You are on page 1of 8

Abimanyu Ranjap

Bambang Sumitra, mengendalikan kuda kereta perangnya melaju dengan cepatnya, memasuki medan laga Tegal Kurusetra.. Sedaaangkan Abimanyu dengan gagah berani berdiri di atas kereta perang,nya yang ditarik kuda pusaka Ciptawilaha, milik ayahandanya, Arjuna yang merupakan pemberian Resi Wilawuk sekaligus dengan cemeti kyai Pamuk. Suara lecutan pusaka cambuk kyai Pamuk, menggelagar di angkasa, Abimanyu berusaha menerobos pertahanan Astina yang menggunakan gelar pertahanan Cakrabriha. yang diciptakan oleh para sesepuh Astina.. Hanya Bisma dan Resi Durna lah yang dapat menciptakannya.

Abimanyu mengimbangi lajunya kereta perang yang disaisi oleh Bambang Sumitra. Dan di sepanjang jalan, Abimanyu. memanah para senapati Astina, sehingga banyak para senapati Astina yang gugur.. Abimanyu berpapasan dengan uwa nya Adipati Karna. Adipati Karna menyapa Abimanyu, agar Abimanyu pulang saja karena masih terlalu muda untuk berperang. Adipati Karna hanya mengharap agar Arjuna saja yang datang menandingi dirinya. Sehingga tidak terlalu banyak korban yang berjatuhan dalam perang ini.. Abimanyu homat kepada uwanya. Abimanyu hanya memberikan senyumannya pada uwanya,.Kreta perang Abimanyu tetap melaju dengan cepatnya. Abimanyu tetap berjalan menuju pusat pertahanan Kurawa. Abimanyu mengejar pembunuh saudara saudaranya para putera Arjuna. Prabakusuma, Brantalaras dan Wilugangga, yang telah gugur dimedan bakti. Abimanyu melepaskan panah panah saktinya ke arah pasukan Kurawa. banyak korban brjatuhan dari pihak Kuraawa.. Sementara itu Lesmana Mandrakumara melepaskan anak panah kepada sais Bambang Sumitra. Bambang Sumitrapun tewas terkena anak panah Lesmana Mnndrakumara. Dengan tewasnya Bambang Sumitra, menjadikan kereta perang Abimanyu ,tidak terkendali. Keretapun terguling. Sementara itu Abimanyu behasil meloncat dari kereta perang dan melepaskan anak panah terhadap Lesmana Mandrakumara yang telah membunuh Bambang Sumitra, kakaknya,. .Lesmana Mandrakumara, anak Prabu Suyudana pun tewas terkena panah sakti Abimanyu. Kini Warsasena, anak Adipati Karna yang melihat tewasnya Lesmana Mandrakumara,menjadi terkejut dan tidak merelakan, maka ia berusaha membalas kematian Lesmana Mandrakumara. Warsasena mencoba melawan Abimanyu. Namun Abimanyu lebih lincah dalam memanah. Sehingga Warsasena tewas pula terkena panah Abimanyu, gugurlah cucu kesayangan Batara Surya. Abimanyu tanpa disadari semakin memasuki wilayah pertahanan Kurawa, yaitu Cakrabriha. Abimanyu terjebak dalam strategi perang Kurawa, setelah mengejar pembunuh saudara saudaranyan,.tanpa memperhatikan strategi perang pihak Kuirawa,

Abimanyu mengejar para pembunuh saudara saudaranya, yang lari masuk kedalam daerah pertahanan Kurawa, yaitu Cakrabriha. yang sudah dipersiapkan untuk menjebak Abimanyu. Sehingga terpisahlah Abimanyu dari Gatutkaca dan para tokoh Pendawa yang lain.

Sementara itu kuda pusaka Ciptawilaha, melihat majikannya di keroyok musuh, menjadikan kuda Ciptawilaha menjadi binal. Kuda Ciptawilaha menjadi beringas dan mengamuk di medan perang Tegal Kurusetra. Kuda Ciptawilaha, dengan kekuatan kepalanya menyundang nyundang dan kaki kaki nya yang kokoh yang menenyepak nyepak, melabrak pasukan Astina, sehingga pertahanan Cakrabriha menjadi kocar kacir, banyak para perajurit dan para Senapati terbunuh..Kurawa berlarian menyelamatkan diri, Sementara itu Pendita Durna meneriintahkan agar kuda Ciptawilaha ditangkap. Akhirnya Dursasana melempar jala untuk mennangkap kuda Ciptawilaha, Kuda Ciptawilaha pun tertangkap oleh Dursasana. Namun karena kuda itu bukan kuda sembarangan, maka tiba tiba kuda itupun sirna, tidak satu pun orang mengetahui keberadaan kuda Ciptawilaha sekarang.

Beberapa anak Panah menancap pada tubuh Abimanyu. Makin lama makin banyak anak panah menancap ditubuh Abimanyu. Namun Abimanyu masih kokoh berdiri, dan masih kuat menarik gendewa serta melayangkan anak anak panah saktinya ke arah musuh. Abimanyu yang sudah diranjap ratusan anak panah yang menancap di seluruh bagian tubuh nya.. Abimanyu masih kokoh kuat berdiri dfan masih kuat melayangkan anak panah saktinya kepada para musuh, Sakit akibat luka terkena panah tidak dirasa, sampai akhirnya Jayadrata seorang Kurawa pengecut harus beerbuat nista, Dengan diam diam mendekati Abimanyu dari belakabng, dan membabat kepala Abimanyu, hingga putus.. Keperkasaan Abimanyu pupus sudah., Abimanyu pun gugur. Gugurnya Abimanyu membuat bala Kurawa bersorak gegap gempita, Abimanyu mati, Abimanyu mati !!! Berita gugurnya Abimanyu dan saudara saudaranya, membuat Arjuna tiada berdaya lagi. Disinilah peran Prabu Sri Bathara Kresna untuk membangun kembali semangat Arjuna. Namun Arjuna masih bersedih hati dan akhirnya bersumpah bahwa ia akan membakar diri apabila sampai matahari terbenam belum bisa membalas kematian Abimanyu.

Prabu Sri Batara Kresna terperanjat mendengar sumpah Arjuna.Prabu Kresna menyayangkan sumpah Arjuna. Prabu Kresna berpikir keras, karena waktu sampai dengan matahari tenggelam, sangatlah singkat. Arjuna belum tentu bisa membunuh pelakunya. Prabu Kresna mohon pada Dewa, agar langit berubah seperti waktu matahari terbenam. Dewa agaknya memenuhi permintaan Prabu Sri Batara Kresna., yang tak lain titisan Bathara Wisnu Langit yang tadinya siang terang benderang, tiba tiba menjadi senja menjelang malam. Kejadian perubahan waktu menjadi senja, idak ada seorangpun mengetahui, kalau semua itu perbuatan Prabu Kresna. Para Kurawa merasa senang tiibanya waktu senja, karena di waktu waktu itu Arjuna akan melakukan perbuatan bodohnya. yaitu melakukan melaksanakan Pati Obong. Para Kurawa tanpa takut takut lagi menonton Arjuna yang mau akan melakukan pati obong.Termasuk juga Jayadrata yang telah membunuh Abimanyu.Arjuna dan Prabu Kresna berdiri diatas panggung tempat pati obong, dengan api yang menyala nyala dibawahnya. Jayadrata terlihat membuka sedikit kain penutup jendela keretanya, sebagai tempat persembunyiannya, ingin juga ia melihat Arjuna melaksanakan pati obong. Namun ternyata

Arjuna melihatnya, dengan cepat menarik anak panah Pasopati nya, dan bagai kilat, menyambar batang leher Jayadrata. Jayadrata tewas seketika. Setelah Jayadrata tewas, langit menjadi siang kembali, perangpun terus dilanjutkan sampai matahari tenggelam. Jayadrata adalah pangeran dari kerajaan Banakeling. Ayahnya bernama Begawan Sapwani. Jayadrata adalah anak ciptaan begawan Sapwani, Waktu itu Begawan Sapwani, sudah lama menikah, namun belum mendapatkan seorang puterapun. Begawan Sapwani kemudian pergi bertapa di hutan Setragandamayit, tempat bayi bungkus dibuang. Kelahiran Bratasena, berkat bantuan seekor gajah putih yang dikirim oleh para dewa, dari Kahyangan. Gajah yerseburt bernama Gajahsena. Gajahsena membantu kelahiran bungkus, yaitu dengan menginjak injak bayi bungkus sampai bungkus itu pecah. Bayi Bungkus pun lahirlah. Bungkus terkejut, ada seekor gajah besar didekatnya,yang akan menginjaknya. Bungkus menjadi marah. Bayi bungkus ada di dalam bungkus selama berumur 10 tahun, ia menempeleng kepala gajah sebesar itu. Gajahsena pecah kepalanya. Karena Gajahsena terbunuh oleh Bungkus, maka olehBatara Narada yang turun dari kahyangan, Bungkus diberi nama Sena atau Bratasena. Sedangkan bungkust empat bayi itu tertinggal di hutan, yang kemudian ditemukan Begawan Sapwani. Oleh Begawan Sapwani, di ciptakannya menjadi seorang bayi laki laki. Oleh Begawan Sapwani bayi itu diberi nama Jayadrata atau Tirtanata.

Begawan Sapwani sangat sayang kepada puteranya yang selalu memantau kemana pergi puteranya, walaupun dari jarak jauh. Sampai Begawan Sapwani melihat kesengsaraan yang dialami puteranya,maka dengan kekuatan batinnya, ia memanggil kembali puteranya, agar kembali kepertapaan Banakeling. Namun yang datang hanya kepala puteranya. Sang Begawan sangat sakit hatinya. Melihat keadaan puteranya, yang tinggal kepalanya,. Maka dengan kesaktiannya, sang Begawan Sapwani menghidupkan kembali puteranya Jayadrata, dan mengirimkannya kembali ke medan perang Tegal Kurusetra. Sementara itu putera putera Arjuna, yang sedang berperang, Kumalasekti, Kumala dewa, Antakadewa,Bambang Wijanarka terkejut ketika tiba tiba saja datang kepala Jayadrata. Mereka digigitnya sampai mati. Jayadrata mnjadi "gundul pringis" yang sangat mengerikan. Sisa Putera laki laki Arjuna yang masih hidup, semua binasa digigit kepala Jayadrata.

Melihat keadaan itu. Prabu Kresna dengan kesaktiannya, dari jarak jauh, menemui Begawan Sapwani , memperingatkan Begawan Sapwani, jangan menyakiti putranya Jayadrata. Karena ia sudah meninggal, dan sudah tentram di alam kalanggengan. Begawan Sapwani tidakmau tahu, ia tidak meelakan kematian putranya Jayadrata oleh Arjuna, sehingga sukmanya tidak tenteram, dan ingin membalas dendam.

Terjadilah adu kesaktian antara keduanya, Prabu Kresna memuja agar Jayadrata mati, namun Begawan Sapwani memuja hidup puteranya. Berpuluh kali Prabu Kresna mengatakan mati, tetapi Begawan Sapwani menjawab hidup.Setiap kali Prabu Kresna bilang mati, maka Jayadrata yang berujud hanya kepala, mati. Namun apabila ayahnya, Begawan Spwani bilang hidup, maka hidup pula Jayadrata. Prabu Kresna capek juga menanti Begawan Sapwani untuk mengatakan mati pada Jayadrata.Terakhir Prabu Kresna memuja mati, mati, mati, Prabu Kresna menyelipkan memuja hidup !!!, tanpa diduga. Begawan Sapwani mengatakan mati !!!. Sehingga matilah kepala Jayadrata.

Pada waktu perabuan jasad Abimanyu, kedua istri Abimanyu, Dewi Siti Sendari dan Dewi Utari ingin ikut belapati, masuk dalam api yang sedang menyala-nyala membakar jasad Abimanyu. Namun Prabu Sri Batara Kresna hanya memperbolehkan Dewi Siti Sendari. Sedangkan Dewi Utari tidak diperkenankan, karena masih hamil mengandung bayi calon pewaris tahta Astinapura dari pihak Pandawa. Abimanyu gugur dalam Perang Baratayudha pada usia 16 tahun.***

Abimanyu putera Arjuna dari salah satu istrinya yang bernama Subadra. Abimanyu menikah dengan Utara, puteri Raja Wirata dan memiliki seorang putera bernama Parikesit Dalam Mahabharata diceritakan bahwa Raja Hastinapura yang bernama Pandu tidak bisa melanjutkan keturunan karena dikutuk oleh seorang resi. Kunti (istri pertamanya) menerima anugerah dari Resi Durwasa agar mampu memanggil Dewa-Dewa sesuai dengan keinginannya, dan juga dapat memperoleh anak dari Dewa tersebut. Pandu dan Kunti memanfaatkan anugerah tersebut kemudian memanggil Dewa Yama (Dharmaraja; Yamadipati), Dewa Bayu (Marut), dan Dewa Indra (Sakra) yang kemudian memberi mereka tiga putra. Arjuna merupakan putra ketiga, lahir dari Indra, pemimpin para Dewa. Karna merupakan sosok pahlawan yang memiliki sifat-sifat kompleks. Meskipun berada di pihak antagonis, namun ia terkenal sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kesatria. Sifatnya angkuh, sombong, suka membanggakan diri, namun juga seorang dermawan yang murah hati kepada siapa saja, terutama fakir miskin dan kaum brahmana. Kesaktiannya yang luar biasa membuat namanya terkenal sepanjang masa dan disebut dengan penuh penghormatan. Mahabharata bagian pertama atau Adiparwa mengisahkan seorang putri bernama Kunti yang pada suatu hari ditugasi menjamu seorang pendeta tamu ayahnya, bernama Resi Durwasa. Atas jamuan itu, Durwasa merasa senang dan menganugerahi Kunti sebuah ilmu kesaktian bernama Adityahredaya, semacam mantra untuk memanggil dewa dan mendapat anugerah putra darinya.

Dalam Mahabharata diceritakan bahwa Raja Hastinapura yang bernama Pandu tidak bisa melanjutkan keturunan karena dikutuk oleh seorang resi. Kunti (istri pertamanya) menerima anugerah dari Resi Durwasa agar mampu memanggil Dewa-Dewa sesuai dengan keinginannya, dan juga dapat memperoleh anak dari Dewa tersebut. Pandu dan Kunti memanfaatkan anugerah tersebut kemudian memanggil Dewa Yama (Dharmaraja; Yamadipati), Dewa Bayu (Marut), dan Dewa Indra (Sakra) yang kemudian memberi mereka tiga putra. Arjuna merupakan putra ketiga, lahir dari Indra, pemimpin para Dewa.

Jayadrata adalah salah satu tokoh pinunjul nan sakti yang berada di pihak Kurawa. Keberpihakannya di Kurawa tak lepas dari usaha Sengkuni dalam rekruitment calon perwira untuk menghadapi Pandhawa kelak di perang Bharatayuda. Jayadrata ialah anak seorang pertapa tua yang bernama Begawan Samphani. Misteri melingkupi tentang silsilah Jayadrata. Konon ia berasal dari ari-ari Werkudara yang saat dilarung di sungai secara tidak sengaja ditemukan oleh

Begawan Samphani. Oleh Begawan Samphani kemudian dipuja menjadi seorang pemuda yang gagah perkasa.
ARYA JAYADRATA nama sesungguhnya adalah Arya Tirtanata atau Bambang Sagara. Arya jayadrata putra angkat Resi Sapwani/Sempani dari padepokan Kalingga, yang tercipta dari bungkus Bima/Werkudara. Di negara Astina Jayadrata bertemu dengan Keluarga Kurawa, dan akhirnya diambil menantu Prabu Drestarasta, dikawinkan dengan Dewi Dursilawati dan diangkat sebagai Adipati Buanakeling. Dari perkawinan tersebut ia memperoleh dua orang putra bernama; Arya Wirata dan Arya Surata. Jayadrata mempunyai sifat perwatakan; berani, penuh kesungguhan dan setia. Arya Jayadrata mahir mempergunakan panah dan sangat ahli bermain gada.Oleh Resi Sapwani ia diberi pusaka gada bernama Kyai Glinggang. Jayadrata tewas oleh Arjuna di medan perang Bharatayuda sebagai senapati perang Kurawa. Kepalanya terpangkas lepas dari badannya oleh panah sakti Pasopati.

Kunti
Dewi Kunti seperti yang diketahui umum adalah ibu dari Pandawa dan istri Pandu, penguasa Hastinapura sebelum Destarasta. Kunti, yang memiliki nama lain Dewi Prita, terlahir sebagai anak kedua Basukunti (atau lebih dikenal dengan nama Kuntiboja, di mitos India). Kunti memiliki tiga orang saudara kandung. Salah satunya adalah orangtua Balarama, Khrisna, dan Subadra.

Kunti memiliki watak penuh belas kasih, setia dan wingit. Sesuai dengan keikhlasannya dalam mengasuh serta mendidik dua putra tiriya (Nakula dan Sadewa). Di lain sisi, Kunti diceritakan punya kegemaran dalam mempelajari ilmu-ilmu kejiwaan/kebatinan.

2. Utari
Utari adalah putri semata wayang dari Prabu Matswapati/Durgandana. Dia memiliki watak halus, wingit, jatmika (perilakunya penuh sopan santun), dan sangat berbakti.

You might also like