan Kantor tergantung analisis risiko.

Pemeriksaan Khusus Pemeriksaan untuk Tujuan Lain SE 116/PJ/2009

Biasanya dilakukan melalui Pemeriksaan Lapangan Pemeriksaan Kantor Jangka Waktu Pemeriksaan: (7 hari dan dapat diperpanjang menjadi paling lama 14 hari) Pemeriksaan Lapangan Jangka Waktu Pemeriksaan: (2 bulan dan dapat diperpanjang menjadi paling lama 4 bulan)

1. Penghapusan NPWP dan/atau pencabutan PKP dapat dilakukan melalui Pemeriksaan Kantor atau Pemeriksaan Lapangan berdasarkan pertimbangan Kepala KPP.

1. Penerbitan NPWP dan/atau pengukuhan PKP secara jabatan dilakukan melalui pemeriksaan lapangan untuk WP Badan/BUT atau WP OP yang melakukan usaha/pekerjaan bebas. Untuk WP OP yang tidak melakukan usaha atau pekerjaan bebas dilakukan melalui penelitian oleh Seksi Ekstensifikasi. 2. Penghapusan NPWP dan/atau pencabutan PKP dapat dilakukan melalui Pemeriksaan Kantor atau Pemeriksaan Lapangan berdasarkan pertimbangan Kepala KPP. 3. Pemeriksaan dalam rangka WP mengajukan keberatan. Pemeriksaan ini dilakukan

TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/106

apabila terdapat perbedaan pendapat antara WP dengan DJP sehubungan dengan fakta dan data serta penerapan perundangundangan perpajakan yang perlu pengecekan lapangan. 4. Pemeriksaan dalam rangka pengumpulan bahan guna menyusun Norma Penghitungan Penghasilan Neto. 5. Pemeriksaan dalam rangka penentuan WP berlokasi di daerah terpencil. 6. Pemeriksaan dalam rangka penentuan satu atau lebih tempat terutang PPN (Pemusatan PPN). 7. Pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak (Deliquency Audit) 8. Pemeriksaan dalam rangka penentuan saat produksi dimulai atau memperpanjang jangka waktu kompensasi kerugian sehubungan dengan pemberian fasilitas perpajakan. 9. Pemeriksaan dalam rangka memenuhi permintaan informasi dari negara mitra P3B.

TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/107

PRODUK PEMERIKSAAN (SKP)


DASAR HUKUM UU No.28 Tahun 2007 PMK 23/PMK.03/2008 jo PMK 83/PMK.03/2008

UPAYA HUKUM YANG BISA DILAKUKAN WP DALAM HAL MEMPEROLEH SKP 1. DALAM HAL TERDAPAT SENGKETA PAJAK WP dapat mengjukan permohonan : 1. Keberatan (Pasal 25 UU KUP (lebih lengkap klik disini)) 2. Pengurangkan atau penghapuskan sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan dalam hal sanksi tersebut dikenakan karena kekhilafan Wajib Pajak atau bukan karena kesalahannya (Pasal 36 ayat (1)a UU KUP (lebih lengkap klik disini)); 3. Pengurangkan atau pembatalkan surat ketetapan pajak yang tidak benar (Pasal 36 ayat (1)b UU KUP (lebih lengkap klik disini)); 4. Pembatalkan hasil pemeriksaan pajak atau surat ketetapan pajak dari hasil pemeriksaan yang dilaksanakan tanpa: penyampaian surat pemberitahuan hasil pemeriksaan; atau pembahasan akhir hasil pemeriksaan dengan Wajib Pajak. (Pasal 36 ayat (1)a UU KUP (lebih lengkap klik disini)) Sengketa Pajak adalah sengketa yang timbul dalam bidang perpajakan antara Wajib Pajak atau penanggung Pajak dengan pejabat yang berwenang sebagai akibat dikeluarkannya keputusan yang dapat diajukan Banding atau Gugatan kepada Pengadilan Pajak berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan, termasuk Gugatan atas pelaksanaan penagihan berdasarkan Undang-undang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa. 2. DALAM HAL TIDAK TERDAPAT SENGKETA PAJAK WP dapat mengjukan permohonan pembetulan akibat salah tulis, salah hitng, atau salah dalam penerapan peraturan per-UU-an perpajakan (Pasal 16 UU KUP (lebih lengkap klik disini))

TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/108

PRODUK HASIL PEMERIKSAAN


HASIL KETERANGAN Surat Ketetapan Pajak Dalam jangka waktu 5 tahun setelah saat terutangnya Kurang Bayar (SKPKB) pajak atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, (Pasal 13) atau Tahun Pajak, DJP dapat menerbitkan SKPKB dalam hal-hal sebagai berikut: SANKSI / IMBALAN BUNGA

apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau Jumlah kekurangan pajak ditambah keterangan lain pajak yang terutang tidak atau dengan sanksi bunga 2% per bulan paling lama 24 bulan, dihitung sejak saat kurang dibayar; terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak sampai dengan diterbitkannya SKPKB. apabila SPT tidak disampaikan dalam jangka Jumlah pajak dalam SKPKB ditambah waktu yang telah ditetapkan di Pasal 3 ayat (3) dengan sanksi kenaikan sebesar: UU KUP dan setelah ditegur secara tertulis tidak disampaikan pada waktunya sebagaimana 1. 50% dari PPh yang tidak atau ditentukan dalam Surat Teguran; kurang dibayar dalam satu Tahun Pajak; 2. 100% dari PPh yang tidak atau kurang dipotong, tidak atau apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau kurang dipungut, tidak atau keterangan lain mengenai Pajak Pertambahan kurang disetor, dan dipotong Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah atau dipungut tetapi tidak atau ternyata tidak seharusnya dikompensasikan kurang disetor; atau selisih lebih pajak atau tidak seharusnya 3. 100% dari PPN Barang dan Jasa dikenai tarif 0% (nol persen); dan PPnBM yang tidak atau kurang dibayar. apabila kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 (tentang pembukuan) atau Pasal 29 (tentang pemeriksaan) tidak dipenuhi sehingga tidak dapat diketahui besarnya pajak yang terutang; atau

apabila kepada WP diterbitkan NPWP dan/atau Jumlah kekurangan pajak ditambah dikukuhkan sebagai PKP secara jabatan dengan sanksi bunga 2% per bulan paling sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (4a). lama 24 bulan, dihitung sejak saat (Isi Pasal 2 ayat (4a) : Kewajiban perpajakan terutangnya pajak atau berakhirnya Masa bagi WP yang diterbitkan NPWP dan/atau yang Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun dikukuhkan sebagai PKP secara jabatan dimulai Pajak sampai dengan diterbitkannya sejak saat WP memenuhi persyaratan subjektif SKPKB. dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, paling lama 5 (lima) tahun sebelum diterbitkannya Nomor Pokok WP dan/atau dikukuhkannya sebagai PKP) Surat Ketetapan Pajak WP yang karena kealpaannya tidak menyampaikan SPT tidak dikenai sanksi pidana apabila Kurang Bayar (SKPKB) atau menyampaikan SPT, tetapi isinya tidak benar atau kealpaan tersebut pertama kali dilakukan (Pasal 13A) tidak lengkap, atau melampirkan keterangan yang isinya oleh WP dan WP tersebut wajib melunasi TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/109

tidak benar sehingga dapat menimbulkan kerugian pada kekurangan pembayaran jumlah pajak pendapatan negara, yang terutang beserta sanksi kenaikan 200% dari jumlah pajak yang kurang dibayar yang ditetapkan melalui penerbitan SKPKB Surat Ketetapan Pajak DJP dapat menerbitkan SKPKBT dalam jangka waktu 5 Jumlah kekurangan pajak yang terutang Kurang Bayar Tambahan tahun setelah saat terutangnya pajak atau berakhirnya dalam SKPKBT ditambah dengan sanksi (SKPKBT) (Pasal 15) Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak kenaikan 100% dari jumlah kekurangan apabila ditemukan data baru yang mengakibatkan pajak tersebut. penambahan jumlah pajak yang terutang setelah dilakukan tindakan pemeriksaan dalam rangka penerbitan SKPKBT. Surat Ketetapan Pajak DJP, setelah melakukan pemeriksaan, menerbitkan SKPN apabila jumlah kredit pajak atau jumlah Nihil (SKPN) (Pasal 17A) pajak yang dibayar sama dengan jumlah pajak yang terutang, atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak atau tidak ada pembayaran pajak. Surat Ketetapan Pajak DJP, setelah melakukan pemeriksaan, menerbitkan SKPLB apabila jumlah kredit pajak atau jumlah Lebih Bayar (SKPLB) pajak yang dibayar lebih besar daripada jumlah pajak yang terutang. Berdasarkan permohonan WP, DJP, setelah meneliti kebenaran pembayaran pajak, menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar apabila terdapat pembayaran pajak yang seharusnya tidak (Pasal 17) terutang, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar masih dapat diterbitkan lagi apabila berdasarkan hasil pemeriksaan dan/atau data baru ternyata pajak yang lebih dibayar jumlahnya lebih besar daripada kelebihan pembayaran pajak yang telah ditetapkan. Surat Ketetapan Pajak DJP setelah melakukan pemeriksaan atas permohonan Apabila setelah melampaui jangka waktu Lebih Bayar (SKPLB) pengembalian kelebihan pembayaran pajak, selain 12 bulan DJP tidak memberi suatu permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak keputusan, permohonan pengembalian dari WP kriteria tertentu Pasal 17C dan WP yang kelebihan pembayaran pajak dianggap (Pasal 17B) memenuhi persyaratan tertentu Pasal 17D, harus dikabulkan dan SKPLB harus diterbitkan menerbitkan surat ketetapan pajak paling lama 12 (dua paling lama 1 bulan setelah jangka waktu belas) bulan sejak surat permohonan diterima secara tersebut berakhir. Apabila terlambat lengkap. diterbitkan, kepada WP diberikan imbalan bunga sebesar 2% per bulan dihitung sejak berakhirnya jangka waktu 1 bulan setelah 12 bulan sejak permohonan WP diterima lengkap sampai dengan saat diterbitkan SKPLB. Surat Keputusan DJP setelah melakukan penelitian atas permohonan Apabila setelah melakukan pengembalian Pengembalian pengembalian kelebihan pembayaran pajak dari WP pendahuluan kelebihan pajak DJP Pendahuluan Kelebihan dengan kriteria tertentu, menerbitkan SKPPKP paling melakukan pemeriksaan, dan Pajak (SKPPKP) (Pasal lama 3 bulan sejak permohonan diterima secara lengkap berdasarkan hasil pemeriksaan, DJP 17C) untuk PPh, dan paling lama 1 bulan sejak permohonan menerbitkan SKPKB, jumlah kekurangan diterima secara lengkap untuk PPN. pajak ditambah dengan sanksi kenaikan 100% dari jumlah kekurangan pembayaran pajak. WP dengan Kriteria tertentu meliputi: 1. 2. tepat waktu dalam menyampaikan SPT; tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali tunggakan pajak yang telah memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak; Laporan Keuangan diaudit oleh Akuntan Publik atau lembaga pengawasan keuangan pemerintah dengan pendapat Wajar Tanpa Pengecualian selama 3 tahun berturut-turut; dan tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan berdasarkan

3.

4.

TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/110

putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dalam jangka waktu 5 tahun terakhir. Surat Keputusan DJP setelah melakukan penelitian atas permohonan Apabila setelah melakukan pengembalian Pengembalian pengembalian kelebihan pembayaran pajak dari WP pendahuluan kelebihan pajak DJP Pendahuluan Kelebihan yang memenuhi persyaratan tertentu, menerbitkan melakukan pemeriksaan, dan Pajak (SKPPKP) (Pasal SKPPKP paling lama 3 bulan sejak permohonan diterima berdasarkan hasil pemeriksaan, DJP 17D) secara lengkap untuk PPh, dan paling lama 1 bulan sejak menerbitkan SKPKB, jumlah kekurangan permohonan diterima secara lengkap untuk PPN. pajak ditambah dengan sanksi kenaikan 100% dari jumlah kekurangan WP yang memenuhi persyaratan tertentu yang dapat pembayaran pajak. diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak adalah: 1. 2. Wajib Pajak orang pribadi yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas; Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas dengan jumlah peredaran usaha dan jumlah lebih bayar sampai dengan jumlah tertentu; Wajib Pajak badan dengan jumlah peredaran usaha dan jumlah lebih bayar sampai dengan jumlah tertentu; atau Pengusaha Kena Pajak yang menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai dengan jumlah penyerahan dan jumlah lebih bayar sampai dengan jumlah tertentu.

3. 4.

Laporan Pemeriksaan Sumir

Tindak lanjut Pemeriksaan Bukti Permulaan dapat berupa pembuatan laporan sumir apabila WP mengungkapkan ketidakbenaran perbuatannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (3) UU KUP, Hasil atau apabila tidak ditemukan adanya indikasi tindak pidana di bidang perpajakan, Wajib Pajak yang dilakukan Pemeriksaan Bukti Permulaan tidak ditemukan, Wajib Pajak orang pribadi yang dilakukan Pemeriksaan Bukti Permulaan meninggal dunia;

PER-47/PJ/2010 ayat 13

TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/111

SKPKB
DASAR HUKUM CONTOH PENGHITUNGAN SKPKB PPN
Wajib Pajak PT A (PKP) mengisi SPT Masa PPN Bulan April 2009 dengan rincian : Pajak Keluaran Pajak Masukan Lebih Bayar Rp. 100.000.000,00 Rp. 300.000.000,00 Rp.(200.000.000,00)

Lebih Bayar ini dikompensasikan dengan pajak yang terutang pada masa pajak berikutnya (Mei 2009). Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan oleh KPP ternyata hasilnya adalah : Pajak Keluaran Pajak Masukan Kurang Bayar Rp. 300.000.000,00 Rp. 200.000.000,00 Rp. 100.000.000,00

Atas kasus ini dikeluarkan SKPKB pada tanggal 10 Juli 2009 dengan perincian : a Pokok Pajak (Jumlah Kurang Bayar) b Sanksi : Pasal 13 ayat (2) UU KUP Bunga 3 bulan (1 Mei 2009 - 10 Juli 2009) 3 x 2% x Rp. 100.000.000,00 Pasal 13 ayat (3) UU KUP Kenaikan 100% karena tidak seharusnya dikompensasi 100% x Rp. 200.000.000,00 Jadi jumlah yang tercantum dalam SKPKB adalah sebesar = Rp. 100.000.000,00

= Rp. 6.000.000,00

= Rp. 200.000.000,00 = Rp. 306.000.000,00

CONTOH PENGHITUNGAN SKPKB PPH BADAN SPT Tahunan PPh Badan Tahun Pajak 2008 diperiksa dan diterbitkan SKPKB tanggal 10 April 2010 SPT Tahunan PPh WP Hasil pemeriksaan Fiskus 250.000.000 300.000.000 30.000.000 70.000.000 150.000.000 150.000.000 30.000.000 70.000.000 200.000.000 150.000.000 50.000.000 Jumlah Koreksi 50.000.000

PPh Badan Terutang Kredit Pajak PPh 23 PPh 25 PPh 29 yang terutang Jumlah PPh yang dibayar

TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/112

PPh Kurang Bayar Sanksi Pajak Pasal 13(2) 50.000.000 x 2% x 16 bulan 16 bulan = 1 Januari 2009 s/d 10 April 2010 PPh Badan yang masih harus dibayar

50.000.000 16.000.000

50.000.000 16.000.000

66.000.000

66.000.000

CONTOH PENGHITUNGAN SKPKB PPH PASAL 23 SPT Masa PPh Pasal 23 Masa Pajak Agustus 2008 diperiksa dan diterbitkan SKPKB tanggal 10 Juli 2010 SPT Tahunan PPh WP Hasil Fiskus PPh Pasal 23 yang terutang 50.000.000 PPh 23 yang telah dipotong dan disetor 50.000.000 dalam masa Agustus 2008 sebesar Jumlah PPh dibayar 50.000.000 PPh 23 Kurang Bayar 0 Sanksi Pajak Pasal 13(2) 50.000.000 x 2% x 23 bulan 23 bulan = 1 September 2008 s/d 10 Juli 2010 PPh Pasal 23 yang masih harus dibayar pemeriksaan Jumlah Koreksi 100.000.000 50.000.000 50.000.000 50.000.000 23.000.000 50.000.000 0 0 50.000.000 23.000.000

73.000.000

73.000.000

TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/113

SURAT TAGIHAN PAJAK (STP)


PENGERTIAN STP (Pasal 1 UU No. 28 Tahun 2007) STP adalah surat yang digunakan untuk melakukan tagihan pajak dan/atau sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda. Surat Tagihan Pajak mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan surat ketetapan pajak. Fungsi STP : 1. Sebagai koreksi atas jumlah pajak yang terutang menurut SPT Wajib Pajak, 2. Sarana untuk mengenakan sanksi berupa bunga atau denda. 3. Sarana untuk menagih pajak.

UPAYA HUKUM YANG BISA DILAKUKAN WP DALAM HAL MEMPEROLEH STP WP dapat mengjukan permohonan : 1. Pembetulan akibat salah tulis, salah hitng, atau salah dalam penerapan peraturan per-UU-an perpajakan (Pasal 16 UU KUP (lebih lengkap klik disini)) 2. Pengurangkan atau penghapuskan sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dalam hal sanksi tersebut dikenakan karena kekhilafan Wajib Pajak atau bukan karena kesalahannya (Pasal 36 ayat (1)a UU KUP (lebih lengkap klik disini)); 3. mengurangkan atau membatalkan Surat Tagihan Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 yang tidak benar (Pasal 36 ayat (1)c UU KUP (lebih lengkap klik disini))

SEBAB DIKELUARKANNYA STP DAN SANKSI YANG DIKENAKAN (Pasal 14 ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007) NO SEBAB DITERBITKANNYA STP SANKSI A PPh dalam tahun berjalan tidak atau kurang Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam STP dibayar; ditambah dengan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% per bulan untuk paling lama 24 bulan, dihitung sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak sampai dengan diterbitkannya STP. B dari hasil penelitian terdapat kekurangan Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam STP pembayaran pajak sebagai akibat salah tulis ditambah dengan sanksi administrasi berupa bunga dan/atau salah hitung; sebesar 2% per bulan untuk paling lama 24 bulan, dihitung sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak sampai dengan diterbitkannya STP. C Wajib Pajak dikenai sanksi administrasi berupa Misalnya : denda dan/atau bunga; 1. Sanksi administrasi berupa denda Rp 50.000 ,- jika Wajib Pajak tidak atau terlambat penyampaian SPT Masa dan Rp 100.000,- jika tidak atau terlambat menyampaikan SPT
TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/114

Tahunan. 2. Sanksi administrasi berupa bunga dalam hal Wajib Pajak membetulkan sendiri SPTnya, dimana hasil pembetulan tersebut menyatakan kurang bayar. D pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Terhadap pengusaha atau Pengusaha Kena Pajak, Pengusaha Kena Pajak, tetapi tidak membuat selain wajib menyetor pajak yang terutang, dikenai faktur pajak atau membuat faktur pajak, tetapi sanksi administrasi berupa denda sebesar 2% dari tidak tepat waktu; Dasar Pengenaan Pajak. E pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Terhadap pengusaha atau Pengusaha Kena Pajak, Pengusaha Kena Pajak yang tidak mengisi selain wajib menyetor pajak yang terutang, dikenai faktur pajak secara lengkap sebagaimana sanksi administrasi berupa denda sebesar 2% dari dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) Undang- Dasar Pengenaan Pajak. Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya, selain: 1. identitas pembeli sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) huruf b Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya; atau 2. identitas pembeli serta nama dan tandatangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) huruf b dan huruf g Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya, dalam hal penyerahan dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak pedagang eceran;

F Pengusaha Kena Pajak melaporkan faktur Terhadap pengusaha atau Pengusaha Kena Pajak, pajak tidak sesuai dengan masa penerbitan selain wajib menyetor pajak yang terutang, dikenai faktur pajak; atau sanksi administrasi berupa denda sebesar 2% dari Dasar Pengenaan Pajak. G Pengusaha Kena Pajak yang gagal berproduksi sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% per dan telah diberikan pengembalian Pajak bulan dari jumlah pajak yang ditagih kembali, Masukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 dihitung dari tanggal penerbitan Surat Keputusan ayat (6a) Undang-Undang Pajak Pertambahan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak sampai Nilai 1984 dan perubahannya. dengan tanggal penerbitan STP, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.

Contoh Penghitungan Sanksi Administrasi atas STP : PPh dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar o PPh Pasal 25 tahun 2009 setiap bulan sebesar Rp.200.000.000 jatuh tempo tiap tanggal 15. PPh Pasal 25 bulan Mei 2009 yang dibayar tepat waktu hanya sebesar Rp.140.000.000. Atas kekurangan PPh Pasal 25 tersebut diterbitkan STP pada tangggal 17 Agustus 2009 dengan perhitungan sebagai berikut :
TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/115

Kekurangan bayar PPh Pasal 25 bulan Mei 2009 (Rp.200.000.000 - Rp.140.000.000) Bunga = 3 x 2% x Rp 60.000.000,Jumlah yang harus dibayar

Rp 60.000.000,Rp 3.600.000,-(-) Rp 63.600.000,-

Hasil penelitian Surat Pemberitahuan : Surat Pemberitahuan Tahunan PPh OP tahun 2009 yang disampaikan tanggal 31 Maret 2010 setelah dilakukan penelitian ternyata terdapat salah hitung yang menyebabkan Pajak Penghasilan kurang bayar sebesar Rp 1.000.000,-. Atas kekurangan Pajak Penghasilan tersebut diterbitkan Surat Tagihan Pajak tanggal 14 Juni 2010 dengan penghitungan sebagai berikut: Kekurangan bayar pajak Penghasilan Bunga = 3 x 2% x Rp 1.000.000,Jumlah yang harus dibayar Rp 1.000.000,Rp 60.000,-(-) Rp 1.060.000,-

TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/116

PENGEMBALIAN PENDAHULUAN KELEBIHAN PAJAK UNTUK WP KRITERIA TERTENTU (WP PATUH)


DASAR HUKUM PMK-192/PMK.03/2007 (berlaku sejak 1 Januari 2008) tentang tata cara penetapan WP dengan kriteria tertentu dalam rangka pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak

PERSYARATAN WP DENGAN KRITERIA TERTENTU (WP PATUH) (Pasal 1 dan Pasal 2 Pmk 192/pmk.03/2007) 1. tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan, yang meliputi : 1. penyampaian SPT Tahunan tepat waktu dalam 3 tahun terakhir; 2. penyampaian SPT Masa yang terlambat dalam tahun terakhir untuk Masa Pajak Januari sampai November tidak lebih dari 3 Masa Pajak untuk setiap jenis pajak dan tidak berturut-turut; dan 3. SPT Masa yang terlambat tersebut telah disampaikan tidak lewat dari batas waktu penyampaian SPT Masa Masa Pajak berikutnya. 2. tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali tunggakan pajak yang telah memperoleh izin mengangsur atau menunda pembayaran pajak. Tidak mempunyai tunggakan pajak adalah keadaan pada tanggal 31 Desember tahun sebelum penetapan sebagai WP Patuh dan tidak termasuk utang pajak yang belum melewati batas akhir pelunasan. 3. Laporan Keuangan diaudit oleh Akuntan Publik atau lembaga pengawasan keuangan pemerintah dengan pendapat Wajar Tanpa Pengecualian selama 3 tahun berturutturut. Pendapat Akuntan atas Laporan Keuangan yang diaudit oleh Akuntan Publik ini ditandatangani oleh Akuntan Publik yang tidak sedang dalam pembinaan lembaga pemerintah pengawas Akuntan Publik. Laporan Keuangan yang diaudit oleh Akuntan Publik atau lembaga pengawasan keuangan pemerintah harus disusun dalam bentuk panjang (long form report) dan menyajikan rekonsiliasi laba rugi komersial dan fiskal bagi WP yang wajib menyampaikan SPT Tahunan ; dan 4. tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dalam jangka waktu 5 tahun terakhir.

PENETAPAN WP PATUH (Pasal 3 Pmk 192/pmk.03/2007) Penetapan WP Patuh didasarkan atas hasil penelitian DJP atas pemenuhan persyaratan WP patuh paling lambat tanggal 20 Januari Penetapan Wajib Pajak Patuh berlaku untuk jangka waktu 2 tahun kalender.

TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/117

PENELITIAN ATAS PERMOHONAN PENGEMBALIAN PENDAHULUAN KELEBIHAN PAJAK BAGI WP PATUH (Pasal 4 Pmk 192/pmk.03/2007) 1. kelengkapan SPT dan lampiran-lampirannya; 2. kebenaran penulisan dan penghitungan pajak; 3. Kebenaran Kredit Pajak atau Pajak Masukan berdasarkan hasil konfirmasi dalam sistem aplikasi Direktorat Jenderal Pajak atau konfirmasi dengan menggunakan surat; 4. kebenaran pembayaran pajak yang telah dilakukan oleh WP; dan 5. kebenaran alamat yang tercantum dalam SPT tersebut atau dalam surat pemberitahuan perubahan alamat.

Penerbitan Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak (SKPPKP) (Pasal 5 Pmk 192/pmk.03/2007) 1. Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan penelitian atas permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak dari WP Patuh, menerbitkan SKPPKP paling lama 3 bulan sejak permohonan diterima secara lengkap untuk PPh, dan paling lama 1 bulan sejak permohonan diterima secara lengkap untuk PPN 2. SKPPKP tidak diterbitkan apabila hasil penelitian menyatakan tidak lebih bayar, lampiran SPT tidak lengkap, pembayaran pajak tidak benar, atau alamat tidak sesuai dengan yang tercantum dalam SPT atau dengan pemberitahuan perubahan alamat. Dan Dalam hal SKPPKP tidak diterbitkan, kepada WP diberitahukan secara tertulis.

HAL-HAL YANG MENYEBABKAN SKPPKP TIDAK DITERBITKAN (Pasal 6 Pmk 192/pmk.03/2007) SKPPKP tidak dapat diterbitkan kepada WP Patuh apabila dalam masa berlakunya jangka waktu sebagai WP Patuh: 1. terhadap WP tersebut dilakukan tindakan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan; 2. WP terlambat menyampaikan SPT Masa untuk suatu jenis pajak tertentu 2 Masa Pajak berturut-turut; 3. WP terlambat menyampaikan SPT Masa untuk suatu jenis Pajak tertentu 3 Masa Pajak tidak berturut-turut dalam 1 tahun kalender; 4. WP terlambat menyampaikan SPT Masa tidak lebih 3 Masa Pajak secara berturut-turut dan terdapat penyampaian SPT Masa yang lewat dari batas waktu penyampaian SPT Masa Masa Pajak berikutnya; atau 5. WP terlambat menyampaikan SPT Tahunan. Terhadap WP Patuh, diberitahukan secara tertulis bahwa kepada WP yang bersangkutan tidak dapat diterbitkan SKPPKP.

TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/118

PENGEMBALIAN PENDAHULUAN KELEBIHAN PAJAK UNTUK WP DENGAN PERSYARATAN TERTENTU


DASAR HUKUM PMK-193/PMK.03/2007 (berlaku sejak 1 Januari 2008) jo PMK 54/PMK.03/2009 (berlaku sejak 1 Mei 2009) tentang batasan jumlah peredaran usaha, jumlah penyerahan, dan jumlah LB bagi WP yang memenuhi persyaratan tertentu yang dapat diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak

WP YANG MEMENUHI PERSYARATAN TERTENTU PENGEMBALIAN PENDAHULUAN KELEBIHAN PAJAK

YANG

DAPAT

DIBERIKAN

1. WP OP yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas; 2. WP OP yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas dengan jumlah peredaran usaha dan jumlah lebih bayar sampai dengan jumlah tertentu, yaitu WP OP yang menyelenggarakan pembukuan dengan : 1. jumlah peredaran usaha yang tercantum dalam SPT Tahunan PPh paling banyak sama dengan batasan peredaran usaha WP OP yang diperbolehkan menghitung penghasilan neto dengan menggunakan norma penghitungan penghasilan neto (kurang dari4,8M); 2. jumlah lebih bayar menurut SPT Tahunan PPh kurang dari Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah); atau 3. jumlah lebih bayar menurut SPT Tahunan PPh paling banyak 0,5% dari jumlah peredaran usaha WP OP yang diperbolehkan menghitung penghasilan neto dengan menggunakan norma penghitungan penghasilan neto (kurang dari 4,8M) 3. WP badan dengan jumlah peredaran usaha dan jumlah lebih bayar sampai dengan jumlah tertentu, yaitu Wajib Pajak badan dengan : 1. jumlah peredaran usaha yang tercantum dalam SPT Tahunan PPh paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah); dan 2. jumlah lebih bayar menurut SPT Tahunan PPh kurang dari Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah). 4. Pengusaha Kena Pajak yang menyampaikan SPT Masa PPN dengan Jumlah penyerahan dan jumlah lebih bayar sampai dengan jumlah tertentu, yaitu PKP yang telah menyampaikan SPT Tahunan PPh dan SPT Masa PPN dengan: 1. jumlah penyerahan menurut SPT Masa PPN untak suatu Masa Pajak paling banyak Rp 400.000.000,00 (empat ratus juta rupiah); dan 2. jumlah lebih bayar menurut SPT Masa PPN paling banyak Rp 28.000.000,00 (dua puluh delapan juta rupiah).

TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/119

PENELITIAN TERHADAP PERMOHONAN PENGEMBALIAN PENDAHULUAN KELEBIHAN PAJAK Terhadap permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak dari WP yang memenuhi persyaratan tertentu dilakukan penelitian atas : kelengkapan SPT dan lampiran-lampirannya; kebenaran penulisan dan penghitungan pajak; kebenaran pembayaran pajak yang telah dilakukan oleh WP; dan kebenaran alamat yang tercantum dalam SPT atau dalam surat pemberitahuan perubahan alamat. Penerbitan Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak (SKPPKP) Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan penelitian atas permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak dari WP yang memenuhi persyaratan tertentu, menerbitkan SKPPKP paling lama 3 (tiga) bulan sejak permohonan diterima secara lengkap untuk PPh, dan paling lama 1 (satu) bulan sejak permohonan diterima secara lengkap untuk PPN. SKPPKP tidak diterbitkan apabila hasil penelitian menyatakan tidak lebih bayar, lampiran SPT tidak lengkap, pembayaran pajak tidak benar, atau alamat tidak sesuai dengan yang tercantum dalam Surat Pemberitahuan atau dengan surat pemberitahuan perubahan alamat. Dalam hal SKPPKP tidak diterbitkan, kepada WP diberitahukan secara tertulis.

TAX KNOWLEDGE BASE APRIL 2011 Kompilasi oleh Hendar Iskandar @ http://10.9.254.215/tkb/120

You might also like