You are on page 1of 10

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN PELAKSANAAN TOILET TRAINING SECARA MANDIRI PADA ANAK USIA TODDLER DI PAUD

BINA BALITA BANJARSARI CILACAP Skripsi Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Untuk Mencapai Derajad Sarjana S-1 Keperawatan

Minat Utama Program Studi Ilmu Keperawatan

Diajukan Oleh : NITA NUR SUGIARTI NIM : A1. 0800453

PROGRAM STUDY S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG 2011 HALAMAN PERSETUJUAN

PROPOSAL HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN PELAKSANAAN TOILET TRAINING SECARA MANDIRI PADA ANAK USIA TODDLER DI PAUD BINA BALITA BANJARSARI CILACAP

Disusun Oleh : NITA NUR SUGIARTI A1.0800453 Telah Diterima dan disetujui pada Untuk Diseminarkan : . : .

Pembimbing I

Pembimbing II

( H. M. Basirun, S.Pd, M.Kes )

( Ning Iswati, S.Kep,Ns )

Mengetahui Ketua Prodi S1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Gombong

( Herniyatun, S.Kep, M.Kep, Sp.Mat ) BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Kelahiran Seorang anak Sangat dinanti oleh banyak pasangan yang menikah. Kehadiran anak seakan menjadi pelita yang terang benderang bagi orang tua dalam mengarungi kehidupan rumah tangga. Saat anak lahir kedunia dia adalah fitrah, masih suci, masih putih cemerlang dan belum ternoda apapun juga. Maka kewajiban orang tua untuk mewarnai kertas putih tersebut, anak akan menjadi apa dikemudian hari itu tergantung dari bagaimana orang tua memberikan pendidikan yang terbaik bagi anaknya. Ada banyak hal yang masih belum diketahui oleh para orang tua, yaitu tingkat pertumbuhan dan perkembangan anaknya. Rasa cemas selalu menghinggapi hati orang tua terutama ibu. Karena ibulah orang yang paling dekat dengan anak (( Riyadi, Sujono & Sukarmin, 2009 : 1 ). Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita. Karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa balita ini perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya. Perkembangan moral serta dasar-dasar kepribadian juga

dibentuk pada masa ini ( Soetjiningsih, 1995 : 29 ). Menurut Hierarki Maslow bahwa kebutuhan dasar manusia yang paling utama adalah kebutuhan fisik dan biologis. Kebutuhan ini juga berlaku pada anak, anak butuh makan, minum, menghirup udara segar, kehangatan, eliminasi baik itu buang air besar maupun buang air kecil. Kesemuanya ini akan berjalan dengan lancar jika bantuan aktif dari orang tua ( Riyadi, Sujono & Sukarmin, 2009 : 44 ). Pada masa toddler, anak mulai mengembangkan kemandiriannya dengan lebih memahirkan ketrampilan yang telah dipelajarinya ketika bayi, Keseimbangan tubuh sudah mulai berkembang terutama dalam berjalan yang sangat diperlukan untuk menguatkan rasa otonomi untuk mengendalikan kemauannya sendiri. Tumbuh kembang yang paling nyata pada tahap ini adalah kemampuan untuk mengeksplor dan memanipulasi lingkungan tanpa tergantung pada orang lain. Tampak saling keterkaitan antara perkembangan dan pertumbuhan fisik dengan Psikososial. Toddler juga belajar mengendalikan buang air besar dan kecil menjelang usia tiga tahun. Sangat penting bagi mereka untuk mengembangkan ketrampilan motorik seperti belajar penerapan toilet training dengan benar ( Achir Yani S. Hamid, 1999 : 10-11). Toilet training pada anak merupakan suatu usaha melatih anak agar mampu mengontrol dalam melakukan buang air kecil dan buang air besar. toilet training ini dapat berlangsung pada fase kehidupan anak yaitu umur 18 bulan sampai 2 tahun. Dalam melakukan latihan buang air kecil dan besar pada anak membutuhkan persiapan baik secara fisik, psikologis maupun secara intelektual, melalui persiapan tersebut diharapkan anak mampu mengontrol buang air besar dan buang air kecil secara mandiri (Hidayat, A. Aziz

Alimul, 2009 : 64). Pengaturan buang air besar dan berkemih diperlukan untuk ketrampilan sosial, Mengajarkan toilet training (TT) membutuhkan waktu, pengertian dan kesabaran. Hal terpenting untuk diingat adalah bahwa anda tidak dapat memaksakan anak untuk menggunakan toilet. The American Academy of Pediatrics telah mengembangkan brosur ini untuk membantu anak anda melewati tahap penting perkembangan sosial (Rini Sekartini, 2009). Toilet training merupakan hal yang penting pada masa balita. Pada beberapa anak mungkin melakukan toilet training tanpa menemukan adanya masalah, tetapi beberapa anak lainnya akan mengalami kesulitan, menakutkan atau bahkan tidak perlu. Namun, dengan sedikit kesabaran dan pendidikan yang terlatih, orangtua dan balita dapat mengatasi rintangan dan berhasil dalam melakukan toilet training. Bagi beberapa orangtua, memberikan pelatihan toilet training pada si kecil sudah merupakan tugas yang memang seharusnya diajarkan bagi buah hati mereka. Namun, dengan adanya beberapa kendala dalam menghadapi si kecil saat mengajarkan toilet training ini hanya Anda yang dapat menentukan cara yang tepat dan melakukan pendekatan dengan si

kecil.www.melindahospital.com. Toilet training memang perlu diajarkan sejak dini pada anak. Tetapi kebanyakan ibu tidak menunggu sampai sang anak menunjukkan ia ingin pergi ke toilet sendiri karena takut anaknya tidak akan pernah belajar. Melatih toilet training juga dapat membantu meringankan beban ibu di saat-saat harus menggantikan pampersnya yang sudah kotor. Walau bagaimanapun, sedari dini anak harus diajarkan toilet training agar melatihnya lebih

mandiri. Saat ini banyak sekali para orang tua yang tidak ingin repot untuk menggantikan popok anaknya berulang-ulang kali serta mencucinya, sehingga lebih memilih untuk menggunakan pampers atau diapers. Namun perlu anda ketahui juga bahwa penggunaan pampers bisa membuat ruam-ruam pada kulit si kecil. Bila hal tersebut tidak ingin terjadi pada anak, Anda bisa memulainya dengan melatih toilet training sejak dini. Jika ingin memulai toilet training yang terpenting adalah Anda bisa memahami dengan baik sikap anak dan melatihnya dengan kesabaran yang cukup www.melindacare.com. Anda mungkin berharap anak segera dapat dilatih untuk melakukan toilet training. Namun, tak ada patokan waktu yang pasti kapan hal itu sebaiknya dimulai, apakah dimusim semi atau dimusim panas, walaupun itu dianggap ideal. Patokan utamanya adalah kesiapan fisik dan mental anak. Umumnya mereka akan siap pada usia 18-30 bulan, atau bahkan pada usia lebih dari itu. Beberapa tanda yang penting bagi anda adalah pola buang air yang lebih jarang sehingga anak bisa memakai popok kering lebih lama ( sekitar beberapa jam ), kemampuan anak untuk mengerti perintah dan penjelasan sederhana, keinginan untuk menirukan kebiasaan rutin orang dewasa di kamar mandi, saat anak mulai suka terhadap kerapihan dan tidak suka saat merasa dirinya basah atau kotor. Ingatlah bahwa jika anda memaksa, yang terjadi adalah adegan kejar-kejaran dengan si kecil. Jika anak tidak merespon atau menunjukan minat, atau jika anda akhirnya berdebat karena keinginannya berbeda, tundalah seluruh upaya ini sampai beberapa minggu atau bulan. Tenang dan jangan terlalu banyak memperhatikan anjuran teman atau kerabat. Pada saat anak masuk sekolah, Anda akan merasa heran mengapa dulu urusan melatih anak menggunakan toilet tampaknya seperti urusan yang sangat besar. ( Vicki Lansky, 2007 :

120 ). Dalam mengajarkan toilet training dibutuhkan metode atau cara yang tepat sehingga mudah dimengerti oleh anak. Penggunaan metode yang tepat akan mempengaruhi keberhasilan ibu dalam mengajarkan konsep toilet training pada anak. Pengetahuan tentang toilet training sangat penting untuk dimiliki oleh seorang ibu. Hal ini akan berpengaruh pada penerapan toilet training pada anak. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di Paud Bina Balita Banjarsari Cilacap pada tanggal 3 Juli 2011 didapatkan data jumlah anak usia toddler (1-3 tahun ) Sebanyak 35 anak. hasil wawancara dengan 8 ibu yang memiliki anak usia toddler, diketahui bahwa sebanyak 6 orang ibu yang memiliki anak usia toddler menyatakan merasa kesulitan melakukan toilet training pada anaknya dengan alasan belum mengerti benar cara tepat melakukan toilet training, sedangkan 2 orang ibu yang memiliki anak usia toddler telah melakukan toilet training di usia anak umur 2,5 tahun, dan hasilnya anak sudah sedikit terbiasa dengan BAK dan BAB ditoilet. Kesulitan yang mereka rasakan terutama berkaitan dengan kesabaran dalam mengajarkan bagaimana dan dimana seharusnya anak mereka BAB atau BAK. Berdasarkan fenomena diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan pelaksanaan toilet training secara mandiri di Paud Bina Balita Banjarsari Cilacap.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dibuat rumusan masalah yaitu apakah

ada Hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan pelaksanaan toilet training secara mandiri pada anak usia toddler di Paud Bina Balita Banjarsari Cilacap ?

C. Pembatasan masalah Dalam penelitian ini permasalahan dibatasi pada tingkat pengetahuan ibu dalam menerapkan toilet training secara mandiri pada anak usia toddler.

D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui Hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan pelaksanaan toilet training secara mandiri pada anak usia toddler di Paud Bina Balita banjarsari Cilacap. 2. Tujuan Khusus a. Untuk Mengetahui Hubungan tingkat pengetahuan orang tua tentang toilet training. b. Untuk Mendeskripsikan Penerapan toilet training pada anak usia toddler. c. Mengetahui Hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan pelaksanaan toilet training secara mandiri pada anak usia toddler ( 1-3 tahun ) di Paud Bina Balita Banjarsari Cilacap.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis Memberikan referensi mengenai pengetahuan ibu tentang penerapan toilet training secara mandiri pada anak usia toddler yang dapat dipergunakan untuk perkembangan ilmu perawatan anak. 2. Manfaat praktis a. Sebagai bahan masukan bagi Dinas Pendidikan Kabupaten Cilacap dan Istansi terkait mengenai bagaimana menerapkan toilet training secara mandiri pada anak usia toddler. b. Memberi tambahan wawasan tentang pentingnya penerapan toilet training secara mandiri pada anak sedini mungkin.

F. Keaslian Penelitian Berdasarkan penelusuran pustaka yang dilakukan oleh peneliti, penelitian tentang hubungan tingkat pengetahuan ibu yang pernah diteliti sebelumnya : 1. Kenanti Agustina Nugraha study S1 Keperawatan Stikes Muhammadiyah Gombong tahun 2008 dengan judul Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap Tumbuh Kembang Balita Usia 0-24 Bulan di Desa Kalisabuk Kecamatan Kesugihan. Peneliti tersebut Menggunakan metode Cross Sectional, hasilnya menunjukan bahwa Tingkat pengetahuan ibu tentang tumbuh kembang mempunyai hubungan yang signifikan dengan tumbuh kembang balita usia 0-24 Bulan ( p = 0,000 ).

2. Ani Rosita Program Study Kedokteran Keluarga Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta 2008 dengan judul Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Sikap Ibu Terhadap Penerapan Toilet Training Pada Anak Usia Toddler di TK Al Fath Kecamatan Pare Kabupaten Kediri. Peneliti tersebut Menggunakan metode Cross Sectional , hasilnya menunjukan bahwa Terdapat Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Sikap Ibu Dalam Penerapan Toilet Training Pada Anak Toldder ( p = 0,371 ). Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah pada variabel yang diteliti yaitu pada pelaksanaan toilet training pada anak, Lokasi penelitian di desa Banjarsari, Cilacap jawa tengah. Sedangkan persamaannya adalah pada variabel pengetahuan ibu, Jenis penelitian deskriptif korelasi, metode penelitian Cross Sectional.

You might also like