Professional Documents
Culture Documents
Prakata
Islam mengakui bahwa naluri untuk berhubungan antara lawan jenis merupakan watak dasar manusia. Tetapi Islam memberikan aturan dan rambu-rambu agar pemahaman dan keinginan itu tidak dipahami dan disalurkan secara negatif dan serampangan. Permasalahanpermasalahan yang terjadi dalam seksualitas, mayoritas masyarakat kita memandangnya bukanlah prioritas penting dalam memberi suatu pembelajaran. Bahkan tidak sedikit yang menganggap seks itu negatif, kotor, jorok, dan hal-hal yang berkonotasi buruk, hal ini disebabkan karena adanya miss-information terhadap seks. Kecenderungan mendiskreditkan seksualitas juga disebabkan beberapa hal, di antaranya peredaran VCD porno secara bebas, juga tidak sedikit orang tua yang menegur anaknya ketika mereka melakukan eksplorasi dengan memegang alat kelamin dengan menyebutnya jorok atau kotor, sehingga semakin mengokohkan bahwa seks itu negatif. Pendidikan seks mempunyai peran yang sangat signifikan dalam pengembangan sumber daya manusia dan pembangunan karakter anak bangsa, sehingga masyarakat yang tercipta merupakan cerminan masyarakat yang memandang seks kearah yang bersifat positif. Makalah ini akan memberikan informasi dan pengetahuan bagaimana Al-Quran serta hadits memandang pendidikan seks sebagai suatu ilmu yang bermanfaat didalam kehidupan bermasyarakat.
Pendidikan seks adalah membimbing serta mengasuh seseorang agar mengerti tentang arti, fungsi, dan tujuan seks sehingga ia dapat menyalurkan secara baik, benar, dan legal. Pendidikan seks dapat di bedakan antara lain:
Sex Intruction ialah penerangan mengenai anatomi seperti pertumbuhan rambut pada ketiak, dan mengenai biologi dari repoduksi, yaitu proses berkembang biak melalui hubungan untuk mempertahankan jenisnya termasuk didalamnya pembinaan keluarga dan metode kontrasepsi dalam mencegah terjadinya kehamilan. Education in sexuality meliputi bidang bidang etika, moral, fisiologi, ekonomi, dan pengetahuan lainnya yang di butuhkan agar seseorang dapat memahami dirinya sendiri sebagai individual sexual serta mengadakan inter personal yang baik.
Akses informasi seks sangatlah mudah dan cepat dari berbagai media, informasi tersebut dengan mudah didapat melalui internet, HP, majalah, serta media lainnya. Maka selayaknya orang tua sebagai pihak pertama yang bertanggung jawab terhadap keselamatan putra putrinya dalam menjalani tahapan-tahapan perkembangan (fisik, emosional, intelektual, seksual, sosial, dan lain sebagainya) yang harus mereka lalui, dari anak-anak sampai dewasa. Pendidikan seks di negara-negara sekuler menitik beratkan pada prilaku seks yang aman dan sehat dan tak mengajari anak-anak tentang menghindari seks bebas, sehingga tidak bisa mengurangi timbulnya penyakit menular seks (PMS) dan kehamilan pra nikah. Di dalam Islam, isu yang berkaitan dengan seks bukanlah perkara asing, dibicarakan dengan begitu luas oleh para ilmuan dan para ulama, pembicaraan masalah seks tersebut bukanlah berdasarkan kepada pandangan mereka semata-mata tetapi adalah berdasarkan kepada pandangan AlQuran dan Al-Hadits. Perbincangan tentang seks senantiasa dikaitkan dengan persoalan aqidah, akhlak, menjauhi kemungkaran, dan tidak mendatangkan kemudharatan terhadap orang lain. Sebagai contoh, Al-Quran telah menggambarkan institusi perkawinan sebagai sebuah institusi yang suci yang mampu memberikan ketenangan dan kasih sayang, hal ini sesuai dengan firman Allah SWT :
"Dan di antara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikanNya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir." (Al-Rum: 21) Apabila membicarakan perkara yang berkaitan dengan penyelewengan seks seperti zina, Allah SWT menegaskan dalam Al-Quran :
"Dan Janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang amat buruk." (Al-Isra': 32)
Apabila menyentuh persoalan hubungan homoseksual seperti yang di kisahkah melalui kaum Nabi Luth As, Allah SWT mengecam melalui dalil yang berbunyi :
Dan (Kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatakala ia berkata kepada kaumnya: "Mengapa kamu mengerjakan perbuatan fahisyah (homosexuality) itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorang pun (di dunia ini) sebelummu?" (Al-A'raf: 80) Islam sangat mementingkan umatnya menjalani kehidupan seksual yang sempurna dan baik selaras dengan tuntunan Allah SWT. Segala perintah dan peraturan agama berkaitan dengan seksual yang ditetapkan oleh Islam adalah kepada kesejahteraan hidup manusia.
"Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang- pasangan supaya kamu mengingati kebesaran Allah." (Al-Zariyat: 49)
"Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh itu adalah kotoran". Oleh itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu." (Al-Baqarah: 222)
"Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau (hamba) yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka tidak (termasuk dalam kelompok orang yang) tercela dalam hal ini. Barangsiapa yang mencari di sebalik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas." (Al-Mukminun: 5-7)
"Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka Katakanlah kepada wanita yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang (biasa) nampak daripadanya" (Al-Nur: 30-31)
4. Mengenalkan waktu berkunjung (meminta izin dalam 3 waktu). Tiga ketentuan waktu yang tidak diperbolehkan anak-anak untuk memasuki ruangan (kamar) orang dewasa kecuali meminta izin terlebih dulu adalah: sebelum solat subuh, tengah hari, dan setelah solat isya. Aturan ini ditetapkan mengingat di antara ketiga waktu tersebut merupakan waktu aurat, yakni waktu ketika badan atau aurat orang dewasa banyak terbuka (Lihat: QS al-Ahzab [33]: 13)1. Jika pendidikan semacam ini ditanamkan pada anak maka ia akan menjadi anak yang memiliki rasa sopan-santun dan etika yang luhur. 5. Mendidik menjaga kebersihan alat kelamin. Mengajari anak untuk menjaga kebersihan alat kelamin selain agar bersih dan sehat sekaligus juga mengajari anak tentang najis. Anak juga harus dibiasakan untuk buang air pada tempatnya (toilet training). Dengan cara ini akan terbentuk pada diri anak sikap hatihati, mandiri, mencintai kebersihan, mampu menguasai diri, disiplin, dan sikap moral yang memperhatikan tentang etika sopan santun dalam melakukan hajat. 6. Mengenalkan mahramnya. Tidak semua perempuan berhak dinikahi oleh seorang laki-laki. Siapa saja perempuan yang diharamkan dan yang dihalalkan telah ditentukan oleh syariat Islam. Ketentuan ini harus diberikan pada anak agar ditaati. Didik anak agar menjaga pergaulan kesehariannya dengan selain wanita yang bukan mahramnya. Inilah salah satu bagian terpenting dikenalkannya kedudukan orang-orang yang haram dinikahi dalam pendidikan seks anak. Dengan demikian dapat diketahui dengan tegas bahwa Islam mengharamkan sumbang mahram. Allah Swt telah menjelaskan tentang siapa mahram dalam surat an-Nisa (4) ayat 22-232. 7. Mendidik anak agar selalu menjaga pandangan mata. Telah menjadi fitrah bagi setiap manusia untuk tertarik dengan lawan jenisnya. Namun, jika fitrah tersebut dibiarkan bebas lepas tanpa kendali, justru hanya akan merusak kehidupan manusia itu sendiri. Begitu pula dengan mata yang dibiarkan melihat gambar-gambar atau film yang mengandung unsur pornografi. Karena itu, jauhkan anak-anak dari gambar, filem, atau bacaan yang mengandung unsur pornografi dan pornoaksi. 8. Mendidik anak agar tidak melakukan ikhtilt. Ikhtilt adalah bercampur-baurnya laki-laki dan perempuan bukan mahram tanpa adanya keperluan yang dibolehkan oleh syariat Islam. Perbuatan semacam ini pada masa sekarang sudah dianggap biasa. Mereka bebas berpandangan, saling berdekatan dan bersentuhan; seolah tidak ada lagi batas yang ditentukan syariah yang mengatur interaksi di antara mereka. Ikhtilt dilarang karena interaksi semacam ini boleh menjadi penyebab kepada perbuatan zina yang diharamkan Islam. Kerena itu, jangan biasakan anak diajak ke tempattempat yang di dalamnya terjadi percampuran laki-laki dan perempuan secara bebas.
1 2
9. Mendidik anak agar tidak melakukan khalwat. Dinamakan khalwat jika seorang laki-laki dan wanita bukan mahram-nya berada di suatu tempat, hanya berdua saja. Biasanya mereka memilih tempat yang tersembunyi, yang tidak boleh dilihat oleh orang lain. Sebagaimana ikhtilt, khalwat pun merupakan perantara bagi terjadinya perbuatan zina. Anak-anak sejak kecil harus diajari untuk menghindari perbuatan semacam ini. jika bermain, bermainlah dengan sesama jenis. Jika dengan yang berlainan jenis, harus diingatkan untuk tidak berkhalwat. 10. Mendidik etika berhias. Berhias, jika tidak diatur secara islami, akan menjerumuskan seseorang pada perbuatan dosa. Berhias bererti memperindah atau mempercantik diri agar berpenampilan menawan. Tujuan pendidikan seks dalam kaitannya dengan etika berhias adalah agar berhias tidak untuk perbuatan maksiat. 11. Ihtilm dan haid. Ihtilm adalah tanda anak laki-laki sudah mulai memasuki usia baligh. Adapun haid dialami oleh anak perempuan. Mengenalkan anak tentang ihtilm dan haid tidak hanya sekadar untuk dapat memahami anak dari pendekatan fisiologis dan psikologis semata. Jika terjadi ihtilm dan haid, Islam telah mengatur beberapa ketentuan yang berkaitan dengan masalah tersebut, antara lain kewajiban untuk melakukan mandi. Yang paling penting, harus ditekankan bahwa kini mereka telah menjadi Muslim dan Muslimah dewasa yang wajib terikat pada semua ketentuan syariah. Artinya, mereka harus diarahkan menjadi manusia yang bertanggung jawab atas hidupnya sebagai hamba Allah yang taat. Itulah beberapa hal yang harus diajarkan kepada anak berkaitan dengan pendidikan seks. Wallhu alam bi ash-shawb.
Daftar Bacaan
Al-Quran Ahmad Faiz, Cita Keluarga Islam, (Serambi, ), hal. 246 Untung Sentosa dan Aam Amiruddin, Cinta dan Seks Rumah Tangga Muslim, (Bandung: Khasanah Intelektual, 2006), hal. 5.