You are on page 1of 20

Word to PDF - UnRegisteredKONSEP LAPORAN

.1. PENCEMARAN SUMBER AIR BAKU Pencemaran lingkungan hidup adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Sebagai salah satu sumber daya alam, sungai sangat dibutuhkan dalam memenuhi kebutuhan manusia dan makhluk lainnya. Namun dari segi kualitas maupun kuantitas, air sungai di beberapa daerah di Indonesia telah mengalami penurunan hingga taraf yang mengkhawatirkan. Penurunan kualitas dan kuantitas air sungai tersebut telah banyak berpengaruh terhadap ekosistem dan keanekaragaman hayati air. Penurunan kualitas dan kuantitas air sungai ini sebagian besar disebabkan pengaruh dari pencemaran air sungai akibat aktivitas manusia di sepanjang daerah pengaliran sungai. Usaha perlindungan dan perbaikan kualitas dan kuantitas air sungai diperlukan dengan tujuan untuk mengatasi permasalahan yang timbul akibat dari penurunan tersebut. Baik yang disebabkan oleh air limbah domestik, pertanian, maupun limbah industri. Parameter BOD secara umum banyak dipakai untuk menentukan tingkat pencemaran perairan. Penentuan BOD sangat penting untuk menelusuri aliran pencemaran dari tingkat hulu ke muara. Sesungguhnya penentuan BOD merupakan suatu prosedur yang menyangkut pengukuran banyaknya oksigen yang digunakan oleh organisme selama organisme tersebut menguraikan bahan organik yang ada dalam suatu perairan, pada kondisi yang hampir sama dengan kondisi yang ada di alam. Selama pemeriksaan BOD, contoh yang diperiksa harus bebas dari udara luar untuk rnencegah kontaminasi dari oksigen yang ada di udara bebas. Konsentrasi air buangan sampel tersebut juga harus berada pada suatu tingkat pencemaran tertentu, hal ini untuk menjaga supaya oksigen

( Word to PDF - Unregistered ) http://www.word-to-pdf.abdio.com/II - 1

terlarut selalu ada selama pemeriksaan. Hal ini penting diperhatikan mengingat kelarutan oksigen dalam air terbatas dan hanya berkisar 9 ppm pada suhu 20C (Sawyer & Mc Carty, 1978). .2. PEMAKAIAN AIR

Data mengenai pemakaian air sangat berguna untuk memperkirakan kualitas dan kuantitas air buangan. (Qasim, 1985). Air buangan kota/daerah sebagian besar diperoleh dari pembuangan air bersih, meskipun tidak seluruh penduduk kota mendapat pelayanan penyaluran air buangan. Menurut beberapa sumber, prosentase air buangan adalah : a. 60 130 % dari jumlah total pemakaian air bersih (Qasim, 1985) b. 60 80 % dari jumlah total infiltrasi) (Tchobanoglous, 1991). c. 50 80 % dari total pemakaian air bersih (Masduki, 2000) d. 60 70 % dari total pemakaian air bersih (Fair, 1966). Komponen-komponen yang termasuk dalam pemakaian air adalah : a. Pemakaian Air Domestik Kebutuhan air domestik adalah bagian dari sistem penyediaan air kota yang ditujukan untuk rumah tangga. Menurut Dirjen Cipta Karya, pemakaian air per kapita per hari adalah Tabel 2.1 Angka Pemakaian Air Domestik No. 1 2 3 4 5 Jenis Kota Metropolitan Kota Besar Kota sedang Kota Kecil Kota Kecamatan Jumlah Penduduk (Jiwa) P > 1.000.000 500.000<P<1.000.000 100.000<P<500.000 20.000<P<100.000 P<20.000 Kebutuhan Air Domestik Rata-Rata (L/Org/Hari) 190 170 150 130 100 pemakaian air bersih (dengan mengabaikan debit

Sumber : Dirjen Cipta Karya, 1999 b. Pemakaian Air Non Domestik Sektor non domestik meliputi hotel, perkantoran, pertokoan, swalayan, bandara, terminal, stasiun kereta, industri besar, industri kecil dan lain-lain. Kebutuhan air non domestik tergantung pada tipe bangunan dan jumlah pemakainya. Prosentase

( Word to PDF - Unregistered ) http://www.word-to-pdf.abdio.com/II - 2

kebutuhan air non domestik adalah 15-20% dari jumlah total kebutuhan air kota. (Qasim, 1985) c. Pemakaian Air Untuk Pertanian Kebutuhan air untuk umum diantaranya mencakup kebutuhan air untuk pemadam, penyiraman jalan, penyiraman taman kota, irigasi dan keperluan umum lainnya. Prosentase pemakaian air untuk fasilitas umum adalah 8-15 % dari jumlah total kebutuhan air kota. (Qasim, 1985) .3. LIMBAH DOMESTIK

Sedangkan menurut Tchobanoglous (1991), limbah cair domestik adalah limbah hasil buangan dari perumahan, bangunan perdagangan, perkantoran dan lain-lain. Limbah cair domestik juga diartikan sebagai air buangan yang tidak dapat dipergunakan lagi yang bersumber dari kotoran manusia atau dari aktifitas dapur, kamar mandi dan cuci, dimana kuantitasnya antara 7050% dari pemakaian air bersih. Menurut Tjokrokusumo (1995), limbah cair domestik pada umumnya mengandung zat organik sehingga memungkinkan timbulnya bakteri patogen. Sumber limbah cair domestik secara garis besar berasal dari dua aktifitas seperti berikut di bawah : a. Aktifitas manusia, karena limbah cair domestik yang dihasilkan sangat beragam sesuai dengan jenis kebutuhan hidup manusia, seperti aktivitas rumah tangga, perkantoran, perdagangan, dll. b. Aktifitas alam, karena hujan merupakan aktifitas alam yang menghasilkan limbah cair yang disebut sebagai air limpasan atau run off. Air hujan yang mengalir di atas permukaan akan menjadi air pemukaan yang dapat mengalir masuk ke saluran limbah cair domestik rumah tangga yang retak atau sambungan yang kurang sempurna. .1. Komposisi Air Limbah Domestik Berdasarkan sumbernya, komposisi air limbah mempunyai komposisi yang bervariasi dari setiap tempat dan waktu. Secara garis besar dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.2 Komposisi Air Limbah Domestik Kontaminan Padatan total (TS) Padatan terlatur total (TDS) Padatan tersuspensi total (TSS) Satuan mg/l mg/l mg/l Maksimum 1200 850 350 Konsentrasi Rata-rata 720 500 220 Minimum 350 250 100

( Word to PDF - Unregistered ) http://www.word-to-pdf.abdio.com/II - 3

BOD COD Nitrogen Fosfor Klorida Sulfat Lemak Total Coliform Sumber: Tchobanoglous,1991 a. 1. Karakter Fisik Total Solid

mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l

400 1000 85 15 100 50 150 107-109

220 500 40 8 50 30 100 107-109

110 250 20 4 30 20 50 106-107

Hal yang terpenting untuk karakteristik fisik air buangan adalah sebagai berikut : Analisa total solid dalam air sangat penting bagi penentuan komponen-komponen air secara lengkap, juga untuk pengawasan dan perencanaan proses dalam bidang air minum maupun air buangan. Total Solid merupakan residu atau sisa dari penguapan pada suhu 103 sampai 105 oC. Zat yang akan menguap pada temperatur tersebut tidak dikelompokkan sebagai solid. Settleable solid adalah partikel padat yang dapat mengendap selama lebih kurang 60 menit di dalam Imhoff-cone. Settleable solid (ml/L) berbentuk lumpur yang dapat dibuang dengan pengolahan primary sedimentation. Sementara total solid atau residu dari penguapan lebih jauh diklasifikasikan sebagai nonfilterable/padatan yang tidak dapat tersaring (suspended) atau filterable/zat yang tersaring melalui media filter. 2. Bau Bau merupakan gangguan estetika yang ditimbulkan dari air limbah. Limbah cair industri dapat mengandung senyawa yang berbau ataupun senyawa yang menghasilkan bau selama proses pengolahan limbah cair. Bau yang keluar dari dalam air dapat langsung berasal dari buangan atau air limbah dari kegiatan industri, atau dapat pula berasal dari hasil degradasi limbah oleh mikroba yang hidup di dalam air. 3. Suhu Proses turunnya kadar oksigen yang terlarut dalam air berasal dari udara yang lambat berdifusi ke dalam air. Penyebab utama kejadian ini adalah tingginya kenaikan suhu air yang mengakibatkan semakin sedikit oksigen yang terlarut di dalamnya. (Metcalf & Eddy, 1991)

( Word to PDF - Unregistered ) http://www.word-to-pdf.abdio.com/II - 4

4.

Berat jenis Berat jenis yaitu massa per volume (kg/m3). Berat jenis penting sebagai karakteristk fisik karena akan mempengaruhi struktur/lapisan dari air buangan tersebut (komposisi). Jika perbedaannya hanya sedikit dengan berat jenis air maka secara esensial tidak terlalu berpengaruh. (Metcalf & Eddy, 1991)

5.

Warna Degradasi bahan buangan industri dapat pula menyebabkan terjadinya perubahan warna air. Tingkat pencemaran air tidak mutlak harus tergantung pada warna air, karena bahan buangan industri yang memberikan warna belum tentu lebih berbahaya dari bahan buangan industri yang tidak memberikan warna. Seringkali zat-zat yang beracun justru terdapat di dalam bahan buangan industri yang tidak mengakibatkan perubahan warna pada air sehingga air tetap tampak jernih. makin hitam warna air buangan mengindikasikan kualitas air buangan tersebut rendah. (Metcalf & Eddy, 1991)

6.

Kekeruhan Kekeruhan merupakan ukuran dengan menggunakan cahaya untuk mengindikasikan kualitas air terutama pada kandungan materi tersuspensi atau koloid. Kekeruhan di dalam air disebabkan oleh adanya zat tersuspensi, seperti lempung, lumpur, zat organik, plankton dan zat-zat halus lainnya. kekeruhan merupakan sifat optis dari suatu larutan, yaitu hamburan dan absorpsi cahaya yang melaluinya. Hal ini tidak dapat dihubungkan secara langsung antara kekeruhan dengan kadar semua jenis zat suspensi, karena tergantung juga kepada ukuran dan bentuk butir. Secara umum tidak ada hubungan mendasar antara kekeruhan dengan konsentrasi suspended solid dalam air buangan yang tidak diolah. (Metcalf & Eddy, 1991)

b.

Karakteristik Kimia

Kandungan bahan kimia yang ada di dalam air limbah dapat merugikan lingkungan melalui berbagai cara. Bahan organik terlarut dapat menghabiskan oksigen dalam limbah serta akan menimbulkan rasa dan bau yang tidak sedap pada penyediaan air bersih. Selain itu, akan lebih berbahaya apabila bahan tersebut merupakan bahan beracun. (Sugiharto, 1987). Karakteristik kimiawi terdiri atas : 1. Bahan Organik

Sumber utama zat organik berasal dari kotoran manusia yaitu 80-90 gram/orang/hari. Zat organik dalam air limbah jumlahnya cukup dominan, karena 75% dari zat padat tersuspensi dan 40% dari zat padat tersaring merupakan bahan organik. Selanjutnya ( Word to PDF - Unregistered ) http://www.word-to-pdf.abdio.com/II - 5

bahan organik ini dikelompokkan menjadi 40-60% berupa protein, 25-50% berupa karbohidrat, 10% berupa lemak/minyak dan urea. (Sugiharto, 1987) Beberapa zat yang dapat digolongkan sebagai bahan organik, yaitu: a. Protein Protein merupakan komponen utama makhluk hidup. Mulai dari persentase terkecil seperti tomat dan buah-buahan hingga persentase terbesar berupa daging. Struktur kimia protein sangat kompleks dan tidak stabil tergantung pada bentuk dekomposisinya. Sebagian dapat larut di air dan sebagian lagi tidak larut. Semua protein mengandung C, H, O dan N. Nitrogen merupakan proporsi yang konstan kira-kira 16%. Jika protein berjumlah besar maka dapat menyebabkan bau. b. Karbohidrat Terdistribusi merata di alam , termasuk gula, tepung, selulosa, juga wood. Semuanya dijumpai dalam air buangan. Karbohidrat mengandung C, H, O, dan N. Gula tidak larut dalam air tetapi tepung dapat larut dalam air. Gula cenderung terdekomposisi, tepung dilain pihak lebih stabil tapi dapat berubah menjadi gula dengan aktivitas mikroba atau asam cair. c. Lemak dan Minyak Lemak merupakan organik yang stabil, mengandung alkohol atau gliserol dengan asam lemak yang tidak mudah didekomposisikan oleh bakteri. Minyak tidak dapat larut di dalam air, melainkan akan mengapung di atas permukaan air. Bahan buangan cairan berminyak yang dibuang ke lingkungan air akan mengapung menutupi permukaan air. Apabila bahan buangan cairan berminyak mengandung senyawa yang volatil maka akan terjadi penguapan dan luas permukaan minyak yang menutupi permukaan air akan menyusut. Penyusutan luasan permukaan ini tergantung pada jenis minyaknya dan waktu. Lapisan minyak yang menutupi permukaan air dapat juga terdegradasi oleh mikroorganisme tertentu, namun memerlukan waktu yang cukup lama. d. Surfactant Surfactant adalah molekul organik besar yang sedikit larut dan menyebabkan busa di air buangan dan effluen pada bangunan pengolahan. Busa ini cukup stabil selama proses aerasi sehingga sulit untuk didegradasi. Nama lain surfactant adalah Methylene Blue Active Substance (MBAS). f. Pestisida Konsentrasi yang tinggi dari berbagai jenis pestisida seperti Endrin, Lindan, Silvex dsb dapat membunuh ikan, mengkontaminasi air tanah dan akan meracuni makanan pada konsentrasi tertentu. (Sugiharto, 1987)

( Word to PDF - Unregistered ) http://www.word-to-pdf.abdio.com/II - 6

2.

BOD (Biological Oxygen Demand)

Biological Oxygen Demand adalah suatu analisa empiris yang mencoba mendekati secara global proses-proses mikrobiologis yang benar-benar terjadi di dalam air. Angka BOD menunjukkan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk menguraikan (mengoksidasikan) hampir semua zat organis yang terlarut dan sebagian zat-zat organis yang tersuspensi dalam air. Pemeriksaan BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat air buangan penduduk atau industri, dan untuk mendesain sistem-sistem pengolahan biologis bagi air yang tercemar tersebut. Penguraian zat organis adalah peristiwa alamiah, apabila suatu badan air dicemari oleh zat organis yang berlebih maka bakteri dapat menghabiskan oksigen terlarut dalam air selama proses oksidasi tersebut. Peristiwa ini dapat mengakibatkan kematian ikan-ikan dalam air dan menyebabkan keadaan menjadi anaerobik sehingga timbul bau pada air tersebut. Mikroorganisme / bakteri yang memerlukan oksigen untuk memecah bahan buangan organik sering disebut dengan bakteri aerobik. Sedangkan mikroorganisme yang tidak memerlukan oksigen, disebut dengan bakteri anaerobik. 3. Chemical Oxygen Demand (COD)

Chemical Oxygen Demand atau kebutuhan oksigen kimia adalah jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan buangan yang ada di dalam air dapat teroksidasi melalui reaksi kimia. Dalam hal ini bahan buangan organik akan dioksidasi oleh Kalium dikromat menjadi gas CO2 dan H2O serta sejumlah ion krom. Kalium dikromat (K2Cr2O7) digunakan sebagai oksidator (oxidizing agent). Reaksi oksidasi yang terjadi adalah : CaHbOc + Cr2O72- + H+ CO2 + H2O + Cr 3+ (2-2)

Reaksi diatas akan membutuhkan kalor dan juga penambahan katalisator perak sulfat (Ag2SO4) untuk mempercepat reaksi. Apabila dalam bahan buangan organik diperkirakan terdapat unsur klorida yang dapat mengganggu reaksi maka perlu ditambahkan merkuri sulfat untuk menghilangkan gangguan tersebut. Klorida dapat mengganggu karena dapat teroksidasi oleh kalium dichromat sesuai dengan reaksi berikut : 6Cl- + Cr2O72- + 14H+ 3Cl2 + 2 Cr3+ + 7H2O (2-3)

Apabila dalam larutan lingkungan air terdapat unsur klorida, maka oksigen yang dibutuhkan pada reaksi tersebut tidak menggambarkan keadaan sebenarnya sehingga seberapa jauh tingkat pencemaran oleh bahan buangan organik tidak dapat diketahui ( Word to PDF - Unregistered ) http://www.word-to-pdf.abdio.com/II - 7

secara benar. Penambahan merkuri sulfat berguna untuk mengikat ion Chlor menjadi merkuri chlorida mengikuti reaksi berikut ini : Hg2+ + 2 Cl- HgCl2 (2-4)

Warna larutan air lingkungan yang mengandung bahan buangan organik sebelum reaksi oksidasi adalah kuning. Setelah reaksi oksidasi selesai maka akan berubah menjadi hijau. Jumlah oksigen yang diperlukan untuk reaksi oksidasi terhadap bahan buangan organik sama dengan jumlah kalium bichromat yang dipakai pada reaksi oksidasi, berarti makin banyak oksigen yang diperlukan. Ini berarti bahwa air lingkungan makin banyak tercemar oleh bahan buangan organik. Dengan demikian maka seberapa jauh tingkat pencemaran air lingkungan dapat ditentukan. (Alaerts & Santika, 1984) 4. Dissolved Oksigen (DO)

Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen) dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Disamping itu, oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik. Kalau suatu badan air tercemar oleh zat organik, bakteri yang ada pada badan air akan mampu menghabiskan oksigen terlarut pada badan air tersebut. Keadaan ini akan menyebabkan biota perairan mengalami kematian, dan keadaan akan menjadi anaerobik serta menimbulkan bau busuk (James, 1984). Menurut Salmin (2005), klasifikasi tingkat pencemaran perairan dapat dilihat dari nilai DO, yaitu : a. b. c. Tingkat pencemaran rendah jika kandungan DO = <5 Tingkat pencemaran sedang jika kandungan DO = 0-5 Tingkat pencemaran tinggi jika kandungan DO = 0

Keadaan kualitas air harus senantiasa dipantau, agar tetap dalam kondisi baik sesuai standar. Penggunaan model kualitas air dalam usaha untuk perlindungan kualitas air diperlukan terutama di lokasi fasilitas industri sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) yang memerlukan suatu analisis kualitas air sungai yang dikaitkan dengan daya tampung beban pencemaran air pada sumber air. c. a. Bahan Anorganik pH Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai pH berkisar antara 6,5 7,5. Air dapat bersifat asam atau basa, tergantung pada besar kecilnya pH air atau besarnya konsentrasi ion Hidrogen di dalam air. Air yang mempunyai pH lebih kecil dari pH normal akan bersifat asam, sedangkan air yang mempunyai ( Word to PDF - Unregistered ) http://www.word-to-pdf.abdio.com/II - 8

pH lebih besar dari normal akan bersifat basa. Air limbah dan bahan buangan dari kegiatan industri yang dibuang ke sungai akan mengubah pH air yang pada akhirnya dapat mengganggu kehidupan organisme di dalam air. b. Klor Klor merupakan zat kimia yang sering digunakan karena harganya murah dan memiliki daya desinfeksi hingga beberapa jam setelah pembubuhannya (residu klor). Klor selain dapat membasmi bakteri juga dapat mengoksidasi ion-ion seperti Fe dan Mn. Infiltrasi air tanah oleh klor dapat menyebabkan pencemaran seperti pencemaran oleh sulfat. Klor tidak stabil bila terlarut dalam air, dan kadarnya akan turun dengan cepat. Sinar matahari atau lampu, dan pengocokan sampel akan mempercepat penurunannya. Oleh karena itu analisa klor aktif harus dilakukan paling lambat 2 jam setelah pengambilan sampel. Larutan dengan kadar klor yang lebih tinggi adalah lebih stabil, akan tetapi lebih baik bila disimpan di tempat gelap atau di botol kaca coklat. c. Alkalinitas Alkalinitas adalah kapasitas air untuk menetralkan tambahan asam tanpa penurunan nilai pH larutan. Sama halnya dengan larutan buffer, alkalinitas merupakan pertahanan air terhadap pengasaman. Alkalinitas adalah hasil reaksi-reaksi terpisah dalam larutan hingga merupakan sebuah analisa makro yang menggabungkan beberapa reaksi. Alkalinitas dinyatakan di dalam mek/l atau mg CaCO3/l. Alkalinitas disebabkan oleh ion karbonat, bikarbonat, hidroksida dan juga borat, fosfat dll. d. Nitrogen Nitrogen amat erat hubungannya dengan nutrisi/nutrient karena nitrogen merupakan salah satu komponen utama protein dan tentu saja amat penting untuk proses biologi (memberi makan bakteri pendegradasi). Nitrogen dapat ditemui dalam berbagai bentuk seperti : NH3, N2, NO2-, NO3-. Biasanya senyawa nitrogen merupakan senyawa terlarut. Nitrogen netral berada sebagai gas N2 yang merupakan hasil suatu reaksi yang sulit untuk bereaksi lagi; N2 lenyap dari larutan sebagai gelembung gas, karena kadar kejenuhannya agak rendah. Namun gas N2 juga dapat diserap oleh air dari udara dan digunakan oleh ganggang dan beberapa jenis bakteri untuk pertumbuhannya. e. Fosfat

( Word to PDF - Unregistered ) http://www.word-to-pdf.abdio.com/II - 9

Fosfat

berpengaruh

pada

pertumbuhan

algae

sehingga

perlu

dikontrol

keberadaannya. Buangan kota, mengandung lebih kurang 4 15 mg/l fosfor sebagai P. Fosfor yang sering muncul dalam bentuk orthophosfat, polifosfat dan organik fosfat. Fosfor mempunyai jumlah lebih sedikit dalam buangan domestik, tetapi fosfat akan menjadi kontaminan yang besar dalam buangan industri dan buangan lumpur. f. Gas Gas sepeti H2S, CH4 (Metan), Oksigen terlarut masuk kedalam kelompok inorganik yang dapat mengakibatkan bau. (Metcalf & Eddy, 1991)

d. 1.

Karakteristik Biologi Bakteri dengan berbagai bentuk (batang, bulat, spiral ). Bakteri Escherichia coli merupakan bakteri yang dapat dijadikan sebagai indikator polusi pada buangan manusia.

Mikroorganisme utama yang dijumpai pada pengolahan air buangan adalah :

2.

Jamur merupakan organisme yang mendekomposisikan karbon di biosfer dan dapat memecah materi organik, dapat hidup dalam pH rendah, suhu rendah dan juga area rendah.

3.

Algae Dapat menyebabkan busa dan mengalami perkembangan yang pesat. Algae menjadi sumber makanan ikan, bakteri yang akibatnya adalah kondisi anaerobik.

4. 5.

Protozoa. Virus.

Tabel 2.3 Penyakit Potensial yang Dapat Timbul pada Air Buangan Organisme Penyakit Bakteri Escherichia coli Legionella pneumophila Leptospira Salmonella typhi Shigella Vibrio Cholera Virus Adenovirus Hepatitis A Gastroenteritis Legionellosis Leptospirosis Tifus Shigellosis Kolera Penyakit pernafasan Infeksi hepatitis Diare

Akibat

Pernafasan akut Sakit kuning, demam Demam tinggi, diare Disentri Diare berat, dehidrasi

Sakit kuning, demam ( Word to PDF - Unregistered ) http://www.word-to-pdf.abdio.com/II - 10

Norwalk agent Protozoa Balantidium coli Cryptosporidium Sumber: Metcalf & Eddy, 1991

Gastroenteritis Balantidiasis Cryptosporidiosis

Mual, muntah. Diare, disentri Diare

Secara umum effluen dari air buangan diukur berdasarkan organisme indikator Total coliform dan Fecal coliform. (Metcalf & Eddy, 1991) .2. Sumber Air Limbah Domestik Sumber utama air limbah rumah tangga dari masyarakat adalah berasal dari perumahan dan daerah perdagangan. Adapun sumber lainnya yang tidak kalah penting adalah daerah perkantoran atau lembaga serta daerah fasilitas rekreasi. Untuk daerah tertentu banyaknya air limbah diukur langsung. a. Daerah Perumahan Untuk daerah perumahan yang kecil aliran air limbah biasanya diperhitungkan melalui kepadatan penduduk dan rata-rata per orang dalam membuang air limbah. Untuk daerah yang luas, maka perlu diperhatikan jumlah aliran air limbah dengan dasar penggunaan daerah, kepadatan penduduk, serta ada atau tidaknya daerah industri. b. Daerah Perdagangan Aliran air limbah yang berasal dari daerah perdagangan secara umum dihitung dalam meter kubik per hektar/hari didasarkan pada data perbandingan. Data aliran ini dapat bervariasi dari 4 1.500 liter/hari. c. Limbah Pertanian Limbah pertanian biasanya muncul pada masa musim hujan ketika aliran permukaan menjadi kuat dan mampu mengangkut bahan-bahan sisa kegiatan pertanian seperti sisa bahan gizi dari pupuk tanaman, pestisida dan bahan-bahan organik lainnya. Termasuk disini tanah dan sedimen serta cairan kotor dari binatang ternak. Pada masa aliran sungai besar, nilai DO (Dissolved Oxygen) dan perputaran air juga tinggi, sehingga hanya terjadi pengaruh yang kecil pada kualitas air (pengenceran). Pada musim kemarau limbah pertanian masih dapat masuk ke sungai melalui saluran-saluran irigasi dan drainase. Aktivitas pertanian memberikan kontribusi ke polusi air melalui: 1. 2. 3. 4. 5. Adanya limpasan tanah dan sedimen Nutrien-nutrien Material tanaman dan organik Kotoran-kotoran dari hewan Limbah dari peternakan ( Word to PDF - Unregistered ) http://www.word-to-pdf.abdio.com/II - 11

Tidak

seluruh

saluran

irigasi menggunakan

saluran

yang

diperkeras

(semen)

menyebabkan erosi tanah turut memperburuk buangan ke badan sungai. Penggunaan pupuk yang tidak terkontrol juga akan menyebabkan terjadinya beban berlebihan nutrien di badan sungai. Tabel 2.5 merupakan rekapitulasi beban cemaran limbah pertanian untuk BOD, N, dan P. Tabel 2.4. Estimasi Beban Polutan dari Limbah Pertanian Parameter BOD N P Sumber : James, 1984 0.07 0.02 0.001 Besaran kg/ha hari kg/ha hari kg/ha hari Unit

Beban cemaran secara kasar dapat dihitung dengan formula sebagai berikut : Beban cemaran pertanian : lahan x per ha per hari produksi.......................(2-10) d. Limbah Cair Industri

Limbah cair industri merupakan air buangan yang berasal dari adanya kegiatan industri dan berbagai proses pengolahan yang terdapat di sepanjang sungai dan daerah sekitar sungai. Sungai sering menjadi penyuplai air yang paling sesuai dalam kegiatan industri, namun juga menjadi tempat yang paling mudah untuk buangan limbah industri. Dengan perencanaan tata guna lahan yang baik dan pelaksanaan tindakan hukum yang tegas akan dapat memberikan peran dalam pengendalian kualitas air. Pengembangan. industri di wilayah studi yang merupakan daerah hulu kurang berkembang dibanding dengan perkembangan industri di daerah hilir, seperti yang terjadi baik di pantai utara Jawa maupun di pantai selatan Jawa yang berkembang pesat sejalan dengan perkembangan kota dan penduduk. Estimasi beban polusi industri juga disiapkan berdasar nilai output (juta rupiah) industri yang ada di statistik tiap kota/kabupaten. Dengan asumsi tidak ada perubahan teknologi yang digunakan oleh tiap pabrik, maka emisi tiap pabrik tidak akan ada perbedaan signifikan untuk kondisi sekarang dan masa yang akan datang. 4 PEMANTAUAN KUALITAS AIR

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 pasal 8 tentang Klasifikasi dan Kriteria Mutu Air, menurut mutunya air diklasifikasikan ke dalam empat kelas, yaitu : 1. Kelas I yaitu air yang dapat digunakan untuk air baku, air minum, dan atau peruntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. ( Word to PDF - Unregistered ) http://www.word-to-pdf.abdio.com/II - 12

2.

Kelas II yaitu air yang dapat digunakan untuk prasarana / sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertamanan, dan atau peruntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

3.

Kelas III yaitu air yang dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertamanan, dan atau peruntukkan lain yang mempersyaratkan air yang sama dengan kegunaan tersebut.

4.

Kelas IV yaitu air yang dapat digunakan untuk mengairi pertamanan, dan atau peruntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

Sedangkan kriteria mutu air yang dimaksud untuk setiap kelas air di atas dapat dilihat pada Tabel 2.4 berikut ini. Tabel 2.5 Kriteria Mutu Air Parameter FISIKA Temperatu r R es i d u terlarut Residu tersuspensi Satuan oC mg/l mg/l Kelas I deviasi 3 1000 50 II deviasi 3 1000 50 III deviasi 3 1000 400 IV deviasi 5 2000 400 Bagi pengolahan air minum secara konvensional, residu tersuspensi < 5000 mg/l Apabila secara alamiah berada di luar rentang tersebut, maka ditentukan berdasarkan kondisi alamiah Keterangan Deviasi temperatur dari keadaan alamiahnya

KIMIA ANORGANIK pH BOD COD DO mg/l mg/l mg/l 6-9 2 10 6 0.2 10 0.5 0.05 0.2 1 1 0.01 6-9 3 25 4 0.2 10 1 0.2 1 0.05 6-9 6 50 3 1 20 1 0.2 1 0.05 5-9 12 100 0 5 20 1 0.2 1 0.05 ( Word to PDF - Unregistered ) http://www.word-to-pdf.abdio.com/II - 13 Bagi perikanan, kandungan ammonia bebas untuk ikan yang peka < 0.02 mg/l sebagai NH3

Total fosfat mg/l sebagai P N O 3 mg/l sebagai N NH3-N Arsen Kobalt Barium Boron Selenium mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l

Kadmium Khrom (VI) Tembaga Besi Timbal Mangan Air Raksa Seng Khlorida

mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l

0.01 0.05 0.02 0.3 0.03 0.1 0.001 0.05 600

0.01 0.05 0.02 0.03 0.002 0.05 -

0.01 0.05 0.02 0.03 0.002 0.05 -

0.01 0.01 0.2 1 0.005 2 Bagi pengolahan air minum secara konvensional, Zn < 5 mg/l Bagi pengolahan air minum secara konvensional, Pb < 0.1 mg/l

Sianida mg/l 0.02 0.02 0.02 Fluorida mg/l 0.5 1.5 1.5 Sumber: Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 Keterangan : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Bq = Bequerel MBAS = Methylene Blue Active Substance ABAM = Air Baku untuk Air Minum Logam berat merupakan logam terlarut. Nilai di atas merupakan batas maksimum.

Bagi pH merupakan nilai rentang yang tidak boleh kurang atau lebih dari yang tercantum. Nilai DO merupakan batas minimum.

nilai

Arti (-) di atas menyatakan bahwa untuk kelas termaksud, parameter tersebut tidak dipersyaratkan.

DAYA TAMPUNG BEBAN CEMARAN SUNGAI UU no 23 tahun 1997 adalah

Pengertian Daya tampung lingkungan hidup menurut

kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan / atau komponen lain yang masuk atau dimasukkan ke dalamnya. Daya tampung beban pencemaran air adalah kemampuan air pada suatu sumber air untuk menerima masukan pencemaran tanpa menyebabkan air tersebut tercemar (PP No. 82 tahun 2001). Sedangkan beban pencemaran adalah jumlah suatu unsur pencemar yang terkandung dalam air atau limbah. Pencemaran air dapat terjadi akibat adanya unsur/zat lain yang masuk ke dalam air, sehingga menyebabkan kualitas air menjadi turun. Unsur tersebut dapat berasal dari unsur non konservatif (terdegradasi) dan konservatif (tidak terdegradasi). Untuk

( Word to PDF - Unregistered ) http://www.word-to-pdf.abdio.com/II - 14

menentukan daya tampung beban pencemaran sungai dapat dilakukan dengan menggunakan metode neraca massa, dengan rumus :

keteran

gan :

CR

= konsentrasi rata-rata konstituen pada aliran gabungan Ci Qi Mi = konsentrasi konstituen pada aliran ke i = laju aliran ke i = massa konstituen pada aliran ke I

Sesuai PP Nomor 82 Tahun 2001 dan Kepmenlh Nomor 110 Tahun 2003 daya tampung beban cemaran BOD dapat dihitung dengan persamaan sederhana yaitu : Daya tampung Beban cemaran Beban Cemaran sesuai Baku Mutu Beban Cemaran terukur

Persamaan neraca massa tepat digunakan untuk komponen-komponen yang konservatif yaitu komponen yang tidak mengalami perubahan (tidak terdegradasi, tidak hilang karena pengendapan atau akibat aktivitas lainnya) Selama proses pencampuran berlangsung (Aris Marfai, 2004). Untuk menentukan daya tampung sungai terhadap beban pencemaran BOD adalah atas dasar beban pencemarnya yaitu nilai atau konsentrasi dari parameter yang terukur dibandingkan dengan baku mutu air sungai dalam hal ini digunakan PP No.82 Tahun 2001 dan Keputusan Gubernur Kepala Jawa Tengah Adapun kriteria dan klasifikasi kelas air untuk sungai pada PP No. 82 Tahun 2001 adalah sebagai berikut : Kelas satu, air peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut; Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air sama dengan kegunaan tersebut; Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan air yang sama dengan kegunaan tersebut; ( Word to PDF - Unregistered ) http://www.word-to-pdf.abdio.com/II - 15

Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi, pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. Tata guna lahan merupakan bagian penting yang mempunyai pengaruh pada kualitas air sungai. Kemampuan daya tampung air sungai yang telah ada secara alamiah terhadap pencemaran perlu dipertahankan untuk meminimalkan terjadinya penurunan kualitas air sungai (Marfai Aris, 2004).

BEBAN CEMARAN

Menurut Wiwoho (2005) beban cemaran adalah jumlah suatu parameter pencemaran yang terkandung dalam jumlah air atau limbah. Beban cemaran perhari dapat dirumuskan berikut ini: BPA = (CA)j x Da x f .........................................................................(2-13) Dimana BPA = Beban pencemaran sebenarnya (kg/hari) dalam mg/l. Da f = Debit limbah cair sebenarnya (m3/dtk) = Faktor Konversi = (CA)j = Kadar terukur sebenarnya unsur pencemar j, dinyatakan

Sedangkan menurut US EPA (1985) beban limbah perhari dapat dicari dengan : Alokasi Beban Limbah (kg/hari) = Debit Limbah (m3/dt) x Konsentrasi (mg/l) x 86,4........................................................(2-14) (PU Pengairan Jateng, 1992). 2.6.1 Metode Streeter Phelps

StreeterPhelps (1925), telah menetapkan model DO. Prinsip dasar model tersebut meliputi laju pengenceran oksigen dalam air (deoksigenasi) dan laju pemasukan oksigen dari atmosfer (reaerasi). Laju deoksigenasi berhubungan langsung dengan kuantitas limbah organik yang didekomposisi dalam air, sedangkan laju reaerasi adalah suatu fungsi karakteristik air sungai yang dipengaruhi oleh pertukaran oksigen dari air yang mempengaruhi kemampuan air untuk menahan oksigen (tingkat kejenuhan). Tingkat kejenuhan oksigen berbanding terbalik dengan temperatur air (Chapra, 1997).

( Word to PDF - Unregistered ) http://www.word-to-pdf.abdio.com/II - 16

Seiring bertambahnya waktu, terjadi perubahan pada sungai pada bagian bawah akibat adanya sumber limbah sehingga level oksigen dalam air menurun. Hal tersebut terjadi karena laju deoksigenasi melampaui laju reaerasi. Reaerasi berhubungan dengan faktor-faktor fisika dalam air, difusi oksigen dari atmosfer, dan struktur buatan seperti jembatan, bendung, waduk dan sebagainya. Keberadaan struktur buatan tersebut dapat meningkatkan turbulensi air sungai yang dapat menyebabkan atau meningkatkan pertukaran oksigen dari atmosfer ke dalam air. Di samping itu, bertambahnya jarak menyebabkan terjadinya proses pencampuran air limbah dengan air sungai yang dapat menyebabkan perubahan konsentrasi konstituennya. Pemodelan Streeter dan Phelps hanya terbatas pada dua fenomena yaitu, proses pengurangan oksigen yang larut (deoksigenasi) akibat aktivitas bakteri dalam mendegradasikan bahan organic yang ada alam air dan proses peningkatan oksigen terlarut (reaerasi) yang disebabkan turbulensi yang terjadi pada aliran sumgai. Beberapa karakteristik sungai mempengaruhi nilai laju deoksinegasi dan reaerasi. Laju deoksigenasi berhubungan dengan temperature air. Reaksi kimia meningkat bersamaan dengan peningkatan temperature air. Laju tersebut juga berkaitan dengan laju reaerasi. Laju aerasi umumnya dipengaruhi oleh banyaknya pencampuran antara air permukaan dan atmosfer. Selain itu, kondisi fisik sungai juga dapat meningkatkan laju reaerasi. Dasar sungai, struktur buatan seperti dam, jembatan dan kemiringan sungai akan memberikan kontribusi bagi peningkatan laju reaerasi. Model Streeter - Phelps bukan merupakan model yang dinamis meskipun mencantumkan factor waktu. Model tersebut ditujukan bagi kondisi tunak dengan asumsi tidak ada penambahan waktu pada suatu level efluen, laju deoksigenasi dan reaerasi, level buangan dan kondisi sungai. Hal tersebut memungkinkan adanya deviasi dari nilai DO yang sebenarnya, namun model tersebut dapat dimanfaatkan dalam analisis untuk tujuan perencanaan. a) Cara Penetapan Daya Tampung Beban Pencemaran Air pada Sumber Air dengan Metoda Streeter Phelps Pemodelan kualitas air sungai mengalami perkembangan yang berarti sejak diperkenalkannya perangkat lunak DOSAG1 pada tahun 1970. Prinsip dasar dari pemodelan tersebut adalah penerapan neraca massa pada sungai dengan asumsi dimensi 1 dan kondisi tunak. Pertimbangan yang dipakai pada pemodelan tersebut adalah kebutuhan oksigen pada kehidupan air tersebut (BOD) untuk mengukur terjadinya pencemaran di badan air. Pemodelan sungai diperkenalkan oleh Streeter dan Phelps pada tahun 1925 menggunakan persamaan kurva penurunan oksigen (oxygen sag curve) di

( Word to PDF - Unregistered ) http://www.word-to-pdf.abdio.com/II - 17

mana metoda pengelolaan kualitas air ditentukan atas dasar defisit oksigen kritik Dc. b) Proses Pengurangan Oksigen (Deoksigenasi) Streeter Phelps menyatakan bahwa laju oksidasi biokimiawi senyawa organik ditentukan oleh konsentrasi senyawa organik sisa (residual). dL/dt = K.L...(2-6) dengan L t K : konsentrasi senyawa organik (mg/l) : waktu (hari) : konstanta reaksi orde satu (hari-1)

Jika konsentrasi awal senyawa organik sebagai BOD adalah Lo yang dinyatakan sebagai BOD ultimate dan Lt adalah BOD pada saat t, maka persamaan (4-1) dinyatakan sebagai dL/dt = -K.L....(2-7) Hasil integrasi persamaan (2-7) selama masa deoksigenasi adalah : Lt = Lo.e (K.t)..........................................................................................(2-8) Penentuan K dapat dilakukan dengan : (1) metoda selisih logaritmatik, (2) metoda moment (metoda Moore dkk), dan (3) metode Thomas. Laju deoksigenasi akibat senyawa organik dapat dinyatakan dengan persamaan berikut : rD = -KL...........................................................................................(2-9) Keterangan: K L : konstanta laju reaksi orde pertama, hari -1 : BOD ultimate pada titik yang diminta, mg/l

Jika L diganti dengan Lo.e-Kt , persamaan 2-4 menjadi rD = -KLo.eK.t.................................................................................. (2-10) Keterangan: Lo : BOD ultimate pada titik discharge (setelah pencampuran), mg/l c) Proses Peningkatan Oksigen Terlarut (Reaerasi)

( Word to PDF - Unregistered ) http://www.word-to-pdf.abdio.com/II - 18

Kandungan oksigen di dalam air akan menerima tambahan akibat turbulensi sehingga berlangsung perpindahan oksigen dari udara ke air dan proses ini adalah proses reaerasi. Peralihan oksigen ini dinyatakan oleh persamaan laju reaerasi : rR = K`2 (Cs C) (2-11) Keterangan; K`2 : konstanta reaerasi, hari-1 (basis bilangan natural) Cs C : konsentrasi oksigen terlarut jenuh, mg/l : konsentrasi oksigen terlarut, mg/l

Konstanta reaerasi dapat diperkirakan dengan menetukan karakteristik aliran dan menggunakan salah satu persamaan empirik. Persamaan OConner dan Dobbins adalah persamaan yang umum digunakan untuk menghitung konstanta reaerasi (K2). ..................................................................................(2-11) Keterangan: DL = koefisien difusi molekular untuk oksigen, m2/hari ; U = kecepatan aliran rata-rata, m/detik; H = kedalaman aliran rata-rata, m Variasi koefisiensi difusi molecular terhadap temperature dapat ditentukan dengan persamaan: DLT = 1.760 x 10-4 m2/d x 1.037T-20 ......................................................(2-12) Keterangan: DLT 1.760 x 10-4 T = koefisien difusi molekular oksigen pada temperature T, m2/hari = koefisien difusi molekular pada suh 20 0C = temperature (0C)

Harga K2 telah telah diestimasi oleh Engineering Board of Review for Sanitary Distric of Chicago untuk berbagai macam badan air. Tabel 2.6 Konstanta Reaerasi K2 at 200C Small ponds and backwaters Sluggish streams and large lake Large streams of low velocity Large streams of normal velocity Swift streams Water Body (base e)a 0.10-0.23 0.23-0.35 0.35-0.46 0.46-0.69 0.69-1.15 ( Word to PDF - Unregistered ) http://www.word-to-pdf.abdio.com/II - 19

Rapid and waterfalls K2T = K2,20. 1.024 T-20 1.8 (0C) + 32 = 0F d) Kurva Penurunan Oksigen (Oxygen sag curve)

>1.15

Jika kedua proses di atas dialurkan dengan konsentrasi oksigen terlarut sebagai sumbu tegak dan waktu atau jarak sebagai sumbu datar, maka hasil pengaluran kumulatif yang menyatakan antaraksi proses deoksigenasi dan reaerasi adalah kurva kandungan oksigen terlarut dalam badan air. Kurva ini dikenal sebagai kurva penurunan oksigen (oxygen sag curve). Jika diasumsikan bahwa sungai dan limbah tercampur sempurna pada titik buangan, maka konsentrasi konstituen pada campuran air-limbah pada x = 0 adalah Co = .............................................................................(2-13)

Keterangan: Co = konsentrasi konstituen awal pada titik buangan setelah pencampuran, (mg/l) Qr = laju alir sungai (m3/detik) Cr = konsentrasi konstituen dalam sungai sebelum pencampuran (mg/l) Cw = konsentrasi konstituen dalam air limbah (mg/l)

( Word to PDF - Unregistered ) http://www.word-to-pdf.abdio.com/II - 20

You might also like