You are on page 1of 11

Tugas up3i

TATA CARA SHALAT GERHANA DAN TASBIH

DISUSUN OLEH:

NAMA NIM

: MARDHATILLAH : 1104102010008

UNIVERSITAS SYIAH KUALA DARUSSALAM BANDA ACEH 2012

KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada saya. Dengan rahmat dan hidayah-Nya, Alhamdulillah makalah yang berjudul Tata Cara Shalat Sunnat Gerhana dan Tasbih ini dapat terselesaikan dangan tepat waktu. Makalah ini saya buat untuk memenuhi tugas pertama dari up3i.

Saya berharap kepada semua pihak dengan segala kritik dan saran yang bersifat membangun, sangat saya harapkan untuk dimasa yang akan datang agar bisa menyempurnakan makalah ini, sebab makalah ini masih banyak kekurangannya.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

BAB 1 SHALAT SUNNAT GERHANA A. PENDAHULUAN B. PENGERTIAN GERHANA C. HUKUM SHALAT GERHANA D. WAKTU SHALAT GERHANA E. KAPAN GERHANA DIANGGAP USAI F. AMALAN YANG DIKERJAKAN KETIKA TERJADI GERHANA G. TATA CARA SHALAT GERHANA

BAB 2 SHALAT SUNNAT TASBIH A. PENDAHULUAN B. PENGERTIAN SHALAT SUNNAT TASBIH C. HIKMAH SHALAT SUNNAT TASBIH D. TATA CARA MENGERJAKAN SHOLAT SUNNAT TASBIH

DAFTAR PUSTAKA

BAB 1 SHALAT SUNNAT GERHANA


A. PENDAHULUAN Tidak ada satu kejadian di antara sekian banyak kejadian yang ditampakkan Allah Subhanahu wa Ta'ala di hadapan hamba-Nya, melainkan agar kita bisa mengambil pelajaran dan hikmah dari kekuasaan yang Allah 'Azza wa Jalla tampakkan tersebut. Yang pada akhirnya, kita dituntut untuk selalu mawas diri dan melakukan muhasabah. Di antara bukti kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta'ala itu, ialah terjadinya gerhana. Sebuah kejadian besar yang banyak dianggap remeh manusia. Padahal Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam justru memperingatkan umatnya untuk kembali ingat dan segera menegakkan shalat, memperbanyak dzikir, istighfar, doa, sedekah, dan amal shalih tatkala terjadi peristiwa gerhana. Dijelaskan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam dalam sabdanya: Sesungguhnya matahari dan bulan adalah bukti tanda-tanda kekuasaan Allah. Sesungguhnya keduanya tidak mengalami gerhana karena kematian seseorang, dan tidak pula karena hidupnya seseorang. Oleh karena itu, bila kalian melihatnya, maka berdoalah kepada Allah, bertakbirlah, shalat dan bersedekahlah. (Muttafaqun alaihi) B. PENGERTIAN GERHANA Dalam istilah fuqaha dinamakan kusf. Yaitu hilangnya cahaya matahari atau bulan atau hilang sebagiannya, dan perubahan cahaya yang mengarah ke warna hitam atau gelap. Kalimat khusf semakna dengan kusf. Ada pula yang mengatakan kusf adalah gerhana matahari, sedangkan khusf adalah gerhana bulan. Pemilahan ini lebih masyhur menurut bahasa. [1] Jadi, shalat gerhana, ialah shalat yang dikerjakan dengan tata cara dan gerakan tertentu, ketika hilang cahaya matahari atau bulan atau hilang sebagiannya. C. HUKUM SHALAT GERHANA Jumhur ulama berpendapat, shalat gerhana hukumnya sunnah muakkadah. Abu Awanah Rahimahullah menegaskan wajibnya shalat gerhana matahari. Demikian pula riwayat dari Abu Hanifah Rahimahullah, beliau memiliki pendapat yang sama. Diriwayatkan dari Imam Malik, bahwa beliau menempatkannya seperti shalat Jumat. Demikian pula Ibnu Qudamah Rahimahullah berpendapat, bahwa shalat gerhana hukumnya sunnah muakkadah. [2] Adapun yang lebih kuat, ialah pendapat yang mengatakan wajib, berdasarkan perintah yang datang dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam. Imam asy-Syaukani juga menguatkan pendapat ini. Demikian pula Shiddiq Hasan Khn Rahimahullah dan Syaikh al-Albni Rahimahullah. *3+ Dan Syaikh Muhammad bin Shlih Utsaimin Rahimahullah berkata: Sebagian ulama berpendapat, shalat gerhana wajib hukumnya, berdasarkan sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam (jika kalian melihat, maka shalatlahmuttafaqun alaih).

Sesungguhnya, gerhana merupakan peristiwa yang menakutkan. Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam berkhutbah dengan khutbah yang agung, menjelaskan tentang surga dan neraka. Semua itu menjadi satu alasan kuat wajibnya perkara ini, kalaupun kita katakan hukumnya sunnah tatkala kita melihat banyak orang yang meninggalkannya, sementara Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam sangat menekankan tentang kejadian ini, kemudian tidak ada dosa sama sekali tatkala orang lain mulai berani meninggalkannya. Maka, pendapat ini perlu ditilik ulang, bagaimana bisa dikatakan sesuatu yang menakutkan kemudian dengan sengaja kita meninggalkannya? Bahkan seolah hanya kejadian biasa saja? Dimanakah rasa takut? Dengan demikian, pendapat yang mengatakan wajib, memiliki argumen sangat kuat. Sehingga jika ada manusia yang melihat gerhana matahari atau bulan, lalu tidak peduli sama sekali, masing-masing sibuk dengan dagangannya, masing-masing sibuk dengan hal sia-sia, sibuk di ladang; semua itu dikhawatirkan menjadi sebab turunnya adzab Allah, yang kita diperintahkan untuk mewaspdainya. Maka pendapat yang mengatakan wajib memiliki argumen lebih kuat daripada yang mengatakan sunnah. [4] Dan Asy-Syaikh Ibnu Al-Utsaimin pun menyatakan, Jika kita mengatakan hukumnya wajib, maka yang nampak wajibnya adalah wajib kifayah. Adapun shalat gerhana bulan, terdapat dua pendapat yang berbeda dari kalangan ulama. Pendapat pertama. Sunnah muakkadah, dan dilakukan secara berjamaah seperti halnya shalat gerhana matahari. Demikian ini pendapat Imam asy- Syfii, Ahmad, Dawud Ibnu Hazm. Dan pendapat senada juga datang dari Atha, Hasan, an-Nakha`i, Ishq dan riwayat dari Ibnu Abbas Radhiallahu'anhu. *5+ Dalil mereka: Sesungguhnya matahari dan bulan adalah bukti tanda-tanda kekuasaan Allah. Sesungguhnya, keduanya tidak mengalami gerhana karena kematian seseorang, dan tidak pula karena hidupnya seseorang. Oleh karena itu, bila kalian melihatnya, maka berdoalah kepada Allah dan shalatlah sampai terang kembali. (Muttafqun alaihi). Pendapat kedua. Tidak dilakukan secara berjamaah. Demikian ini pendapat Imam Abu Hanifah dan Mlik. [6] Dalilnya, bahwa pada umumnya, pelaksanaan shalat gerhana bulan pada malam hari lebih berat dari pada pelaksanaannya saat siang hari. Sementara itu belum ada riwayat yang menyebutkan bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam menunaikannya secara berjamaah, padahal kejadian gerhana bulan lebih sering dari pada kejadian gerhana matahari. Manakah pendapat yang kuat? Dalam hal ini, ialah pendapat pertama, karena Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam memerintahkan kepada umatnya untuk menunaikan keduanya tanpa ada pengecualian antara yang satu dengan lainnya (gerhana matahari dan bulan). [7] Sebagaimana di dalam hadits disebutkan, Maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam keluar menuju masjid, kemudian beliau berdiri, selanjutnya bertakbir dan sahabat berdiri dalam shaf di belakangya. (Muttafaqun alaihi) Ibnu Qudamah Rahimahullah juga berkata, Sunnah yang diajarkan, ialah menunaikan shalat gerhana berjamaah di masjid sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi Shallallahu 'alaihi wa

Sallam, walaupun boleh juga dilakukan sendiri-sendiri,namun pelaksanaannya dengan berjamaah lebih afdhal (lebih baik). Karena yang dilakukan oleh Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam ialah dengan berjamaah. Sehingga, dengan demikian, sunnah yang telah diajarkan ialah menunaikannya di masjid. [8] D. WAKTU SHALAT GERHANA Shalat dimulai dari awal gerhana matahari atau bulan sampai gerhana tersebut berakhir. Berdasarkan sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam, Oleh karena itu, bila kalian melihatnya, maka berdoalah kepada Allah dan shalatlah sampai kembali terang. (Muttafaqun alaihi). E. KAPAN GERHANA DIANGGAP USAI? Shalat gerhana matahari tidak ditunaikan jika telah muncul dua perkara, yaitu (1) terang seperti sediakala, dan (2) gerhana terjadi tatkala matahari terbenam. Demikian pula halnya dengan shalat gerhana bulan, tidak ditunaikan jika telah muncul dua perkara, yaitu (1) terang seperti sediakala, dan (2) saat terbit matahari. [9] F. AMALAN YANG DIKERJAKAN KETIKA TERJADI GERHANA 1. Memperbanyak dzikir, istighfar, takbir, sedekah dan amal shalih. Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam,Oleh karena itu, bila kaliannya melihat, maka berdoalah kepada Allah, bertakbirlah, shalat dan bersedekahlah. (Muttafaqun alaihi) 2. Keluar menuju masjid untuk menunaikan shalat gerhana berjamaah, sebagaimana disebutkan dalam hadits,Maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam keluar menuju masjid, kemudian beliau berdiri, selanjutnya bertakbir dan sahabat berdiri dalam shaf di belakangnya. (Muttafaqun alaihi) 3. Wanita keluar untuk ikut serta menunaikan shalat gerhana, sebagaimana dalam hadits Asma binti Abu Bakr Radhiallahu'anhuma berkata,Aku mendatangi Aisyah istri Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam tatkala terjadi gerhana matahari. Aku melihat orang-orang berdiri menunaikan shalat, demikian pula Aisyah aku melihatnya shalat. (Muttafaqun alaihi). Jika dikhawatirkan akan terjadi fitnah, maka hendaknya para wanita mengerjakan shalat gerhana ini sendiri-sendiri di rumah mereka berdasarkan keumuman perintah mengerjakan shalat gerhana. 4. Shalat gerhana (matahari dan bulan) tanpa adzan dan iqamah, akan tetapi diseru untuk shalat pada malam dan siang dengan ucapan ash-shaltu jmiah (shalat akan didirikan), sebagaimana disebutkan dalam hadits Abdullah bin Amr Radhiallahu'anhuma, ia berkata: Ketika terjadi gerhana matahari pada zaman Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam diserukan ash-shalatu jmiah (sesungguhnya shalat akan didirikan). (HR Bukhri) 5. Khutbah setelah shalat, sebagaimana disebutkan dalam hadits, Aisyah Radhiallahu'anha berkata: Sesungguhnya Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam, tatkala selesai shalat, dia berdiri menghadap manusia lalu berkhutbah. (HR Bukhri) G. TATA CARA SHALAT GERHANA

Adapun tata cara mengerjakan shalat ini sebagai berikut: 1. Empat Rakaat Dimalam hari dikerjakan dengan dua salam. Di siang hari boleh dua salam dan boleh satu salam (dengan satu tahiyat). 2. Dilaksanakan tanpa berjamaah tetapi sendiri-sendiri dan boleh secara serempak oleh orang banyak dalam waktu dan tempat yang sama, asalkan tidak ada imam dan tidak ada makmum. 3. Lafadz niatnya adalah sebagai berikut : Usholli sunnatat tasbiihi rokataini lillahi taala. 4. Surat Al-Quran yang dibaca setelah surat Al-Fatiha, boleh surat apa saja.

5. Membaca tasbih sebanyak 75 kali setiap rakaat. Bacaan tasbih yang dimaksud ialah: Subhaanallah walhamdu lillah ilaaha ilallahu wallahu akbar 6. Tasbih tersebut dibaca pada tempat-tempat: a. Di waktu berdiri. Sesudah membaca Surat Al-Fatihah dan surat Al-Quran lainya, membaca tasbih sebanyak 15 kali. b. Di waktu ruku Sesudah membaca doa ruku, membaca tasbih sebanyak 10 kali. c. Didalam Itidal (berdiri setelah ruku) sesudah membaca doa Itidal, membaca tasbih sebanyak 10 kali. d. Di dalam sujud pertama. Sesudah membaca doa sujud membaca tasbih sebanyak 10 kali. e. Di dalam duduk iftirosy (duduk antara dua sujud). Sesudah membaca doa duduk iftisory,membaca tasbih sebanyak 10 kali. f. Di dalam sujud ke dua. Sesudah membaca doa sujud membaca tasbih sebanyak 10 kali. g. Di dalam duduk istirahat. - Sesudah sujud kedua, bangun dengan membaca takbir untuk duduk istirahat dan membaca tasbih sebanyak 10 kali, kemudian berdiri lagi untuk rakaat ke dua. - Pada posisi rakaat terakhir, bacaan tasbih 10 kali dibaca ketika duduk tahiyat akhir sebelum membaca doa/dzikir tahiyat dan tasyahud.

BAB 2 SHALAT SUNNAT TASBIH

A. PENDAHULUAN Kita sering mendengar yang namanya sholat tasbih, sebagian besar umat Islam sering melakukannya, karena merupakan salah satu sholat sunnah yang mana bisa dilakukan pada malam hari. maupun pada siang hari. Imam Ghozali dalam kitabnya Ihya Ulumiddin mengatakan Sholat tasbih ini adalah merupakan sholat yang pernah dilakukan oleh Rosululloh Saw, makanya kalau bisa alangkah baiknya bagi orang Islam untuk melakukannya minimal dalam seminggu sekali atau kalau tidak mampu mungkin dalam sebulan cukup sekali.

Adapun tendensi hadis yang digunakan oleh ulama yang mengatakan bahwa sholat tasbih adalah sunnah berupa hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dalam kitab sholat bab sholat tasbih, Imam Turmuzi, Ibnu Majjah dalam kitab Iqoomah Assholah bab sholat tasbih, Ibnu Khuzaimah, Imam Baihaqi dalam bab sholat tasbih, Imam Thobroni dalam Mujam Alkabir dari Ibnu Abbas dan Abu Rofi bahwa dalam syarah hadis, Nabi telah menjelaskan kepada pamannya Abbas Bin Abdul Mutholib suatu amalan yang mana kalau dikerjakan oleh beliau dapat menyebabkan diampuni dosannya baik yang akan datang maupun yang telah lewat, salah satu amalan tersebut adalah sholat tasbih.

B. PENGERTIAN SHALAT SUNNAT TASBIH

Sholat sunnat tasbih adalah sholat sunnat empat rakaat yang di dalam nya ada bacaan tasbih sebanyak 300x yang setiap rakaatnya ada bacaan tasbisbihsebanyak 75x, yang dikerjakan paling tidak minimal sekali seumur hidup, tetapi kalau mampuboleh mengerjakan nya setahun sekali, sebulan sekali, seminggu sekali, dan atau setiap malam, yang setiap malam itulah yang terbaik bila mampu.

C. HIKMAH SHALAT SUNNAT TASBIH

Hikmah sholat tasbih itu adalah menjadikan dosa diampuni oleh ALLAH, baik yang telah lewat maupun yang baru saja terjadi, dan bahkan dapat memberatkan timbangan amal baik nanti di hadapan ALLAH.

Rasulullah saw. Bersabda : Yang artinya: Dua kalimat yang ringan diucapkan tetapi sangat memberatkan timbangan dan sangat disukai ALLAH adalah Subhaanallahi wa Bihamdihi, Subhaanallahil Adhiim.

D. TATA CARA MENGERJAKAN SHALAT SUNNAT TASBIH

Sholat tasbih yang empat rakaat itu bila dikerjakan pada siang hari hari hendaklah dijadikan satu kali salam, tetapi bila dikerjakan pada malam hari hendaklah dijadikan dua kali salam, yakni setiap dua rakaat satu salam. Ada pun mengerjakannya sama seperti mengerjakan shalat sunnat yang lain, baik gerakan nya maupun bacaan nya hanya saja lafadz niat nya yang berbeda dan ada tambahan bacaan tasbih dalam setiap gerakan dan bacaan tertentu. a. Berdiri tegak menghadap qiblat, lalu niat dalam hati, yang bunyi lafadznya seperti ini :

. . Artinya : Aku niat mengerjakan sholat sunnat tasbih dua rakaat karena ALLAH Akbar. b. Membaca Tasbih Sebanyak 15 Kali Sesudah membaca ayat atau Surat La-Quran Bacaan Tasbih itu adalah : Artinya : Maha suci ALLAH, segala puji itu milik ALLAH, serta tidak ada tuhan yang patut disembah kecuali hanya ALLAH dan ALLAH maha besar, tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan izin ALLAH yang maha tinggi lagi maha agung. c. Membaca tasbih seperti di atas 10 kali dalam ruku setelah membaca bacaan tasbih ruku. d. Membaca tasbih seperti di atas 10 kali dalam Itidal, setelah membaca bacaan tahmid Itidal. e. Membaca tasbih seperti di atas 10 kali dalam sujud pertama, setelah membaca bacaan tasbih sujud.

f. Membaca tasbih seperti di atas 10 kali dalam duduk antara dua sujud, setelah membaca bacaan doa duduk antara dua sujud. g. Membaca tasbih seperti di atas 10 kali dalam sujud ke dua, setelah membaca bacaan tasbih sujud. h. Membaca tasbih seperti di atas 10 kali dalam duduk istirohah yakni duduk setelah kedua sebelum berdiri. (duduk sebentar)

Demikian itulah cara mengerjakan shOlat sunnat tasbih dalam setiap rakaatnya bacaan tasbih ada 75 kali.

DAFTAR PUSTAKA

http://muhammadreligion.blogspot.com/2011/06/tata-cara-sholat-tasbih.html http://www.anneahira.com/ibadah/shalat-sunnat-tasbih.htm http://aguskeisya.blogspot.com/2010/08/tata-cara-sholat-tasbih.html http://hbis.wordpress.com/2009/04/21/tata-cara-mengerjakan-shalat-tasbih/ http://www.eramuslim.com/syariah/tsaqofah-islam/adi-nurcahyo-tatacara-shalatgerhana.htm http://www.anneahira.com/shalat-gerhana.htm

You might also like