You are on page 1of 26

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM FISIKA EKSPERIMEN II


EFEK ZEEMAN
(K - 2)

Nama : Elvina Trivida
NPM : 140310090059
Partner : Asry Prastiwi
NPM : 140310090011
Hari/Tgl.Praktikum : Jumat, 4 & 11 Mei 2012
Jadwal : Jumat (Pk 09.30 12.00 wib)
Asisten : Nuraeni







LABORATORIUM FISIKA MENENGAH
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2012
LEMBAR PENGESAHAN
EFEK ZEEMAN
(K - 2)

Nama : Elvina Trivida
NPM : 140310090059
Partner : Asry Prastiwi
NPM : 140310090011
Hari/Tgl.Praktikum : Jumat, 4 & 11 Mei 2012
Jadwal : Jumat (Pk 09.30 12.00 wib)
Asisten :



Jatinangor, ..... Mei 2012
Asisten




NPM.







Laporan Awal Speaken Laporan Akhir

BABI I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Dalam medan magnetik, energi keadaan atomik tertentu bergantung pada
harga m
l
seperti juga pada n. Keadaan dengan bilangan kuantum total n terpecah
menjadi beberapa sub-keadaan jika atom itu berada dalam medan magnetik, dan
energinya bisa sedikit lebih besar atau lebih kecil dari keadaan tanpa medan
magnetik. Gejala itu menyebabkan terpecahnya garis spektrum individual menjadi
garis-garis terpisah jika atom dipancarkan ke dalam medan magnetik, dengan jarak
antara garis bergantung dari besar medan itu.
Terpecahnya garis spektral oleh medan magnetik disebut efek Zeeman; nama
ini diambil dari nama seorang fisikawan Belanda: Zeeman yang mengamati efek itu
dalam tahun 1896. Efek Zeeman merupakan bukti yang jelas dari kuantisasi ruang.
Efek Zeeman normal terdiri dari garis spektral berfrekuensi vo terpecah menjadi tiga
komponen berfrekuensi.
Penjelasan tentang struktur atom yang lebih lengkap diperlukan untuk
mengetahui struktur yang lebih detil tentang elektron di dalam atom. Model atom
yang lengkap harus dapat menerangkan misteri efek Zeeman dan sesuai untuk atom
berelektron banyak. Dua gejala ini tidak dapat diterangkan oleh model atom Bohr.

1.2 Identifikasi Masalah
Dalam percobaan ini kita akan membuktikan bahwa garis spektral sebuah
atom dalam medan magnetik masing-masing harus terpecah menjadi tiga komponen,
disini kita akan melihat bagaimana pengaruh medan magnet terhadap pecahnya garis
spektral yang mana besar dari medan magnet tersebut dipengaruhi oleh besar arus
yang dialirkan pada kumparan sebagai sumber medan magnet.

1.3 Tujuan Percobaan
Mempelajari efek Zeeman serta pemanfaatannya untuk menentukan nilai e/m
elektron.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


Pada abad sekarang ini teori mekanika-kuantum untuk atom dikembangkan
dalam waktu yang sangat singkat sekali, setelah perumusan mekanika-klasik oleh Bohr
yang merupakan sumbangan penting bagi pengetahuan kita. Disamping suatu
pembaharuan pendekatan kita mengenal adanya gejala atomik, teori ini telah
memungkinkan kita untuk dapat memahami berbagai hal yang dekat hubungannya,
seperti keadaan atom dalam suatu medan magnet serta memanfaatkannya dalam
perhitungan e/m atom (elektron).
Model atom Bohr telah sukses menjelaskan kestabilan atom dan spektrum Garis
atom hidrogen (deret lyman, Balmer, Paschen, Brachet dan Pfund). Dalam penyelidikan
selanjutnya, model atom Bohr tidak dapat menjelaskan :
1. Efek Zeeman, yaitu tambahan garis-garis spectrum jika atom-atom tereksitasi
diletakkan dalam medan magnetic.
2. Spektrum dari atom-atom berelektron banyak
Sekarang ditetapkan bahwa model atom Bohr bukanlah model yang tepat.
Elektron-elektron yang bergerak dalam orbitnya mempertunjukkkan sifat gelombang
(teori de Broglie) sehingga orbit pasti elektron tidak dapat didefinisikan secara tepat
melainkan hanya kebolehjadian menemukan elektron. Dengan demikian model atom
Bohr digantikan dengan model atom baru , yang disebut dengan model atom mekanika
kuantum yang dapat menjelaskan proses terjadinya Efek Zeeman.

Gambar 1. Pemisahan garis spektrum atomik di dalam medan magnet

- Bilangan kuantum utama, n
Nomor kuantum ini yang berkaitan dengan ukuran orbital, dengan sempurna
menentukan tenaga electron dalam system satu electron, seperti atom hidrogen
dan penting untuk menentukan tenaga bagi atom berbilang electron. Bilangan ini
hanya boleh mempunyai nilai positif dari 1,2,3 dan seterusnya. Lebih besar nilai
n lebih besar (semakin kurang negatif) tenaganya.
- Bilangan kuantum momentum sudut, l
Nomor kuantum ini, yang menentukan bentuk orbital, juga dikenali sebagai sub-
petala dan menentukan momentum sudut electron, lebih tinggi nilai l lebih besar
nilai momentum sudut elektron.
o Bagi suatu n, l boleh mempunyai nilai 0,1,2,3,...,(n - 1).
o Bagi n = 1, l = 0, terdapat satu sub-petala (orbital s). Bagi n = 2, l = 0,1,
terdapat dua sub-petala (s dan p) dan begitulah seterusnya bagi n yang lain
l 0 1 2 3 4 5
Simbol orbital s p d f g h
- Bilangan kuantum magnet, m
o Oleh sebab pergerakan electron dalam orbital, suatu electron akan menjadi
arus elektrik yang menghasilkan medan magnet.
o Momen magnet yang berkenaan adalah suatu kuantiti vektor dan akan
mengarah dalam satu medan magnet luar.
o Bagaimanapun hanya arah tertentu saja yang mungkin, setiap arah akan
menimbulkan aras tenaga yang tertentu, dan ini ditentukan oleh nilai m.

Suatu elektron bermassa m bergerak dalam suatu orbit berjari-jari r dengan
frekuensi f dan momendtum sudut elektron L. Gerakan elektron ini menghassilkan arus.
Gerakan elektron ini juga menimbulkan medan magnetik maka pada kejadian ini
muncul momen magnetik.


Jika elektron diberi medan magnet luar yang sejajar sumbu Z, maka momen
magnetik akan berineteraksi dengan medan magnetik luar sehingga menghasilkan torsi
yang dapat merubah arah gerakan elektron.



Efek Zeeman
Efek Zeeman merupakan pemisahan sebuah panjang gelombang menjadi
beberapa panjang gelombang bila dikenakan medan magnet. Pada Efek Zeeman, sebuah
garis spektrum terpisah menjadi tiga komponen, ini hanya terjadi dalam atom-atom
spin. Dalam alam kita, di mana elektron memiliki spin, kita seharusnya tak hanya
meninjau efek momen magnet orbital, tetapi juga momen magnet spin. Pola pemisahan
tingkat energi yang dihasilkan memang lebih rumit, garis-garis spektrum dapat terpisah
menjadi lebih daripada tiga komponen. Kasus ini dikenal sebagai Efek Zeeman tidak
normal (anomalous Zeeman efect).

Spektrum merah dengan Cadmium dengan = 643, 8 nm akan teruai dalam
medan magnet B dan hasil pengamatan spektrum garis ini akan terurai menjadi tiga
bagian seperti ditunjukkan pada gambar 2. spektrum merah ini berhubungan dengan
transisi salah satu elektron dari dua elektron pada kulit terluar yaitu dari tingkat
momentum angular L = 2 ke tingkat L = 1. Jumlah spinnya sama dengan nol dan jumlah
momentum angular J merupakan momentum orbital yang dinyatakan
) 1 ( + = L L J
Hubungan momen magnetik dengan momentum orbital adalah
J
m
e
.
2
= (2.1)
Dengan m = massa elektron dan e = muatan elektron.
Penguatan energi dari dipol magnet dalam medan magnet luar B (arah sumbu z) adalah
B u m B u W z
pot
. . = =
Orientasi komponen z dari momentum orbital J
M J
z
=
Dengan M = bilangan kuantum magnetik M = +L, L 1, ... , -L. Tingkat energi yang
dimiliki pada kondisi L menjadi 2L + 1 adalah
B
m
e
E
2
= A
Dengan memilih 1 , 0 = AM akan didapatkan tiga spektrum garis, dimana satunya tidak
bergeser dengan 0 = AM dan dua spektrum yang lain bergeser 1 = AM dengan
perubahan frekuensi
m
eB E
v
t 4
=
A
= A

(2.2)
Perubahan panjang gelombang berhubungan dengan interferensi pada lempeng
Lummer-Gehrke yaitu
1
1
2
1
1
2
2
2 2
2
2 2

=
|
.
|

\
|

= A
n
n
d
d
dn
n n
n
d

(2.3)
Dengan n adalah indeks bias dari lempeng Lummer-Gehrke dan d adalah tebal
lempengan Lummer-Gehrke. Jika perubahan terhadap kecil maka perubahan dapat
dinyatakan
1
1
2
2
2 2

A
= A
A
=
n
n
d s
ds
s
ds
d

(2.4)
Dengan s A dan ds diukur dalam eksperimen. Teruarainya spektrum garis meningkat
M
2
1
0
-1
-2
1
0
-1
J = 2
J = 1
D
P
f =466 Tl-z
=644 nm
o

t o
+
AM=-1 AM=0 AM=+1

dengan meningkatnya kerapatan fluks magnetik dan mengacu pada persamaan 2. adalah
dv
B m
e t 4
= (2.5)
Untuk nilai frekuensi adalah

d
c
dv
2
= (2.6)

Substitusi persamaan 5 dengan persamaan 4 dan persamaan 6 diperoleh
) 1 ( 2
1 4
) 1 (
1 4
2
2
2
2 2
2

A
=


A
=
n d
n
s
ds
B
c
n
n
s
ds c
B m
e t

t
(2.7)

Setiap energi atom dikarakterisasi oleh bilangan kuantum total momentum sudut J.
dalam medan magnet, tingkat energi itu menjadi pacah menjadi 2J + 1 buah pecahan.
Jumlah tersebut sama dengan jumlah harga-harga bilangan kuantum magnetik M
bersangkutan. Pecahnya tingkat energi sebagai akibat medan magnet, yang teramati
dalam bentuk spektrum garis dikenal sebagai efek Zeeman normal.

Gambar 2. Pemecahan dua tingkat energi teratas atom Cd.

Tingkat-tingkat energi teratas atom Cd (n=5) dalam spektroskopi ditandai dengan ID
2

dan IP
1
masing-masing dengan momentum J = 2 dan J = 1. Dalam medan magnet B,
tingkat ID
2
pecah lima dan IP
1
pecah tiga seperti diperlihatkan galam gambar 2. Transisi
elektron antara kedua kelompok pecahan itu harus memenuhi aturan seleksi :
1 0, M = A (1)
dengan beda energi :

( )
M B E E
B
0
A + A = A (2)
Dalam persamaan (2) ini, suku pertama menyatakan beda energi dalam keadaan B=0;
beda energi itu identik dengan panjang gelombang 643,8 nm. Dalam suku kedua, B
adalah megneton Bohr elektron :

m 4
eh

t
=
B
(3)
dengan e dan m masing-masing muatan dan massa elektron, dan h adalah tetapan Plank.
Dengan demikian maka persamaan (2) dapat dinyatakan bahwa beda energi relatif
terhadap AE
(0)
, oE, adalah :
M B
m 4
eh
E A =
t
o (4)

Metode Pengamatan e/m
Berdasarkan persamaan (1) dan (2) di atas, radiasi terpancar dari lampu Cd
mengandung tiga buah garis spektrum (triplet); satu yang berkaitan dengan AM=0 dan
yang dua lainnya berkaitan dengan AM = 1. Garis pertama terpolarisasi searah
medan magnet, dan yang lainnya terpolasrisasi tegak lurus medan magnet. Oleh sebab
itu, jika diamati dalam arah medan magnet akan terlihat dua buah garis spektrum dan
jika diamati dala arah tegak lurus medan magnet akan terlihat tiga buah garis spektrum.
Dari persamaan (4) dapat diungkapkan bahwa ketiga garis itu mempunyai pergeseran
frkwensi (terhadap v
0
) sebagai berikut Z:
M
m 4
eB
v A =
t
o (5)

Dalam teori gelombang dikemukakan bahwa untuk perubahan yang kecil
berlaku hubungan : ov = (c/
2
) o, dengan c = kecepatan cahaya, dan dalam hal ini
adalah 643,8 nm. Untuk mengamati pergeseran panjang gelombang, cahaya yang
dipancarkan lampu Cd dilewatkan melalui pelat Lummer-Gehrke (LG). Keluar dari
pelat itu, hasil interferensi teramati berupa garis-garis spektrum. Pergeseran garis-garis
itu seperti diperlihatkan dalam gambar 3, merupakan akibat dari pergeseran panjang
gelombang .
2 ds
As
B = 0
B

Gambar 3. Pola interferensi efek Zeeman normal teramati dengan pelat LG.

Pergeseran antara dua garis interferensi berdekatan As, merupakan akibat dari
pergeseran panjang gelombang A. Sehubungan dengan mekanisme interferensi dalam
pelat LG, berlaku hubungan L

1 - n d 2

2
2

~ A (6)
dengan d = 4,04 mm adalah tebal pelat dan n = 1,4567 adalah indeks bias pelat. Karena
o = (ds/As)A, maka diperoleh hubungan :

s
ds

1 - n d 2

2
2
|
.
|

\
|
A
~

o (7)
dengan persamaan (7) ini selanjutnya perubahan frekuensi dirumuskan menjadi :

s
ds

1 - n d 2
c

2
|
.
|

\
|
A
~ v o (8)
Jadi, dengan mengamati ds/As sebagai fungsi B kita dapat menggambarkan hubungan
antara ov dan B, dan selanjutnya diperoleh harga e/m.


















BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN


3.1 Alat dan Bahan
a. Lampu Cd sebagai sumber cahaya untuk pengamatan efek zeeman.
b. Sistem Optik sebagai sistem untuk melihat efek zeeman
c. Elektromagnet
d. Sumberdaya a2 V/20 A, dan 0 12 V/20 A
e. Amperemeter 20 A dc
f. Militesla meteruntuk mengukur medan magnet.
g. Hall probe untuk medan magnetuntuk mengkalibrasi arus dengan medan magnet.

Lampu Cd ditempatkan di antara kutub-kutub elektromagnet. Magnet
dinyalakan dengan sumber daya yang dapat diatur, kuat arus dibaca dengan
amparemeter dan medan dapat diukur dengan menggunakan Hall probe dan
militeslameter.
Sistem optik terdiri dari : teleskop, filter polarisasi, filter merah yang
berlensa convex, dan mikrometer. Sistem ini tersusun dengan urutan : jendela
dari mana cahaya datang, filter merah, plat LG, filter polarisasi dan teleskop.
Ujung teleskop dapat digeser maju mundur. Untuk mengamati jarak antara dua
garis, sistem ini diperlengkapi dengan mikrometer yang dipasang antara plat LG
dan filter polarisasi. Mikrometer ini dapat diatur dengan sebuah skrup.

3.2 Prosedur Percobaan
A. Kalibrasi medan magnet
Kalibrasi kerapatan fluks magnet (B) sebagai fungsi arus dilakukan
sebagai berikut: Mematikan lampu Cd dan mengeluarkan dari pemegangnya.
Menghubungkan elektromagnet dengan sumber daya dan tempatkan Hall probe
di posisi lampu. Menyalakan sumber arus, variasikan arus dari 0 s/d 15 A,
mencatat medan magnet yang ditunjukkan oleh tesla meter untuk setiap variasi
arus! Membuat table B vs I!
B. Mengukur ds dan os
1. Menempatkan lampu Cd kembali ke posisinya, dan menyalakannya; tunggu
kira-kira 5 menit hingga garis merah terpancar dan cukup terang. Mengatur
garis silang pada teropong sehingga berimpit dengan garis terang yang
jaraknya paling renggang (sebagai garis terang pertama)!
2. Mengatur micrometer sehingga tepat di skala nol. Mengukur pola garis
interferensi (As) tanpa medan medan magnet, yaitu dengan mengukur garis
terang dengan garis terang di bawahnya! Dengan memutar sekrup di bawah
mikro meter, membuat : membuat tanda silang di eyepiece berimpit dengan
garis berikutnya dan membaca jarak As pada mikrometer.Mengulangi
percobaan di atas untuk As
2
hingga As
10
.
3. Mengembalikan posisi garis silang pada garis terang pertama!
4. Dengan member arus 10 A atau lebih sehingga garis terang tersebut pecah
menjadi tiga buah garis, mengukur jarak 2ds! Memvariasikan hingga 15 A
minimal 5 variasi!
5. Menurunkan arus dari 15 A hingga 10 A, melakukan percobaan 4 untuk arus
tersebut.
6. Mengulangi percobaan 4 s/d 6 untuk garis terang ke-2 hingga garis terang
ke-10.













TUGAS PENDAHULUAN

a. Buktikanlah persamaan (1) dan (2)!
Jawab :
Transisi elektron antara kedua kelompok pecahan itu harus memenuhi aturan
seleksi:
AM = 0, 1
dengan beda energi:
AE =AE
(o)
+ b BAM

Jika AM = 0, maka
AE =AE
(o)
+ b B(0)
AE =AE
(o)


Jika AM = 1
AE =AE
(o)
+ b B(1)
AE =AE
(o)
+ b B

Dengan :
b = eh/4tm
b = magneton Bohr elektron
e = muatan electron
m = massa elektron
h = tetapan Planck

Dengan demikian maka persamaan dapat dinyatakan bahwa beda energi relatif
terhadap AE
(o)
, oE adalah:
oE = (eh/4tm)BAM
Persamaan diatas dapat diungkapkan bahwa ketiga garis itu mempunyai pergeseran
frekuensi (terhadap vo) sebagai berikut :
ov = (eB/4tm)AM
Perubahan yang kecil berlaku hubungan ov = (c/) o, dengan c = kecepatan
cahaya, dan = panjang gelombang.
Pergeseran antara dua garis interferensi berdekatan As, merupakan akibat dari
pergeseran panjang gelombang A. Sehubungan dengan mekanisme interferensi
dalam plat LG berlaku hubungan:
1 - n d 2

2
2

= A
d = tebal plat
n = index bias plat

Karena A=(ds/As) A maka diperoleh hubungan :
s
ds
1 n d 2
2
2
o

= o
Dengan persamaan ini selanjutnya perubahan frekuensi dirumuskan menjadi:
s
ds
1 n d 2
c
V
2
A

= o


b. Buktikanlah bahwa garis yang berkaitan dengan M = 0 terpolarisasi searah
medan magnet, dan yang berkaitan dengan M = 1 terpolarisasi tegak lurus
medan magnet!
Jawab :
Garis yang berkorespondensi dengan membelah Zeeman juga menunjukkan
efek polarisasi. Polarisasi berkaitan dengan arah di mana medan elektromagnetik
yang bergetar. Gerak magnetik elektron orbital dalam sebuah atom hidrogen
bergantung dari momentum sudut L, besar serta arah L terhadap medan akan
menentukan berapa besar sumbangan magnetik pada energi total atom apabila
terletak dalam medan magnetic. Dalam peristiwa efek Zeeman ini, apabila seberkas
atom hidrogen yang terdiri atas jumlah bagian atom yang sama (masing-masing
dalam keadaan M = -1, 0, dan +1) dilewatkan pada suatu daerah yang didalamnya
terdapat suatu medan magnet tak seragam. Karena atom-atom dengan M = +1
mengalami neto gaya ke atas, maka mereka dibelokkan ke atas, atom-atom dengan
M = -1 dibelokkan ke bawah, dan atom dengan M = 0 tidak dibelokkan. Setelah
melewati medan magnet, berkas atom dijatuhkan pada suatu layar, di situ berkas
membentuk sebuah titik terang. Apabila medan magnetnya dihilangkan, maka hanya
terdapat satu titik di pusat layar, karena berkas sama sekali tidak mengalami
pembelokan. Apabila medan magnetnya dinyalakan, maka akan terdapat tiga buah
titik pada layar, satu di pusat (berkaitan dengan M = 0), satu diatas pusat (M = +1),
dan satu dibawah pusat (M = -1).

















BAB IV
DATA DAN PEMBAHASAN


4.1 Data Hasil Percobaan
A. Kalibrasi Medan Magnet
I (A) B (mT)
0.04 5 5 5
1 42 43 43
2.04 83 83 83
3.06 124 124 125
4.01 163 163 163
5.02 204 204 204
6.01 244 244 245
7.03 286 286 286
8.01 327 327 327
9 367 367 367
10 408 408 408
11.09 451 452 452
12.02 490 490 490
13.02 530 530 530
14.04 571 571 571
15 610 607 610

B. Pengukuran As dan ds
n As (mm)
1 0.02
2 0.025
3 0.04
4 0.11
5 0.2
6 0.28
7 0.35
8 0.42
9 0.5
10 0.59





C. Pengukuran jarak 2ds
I (A)
2ds1
(mm)
2ds2
(mm)
2ds3
(mm)
2ds4
(mm)
2ds5
(mm)
10 0.02 0.05 0.11 0.23 0.3
11 0.05 0.12 0.23 0.31 0.38
12 0.02 0.05 0.14 0.31 0.45
13 0.03 0.05 0.06 0.12 0.21
14 0.05 0.14 0.23 0.31 0.41






4.2 Pengolahan Data
- Menghitung

untuk setiap I


I (A) B (mT) B rata-rata (mT)
0.04 5 5 5 5
1 42 43 43 42.66666667
2.04 83 83 83 83
3.06 124 124 125 124.3333333
4.01 163 163 163 163
5.02 204 204 204 204
6.01 244 244 245 244.3333333
7.03 286 286 286 286
8.01 327 327 327 327
9 367 367 367 367
10 408 408 408 408
11.09 451 452 452 451.6666667
12.02 490 490 490 490
13.02 530 530 530 530
14.04 571 571 571 571
15 610 607 610 609

- Grafik B terhadap I




y = 40.583x + 1.267
R = 1
0
100
200
300
400
500
600
700
0 2 4 6 8 10 12 14 16
B

(
m
T
)

I (A)
Grafik B terhadap I
- Mencari nilai ov menggunakan persamaan :
s
ds
n
d
c
v
A

=
1
2
2
o


- Mencari nilai e/m dapat menggunakan persamaan :


Keterangan :
c = kecepatan cahaya (3x10
8
m/s
2
)
d = 4, 04 mm = 4,04.10
-3
m
n = 1,4567

Maka, diperoleh :
n
As
(mm)
As
(m)
I (A) 2ds (mm)
2ds
(m)
ds ov B (T) e/m
1
0.02 2E-05
10
2ds1 0.02 2E-05 1E-05 2E+10 0.408 7E+11
0.02 2E-05 2ds2 0.05 5E-05 3E-05 6E+10 0.408 2E+12
0.02 2E-05 2ds3 0.11 1E-04 6E-05 1E+11 0.408 4E+12
0.02 2E-05 2ds4 0.23 2E-04 1E-04 3E+11 0.408 8E+12
0.02 2E-05 2ds5 0.3 3E-04 2E-04 3E+11 0.408 1E+13
2
0.25 0.0003
11
2ds1 0.05 5E-05 3E-05 4E+09 0.452 1E+11
0.25 0.0003 2ds2 0.12 1E-04 6E-05 1E+10 0.452 3E+11
0.25 0.0003 2ds3 0.23 2E-04 1E-04 2E+10 0.452 6E+11
0.25 0.0003 2ds4 0.31 3E-04 2E-04 3E+10 0.452 8E+11
0.25 0.0003 2ds5 0.38 4E-04 2E-04 3E+10 0.452 9E+11
3
0.04 4E-05
12
2ds1 0.02 2E-05 1E-05 1E+10 0.49 3E+11
0.04 4E-05 2ds2 0.05 5E-05 3E-05 3E+10 0.49 7E+11
0.04 4E-05 2ds3 0.14 1E-04 7E-05 8E+10 0.49 2E+12
0.04 4E-05 2ds4 0.31 3E-04 2E-04 2E+11 0.49 4E+12
0.04 4E-05 2ds5 0.45 5E-04 2E-04 3E+11 0.49 6E+12
4
0.11 0.0001
13
2ds1 0.03 3E-05 2E-05 6E+09 0.53 1E+11
0.11 0.0001 2ds2 0.05 5E-05 3E-05 1E+10 0.53 2E+11
0.11 0.0001 2ds3 0.06 6E-05 3E-05 1E+10 0.53 3E+11
0.11 0.0001 2ds4 0.12 1E-04 6E-05 2E+10 0.53 6E+11
0.11 0.0001 2ds5 0.21 2E-04 1E-04 4E+10 0.53 1E+12
5 0.2 0.0002 14 2ds1 0.05 5E-05 3E-05 6E+09 0.571 1E+11
0.2 0.0002 2ds2 0.14 1E-04 7E-05 2E+10 0.571 3E+11
0.2 0.0002 2ds3 0.23 2E-04 1E-04 3E+10 0.571 6E+11
0.2 0.0002 2ds4 0.31 3E-04 2E-04 3E+10 0.571 8E+11
0.2 0.0002 2ds5 0.41 4E-04 2E-04 5E+10 0.571 1E+12

- Grafik ds/As terhadap B untuk setiap As
B (T) ds1/ As ds2/ As ds3/ As ds4/ As ds5/ As
0.408 0.5 0.1 1.375 1.04545455 0.75
0.451667 1.25 0.24 2.875 1.40909091 0.95
0.49 0.5 0.1 1.75 1.40909091 1.125
0.53 0.75 0.1 0.75 0.54545455 0.525
0.571 1.25 0.28 2.875 1.40909091 1.025



y = 0.0726x + 0.4284
R = 0.1855
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4
B

(
T
)

ds1/As
Grafik ds1/As terhadap B
y = 0.2909x + 0.4424
R = 0.1631
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3
B

(
T
)

ds2/As
Grafik ds2/As terhadap B



y = 0.011x + 0.469
R = 0.0259
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
B

(
T
)

ds3/As
Grafik ds3/As terhadap B
y = -0.0079x + 0.4993
R = 0.0022
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6
B

(
T
)

ds4/As
Grafik ds4/As terhadap B
y = 0.0242x + 0.469
R = 0.0082
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
B

(
T
)

ds5/As
Grafik ds5/As terhadap B
- Menghitung e/m berdasarkan grafik
Dengan menggunakan persamaan :
|
.
|

\
|
A

= A
s
ds
n d
c
M
m
eB
1 2
4
2
t

|
.
|

\
|
A

=
A
s
ds
n d
c M B
m
e
1 2
4
2
t

B
c
n d M
m
e
s
ds
t 4
1 2
2
A
=
|
.
|

\
|
A

|
.
|

\
|
A
=
s
ds
y

B x =

c
n d
m
M e
at
1 2
4
2
A
=
t

Maka,



Grafik ke- at c (m/s) e/m
1 0.072 3E+08 3.17E+10
2 0.29 3E+08 1.277E+11
3 0.011 3E+08 4.843E+09
4 -0.007 3E+08 -3.082E+09
5 0.024 3E+08 1.057E+10










1 2
4
2
A
=
n d Mx
c atx
m
e t
- Menghitung nilai KSR dan KP
KSR =


| x 100%
KP = 100% - KSR
Nilai e/m literatur : 1.76 x 10
12
As/kg
I e/m perhitungan KSR (%) KP (%)
10 4.89726E+12 178.2532 -78.25316672
11 5.43317E+11 69.12974 30.87026392
12 2.78548E+12 58.26599 41.73401371
13 4.53747E+11 74.21891 25.78108726
14 5.61854E+11 68.07649 31.92351272

e/m KSR (%) KP (%)
31698627696 98.19894 1.801058
1.27675E+11 92.74574 7.254263
4842845898 99.72484 0.275162
-3081811026 100.1751 -0.1751
10566209232 99.39965 0.600353


4.3 Pembahasan
Percobaan dilakukan sebanyak 2 buah prosedur, percobaan pertama adalah
menghitung jarak antar spectrum (ds) pada saat tanpa medan magnet, lalu
selanjutnya menghitung lebar garis spectral (2dS) pada saat arus listrik diberikan.
Dalam percobaan ini yang dialirkan adalah arus listrik (yang dapat terbaca skalanya)
namun dengan data kalibrasi, kita dapat mengkonversi arus listrik menjadi medan
magnet. Dari segi prngambilan data lebar garis spectrum pada saat tanpa dan dengan
medan magnet berbeda.
Pada saat belum diberikan medan magnet, garis spectral terlihat renggang satu
sama lain namun ketika diberikan medan magnet, garis- garis spectral terlihat lebih
rapat, dan masing masing garis terlihat lebih lebar dengan blur sedikit, hal ini
menandakan bahwa pada saat diberikan medan magnet terjadi peristiwa pemecahan
garis spectral yang diakibatkan oleh interaksi momen magnet pada electron itu
sendiri dengan medan magnet yang diberikan.
Data yang telah didapatkan kemudian diolah, yang pertama adalah membuat
grafik untuk data kalibrasi I terhadap B. Hasil yang didapatkan adalah linear, artinya
nilai arus sebanding dengan besarnya medan magnet. Lalu untuk selanjutnya adalah
menghitung e/m untuk setiap arus, setelah didapatkan, selanjutnya diplotkan ke
dalam grafik untuk setiap terang, grafik yang dibuat adalah dS/As terhadap medan
magnet kalibrasi yang dikonversi dari arus, nilainya dapat dilihat pada table
kalibrasi.
Satu grafik mewakili satu terang dengan data ketika arus naik dan ketika arus
turun. Secara keseluruhan, ketika arus naik, nilai dS/As menurun ketika B meningkat
lalu untuk pada saat arus turun, tidak terlalu terlihat dengan jelas, seharusnya
semakin besar harga B maka semakin besar pula harga dS/As (linear), yang terlihat
garis grafik naik turun. Hal ini terjadi ketika penurunan arus harga B mengecil dan
garis spectral kurang terlihat dengan jelas lebarnya. Lalu membandingkan harga e/m
grafik dan perhitungan terhadap literature, sehingga didapatkan nilai KSR, yang
ternyata nilai KSR grafik lebi besar daripada nilai KSR hasil perhitungan, dimana
nilai KSR dari grafik mencapai 99 %. Nilai KSR yang besar tersebut dikarenakan
kemungkinan adanya kesalahan dalam mengkonversi satuan dan saat pengambilan
data terjadi kesalahan retaie yang cukup tinggi yang disebabkan oleh garis spectral
yang kurang terlihat dengan jelas, dan sulit untuk menentukan mana terang pertama,
kedua, ketiga dst. Hal tersebut tentu saja membuat kekeliruan dalam pemilihan
terang, selain itu ruangan kurang gelap sehingga garis- garis spectral kurang terlihat
dengan jelas.
Dalam menenentukan lebar garis spectral terdapat kebingungan dalam
menentukan batas satu terang dengan terang lainnya.










BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa besarnya
harga B bergantung kepada besarnya I. Semakin besar harga I maka makin besar pula
harga B, demikian juga dengan harga ov terhadap B. Untuk dapat mencari nilai e/m
electron dengan menggunakan efek Zeeman dapat menggunakan 2 cara, yaitudengan
perhitungan biasa dan dengan menggunakan metode least square. Untuk menentukan
harga e/m digunakan rumus, dapat menggunaka rumus :
1 2
4
2
A
=
n d Mx
c mtx
m
e t

Nilai e/m electron dengan menggunakan efek Zeeman :
e/m perhitungan (As/kg)
4.89726E+12
5.43317E+11
2.78548E+12
4.53747E+11
5.61854E+11










e/m grafik (As/kg)
31698627696
1.27675E+11
4842845898
-3081811026
10566209232
DAFTAR PUSTAKA
- Beisser, Arthur. 1999. Konsep Fisika Modern. Edisi Keempat. Jakarta :
Erlangga.
- Krane, Kenneth .S. 1993. Fisika Modern. Jakarta : Universitas Indonesia.
- http://cobaberbagi.files.wordpress.com/2010/03/efek-zeeman.ppt (Diakses pada
2 Mei 2012)
- http://aktifisika.wordpress.com/tag/efek-zeeman/ (Diakses pada 3 Mei 2012)

You might also like