You are on page 1of 16

Manajemen Hipotermia dan Hipertermia Maligna

Manajemen Hipotermia dan Hipertermia Maligna


Maitri Karuna Rahardjo* , Donni Indra Kusuma **

ABSTRAK
Humans have the ability to maintain body temperature at a certain temperature. This capability possessed the human body because hipothalamus has functions to regulate body temperature so the temperature is not affected by ambient temperature. But there are some things that can cause this function not working as it should so happen the situation of human body temperature lower than body temperature that is supposed to hipotermi, or the state of human body temperature is higher than it should hipertermi. Hipotermi and hipertermi has many causes, one of them is the act of surgery and anestesia, especially hipotermi and hipertermi malignant, both of them are anestesia complications that can cause death, so we need to know the etiology and treatment of hipotermi and hipertermi malignant. Keywords : Hypothermia, Malignant Hyperthermia, Thermoregulation

ABSTRAK
Manusia memiliki kemampuan mempertahankan suhu tubuhnya pada suhu tertentu karena hipotalamus memiliki kemampuan untuk mengatur suhu tubuh manusia agar tidak terpengaruh terhadap suhu lingkungan. Tetapi ada beberapa hal yang dapat menyebabkan fungsi ini tidak berjalan dengan baik sehingga kadang suhu tubuh manusia lebih rendah daripada suhu tubuh yang seharusnya disebut hipotermi, ataupun keadaan suhu tubuh manusia lebih tinggi dari seharusnya disebut hipertermi.Hipotermi dan hipertermi memiliki banyak penyebab, salah satu diantaranya adalah tindakan pembedahan dan anestesia, terutama hipotermi dan hipertermi maligna, keduannya merupakan komplikasi anestesia yang dapat menyebabkan kematian, sehingga kita perlu mnengetahui etiologi dan cara penatalaksanaan dari hipotermi dan hipertermi maligna. Kata Kunci : Hipotermi, Hipertermi Maligna, Termoregulasi Maitri Karuna R Koass Anesthesi UNISSULA RSUD Ketileng Periode 31 Mei 2010 12 Juni 2010

Manajemen Hipotermia dan Hipertermia Maligna

PENDAHULUAN Suhu tubuh manusia


Ketika membicarakan suhu tubuh, maka kita membaginya menjadi suhu tubuh inti, dan suhu tubuh permukaan (kulit). Suhu tubuh inti adalah suhu tubuh yang terdapat pada jaringan pada bagian dalam tubuh. Suhu tubuh permukaan adalah suhu tubuh yang terdapat pada permukaan luar tubuh (kulit). Suhu inti tubuh relatif tetap, tetapi suhu tubuh permukaan dipengaruhi oleh lingkungan. Sistem pengaturan suhu dalam tubuh disebut termoregulasi yang merupakan proses homeostasis, yaitu proses keseimbangan antara produksi panas dan pelepasan panas. Proses produksi panas dipengaruhi oleh : a) BMR seluruh sel dalam tubuh b) Penambahan produksi panas oleh metabolisme ekstra, yaitu : i) aktivitas otot meliputi kontraksi otot dan menggigil

ii) Hormon : (1) Thyroxin (2) Testosterone (3) Growth Hormon (4) Epinefrin (5) Norepinefrin iii) Peningkatan respon saraf simpatis iv) Peningkatan reaksi kimia dalam sel itu sendiri c) Efek termogenik makanan (metabolisme ekstra yang dibutuhkan untuk mencerna, menyerap dan menyimpan makanan) 4 Sebagian besar panas tubuh diproduksi di dalam organ dalam terutama hepar, otak, jantung dan otot skeletal saat berolah raga. Panas yang diproduksi kemudian ditransmisikan dari dalam organ organ dalam melalui jaringan menuju ke kulit. Di kulit terjadi pelepasan panas secara konstan ke udara dan lingkungan sekitarnya. Faktor yang mempengaruhi pelepasan panas adalah seberapa cepat panas ditransmisikan dari inti Maitri Karuna R Koass Anesthesi UNISSULA RSUD Ketileng Periode 31 Mei 2010 12 Juni 2010

Manajemen Hipotermia dan Hipertermia Maligna

panas tubuh ke kulit dan seberapa cepat panas tubuh dapat ditransmisikan dari kulit ke lingkungan sekitar. Transmisi panas tubuh dari inti panas tubuh ke kulit diperantarai oleh aliran darah, makin vasodilatasi pembuluh darah maka makin cepat darah akan melepas panas inti tubuh ke kulit dan kulit melepas panas tersebut ke lingkungan sekitar. Respon vasodilatasi dan vasokonstriksi pembuluh darah untuk mengatur suhu dilakukan oleh sistem saraf simpatis dan berpusat di hipotalamus anterior. Sistem pelepasan panas lain yang dimiliki tubuh adalah berkeringat yang diatur oleh sistem saraf otonom yang berpusat pada hipotalamus anterior. Sehingga meskipun peran hipotalamus dalam mengatur suhu tubuh belum banyak diketahui sampai sekarang, hipotalamus ditetapkan sebagai pengatur suhu tubuh.4 Suhu tubuh manusia normal adalah 36,50C 37,50C, terdapat variasi dalam pengukuran suhu tubuh manusia, tergantung dari tempat pengukurannya. Pengukuran suhu tubuh normal manusia lewat mulut adalah 36,40C 37,20C, hasil pengukuran suhu tubuh manusia lewat anus 0,40C lebih tinggi dari hasil pengukuran suhu tubuh oral. Seperti yang kita ketahui, pusat pengaturan suhu tubuh manusia adalah hipotalamus, saraf saraf pada hipotalamus anterior menerima dua macam impuls yaitu satu dari saraf perifer yang membawa informasi dari reseptor panas dan dingin pada kulit dan saraf yang membawa informasi dari pembuluh darah dan kedua macam informasi ini dikoordinasikan oleh hipotalamus posterior.3 Kedua macam impuls saraf ini kemudian diproses dalam pusat pengaturan suhu dalam hipotalamus posterior untuk mengatur suhu tubuh inti manusia sekitar 370C melalui mekanisme set point.4 Hal hal yang terjadi akibat pengaturan suhu tubuh oleh hipotalamus :4 Ketika tubuh terlalu dingin Vasokonstriksi pembuluh darah Piloereksi Peningkatan termogenesis Ketika tubuh terlalu panas Vasodilatasi pembuluh darah Berkeringat Penurunan termogenesis

PEMBAHASAN

Maitri Karuna R Koass Anesthesi UNISSULA RSUD Ketileng Periode 31 Mei 2010 12 Juni 2010

Manajemen Hipotermia dan Hipertermia Maligna

2) Hipotermi
Hipotermi adalah penurunan suhu tubuh lebih rendah dari 350C. Penurunan suhu tubuh terjadi secara pada manusia melalui beberapa mekanisme yaitu : a) Radiasi perpindahan panas dari satu permukaan tanpa ada media penghantar b) Konduksi perpindahan panas karena karena ada kontak langsung c) Konveksi perpindahan panas karena medium yang dialirkan seperti infuse mauoun aliran darah d) Evaporasi perpindahan panas yang menyertai perubahan molekul dari cair ke gas Radiasi adalah mekanisme pelepasan panas yang paling besar dari dalam tubuh disusul oleh konduksi terutama dalam suhu rendah dan kemudian konveksi terutama pada udara yang lembab kemudian disusul evaporasi.3 Etiologi hipotermia : a) Usia i) Usia tua

ii) Neonatus b) Paparan lingkungan c) Penggunaan obat obatan i) Anestesi (1) Isoflurane Mengganggu kerja hipotalamus secara sentral hipotalamus tidak dapat mengontrol vasodilatasi yang terjadi dari sentral distribusi panas dari inti panas tubuh ke perifer meningkat (fase I) menurunkan suhu tubuh 30C / hisapan (2) Pada regional / epidural anestesi Agen anestesi menghambat informasi tentang temperatur lingkungan dari perifer (saraf pada pembuluh darah dan kulit) hipotalamus tidak mengetahui hilangnya panas karena lingkungan yang dingin tidak

memberikan sinyal kepada bagian tubuh untuk menghasilkan panas lebih untuk mempertahankan suhu pada set point suhu tubuh turun lebih banyak Maitri Karuna R Koass Anesthesi UNISSULA RSUD Ketileng Periode 31 Mei 2010 12 Juni 2010

Manajemen Hipotermia dan Hipertermia Maligna

ii) Barbiturate iii) Neuromuscular blocker d) Malnutrisi e) Terkait endokrin i) Diabetes mellitus

ii) Hipotiroid iii) Insufisiensi adrenal iv) Hipopituitarisme f) Terkait sistem saraf i) Cedera serebrovaskular

ii) Cedera saraf spinal iii) Parkinson iv) Gangguan hipotalamus g) Multisistem i) Trauma

ii) Sepsis iii) Syok iv) Luka bakar luas v) Gagal hepar atau gagal ginjal h) Penyebab hipotermi iatrogenic pada anestesia : i) Operasi / anestesia yang lama

ii) Resusitasi jantung paru lama iii) Tranfusi darah / produk darah i) Resusitasi cairan dalam jumlah besar3 Tahap tahap hipotermi intraoperatif pada proses anestesia regional maupun anestesia umum : a) Redistribusi panas internal Penurunan suhu 0,50C sampai 10C karena adanya redistribusi panas dari inti tubuh ke perifer yang lebih dingin karena adanya vasodilatasi pada pembuluh Maitri Karuna R Koass Anesthesi UNISSULA RSUD Ketileng Periode 31 Mei 2010 12 Juni 2010

Manajemen Hipotermia dan Hipertermia Maligna

darah perifer akibat paparan agen induksi anestesia. Makin dingin kulit saat proses induksi terjadi, maka makin banyak temperatur inti tubuh menurun. b) Hilangnya panas karena lingkungan Kehilangan panas secara pasif karena radiasi, evaporasi, konveksi dan konduksi yang mengakibatkan depresi fisiologis jika suhu inti tubuh mencapai suhu 340C 350C. Usia lanjut dan diabetes dapat menurunkan suhu dibawah 340C karena adanya penurunan respon vasokonstriksi pada pembuluh darah. c) Fase plateau Ketika vasokonstriksi akibat proses thermoregulasi diaktifkan maka proses kehilangan panas dapat ditahan, tetapi kehilangan panas dapat tetap terjadi lebih lanjut akibat kehilangan darah dalam jumlah besar dan tranfusi.1

Klasifikasi hipotermia dan efeknya pada berbagai sistem tubuh :3


Klasifi kasi Temper atur tubuh Sistem saraf pusat Depresi linear dari metabolis m sistem saraf pusat 35C 32.2C Pemanjang Amnesia an siklus jantung Sistem Kardiovas kuler Takikardi dilanjutkan bradikardi progresif Sistem pernafas an Takipneu, dilanjutka n penuruna n progresif Penuruna n volume pernafasa n satu menit peningkatan catecholamines, steroid adrenal, triiodothyronin e dan thyroxine Diuresis Ginjal dan Endokrin Sistem Neuromus kuler menggigil peningkata n tonus otot kemudian lelah

Ringan

Apatis

vasokonstri

Penuruna

peningkatan

Maitri Karuna R Koass Anesthesi UNISSULA RSUD Ketileng Periode 31 Mei 2010 12 Juni 2010

Manajemen Hipotermia dan Hipertermia Maligna

ksi

n konsumsi oxygen

metabolism dengan menggigil

Peningkata n cardiac Disarthria output dan tekanan darah Kesulitan dalam menilai Bronkosp asme bronchorr hea

Tingkah laku maladaptif

Penurunan progresif nadi dan abnormalit as EEG cardiac output (Jwave) ECG Sedang 32.1C 28C penurunan tingkat kesadaran progresif Peningkata n aritmia atrial dan ventrikular changes penuruna n produksi CO2 setiap temperatu r turun Maitri Karuna R Koass Anesthesi UNISSULA RSUD Ketileng Periode 31 Mei 2010 12 Juni 2010 Gangguan fungsi insulin menggigil berkurang diinduksi thermoregu lasi Hipoventi lasi 50% Peningkatan aliran darah ke ginjal 50% autoregulasi ginjal masih baik Hiporefleks ia

Manajemen Hipotermia dan Hipertermia Maligna

8C

dilatasi pupil

Gelombang J pada EKG tidak

Kekakuan otot

paradoxic al undressing

adanya reflex proteksi jalan nafas

halusinasi

Penurunan Kehilanga n autoregula si sistem cerebrovas Berat <28C kular tekanan darah,heart rate dan cardiac output secara progresif Kongesti paru dan oedem paru Penurunan aliran darah ginjal setara penurunan cardiac output Tidak ada gerakan penurunan kecepatan konduksi saraf

Penuruan perdaran darah cerebral Disaritmia berulang

Penuruna n konsumsi O2 75% Poikilotermia Areflexia perifer

Maitri Karuna R Koass Anesthesi UNISSULA RSUD Ketileng Periode 31 Mei 2010 12 Juni 2010

Manajemen Hipotermia dan Hipertermia Maligna

Resiko kehilangan reflex okuler maksimal terjadinya fibrilasi ventrikel penurunan EEG progresif asistole Oliguria ekstrim apnea Penurunan BMR 80%

Tidak ada refleks corneal / oculoc ephalic

Hipotermi memiliki keuntungan terhadap pasien yaitu melindungi organ pasien terhadap iskermia Karena penggunaan O2 menurun 50 % tiap suhu menurun 100C. hipotermi ringan memberikan perlindungan kepada sistem saraf pusat, setelah stroke dan cardiac arrest oleh karena fibrilasi ventrikel. Tetapi hipotermi ringan meskipun ringan menimbulakn disfungsi platelet sehingga meningkatkan perdarahan intraoperatif. Hal ini disebabkan karena platelet tromboxane yang diperlukan untuk agregasi platelet dan hemostatik vasokonstriksi fisiologi lokal dihambat oleh dingin. Tranfusi darah dingin secara besar besaran dapat memicu terjadinya koagulapati hipotermi yang parah sehingga mengakibatkan perdarahan yang ireversible. Juga didapati bahwa hipotermi ringan dapat meingkatkan terjadinya infeksi post opreatif karena terjadinya vasokonstriksi dengan tekanan oksigen yang rendah sehingga mengakibatkan pertumbuhan bakteri. Hipotermi sedang mengakibatkan efek yang luas pada organ2 tubuh ditambah dengan obat anestesia maka yang terjadi adalah penurunan kesadaran dimulai dari penurunan kesadaran ringan, kebingungan sampai somnolen. 2 Terjadi pula penurunan bersihan ginjal dan hati terhdap agen agen anestesia serta agen pemblok sistem neuromuskular. Pada sistem pernafasan terjadi hipoksemia dan hiperkarbia. Vasokonstriksi yang disebabkan oleh dingin dan peningakatan resistensi sitemik mengakibatkan eksaserbasi hipertensi postoperatif, jika pada pasien terdapat

Maitri Karuna R Koass Anesthesi UNISSULA RSUD Ketileng Periode 31 Mei 2010 12 Juni 2010

Manajemen Hipotermia dan Hipertermia Maligna

konsentrasi norepineofrinyang cukup tinggi maka dapat ditemukan infark miocard pada pasien yang memiliki faktor resiko. 2 Menghangatkan pasien dengan hipotermi dapat menyebabkan gejala yang lebih hebat daripada hipotermi itu sendiri. Pasien menggigil meningkatkan frekuensi nafas, konsumsi O2 dan ventilasi 1 menit. Jika dicoba disupresi dengan ventilator, preparat oppiod atau agen anestesi lain maka dapat menimbulkan hiperkarbia dan asidosis respirasi akut. Menggigil juga dapat menyebabkan pasien tidak nyaman, peningkatan tekanan intrakranial dan tekanan intraokuler. Ditambah vasodilatasi akibat penghangatan dapat mengaburkan adanya hipovolemia.1

Manajemen hipotermi
Pada prinsipnya manajemen penanagan hipotermi adalah : a) Menghangatkan pasien preoperatif b) Menyesuaikan temperatur di ruang operasi sebelum dan sesuah operasi c) Monitor temperatur intraoperatif d) Menghangatkan pasien dengan selimut dan cairan (cairan, darah dan produk darah) yang dihangatkan e) Memberikan suplai O2,kalau perlu dengan ventilator f) Mencegah dan merawat gemetar dengan memberikan agonis alfa adrenergik seperti klonidin, dexmedetomidine saat premedikasi dan dexmedetomidine post operasi g) Perawatan vasodilatasi post penghangatan dengan memberikan vasokonstriktor1

2) Hipertermi
Hipertermi adalah suhu tubuh manusia melebihi 37,50C, karena peningkatan suhu tubuh yang melebihi normal dan tidak terkontrol dimana produksi panas tubuh melebihi kemampuan tubuh melepas panas. Penyebab hipertermi :3 a) Heat stroke i) Penyebab eksernal : olahraga di luar ruangan pada suhu dan kelembaban tinggi

ii) Penyebab internal : obat anti parkinson, anti histamin, anti kolinergik, diuretik, fenotiazid Maitri Karuna R Koass Anesthesi UNISSULA RSUD Ketileng Periode 31 Mei 2010 12 Juni 2010

10

Manajemen Hipotermia dan Hipertermia Maligna

b) Hipertermi karena obat i) Amphetamines, cocaine, phencyclidine (PCP), methylenedioxymethamphetamine, lysergic acid diethylamide , salicylates, lithium, anticholinergics,

sympathomimetics ii) Neuroleptic malignant syndrome iii) Phenothiazines; butyrophenones, loxapine; tricyclic haloperidol and bromperidol; fluoxetine; metoclopramide; domperidone;

dibenzodiazepines;

thiothixene; molindone; withdrawal dari agen dopaminergic c) Serotonin syndrome Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs), monoamine oxidase inhibitors (MAOIs), tricyclic antidepresan d) Hipertermi Maligna Anestesi inhalasi, succynil cholin e) Endocrinopathy Thyrotoxicosis, pheochromocytoma f) Kerusakan sistem saraf pusat Perdarahan serebral, status epilepticus, cedera hipotalamus3

3) Hipertermi maligna
Hipertermi maligna adalah suatu kondisi miopati langka yang terjadi pada pasien anak anak (1:15.000) dan dewasa (1:40.000) ditandai dengan kondisi hipermetabolisme akut pada jaringan otot yang terjadi setelah induksi anestesi umum. Hipertermi maligna dapat juga timbul pada masa post operatif satu jam setelah penerapan anestesia tanpa paparan agen anestesia yang memiliki efek pemicu kondisi tersebut.1

Tanda hipertermi maligna


a) Kenaikan suhu tubuh 10C / 5 menit b) Kaku pada otot maseter, kadang disertai kaku pada seluruh otot tubuh c) Hiperkarbia d) Takipnea jika pelemas otot tidak digunakan e) Overreaktivitas sistem simpatis menimbulkan gejala : Maitri Karuna R Koass Anesthesi UNISSULA RSUD Ketileng Periode 31 Mei 2010 12 Juni 2010

11

Manajemen Hipotermia dan Hipertermia Maligna

i)

Takikardi

ii) Aritmia iii) Hipertensi yang diikuti dengan hipotensi karena depresi jatung f) Sianosis g) Mioglobinuria dan mioglobinemia yang ditandai dengan urin berwarna hitam h) Pemeriksaan laboratorium i) Asidosis metabolik dan asidosis respirasi (1) Defisit basa (2) Hiperkalemia (3) Hipermagnesia (4) Saturasi oksigen yang sangat rendah ii) Serum kalsium terionisasi menurun setelah mengalami peningkatan iii) Peningkatan serum mioglobin, aldolase, laktat dehidrogenase iv) Peningkatan creatinin kinase (melebihi 20.000 IU/L)1 Perlu dicatatat bahwa peningkatan serum mioglobin dan creatinin kinase dapat terjadi pada pasien yang mendapat suntikan succynil cholin tanpa hipertermi maligna1

i) Differential diagnosis
1) Sindrom neuroleptik ganas 2) Krisis tiroid 3) Feokrositoma 4) Sindrom serotonin hipertermi dipicu obat 5) Hipertermi iatrogenic 6) Cedera hipotalamus / batang otak 7) Sepsis 8) Reaksi tranfusi 9) Komplikasi hipertensi maligna 10) Fibrilasi ventrikel 11) Gagal ginjal 12) Gagal hati Maitri Karuna R Koass Anesthesi UNISSULA RSUD Ketileng Periode 31 Mei 2010 12 Juni 2010

12

Manajemen Hipotermia dan Hipertermia Maligna

13) Kejang disertai edema serebral 14) Disseminated intravascular coagulation2

j) Patofisiologi hipertermi maligna


Paparan succynil cholin ataupun gas gas halogen anestesia memicu terjadinya hipertermi maligna. Tidak semua orang yang terpapar succynil cholin maupun gas gas agen anestesia mengalami hipertermi maligna, hal ini belum jelas, tetapi yang didapat dari penyelidikan adalah peningkatan kalsium intraseluler pelepadan kalsium dari reticulum sarcoplasma menghilangkan hamatan pada troponin menghasilkan kontraksi otot yang terus menerus ditandai dengan meningkatnya ATP yang diproduksi dan digunakan menyebabkan metabolisme aerob dan anaerob yang tidak terkontrol. Keadaan hipermetabolik terus berlanjut menyebabkan peningkatan konsumsi O2 dan produksi CO2 dan mengakibatkan hipertermi dan asidosis laktat yang berat. Saat membran otot pecah, limpahan kalium dan laktat dehidrogenase menyebabkan hiperkalemia. Peningkatan tonus simpatis, asidosis hiperkalemia, kesemuanya menyebabkan fibrilasi ventrikel dan dapat mengakibatkan kematian dalam waktu kurang dari 15 menit.1

k) Manajemen hipertermi maligna


Prinsip perawatan hipertermi maligna adalah menghentikan hipertermi dan merawat komplikasi yang terjadi seperti asidosis dan hiperkalemia. Langkah awal yang harus dilakukan adalah menghentikan pemberian agen pemicu yaitu succynil cholin dan gas gas anestesia halogen, diganti dengan pemeberian oksigen 100 % untuk meminimalisasi efek hiperkapnea asidosis metabolic dan peningkatan konsumsi O2. Langkah selanjutnya, jika terdapat demam maka pendinginan permukaan dengan es terutama pada arteri arteri besar, melakukan pendinginan dengan metode konveksi dengan udara dingin, selimut pendingin, dapat juga dilakukan pemberian es salin pada lambung dan rongga rongga tubuh. Asidosis yang terjadi dirawat dengan pemberian natrium bikarbonat 1 2

mEq/kg. Hiperkalemia dirawat dengan insulin 10 20 IU dan glukosa 25 50 g intra vena ditambah diuretika dan monitor balance cairan, elektrolit . Agen antiaritmia dan Maitri Karuna R Koass Anesthesi UNISSULA RSUD Ketileng Periode 31 Mei 2010 12 Juni 2010

13

Manajemen Hipotermia dan Hipertermia Maligna

katekolamin dapat diberikan sesuai kebutuhan kecuali calcium channels blocker, karena dapat meningkatkan hiperkalemia pada penggunaan dengan dantrolene. Infus manitol dan furosemid harus diberikan untuk meningkatkan diuresis dan mencegah gagal ginjal akut karena mioglobinuria. Langkah terakhir adalah dengan memberikan dantrolene 2,5 mg / kg BB intravena. Perawatan hipertermi maligna yang cepat masih menyisakan tingkat kematian sebesar 5 30 %. 1

l) Dantrolene
Dantrolene adalah sebuah derivat hydantoin, langsung menghambat kontraksi otot dengan mengikat channel kalsium yang bernama reseptor Ryr1 dan menghambat pelepasan ion kalsium dari reticulum sarcoplasmic. Dosis 2,5 mg / kg secara intravena setiap 5 menit sampai episode diakhiri. Dosis maximum dantrolene umumnya 10 mg / kg. Dantrolene dikemas sebagai 20 mg bubuk dan dilarutkan dalam 60 mL air steril. Waktu paruh dantrolene adalah sekitar 6 jam. Setelah kontrol awal, dantrolene 1 mg / kg intravena diulang setiap 6 jam selama 24 - 48 jam untuk mencegah kambuh karena hipertermi maligna dapat kambuh dalam waktu 24 jam. Perlu dicatat bahwa dantrolene bukan obat spesifik untuk hipertermi maligna, tetapi juga juga dapat menurunkan suhu dalam krisis tiroid dan sindrom neuroleptik ganas. Dantrolene adalah obat yang relatif aman, komplikasi paling serius setelah pemberian akut adalah kelemahan otot umum yang dapat mengakibatkan insufisiensi pernafasan atau pneumonia aspirasi. Dantrolene dapat menyebabkan phlebitis dalam pembuluh perifer kecil dan harus diberikan melalui jalur vena sentral jika tersedia.1

KESIMPULAN 1. Manusia mampu mengatur suhu tubuhnya pada set point terterntu dengan pusat kontrol suhu tubuh pada hipotalamus

Maitri Karuna R Koass Anesthesi UNISSULA RSUD Ketileng Periode 31 Mei 2010 12 Juni 2010

14

Manajemen Hipotermia dan Hipertermia Maligna

2. Mekanisme dasar hipotermi dan hipertermi adalah terjadinya ketidak seimbangan dalam menghasilkan panas dan kehilangan panas, salah satunya adalah tindakan anestesi dan pembedahan 3. Hipertermi maligna dan hipotermi merupakan komplikasi yang dapat terjadi karena tindakan anestesi dan pembedahan sehingga kita perlu mengetahui prinsip pengelolaan kedua kondisi tersebut yaitu dengan menyeimbangkan proses menghasilkan panas dan proses kehilangan panas.

Maitri Karuna R Koass Anesthesi UNISSULA RSUD Ketileng Periode 31 Mei 2010 12 Juni 2010

15

Manajemen Hipotermia dan Hipertermia Maligna

DAFTAR PUSTAKA
1. Morgan GE, Mikail MS, Murray MJ. Clinical Anesthesiology. 4th ed. New York : Lange Medical Book, 2006 2. John LA. Complications in Ansthesia. 2 nd ed.Milwaukee: WB Saunders Companny, 2007 3. Harrisons Principle of Internal Medicine. 17th ed. The McGraw Hills Company, 2008 4. Guyton Textbook of Medical Physiology. 11th ed. Elsevire Saunders, 2006

Maitri Karuna R Koass Anesthesi UNISSULA RSUD Ketileng Periode 31 Mei 2010 12 Juni 2010

16

You might also like