You are on page 1of 12

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan tolak ukur penilaian pertumbuhan ekonomi nasional negara-negara di dunia. Keberhasilan pembangunan, khususnya di negaranegara berkembang, dinilai berdasarkan laju pertumbuhan output dan pendapatan nasionalnya (Todaro, 1994). Pertumbuhan ekonomi suatu negara akan sangat ditentukan oleh perkembangan atau pembangunan dalam sektor keuangannya (financial development). Hal ini disebabkan karena sektor keuangan memegang peranan penting dalam menjalankan fungsi intermediasinya guna menjembatani antara pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkannya. Sehingga hubungan antara pembangunan sektor keuangan dengan pertumbuhan ekonomi lebih berfokus pada pengembangan fungsi pokok intermediasi sektor keuangan dalam hal tabungan-investasi-pertumbuhan. Indonesia sebagai negara sedang berkembang memiliki karakter perekonomian yang tidak berbeda jauh dengan negara sedang berkembang lainnya dimana tujuan pencapaian tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dalam proses pembangunan dihadapkan pada permasalahan dalam keterbatasan modal untuk membiayai investasi pembangunan. Berbagai upaya telah dilakukan guna meningkatkan peran sektor

Pendahuluan 2 BAB I

keuangan dalam pembiayaan pembangunan secara mandiri dan tidak bergantung pada bantuan luar negeri serta pinjaman asing. Keterkaitan antara sektor keuangan dengan pertumbuhan ekonomi menjadi penting dikarenakan jika dari hasil hubungan keduanya tersebut terbukti bahwa pembangunan sektor keuangan mampu menjadi salah satu engine of growth (mesin pertumbuhan), maka pembuat kebijakan semestinya memfokuskan perhatian dan sumber daya mereka dalam menciptakan serta mempromosikan sektor keuangan yang modern. Namun jika terjadi hubungan yang sebaliknya, yaitu jika pembangunan sektor keuangan terbukti tidak memiliki peran terhadap proses pertumbuhan, maka kebijakan yang diarahkan kepada sektor keuangan tersebut akan sia-sia sehubungan dengan penggunaan sumber daya yang langka, dan akan mengalihkan perhatian jauh dari pilihan-pilihan kebijakan lain yang lebih berarti dalam mendorong pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Di antara upaya yang telah diambil oleh Indonesia adalah berkenaan dengan kebijakan di sektor keuangan dan moneter pada tahun 1980-an seperti kebijakan paket Juni 1983 (Pakjun 83) dimana sebagian besar kredit likuiditas Bank Indonesia (KLBI) dikurangi dan liberalisasi suku bunga dengan meniadakan pagu serta plafon suku bunga. Kemudian pemerintah memberlakukan kebijakan paket Oktober 1988 (Pakto 88) dimana ijin mendirikan cabang baru bagi pihak swasta dipermudah dan mengijinkan BUMN untuk menaruh depositonya di bank non pemerintah. Dengan Pakto 88 pemerintah juga menurunkan reserve requirement dari 15% menjadi 2% yang bertujuan mendorong bank komersil untuk menyalurkan kredit.

Pendahuluan 3 BAB I

Pada Februari 1991 pemerintah meluncurkan ketentuan persyaratan modal (CAR) yang bertujuan untuk memperbaiki manajemen dan memperketat pengawasan terhadap lembaga-lembaga keuangan domestik. Adapun tujuan utama dari berbagai kebijakan tersebut adalah untuk memobilisasi dana dari masyarakat, sehingga tingkat investasi pada sektor yang produktif melalui intermediasi keuangan akan meningkat. Pada dasarnya, pembangunan sektor keuangan melibatkan rencana dan implementasi dari kebijakan untuk mengintensifkan tingkat moneterisasi

perekonomian melalui peningkatan akses terhadap institusi finansial, transparansi dan efisiensi, serta mendorong peningkatan tingkat pengembalian (rate of return) yang rasional (Agrawal, 2001). Hubungan antara sektor keuangan dan pertumbuhan ekonomi sebenarnya dapat dilihat berdasarkan model pertumbuhan Harrod Domar, inti dari perspektif teori tersebut adalah bahwa setiap perekonomian harus menabungkan sejumlah proporsi dari pendapatan nasionalnya, dimana total investasi baru ditentukan oleh tingkat tabungan. Dalam hubungan tersebut, sektor keuangan berperan melalui fungsi intermediasinya dalam mobilisasi dana dari penabung kepada yang membutuhkan dana untuk melakukan investasi baru yang produktif. Pembangunan sektor keuangan salah satunya adalah bertujuan untuk meningkatkan fungsi intermediasi dari sektor keuangan. Telah banyak teori yang membahas mengenai pembangunan sektor keuangan yang berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Diantaranya, Schumpeter (dikutip dari Ansari, 2002) menyatakan bahwa fungsi bank yang berjalan dengan baik dapat mendorong inovasi teknologi dan pertumbuhan ekonomi dengan cara mengidentifikasi

Pendahuluan 4 BAB I

dan mendanai investasi yang produktif. Selain itu pandangan McKinnon dan Shaw (dikutip dari Khan,, 2005), yang menjelaskan deregulasi tingkat suku bunga sebagai dasar hipotesa hubungan yang melengkapi (complementary relation) antara uang dan modal fisik. Dimana hubungan antara keseimbangan uang dan investasi riil lebih kepada pelengkap daripada substitusi. Di lain pihak, terdapat beberapa pakar ekonomi yang berpendapat sebaliknya, pertumbuhan ekonomi yang menstimulus perkembangan sektor keuangan. Sebagai contoh, Robinson (dikutip dari Levine, 2004) berpendapat bahwa pembangunan sektor keuangan tidak mendorong pertumbuhan ekonomi melainkan mengikuti pertumbuhan ekonomi. Ketika ekonomi tumbuh maka permintaan akan jasa sektor keuangan meningkat dikarenakan sektor keuangan merespon perubahan (kenaikan) yang terjadi pada permintaan terhadap sektor riil. Selain itu, Kuznet (dikutip dari Khan et al, 2005) juga menyatakan bahwa pasar keuangan mulai tumbuh ketika perekonomian mendekati tingkat menengah (intermediate stage) dari proses pertumbuhan dan berkembang saat perekonomian menjadi dewasa (mature). Pada dasarnya dampak pembangunan sektor keuangan terhadap pertumbuhan ekonomi adalah dengan mendorong suatu well-developed financial system yang menghasilkan beberapa peran penting untuk mendorong efisiensi fungsi intermediasi antara lain dengan mengurangi biaya informasi, transaksi dan pengawasan. Peran tersebut menghasilkan sebuah alokasi sumber daya yang efisien, akumulasi modal fisik dan manusia yang lebih cepat, dan kemajuan teknologi yang lebih cepat, yang pada

Pendahuluan 5 BAB I

akhirnya memberikan energi pada pertumbuhan ekonomi (dikutip dari Khan et al, 2005). Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa tujuan utama dari pembangunan sektor keuangan adalah untuk memobilisasi dana dari masyarakat dan menyalurkannya pada investasi produktif melalui intermediasi keuangan. Dengan adanya peningkatan investasi, maka output dan pendapatan akan meningkat. Berdasarkan hubungan tersebut maka ekspektasi pemerintah akan tercapainya pertumbuhan ekonomi yang tinggi melalui sektor keuangan akan tercapai. Bagaimana dengan scope yang lebih kecil (provinsi) apakah fenomena ini sama? Berdasarkan pertanyaan tersebut dan uraian sebelumnya maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul:

PEMBANGUNAN INTERMEDIASI KEUANGAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI : DI PROVINSI DI INDONESIA PERIODE 2004-2008

1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka masalah yang dapat diidentifikasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana Pembangunan Intermediasi Keuangan mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi di Indonesia ?

Pendahuluan 6 BAB I

2. Bagaimana perbedaan Pembangunan di Provinsi di Indonesia dari sisi Pembangunan Intermediasi Keuangan ?

1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan identifikasi masalah yang telah penulis jabarkan sebelumnya maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui Bagaimana Pembangunan Intermediasi Keuangan

mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi di Indonesia. 2. Mengetahui perbedaan Pembangunan di Provinsi di Indonesia dari

sisi Pembangunan Intermediasi Keuangan. 1.4. Kegunaan Penelitian 1. Sebagai referensi bagi kalangan mahasiswa maupun umum yang hendak melakukan penelitian yang lebih mendalam atau untuk dikembangkan lebih lanjut. Diharapkan juga sebagai bahan literatur dan referensi untuk kepentingan ilmu sosial. 2. Sebagai alternatif pemecahan permasalahan intermediasi finansial dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi di Asia Tenggara. Selanjutnya hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan dengan masalah tersebut di atas.

Pendahuluan 7 BAB I

1.5. Kerangka Pemikiran 1.5.1 Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai peningkatan output masyarakat karena banyaknya jumlah faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi masyarakat. Perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan apabila jumlah barang dan jasa yang diproduksi oleh masyarakat di suatu negara pada tahun tersebut, jumlahnya lebih besar dari pada jumlah produksi tahun sebelumnya.1 Terdapat tiga komponen utama yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yaitu : 1. Akumulasi modal yang meliputi semua bentuk atau jenis investasi baru yang ditanamkan pada tanah, peralatan fisik dan modal, atau sumber daya manusia. 2. Pertumbuhan penduduk yang untuk beberapa tahun selanjutnya akan meningkatkan jumlah angkatan kerja. 3. Kemajuan teknologi. Terbentuknya investasi modal atau investasi berasal dari tabungan masyarakat melalui instrumen kredit yang ada pada lembaga keuangan baik berupa bank maupun non bank. Perpindahan dana tersebut dari yang memberikan pinjaman (kreditur) ke peminjam (debitur) melalui indirect finance dalam hal ini intermediasi finansial yang membantu mempermudah proses transfer. Menurut Joseph Schumpeter (1912) menyatakan bahwa bank dalam hal ini intermediasi keuangan yang baik berfungsi dengan baik memacu inovasi teknologi

Sadono Sukirno, Ekonomi Pembangunan, Proses, Masalah dan Kebijakan Dasar, LPFE UI, Jakarta 1985.

Pendahuluan 8 BAB I

dengan mengidentifikasi dan mendanai pengusaha untuk mengimplementasikan inovasi produk dan proses produksi.

1.5.2

Transaction Cost dan Information Cost2 Fungsi utama dari intermediasi finansial adalah untuk mengurangi terjadinya

informasi yang asimetrik serta memfasilitasi transaksi.

1.5.2.1 Transaction Cost Transaction cost atau biaya transaksi diartikan sebagai waktu, uang dan bentuk lainnya yang harus dikorbankan untuk melakukan suatu transaksi finansial, hal ini menjadi masalah utama untuk pihak yang memiliki kelebihan dana untuk meminjamkannya kepada pihak lain. Dengan keberadaan intermediasi finansial dapat mengurangi biaya transaksi yang dikeluarkan karena pengembangan keahlian intermediasi finansial bertujuan untuk mengurangi biaya transaksi tersebut dan karena skala yang dimiliki cukup besar yang akan diikuti dengan keuntungan dari skala ekonomis, artinya pengurangan biaya transaksi per unit mata uang dari setiap transaksi seiring dengan bertambahnya jumlah transaksi yang dilakukan. Karena intermediasi finansial ini dapat mengurangi biaya transaksi, hal ini memungkinkan untuk penyediaan dana untuk kepentingan investasi

Mishkin, S. Federic, op. cit., hal. 34-36.

Pendahuluan 9 BAB I

dan dapat memungkinkan adanya likuiditas yang digunakan untuk melayani para konsumen.

1.5.2.2 Information Cost Biaya informasi adalah seluruh biaya baik berupa uang, waktu dan bentuk lainnya yang dikeluarkan untuk memperoleh informasi. Terkadang satu pihak sering tidak mempunyai pengetahuan atau informasi yang cukup mengenai pihak lainnya untuk dapat membuat suatu keputusan yang tepat, hal ini sering juga disebut dengan informasi asimetrik. Kekurangan informasi ini bisa terjadi sebelum transaksi yang dinamakan adverse selection dan dapat pula terjadi setelah transaksi atau moral hazard.

1.5.3

Indikator Intermediasi Finansial Indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio kredit domestik

yang disalurkan ke sektor swasta terhadap PDB riil (Ross Levine pada tahun 1998 dan Meshach Jesse Aziakpono). Keuntungan dari indikator ini adalah hanya mengisolasi kredit yang disalurkan kepada sektor swasta dan tidak dimasukkannya sektor publik, dan pemerintah. Dimana kredit yang diberikan ke sektor swasta ini, termasuk kredit yang diberikan oleh intermediasi finansial yang lain selain perbankan. Dan intermediasi finansial dalam penyaluran kredit dianggap sektor tersebut tidak menyeleksi proyek proyek yang akan diinvestasi, Kelemahan indikator ini adalah kenaikan dari rasio ini bukan berarti naiknya alokasi dana untuk investasi. Walaupun kredit domestik untuk

Pendahuluan 10 BAB I

sektor swasta tidak secara langsung mengukur perbaikan dalam hal informasi dan biaya transaksi, namun dalam hal ini diintrepretasikan bahwa kredit untuk sektor swasta sebagai indikator pelayanan sektor finansial yang lebih baik dan terjadinya pembangunan intermediasi finansial. Selain kredit domestik untuk sektor swasta, indikator intermediasi finansial lain adalah likuidity liabilities yang merupakan jumlah uang dalam arti luas, broad money, atau M3 sebagai rasio dari PDB nominal. Serta dapat digunakan pula proksi commercial-central bank yang berarti rasio aset yang dimiliki oleh bank komersil terhadap penjumlahan aset yang dimiliki bank komersil dan bank sentral, namun tidak dibahas lebih mendalam dalam penelitian ini.

1.5.4

Intermediasi Finansial dan Pertumbuhan Ekonomi Hubungan antara intermediasi finansial dan pertumbuhan ekonomi

digambarkan melalui skema di bawah ini : Gambar 1.1 Pendekatan teori terhadap Intermediasi Finansial dan Pertumbuhan Ekonomi

Pendahuluan 11 BAB I

*Le

Market Frictions Biaya informasi Biaya transaksi

Pasar keuangan dan intermediaries

Hubungan dengan pertumbuhan Akumulasi modal Inovasi tekhnologi

Fungsi Keuangan* Mobilisasi dana Alokasi sumber daya Kontrol pada perusahaan Managemen resiko Memudahkan perdagangan barang, jasa dan kontrak

Pertumbuhan Ekonomi
vine, 1997

Dengan maksud awal untuk mengurangi biaya informasi dan biaya transaksi terbentuklah pasar keuangan seperti pasar obligasi dan saham, dan juga terbentuk intermediasi keuangan (misalnya perbankan dan lembaga keuangan lain non bank). Apabila kedua lembaga tersebut telah menjalankan fungsi-fungsinya dengan baik seperti memobilisasi dana dari yang kelebihan ke yang memerlukan dana tersebut, dan dana itu digunakan untuk menjalankan proses produksi atau kegiatan investasi produktif lainnya maka akan berdampak pada akumulasi modal dan inovasi teknologi yang akhirnya akan meningkatkan jumlah pendapatan yang diterima dari tahun sebelumnya, dalam hal ini terciptalah suatu pertumbuhan ekonomi.

Pendahuluan 12 BAB I

1.6. Model Ekonometrik Berdasarkan modifikasi dari model persamaan Chen Hao (2006) dan hipotesis awal hubungan antara variabel bebas dan tidak bebas maka dalam penelitian ini penulis menggunakan persamaan sebagai berikut:

lnGDPit = +1 BANKit + 2 SAV + 3 LOANit + eit

ln GDP BANK LOAN SAV t i

: : : : : : :

logaritma natural Produk Domestik Regional Bruto Jumlah bank Jumlah pinjaman Savings/(Tabungan) periode t cross sections

You might also like