You are on page 1of 15

LAPORAN TUTORIAL LBM 1 Nn.

Ani 21 tahun datang ke RS karena mengalami flu berat selama 3 hari, kepala terasa berat, badan terasa meriang, bersin-bersin, hidung tersumbat sehingga penciumannya terganggu, tenggorokan kering dan sakit menelan. Semua makanan yang dimakan terasa pahit dan telinga terasa gatal. Nn.Ani merasa mengalami gangguan fungsi alat indera. Ners Manda menyarankan agar Nn.Ani istirahat yang cukup dan makan makanan bergizi dan minum obat secara teratur. STEP 1 Flu : infeksi alat pernapasan atas yang disebabkan virus influenza STEP 2 1. Bagaimana flu bisa mempengaruhi indera penciuman & perasa? 2. Apa saja macam gangguan alat indera? 3. Bagaimana cara merawat kesehatan alat indera? 4. Apa hubungan flu dengan keluhan telinga gatal? 5. Bagaimana pengobatan flu baik farmako/non farmako? 6. Apa saja penyebab flu selain influenza? 7. Bagaimanakah gejala flu berat? Adakah perbedaan gejala antar usia? 8. Bagaimanakah mekanisme hidung tersumbat? 9. Bagaimanakah cara mendeteksi adanya gangguan alat indera? 10. Bagaimana keterkaitan antar alat-alat indera? 11. Apa yang menyebabkan lidah menjadi pahit saat flu? 12. Bagaimana mekanisme flu menyebabkan tenggorokan kering&sakit menelan 13. Bagaimanakah askep yang sesuai untuk kasus? STEP 3 1. Hidung vestibulum nasi: jika terhambat lender rangsangan tidak akan sampai ke cavum nasi, sehingga tidak bisa disampaikan ke otak. cavum nasi propria *Lendir: ada infeksi--peradangan (bengkak,dll)--menyebabkan cairan sel keluar sebagai lender.

*Indera perasa: pemblokan n.olfaktori (nervus perasa), saat makan n.olfaktori terblok, jadi rangsangan tidak sampai ke otak. 2. Gangguan mata - Miopi: bayangan jatuh di depan retina, koreksi dengan lensa cekung - Hipermetropi: bayangan jatuh di belakang retina, koreksi dengan lensa cembung - Konjungtivitis: belekan - Presbiopi: mata tua - Astigmatisma - Katarak Gangguan telinga - Tuli: karena infeksi/kerusakan - Otitis media - Tinitus: telinga berdengung - Ocupikonduksi Gangguan hidung - Polip: benjolan dalam hidung - Sinusitis - Hiposmia: penurunan penciuman pada orangtua, biasanya penderita alzeimer. Gangguan kulit - Panu: bercak putih - Campak Gangguan lidah - Burn mouth: sensasi lidah terbakar, biasanya nyeri pada lidah (glosodynia) 3. Merawat mata - Membaca dengan jarak 30cm - Membaca di tempat terang - Saat tidur matikan lampu - Mata kena debu jangan diucek - Mengistirahatkan mata - Orang berkacamata: sering gerak-gerakkan mata, jangan sering lepas-pakai kacamata Merawat telinga

- Menjauhi suara-suara bising - Kurangi memakai headset - Membersihkan telinga 1 bulan sekali - Jangan gunakan benda asing atau tajam untuk membersihkan telinga Merawat hidung - Gunakan masker di tempat berpolusi - Jangan menekan hidung terlalu keras Merawat lidah : hindari makanan yang terlalu panas atau terlalu dingin. 4. Saluran eustachius ----- virus masuk -----gatal. 5. Farmako: paracetamol, obat-obat yang mengandung dekongestan Non farmako: bawang putih (mengandung mikroba, meningkatkan pertahanan tubuh), jahe, madu, menghirup uap air panas, pada bayi diserot hidungnya. 6. Flu burung: virus H5N1, Flu babi: virus H1N1, Flu Singapura : terjadi pada anak-anak kecil, gejalanya demam &muncul bintik-bintik merah. 7. Gejala flu: - keluar cairan dari hidung - meriang - radang tenggorokan - mata merah - penciuman terganggu - bersin-bersin 8. Virus masuk saluran napas ---- dilawan oleh mekanisme pertahanan tubuh di saluran nafas dengan mengeluarkan lendir yang berisi sel-sel untuk pertahanan. Selain itu virus juga merusak mukosa. Kombinasi tersebut menyebabkan hidung tersumbat. 9. Deteksi mata: tes snellen, tes persepsi warna Deteksi telinga: tes bising, tes garputala Hidung: tes odoristik 10. Hubungan hidung-mata: di ujung mata ada saluran airmata yang menghubungkan ke hidung, jadi kalau menangis airmata menetes dan hidung ikut meler. 11. Penciuman terganggu ----tidak bisa mempersepsikan bau ---pahit karena produksi saliva menurun.

12. Tenggorokan kering: flu terjadi peradangan ----- bernafas dengan mulut ---- tenggorokan terasa kering ---- efeknya batuk. Sakit menelan: virus ---- radang pada faring (pembengkakan) 13. Dx: Gangguan persepsi sensori, gangguan menelan berhubungan dengan sakit menelan, bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan hidung tersumbat, hipertermi. STEP 4

perawatan

Alat indera
deteksi gangguan gangguan alat indera

mata

telinga

hidung

lidah

kulit

tanda gejala pengobatan farmako STEP 5 LO 1. Macam gangguan alat indera 2. Cara merawat kesehatan alat indera 3. Pengobatan flu farmako dan non farmako 4. Cara mendeteksi gangguan alat indera 5. Keterkaitan/hubungan antar alat indera 6. Askep kasus STEP 6 Self study non farmako askep

STEP 7 1. Gangguan alat indera Mata a. Miopi (rabun jauh) : penderita tidak dapat melihat benda-benda yang jaraknya jauh. Dikoreksi dengan kacamata berlensa cekung. b. Hipermetropi (rabun dekat) : penderita tidak dapat melihat benda-benda yang jaraknya dekat. Dikoreksi dengan kacamata berlensa cekung. c. Presbiopi (mata tua) : gangguan melihat dalam jarak dekat maupun jauh, biasanya terjadi pada orang yang sudah berusia lanjut. Dikoreksi dengan kacamata berlensa cekung-cembung. d. Astigmatisma : kelainan mata karena kelengkungan kornea tidak berbentuk bola sehingga sinar-sinar yang masuk tidak terpusat sempurna, akibatnya terdapat bayangan pada benda yang dilihat. Dikoreksi dengan kacamata berlensa silindris. e. Buta warna : tidak dapat membedakan warna-warna dasar baik sebagian atau keseluruhan ( merah, biru, hijau) f. Ablasio retina : akibat adanya satu atau lebih robekan-robekan atau lubang-lubang di retina, sehingga menyebabkan lepasnya retina dan pandangan penderita menjadi kabur. g. Glaukoma : hampir keseluruhan disebabkan karena tersumbatnya saluran cairan yang keluar dari bola mata sehingga terjadi peningkatan tekanan intraokuler dan menekan saraf belakang bola mata, saraf akhirnya tidak mendapatkan aliran darah sehingga saraf mati. h. Katarak : keruhnya lensa mata yang menghalangi cahaya yang masuk sehingga penglihatan mengalami keburaman. i. Konjungtivitis : (belekan) mata terasa gatal, merah, dan mungkin berair, konjungtiva yang iritasi tampak merah, dan keluar kotoran mata. Telinga a. Radang telinga tengah (otitis media) : sering kali disebabkan oleh tersumbatnya saluran eustachius akibat pembengkakan selaput lendir atau sekitar lubang keluar di rongga hidung/tenggorok. Penyebab utamanya adalah infeksi hidung dengan virus (selesma, flu, cacar air, dan sebagainya)

b. Labirintis : biasanya disebabkan akibat menjalarnya infeksi dari telinga tengah. Gejalanya adalah kepala pusing, muntah, dan akhirnya menjadi tuli. c. Tuli congenital : tuli sejak lahir (bawaan). Dapat menjadi herediter dan non herediter d. Tuli fungsional : (nonorganic) dapat karena malingering atau psikogen. e. Gangguan pendengaran sensorik : terutama disebabkan oleh kerusakan sel rambut pada organ corti yang terjadi akibat suara yang sangat keras, infeksi virus, obat ototoksik, meningitis, dan sebagainya. Hidung a. Gangguan transportasi olfaktorius : dapat terjadi akibat pembengkakan membrane mukosa nasal pada infeksi akut traktus respiratorius bagian atas oleh virus, rhinitis, serta, sinusitis bakterialis, dan rhinitis alergika. b. Dari sudut pandang psikofisis pasien : anosmia total (ketidakmampuan mendeteksi setiap sensasi olfaktorius yang bersifat kualitatif), anosmia parsial (ketidakmampuan mendeteksi sebagian sensasi olfaktorius), anosmia spesifik (tidak mapu mendeteksi salah satu odoran. c. Hiposmia : peningkatan sensitivitas terhadap semua atau sebagian odoran. d. Sinusitis : gangguan mukosa did an sekitar ostium region meatus medius. Baik fungsi silia terganggu atau lapisan lendir yang tidak berfungsi normal.\ e. Sinusitis supurativa akuta : suatu proses infeksi di dalam sinus yang berlangsung dari 1 hari - 3 minggu. f. Polip hidung : kelainan selaput permukaan hidung berupa massa lunak bertangkai, berbentuk bulat atau lonjong, berwarna putih keabu-abuan dengan permukaan licin dan agak bening karena mengandung banyak cairan. g. Anosmia : hilang atau terganggunya kemampuan indera penciuman dalam membaui suatu objek karena beberapa sebab, penyebab terbanyak adalah usia tua. Dapat pula terjadi pada usia muda biasanya karena benturan keras pada kepala, flu yang tak kunjung sembuh, zat kimia beracun, dan sebagainya. Lidah a. Gangguan sensorik gustatorius : kelainan inflamasi dan degenerasi dalam cavum oris, oleh penggunaan sejumlah besar obat, khususnya jenis obat yang mengganggu penggantian sel seperti obat antitiroid serta anticoplastik.

b. Ageusia : (total, parsial, spesifik) ketidakmampuan untuk mengenali rasa manis, asam, pahit, asin baik secara keseluruhan, sebagian maupun zat tertentu. c. Hipogeusia : penurunan sensitivitas terhadap semua maupun sebagian zat pencetus rasa (tastants) d. Disgeusia : kelainan atau distorsi pada persepsi suatu zat pencetus rasa, yaitu persepsi kualitas yang salah atau kebingungan ketika merasakan suatu zat pencetus rasa. e. Atrophic glossitis : radang pada lidah, ditandai dengan kodisi lidah yang kehilangan rasa karena degenerasi ujung papil. Lidah penderita akan tampak licin dan mengkilat. f. Fissured tongue : Lidah retak-retak atau seperti terbelah. Kulit a. Panu : bercak berwarna pada kulit dengan batas sangat tegas disbanding warna kulit di sekitarnya. Jika digaruk, bercaknya menimbulkan serpihan berwarna putih. b. Kadas : salah satu infeksi jamur dermatofitosis pada permukaan kulit sehingga muncul bercak pada kulit dan menimbulkan gatal. c. Kanker kulit : berhubungan dengan paparan sinar matahari dalam waktu yang lama, orang dengan melanin kulit yang sedikit, berhubungan langsung dnegan zat-zat karsinogenik.

2. Merawat kesehatan alat indera Mata a. Vitamin A : konsumsi vitamin A yang cukup membantu transmisi sinyal cahaya dalam sel-sel retina. Sumber vitamin A antara lain sayuran yang berwarna oranye ( wortel, tomat, buah aprikot) b. Lutein : Lutein (mengandung karoten) ditemukan dalam sayuran berdaun hijau seperti bayam, kangkung, juga jagung, kacang polong, dan brokoli adalah salah satu antioksidan pelindung mata. Lutein juga berfungsi mencegah terjadinya katarak. c. Sesame oil : (minyak wijen) menurut hasil penelitian, minyak wijen memiliki kandungan asam lemak tak jenuh seperti omega-3 dan omega-9 yang tinggi sehingga mampu membantu memperbaiki proses penglihatan. d. Daun-daunan hijaun : makan sayuran dan daun-daunan berwarna hijau (contohnya bayam) sejak usia dini dapat membantu mencegah kendurnya elastisitas mata.

e. Menjaga kesehatan fungsi penglihatan : cara lainnya adalah dengn menggunakan sunglasses saat matahari terik, memeriksakan mata secara rutin, mengonsumsi suplemen zinc untuk membantu dalam mengatasi masalah mata pada usia lanjut. f. Jangan menonton tv terlalu dekat. Jarak tonton ideal adalah 5x diagonal TV anda. g. Jangan terlalu dekat dengan layar komputer. Jarak idealnya 40-50 cm dari monitor. Berkediplah sesering mungkin untuk menjaga cairan mata tetap ada. Kurangi bekerja dengan komputer di malam hari, karena akan membuat mata anda lebih cepat lelah dan tambah minus. h. Jangan membaca di atas kendaraan. Goncangan akan membuat fokus berubah-ubah sehingga membuat mata minus, rasa pusing, juga mual. i. Istirahatkan mata jika sudah terlalu lama membaca, berkomputer, atau menonton TV. Lebih baik kalau sambil melihat pemandangan yang berwarna kehijau hijauan. Telinga a. Jangan mengorek-ngorek telinga terlalu sering. Baik dengan cotton buds maupun benda lain. b. Biasakan aanak mengunyah makanan dengan benar karena mengunyah adalah mekanisme alamiah tubuh untuk mengeluarkan kotoran telinga. c. Kurangi polusi-polusi suara terutama suara keras yang memekakkan telinga, contohnya dengan tidak sering menggunakan headset/earphone. d. Jika anda kesulitan mendengar suara lawan bicara, cobalah miringkan telinga ke kanan. Menurut penelitian, pesan yang diterima otak kiri lebih baik dan lebih cepat dibanding otak kanan sehingga disarankan untuk memiringkan telinga kanan. Namun, jika anda kasulitan menangkap lirik lagu cobalah melakukan hal sebaliknya. Hidung a. Jangan menahan bersin, bersin terjadi ketika ujung saraf di dalam hidung mendeteksi adanya virus/bakteri, bau menyengat, udara dingin/reaksi alergi, menahan bersin juga beresiko merusak gendang telinga. b. Jangan biasakan/sering-sering mengupil, akan berdampak buruk jika mengupil dengan sangat kuat (misal dengan kuku jari), terlalu dalam (memasukkan jari melebihi ukuran panjang ruas pertama jari).

c. Hindari bersin keras dengan pengeluaran melalui lubang hidung saja. Bagi tekanannya melalui hidung dan mulut. Tekanan terlalu keras di hidung bisa juga menyebabkan mimisan. d. Jika terjadi mimisan, duduklah dengan kepala agak condong ke depan lalu jepitlah lubang hidung dengan ibu jari dan jari telunjuk sehingga sekat batas hidung seperti dipijat perlahan. Lalu tahan sampai 15 menit dan bernapaslah dengan mulut. Kompres hidung dan sekitarnya dengan es dan kain. e. Gunakan masker atau sejenisnya saat berada pada lingkungan kotor, misalnya lingkungan yang berdebu, banyak asap rokok, dan asap kendaraan. f. Membersihkan hidung sebanyak 5x setiap wudlu dapat menjaga kenyamanan rongga hidung dari penyakit infeksi peradangan. Lidah a. Hindari makan makanan yang terlalu panas atau dingin. Makanan yang terlalu panas atau dingin dapat merusak bintil pengecap. Jika bintil pengecap rusak, lidah tidak dapat merasakan lezatnya makanan. b. Menyikat lidah saat menggosok gigi agar kotoran pada lidah hilang. c. Makan makanan yang mengandung vitamin C. Vitamin C bermanfaat mencegah sariawan. Kulit a. Mandi teratur b. Membiasakan untuk mencuci kaki dan tangan sebelum tidur c. Makan makanan yang banyak mengandung vitamin E. Banyak makan sayuran hijau dan buah-buahan. d. Menghindari pajanan sinar UV. Pakailah baju panjang/tertutup ketika berhadapan dengan sinar matahari.

3. Farmako a. Antihistamin : kebanyakan mempunyai sifat antikolinergik yang menyebabkan mulut kering dan pengurangan sekresi, zat ini berguna untuk mengobati rinitis yang

ditimbulkan oleh flu. Antihistamin juga mengurangi rasa gatal pada hidung yang

menyebabkan bersin-bersin. Jangan mengendarai mobil atau menyalakan mesin apabila sedang memakai obat ini, karena dapat menimbulkan rasa mengantuk b. Dekongestan hidung : bisa diberikan dalam bentuk semprotan, atau tetes hidung atau tablet, kapsul, atau cairan. Dekongestan hidung biasanya bekerja dengan cepat dan lebih sedikit menyebabkan efek samping daripada dekongestan sistemik. c. Dekongestan sistemik : tersedia dalam bentuk tablet, kapsul, dan cairan/sirup dan terutama dipakai untuk rinitis alergik. Contoh dekongestan sistemik adalah efedrin, fenilpropanolamin, fenilefin, dan pseudoefedrin. d. Parasetamol dan mefenamat (ponstan) : adalah dua jenis obat bebas yang efektif gejalagejala yang menyertai flu seperti nyeri kepala, sendi, otot, dan demam. Non farmako a. Penghirupan uap panas 1-2 kali sehari dengan menuangkan 1,5 liter air mendidih ke dalam sebuah bejana, lalu kepala yang diselubungi handuk ditundukkan 15 cm di atas air. Kemudian uap air diisap, permulaan hati-hati dan kemudian secara lebih mendalam selama 10 menit. b. Minum air putih lebih banyak. c. Makan makanan yang pedas akan membantu membersihkan lendir. Jangan digunakan apabila flu disertai radang tenggorokan. d. Hindari merokok, penggunaan tembakau akan melemahkan sistem imun secara bertahap dan meningkatkan keparahan gejala flu. Hindari juga kopi, teh berkafein, dan soda. e. Bawang putih, membawa dampak baik untuk jantung dan sistem imun tubuh dengan kandungan antioksidannya. Cobalah memotong satu siung bawang putih segar dengan sesendok teh madu lalu kunyah dan telan dengan segera. f. Akupuntur, dapat dnegan segera meringankan/menghilangkan gejala-gejala flu dan membantu tubuh mengusir patogen lebih cepat. Area yang paling penting untuk mengobati flu yang umum adalah di intestinum besar 4. Titik ini ada di lokasi antara jempol&jari-jari, efektif karena dapat menekan nyeri dan membuat nyaman tubuh.

4. Mata a. Tes Snellen : cara aling umum untuk mengukur penglihatan jauh, dengan membaca deretan huruf-huruf atau angka-angka atau gambar-gambar yang disusun berdasarkan

urutan besarnya. Anak berdiri 6 meter dari tabel itu, dan jika dia dapat membaca tabel itu sejauh baris yang berisi huruf-huruf untuk jarak 6 meter, maka ketajaman penglihatannya 6/6 atau normal. b. Tes Luas Lapang pandang : dengan Goldman perimetri, layar tangan screen, atau dengan tes konfrontasi ( menggunakan tangan pemeriksa) c. Tes BUST : tes dari Swedia untuk persepsi bentuk dan ketajaman penglihatan, dan dapat digunakan terhadap anak yang usia mentalnya antara 18 bulan-7 tahun. d. Tes persepsi warna : penglihatan warna normal membutuhkan fungsi makula & n. Optikus normal. Teknik paling umum dengan buku ISHIHARA. e. Pergerakan bola mata : mata normal ada 6 gerakan kardinal bola mata (medial-lateral, medial atas-bawah, lateral atas-bawah). Gerak mata yang tidak normal biasanya kurang dari 4. f. Tekanan bola mata : dilakukan dengan Tonometer Schiotz, Tonometer Aplanasi, atau dengan pemeriksaan secara digital dari jari tangan. g. Pemeriksaan kelengkunga kornea : dengan alat keratometer yang berkalibrasi mengukur radius kelengkungan kornea dalam dua meridian yang terpisah 90o. Telinga a. Metode OAE : (Oto Acoustic Emission) teknik pemeriksaan koklea berdasarkan prinsip elektrofisiologik sehingga bisa diketahui apakah koklea berfungsi normal sebagai reseptor pendengaran. Cara kerjanya dengan menggunakan komputer serta dibantu sejumlah elektroda yang ditempelkan di permukaan kuliat bayi. Bayi kemudian diberikan rangsangan suara. Hasil dari data tersebut adalah ambang dengar dari sang bayi yang diberi satuan desible. b. VRA : (Visual Reinforcement Audiometri) untuk usia 6 bulan 2 tahun. Sara dibunyikan lewat earphone atau pengeras suara, kemudian bayi akan berpaling ke suara tersebut dengan gerak menarik. c. CPA : (Conditioned Play Auditory) usia 2-4 tahun, anak diminta melakukan sesuatu ketika mendengar suara yang telah ditentukan, contoh: mengangkat jarinya atau menekan tombol. d. Tes Penala : idealnya digunakan garputala 512, 1024, dan 2048 Hz. Bila tidak mungkin cukup dipakai 512 Hz karena tidak terlalu dipengaruhi suara bising sekitar.

e. Tes Rinne : untuk membandingkan hantaran melalui udara dan tulang pada telinga yang diperiksa. Caranya penala digetarkan dan tangkainya diletakkan di prosesus mastoideus. Setelah tidak terdengar, penala dipegang di depan telinga kira-kira 2,5 cm. Bila masih terdengar disebut Rinne positif, bila tidak terdengar disebut Rinne negatif. f. Tes Weber : untuk membandingkan hantaran tulang telinga kiri dan kanan. Penala digetarkan dan tangkai penala diletakkan di garis tengah dahi atau kepala. Bila pada telinga yang sakit (lateralisasi pada telinga sakit) berarti terdapat tuli konduktif pada telinga tersebut, bila sebaliknya (lateralisasi pada telinga yang sehat) berarti pada telinga yang sakit terdapat tuli saraf. g. Tes Schwabach : untuk membandingkan hantaran tulang orang yang diperiksa dengan pemeriksa yang pendengarannya dianggap normal. Hidung a. Tes odor stik : menggunakan pena ajaib mirip spidol yang menghasilkan bau-bauan. Pena ini dipegag dalam jarak sekitar 3-6 inci dari hidung pasien untuk memeriksa persepsi bau oleh pasien secara kasar. b. Tes alkohol 12 inci : penderita diinstuksikan untuk mengendus bau isopropil alkohol yang baru saja dibuka dengan mata tertutup. Kapas yang telah diberi alkohol didekatkan perlahan ke hidung penderita dengan jarak sekitar 12 inci. c. Evaluasi sensoris : tes identifikasi bau yang terdiri dari 40 jenis, bau tertutup dalam kapsul kecil. Contohnya, satu jenis dibaca bau ini tercium seperti (a) coklat, (b) pisang, (c) bawang, atau (d) minuman buah, dan pasien disuruh menjawab satu dari pilihan yang ada. Orang-orang dengan hilangnya fungsi pembau total mempunyai nilai berkisar 7 19 dari 40. d. Scratch and Sniff Card : kartu gesek dan cium, tersedia kartu yang mengandung 3 bau untuk menguji penciuman secara kasar. Lidah a. Tes fungsi pengecapan : dengan meletakkan substansi bahan tes yang dilakukan dalam air pada tempat-tempat tertentu di lidah. Bahan tes yang dianjurkan adalah gula pasir untuk rasa manis, garam untuk rasa asin, jeruk untuk rasa asam, dan kina untuk rasa pahit. Penderita menjulurkan lidah sementara hidung ditutup. Untuk rasa manis letakkan pada ujung lidah, asam pada kedua tepi lidah, asin pada ujung dan tepi lidah, pahit pada

belakang lidah. Dikatakan Hipogeusia bila sensasi dirasakan setelah 2 menit dan Ageusia bila penderita tidak merasakan apa-apa. b. Tes rasa listrik : (elektrogustometri) digunakan secara klinis untuk mengidentifikasi defisit rasa pada kuadran spesifik dari lidah. 5. Hidung-lidah : - indera penghidu yang merupakan fungsi saraf olfaktorius (N.I), sangat erat hubungannya dengan indera pengecap yang dilakukan oleh saraf trigeminus (N.V), karena seringkali kedua sensoris ini bekerja bersama-sama. Reseptor organ penghidu terdapat di regio olfaktoius di hidung bagian sepertiga atas. Serabut saraf olfaktorius berjalan melalui lubang-lubang pada lamina kribrosa os etmoid menuju bulbus olfaktorius di dasar fosa kranii anterior. - Pembau dan pengecap saling bekerja sama, sebab rangsangan bau dari makanan dalam rongga mulut dapat mencapai rongga hidung dan diterima oleh reseptor olfaktori. Keadaan ini akan terganggu ketika kita sakit pilek, dimana hubungan antara rongga hidung dan rongga mulut terganggu, sehingga uap makanan dari makanan di mulut tidak dapat mencapai rongga hidung dan makanan seakan-seakan kehilangan rasanya. Hidung-mata : - Saat menangis bisa jadi pilek karena antara hidung dengan air mata terdapat duktus nasolakrimalis. Sehingga saat menangis airmata bisa turun ke hidung. Telinga-mulut : - Rongga telingan tengah dihubungkan oleh saluran kecil (tabung eustachius) dengan rongga hidung-tenggorok dan demikian juga dengan udara luar. Pada waktu menelan atau menguap tabung ini ditarik terbuka sehingga udara luar dapat masuk ke rongga telinga tengah. Dengan demikian perbedaan tekanan antara kedua sisi gendang telinga dapat ditiadakan.

6. Pengkajian a. Riwayat kesehatan b. Kebiasaan promosi kesehatan, misal : kebiasaan membersihkan mata/telinga c. Kemampuan untuk melakukn perawatan diri d. Pemeriksaan fisik pada panca indera

e. Observasi : - Kepala & leher : kemungkinan adanya konjungtivitis, wajah memerah, kemungkinan adanya limpadenopati cevival anterior, sakit kepala. - Pernapasan : mulanya ringan ( sakit tenggorokan, batuk nonproduktif) kemudian ( batuk keras & produktif, erythema pada langit-langit lunak, peningkatan RR, rhonchi & crackles) - Abdominal : anorexia & malaise ( rasa tidak enak badan) DO : bersin, flu berat DS : kepala berat, hidung tersumbat sehingga penciuman terganggu, badan terasa meriang, makanan terasa pahit, telinga terasa gatal. Diagnosa a. Disturbed Sensory Perception: Olfactory-gustatory - batasan karakteristik : hidung tersumbat, penciuman terganggu, tenggorokan kering, sakin menelan, makanan terasa pahit. - NOC : Sensory function:taste & smell Membedakan bau Perubahan bau tidak dirasakan Dapat merasakan makanan Merasakan rasa manis, asin, pahit, asam - NIC : Cognitive stimulation Sediakan stimulus sensori Anjurkan untuk beristirahat - NOC : Nutritional status:food & fluid intake Masukan makanan oral Masukan cairan oral - NIC : Nutrition management Dorong peningkatan konsumsi protein, besi, vitamin c Tanyakan apakah pasien punya alergi makanan jenis tertentu Berkolaborasi dengan ahli gizi Monitor masukan bahan makanan yang dikonsumsi

b. Inefektif perubahan jalan napas b.d. obstruksi bronchial - NOC : jalan udara pasien akan menjadi tetap dengan bunyi napas jelas - NIC : Auskultasi paru-paru untuk ronchi & crackles. R/ menentukan kecukupan pertukaran gas dan luasan jalan napas terhalangi oleh sekret Kaji karakteristik sekret: kuantitas, warna, konsistensi, bau. R/ adanya infeksi yang dicurigai ketik sekret tebal, kuning, atau berbau busuk. Kaji status hidrasi pasien: turgor kulit, mukosa membran, lidah, intake & output selama 24 jam, hematocrit. Posisikan pasien pada body&alignment yang benar untuk pola napas optimal (kepala tempat tidur 45o, jika ditoleransi 90o) c. Hypertermia b.d. proses inflamatory - NOC: suhu tubuh pasien akan berada dalam batas normal - NIC: Ukur temperatur tubuh Kaji temperatur kulit & warna Ukur intake & output Berikan antipiretik seperti dipesan

You might also like