You are on page 1of 16

07/06/12

Penerbit Syauqipress : KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP AGAMA

Penerbit Syauqipress Rubrik : Artikel

KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP AGAMA


Rabu, 24 Oktober 07 - by : syauqi KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP AGAMA Oleh : Fadlolan Musyaffa, MA.[ * ]

Pendahuluan Manusia mempunyai 2 (dua) fungsi; individu dan sosial. Dalam fungsinya sebagai makhluk individu, manusia mempunyai hak untuk memenuhi kebutuhan pribadinya, misalnya pendidikan, kesehatan, kebahagiaan dan sebagainya. Di sisi lain, manusia juga harus memerankan fungsinya sebagai makhluk sosial yang hidup dan berinteraksi dengan masyarakat. Dalam kehidupan masyarakat ini, manusia akan menjalani proses alam untuk berkembang. Dalam proses berkembang ini, tentu saja masyarakat memerlukan suatu pedoman yang mengatur lajur dinamika yang ada. Sehingga aktifitas manusia akan menjadi teratur sesuai dengan aturan yang ada. Bisa dibayangkan kalau kehidupan bermasyarakat tidak ada aturan. Problem akan datang silih berganti. Ini sudah menjadi sunnatullah yang tidak bisa dipungkiri. Allah Swt telah memuliakan manusia dengan akal dan nurani. Ia sebagai pengontrol utama atas semua yang berlaku dalam aktifitas manusia. Namun, dalam prakteknya, posisi dan peran akal sebagai pengontrol perilaku positif ini- seringkali terkalahkan oleh nafsu dan kehendak syaitan. Maka tidak mengherankan ketika kemaksiatan terjadi dimana-mana. Kemaksiatan yang terjadi merupakan dampak yang ditimbulkan oleh pertentangan yang luar biasa antara akal dan nafsu. Ketika akal dominan, maka perilaku positif yang akan terjadi. Sebaliknya, jika nafsu mendominasi akal, kemaksiatan akan merajalela. Oleh karenanya, manusia perlu mendapatkan blue print aturan yang bisa mengatur dan mengendalikan kemaksiatan yang timbul. Sehingga peran akal bisa dioptimalkan. Ketika manusia hidup di dunia, maka di sana ia akan dihadapkan kepada beragam problematika dan tuntutan hidup. Banyak keinginan dan kesenangan yang diinginkan. Juga, aktifitas menerjang syariat seiring dengan tuntutan yang ada- bukanlah perkara yang mustahil. Ia hidup di tengah masyarakat, ia bergumul dengan beragam tuntutan hidup, dan ia juga mempunyai hak dan kewajiban. Di sinilah seringkali manusia tertuntut untuk mencapai taraf dan keadaan yang ideal. Terutama dalam kehidupan masyarakat, akan sangat mungkin terjadi benturan (clash) antara individu satu dengan lainnya. Tuntutan dan keinginan seseorang kadangkala tidak singkron dengan keadaan dan lingkungan. Apalagi, pada zaman global seperti sekarang ini, persaingan yang terjadi dalam tataran praksis sangatlah ketat. Siapa yang cepat dan tanggap membaca peluang, maka ia akan mendapatkannya. Dan implikasinya dalam kehidupan, yang kuat seringkali menindas yang lemah, kesenjangan
syauqipress.com/cetak.php?id=11 1/16

07/06/12

Penerbit Syauqipress : KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP AGAMA

antara si kaya dan si miskin menjadi sangat kentara dan sebagainya. Di sinilah syariat datang menyapa umat dan memberikan pedoman hidup yang mengatur dinamika umat manusia. Keragaman yang ada, hendaknya diposisikan sebagai keragaman yang positif untuk saling berinteraksi dan mengenal. Sebagaimana firman Allah Swt: 013 : ) ) Artinya: Wahai umat manusia, sesungguhnya telah kami ciptakan kalian (terdiri dari) lakilaki dan perempuan. Dan Kami telah jadikan kalian bersuku-suku dan berkelompok supaya kalian bisa saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah Swt adalah ketaqwaan kalian kepada Allah Swt. sesungguhnya Allah Swt adalah Dzat yang Maha Mengetahu (QS. Al-Hujurat:13). Oleh karenanya, dari dulu, Allah Swt selalu mengutus para rasul kepada masyarakat untuk membawa risalah ilahi. Risalah tersebut berperan sebagai undang-undang yang menjadi mainstream keberagaman yang ada pada masyarakat. Sehingga kehidupan masyarakat bisa berjalan selaras, serasi dan seimbang dalam koridor yang telah ditentukan oleh Allah Swt [ ].

AGAMA DI MASA MODERN Di masa modern sekarang agama adalah kebutuhan pokok yang tidak bisa lupakan, bahkan tidak sesaat-pun manusia mampu meninggalkan agamanya, yang mana agama adalah pandangan hidup dan praktik penuntun hidup dan kehidupan, sejak lahir sampai mati, bahkan sejak mulai tidaur sampai kembali tidur agama selalu akan memberikan bimbingan, demi menuju hidup sejahtera dunia dan akhirat. Kebutuhan manusia terhadap agama disini tidak sekedar sebagaimana butuhnya materi, melainkan lebih dari itu, karena sepiritual adalah sebelum segala-galanya. Agama adalah pembimbing manusia sepanjang waktu, terutama dalam waktu sedih dan kejiwaan yang tidak menetu, maka hanya agama yang membimbing menuju Tuhannya, dan hanya Allah-lah yang mendengar segala doa dan permohonannya. Sebagaimana firman Allah Swt: 60 ) ) Artinya : Tuhanmu berkata : Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan memenuhinya (QS Al Ghafir :60)

MAQASHID SYARIAH (TUJUAN SYARIAT) Dalam al-Muwfaqat-nya, Imam Syatibi telah menyitir bahasan tentang Maqashid Syariah; "Maqashid terbagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu, maqashid yang kembali kepada syara' dan maqashid yang kembali kepada mukallaf. Dari perspektif syara', maqashid tersebut
syauqipress.com/cetak.php?id=11 2/16

07/06/12

Penerbit Syauqipress : KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP AGAMA

terwujud dalam bentuk adanya undang-undang yang diletakkan sebagai dasar dan pedoman hidup. Dengan kata lain, pedoman tersebut sekaligus sebagai taklif (beban) yang wajib ditunaikan oleh mukallaf. Sebelum kami membincang banyak tentang hal ini, ada baiknya kita telaah lebih dalam tentang maqshid itu sendiri. Apapun yang dibebankan Allah Swt adalah demi kemashlahatan hamba-Nya, baik di dunia maupun akhirat. Al-Quran dan al-Hadits yang kemudian diramu dengan beragam hasil ijtihad para ulama, bukanlah teks yang mati. Dengan kata lain, ia merupakan teks hidup yang akan selalu relevan menjadi aturan dan undang-undang bagi keberlangsungan hidup manusia di dunia untuk investasi kehidupan akhirat kelak. Dalam masalah kemashlahatan, para ulama Ahli Kalam berbeda pendapat. Menurut Imam Arrazi, hukum-hukum yang telah ditetapkan oleh Allah Swt bukan semata-mata karena demi aktifitas umat manusia. Lain halnya dengan Mu'tazilah. Menurutnya, semua yang ditetapkan oleh Allah Swt kembali kepada kemashlahatan hamba dalam kehidupannya di dunia untuk bekal kehidupan akhirat kelak. Pendapat inilah yang kemudian dipegang oleh mayoritas ulama dekade akhir. Secara umum bisa dikatakan bahwa illat atau alasan adanya ketetapan Allah Swt adalah untuk mengatur aktifitas manusia agar selalu dalam koridor yang digariskan syara'. Begitu juga dalam pendelegasian rasul kepada umat manusia. Sebagaimana firman Allah Swt: 213 : ) ) Artinya: Manusia itu adalah umat yang satu (setelah timbul perselisihan), setelah timbul perselisihan maka Allah mengutus para Nabi, segagai pemberi khabar gembira dan pemberi peringatan... (QS al Baqarah: 213) 165 : ) ) Artinya: Mereka kami utus selalu.... Rasul-Rasul sebagai pembawa berita dan pemberi peringatan, agar supaya tidak ada alasan manusia membantah Allah setelah diutus seorang Rasul (QS an-Nisa :165) 107 : ) ) Artinya: Tidak kami utus kepadamu kcuali sebagai rahmat bagi alam semesta (QS alAmbiya : 107) : ) 007) Artinya: Dan Dialah yang enciptakan langit dan bumi dalam waktu enam hari,dan adalah Arsy-Nya di atas air, agar ada Dia mengajar siapakah diantara kamu yang lebih baik
syauqipress.com/cetak.php?id=11 3/16

07/06/12

Penerbit Syauqipress : KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP AGAMA

amalnya... (QS Hud : 7) 056 : ) ) Artinya: Tidak kami jadikan jin dan manusia, kecuali untuk patuh dan menyembah kepada Allah (QS al-Dzariyat: 56) .) 002 : ) Artinya: Allah-lah yang menciptakan mati dan hidup, agar ada Dia mengajar siapakah diantara kamu yang lebih baik amalnya..Dia-lah yang maha Agung dang maha Pengampun. (QS al-Mulk: 2) Lebih lanjut lagi, Allah Swt sudah menyitir tentang alasan-alasan disyariatkan beberapa kewajiban kepada mukallaf. 006 : ) ) Artinya: Allah tidak hendak menjadikan kesulitan kepada kamu, tetapi hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nimat-Nya (QS al-Maidah: 6) 183 : ) ) Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu puasa sebagaimana diwajibkan kepada kepada orang-orang sebelum kalian, agar kalian bertaqwa (QS al Baqarah: 183) 045 : ) ) Artinya: Tegakkanlah shalat, sesungguhnya shalat akan menjaga dari keburukan dan kemungkaran (QS al-Ankabut: 45) 150 : ) ) Artinya: ...Maka palingkanlah wajhmu ke arahnya, agar tidak ada hujjah bagi manusia atas kamu (QS. Al-Baqarah:150) 039 : ) ) Artinya: Telah di izinkan perang bagi orang-orang yang diperangi, sesungguhnya mereka telah di aniaya (QS. Al-Haj:39) 179 ) ) Artinya: Dan dalm qishas itu ada jaminan kelangsungan hidup bagimu, hai orang-orang yang berakal, supaya kamu beriman (QS. Al-Baqarah: 179) 172 : ) ) Artinya: Bukankah Aku adalah Tuhanmu, mereka menjawab Ya Kami bersaksi, kami lakukan yang demikian itu, agar dihari kiyamat nanti kamu tidak mengatakan: Sesungguhnya kami dalam hal ini lengah terhadap ke-Esaan Tuhan (QS. Al-Araf: 172)
syauqipress.com/cetak.php?id=11 4/16

07/06/12

Penerbit Syauqipress : KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP AGAMA

Ayat-ayat tersebut di atas menunjukkan bahwa semua ketetapan Allah Swt atas manusia pasti mempunyai implikasi positif yang berpulang kepada mukallaf. Oleh karenanya, tidak salah kalau dikatakan bahwa al-Quran merupakan way of life. Al-Qur'an berisi petunjukpetunjuk global yang mengatur aktifitas manusia. Al-Quran diterjemahkan oleh al-Sunnah yang kemudian dielaborasi dengan ijtihad para ulama. Beberapa permasalahan yang berkaitan dengan Maqshid al-Syariah : Masalah Pertama Kewajiban yang dibebankan syara' kepada mukallaf berpulang kepada upaya untuk mengejawantahkan maksud dan tujuan penciptaan manusia. Maksud dan tujuan ini terdiri atas: 1. Dzarriyyt 2. Hjiyat 3. Tahsniyyt Dzarriyyat merupakan tingkatan tertinggi dalam maqshid syariah. Ia merupakan penentu adanya kemashlahatan dunia dan akhirat. Kalau misalnya dzarriyyat ini hilang, tentu saja akan memberikan ekses negatif bagi manusia. Di dunia, hal itu dalam wujud hilangnya kemashlahatan, misalnya mati, cedera dan sebagainya. Sedangkan di akhirat, hilangnya dzarriyyat memberikan implikasi negatif menyangkut kehidupan surga dan neraka. Ada 2 (dua) kategori dalam menjaga fungsi dzarriyyat ini, yaitu: a. Menunaikan rukun dan kaidah pokok dari sebuah aktifitas. Kedua hal ini merupakan representasi dari adanya suatu aktifitas. Jadi, kalau rukun dan kaidah pokoknya hilang, tentu saja sebuah aktifitas dianggap tidak ada. b. Mengeliminir hal-hal yang bisa menyebabkan hilang atau kurang optimalnya hasil dari suatu aktifitas. Marilah kita mengulas lebih jauh tentang maqashid syariah pada level pertama, yaitu dzarriyyat. Pokok-pokok dari ibadah (Ushl al-Ibdat), seperti iman, melafadzkan syahadat, sholat, zakat, puasa dan haji, secara hakikat kembali kepada upaya untuk menjaga eksistensi agama. Aktifitas tersebut merupakan hal yang primer dalam syariat Islam. Tanpanya, maka bagian terpenting dalam agama telah hilang. Kemudian, dt (kebiasaan). Ini sebagai upaya untuk menjaga kemashlahatan jiwa raga dan akal, misalnya makan, minum, pakaian, tempat tinggal, kesehatan dan sebagainya. Senada dengan dt, keberadaan harta benda juga memberikan pengaruh besar dalam kehidupan manusia. Hal-hal yang bersifat material mempunyai peran yang sangat besar karena ia merupakan fasilitas yang memberikan kemudahan bagi manusia dalam memenuhi
syauqipress.com/cetak.php?id=11 5/16

07/06/12

Penerbit Syauqipress : KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP AGAMA

kebutuhannya secara efektif. Termasuk dalam kategori dzarriyyt adalah muamalah dan jinayat. Kemashlahatan muamalah ini kembali kepada usaha mendapatkan hak, dari individu yang satu kepada yang lain dengan cara yang legal sesuai dengan ketentuan syara, misalnya jual beli, persewaan dan sebagainya. Sedangkan jinayat, sisi kemashlahatannya kembali kepada perlindungan kepada mukallaf untuk menjaga kelangsungan hidupnya dari tindak kriminal yang terjadi, misalnya qishs, diyat, had dan sebagainya. Dari sini bisa disimpulkan bahwa maqshd syariah pada level pertama (dzarriyyt) terdiri atas upaya menjaga agama, jiwa raga, keturunan, harta dan akal. Maqashid pada level kedua adalah hjiyt. Hjiyt mempunyai makna bahwa keberadaannya memberikan dampak kepada kenyamanan dan kemudahan bagi mukallaf dalam menunaikan kewajiban yang dibebankan syara. Kalau hal ini tidak ada dalam rangkaian maqshid syariah, maka mukallaf akan mendapatkan kesulitan yang luar biasa dalam menunaikan taklif meskipun tidak sampai kepada hilangnya kemanfaatan. Hjiyt ini terdapat pada ibadah, kebiasaan, muamalah dan jinayat. Dalam masalah ibadah, misalnya rukhsoh dalam bentuk keringanan untuk tidak berpuasa bagi mukallaf yang sakit atau dalam perjalanan Dalam adat dan kebiasaan, misalnya manusia diperbolehkan untuk berburu hewan yang halal, mencari pendapatan, pakaian, rumah dan sebagainya Dalam muamalah, misalnya qiradl, musqqah, dan salam Dalam jinayat, misalnya kewajiban seseorang membayar denda atas barang yang dirusakkan. Maqshid pada level ketiga yaitu tahsnt. Ia mempunyai makna bahwa keberadaannya adalah sebagai pelengkap yang berfungsi sebagai hiasan dan accessories untuk menunjang keindahan atas sebuah aktifitas. Tahsnt inipun juga berlaku pada ibadah, kebiasaan, muamalah dan jinayat. Dalam ibadah, misalnya menghilangkan najis, menutup aurat, memakai sesuatu yang indah, melakukan sholat sunnah, sodaqah dan sebagainya Dalam adat, misalnya adab makan dan minum, menjauhkan makanan dan minuman dari tempat yang kotor, tidak berlebihan dalam melakukan apapun Dalam muamalah, misalnya larangan jual beli sesuatu yang haram, resiko seorang hamba yang tidak bisa menjadi saksi, resiko seorang perempuan yang tidak bisa menjadi pimpinan, dan sebagainya. Dalam jinayat, misalnya larangan mengeksekusi orang merdeka lantaran membunuh budak, larangan membunuh perempuan dan anak-anak dalam peperangan. Contoh-contoh tersebut bukan merupakan hal yang sangat mendasar. Namun ia lebih sebagai hiasan atau melengkapi aturan-aturan pokok, baik pada dzarriyyt atau hjiyt.

syauqipress.com/cetak.php?id=11

6/16

07/06/12

Penerbit Syauqipress : KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP AGAMA

Masalah Kedua Ketiga jenis maqashid syariah dzarriyyt, hjiyt dan tahsnt - mempunyai fungsi akumulatif sebagai pelengkap dan penyempurna antara satu sama lain. Misalnya, syarat keseimbangan dalam qishas, bukanlah hal yang sangat prinsip. Ini hanya menjadi penyempurna saja dalam menegakkan syariat Islam. Begitu juga dengan mahar mitsl , ujroh mitsl , larangan minum arak meskipun dalam kadar ringan, larangan riba, anjuran melaksanakan sholat jamaah, dan sebagainya. Jadi, kalau kita teliti lebih jauh, ketiga jenis maqashid mempunyai posisi yang saling menguatkan antara satu dengan yang lain.

MENGELIMIR KESULITAN DALAM MENUNAIKAN KEWAJIBAN

Pertama: Mengeliminir Kesulitan Kesulitan (haraj) ini mempunyai makna kondisi yang menyulitkan dan menyempitkan. Sebagaimana dalam firman Allah Swt: 125 : ) ) Artinya: Menjadikan dadanya sesak dan sulit (QS. Al-Anam: 125) Yang dimaksud dengan mengeliminir kesulitan di sini adalah memberikan kemudahan kepada mukallaf dalam menunaikan kewajibannya dengan menghilangkan segala hal yang menyulitkan atau menghalangi mukallaf dalam menunaikannya secara optimal. Macam-macam Kesulitan (Masyaqqah) Tidaklah semua yang menyulitkan mukallaf dalam menunaikan kewajibannya bisa dieliminir. Karena dalam taklif itu sendiri, mukallaf dipastikan akan menghadapi kesulitan (masyaqqah). Namun kesulitan di sini merupakan paket natural yang selalu melekat pada taklif itu sendiri. Masyaqqah dibagi menjadi 2 (dua) bagian: Pertama, kesulitan biasa (masyaqqah mu'tdah) yang dihadapi mukallaf dalam kesehariannya tidak bisa dikatakan masyaqqah yang bisa ditolerir oleh syara' dengan mendapatkan keringanan. Hampir semua taklif yang dibebankan syara' kepada mukallaf, dipastikan mengandung hal-hal yang menyulitkan. Namun kesulitan yang ada hakikatnya merupakan bagian dari paket taklif syara'. Makan, minum, bekerja, membangun rumah, merupakan hal yang sudah biasa dan lazim dalam keseharian manusia. Di sana pasti terdapat kesulitan meskipun pada level yang kecil- dalam meraihnya. Namun itulah hakikat hidup. Berusaha dan optimis dalam meraihnya adalah sebuah keniscayaan. Begitu juga dalam ibadah. Ketika melakukan sholat, mengeluarkan zakat, menjalankan puasa, menunaikan ibadah haji, mukallaf pasti menghadapi kesulitan. Namun kesulitan yang
syauqipress.com/cetak.php?id=11 7/16

07/06/12

Penerbit Syauqipress : KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP AGAMA

ada tersebut menjadi barometer bagi Allah Swt dalam menentukan siapa yang taat di antara hamba-hamba-Nya. Kedua, kesulitan yang tidak biasa (masyaqqah ghairu mu'tdah). Keadaan ini menimbulkan implikasi negatif bagi mukallaf karena menjadi faktor yang menyulitkan bahkan menghalangi-mukallaf dalam menunaikan kewajibannya. Tidak jarang, masyaqqah jenis ini berada di luar kemampuan manusia. Masyaqqah jenis inilah yang ditolerir oleh Allah Swt dengan mendapatkan kemudahan dan keringanan. Rukhsoh (keringanan) ini secara nyata telah ditegaskan Allah Swt dalam al-Quran, alHadits dan beberapa fatwa hasil ijtihad para ulama. Secara garis besar, syara tidak pernah memberikan beban di luar kemampuan hamba-Nya. Hal ini berlaku pada ibadah, muamalah, adat, muamalah dan jinayah. Dalam masalah ibadah, Allah Swt memberikan rukhsoh kepada mukallaf untuk tidak berpuasa, bagi mukallaf yang sakit atau melakukan perjalanan, menjamak dan mengqashr sholat bagi mereka yang melakukan perjalanan dan sebagainya. Dalam adat dan kebiasaan, misalnya Allah Swt membolehkan mukallaf untuk memakan dan mengkonsumsi apapun yang halal dan baik, mencari rezeki dengan cara yang legal dan sebagainya Dalam muamalah, misalnya Allah Swt membolehkan mukallaf melakukan transaksi Salam dan hutang piutang yang tidak berbunga (interest) Dalam masalah jinayat, misalnya Allah Swt memberingankan keringanan sebisa mungkin kepada pelaku kejahatan dengan menetapkan kasus dengan bukti-bukti yang valid, membebankan denda akibat pembunuhan bersalah (qatl al-khata') kepada keluarganya Beberapa landasan adanya keringanan bagi mukallaf dalam menunaikan kewajibannya Al-Quran 157 : ) ) Artinya: ...Dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu yang ad pada mereka (QS. Al-Araf: 157) 286 : ) ) Artinya: Ya Tuhan kami janganlah Engau bebankan kepda kami, beban yang berat sebagaimana beban orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami janganlah Engkau pikulkan kami, apa yang tak sanggup kami memikulnya (QS. Al-Baqarah:286) 185 : ) ) Artinya: Allah SWT tidak memberikan beban kepada seseorang kecuali sekedar kemampuannya (QS. Al-Baqarah:285) 185 : ) ) Artinya: Allah SWTmenjadikan kemudahan atas kalian, tidak menghendaki kepada kalian atas kesulitan (QS. Al-Baqarah:285)
syauqipress.com/cetak.php?id=11 8/16

07/06/12

Penerbit Syauqipress : KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP AGAMA

078 : ) ) Artinya: Allah SWT tidak menjadikan bagi kalian agama yang berat (QS. Al-Haj : 78) 006 : ) ) Artinya: Allah SWT tidak menghendaki untuk menjadikan kalian berat (QS. Al-Maidah: 6) 028 : ) ) Artinya: Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah (QS. A-Nisa:28) Al-Sunnah ) ( Artinya: Mudahkanlah..., janagan engkau susahkan, berilah informasi yang menggembirakan..., jangan menjadikan mereka lari dari agama ) ( Artinya: Tidak pilihan dari Rasulullah atara dua hal, kecuali memilih yang lebih ringan, selagi tidak dilarang ) ( Artinya: ......kecuali memilih yang lebih ringan, selagi Allah tidak melarangnya

Bentuk-bentuk Mengeliminir Kesulitan Secara umum, syara telah menggarisbawahi bahwa kesulitan atau kesusahan, menjadi faktor utama adanya keringanan dalam menjalankan kewajiban. Hal itu disebabkan bahwa Islam merupakan agama yang manusiawi yang selalu memperhatikan hambanya dalam menunaikan kewajibannya sebagai pengabdian kepada Allah Swt. Sholat 5 (lima) waktu secara hakikat merupakan dispensasi yang diberikan Allah Swt kepada umat Nabi Muhammad Saw, setelah sebelumnya Allah mewajibkan 50 (lima puluh) rakaat. Dalam melaksanakan sholat 5 waktu (Dzuhur, Ashar, Maghrib, Isya dan Subuh), secara akumulatif, waktu yang dihabiskan hanya beberapa jam saja. Kalau sehari semalam ada 24 jam, maka manusia hanya diwajibkan untuk menyempatkan beberapa jam saja untuk menunaikan sholat sesuai dengan petunjuk yang telah dicontohkan oleh Rasulullah Saw. Sisa waktu yang ada, bisa dimanfaatkan untuk melaksanakan aktifitas duniawi lainnya. Bahkan dalam konteks tertentu, manusia masih mendapatkan keringanan, misalnya sholat sambil duduk bagi mereka yang tidak mampu berdiri, berbaring bagi yang tidak mampu duduk, kebolehan menjamak dan mengqash sholat bagi mereka yang sedang dalam perjalanan. Puasa Ramadhan hanya diwajibkan selama sebulan di bulan suci Ramadhan. Kewajibannya dibebankan pada siang hari. Di samping sebagai bentuk pengabdian kepada Allah Swt, aktifitas puasa ini sangat positif bagi kesehatan jasmani dan ruhani. Bagi mereka yang
syauqipress.com/cetak.php?id=11 9/16

07/06/12

Penerbit Syauqipress : KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP AGAMA

berhalangan untuk melaksanakannya, baik karena sakit, dalam perjalanan dan sebagainya, maka baginya mendapat keringanan untuk berbuka dan bisa menggantinya di bulan lain sesuai dengan kemampuannya. Bangkai, darah, khamr, daging babi, merupakan barang-barang yang diharamkan oleh Allah Swt karena di dalamnya terkandung zat-zat yang membayakan kesehatan manusia. Namun demikian, dalam keadaan darurat, Allah Swt melegalkannya untuk dikonsumsi demi menjaga kelangsungan hidup selama tidak ada alternatif. Para ulama telah membagi jenis keringanan yang diberikan syara' dalam 7 tingkatan: 1. Gugurnya kewajiban. Misalnya gugurnya kewajiban menunaikan ibadah haji bagi mereka yang tidak mampu, gugurnya kewajiban melaksanakan sholat bagi wanita yang sedang menstruasi dan nifas. 2. Terkuranginya beban kewajiban. Misalnya mengqashr sholat yang bilangannya 4 rekaat menjadi 2 rekaat bagi mereka yang sedang dalam perjalanan 3. Mengganti kewajiban dengan hal lain. Misalnya kebolehan melakukan tayammum dalam keadaan tidak ada air. Posisi tayammum di sini sebagai pengganti kewajiban wudlu 4. Merubah ketentuan yang sudah baku. Misalnya merubah posisi sholat dalam keadaan perang. Dalam keadaan normal, sholat harus menghadap qiblat, tidak demikian dengan dalam keadaan perang berkecamuk 5. Memberikan keringanan. Misalnya kebolehan memakan bangkai dan daging babi dalam keadaan darurat. Hal itu sebagai keringanan demi menjaga kelangsungan hidup 6. Mengumpulkan 2 sholat di awal waktu. Misalnya mengumpulkan sholat Dzuhur dan Ashar di waktu sholat Dzuhur ketika jamaah haji sedang melakukan wukuf di Arafah 7. Mengumpulkan 2 sholat di akhir waktu. Misalnya mengumpulkan sholat Maghrib dan Isya di waktu sholat Isya ketika jamaah haji sedang bermalam di Lembah Muzdalifah 8. Menunda pelaksanaan kewajiban dari ketentuan yang sudah ada. Misalnya orang yang sakit atau dalam perjalanan, boleh tidak berpuasa dan menunda pelaksanaannya sampai mereka sehat bagi yang sakit dan kembali ke kampung halamannya bagi yang sedang dalam perjalanannya Kedua: Meminimalisir Kewajiban Syariat yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw adalah syariat yang manusiawi dan jauh dari hal-hal yang memberatkan mukallaf. Hal itu karena tujuan yang paling mendasar dari adanya kewajiban adalah supaya manusia merasakan dengan melaksanakan kewajibannya itu- kebahagiaan dunia untuk investasi kehidupan akhirat kelak. Maka mukallaf tidak dibebankan kewajiban apapun kecuali masih dalam kadar kemampuannya. Hal tersebut terbukti bahwa beban yang diberikan oleh Allah Swt kepada umat Nabi Muhammad Saw sangatlah sedikit jika dibandingkan dengan apa yang pernah dibebankan Allah Swt kepada umat-umat sebelumnya. Sehingga, dalam tataran praksis, mukallaf tidak pernah merasa terbebani dengan kewajiban yang ada. Ini merupakan rahmat yang diberikan Allah Swt. Hal ini harus dijadikan sebagai manifestasi
syauqipress.com/cetak.php?id=11 10/16

07/06/12

Penerbit Syauqipress : KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP AGAMA

bagi kita untuk terus meningkatkan kualitas ibadah kita kepada Allah Swt. Minimal, hal itu tercermin dalam Rukun Islam yang berjumlah 5. Mengucap 2 kalimat syahadat dengan tulus dari dalam hati nurani, merupakan syarat orang memeluk agama Islam. Dengan demikian, ia akan terjaga darah, harta dan harga dirinya dari hal-hal yang diharamkan syara. Ia secara otomatis- akan dipayungi oleh bendera Islam. Hal ini disebabkan bahwa pengucapan 2 kalimat syahadat merupakan ikrar pengakuan akan Ketuhanan Allah Swt dan kerasulan Nabi Muhammad Saw sebagai pokok ajaran tertinggi dalam Islam. Sholat 5 waktu diwajibkan Allah Swt kepada mereka yang Islam, baligh, dan berakal. Dalam prakteknya, baik waktu pelaksanaan atau detil prosesi sholat tersebut, sangatlah mudah dan praktis sesuai dengan apa yang pernah dicontohkan oleh Rasulullah Saw. Begitu juga dengan prosesi pelaksanaan ibadah haji. Allah Swt telah mewajibkan segenap muslimin untuk menunaikan ibadah puasa di bulan Ramadhan, mulai dari terbitnya fajar sampai dengan terbenamnya matahari. Hanya dalam jenjang waktu inilah para mukallaf dilatih untuk bersabar dalam menahan nafsu perut atau yang lainnya sebagai upaya melatih diri dalam menumbuhkan empati kepada sesama. Di samping itu, puasa sangatlah positif bagi kesehatan organ tubuh manusia. Dengan kata lain, puasa adalah saat tepat untuk mengistirahatkan kinerja tubuh yang selama ini terforsir. Namun demikian, di malam hari, mereka tetap bisa menjalankan aktifitas sebagaimana mestinya. Kemudian yang terakhir adalah zakat. Zakat secara prinsip hanya dibebankan kepada kaum kaya. Dalam pengertian bahwa zakat merupakan beban yang ditanggungkan atas kelebihan harta yang ada. Besar yang harus dikeluarkan tersebut sangatlah kecil, misalnya 2,5 %, dari harta wajib zakat setelah kewajiban-kewajiban lain ditunaikan. Dengan demikian, kewajiban mengeluarkan zakat tidak akan berimbas kepada pailitnya suatu perusahaan atau terbengkalainya kebutuhan-kebutuhan primer. Oleh karenanya dalam firman-Nya, Allah Swt melarang hamba-Nya menanyakan tentang kesusahan yang mereka hadapi dalam menunaikan kewajiban. ) )101( 102 101 )201( ) Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menanyakan (kepada Nabimu) yang jika dijelaskan kepadamu, niscaya menyusahkan kamu dan jika kamu menanyakan di waktu Al Quraan itu sedang ditutunkan, niscaya akan diterangkan kepadamu. Allah memaafkan kamu tentang hal-hal itu, Allah maha pengampun lagi maha penyayang. Sesungguhny telah ada sekelompok kaum sebelum kamu yang menanyakan hal serupa, kemudian mereka pada kafir (tidak percaya) (QS. Al-Maidah: 101-102) Dalam masalah muamalah, syara' telah secara komprehensif membuat blue print tentang ketentuan umum kehidupan manusia dalam interaksinya dengan beragam komunitas yang
syauqipress.com/cetak.php?id=11 11/16

07/06/12

Penerbit Syauqipress : KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP AGAMA

ada, misalnya undang-undang kewarganegaraan, undang-undang Internasional secara umum dan sebagainya. Kaidah tentang kewajiban menunaikan akad 001 : ) ) Artinya: Wahai orang-orng yang beriman, penuhilah janji-janjimu (QS. Al-Maidah:1) Kaidah tentang adanya saling ridlo dalam melakukan transaksi 029 : ) ) Artinya: Wahai orang-orng yang beriman, janganlah kamu saling makan harta diantara kamu denagan cara yang batil, kecuali kamu menjalankan perdagangan dengan cara saling ridho (suka-sama suka) QS. Annisa:29). 004 : ) ) Artinya: Apabila diantara mereka menyerahkan kepada kamu sebahagian dari meskawin itu dengan senang hati, maka ambilah (makanlah) pemberian itu sebagai makanan yang leyat dan baik akibatnya (QS. Annisa:4). ) ( Artinya: Tidak halal bagi seseorang kecuali dengan ihlasnya hati Kaidah tentang larangan melakukan transaksi yang mengandung unsur riba 275 : ) ) Artinya: Allah telah menghalalkan jual beli, dan mengharamkan riaba ) ( Artinya: Rasulullah saw. Melarang menipu dalam jual beli Itulah salah satu contoh kecil beberapa kaidah yang tersurat dalam al-Quran dan alHadaits. Ketentuan yang ada sangatlah global. Secara detil, para ulama telah melakukan ijtihad dan pengkajian secara mendalam atas beragam masalah dengan berdasarkan atas teks atau nash yang ada baik dari al-Quran atau al-Hadits. [ ]

PROSESI IBADAH DAN MUAMALAH MASYARAKAT INDONESIA Islam dibawa oleh para kaum sufi yang berdagang ke wilayah Indonesia sekitar abad 14 M (8 H). Para pedagang tersebut berasal dari India dan Yaman. Sebagian dari mereka, merupakan golongan dari Walisongo yang tersebar di beberapa belahan wilayah Indonesia. Dalam prakteknya, mereka menyebarkan ajaran Islam kepada masyarakat Indonesia sesuai dengan kondisi sosio-kultural yang ada. Karena ajaran agama sebelumnya (Hindu dan Budha) sudah mendarahdaging dalam aktifitas keseharian mereka, maka metode dakwah yang diterapkan pun menyesuaikan dengan kultur yang ada. Secara perlahan-lahan, metode persuasif yang dikembangkan dengan sangat apik, bisa diterima oleh masyarakat. Bahkan tidak jarang, para Walisongo ini mengadopsi tradisi dan
syauqipress.com/cetak.php?id=11 12/16

07/06/12

Penerbit Syauqipress : KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP AGAMA

adat-istiadat Hindu dan Budha dan selanjutnya diakselerasikan dengan ajaran Islam. Dengan begitu maka masyarakat akan dengan mudah menerima kehadiran Islam. Cara ini ternyata ampuh. Dengan sangat mengejutkan, banyak sekali masyarakat Indonesia yang berbondong-bondong memeluk agama Islam. Ketika para penjajah menduduki wilayah Indonesia sekitar 350 tahun, keadaan berubah. Mesipun tidak sedikit anggota masyarakat yang bisa diperalat oleh mereka, namun sebagian besar dari mereka memilih untuk tidak melakukan kompromi dengan penjajah. Terutama bagi mereka yang notabene baru mengenal Islam, tidak ada tempat pelarian bagi mereka kecuali melarikan diri ke daerah-daerah terpencil yang sekiranya tidak terendus oleh para penjajah. Bahkan tidak jarang mereka yang melarikan diri ke gua-gua dan daerah pegunungan untuk menenangkan diri dan terus memperdalam keislaman mereka. Mereka telah antipati dan berkomitmen untuk tidak melakukan kompromi dalam bentuk apapun dengan penjajah. Secara garis besar, ajaran yang dikembangkan Walisongo di tengah masyarakat merupakan ajaran Ahlussunnah wal Jamaah. Meskipun demikian, aliran ini bukanlah satu-satunya aliran yang tumbuh dan berkembang di Indonesia. Ada aliran lain, misalnya Salafiyah. Ia mempunyai jumlah pengikut yang cukup signifikan dan secara terang-terangan melakukan perlawanan terhadap para penjajah. Di sisi lain, mereka juga melakukan perlawanan ideologi menentang aliran Syafi'iyah dan Maturidiyah yang telah lebih dulu berkembang di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh perbedaan ajaran yang dijadikan mainstream oleh masing-masing kelompok yang ada. Secara umum, Salafiyah mempunyai perbedaan yang cukup prinsip dengan Ahlussunnah wal Jamaah, di antaranya tentang tasauf, kecintaan kepada Ahli Bait, fadzilul 'a'ml (amalan-amalan yang utama) dan sebagainya. Kedatangan Wahabiyah juga memberikan warna baru bagi dunia keislaman di Indonesia. Mereka melakukan transformasi atas madzhab Hambali dalam Ilmu Fikih dan Taimiyah dalam Ilmu Tauhid. Salafiyah Kontemporer pada kurun berikutnya- membawa mainstream berpikir yang diusung oleh Muhammad Abduh dan muridnya, Rasyid Ridho, dengan semangat pembaharuannya yang pada akhirnya mereka memutuskan untuk tidak bermadzhab, baik dalam masalah Fikih atau Tauhid. Inilah perang ideologi yang terjadi di dalam tubuh kaum muslimin di Indonesia pada dekade awal. Meski demikian, mereka bersatu untuk mengerahkan kekuatan yang ada melawan kependudukan penjajah yang hendak menguasai bumi Indonesia. Sampai akhirnya, jatuhlah kemenangan ke tangan Indonesia, yang ditandai dengan pembacaan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 oleh Presiden Soekarno. Dalam perkembangannya, 'perang ideologi' dalam tubuh umat Islam terus berkepanjangan. Hal ini berangkat dari perbedaan madzhab berikut dengan mainstream yang ada. Sampai akhirnya, lahirlah 3 Organisasi Masyarakat (Ormas) terbesar di Indonesia, yaitu Nahdlatul
syauqipress.com/cetak.php?id=11 13/16

07/06/12

Penerbit Syauqipress : KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP AGAMA

Ulama (Organisasi Masyarakat dengan jumlah konstituen lebih kurang 80 juta jiwa. Organisasi ini lahir dan berkembang dari tradisi-tradisi masyarakat dan pondok-pondok pesantren), Muhammadiyah (Organisasi Masyarakat terbesar kedua setelah Nahdlatul Ulama. Ia mempunyai konstituen sekitar 30 juta jiwa. Berbeda dengan Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah lahir dan berkembang dari lembaga-lembaga pendidikan modern) dan Persatuan Islam (Ia merupakan perkumpulan para Kaum Wahabi yang ada di Indonesia yang infrastrukturnya tertata dengan baik dan telah mempunyai beberapa cabang di kotakota besar). Meskipun dalam beberapa hal ketiga Ormas ini berbeda, namun mereka bisa berkompetisi secara aktif dan positif. Hal itu tidak sampai berimbas kepada persoalan serius, meskipun di kampung, perbedaan 3 aliran dari Ormas ini masih menjadi permasalahan serius. Sebagian besar dari anggota masyarakat di pedesaan, menganggap perbedaan ketiga aliran ini seolah-olah menjadi perbedaan ideologi yang harus diberi sekat. Namun, perlahan-lahan hal itu bisa tereliminir seiring dengan berkembangnya pola berpikir masyarakat yang sudah tersistematis dengan sangat baik. Justru perbedaan ini secara tidak langsung- memberikan pelajaran bahwa agama Islam sangat warna-warni. Hal ini menunjukkan bahwa sesama muslim sekalipun berbeda aliran- dituntut untuk bisa saling menerima perbedaan. Oleh karenanya dialog antar Ormas mutlak diperlukan dengan tujuan untuk mengkomunikasikan persoalan global kepada segenap elemen secara merata. [ ]

KEBUTUHAN AKAN HUKUM YANG RELEVAN Seiring dengan berkembangnya zaman, saat ini umat Islam telah tersebar di berbagai belahan dunia. Tentu saja, hal ini akan memberikan pengaruh besar secara langsung kepada kondisi sosial kemasyarakatan. Misalnya, dinamika negara-negara di belahan Asia, berbeda dengan negara-negara Arab Eropa. Inilah kenyataan hidup. Keadaan ini selanjutnya akan memberikan pengaruh kepada masing-masing individu (muslim) dalam mengejawantahkan nilai-nilai keislaman. Bagi mukallaf yang berdomisili di negara dengan muslim sebagai kaum mayoritas, pengaplikasian nilai-nilai keislaman tidaklah menjadi masalah. Lain halnya dengan mereka yang hidup di negara di mana muslim sebagai kaum minoritas. Lagi-lagi, Islam selalu memberikan kemudahan dan keleluasaan bagi umat Islam untuk bisa menjalankan syariat secara baik, dimanapun mereka berada. Syara tidak memberikan paksaan dan tuntutan kepada mukallaf untuk mengaplikasikan nilai-nilai universal keisalaman secara letterlijk karena hal itu akan memberikan dampak buruk baginya. Keberadaan syariat Islam adalah sebagai undang-undang global yang mengatur kehidupan manusia. Syariat bersifat mengikat dan feleksibel. Dengan kata lain bahwa aturan yang telah ditetapkan syara' harus dijalankan secara baik sesuai dengan kondisi dan kemampuan yang ada. Hal ini tentu saja sangat beralasan karena syara' sangat memperhatikan kondisi masing-masing individu. Kalau diibaratkan dengan dokter, resep yang diberikan dokter,
syauqipress.com/cetak.php?id=11 14/16

07/06/12

Penerbit Syauqipress : KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP AGAMA

tentu saja disesuaikan dengan kondisi fisik masing-masing pasien sesuai dosisnya. Setelah didiagnosa, maka akan diketahui bagaimana kondisi pasien bagaimana dan jenis obat apa yang layak diberikan. Bukankah di awal kali pembebanan taklif, Allah Swt telah menyerukan kepada mukallaf untuk mengenal terlebih dahulu hal-hal yang baik dan buruk sekaligus implikasi yang ditimbulkan. Seruan ini mengisyaratkan bahwa seorang mukallaf akan mempunyai opsi dan alternatif dalam menjalankan aktifitas hidupnya. Dengan demikian ia akan memahami bahwa aturan-aturan yang telah digariskan oleh Allah Swt merupakan pedoman ideal bagi umat manusia yang selalu memberikan kemashlahatan hidup. Tidak ada benturan (clash) antara pedoman yang ada dengan nilai-nilai kemanusiaan. Keduanya berjalan seiring dan selaras. Sebagimana firman Allah Swt: : ) 022) Artinya: Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai aatap, dan Dia menurunkan air hujan dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu mengeluarkan buah-buahan sebagai rizki untukmu... (QS. Al-Baqarah:22). ) 032 : ) Artinya: Allah-lah yang menciptakan langit dan bumi dn menurunkan adari langit air yang bisa mengeluarkan buah-buahan sebagai rizki kalian, dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu, supaya bisa berlayar dilaut atas perintahnya (QS. Ibrahim:32). 034 : ) ) Artinya: Seandainya kamu menghitung nikmat yang diberikan Allah, niscaya tidak mampu menghitungnya (QS. Ibrahim:34). 010 : ) ) Artinya: Dia-lah tang menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebagian dari air tsb untuk minuman, dan sebahagian bisa menyuburkan tumbuh-tumbuhan untuk menggembala ternakmu (QS. Annahl:10). Dalam ayat lain, Allah Swt juga sudah menyitir bahwa anugerah yang telah diberikan-Nya, bisa dikonsumsi oleh umat manusia. Hal ini sekaligus menjadi modal dan investasi bagi kehidupan di akhirat. Keberadaan hal-hal yang bersifat duniawi ini, sekaligus menjadi ujian bagi umat manusia. ) 024 : ) Artinya: Sesungguhnya perumpamaan kehidupan dunia itu, bagaikan hujan yang Kami turunkan dari langit, kemudian bercampur dengan tumbuh-tumbuhan yang ad dibumi, yang sebahagian dimakan manusia dan ternak, hingga apabila bumi itu telah sempurna
syauqipress.com/cetak.php?id=11 15/16

07/06/12

Penerbit Syauqipress : KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP AGAMA

keindahannya dan memakai perhiyasannya, dan pemilik-pemiliknya mengira bahwa mereka pasti menguasainya, tiba-tiba datang kepadanya adzab Kami diwaktu malam hari atau siang hari, lalu Kami jadikan tanama-tanaman itu seperti di sabit, seakan belum tumbuh sebelumnya. Demikianlak Kami menjelaskan kekuasaan Kami kepada orang-orang yang berfikir. (QS. Yunus:24). 36 ) ) Artinya: Sesungguhnya kehidupan dunia ini ahanya permainan dan kesenangan (QS. Muhammad:36). 064 : ) ) Artinya: Tidak ada kehidupan dunia ini ahanya permainan dan kesenangan, dan sesungguhnya tempat tinggal di akhirat adalah tempat kehidupan, apabila kamu mengerti (QS. Al-Ankabut: 64). Intinya bahwa semua yang telah dianugerahkan oleh Allah Swt kepada mukallaf, memberikan dampak yang berbeda. Semuanya berpulang kepada mukallaf; sejauh mana ia mampu mengoptimalkan anugerah yang ada?. Jika kita menelaah lebih dalam tentang syariat Islam, maka nilai universal yang diusung adalah keadilan. Dengan kata lain bahwa syara telah memberikan beragam alternatif kepada mukallaf untuk menjawab pelbagai fenomena hidup. Ketika mukallaf dihadapkan kepada sebuah dilema, maka syara pun telah menawarkan beragama alternatif untuk menjawabnya. Intinya, syariat merupakan solver ampuh yang akan selalu relevan sampai kapanpun, dimanapun dan dan dalam kondisi apapun. Dalam konteks keindonesiaan misalnya, masyarakat Indonesia sejak dulu menganut 4 (empat) madzhab (Hanafi, Maliki, Syafi'i dan Hambali) yang diperoleh dari ajaran para ulama yang alim di bidangnya. Al-Quran dan al-Hadits merupakan 2 (dua) referensi utama dalam syariat Islam. Teks yang ada memang sangat global. Namun, madzhab 4 (empat) telah melakukan elaborasi dan ijtihad yang kemudian dituangkan dalam bentuk disiplin Ilmu Fikih, Hadits, Tafsir dan sebagainya. 4 (empat) madzhab ini dianggap efektif dalam memberikan petunjuk beragama bagi masyarakat Indonesia. Negara Indonesia merupakan negara republik. Kondisi sosial-kemasyarakatannya pun sangat berbeda dengan kondisi negara-negara Arab secara umum. Begitu kompleks. Namun demikian, kehadiran 4 (empat) madzhab yang merupakan mainstream ajaran Ahlussunnah Wal Jamaah ini memberikan warna yang sangat dominan bagi mereka untuk tet Penerbit Syauqipress : http://www.syauqipress.com Versi Online : http://www.syauqipress.com/?pilih=lihat&id=11

syauqipress.com/cetak.php?id=11

16/16

You might also like