You are on page 1of 9

SKRINING FITOKIMIA BUAH JENGKOL (Pithecollobium lobatum benth)

I. TINJAUAN PUSTAKA Sistematika tumbuhan jengko l (Tjitrosoepomo, 2000): Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae Kelas Bangsa Suku Genus Spesies : Dicotyledonae : Rosales : Fabaceae : Pithecellobium : Pithecellobium jiringa (Jack) Prain

Gambar Buah Jengkol

Sinonim Sinonim dari Pithecellobium jiringa (Jack) Prain (ITOI, 1994) : 1. Pithecollobium lobatum Benth 2. Zygia jiringa (Jack) Kosterm

Nama Daerah Gayo: jering, Batak: jering, Karo dan Toba: joring, Minangkabau: jarieng, Lampung: jaring, Dayak: Jaring, Sunda: jengkol, Jawa: jingkol, Bali: blandingan, Sulawesi Utara: Lubi (Heyne, 1987).

Habitat dan Morfologi Tumbuhan jengkol merupakan pohon di bagian barat Nusantara, tingginya sampai 26 m, dibudidayakan secara umum oleh penduduk di Jawa dan Sumatera dan dibeberapa daerah tumbuh menjadi liar. Tumbuh paling baik didaerah dengan musim kemarau yang sedang dan tidak tahan terhadap musim kemarau yang terlalu panjang (Heyne, 1987). Buah jengkol berupa polong berbentuk gepeng dan berbelit. Warna buahnya lembayung tua. Setelah tua, bentuk polong buahnya menjadi cembung dan di tempat yang mengandung biji ukurannya membesar. Bijinya berkulit ari tipis dan berwarna coklat mengilap.

Kandungan Kimia dan Khasiat Tumbuhan Buah jengkol mengandung karbohidrat dan minyak atsiri (Heyne, 1987). Selain itu dari hasil penelitian buah jengkol juga mengandung protein, vitamin A, vitamin B, fosfor, kalsium, alkaloid, steroid, glikosida, tanin, dan saponin Khasiat buah jengkol menurut para ahli kesehatan adalah dapat memperlancar proses buang air besar, jengkol juga dapat mencegah penyakit diabetes. Kandungan vitamin C pada 100 gram buah jengkol adalah 80 mg Vitamin C sangat dibutuhkan tubuh untuk meningkatkan imunitas tubuh. Buah jengkol merupakan sumber protein yang baik, yaitu 23.3 gram per 100 gram bahan. Kadar proteinnya jauh melebihi tempe yang selama ini dikenal sebagai sumber protein nabati, yaitu hanya 18.3 gram per 100 gram. Bagi anak-anak, protein sangat berperan untuk perkembangan tubuh dan sel otaknya. Pada orang dewasa, apabila terjadi luka memar dan sebagainya, protein dapat membangun kembali sel-sel yang rusak. Buah jengkol mengandung zat besi, yaitu 4.7 gram

per 100 gram. Kandungan fosfor pada buah jengkol (166.7mg/100 gram) juga sangat penting untuk pembentukan tulang dan gigi, serta untuk penyimpanan dan pengeluaran energi (Christine 1985).. Dari hasil penelitian Rahayu dan Pukan (1998) diungkapkan kalau kandungan senyawa kimia dalam kulit jengkol yaitu alkaloid, steroid/triterpenoid, saponin, flavonoid dan tanin. Menurut penelitian, ekstrak air kulit buah jengkol dapat digunakan sebagai larvasida untuk mencegah penyakit demam berdarah. Selain itu juga dimanfaat sebagai herbisida alami untuk pengendalian gulma di sawah tanpa menghambat pertumbuhan padi, senyawa aktif tersebut merupakan hasil dekomposisi kulit buah jengkol selama 5-20 hari . Penyebab bau jengkol adalah asam amino yang terkandung didalam biji jengkol. Asam amino itu didominasi oleh asam amino yang mengandung unsure Sulfur (S). Ketika terdegradasi akan terpecah-pecah menjadi komponen yang lebih kecil, asam amino itu akan menghasilkan berbagai komponen flavor yang sangat bau, karena pengaruh sulfur tersebut. Salah satu gas yang terbentuk dengan unsur itu adalah gas H2S yang terkenal sangat bau . Memakan biji jengkol terlalu banyak dapat menyebabkan keracunan, yaitu hyperaemia ginjal dan pendarahan ginjal. Selain itu dapat juga mengurangi atau menghentikan keluarnya urine serta kejang kandung kemih (Heyne, 1987).

II.

ALAT pipet tetes oven listrik corong pisah neraca analitik kertas saring tabung reaksi corong kaca drupple plate batang pengaduk

beker gelas cawan porselin pipet pasteur blender penangas air

III.

BAHAN isopropanol, serbuk magnesium, metanol, n-heksan, asam sulfat pekat, Reagen mayer Reagen Dragendroff Asam cuka 5 % NaCl 2 % Gelatin 1 %

Serbuk simplisia dari buah jengkol dan kulit ari buah jengkol, aquadest etanol 96% (hasil destilasi), asam klorida encer P asam klorida pekat, kloroform, besi (III) klorida, timbal (II) asetat, asam asetat glacial,

IV.

CARA KERJA

Pemeriksaan Steroida/ Triterpenoida Sebanyak 1 g sampel dimaserasi dengan 20 ml n-heksan selama 2 jam, lalu disaring. Filtrat diuapkan dalam cawan penguap. Pada sisa ditambahkan 2 tetes asam asetat glasial dan 1 tetes asam sulfat pekat. Timbul warna ungu atau merah kemudian berubah menjadi hijau biru menunjukkan adanya steroida triterpenoida. Pemeriksaan Alkaloida Serbuk simplisia sebanyak 1 g dipanaskan dalam tabung reaksi besar dengan asam klorida 1 % sebanyak 10 ml selama 30 menit dalam tangas air mendidih. Suspensi disaring dengna kapas ke dalam tabung reaksi A dan tabung reaksi B sama banyak. Larutan A dibagi 2 sama banyak, lalu ke dalam larutan A-1 ditambah peraksi Dargendorff (3 tetes) dan larutan A-2 ditambah pereaksi meyer (3 tetes). Terbentuknya endapan dengan kedua pereaksi alkaloid tersebut menunjukan adanya alkaloid. Adanya alkaloid dari basa tertier atau kuartener dapat ditunjukkan dengan penambahan serbuk Natrium Karbonat sampai pH 8-9, kemudian dicampur dengan kloroform 4 ml, aduk pelan-pelan. Setelah kloroform memisah, diambil dengan pipet Pasteur dan tambahkan asam cuka 5 % sampai pH 5 diaduk lalu pisahkan lapisan atas dengan pipet. Kemudian tambahkan pereaksi Dragendroff (5 tetes) pada lapisan atas, terbentuknua endapan menunjukan adanya alkaloid dari basa kuartener. Kemudian lapisan bawah ditambah asam klorida 1 % (10 tetes), diaduk dan pisahkan lapisan atas serta tambahkan pereaksi Dragendroff (2 tetes), terbentuknya endapan menunujukan adanya alkaloid dari basa tertier. Pemeriksaan Glikosida

Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 3 g kemudian disari dengan 30 ml campuran 7 bagian volume etanol 96 % dan 3 bagian volum aquades ditambah dengan 10 ml HCl 2N. Direfluks selama 30 menit, didinginkan dan disaring. Diambil 20 ml filtrat ditambahkan 25 ml aquadest dan 25 ml timbal (II) asetat 0,4 M, dikocok, lalu didiamkan selama 5 menit dan disaring. Filtrat disari dengan 20 ml campuran 3 bagian kloroform dan 2 isopropanol dilakukan berulang sebanyak tiga kali. Kumpulan sari air diuapkan pada temperatur tidak lebih dari 50oC. Sisanya dilarutkan dalam 2 ml metanol. Larutan sisa digunakan untuk percobaan berikut, yaitu 0,1 ml larutan percobaan dimasukkan kedalam tabung reaksi, diuapkan di penangas air. Sisa ilarutkan dalam 2 ml aquadest dan 5 tetes pereaksi Molish. Kemudian secara perlahan ditambahkan 2 ml asam sulfat pekat. Glikosida positif jika terbentuk cincin ungu. Pemeriksaan Flavonoida Sebanyak 10 g serbuk simplisia kemudian ditambahkan 100 ml air panas, dididihkan selama 5 menit dan disaring dalam keadaan panas. Filtrat yang diperoleh kemudian diambil 5 ml lalu ditambahkan 0,1 g serbuk Mg dan 1 ml HCl pekat da 2 ml amil alkohol, dikocok, dan dibiarkan memisah. Flavonoida positif jika terjadi warna merah, kuning, jingga pada lapisan amil alkohol. Pemeriksaan Tanin Serbuk simplisia sebanyak 0,5 g dipanaskan dengan air (10 ml) selama 30 menit di atas penangas air. Disaring, filtrate ditambah larutan Natrium klorida 2 % (1 ml), bila terjadi suspensi atau endapan disaring melalui kertas saring, kemudian filtrate ditambah larutan gelatin 1 % (2 ml). Terbentuknya endapan menunjukan adanya tannin atau zat samak. Pemeriksaan Saponin Tambahkan aquadest (10 ml) kedalam tabung reaksi yang berisi serbuk simplisia (100 ml), tutup dan kocok kuat-kuat selama 30 detik. Biarkan tabung dalam

posisi tegak selama 30 menit. Apabila buih (sarang lebah) setinggi lebih . Cm dari permukaan cairan, maka menunjukkan adanya saponin. V. DAFTAR PUSTAKA Christine. (1985). Penggunaan Tanaman Obat, Agromedika Pustaka, Jakarta. Halaman 5. Heyne, K., (1987), Tumbuhan Berguna Indonesia, Jilid 3,Departemen Kehutanan, Jakarta Tjitrosoepomo, G. (1994). Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Cetakan VII. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press. Halaman 420, 352,374-377.

LAPORAN FARMAKOGNOSI I

SKRINING FITOKIMIA BUAH JENGKOL (Pithecollobium lobatum benth)

Disusun oleh:

Disusun oleh : Galuh Fatmadewi Ruth Stefanidinaringtyas Shinta Widya Sentyakto Putri Yuliana Mandasari (10261/FA) (10267/FA) (10272/FA) (10271/FA)

AKADEMI FARMASI NASIONAL

SURAKARTA 2012

You might also like