You are on page 1of 9

Nama Nining Karim Nim 06703280

ANAMNESIS PASIEN DENGAN TRAUMA KEPALA Terlebih dahulu lihat keluhan utama yang membuat pasien datang, menanyakan apakah penyebab trauma kepala akibat trauma kepala primer (kecelakaan lalu linta,jatuh dari ketinggian dll0 atau karena trauma kepala sekunder. Kemudian pada pasien apakah terdapat fraktur dan deformitas di kepala dan bagian tubuh lain, apakah ada kelemahan tubuh,lalu letak lokasi dari trauma apakah lokasinya di kulit, jaringan tulang atau jaringan otak. Masalah yang timbul dari trauma kepala yang dapat menyebabkan kerusakan otak dimana tulang tengkorak masuk kedalam jaringan otak dan melukai atau merobek duramater,saraf otak dan jaringan otak. Menilai apakah trauma kepala tertutup atau terbuka (komusio,kontusio dan laserasi), apakah ada hematoma (epidural,subdural,subaraknoid,intra cranial) atau tidak dan ada tidaknya penurunan kesadaran jika ada berapa menit sampai jam terjadi penurunan kesadaran. Bagaimana keadaan kepala saat benturan dan apakah dibagian tubuh yang lain juga terkena trauma, ada tidaknya TTIK yang ditandai dengan muntah proyektif,nyeri kepala, kejang dan pupil edema. Onset dari waktu terjadinya trauma sampai pasien tiba di rumahsakit, kwalitas dan kuantitas pasien apakah sadar atau tidak, ada tidaknya kelemahan ekstremitas dan deficit neurologis akibat trauma kepala, kronologis dari trauma yang terjadi pada pasien,dan menilai GCS pasien untuk menilai tingkat cedera kepala (CKR, CKS, CKD). Ditanyakan pada keluarga atau pasien apakah mempunyai riwayat cedera kepala sebelumnya, apakah ada faktor yang memperberat dan faktor yang memperingan dari trauma kepala yang dialami dan riwayat kebiasaan pasien.

PEMERIKSAAN VISUS (ketajaman penglihatan)

Tujuan a) Mengukur ketajaman penglihatan dan menentukan apakah kelainan pada visus disebabkan oleh kelainan okuler local atau oleh kelainan saraf b) Mempelajari lapang pandang c) Memeriksa keadaan papil optic

Cara pemeriksaan Jika pasien tidak mempunyai keluhan yang berhubungan dengan nervus II dan pemeriksa juga tidak mencurigai adanya gangguan, maka biasanya dilakukan pemeriksaan nervus II (ketajaman penglihatan dan lapang pandang) secara kasar. Akan tetapi , bila ditemukan kelainan, harus dilakukan pemeriksaan yang lebih teliti. Selain itu, juga dilakukan pemeriksaan oftalmoskopik sebagai pemeriksaan rutin dalam neurologi. Pemeriksaan kasar Keajaman penglihatan. Diperiksa dengan jalan membandingkan ketajaman penglihatan pasien dengan pemeriksa (dalam hal ini ketajaman penglihatan pemeriksa harus normal). Pasien di suruh mengenali benda yag letaknya jauh (misalnya jam dinding, dan diminta menanyakan pukul berapa) dan membaca huruf-huruf yang ada di buku atau di Koran. Bila ketajaman pasien sama dengan mata pemeriksa maka hal ini dianggap normal. Lapang pandang. Secara kasar pemeriksaan lapang pandang dilakukan dengan membandingkan dengan kampus penglihatan pemeriksa (yang dianggap normal), yaitu dengan metode konfrontasi dari Donder. Dalam hal ini, penderita disuruh duduk atau berdiri berhadapan dengna pemeriksa dengan jarak kira-kira satu meter jika kita hendak memeriksa mata kanan maka mata kiri penderita harus di tutup, misalnya dengan tangan atau kertas, sedangkan penderita harus menutup mata kanannya. Kemudian penderita disuruh melihat terus (memfiksasi matanya) pada mata kiri pemeriksa dan pemeriksa harus selalu melihat ke mata kanan penderita. Setelah itu pemeriksa menggerakkan jari

tangannya dibidang pertengahan antara pemeriksa dengan penderita. Gerakan dilakukan dari arah luar ke dalam. Jika penderita mulai melihat gerakan jari- jari pemeriksa, ia harus member tahu, dan hal ini di bandingkan dengan pemeriksa, apakah ia pun telah melihatnya. Bila sekiranya ada gangguan kampus penglihatan, maka pemeriksa terlebih dahulu melihat gerakan tersebut. Gerakan jari tangan ini dilakukan dari semua jurusan dan masing masing mata harus dioeriksa. Pemeriksaan yang teliti Ketajaman penglihatan. Pemeriksaan ketajaman penglihatan visus. Yang diteliti dapat dilakukan dengan menggunakan gambar Snellen. Penderita disuruh membaca kartu Snellen dengan jarak 6 meter, kemudian ditentukan sampai barisan mana dapat dibacanya. Bila ia dapat membaca sampai barisan paling bawah, maka ketajaman ppenglihatannya ialah normal (6/6). Jika tidak maka visusnya tidak normal, dan hal ini di nyatakan dalam pecahan, misalnya 6/20. Ini berarti bahwa huruf yang seharusnya dapat dibaca dari jarak 20 meter ia hanya dapat membacanya dari jarak 6 meter. Bila terdapat gangguan ketajaman penglihatan (penurunan visus) perlu diselidiki apakah ketajaman penglihatan karena kelainan oftalmologik (bukan saraf) misalnya kelainan kornea, uveitis, katarak dan kelainan refraksi. Pasien yang sangat buruk visusnya diperiksa dengan jalan menggerakkan tangna kita di depan matanya. Jika kemampuanya hanya 1/300. Namu demikian, jika ia hanya dapat membedakan antara gelap dan terang maka visusnya 1/~.

Gambar pemeriksaan dengan kartu Snellen. Lapang pandang. Bila kita dapat memfiksasi pandangan kita ke satu benda, benda ini terlihat nyata, sedangkan benda-benda disekitarnya tampak kurang tajam. Seluruh lapangan yang terlihat, bila kita memfiksasi mata ke satu benda, disebut lapangan pandang Pada pemeriksaan lapangan pandang (kampus penglihatan), kita menentukan batas perifer dari penglihatan, yaitu batas sampai mana benda dapat dilihat, jika mata difiksasi

pada satu titik. Sinar yang dating dari tempat fiksasi jatuh di macula, yaitu pusat melihat jelas (tajam) sedangkan yang dating dari sekitarnya jatuh dibagian perifer retina lapangan pandagan yang normal mempunyai bentuk tertentu, dan tidak sama kesemua jurusan; misalnya ke lateral kita dapat melihat sampai sudut 90-100 derajat dari titik fiksasi, ke medial 60 derajat, keatas 50-60 derajat dan kebawah 60-70 derajat. Pemeriksaan lapan pandang dapat dilakukan dengan menggunakan kampimeter atau perimeter. Kampimeter adalah papan hitam yang diletakkan di depan penderita pada jarak 1 atau 2 meter, dan sebagai benda penguji digunakan bundaran kecil berdiameter 1 sampai 3 mm. Mata pasien difiksasi ditengah dan benda penguji digerakkan dari perifer ke tengah dari segalah jurusan. Kita catat tempat pasien mulai melihat benda penguji. Dengan demikian diperoleh gambaran kampus penglihatan. Untuk melaporkan keadaan sewaktu pemeriksaan, gunakan pecahan, misalnya 1/2000; ini berarti bahwa sebagai benda penguji digunakan bundaran yang berdiameter 1 mm dan jarak pasien dari papan 2000 mm (2 m). Bila dipakai bundaran berdiameter 3 mm dan jarak pasien dari kampimeter 1 m, hal ini dinyatakan dengan pecahan 3/1000. Bila visus kurang baik digunakan benda penguji yang lebih besar, dan jarak pasien dengan kampimeter dipperkecil. Perlu pula dinyatakan warna dan benda penguji, misalnya putih, biru, hijau atau merah; hal ini disebabkan karena masing-masing warna mempunyai kampus yang berbeda. Kampus bagi warna putih, misalnya, lebih besar dari warna biru, dan kampus warna biru lebih besar dari warna merah. Perimeter adalah setengah lingkaran yang dapat diubah-ubah letaknya pada bidang meridiannya. Cara pemakaiannya serta cara melaporkan keadaan sewaktu pemeriksaan serupa dengan kampimeter.

Gambar Tes Konfrontasi

Gambar Pemeriksaan kampimeter dan perimeter Kita mengenal bermacam macam kelainan bentuk lapangan pandang, misalnya hemianopsia (heteronim) bertemporal atau binasal yang disebabkan oleh lesi di khiasma optic; hemianopsia hormonim (kanan atau kiri) yang disebabkan oleh lesi di traktus optic dan anopsia kuadran yang disebabkan oleh lesi di radiasi optic atau korteks optic. Gangguan kampus pada lesi di radiasi optic atau di korteks optic biasanya tidak seluas pada gangguan di traktus optic. Di radiasi optic dan di korteks optic srabut-serabut berdivergensi atau berpencar dan jarak terlibat semuanya dalam proses penyakit. Selain itu, perlu diperiksa apakah didalam bidang kampus terdapat bagian atau bercakbercak yang tidak dapat dilihat, yang disebut skotoma. Skotoma ialah bercak atau bidang didalam kampus yang tidak dapat dilihat. Pada keadaan normal kita mempunyai bercak buta yang dapat disebut skotoma fisiologis untuk memeriksa adanya skotoma dapat digunakan kampimeter dalam hal ini benda penguji digerakkan sampai ketengah kampimeter dari segalah jurusan diperiksa apakah penderita dapat terus melihat benda penguji ini. Tempatserta ukuran skotoma dapat bermacam-macam. Skotoma yang terdapat di pusat penglihatan (disebut juga Skotoma sentral) disebabkan oleh gangguan di macula. Skotoma demikan dapat di jumpai pada ambliopi toksik, dan neuritis retrobulbaris. Skotoma dapat pula desebabkan oleh kelanan optic, bukan oleh kelaian saraf, misalnya kelainan di media dan retina mata biasanya pada kelainan ini skotoma terlihat sebagai bercak hitam dan disebut skotoma positif. Sebaliknya, skotoma karena kelainan saraf, bila terletak di luar titik fiksasi, sering tidak terlihat atau tidak di sadari oleh pasien, kecuali waktu pemeriksaan. Skotoma ini bisa juga sebagai sebagai skotoma negatif . Diatas telah dikemukakan bahwa untuk pemeriksaan skotoma dapat diginakan kampimeter; tetapi lebih baik lagi bila digunakan layar byerrum.

Pemeriksaan Oftalmoskopik. Merupakan pemeriksaan rutin dalam neurologi. Banyak kelainan atau penyakit yang menunjukan kelainan pada pemeriksaan oftalmoskopik. Biasanya perhatian dokter saraf tertuju pada perubahan papi. Papil adalah tempat serabut nervus II memasuki mata. Yang perlu diketahui adalh apakah papil normal, mengalami atrofi (primer atau skunder), atau sembab papil. Disamping itu perlu pula diperhatikan bangunan lainnya, macula dan retina. Papila yang normal tampak sebagai berikut: bentuk lonjong, warnanya jingga muda, dibagian temporal sedikit pucat, batas dengan sekitarnya (retina) tegas, hanya dibagian nasal agak kabur; selain itu, diadapatkan lekukan fisiologis. Pembuluh darah muncul ditengah, bercabang keatas dan kebawah; jalannya arteri agak lurus, seangkan vena verkelok-kelok perbandingan besar vena : arteri ialah 3:2 sampai 5:4. Pada pemeriksaan papilla perlu diperhatikan hal diatas apakah terdapat kelainan.

Gambar Papil Normal

Pada atrofi primer warna papil menjadi pucat batasnya tegas dan pembuluh darah berkurang. Pada atrofi sekunder warna papil juga pucat, tapi batasnya tidak tegas. Lamina kribosa erlihat pada atrofi primer sedangkan pada atrofi sekunder tidak. Atrofi sekunder merupakan akibat lanjutan dari sembab papil, misalnya pada tekanan intra cranial yang meninggi yang berlangsung lama. Atrofi primer dapat dijumpai pada penyakit sfilis, intoksikasi( misalnya oleh kina atau timbal), lesi pada saraf II atau khiasma optic (misalnya pada tumor hipofise atau araknoiditis opto- khiasmatis.

Gambar papil atrofi Sembab papil dapat disebabkan oleh radang aktif atau oleh bendungan bila oleh radang hal ini disebut papilitis atau neuritis optic, dan hal ini disertai oleh perburukan visus yang hebat. Bila bagia belakang nervus optic yang terlibat inflamasi, sedangkan papilnya baik, hal ini disebut neuritis retrobulber. Sembab papil oleh bendungan atau tekanan intra cranial yang meninggi disebut papil yang rebendung. Pada keadaan ini ketajaman visus tidak cepat memburuk, kecuali bila terjadi atrofi sekunder.

Gambar papil edema Pada sembab papil perlu ditentukan besarnya penonjolan hal ini dinyatakan dalam dioptri. Caranya ialah : lensa oftalmoskop kita stel sampai puncak papilla terlihat jelas,

setelah itu di stel lagi sampai retina terlihat jelas. Bendanya ini menggambarkan besarnya penonjolan. Pemeriksaan oftalmoskopi sebaiknya dilakukan di kamar yang gelap. Untuk memeriksa mata kanan pasien sebaiknya digunakan mata kanan anda oftalmosko di pegang dengan tangan kanan, demikian sebaliknya pada mata kiri. Bila melihat melalui oftalmoskop biasanya kedua mata anda terbuka dan konsentrasikan perhatian anda pada mata yang sedang diperiksa semakin dekat mata anda dengan oftalmoskop dan semakin dekat oftalmoskop pada mata pasien semakin luas daerah fundus yang terlihat. Pasien disuruh melihat jauh kedepan dan memfiksasi matanya pada benda yang terlihat jauh kedepan. Pasien jangan menggerakkan bola matanya namun ia boleh mngedip. Kemudia fokuskan mata anda pada retina dengan menggunakan lensa oftalmoskop yang sesuai bila pasien menderita refraksi. Bila menemukan pembuluh darah ikuti ia sampai ketemu papil. Perhatiakanlah warna papil dan adanya lekuk fisiologis ( mangkok fisiologis). Lekuk atau mangkok fisiologis ini sedikit lebih putih ketimbang bagian lain dari papil. Identifikasi pembuluh arteri yang tampaknya leih tipis dan lebih terang ketimbang pembuluh darah vena yang lebih tebal dan gelap. Perhatikan adanya pulsasi vena ditempat vena melekuk pada pinggiran mangkok fisiologis. Ikut arteri sejauh mungkin cara macula, yaitu daerah yang lebih gelap dan avaskuler, terletak sekitar 2 diameter papil kearah lateral. Pelajari gambar retina. Pada sembab papil, pembengkakakan kepala nervus optikus pada dapat desertai hyperemia pada diskus, mangkok fisiologis menghilang, dan kongesti vena. Selain itu, JIka perubahan masih baru dan akut, mungkin dijumpai pendarahan dari papil ke luar. Mangkok fisilogis dapat dengan mudah dikenal karena lebih pucat. Diameter serta dalamnya bervariasi pada berbagai individu. Mangkok visiologis biasanya menempati sekitar seperempat ukuran diskus optic. Pelebaran dan pendalaman mangkok fisiologis dapat dijumpai pada galukoma yang kronis. Pada atrofi optic papil tampak pucat. Pucat ini disebabkan oleh gliosis pada kepala saraf optic bersama dengan hilangnya pembuluh darah kecil. Pada atrofi primer pinggir papil berbatasan tegas, sedangkan pada atrofi sekunder batasnya kabur.

Gambar pemeriksaan dengan oftalmoskop

Penyebab gangguan nervus ptikus yang perlu diketahui Neuritis optika Neuritis rwtrobulbaris Papilitis Neuropati optic iskemik, misalnya pada; hipertenis dan arteritis Neuropati karena tekanan misalnya oleh : rumor, anerisama, gangguan hormone tiroid. Neuropati optic oleh infiltrasi : karsinoma dan imfoma Defisiensi/intoksikasi, misalnya defisiensi vitamin B1, B12, intoksikasi atambutol, kloramfenikol

You might also like