You are on page 1of 2

Pupil adalah lubang di pusat iri mata.

Lubang itu bisa mengembang dan menguncup seiring dengan aktivitas muskulus dilatator dan muskulus sfingter pupilae. Kedua otot itu ialah otot polos yang disarafi oleh serabut parasimpatik (untuk muskulus sfingter pupilae) dan serabut simpatik (untuk muskulus dilatator pupilae). Diamerter pupil ditentukan oleh keseimbangan aktivitas parasimpatik dan simpatik. Pupil yang normal mempunyai diameter yang berkisar antara 2-6 mm. Rata-rata diameter pupil adalah 3,5 mm. Tidak semua individu sehat mempunyai diameter pupil yang sama. Di antaranya 17% menunjukan anisokoria dengan selisih sampai 1 mm dalam diameternya. Anisokoria dianggap tidak patologis selama kedua pupil bereaksi terhadap penyinaran dengan sama cepatnya. Pupil yang sempit disebut miosis dan pupil yang lebar disebut midriasis. Pada keadaan nyeri, ketakutan, dan cemas terjadi midriasis. Dalam keadaan tidur, koma yang dakam dan tekanan intrakranial yang meninggi terjadi miosis. Midriasis dan miosis unilateral adalah patologis. Iritasi terhadap saraf okulomotorius membangkitkan miosis. Akan tetapi miosis dapat juga dujumpai sebagai tanda paralisi saraf simpatik bagian torakal atas. Midriasis dapat terjadi akibat paralisis saraf okulomotorius atau hasil iritasi saraf simpatis bagia torakal atas.1 Aberasi sferis (disebabkan oleh kecembungan lensa) Sinar-sinar paraksial/sinar-sinar dari pinggir lensa membentuk bayangan di P. Aberasi ini dapat dihilangkan dengan mempergunakan diafragma yang diletakkan di depan lensa atau dengan lensa gabungan aplanatis yang terdiri dari dua lensa yang jenis kacamatanya berlainan.2 Defek lapang padang Lapang pandang nasal dan superior masing-masing terbatasi oleh hidung dan alis mata, namun hal ini seringkali tidak memiliki kepentingan klinis. Defek lapang pandang dinamai sesuai sisi lapangan pandang yang hilanh, misalnya kehilangan lapang pandang temporal berarti hilangnya bagian temporal dari lapanh pandang dan menunujukan kerusakan retina nasalis atau jalurnya korteks visual di otak. Pemeriksaan dengan perimeter bisa menemukan defek secara akurat. 1. Hemianopia temporal pada salah satu mata saja atau di kedua mara (hemiamopia bitemporal) menunjukan adanya penekanan pada kiasma optikum, biasanya tumor hipofisis. 2. Heminopia homonim (kehilangan lapang pandang nasal di salah satu mata dan lapang pandang temporal di mata yang lain, artinya terhadap sisi tubuh yang lain, artinya terhadap sisi tubuh yang sama). Ini bisa terjadi pada lesi di mana pun setelah kiasma, paling umum setelah lesi vaskular yang mengenai korteks oksipitalis (biasanya makula tetap normal, karena adanya suplai darah ganda ,menuju korteks oksipitalis dari arteri serebri posterior dan media) sisi lapang pandang yang hilang berlawanan dengan sisi korteks yang rusak (artinya lesi pada hemisfer kanan serebri menyebabkan hemianopoa homonim kiri)

3. Kehilangan lapang pandang kuadran ata s menunjukan lesi temporal di korteks atau radiasi optik yang berlawanan, dan kehilangan lapang pandang kuadran bawah menununjukan lesi di pariental. Keduannya homonim. 4. Skotoma sentral. Hilangnya penglihatan pada bagian tengan lapang pandang bisa terdeteksi dengan melewatkan pin berkepala putih atau merah berdiameter kecil bolak-balik di depan mata. Kelainan ini terjadi pada neutritis retrobular akut yang paling sering terjadi akibat sklerosis multipel.3

Daftar Pustaka 1. Muttaqin Arif. Buku ajar asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem persarafan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika, 2008. 2. Gabriel J.F. Fisika kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2004. 3. Amalia Safitri. Kedokteran klinis Ed. 6. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2005.

You might also like