You are on page 1of 9

TUGAS MATA KULIAH DASAR DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN Prof. Dr. Ir. Bambang Hadisutrisno, D.A.A.

Oleh Akbar Afdilla Fadli 10661

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA 2010

1. Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) dikatakan sebagai kendala produksi, antara lain melalui : a) Menurunkan Kuantitas Serangan OPT di pertanaman rata-rata menurunkan produksi 30% dari produksi hasil. Suatu lahan yang terserang OPT tentunya akan mengalami kerusakan, besar kecilnya kerusakan tergantung dari jenis OPT yang menyerang suatu areal lahan. Contoh : OPT pada tanaman tomat selama 4 tahun terakhir (2001 2004) mencapai 2.887 ha/th. Adapun OPT utama yang menyerang pada tanaman tomat tersebut, antara lain; ulat buah (Helicoverpa armigera Hubn.), lalat buah (Bactrocera sp.), kutu daun (Myzus persicae), penyakit busuk daun (Phytophthora infestans), layu fusarium (Fusarium sp.), layu bakteri (Ralstonia solanacearum sinonim Pseudomonas solanacearum), bercak kering (Alternaria solani), dan penyakit yang disebabkan oleh virus.

b)

Menurunkan Kualitas dan pada tahap pasca panen menurunkan 20% potensi hasil.Tanaman yang terserang oleh OPT tidak akan dapat berproduksi secara maksimal pastinya telah mengalami kerusakan jaringan akibat dirusak oleh OPT, hal ini dapat menurunkan kualitas hasil produksi dari tanaman yang mengakibatkan kerugian. Contoh : Pada bulan Pebruari 2003 banyak petani Sumberbrantas, mengeluh bahwa produksi kentang mereka turun dan tanaman nampak kerdil, daun menguning dan ujung umbi berkembang lambat akibat terserang nematoda sista kuning.

c)

Untuk pengendaliannya butuh biaya Proses untuk mengendalikam OPT yang menyerang tentunya membutuhkan biaya, yang pada akhirnya akan membebani biaya tambahan dalam seluruh biaya produksi tanaman. Semisalnya saja untuk membeli pestisida, menyewa tenaga kerja tambahan untuk membersihkan gulma.

d) Mengganggu dalam transportasi Produk pascapanen (dalam hal ini dimisalkan produk hortikultura) sangat mudah mengalami kerusakan kerusakan fisik akibat berbagai penanganan yang dilakukan. Kerusakan fisik terjadi karena secara fisik-morfologis, produk hortikultura segar mengandung air tinggi sehingga benturan, gesekan dan tekanan sekecil apapun dapat menyebabkan kerusakan yang dapat langsung dilihat secara kasat mata dan dapat tidak terlihat pada saat fisik tersebut terjadi. Biasanya untuk kerusakan kedua tersebut baru terlihat setelah beberapa hari. Kerusakan fisik ini menjadi entry point yang baik sekali bagi khususnya mikroorganisme pembusuk dan sering menyebabkan nilai susut yang tinggi bila cara pencegahan dan penanggulangannya tidak direncanakan dan dilakukan dengan baik.

e) Mengganggu dalam penyimpanan Cara penanganan pascapanen menentukan masa simpanan. Cara penanganan yang kurang baik seperti penanganan yang cenderung menimbulkan pelukaan dan kemunduran fisiologis yang cepat akan berakibat pada pertumbuhan mikroorganisme pembusuk cepat pula. Perlakuan perlakuan pascapanen sering diberikan untuk menghambat pertumbuhan atau membunuh mikroorganisme pembusuk. Namun demikian, adanya pembusukan oleh mikroorganisme adalah akibat sekunder dari penanganan yang salah selama periode pascapanennya. Seperti pada produk yang mengalami luka maka akan sangat memudahkan mikroorganisme tumbuh pada bagian luka tersebut. Kemunduran mutu fisiologis biasanya diikuti oleh serangan mikroorganisme pembusuk sebagai akibat sekunder karena degradasi jaringan yang mempermudah infeksi dan enzim pektolitik untuk melunakkan jaringan. Produk yang digunakan untuk pengendalian mikroorganisme pembusuk pascapanen harus digunakan setelah mempertimbangkan beberapa faktor kritis sebagai berikut : Jenis pathogen yang terlibat dalam pembusukan. Lokasi pathogen di dalam produk. Waktu terbaik untuk pengendalian pembusukan tersebut.

Kematangan dari produk. Lingkungan selama penyimpanan, transportasi dan pemasarannya.

Produk yang dipilih untuk pengendalian pembusukan akibat mikroorganisme harus mempertimbangkan faktor di atas apakah dengan bahan kimia atau pengendalian secara biologis.

2. Pengendalian OPT yang umum dilakukan adalah Pengendalian Kimiawi Pengendalian secara kimia dilakukan dengan aplikasi pestisida. Pestisida merupakan senyawa kimia yang digunakan untuk membunuh organisme musuh alami tanaman. Berdasarkan jenis organisme sasarannya, maka pestisida dibedakan menjadi beberapa jenis. Sebagai contoh, pestisida untuk pengendalian gulma disebut herbisida, untuk pengendalian serangga disebut insektisida, dan untuk pengendalian jamur disebut fungisida. Pestisida telah digunakan secara meluas dalam budidaya tanaman hortikultura di Indonesia, terutama pada tanaman sayuran. Di antara berbagai jenis pestisida, secara umum di Indonesia yang paling banyak digunakan adalah insektisida, diikuti oleh herbisida dan fungisida.

Kutur Teknis Pengendalian hama, patogen dan gulma dengan kultur teknis pada dasarnya dilakukan dengan menciptakan kondisi lingkungan yang lebih menguntungkan bagi tanaman budidaya dan kurang optimal untuk perkembangan hama, patogen dan gulma, sehingga populasi musuh musuh tanaman ini dapat ditekan agar tidak melampui nilai ambang pengendaliannya. Jadi pengendalian secara teknik budidaya bersifat preventif. Pengendalian melaui kultur teknis dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan, antara lain Memodifikasi kondisi lingkungan agar tidak untuk perkembangan hama, patogen, dan gulma; Memutus ketersediaan bahan makanan bagi hamadan mikrobia patogenik; Mengalihkan penyebaran populasi hama dan mikrobia patogenik ke tempat lain. Kondisi lingkungan yang kurang mendukung perkembangan hama, patogen tanaman, atau gulma antara lain dapat dilakukan melalui sanitasi, pembuangan tumbuhan inang bagi hama dan patogen pengolahan tanah dan pengaturan tata air lahan. Sanitasi dilakukan dengan membersihkan sisa sisa tanaman dari lahan budidaya. Dengan cara ini maka sisa sisa tanaman tersebut tidak dapat dimanfaatkan sebagai sumber makanan bagi hama atau tempat hidup bagi mikrobia patogenik. Pembasmian tumbuhan inang lain selain

tanaman sasaran akan pula menyulitkan bagi hama atau mikrobia patogenik untuk berkembang biak. Pengolahan tanah dapat menghambat perkembangan gulma juga hama dan penyakit tanaman. Pengolahan tanah dapat membunuh hama yang terdapat di dalam tanah karena hama terkena sinar matahari langsung atau dimakan oleh predatornya. Pengolahan tanah juga dapat menyebabkan terbenamnya larva atau pupa hama serangga sehingga larva atau pupa ini menjadi mati. Pengaturan tata air pada lahan dapat diterapkan sebagai salah satu cara untuk mengendalikan hama tanaman yang hidup di dalam atau permukaan tanah. Penggenangan akan mematikan instar hama yang berada di dalam tanah. Rotasi tanaman dan pemberaan lahan budidaya dapat dilakukan untuk memutus ketersediaan makanan atau kebutuhan hidup lainnya bagi hama tertentu. Upaya untuk melindungi tanaman dari serangan hama tertentu dapat dilakukan dengan cara mengalihkan sasaran serangan hama tersebut.

Pengendalian Hayati Pengendalian hayati dilakukan dengan menggunakan musuh alami dari hama atau mikroba patogenik tanaman. Musuh alami hama tanaman dapat dibedakan menjadi parasitoid, predator dan patogen. Parasitoid adalah serangga yang menjadi parasit bagi serangga atau hewan arthropoda lainnya. Parasitoid bersifat parasitik pada fase pradewasa, sedangkan pada fase dewasa serangga ini tidak terikat lagi dengan inangnya. Larva parasitoid yang menyelesaikan fase perkembangannya diluar tubuh inangnya disebut ektoparasitoid., sedangkan yang meyelesaikan fase perkembangannya di dalam tubuh inangnya disebut endoparasitoid. Fase inang yang diserang umumnya adalah telur dan larva, beberapa parasitoid menyerang pupa, dan jarang yang yang menyerang imago. Parasitoid ada yang menyerang inang secara sendiri dan ada pula yang secara bersama sama menyerang satu inang. Parasitoid yang menyerang secara sendiri disebut parasitoid soliter, sedangkan yang menyerang secara bersama sama disebut parasitoid gregarius. Predator adalah hewan yang hidup bebas dan memangsa hewan lainnya. Predator dapat memangsa berbagai jenis hama dan pada berbagai fase perkembangan dari hama tersebut. Famili predator yang banyak digunakan adalah kumbang kubah (Coleoptera;

Coccinellidae), kumbang tanah (Coloeoptera; Carabidae), undur undur (Neuroptera, Chrysopidae), dan kepik buas (Hemiptera; Reduviidae). Hama tanaman juga dapat terserang oleh mikroba patogenik, misalnya bakteri, protozoa, nematoda, dan dapat pula terinfeksi oleh virus. Untuk hama serangga, saat ini telah dikenal lebih dari 1500 jenis patogen yang dapat menginfeksi serangga tersebut. Bakteri patogen pada hama yang paling banyak mendapat perhatian adalah Bacillus thuringiensis (sering disingkat Bt). Bakteri ini telah terbukti efektif untuk pengendalian larva hama tanaman ordo Lepidoptera. Bakteri Bacillus thuringiensis telah digunakan untuk pengendalian hama kubis (trichoplusia sp).

Pengendalian Hama Terpadu (PHT) PHT menggabungkan berbagai macam cara pengendalian hama, untuk: Mencegah kemungkinan terjadinya permasalahan hama. Mengurangi jumlah permasalahan hama jika sudah terjadi. Menggunakan pengendalian alami untuk mengatasi permasalahan yang sudah terjadi.

Setiap bagian dalam lingkungan berkaitan erat dengan setiap bagian lainnya, termasuk manusia. Apa yang terjadi pada satu bagian dari sistem atau lingkungan akan mempengaruhi bagian-bagian lainnya dari sistem atau lingkungan tersebut. Ini adalah filosofi yang penting dalam PHT dan masa depan yang berkelanjutan. Jadi, untuk berhasilnya PHT kita haruslah memahami bagaimana setiap bagian dalam sistem bekerja dan bagaimana mereka saling bekerjasama. (Misalnya, tanah, serangga, tanaman dan pepohonan, burung, binatang, air, manusia, teknologi).

Sistem PHT akan membantu untuk: Mengurangi penggunaan sumber daya dan produk yang mahal, karena lahan akan merawat dirinya sendiri secara terus-menerus, serta sumber daya yang dibutuhkan lebih banyak berasal dari sumber daya local. Memperbaiki kualitas tanah, tumbuhan dan lingkungan. Meningkatkan produksi dari tanah secara keseluruhan. Meningkatkan keanekaragaman dan daya tahan terhadap hama, penyakit dan cuaca ekstrim.

Meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat sekitarnya.

Pengendalian Hama Terpadu dapat diterapkan di kebun rumah skala kecil, kebun untuk pasar, hingga lahan pertanian skala besar seperti padi, tanaman buah-buahan dan juga untuk keseluruhan sistem.

3. Contoh Penyakit pada tanaman pangan, hortikultura, atau perkebunan yang dianggap penting. Jelaskan mengapa dianggap penting, dan jelaskan bagaimana

penanggulangannya!. Jawab : Tanaman Perkebunan Penggerek buah kakao merupakan hama utama tanaman kakao dan paling banyak menyebabkan kehilangan hasil. Baru saja diketahui masuk di Provinsi Bengkulu, menunjukkan bahwa semua areal perkebunan telah mendapatkan serangan PBK. Serangan pada bulan April 1999 masih rendah (9,87%) kemudian meningkat pada bulan Mei (27,50%) dan pada bulan Juni (32,63%). Cara pengendalian yang dapat diterapkan adalah rampasan buah di luar musim buah utama, penggunaan musuh alami semut hitam Dolichoderus thoracicus dan parasitoid telur

Trichogrammatoidea bactrae fumata dan atau dengan insektisida piretroid sintetik.

Tanaman Hortikultura Menurut laporan setengah bulanan yang diterima Direktorat Perlindungan Hortikultura dari daerah-daerah sentra produksi sayuran, rerata kumulatif luas tambah serangan (LTS) OPT pada tanaman tomat selama 4 tahun terakhir (2001 2004*) mencapai 2.887 ha/th. Adapun OPT utama yang menyerang pada tanaman tomat tersebut, antara lain ; ulat buah (Helicoverpa armigera Hubn.), lalat buah (Bactrocera sp.), kutu daun (Myzus persicae), penyakit busuk daun (Phytophthora infestans), layu fusarium (Fusarium sp.), layu bakteri (Ralstonia solanacearum sinonim Pseudomonas solanacearum), bercak kering (Alternaria solani), dan penyakit yang disebabkan oleh virus.

Tanaman Pangan Penggerek batang padi, ada 6 jenis penggerek batang padi : Scripophaga incertulas, Scripophaga innonata, Chilo suppressalis, Chilo polychrysam, Chilo auricillus, Sesamia inferens. Dianggap penting karena penggerek batang padi menyerang tanaman yang merupakan tanaman utama yang dikonsumsi oleh masyarakat yakni padi. Daya rusak dari hama ini juga cukup besar sehingga sangat penting untuk diperhatikan. Cara pengendalian dari hama penggerek batang padi adalah : Pola tanam (dusahakan untuk tanam serentak) Pengendalian fisik dan mekanik Eradikasi Biologi Kimiawi

You might also like