You are on page 1of 1

3.

Pengembangan Industri Otomotif Indonesia dalam Perspektif GVC (Jamal) Beralih ke dalam negeri, saat ini Indonesia menjadi pasar otomotif terbesar ke-11 untuk tingkat dunia dan ke-2 untuk tingkat ASEAN. Pasar dan industri mobil di Indonesia dikuasai oleh lima perusahaan Jepang, yaitu Toyota, Daihatsu, Mitsubishi, Honda, dan Suzuki. Sehingga, total kontribusi kelimanya tercatat mencapai 95 persen. Dari beberapa data diatas, sangat jelas terlihat persaingan produk otomotif asing yang sangat besar di wilayah Indonesia. Hal ini tentu sangat disayangkan mengingat dalam kompetisi tersebut posisi Indonesia tidak berada di level yang sama, melainkan menjadi objek pasar yang mengandalkan tingginya tingkat konsumsi. Padahal, jika pemerintah Indonesia bisa serius menjalankan proyek industri otomotif nasional, bisa jadi negara ini memiliki mobil nasional yang dipakai oleh rakyatnya sendiri. Beberapa paradoks diatas kemudian dianalisa oleh presenter, Jamal, dengan menggarisbawahi beberapa sudut pandang. Perkembangan industri otomotif di Indonesia didorong oleh dua faktor. Pertama, faktor pemerintah melalui kebijakan kandungan lokal. Kedua, faktor asing melalui prinsipal asing yang membuat jejaring industrinya di negara tujuan. Perkembangan oleh faktor kedua lebih mendominasi industri otomotif di Indonesia. Industri otomotif nasional merupakan industri yang berbasis pada impor. Secara umum, aktivitas alam industri otomotif nasional adalah industri perakitan. Kurangnya kemampuan industri otomotif nasional untuk membuat produk yang sesuai dengan standar internasional dan kebutuhan masyarakat global sekarang ini membuat perlunya mengimpor produk. Pemenuhan teknologi yang masih kecl dan kekurangmampuan sumber daya manusia Indonesia menjadi faktor yang mengakibatkan ketergantungan terhadap produk impor. Banyaknya komponenkomponen yang belum mampu dibuat oleh industri nasional Indonesia membuat nilai impor selalu lebih besar daripada nilai ekspor, karena upaya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan komponen tersebut dilakukan dengan mengimpor. Akibatnya, pada tahun 1997 produsen mobil lokal berguguran, transfer teknologi tidak berhasil di sini, banyaknya merek yang ada di sini menyebabkan economic scale lemah (pemain berinteraksi dengan banyaknya produsen), principal asing lebih suka mitra lokal berfungsi sebagai distributor, bukan manufacturer. Terdapat beberapa alasan mengapa proyek mobil nasional Indonesia gagal. Pertama, respon pasar. Pada awal diinisiasi, konsumen lokal amat sedikit, namun sebenarnya bertumbuh dengan cepat. dimana sebenanrnya lama-lama bertumbuh amat cepat. Kedua, strategi yang tidak efektif. Pada dasarnya, cara tepat untuk memperkenalkan produk mobnas pada masyarakat yakni tidak langsung dijadikan konsumsi publik, namun bisa untuk keperluan mobil dinas, pertanian, sama seperti negara lain seperti Jerman yang awalnya untuk penggunaan militer.
Pertanyaan: 1. 2. 3. 4. Bagaimana mobil Esemka bisa memasuki pasar Internasional? Hal-hal apakah yang perlu diperhatikan dalam memasuki pasar Internasional? Sebutkan hambatan-hambatan dalam memasuki pasar Internasional Apakah yang harus dilakukan perusahaan sebelum memasuki pasar Internasional

You might also like