You are on page 1of 39

BAB II

PENGUJIAN KOMPOSISI PASIR CETAK


2.1 Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai dari pengujian ini adalah :
1. Agar praktikan mengetahui besar persentase kadar air, kadar lempung dan
ukuran butir pasir yang terdapat dalam pasir cetak
2. Agar praktikan mengetahui distribusi besar butir melalui nomor kehalusan
pasi cetak ( FN : Finnest Number)
3. Agar praktikan memahami dan mampu melakukan pengujian kadar air,
kadar lempung dan distribusi besar butir pasir cetak
2.2 Dasar Teori
2.2.1 Kadar Air Pasir Cetak
Kadar air merupakan jumlah air yang terkandung di dalam pasir
cetak yang dinyatakan dalam persentase (%). Kadar ini dapat dihitung
dengan menggunakan rumus :
Kadar air (%) =
awal Berat
akhir Berat awal Berat
x 100 %
Macam macam air :
1. Air ikat yaitu air yang berfungsi sebagai aktifator antar lempung
dengan butiran pasir dan ketika dipanaskan air ikat tidak langsung
menguap karena air masih berikatan dengan lempung.
2. Air bebas yaitu air yang kehilangan fungsi sebagai aktifator. Air ini
akan mengisi celah celah butiran pasir dan akan mudah menguap
ketika dipanaskan.
Fungsi air :
Air berfungsi sebagai aktifator atau untuk mengaktifkan daya
ikat bentonit sehingga dapat digunakan untuk mengikat butir pasir.
Standar kadar air yaitu berkisar 1.5 8 %. Jika kadar air di bawah 1.5
% maka daya ikat bentonit kurang, sedangkan jika di atas 8 % maka
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
bentonit akan terlalu encer (berbentuk pasta) dan daya ikatnyapun
berkurang.
Faktor faktor yang mempengaruhi kadar air :
1. Waktu pemanasan
Semakin lama waktu pemanasan maka air yang menguap
semakin banyak sehingga laju penguapan semakin besar atau tinggi.
Pada waktu tertentu laju penguapan akan turun sebab air dalam pasir
cetak telah beransur ansur berkurang.
Analisa laju penguapan:
= Ss (X1 X2)/A.Nc
Dimana :
: kadar air
Ss : berat awal
X1 : kadar air maksimum
X2 : kadar air minimum
A : luas penampang
Nc : waktu penguapan
2. Temperatur pemanasan
Semakin tinggi temperatur pemanasan maka laju penguapan
semakin tinggi, akibatnya air yang menguap semakin banyak.
Sebaliknya jika temperatur pemanasan rendah maka laju penguapan
semakin lambat.
3. Luas penampang permukaan pasir cetak dalam cawan
Semakin besar luas penampang permukaan pasir maka laju
penguapan yang trjadi semakin tinggi karena bidang pasir yang
terkena kalor semakin luas.
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
4. Ukuran dan dimensi butir pasir
Butiran pasir yang berukuran besar akan memiliki rongga
yang besar sehingga air yang meresap ke celah celah butiran
berjumlah banyak. Hal ini akan menghambat laju penguapan pada
waktu pemanasan. Begitu juga sebalilknya.
5. Kelembaban
Semakin tinggi kelembaban maka jumlah kasar air yang
diuapkan semakin banyak sebab kelembaban menunjukkan
perbandingan antara kandungan uap air dengan udara si lingkungan.
Pengaruh kadar air dalam pasir cetak :
1. Permeabilitas pasir cetak
Dengan kadar bentonit yang tetap dan kadar air meningkat maka
permeabilitas akan meningkat sampai titi maksimum karena seluruh
bentonit akan teraktifasi. Kemudian bila kadar air bertambah lagi maka
permeabilitasnya akan menurun karena semakin banyaknya air bebas
yang mengisi rongga rongga butir pasir.
2. Kekuatan pasir cetak
Dengan kadar bentonit yang tetap dan kadar air meningkat maka
kekuatan basah akan meningkat samapai titik maksimum karena
lempung telah teraktifasi kemudian jika terlalu banyak kadar airnya
maka kekuatannya akan menurun karena air bebas yang terdapat pada
cetakan berlebihan sehingga bentonit menjadi pasta.
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
Gambar 2.1 Pengaruh kadar air dan bentonit pada pasir cetak diikat bentonit
Sumber : Tata Surdia. Teknik pengecoran logam. Hal : 112
2.2.2 Kadar pengikat pasir cetak
Pengikat adalah bahan yang digunakan untuk mengikat butir
butir pasir cetak. Biasanya digunakan bentonit sebgai pengikat. Bentonit
mempunyai ukuran kurang dari 0.0001 in. Unsur penyusunnya terdiri
dari monmorilonit, quast dll tergantung jenis bentonitnya (Principle of
Metal Casting)
Fungsi pengikat :
Fungsi yang utama yaitu untuk mengikat atau pengikat dari
cetakan pasir. Fungsi lainnya adalah untuk mengembangkan kekuatan
yang tepat dan kemampuan mampu bentuk yang baik. Beberapa tipe
pengikat digunakan untuk tujuan ini (Principle of Metal Casting : 87)
Standar kadar bentonit sekitar 8 12 % (selain sodium dan
calcium bentonit). Untuk fire clays sekitar 20 25 % cukup untuk
pencampur tanah denga ukuran kehalusan 60 100 nomor AFS
(Principle of Metal Casting : 110). Standar kadar lempung untuk pasir
cetak sekitar 2 50 % dengan keberadaan isi air (Principle of Metal
Casting : 86).
Macam macam bahan pengikat :
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
Pengikat
Berdasarkan komposisi kimia Berdasarkan kadanya
Kaolinit Smektit Illit
Lempung
Jenuh
Lempung tidak
jenuh
Western Bentonit
Southern Bentonit
Fire Clays
Berdasarkan
kekuatan
a. Lempung
Lempung adalah bahan yang digunakan untuk mengikat
butir-butir pada pasir cetak yang biasanya berukuran kurang dari 20
atau 0.0008 in ( Richard W.H Principle of Metal Casting. Hal
100). Lempung memiliki dua struktur kristal, yaitu silika dan
alumina.
Macam macam lempung :
a. Berdasarkan komposisi kimia
1. Kaolinit
Merupakan masa batuan yang tersussun dari material
lempung dengan kandungan besi yang rendah dan umumnya
berwarna putih atau agak keputihan. Kaolinit mempunyai
komposisi hidrous aluminium silikat ( 2 H
2
O . Al
2
O
3
. 2 SiO
2
), dengan disertai mineral penyerta.
2. Smektit
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
Smektit memiliki struktur yang membentuk lapisan
lapisan. Ruang antar lapisan lapisan tersebut biasanya
ditempati oleh molekul air ataupun kation kation yang
dapat dipertukarkan. Struktur yang demikian menyebabkan
lempung tidak begitu tahan terhadap perlakuan suhu dan
akan mengalami kerusakan struktur pada suhu 650 C.
3. Illit
Illit mempunyai tiga lapisan struktur terdiri dari
lapisan Si, lapisan Al, lapisan Si, di antara lapisan ini terisi
oleh molekul air dan logam alkali serta alkali tanah, sehingga
menyebabkan pergeseran jarak atom (swelling).
b. Berdasarkan kadarnya dalam pasir cetak
1. Lempung jenuh
Pasir cetak dengan kadar lempung yang cukup tinggi,
sehingga penambahan kadar lempung lebih dari 10 % tidak
akan menyebabkan peningkatan kekuatan tekan basah
maksimum pasir cetak ( 20 30 psi ).
2. Lempung tak jenuh
Pasir cetak yang memiliki kadar lempung < 10 %
sehingga penambahan kadar lempung kurang dari 10 % akan
meningkatkan kekuatan tekan basah pasir cetak ( 0 30
psi ).
Gambar 2.2 Grafik Hubungan Kadar Lempung dan Kekuatan
Sumber: Richard W. H Principle of Metal Casting. Hal 109
c. Berdasarkan kekuatannya
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
1. Western bentonit
Western bentonit adalah lempung yang dipakai pada
pasir yang membutuhkan kekuatan tekan kering yang tinggi
( 80 psi).
Kandungan: 90% monmorilonit, 10% kwarsa, feldspar,
mika, dll.
2. Southern bentonit
Southern bentonit adalah lempung yang digunakan
pada pasir yang membutuhkan kekuatan tekan kering yang
rendah ( 40-80 psi).
Kandungan: 85% monmorilonit, 15% kwarsa, limonit, dll.
3. Fire clays
Fire clays adalah lempung yang dapat menghasilkan
kekuatan tekan kering sesuai dengan yang kita butuhkan.
Kekuatannya bisa mencapai 200 psi dengan campuran fire
clays dan western bentonit.
b. Semen
Semen adalah hasilvindustri dan paduan bahan baku batu
kapur/gamping sebagai bahan utama dan lempung atau tanah liat
atau bahan pengganti lainnya dengan hasil akhir berupa padatan
berbentuk bubuk/bulk, tanpa memandang proses pembuatannya.
Yang mengeras atau membatu pada pencampuran dengan air, batu
kapur/gamping adalah bahan alam yang mengandung senyawa silika
oksida (SiO
2
), aluminium oksida (Al
2
O
3
), besi oksida (Fe
2
O
3
), dan
magnesium oksida (MgO).
Macam macam semen :
1. Semen abu/Portland adalah bubuk berwarna abu kebiru-biruan
dibentuk dari bahan utama batu kapur/gamping berkadar
kalsium tinggi yang diolah dalam tanur yang bersuhu dan
bertekanan tinggi.
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
2. Semen putih (grey cement) adalah semen yang lebih murni dari
semen abu yang digunakan untuk pekerjaan finishing. seperti
sebagai filter atau pengisi.
3. Oil well cement adalah semen khusus yang digunakan dalam
proses pengeboran minyak bumi/gas alam baik di darat atau di
lepas pantai.
4. Mixed and fly ash cement adalah campuran semen abu dengan
pozzolan buatan (fly ash). Fly ash adalah hasil sampingan
pembakaran batu bara yang mengandung amorphous silika,
aluminium oksida, besi oksida, dan oksida lain. Semen ini untuk
membuat beton lebih keras.
Faktor faktor ayng mempengaruhi kadar pengikat :
1. Kadar air
Kadar air standar dalam pasir cetak adalah 1,5 8%
tergantung dari jenis cetakan dan logam yang dituang. Apabila
pasir cetak kekurangan air, maka daya ikat lempung terhadap
pasir cetak akan berkurang sehingga akan mengurangi kekuatan
pasir cetak. Disamping itu butir lempung yang tidak
mendapatkan air akan mengisi celah antar butir pasir cetak
sehingga menyebabkan penurunan permeabilitas pasir cetak.
Sebaliknya jika pasir cetak kelebihan air, maka lempung akan
menjadi pasta sehingga daya ikatnya terhadap pasir menurun
dan kekuatannya pun menurun. ( Richard W. H Principle of
Metal Casting Hal 88 )
2. Jenis butiran pasir
Jenis butir pasir bulat baik sebagai pasir cetak karena
memerlukan jumlah lempung yang lebih sedikit untuk mendapat
kekuatan dan permeabilitas tertentu, serta mampu alirnya baik
sekali. Pasir berbutir kristal yang kurang baik untuk pasir cetak,
sebab membutuhkan lempung dalam jumlah yang banyak,
selain itu permeabilitasnya juga buruk.
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
3. Ukuran dan distribusi besar butir
Pasir cetak biasanya kumpulan dari butir-butir yang
berukuran bermacam-macam. Tetapi terdiri dari butir-butir
tersaring yang mempunyai ukuran seragam. Besar butiran yang
baik untuk pasir cetak adalah sedemikian hingga mempunyai
ukuran 2/3 dari 3 mesh yang berurutan dan 1/3 sisanya dari
ukuran mesh-mesh berikutnya.
2.2.3 Distribusi besar butir pasir cetak
Jenis jenis pasir cetak :
1. Pasir gunung
Pasir ini umumnya digali dari lapisan tua. pasir ini mengandung
lempung dan kebanyakan dapat dipakai setelah dicampur dengan
air.
Gambar 2.3 Pasir Gunung
Sumber : http://www.google.co.id/images/client=fiefo /astis/pasir
gunung
2. Pasir silika
Pasir ini dapat diambil di Pegunungan dalam keadaan
alamiah atau dengan cara memecah batu kwarsa atau kuarsit. Pasir
ini tetap mengandung unsur utama yaitu SiO
2
dan kotoran lainnya
seperti mika/fosfor. Pasir jenis ini tidak bisa melekat dengan
sendirinya.
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
(a) (b)
Gambar 2.4 (a) Pasir Silika Alami
(b) Pasir Silika Buatan
Sumber : (a) http://www.google.co.id/images/client=fiefo . astis/silika
alami
(b) http://www.google.co.id/images/client=fiefo . astis/silika
buatan
3. Pasir pantai dan pasir sungai
Kedua jenis pasir ini mempunyai ikatan organik yang banyak. Pasir
jenis ini juga tidak dapat mengikat dengan sendirinya.
(a) (b)
Gambar 2.5 (a) Pasir pantai
(b) Pasir sungai
Sumber : (a) http://www.google.co.id/images/client=fiefo . astis/pasir
pantai
(b) http://www.google.co.id/images/client=fiefo . astis/pasir
sungai
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
Syarat syarat dari pasir cetak :
1. Mempunyai sifat mampu bentuk sehingga mudah dalam pembuatan cetakan
dengan kekuatan yang sesuai
2. Tahan terhadap temperatur logam yang dituang
3. Mempunyai permeabilitas yang sesuai agar pada saat oenuangan gas gas
yang timbul tidak akan menyebabkan cacat.
4. Distribusi besar butir yang cocok
5. Komposisi yang sesuai
Butir-butir yang bersentuhan dengan logam yang dituang mengalami
peristiwa kimia dan fisika karena logam cair mempunyai temperatur yang
tinggi sehingga unsur-unsur kimia yang tercampur dalam pasir cetak dapat
larut dan bercampur dengan logam cair yang dituang.
6. Mampu dipakai kembali
7. Pasir harus murah dan mudah didapat
Macam macam bentuk buiran pasir cetak :
Gambar 2.6 macam-macam butiran
Sumber : Tata Surdia, Teknik pengecoran logam, 110
1. Butiran Bulat (rounded Grains)
Butiran bulat terbentuk karena butir butir sedang bergesekan
berulang-ulang akibat adanya angin, gelombang atau aliaran air
sehingga menghasilkan bentuk bulat. Bentuk ini dalam struktur
pemadatan bersinggungan antara satu dengan yang lain sehingga
memerlukan jumlah pengikat yang sedikit tapi permeabilitasnya
kurang baik.
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
2. Butiran Sudut Sebagian (Sub Angular Grains)
Butiran sudut sebagian terjadi karena angular grains saling
bergerak dan bertumbukan sehingga sudutnya pecah dan terbentuk
sub angular grains. Permeabilitas butiran ini lebih rendah
dibandingkan rounded grains tetapi kekuatannya lebih baik.
3. Butiran Bersudut (Angular Grains)
Butiran bersudut terbentuk oleh dekomposisi batu-batuan
tanpa adanya gesekan. Ini berhubungan dengan musim dan aksi
glasial. Butiran ini mempunyai batas sudut-sudut dan permukaannya
hampir datar.
4. Butiran Berkristal (Compounded Grains)
Butiran jenis ini merupakan kombinasi dari ketiga butiran diatas.
Butiran ini kurang baik karena cenderung pecah pada temperatur
tinggi, memiliki permeabilitas yang kurang baik serta memberikan
ketahanan api yang buruk dan membutuhkan pengikat yang lebih
banyak.
Pengaruh distribusi besar butir terhadap permeabilitas dan kekuatan
pasir cetak
1. Permeabilitas
Butiran pasir yang terlalu kecil, menyebabkan kerapatan pasir
cetak semakin tinggi. Akibatnya rongga-rongga antar pasirpun
semakin kecil dan permeabilitasnya menjadi rendah.
2. Kekuatan
Semakin kecil pasir cetak semakin besar kekuatannya karena
bidang permukaan yang bersentuhan semakin luas, begitu pula
sebaliknya.
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
2.3 Pelaksanaan Pengujian
2.3.1 Kadar air pasir cetak
a. Alat dan bahan yang digunakan
1. Moisture analyzer
Alat ini digunakan untuk mengukur kandungan kadar air pasir
cetak.
Merk : Sartorius
Model : MA 30
Arus : 3,3 A / 1,6 A
Voltase : 100 120 / 220 290 VAC
Frekuensi : 50 60 Hz
Gambar 2.7 Moisture Analyzer
Sumber : Lab. Pengecoan logam Teknik Mesin UB
2. Timbangan elektrik
Alat ini digunakan untuk menimbang berat pasir cetak sebelum
dan sesudah diukur kandungan kadar airnya.
Spesifikasi alat :
Merk : Melter
Type : PJ 3000
Frekuensi : 50 60 Hz
Voltase : 100 120 V 80 mA / 200 240 V 45 mA
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
Gambar 2.8 Timbangan Elektrik
Sumber : Lab. Pengecoan logam Teknik Mesin UB
3. Cawan
Alat ini digunakan untuk tempat spesimen
Bahan yang digunakan dalam pengujian ini adalah pasir cetak yang
terdiri dari pasir silika dan pengikat sebesar . . . gram.
b. Urutan kerja pengujian
Urutan kerja dalam pengujian ini adalah :
1. Ambil pasir cetak kemudian timbanglah seberat 25 gram
sebanyak 5 buah sebagai spesimen.
2. Letakkan spesimen pasir cetak dalam cawan spesimen.
3. Masukkan cawan pertama ke dalam alat penentu kelembaban
kemudianatur temperatur dan waktu pengujian yaitu, pada suhu
150
O
C selama 8 menit.
4. Catat kandungan kadar air yang terbaca pada alat pengukur tiap
menitnya.
5. Catat berat akhir pasir cetak setelah dilakukan pengujian pada
layar moisture analyzer.
6. Ulangi langkah 2, 3, 4, dan 5 untuk cawan berikutnya.
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
2.3.2 Kadar pengikat pasir cetak
a. Alat dan bahan yang digunakan
alat yang digunakan dalam pengujian ini adalah :
1. kompor listrik
Alat ini digunakan untuk mengeringkan spesimen

Gambar 2.9 kompor listrik
Sumber : Lab. Pengecoan logam Teknik Mesin UB
2. Timbangan Elektrik
Alat ini digunakan untuk menimbang spesimen sebelum dan
sesudah dikeringkan.
Gambar 2.10 timbangan elektrik
Sumber : Lab. Pengecoan logam Teknik Mesin UB
3. Panci
Digunakan untuk menghilangkan lempung pada pasir dan untuk
mengeringkan pasir pada kompor listrik.
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
Gambar 2.11 panci
Sumber : Lab. Pengecoran logam Teknik Mesin UB
4. Gelas ukur
Alat ini digunakan untuk mengukur volume larutan yang
dipakai.
Bahan yang digunakan untuk pengujian kadar lempung antara
lain:
Pasir cetak seberat 100 gr
Larutan NaOH 2,5 % sebanyak 50 ml
Air sebanyak 950 ml
b. Urutan kerja pengujian
Urutan kerja pengujian kadar pengikat pasir cetak adalah :
1. Timbang pasir cetak seberat 100 gr sebagai spesimen
2. Larutkan pasir di dalam 950 ml air pada panci
3. Tambahkan NaOH 2,5 % sebanyak 50 ml
4. Aduk campuran tersebut dan biarkan pasir mengendap selama
5 menit
5. Buang airnya sebanyak 5/6 dari tinggi permukaan air
Ingat : JANGAN SAMPAI PASIR IKUT TERBUANG !
6. Tambahkan airnya hingga seperti semula dan ulangi langkah
kerja 4, 5, 6 dan diamkan selama 5 menit hingga airnya jernih
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
7. Panaskan pasir cetak dalam panci dengan kompor listrik pada
suhu 100 110 C
8. Aduk pasir hingga kering
9. Timbang pasir cetak kering tersebut dan catat hasilnya
10. Hitung kadar lempung dengan rumus di bawah ini :
Kadar Lempung =
Awal Berat
Akhir Berat Awal Berat
x 100 % - Kadar air rata-rata
2.3.3 Distribusi besar butir pasir cetak
a. Alat dan bahan yang digunakan
1. Mesin pengguncang rotap
Alat ini berfungsi untuk menyaring pasir Spesifikasi alat:
Jenis : Rotap
Tipe : VS 1
Merk : Retsch
Volatse : 220 V
Daya : 430 Watt
Buatan : Jerman Barat
Artikel : 30 40 0010
No Seri : 01849038
Frekuensi : 50 Hz
Gambar 2.12 mesin pengguncang rotap
Sumber : Lab. Pengecoan logam Teknik Mesin UB
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
2. Timbangan pasir elektrik
Alat ini digunakan untuk menimbang pasir yang akan diuji.
Gambar 2.13 Timbangan pasir elektrik
Sumber : Lab. Pengecoan logam Teknik Mesin UB
3. Tempat pasir
Alat ini digunakan untuk menampung pasir silika.
Gambar 2.14 Tempat pasir
Sumber:http://www.google.co.id/imgres?
q=tempat+silika&hl=id&biw=1366&bih=705&tbm=isch&tbnid=sE
VCy6g1yL-
TBM:&imgrefurl=http://tanamanbuas.proboards.com/index.cgi
%3Fboard%3Ddrosera%26action%3Dprint%26thread
%3D5&docid=llGeNytuK5wJlM&imgurl=http://i14.tinypic.com/4x
o13c8.jpg&w=640&h=640&ei=xTfET_z5JIjqrQe2y7HQCQ&zoom
=1&iact=rc&dur=228&sig=115696251485900545607&page=3&tbn
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
h=159&tbnw=135&start=40&ndsp=23&ved=1t:429,r:12,s:40,i:180
&tx=68&ty=122
b. Urutan kerja pengujian
Urutan kerja pengujian distribusi pasir cetak adalah :
1. Ambil pasir cetak seberat 50 gr sebanyak 4 sampel.
2. Susun ayakan dari bawah ke atas dengan tingkat mesh semakin
ke atas semakin besar meshnya, kemudian letakkan pada mesin
pengguncang rotap.
3. Letakkan spesimen pasir cetak pada ayakan paling atas.
4. Hidupkan mesin pengguncang rotap selama 5 menit dengan
frekuensi getar 50 Hz.
5. Setelah selesai, timbang berat pasir yang berada pada masing-
masing mesh.
6. Cari harga Sn dari tiap-tiap mesh yang ada dari tabel-tabel yang
terlampir.
7. Hitung besar nomor kehalusan pasir cetak dalam skala FN
maupun standar AFS.
2.4 Pengolahan data dan pembahasan
2.4.1 Pengolahan data dan pembahasan kadar air pasir cetak
a. Data hasil pengujian kadar air
Table 2.1 data hasil pengujian kadar air
No
Berat spesimen
awal (gr)
Berat spesimen
akhir (gr)
Kadar air (%)
1 25 24.454 2.184
2 25 24.383 2.486
3 25 24.081 3.676
75 72.918 8.328
Rata Rata 24.306 2.776
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
b. Perhitungan data hasil pengujian kadar air
Table 2.2 perhitungan data hasil pengujian kadar air
No
Berat
spesimen
awal (gr)
Berat
spesimen
akhir (gr)
Kadar air
(%)
(X-
X
) (X-
X
)
2
1 25 24.454 2.184 -0.592 0.35
2 25 24.383 2.486 0.308 0.09
3 25 24.081 3.676 0.9 0.81
75 72.918 8.328 0 1.255
Rata Rata 24.306 2.776
1. Persentase kadar air
Kadar air (%) =
awal Berat
akhir Berat awal Berat
x 100 %
Pengujian 1 = % 184 . 2 % 100
25
454 . 24 25

x
Pengujian 2 = % 468 . 2 % 100
25
383 . 24 25

x
Pengujian 3 = % 676 . 3 % 100
25
081 . 24 25

x
2. Kadar air rata rata (
X
)
X
= % 776 . 2
3
676 . 3 468 . 2 184 . 2

+ +
3. Simpangan baku ( )

2
=

1
) (
2


n
X X

1 3
255 . 1
792 . 0
4. Simpangan baku rata rata (

=
n

= 4574 . 0
3
792 . 0

Laboratorium Pengecoran Logam


Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
5. Keasalahan Relatif (KR)
Kr =
X

=
306 . 24
4574 . 0
= 0,0188
= Kr x 100 %
= 0,0188 x 100 %
= 1.88 % diambil

= 5 %
Dengan db = n-1 = 3 1 = 2
Sehingga t ( 303 . 4 ) 2 ; 025 . 0 ( ) ;
2
t db

X -
1
]
1

+ < <
1
]
1

. ) db ;
2
( t X x . ) db ;
2
( t
2.776 (1.96) < x < 2.776 + 1.96
0.816 < x < 4.736
Dengan keyakinan 95%
Table 2.3 perhitungan spesimen 1, 2 dan 3
Pengujian
Kel. 1-2
Waktu pemanasan (menit)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 0.04 0.28 0.85 1.51 2.15 2.63 3.01 3.31 3.56 3.73
2 0.35 1 1.84 2.53 2.98 3.3 3.54 3.68 3.76 3.77
3 0.19 0.68 1.34 1.93 2.34 2.62 2.81 2.94 3 3.02
Jumlah 0.58 1.96 4.03 5.97 7.47 8.55 9.36 9.93 10.32 10.52
rata2 0.193 0.653 1.343 1.99 2.49 2.85 3.12 3.31 3.44 3.507
rata2/waktu 0.193 0.327 0.448 0.498 0.498 0.475 0.45 0.414 0.382 0.351
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
Contoh perhitungan
Penguapan Rata-rata =
n
upemanasan Jumlahwakt
=
3
58 , 0
= 0,193
Laju penguapan =
asan waktupeman
rata ata Penguapanr
=
1
193 , 0
=0,193
c. Grafik hubungan antara penguapan rata rata dengan waktu
pemanasan
Pada grafik hubungan rata-rata penguapn dengan waktu pemanasan
dapat diketahui bahwa pada menit ke 1 sampai menit ke 10 cenderung
meningkat hal ini disebabkan karena semakin lama waktu pemanasan
semakin banyak kadar air yang menguap sehingga penguapan rata-rata
meningkat seiring bertambahnya waktu pemansan dengan temperatur
tetap.
Dari grafik ini juga dapat terlihat bahwa pada menit ke 0 sampai
menit ke 1 peningkatan penguapan rata-rata lebih kecil dari pada menit ke
1-2,2-3 dst hal ini disebabkan oleh proses pemanasan pada menit ke 0
sampai menit ke 1 moisture analyzer membutuhkan waktu untuk mencapai
temperatur pemanasan yang diinginkan ,dalam hal ini temperatur yang
diinginkan 120
o
C.
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
Setelah menit pertama punguapan rata-rata meningkat signifikan
kemudian peningkatan rata-rata cenderung konstan.hal ini dikarenakan
kadar air bebas pada pasir cetak sudah mulai habis dan yang tersisa hanya
air ikat.
d. Grafik hubungan antara laju penguapan dengan waktu
pemanasan
Dari grafik laju penguapan dengan waktu pemanasan dapat kita liat
bahwa terjadi peningkatan laju penguapan rata-rata dari menit awal sampai
menit ke 4 hal ini disebabkan karena kandungan air bebas pada pasir cetak
masih banyak yang belum diuapkan, sedangkan menit ke 5 sampai ke 10
laju penguapan menurun karena kandungan air berangsur-angsur
berkurang.
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
e. Grafik hubungan antara penguapan rata rata dengan waktu
pemanasan data antar kelompok
Pada grafik hubungan rata-rata penguapan dengan waktu pemanasan
data antar kelompok dapat dilihat bahwa grafiknya cenderung meningkat
hal ini disebabkan karena semakin lama waktu pemanasan maka semakin
banyak pula kadar air pada pasir cetak yang akan menguap, sehingga
penguapanpun semakin meningkat seiring bertambahnya waktu penguapan
yang menyebabkan rata-rata penguapan semakin besar.
Pada grafik terlihat bahwa rata-rata penguapan tertinggi adalah
kadar air 5%,4%,3%. Dalam hal ini tidak terjadi penyimpangan dimana
semakin besar kada air pasir cetak maka membutuhkan waktu yang lama
untuk diuapkan.
f. Grafik hubungan antara laju penguapan dengan waktu
pemanasan data antar kelompok
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
Dari grafik di atas pada menit 1 -4 grafik cenderung naik namun
pada menit 5- 10 grafik cenderung menurun, karena semain berkurangnya
kadar air bebas yang terkandung dan ketika air bebasnya sudah habis maka
ait ikatnyapun akan ikut diuapkan.
Berdasarkan grafik penguapan dari yang terbesar ke yang terendeah
adalah laju penguapan denga kadar air 5% - 4% - 3% dengan kadar
bentonit sama 6%. Dengan besarnya kadar air maka laju penguapannyapun
juga semakin besar.
Laju penguapan =
penguapan waktu
penguapan rata rata
2.4.2 Pengolahan Data dan Pembahasan Kadar Pengikat Pasir Cetak
a. Data Hasil Pengujian dan Perhitungan Kadar Pengikat
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
Tabel 2.4 Data Hasil Pengujian
No. Berat Awal Spesimen
Berat Akhir
Spesimen
Kadar Bentonit
1 100 88,45 7,95
2 100 91,8 8,20
3 100 90,14 9,86
300 270,39 26,01
Rata - Rata 90,13 8,67
Tabel 2.5 Data Hasil Perhitungan
No.
Berat Awal
Spesimen
Berat Akhir
Spesimen
Kadar
Bentonit
( x -
x
) ( x -
x
)
2
1 100 88,45 7,95 -0,71 0,51
2 100 91,8 8,20 -0,47 0,22
3 100 90,14 9,86 1,18 1,40
300 270,39 26,01 0 2,14
Rata - Rata 90,13 8,67
b. Perhitungan Data Hasil Pengujian
1. Persentase Kadar Bentonit Tiap Spesimen
% Bentonit =
rata rata air Kadar % 100 x
Awal Berat
Akhir Berat Awal Berat

Pengujian 1 = % 776 , 2 % 100


100
. 45 , 88 100

x
= 7,95 %
Pengujian 2 = % 776 , 2 % 100
100
8 , 91 100

x
= 8,20 %
Pengujian 3 = % 776 , 2 % 100
100
4 , 90 100

x
= 9,86 %
2. Kadar Bentonit Rata-Rata (
x
)
x
=
n
x
= % 094 . 7
3
084 . 7 424 . 5 774 . 8

+ +
3. Simpanan baku (

)
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya

2
=
( )
1
2


n
x x

=
1 3
14 , 2

= 1,0344
4. Simpangan baku rata-rata (

=
n

=
3
1,0344
= 0,597
5. Kesalahan relatif (KR)
KR =
x

=
8,67
0,597
= 0,688
= KR . 100 %
= 0,0620 . 100 %
= 6,88 %
Dengan mengambil resiko kesalahan = 10 %
Derajat Kebebasan (db)
db = n 1 = 3 1 = 2
Sehingga t ( 920 , 2 ) 2 ; 05 , 0 ( ) ;
2
t db

8,67 - (
920 , 2
. 0,597) < x < 8,67 + (
920 , 2
. 0,597)
10,7471 - 2,8688 < x < 10,7471 + 2,8688
6,93 < x < 10,41
Dengan tingkat keyakinan 90 %.
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
1
]
1


,
_

+ < <
1
]
1


,
_

db t x x db t x ;
2
;
2
c. Pembahasan
Kadar bentonit standar dalam pasir cetak adalah 8 - 12 %, apabila
terlalu banyak maka bentonit akan kehilangan fungsi sebagai aktivator dan
apabila kekurangan bentonit maka bentonit akan kelebihan air dan
berbentuk pasta sehingga daya ikatnya menurun.
Pada praktikum ini digunakan kadar air 5% dan kadar bentonit 6%,
sedangkan pada perhitungan kadar bentonit menggunakan kadar air 2.776
% sehingga perhitungan aktual 8.67%. Hal ini disebabkan pada saat
pengujian kadar bentonit dengan pasir belum benar-benar mengendap
sehingga bentonitnya bercampur dengan sisa pasir dan menyebabkan kadar
bentonit aktual lebih tinggi dari kadar bentonit teoritis.
Kemudian dalam praktikum ini digunakan larutan NaOH untuk
memisahkan pasir dengan pengikat. proses pemisahan dimulai ketika
NaOH bereaksi dan menghasilkan panas. Berikut reaksinya :
NaOH + H
2
O Na
+
+ OH
-
+ Panas
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
Gambar 2.15 Hubungan permeabilitas dan kadar air
Sumber : Tata Surdia. Teknik pengecoran logam. Hal: 112
Dari grafik di atas permeabilitas akan mencapai titik maksimum
dimana butir butir pasir diikat oleh campuran tertentu antara air dengan
bentonit. Apabila kelebihan kadar air, maka permeabilitasnya juga akan
turun karena kurang rekatnya bentonit.
Begitu juga dengan kekuatan pasir cetak, apabila kadar bentonit
meningkat dan kadar air tetap, maka kekuatan kering akan meningkat.
Apabila kadar air meningkat dan kadar bentonit meningkat maka kekuatan
tekan kering juga akan semakin meningkat.
2.4.3 Pengolahan Data dan Pembahasan Distribusi Besar Butir Pasir Cetak
a. Data Hasil Pengujian dan Perhitungan Distribusi Besar Butir Pasir Cetak
Tabel 2.6 Data Hasil Pengujian
No Ukuran Mesh (m) Berat 1 (gr) Berat 2 (gr) Berat 3 (gr)
1 315 16,3 17,35 16,9
2 280 3,7 2,9 3,07
3 250 4,5 4,5 4,82
4 200 6,35 6,3 6,75
5 180 2,9 2,7 2,8
6 160 3,35 2,65 3
7 140 2,35 2,4 2,36
8 125 1,75 3,36 1,9
9 sisa 8,8 7,84 8,4
Pembanding
Mesh Sn
420 45
297 63
Mesh Us M
414 40 30
295 50 40
208 70 50
147 100 70
104 140 100
b. Perhitungan
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
Rumus yang digunakan untuk mencari nomor kehalusan ( Finnest
Number ) pasir cetak :
Tabel 2.7 Data Perhitungan Spesimen 1
No Ukuran Mesh Sn Wn
1
Wn
1
. Sn
1 315 60,36 16,3 983,96
2 280 65,48 3,7 242,30
3 250 69,87 4,5 314,45
4 200 77,19 6,35 490,19
5 180 80,12 2,9 232,35
6 160 83,04 3,35 278,21
7 140 85,97 2,35 202,04
8 125 88,17 1,75 154,29
9 sisa 106,46 8,8 936,87
Jumlah 50 3834,70
Contoh perhitungan :
Menghitung Sn pada Mesh 35
Tabel 2.8 Data Perhitungan Spesimen 2
No Ukuran Mesh Sn Wn
2
Wn
2
. Sn
1 315 60,36 17,35 1047,35
2 280 65,48 2,9 189,91
3 250 69,87 4,5 314,45
4 200 77,19 6,3 486,32
5 180 80,12 2,7 216,32
6 160 83,04 2,65 220,08
7 140 85,97 2,4 206,34
8 125 88,17 3,36 296,25
9 sisa 106,46 7,84 834,67
Jumlah 50 3811,72
Contoh perhitungan :
Menghitung Sn pada Mesh 280
Tabel 2.9 Data Perhitungan Spesimen 3
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
No Ukuran Mesh Sn Wn
3
Wn
3
. Sn
1 315 60,36 16,9 1020,18
2 280 65,48 3,07 201,04
3 250 69,87 4,82 336,81
4 200 77,19 6,75 521,06
5 180 80,12 2,8 224,34
6 160 83,04 3 249,14
7 140 85,97 2,36 202,90
8 125 88,17 1,96 167,52
9 sisa 106,46 8,4 894,29
Jumlah 50 3817,317
Contoh perhitungan :
Menghitung Sn pada Mesh 250
Tabel 2.10 Data Perhitungan Spesimen 1
No Ukuran mesh Us M Wn
1
Wn
1
. M
1 315 48,32 38,32 16,3 624,60
2 280 51,26 41,26 3,7 152,66
3 250 53,78 43,78 4,5 197,01
4 200 57,98 47,98 6,35 304,69
5 180 59,66 49,66 2,9 144,02
6 160 61,34 51,34 3,35 172,00
7 140 63,02 53,02 2,35 124,60
8 125 64,28 54,28 1,75 95,00
9 sisa 74,78 64,78 8,8 570,15
Jumlah 50 2384,77
Contoh perhitungan :
Pembanding
Mesh Us M
414 40 30
295 50 40
208 70 50
147 100 70
104 140 100
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
Mencari Us dan M pada Mesh 315
Tabel 2.11 Data Perhitungan Spesimen 2
No Ukuran mesh Us M Wn
2
Wn
2
. M
1 315 48,31 38,31 17,35 664,84
2 280 51,26 41,26 2,9 119,65
3 250 53,78 43,78 4,5 197,01
4 200 57,98 47,98 6,3 302,29
5 180 59,66 49,66 2,7 134,09
6 160 61,34 51,34 2,65 136,06
7 140 63,02 53,02 2,4 127,26
8 125 64,28 54,28 3,36 182,40
9 sisa 74,78 64,78 7,84 570,95
Jumlah 50 2371,576
Mencari Us dan M pada Mesh 280
Tabel 2.12 Data Perhitungan Spesimen 3
No Ukuran mesh Us M Wn
3
Wn
3
. M
1 315 48,31 38,31 16,9 647,59
2 280 51,26 41,26 3,07 126,66
3 250 53,78 43,78 4,82 211,02
4 200 57,98 47,98 6,75 323,88
5 180 59,66 49,66 2,8 139,05
6 160 61,34 51,34 3 154,03
7 140 63,02 53,02 2,36 125,13
8 125 64,28 54,28 1,9 103,14
9 sisa 74,78 64,78 8,4 544,23
Jumlah 50 2374,79
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
Mencari Us dan M pada Mesh 250
Perhitungan Data Hasil Pengujian
Perhitungan Statistik
Tabel 2.13 Skala FN
No Spesimen FN FN - FN
avg
( FN - FN
avg
)
2
1 1 76,69 0,2690 0,0723
2 2 76,23 -0,1904 0,0362
3 3 76,34 -0,0785 0,0061
Jumlah 229,26 3,4146E - 05 3,41463E - 05
FN rata rata ( FN
avg
)
Simpangan Baku ( s )
Simpangan Baku Rata Rata ( )
Kesalahan Relatif ( KR )
= KR x 100% = 0,00312 x 100% = 0,312%
diambil = 1% = 0,01
t {/2 ; db} = t {0,005 ; 2} = 9,925
FN
avg
{t (/2 ; db) . } FN FN
avg
+ {t (/2 ; db) . }
76,428 (9,925 x 0,004) FN 76,428 + (9,925 x 0,004)
76,318 FN 76,465
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
Dengan tingkat keyakinan 99%
Tabel 2.14 Skala AFS
No Spesimen AFS AFS - AFS
avg
(AFS -
AFS
avg
)
2
1 1 47,695 0,154 0,0238
2 2 47,431 -0,109 0,0119
3 3 47,495 -0,04 0,0020
Jumlah 142,622 -1,421E - 14 0,0378
AFS rata rata ( AFS
avg
)
Simpangan Baku ( s )
Simpangan Baku Rata Rata ( )
Kesalahan Relatif ( KR )
= KR x 100% = 0,016 x 100% = 1,6%
diambil = 1% = 0,01
t {/2 ; db} = t {0,005 ; 2} = 9,925
AFS
avg
{t (/2 ; db) . } AFS AFS
avg
+ {t (/2 ; db) . }
46,69 13200 AFS 46,69 + 13200
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
33,49 AFS 59,89
Dengan tingkat keyakinan 99%
c. Pembahasan
1) Spesimen 1
Pada tabel 2.6 dapat diketahui bahwa ukuran distribusi besar
butir pasir cetak dengan nilai terbesar pada ukuran Mesh 315 m
dengan berat Wn
1
= 16,3 gr. Sedangkan berat terkecil terletak pada
ukuran Mesh 125m dengan berat Wn
1
= 1,75 gr.
Pada tabel 2.7 didapatkan nilai FN spesimen 1 sebesar
76,6940. Setelah dilakukan perhitungan statistika FN, FN spesimen
1 berada pada daerah terima dengan kisaran 76,381 FN 76,465
pada tingkat keyakinan 99%.
Pada tabel 2.14, nilai AFS spesimen 1 sebesar 47,695. Setelah
dilakukan perhitungan statistiks AFS, nilai AFS spesimen 1 berada
pada daerah terima dengan kisaran 33,49 AFS 59,89 pada
tingkat keyakinan 99%.
2) Spesimen 2
Pada tabel 2.6 dapat diketahui berat terbesar terletak pada
Mesh 315 m sebesar 17,35 gr. Sedangkan berat terkecil pada
ukuran Mesh 140 m sebesar 2,4 gr.
Pada tabel 2.8 didapatkan nilai FN spesimen 2 sebesar 76,23.
Setelah dilakukan perhitungan statistika FN, FN spesimen 2 berada
pada daerah terima dengan kisaran 76,81 FN 76,645 pada tingkat
keyakinan 99%.
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
Pada tabel 2.14, nilai AFS spesimen 2 sebesar 47,431. Setelah
dilakukan perhitungan statistiks AFS, nilai AFS spesimen 2 berada
pada daerah terima dengan kisaran 33,49 AFS 59,89 pada
tingkat keyakinan 99%.
3) Spesimen 3
Pada tabel 2.6 dapat diketahui berat terbesar terletak pada
Mesh 315 m sebesar 16,9 gr. Sedangkan berat terkecil pada ukuran
Mesh 125 m sebesar 2,9 gr.
Pada tabel 2.9 didapatkan nilai FN spesimen 3 sebesar 76,396.
Setelah dilakukan perhitungan statistika FN, FN spesimen 3 berada
pada daerah terima dengan kisaran 76,381 FN 76,645 pada
tingkat keyakinan 99%.
Pada tabel 2.14, nilai AFS spesimen 3 sebesar 47,495. Setelah
dilakukan perhitungan statistiks AFS, nilai AFS spesimen 3 berada
pada daerah terima dengan kisaran 33,49 AFS 59,89 pada
tingkat keyakinan 99%.
Distribusi besar butir pasir cetak berpengaruh pada kekuatan.
Semakin besar FN-nya, maka kekuatannya akan semakin tinggi, begitu
juga sebaliknya. Sehingga urutan dari kekuatan yang paling tinggi
adalah spesimen 1 (FN = 76,6940), spesimen 2 (FN = 76,23), kemudian
spesimen 3 (FN = 76,396)
Distribusi besar butir pasir cetak berpengaruh pada permebiliotas.
Semakin besar FN pasir cvetak, maka permeabilitasnya akan semakin
kecil, begitu juga sebaliknya. Sehingga urutan dari permeabilitas yang
paling tinggi adalah spesimen 3 (FN = 76,396), spesimen 2 (FN =
76,23), kemudian spesimen 1 (FN = 76,6940)
2.5 Kesimpulan dan Saran
2.5.1 Kesimpulan
1. Pengujian Kadar Air
Kadar air adalah banyaknya air yang terkandung dalam pasir cetak
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
Rumus menghitung kadar air :
Fungsi air adalah sebagai aktifator bentonit sehingga dapat
digunakan untuk mengikat pasir cetak
Faktor yang mempengaruhi kadar air :
a) Waktu pemanasan
b) Temperatur pemanasan
c) Luas penampang cawan
d) Ukuran dan bentuk pasir
e) Kelembaban udara sekitar
Semakin lama waktu pemanasan maka semakin banyak pula air
yang menguap, sehingga jumlah penguapan akan semakin
meningkat seiring bertambahnya waktu pemanasan yang
mengakibatkan rata rata penguapan semakin besar.
Semakin lama waktu pemanasan maka laju penguapan semakin
besar, namun pada titik tertentu laju penguapan akan cenderung
menurun. Hal ini disebabkan dengan suhu yang sama, air bebas
poada pasir cetak mulai habis, dan laju penguapan turun.
Dari hasil pengujian diperoleh :
a) Kadar air = 2,776%
b) Interial penduga kadar air : 0,18 4,736 (tingkat keyakinan
95%)
2. Pengujian Kadar Pengikat
Bentonit adalah bahan yang digunakan untuk mengikat butir butir
pasir yang akan teraktifasi jika ditambah air
Kadar bentonit standar pasir cetak adalah 8 12 %
Macam macam pengiukat ada 2, yaitu :
A. Lempung
a) Berdasarkan kadarnya dalam pasir cetak :
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
- Lempung jenuh
- Lempung tak jenuh
b) Berdasarkan kekuatannya :
- Western bentonit
- Southern bentonit
- Fire clay
B. Semen
Faktor faktor yang mempengaruhi kadar pengikat :
a) Kadar air
b) Ukuran butir pasir cetak
c) Bentuk butir pasir cetak
d) Distribusi pasir cetak
Pada saat melakukan prosedur pengujian kadar bentonit biasanya
pasir belum benar benar mengendap dan ikut terbuang, sehingga
kadar bentonit tercampur dengan sisa sisa dan menyebabkan
kadar bentonit aktual lebih tinggi dibandingkan teoritis
3. Pengujian Distribusi Pasir Cetak
Butiran pasir yang terlalu kecil menyebabkan kerapatan pasir cetak
semakin tinggi dan permeabilitas menurun, begitu juga sebaliknya
Semakin kecil butiran pasir cetak, maka kekuatannya semakin
tinggi karena bidang kontak antar butiran semakin luas dan
pendistribusian tegangan antar butiran semakin banyak
Semakin tinggi nilai FN dari pasir cetak maka kekuatannya akan
semakin tinggi, namun permeabilitasnya semakin rendah, begitu
juga sebaliknya
2.5.2 Saran
Semua praktikan seharusnya berhak mendapatkan kesmpatan untuk
melakukan semua pengujian dalam praktikum pengecoran logam
Pada saat pengujian kadar bentonit, usahakan pada saat pengendapan, air
sudah dalam keadaan benar benar jernih
Peralatan dan perlengkapan laboratorium yang digunakan untuk
praktikum sebaiknya ditambah lagi
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya

You might also like