You are on page 1of 16

42

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Labuhan Ratu Terletak Kecamatan Kedaton Kota Bandar Lampung dengan luas 3,17 Km2 dengan sebagian besar wilayahnya dataran (PTP Puskesmas Way Halim, 2010). 5.1.1 Batas wilayah 1. Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Gunung Terang 2. Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Sepang Jaya 3. Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Gedung Meneng 4. Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Kedaton (PTP Puskesmas Way Halim, 2010). 5.1.2 Data demografi penduduk Data demografi penduduk Kelurahan Labuhan Ratu meliputi (PTP Puskesmas Way Halim, 2010). 1. Jumlah penduduk Jumlah penduduk Kelurahan Labuhan Ratu berjumlah 17.419 jiwa dengan proporsi 8.321 jiwa penduduk laki-laki dan 9.098 jiwa penduduk perempuan. Jumlah penduduk dengan golongan umur 1-5 tahun sebesar 1646 Jiwa.

42

43

2. Mata pencaharian penduduk Adapun mata pencaharian penduduk Kelurahan Labuhan Ratu: a. Buruh Harian Lepas : b. Petani c. Pedagang d. Tukang e. TNI / POLRI f. PNS g. Pensiunan h. Lain-lain : 2620 orang : 762 orang : 1883 orang : 314 orang : 1812 orang : 227 orang : 7405 orang

5.1.3 Fasilitas kesehatan Kelurahan Labuhan Ratu: Fasilitas kesehatan Kelurahan Labuhan Ratu meliputi (PTP Puskesmas Way Halim, 2010).: 1. Sarana fisik a. Puskesmas : 1 Unit Puskesmas pembantu b. Posyandu : 11 Unit Posyandu balita dan 2 unit Posyandu Lansia c. Poskeskel d. BP e. BPS : 1 Unit : 2 Unit : 5 Unit

2.Tenaga kesehatan a. Dokter umum b. Jumlah para medis : 2 Orang c. Bidan desa : 5 Orang : 1 Orang

44

5.2 Hasil Penelitian 5.2.1 Analisa Univariat Analisis yang di gunakan dalam penelitian ini adalah analisa univariat yang dilakukan pada tiap variabel. Hasil dari tiap variabel ini ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi status pekerjaan ibu, pendapatan keluarga, pengetahuan ibu tentang gizi, Status gizi balita menurut BB/U. Hasil penelitian terhadap 95 responden didapat: 5.2.1.1 Status gizi balita Untuk mengetahui distribusi frekuensi status gizi balita menurut BB/U di Kelurahan Labuhan Ratu Kecamatan Kedaton Kota Bandar Lampung tahun 2010 dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Status Gizi Balita Menurut BB/U di Kelurahan Labuhan Ratu Kecamatan Kedaton Kota Bandar Lampung tahun 2010 Status gizi Baik Kurang Total Sumber: Data primer, 2010 Jumlah 67 28 95 Persentase 70,5 29,5 100,0

Berdasarkan Tabel 5.4 diatas distribusi frekuensi status gizi balita menurut BB/U di Kelurahan Labuhan Ratu Kecamatan Kedaton Kota Bandar Lampung tahun 2010 dapat diketahui responden dengan kategori status gizi baik sebesar 67 orang (70,5%) dan status gizi kategori kurang sebesar 28 orang (29,5%).

5.2.1.2

Pengetahuan ibu tentang gizi

45

Untuk mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan ibu tentang gizi di Kelurahan Labuhan Ratu Kecamatan Kedaton Kota Bandar Lampung tahun 2010 dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Tentang Gizi di Kelurahan Labuhan Ratu Kecamatan Kedaton Kota Bandar Lampung tahun 2010 Pengetahuan ibu tentang gizi Baik Buruk Total Sumber: Data primer, 2010 Jumlah 30 65 95 Persentase 31,6 68,4 100,0

Berdasarkan Tabel 5.7 diatas distribusi frekuensi pengetahuan ibu tentang gizi di Kelurahan Labuhan Ratu Kecamatan Kedaton Kota Bandar Lampung tahun 2010 dapat diketahui responden dengan kategori pengetahuan baik sebesar 30 orang (31,6%) dan kategori pengetahuan buruk sebesar 65 orang (68,4%). 5.2.2 Analisa Bivariat Analisa Bivariat dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi balita menurut BB/U di Kelurahan Labuhan Ratu Kecamatan Kedaton Kota Bandar Lampung tahun 2010 dengan menggunakan rumus chi square:

5.2.2.1 Hubungan pengetahuan ibu tentang gizi dengan status gizi balita menurut BB/U

46

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang gizi dengan status gizi balita menurut BB/U di Kelurahan Labuhan Ratu Kecamatan Kedaton Kota Bandar Lampung tahun 2010, dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 5.10 Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status Gizi Balita Menurut BB/U di Kelurahan Labuhan Ratu Kecamatan Kedaton Kota Bandar Lampung tahun 2010 Status Gizi Balita Pengetahuan ibu tentang gizi Baik Buruk Jumlah Status gizi baik n 26 41 67 % 86,7 63,1 70,5 Status gizi kurang n 4 24 28 % 13,3 36,9 29,5 Jumlah n 30 65 95 % 100 100 100 P value

OR

0,036

3,805

Sumber: Data primer, 2010 Berdasarkan Tabel 5.10 dapat diketahui bahwa 86,7% atau 26 dari 30 responden dengan pengetahuan baik memiliki balita dengan status gizi baik. Sedangkan 63,1% atau 41 dari 65 responden dengan pengetahuan buruk memiliki balita dengan status gizi baik. Hasil uji statistik chi square didapat nilai p value < (0,003 < 0,05), artinya Ho ditolak dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakana antara pengetahuan ibu tentang gizi dengan status gizi balita menurut BB/U di Kelurahan Labuhan Ratu Kecamatan Kedaton Kota Bandar Lampung tahun 2010. OR didapat 3,805 yang berarti respoden dengan pengetahuan buruk berpeluang untuk memiliki balita dengan status gizi kurang sebesar 3,805 kali dibandingkan responden dengan pengetahuan baik.

47

5.3

Pembahasan 5.3.2 Status gizi balita Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 5.4 distribusi frekuensi status gizi balita menurut BB/U di Kelurahan Labuhan Ratu Kecamatan Kedaton Kota Bandar Lampung tahun 2010 dapat diketahui responden dengan kategori status gizi baik sebesar 67 orang (70,5%) dan status gizi kategori kurang sebesar 28 orang (29,5%). Artinya dapat disimpulkan status gizi balita hasil penimbangan berat badan dibagi umur serta observasi grafik KMS didapat lebih banyak balita dengan status gizi baik. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Arif Wahyu Himawan (2006) di di Kelurahan Sekaran Kecamatan Gunungpati Semarang hasil penelitian didapat bahwa status gizi balita terdiri dari status gizi buruk yaitu sebanyak 3 balita ( 3,3 %), status gizi kurang sebanyak 14 balita (15,6 %), dan status gizi normal sebanyak 73 balita ( 81,1%) (Arif Wahyu Himawan, 2006).

Menurut Almatsier (2003) status gizi kurang atau kurang gizi terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat-zat gizi esensial. Kekurangan dalam hal gizi pada anak merupakan akibat dari kurangnya protein dan kalori, yang terjadi baik karena kurang cukup mendapat makanan maupun kurang meresapnya gizi yang dimakan. Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan adalah hasil dari tahu setelah

48

melakukan pengindraan terhadap suatu objek. Domain yang paling penting dalam pembentukan perilaku adalah pengetahuan. Dari kedua teori diatas menurut peneliti tingginya proporsi status gizi balita menurut BB/U di Kelurahan Labuhan Ratu Kecamatan Kedaton Kota Bandar Lampung tahun 2010 dalam kategori baik disebabkan karena tercukupinya suplai konsumsi makanan, pangan dan bahan

makanan yang mengandung nilai gizi oleh balita yang diberikan oleh ibu dirumah. Menurut hasil wawancara didapat ibu mengatakan selama ini petugas kesehatan telah mensosialisasikan jenis makanan yang bernilai gizi dan pentingnya mengkonsumsi makanan yang mengandung nilai gizi serta akibat dari tidak tercukupinya suplai gizi. Adanya sosialisasi tersebut membuat ibu-ibu memiliki objek dalam hal ini pengetahuan tentang gizi yang dapat membentuk pola fikir (kognitif) ibu pentingnya pemenuhan supalai gizi pada balita dan diaplikasikan dalam tindakan dengan memberikan asupan makanan bernilai gizi sesuai saran petugas kesehatan. Hal ini dapat menjadi faktor predisposisi status gizi balita baik berdasarkan hasil penimbangan berat badan dibagi umur. Adanya balita dengan status gizi kurang berdasarkan hasil penimbangan di Kelurahan Labuhan Ratu Kecamatan Kedaton Kota Bandar Lampung tahun 2010, dapat disebabkan kemungkinan pertama karena kurangnya dukungan ibu untuk secara teratur untuk membawa balita keposyandu dalam rangka memantau pertumbuhan dan perkembangan balita, serta kurangnya kesadaran ibu untuk mematuhi anjuran petugas kesehatan

49

agar memberikan asupan makanan yang bernilai gizi kepada balita dirumah. Kemungkinan kedua adalah dapat dikarenakan adanya bias informasi hasil penimbangan balita yang tidak valid karena kalibrasi timbangan yang tidak baik, kemungkinan bias hasil tersebut menyebabkan kesalahan dalam interpretasi hasil penimbangan berat badan balita yang seharusnya naik menjadi tidak naik. 5.3.5 Pengetahuan ibu tentang gizi Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 5.7 diatas distribusi frekuensi pengetahuan ibu tentang gizi di Kelurahan Labuhan Ratu Kecamatan Kedaton Kota Bandar Lampung tahun 2010 dapat diketahui responden dengan kategori pengetahuan baik sebesar 30 orang (31,6%) dan kategori pengetahuan buruk sebesar 65 orang (68,4%). Artinya lebih banyak ibu yang tidak mengetahui Hasil ini sejalan dengan penelitian Eka Ratna Sari (2009) di Wilayah Kerja Puskesmas Labuhan Ratu Kabupaten Lampung Timur yang menyatakan pengetahuan ibu tentang gizi pada balita dengan indikator Bawah Garis Merah (BGM) kategori pengetahuan buruk sebesar 15 orang (78,9%) dan kategori pengetahuan baik sebesar 4 orang (21,1%). Menurut Muhaimin (2004) orang dengan pendidikan formal yang lebih tinggi cenderung akan mempunyai pengetahuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang mempunyai tingkat pendidikan

formal yang lebih rendah, karena akan lebih mampu dan mudah memahami arti dan pentingnya kesehatan dan gangguan-gangguan

50

kesehatan yang mungkin terjadi. Pengetahuan akan mempengaruhi pola fikir dan penerimaan konsep baru (Muhiman, 2004). Berdasarkan teori diatas menurut peneliti tingginya proporsi

pengetahuan ibu tentang gizi di Kelurahan Labuhan Ratu Kecamatan Kedaton Kota Bandar Lampung tahun 2010 dalam kategori buruk kemungkinan pertama disebabkan karena meskipun sosialisasi tentang gizi telah dilakukan oleh petugas kesehatan kepada ibu-ibu akan tetapi rendahnya pendidikan formal sebagian besar ibu menyebabkan rendahnya kemampuan ibu untuk menangkap materi dan mengingat materi yang telah disampaikan oleh petugas kesehatan. Hal ini dapat menjadi faktor predisposisi ibu-ibu tidak mendapat objek yang jelas dalam hal ini pengetahuan tentang gizi sehingga menyebabkan kurangnya pemahaman ibu tentang gizi dengan baik. Kemungkinan kedua adalah bahasa yang disampaikan oleh petugas kesehatan saat menyampaikan penyuluhan lebih banyak menggunakan bahasa ilmiah sehingga dapat menyebabkan ibu kurang mengerti dan memahami materi yang disampaikan dan kemungkinan yang ketiga adalah rendahnya pendidikan dan sibuknya pekerjaan juga dapat menyebabkan ibu kurang aktif untuk mencari informasi tambahan tentang gizi yang bisa diperoleh baik bertanya kepetugas kesehatan ataupun dari mediamedia elektronik seperti televisi dan radio serta media cetak seperti majalah, koran-koran dan lainnya.

51

Begitupun

sebaliknya

responden

dengan

pengetahuan

baik

kemungkinan dapat disebabkan karena ibu telah mendapat informasi tentang gizi, berdasarkan hasil wawancara beberapa ibu mengatkan telah mendapat informasi tentang gizi yang dapat diperoleh dari media-media informasi seperti televisi, majalah, koran-koran ataupun petugas kesehatan saat pelaksanaan posyandu sehingga mampu menjawab dengan baik pertanyaan pengetahuan tentang gizi yang peneliti berikan. 5.3.8 Hubungan pengetahuan dengan status gizi balita menurut BB/U Berdasarkan Tabel 5.10 dapat diketahui hasil uji statistik chi square didapat nilai p value < (0,003 < 0,05), artinya Ho ditolak dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakana antara pengetahuan ibu tentang gizi dengan status gizi balita menurut BB/U di Kelurahan Labuhan Ratu Kecamatan Kedaton Kota Bandar Lampung tahun 2010. OR didapat 3,805 yang berarti respoden dengan pengetahuan buruk berpeluang untuk memiliki balita dengan status gizi kurang sebesar 3,805 kali dibandingkan responden dengan pengetahuan baik. Hasil ini sejalan dengan penelitian Wahyuni dengan menggunakan metode penelitian non eksperimen desain korelasional dan pendekatan waktu cross sectional di Posyandu RW III Gendingan Kecamatan Ngampilan Yogyakarta tahun 2005, hasil penelitian menunjukkan ada hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan status gizi balita (p value = 0,026). Ibu yang memiliki keterbatasan pengetahuan dalam kategori

52

kurang baik berpeluang memiliki balita dengan status gizi kurang sebesar 7,886 kali (Wahyuni, 2005 dalam www.mulia.com). Menurut Notoatmodjo (2003) Pengetahuan kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (ofert behafior). Pengetahuan akan mempengaruhi pola fikir seseorang, selain itu kemampuan kognitif membentuk cara fikir seseorang, meliputi kemampuan untuk mengerti faktor-faktor yang berpengaruh dalam kondisi sakit dan untuk menerapkan pengetahuan tentang sehat dan sakit dalam praktek kesehatan personal, informasi baru dan penerimaan konsep baru (Muhiman, 2004) Berdasarkan kedua teori diatas menurut peneliti adanya hubungan yang bermakana antara pengetahuan ibu tentang gizi dengan status gizi balita menurut BB/U di Kelurahan Labuhan Ratu Kecamatan Kedaton Kota Bandar Lampung tahun 2010 kemungkinan pertama dapat disebabkan karena ibu yang memiliki pengetahuan yang baik tentang gizi akan mempengaruhi pola fikir ibu yang diwujudkan kedalam perilaku untuk memperhatikan status gizi balita dan memberikan makanan yang bernilai gizi pada menu makanan yang dikonsumsi balita. Selain itu pengetahuan ibu yang baik dapat mempengaruhi kemampuan ibu untuk mengerti faktor-faktor yang mempengaruhi kesakitan pada balita sehingga ibu menerapkan pengetahuan tersebut kedalam perilaku menjaga kesehatan balita dengan cara menjaga personal hygiene balita, menimbang berat badan balita secara teratur ke posyandu. begitupun

53

sebaliknya rendahnya pengetahuan ibu menyebabkan ibu tidak mengetahui jenis dan jumlah makanan untuk dikonsumsi dan diberikan kepada balita saat dirumah yang meliputi penyusunan menu yang bernilai gizi, memperhitungkan jenis dan jumlah makanan yang mengandung gizi. Hal ini dapat menjadi faktor predisposisi yang mempengaruhi perilaku ibu mengabaikan pentingnya pemenuhan gizi pada balita sehingga balita rentan mengalami gangguan gizi termasuk gizi kurang. Berdasarkan tabel 5.10 juga dapat diketahui 4 dari 30 atau 13,3% ibu dengan pengetahuan baik memiliki balita status gizi kurang dan 41 dari 65 atau 63,1% ibu dengan pengetahuan buruk memiliki balita status gizi baik. Menurut Suharjo (2003) faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi pada balita banyak sekali diantaranya adalah pendapatan atau anggaran belanja keluarga dan status pekerjan ibu. Dari teori diatas menurut peneliti adanya responden dengan kategori pengetahuan baik tetapi memiliki balita dengan status gizi kurang di Kelurahan Labuhan Ratu Kecamatan Kedaton Kota Bandar Lampung tahun 2010 kemungkinan dapat disebabkan karena status gizi tidak hanya dipengaruhi oleh pengetahuan saja tetapi ada faktor lain seperti pendapatan dan status pekerjan ibu. Ada kemungkinan responden dengan pengetahuan baik tidak mampu dan tidak mau mengaplikasikan pengetahuan yang didapat untuk diwujudkan dalam tindakan

54

memberikan makanan yang bernilai gizi kepada balita, hal ini dapat disebabkan karena sibuknya pekerjaan ataupun pendapatan ibu yang rendah sehingga ibu tidak dapat mengalokasikan pendapatan untuk memenuhi konsumsi gizi balita dengan baik sehingga dapat menjadi faktor predisposisi ibu yang memiliki pengetahuan baik tetapi memiliki balita gizi kurang. Begitupun sebaliknya ibu dengan pengetahuan buruk tetapi memiliki banyak waktu untuk memperhatikan status gizi balita karena tidak sibuk bekerja serta memiliki pendapatan keluarga yang tinggi sehingga dapat mengalokasikan pendapatan untuk membeli bahan makanan yang mengandung nilai gizi tinggi dapat menjadi faktor predisposisi meskipun pengetahuan rendah akan tetapi tidak memiliki balita dengan status gizi kurang. Begitu banyak faktor kemungkinan yang saling berkorelasi dalam membentuk status gizi kurang pada balita diperlukan suatu upaya dari petugas kesehatan untuk melakukan surveilans atau pemantauan secara berkala, untuk mengetahui faktor mana yang lebih dominan sebagai faktor predisposisi terjadinya status gizi balita sehingga dapat

ditentukan langkah yang efektif dalam rangka penanggulangan dan pencegahan kejadian gizi kurang pada balita.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

55

6.1

Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi balita menurut BB/U di Kelurahan Labuhan Ratu Kecamatan Kedaton Kota Bandar Lampung tahun 2010 dapat disimpulkan bahwa: 6.1.1 Gambaran kategori status gizi baik sebesar 67 orang (70,5%)

dan status gizi kategori kurang sebesar 28 orang (29,5%). 6.1.2 Gambaran kategori tidak bekerja sebesar 63 orang (66,3%)

dan kategori Bekerja sebesar 32 orang (33,7%) 6.1.3 Gambaran kategori pendapatan keluarga tinggi sebesar 37

orang (38,9%) dan kategori pendapatan keluarga rendah sebesar 58 orang (61,1%). 6.1.4 Gambaran kategori pengetahuan baik sebesar 30 orang

(31,6%) dan kategori pengetahuan buruk sebesar 65 orang (68,4%) 6.1.5 Ada hubungan yang bermakana antara status pekerjaan ibu

dengan status gizi balita menurut BB/U. 6.1.6 Ada hubungan yang bermakana antara pendapatan keluarga

dengan status gizi balita menurut BB/U. 6.1.7 Ada hubungan yang bermakana antara pengetahuan ibu

tentang gizi dengan status gizi balita menurut BB/U. 71 6.2 Saran 6.2.1 Bagi Petugas Kesehatan

56

Diharapkan bagi Petugas Kesehatan dapat mensosialisasikan tentang jenis dan bahan makanan bergizi yang tidak perlu mahal serta manfaat dan kerugian jika asupan gizi tidak mencukupi melalui penyuluhan secara intensif dan berulang ulang kepada ibu yang memiliki balita. Selain itu diperlukan adanya upaya kerja sama dari petugas kesehatan kepada anggota keluarga ibu-ibu yang bekerja untuk turut memperhatikan status gizi balita dengan cara memberikan asupan makanan selama ibunya bekerja. 6.2.2 Bagi objek penelitian Diharapkan bagi ibu-ibu terutama ibu-ibu yang bekerja untuk memperhatikan status gizi balitanya dan selalu meningkatkan status gizi balita dengan cara memberikan konsumsi makanan bergizi, teratur

membawa balita keposyandu sebagai upaya pemantauan pertumbuhan dan perkembangan untuk mencegah gizi kurang. Ibu juga dapat memanfaatkan pekarangan rumah untuk menanam berbagai macam bahan makanan yang mengandung gizi seperti seperti sayuran hijau, buahbuahan sehingga tidak perlu membeli.

6.2.3

Bagi Peneliti Selanjutnya Bagi Peneliti Selanjutnya dapat melakukan penelitian selanjutnya mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian status gizi kurang pada melalui variabel lain seperti dukungan petugas kesehatan dan Pemberian Makanan Tambahan

57

You might also like